laporan pembacaan jurnal penggunaan vasokonstriktor dalam anestesi kedokteran gigi pada pasien...

Upload: eka-kurniawan

Post on 06-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

terjemahan jurnal LAPORAN PEMBACAAN JURNALPENGGUNAAN VASOKONSTRIKTOR DALAM ANESTESI KEDOKTERAN GIGI PADA PASIEN DENGAN KARDIOPATI Tinjauan dari Literatur yang Dipublikasikan selama Sepuluh Tahun Terakhir

TRANSCRIPT

Penggunaan vasokonstriktor dalam anestesi kedokteran gigi pada pasien dengan kardiopati. Tinjauan dari literatur yang dipublikasikan selama sepuluh tahun terakhir.

LAPORAN PEMBACAAN JURNAL

PENGGUNAAN VASOKONSTRIKTOR DALAM ANESTESI KEDOKTERAN GIGI PADA PASIEN DENGAN KARDIOPATI

Tinjauan dari Literatur yang Dipublikasikan selama Sepuluh Tahun Terakhir

Disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas DiponegoroDisusun oleh :Eka Kurniawan P 22010114210011

Timothy Gunawan S 22010114210012

Jessica Novia F 22010114210013

KEPANITERAAN KLINIKILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

2015

LEMBAR PENGESAHANPenggunaan vasokonstriktor dalam anestesi kedokteran gigi pada pasien dengan kardiopati

Tinjauan dari literatur yang dipublikasikan selama sepuluh tahun terakhirMara ngeles Serrera Figallo1, Roco T. Velzquez Cayn1, Daniel Torres Lagares1, Jose Ramn Corcuera

Flores1, Guillermo Machuca Portillo11 Bagian Kedokteran Gigi. Universitas SevilleABSTRAK

Tujuan: Penggunaan agen vasokonstriktor dalam anestesi lokal kedokteran gigi telah dibenarkan dan semakin meluas, tetapi kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa anestesi infiltrasi dapat menimbulkan risiko komplikasi selama periode penatalaksanaan gigi. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk mendokumentasikan efek penggunaan anestesi lokal yang paling banyak digunakan dalam kedokteran gigi dengan atau tanpa agen vasokonstriktor, pada pasien dengan berbagai jenis kardiopati.

Desain penelitian: Kami telah mencari beberapa uji klinis acak yang menilai efek kardiovaskular dari penggunaan anestesi lokal dalam kedokteran gigi, tanpa batas dalam hal usia atau jenis kelamin, yang dilakukan pada pasien dengan berbagai jenis kardiopati yang telah dipublikasikan selama sepuluh tahun terakhir dan disusun dalam daftar serta dihubungkan oleh Cochrane, Embase dan Medline.Hasil: Kami telah menemukan enam uji klinis acak yang disusun dalam daftar serta dihubungkan oleh Medline dan Cochrane dalam sepuluh tahun terakhir. Uji ini membandingkan berbagai jenis agen anestesi : lidocaine 2%, mepivacaine 2%, prilocaine 2%, terkait maupun tidak dengan berbagai konsentrasi yang berbeda dari vasokonstriktor seperti adrenalin atau felypressin. Jenis kardiopati yang diderita subjek penelitian meliputi berbagai tingkat keparahan kardiopati mulai dari hipertensi, penyakit jantung iskemik, aritmia, penyakit koroner kronis, hingga transplantasi jantung.

Kesimpulan: Penggunaan agen vasokonstriktor dalam anestesi kedokteran gigi dibenarkan dalam kasus pasien dengan kardiopati (meskipun secara sepintas kami mendapatkan bahwa keadaan ini merupakan kontraindikasi dari berbagai jenis manipulasi gigi) dan pada pasien hipertensi terkontrol. Dalam kasus apapun, kita harus sangat berhati-hati dengan pilihan dan pelaksanaan teknik anestesi, secara umum usahakan untuk menggunakan dosis antara 1,8 dan 3,6 ml. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan efek dari obat ini pada pasien hipertensi berat atau pada pasien dengan jenis kardiopati lain yang lebih berat.

Kata kunci : agen vasokonstriktor, epinefrin/efek samping, anestesi lokal, restorasi gigi, bedah mulut, penyakit kardiovaskular, arteriosklerosis koroner, penyakit jantung, hipertensi, aritmia, koronariopati.

Pendahuluan

Penggunaan agen vasokonstriktor diperbolehkan dalam praktek klinis anestesi kedokteran gigi: agen vasokonstriktor dapat menghambat absorbsi agen anestesi lokal dan meningkatkan keamanan dengan menurunkan dosis yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi mati rasa (menurunkan potensi risiko keracunan). Penggunaan vasokonstriktor tipe katekolamin pada beberapa pasien merupakan isu yang kontroversial, terutama pada kasus dengan pasien yang menderita kardiopati dan atau diabetes dan lebih tepatnya pada pasien yang menderita koronariopati serta hipertensi berat.1Untuk menghindari risiko-risiko yang berhubungan dengan penggunaan katekolamin, para peneliti telah memfokuskan upaya mereka dalam mencari agen vasokonstriktor dengan struktur kimia yang berbeda. Saat ini, hanya felypressin (2-L-Phenylalanine-8-L-lysine-vasopressin), yang dipasarkan di Spanyol, yang mungkin dapat menjadi alternatif adekuat dari vasokonstriktor jenis katekolamin dalam situasi berikut: kardiopati (terutama kardiopati iskemik), pasien dengan konsentrasi katekolamin endogen yang tinggi dalam plasma (feochromocytoma) atau konsentrasi hormon tiroid yang tinggi dalam plasma (hipertiroid primer atau sekunder), pasien yang sedang menjalani pengobatan dengan zat yang rentan menyebabkan interaksi berbahaya dengan katekolamin (obat beta-blocker, antidepresan tricyclic, antidepresan MAOIs, obat-obatan simpatomimetik seperti kokain, dll) atau alergi terhadap agen vasokonstriktor.2-4Salah satu tindakan yang paling sulit dan berisiko di antara tindakan-tindakan lain dalam penatalaksanaan gigi adalah anestesi infiltrasi. Bila kita mempertimbangkan sejumlah efek farmakologik dari substansi yang diinfiltrasikan (baik agen anestesi itu sendiri maupun agen vasokonstriktor yang digunakan untuk meningkatkan kualitas farmakokinetik dan mengurangi toksisitas agen anestesi), jelas bahwa para ahli harus mengetahui situasi yang dihadapi dan mengendalikan situasi tersebut secara menyeluruh. Situasi ini menjadi lebih sulit ketika pasien menderita kardiopati.

Yang kami golongkan sebagai pasien dengan kelainan kardiovaskular meliputi:

Penyakit jantung hipertensi, yang dibagi menjadi 2 jenis, yaitu, hipertensi urgensi dan hipertensi darurat. Hipertensi emergensi mungkin menimbulkan risiko yang mengancam nyawa pasien dan memerlukan terapi penurun tekanan darah parenteral secepatnya.5 Tahap A hipertensi terjadi pada pasien dengan tekanan darah 180/110 mmHg tanpa kerusakan organik atau faktor terkait lain. Tahap B adalah pasien hipertensi dengan kelainan sistemik yang menjadi faktor risiko (merokok/menginang, dislipidemi, usia lebih dari 60 tahun, maupun riwayat penyakit vaskular sebelumnya), dengan pengecualian diabetes melitus, serta tidak ada tanda-tanda syok kardiovaskular. Tahap C adalah pasien yang menderita penyakit kardiovaskular, kerusakan organik, dan atau diabetes melitus tetapi tidak memiliki faktor risiko yang lain.

Penyakit jantung iskemik: pertama-tama, kita harus ingat bahwa pasien yang menderita infark miokardium akut memiliki risiko tinggi mengalami infark baru pada miokardium lain, dan sangat sering terjadi aritmia yang berat. Juga diketahui bahwa prosedur operasi non jantung memiliki risiko infark kedua sebesar 27% dalam 1 bulan setelah terjadinya infark, 11% selama bulan ke 3 dan ke 6, dan turun menjadi 5% setelah lebih dari 6 bulan. Oleh karena itu, penatalaksanaan gigi tidak diindikasikan hingga 6 bulan setelah episode infark miokardium akut.6-7 Aritmia: Aritmia didefinisikan sebagai kelainan dari denyut jantung atau ritme. Pada aritmia, dapat ditemukan 2 kondisi denyut jantung yang berlainan, bradiaritmia (denyut jantung kurang dari 60 kali per menit) dan takiaritmia (denyut jantung lebih dari 100 kali per menit). Pada pasien seperti ini evaluasi preoperasi harus rinci untuk dapat memperkirakan asal dari aritmia, hal-hal yang dibutuhkan untuk stabilitas pasien sebelum pengobatan, serta risiko aritmia selama pengobatan dan kemungkinan menghindari penggunaan anestesi lokal dengan agen vasokonstriktor.8 Pasien yang telah menjalani transplantasi jantung: tingkat kelangsungan hidup pasien meningkat dengan pemakaian obat imunosupresi seperti siklosporin. Efek samping dari obat jenis ini salah satunya adalah angka insidensi yang tinggi dari hiperplasia ginggiva. Kita harus menentukan dosis anestesi lokal yang tepat untuk diberikan pada pasien dengan keadaan seperti ini.9Sejalan dengan penulis lain, kita dapat menyatakan bahwa dalam penelitian dengan subjek sehat, jumlah dari ampul anestesi yang dapat diberikan terbatas jumlahnya.15 Oleh karena itu, bukti terbesar yang pernah dilaporkan sampai sejauh ini terkait efek anestesi lokal dengan tambahan agen vasokonstriktor dalam dunia kedokteran gigi pada sistem kardiovaskular, diamati pada individu yang sehat.16

Namun demikian, jumlah pasien dengan kardiopati yang berkunjung ke klinik kami terus meningkat dan penggunaan anestesi dengan tambahan agen vasokonstriktor pada pasien yang menderita kardiopati menimbulkan dikotomi yang menarik. Di satu sisi, penambahan agen vasokonstriktor menyebabkan tingkat keamanan yang lebih besar namun di sisi lain dapat menimbulkan komplikasi kardiovaskular.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari dan melakukan evaluasi kritis pada laporan penelitian terbaru mengenai efek dan tingkat keamanan untuk sistem kardiovaskular dari penggunaan anestesi lokal dengan penambahan agen vasokonstriktor dalam kedokteran gigi pada pasien dengan kardiopati.

Bahan dan Metode

Kami telah mencari penelitian yang dipublikasikan pada 1 dekade terakhir (Januari 2000 hingga Desember 2010) dan telah dibuat daftar serta dihubungkan oleh Cochrane, Embase, dan Medline, yang kedua menggunakan alat pencarian Pubmed. Parameter pencarian yang kami gunakan adalah sebagai berikut: uji klinis acak dengan kontrol yang dilakukan pada manusia tanpa membatasi usia, jenis kelamin pria atau wanita, dengan jenis apapun dari penyakit kardiopati atau kardiovaskular, yang ditulis menggunakan bahasa Inggris atau Spanyol dan dipublikasikan dalam 1 dekade terakhir. Kata yang digunakan dalam proses pencarian adalah: agen-agen vasokonstriktor, epinefrin/ efek samping, anestesi lokal, restorasi gigi, operasi mulut, penyakit kardiovaskular, arteriosklerosis pada pembuluh darah koroner, penyakit jantung, hipertensi, dan aritmia, koronariopati, menggunakan Boolean operator OR untuk mengombinasikan kata-kata yang digunakan dalam proses pencarian.

Akhirnya, hasil yang didapatkan dipilih secara manual dengan membaca abstrak-abstrak yang disebutkan di atas, kemudian mencari versi original dari artikel yang terpilih.

Hasil:

Kami telah menemukan enam penelitian dengan menggunakan uji klinis acak: Ezmak dkk. (2010), Elad dkk. (2008), Fernandez-Caceres dkk. (2008), Neves dkk. (2007), Conradi dkk. (2007), dan Mechechan dkk. (2002). Laporan pada penelitian ini fokus terhadap beberapa tipe obat anestesi yang berbeda seperti lidocaine 2%, mepivacaine 2%, prilocaine 2% dengan atau tanpa agen vasokonstriktor seperti adrenalin atau felypressin.

Jenis kardiopati yang diteliti adalah hipertensi hingga penyakit jantung koroner (angina pektoris stabil, infark miokardium lebih dari 6 bulan, bypass arteri koroner lebih dari 3 bulan, dan gagal jantung kongestif/ CHF) termasuk aritmia, penyakit koroner kronik, dan transplantasi jantung.

Tabel 1 menunjukkan informasi mengenai keenam penelitian yang sudah disebutkan di atas seperti: desain penelitian (uji prospektif acak dengan kontrol), kriteria inklusi dan eksklusi (penyakit yang berbeda dan penatalaksanaannya), jumlah pasien atau sampel secara keseluruhan (antara 30 sampai 65), anestesi lokal dengan atau tanpa agen vasokonstriktor dan jumlah pasien dalam masing-masing grup, dosis anestesi, parameter yang berhubungan (EKG, tekanan darah, dan nadi), interval, dan perbedaan fokus observasi jika ada.PENULISDESAIN PENELITIANINKLUSIEKSKLUSIPASIEN (N)ANESTESI LOKALDOSISVARIABELHASIL

Ezmek dkk. (2010)10Prospektif acakHipertensi

Tekanan darah:

Sistolik < 140 mmHg

Diastolik < 90 mmHg

Pasien hanya mendapat obat penghambat kanal kalsium atau reseptor betaTekanan darah:

Sistolik > 160 mmHg

Diastolik > 95 mmHg

Kondisi medis lain yang berbeda dengan hipertensi60Lidocaine 2% (20 pasien)

Prilocaine 2% (20 pasien)

Mepivacaine 2% (20 pasien)2 mlVariabel:

Tekanan darah (TD)

Denyut jantung (DJ)

Saturasi 02Interval:

20 menit sebelum injeksi

3 menit sebelum injeksi

Waktu injeksi

Tiap 3 menit setelah injeksi hingga 2 menit setelah penatalaksanaan gigi berakhir.Tidak ada perbedaan bermakna secara statistikTidak ada efek samping

Elad dkk (2008)11Prospektif acak double-blind Hipertensi terkontrol (maksimal 160/100 mmHg)

Kardiopati iskemik

Angina pektoris stabil

Setelah infark miokardium (> 6 bulan)

Setelah bypass arteri koroner (> 3 bulan)

Gagal jantung kongestifAngina pektoris tak stabil

Infark miokardium akut < 6 bulan

Aritmia refrakter

Hipertensi tak terkontrol atau tak terobati

Diabetes tak terkontrol

Sensitivitas terhadap sulfit

Asma yang dipicu kortikosteroidAntidepresan tricyclic

Kondisi-kondisi psikiatri50Articaine 4% + adrenaline 1: 200.000 (25 pasien)

Lidocaine 2% + adrenaline 1: 100.000 (25 pasien)1,8 mlElektrokardiogram (EKG)

Saturasi 02 (02S)

Tekanan darah (TD)

Denyut jantung (DJ)

Interval:

Dari 5 menit sebelum injeksi hingga 5 menit setelah penatalaksanaan gigi

EKG berkelanjutan dan O2S

Tiap 5 menit: TD dan DJTidak ada perbedaan bermakna secara statistikTidak ada efek samping

Caceres dkk. (2008)12Prospektif acak double-blindUsia 18 hingga 70 tahun

Serum positif untuk penyakit chagas atau penyakit arteri koroner stabil. Aritmia ventrikuler kompleks

Dengan atau tanpa terapi obat spesifik

Indikasi penatalaksanaan gigi di regio mandibulaKardiopati lain (Infark baru, angina tak stabil)

Tanda dan gejala gagal jantung kelas IV65

33 pasien positif untuk penyakit chagas

32 pasien dengan penyakit arteri koronerPrilocaine 3% + felypressin 0,03 UI/ml (36 pasien, 19 pasien dengan Chagas dan 17 pasien dengan penyakit arteri koroner)

Lidocaine 2% tanpa vasokonstriktor (29 pasien, 14 pasien dengan Chagas dan 15 dengan penyakit arteri koroner)2 4 ampul (tiap ampul 1,8 ml)Elektrokardiogram (EKG)

Tekanan darah (TD)

Denyut jantung (DJ)

Interval:

25 jam: 1 jam sebelum terapi dan 24 jam setelah terapi

3 tahap:

Sebelum terapi

Selama terapi

Setelah terapiTidak terlihat adanya perubahan hemodinamik atau peningkatan aritmia ventrikuler akibat penggunaan lokal anestesi

Neves dkk. (2007)13Prospektif acakPenyakit arteri koroner kronis

Hasil positif pada tes usaha untuk kardiopati iskemik (dilakukan setelah 3 bulan tanpa infark ulang)Neoplasma

Septikemia

Hamil

Angina tak stabil

Hipertensi tak terkontrol62Lidocaine 2% + adrenaline 1: 100.000 (30 pasien)

Lidocaine 2% (32 pasien)Grup tanpa vasokonstriktor: Subgrup A: 1,8 ml (15 pasien)

Subgrup B: 3,6 ml (15 pasien)

Grup dengan vasokonstriktor: Subgrup A: 1,8 ml (15 pasien)

Subgrup B: 3,6 ml (17 pasien)Elektrokardiogram (EKG)

Tekanan darah (TD)

Denyut jantung (DJ)

Interval:

25 jam: 1 jam sebelum terapi dan 24 jam setelah terapi

3 tahap:

Sebelum terapi

Selama terapi

Setelah terapiTidak ada perbedaan bermakna secara statistikTidak ada efek samping

Conrado dkk (2007) 14Prospektif acakPenyakit jantung koroner kronik dan angina pektoris stabilAngina pektoris tidak stabil, AMI < 3 bulan, indikasi pasien yang membutuhkan angioplasti segera, dan hipertensi berat (180/110 mmHg)54Mepivacaine 2% + adrenalin 1: 100.000 (27 pasien)

Mepivacaine 3% (27 pasien)1,8 mlEKG, tekanan darah, tes darah, ekokardiografi, dan biomarker untuk mionekrosis

-Interval:

Periode baseline: EKG dan tes darah

-Sebelum injeksi: ekokardiografi dan tekanan darah.

-2 menit setelah injeks: ekokardiografi dan tekanan darah.

-setelah terapi: ekokardiograpi dan tekanan darah

-setelah 24 jam: EKG (Holter) dan biomarker untuk mionekrosis.Grup tanpa vasokonstriktor:

3 pasien menunjukkan depresi segmen ST (1,0mm)

2 pasien menunjukkan peningkatan biomarker untuk mionekrosis

Meechan dkk (2002) 9Prospektif acak double-blindPasien dengan transplantasi jantung lebih dari 3 bulan (di bawah pengobatan dengan siklosporin dan imunosupresan lainnya)Pasien yang menggunakan beta-bloker30Lidocaine+ adrenalin 1:80.0000 ( 10 pasien transplantasi dan 10 pasien sehat)

Prilocaine 3% dengan fetypressin 0,03 IU/ml (10 pasien transplantasi)4,4 mlEKG, tekanan darah, dan nadi

Interval:

-10 menit sebelum injeksi

-selama injeksi

-10 menit setelah injeksi

-15 menit setelah injeksiPasien transplantasi ditemukan takikardi 10 menit setelah injeksi

Tabel 1. Hasil pencarian mengenai uji klinis acak penggunaan anestesi yang berkaitan dengan vasokonstriktor dalam kedokteran gigi pada pasien dengan kardiopati.Diskusi

Epinefrin atau adrenalin adalah salah satu dari banyak agen vasokonstriktor yang sering digunakan pada kedokteran gigi. Epinefrin menginduksi konstriksi dari pembuluh darah pada mukosa dan kulit, yang membantu periode laten dan meningkatkan waktu kegunaan dari obat anestesi lokal yang bekerja melalui reseptor alfa adrenergik. Tetapi reseptor beta-1-adrenergik pada epinefrin akan menginduksi peningkatan dari denyut jantung dan reseptor beta-2-adrenergik akan menyebabkan vasodilatasi pada otot dan organ dalam, namun, hanya beberapa penelitian saja yang meneliti hubungan kegunaan agen penghambat non selektif beta adrenergik dengan efek hipertensi berat pada kedokteran gigi.17Terdapat sejumlah publikasi penelitian yang dengan baik mengamati efek agen anestesi yang berbeda pada parameter yang berhubungan dangan penyakit jantung. Kebanyakan dari penelitian tersebut menggunakan subjek penelitian yang sehat dan mengamati perubahan-perubahan pada beberapa parameter seperti tekanan arteri (utama), nadi dan yang lainnya yang dimana ditemukan hasil tidak signifikan ketika membandingkan kegunaan obat anestesi dengan atau tanpa agen vasokonstriktor. Pada penelitian ini kami menemukan sedikit peningkatan dari parameter yang disebutkan diatas, dimana peneliti menemukan salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu stress dari pasien yang menyebabkan peningkatan epinefrin atau adrenalin endogen.18Penelitian terakhir yang meneliti efek sistemik dilakukan oleh Bader dkk pada tahun 2002 tentang efek kardiovaskular yang berhubungan dengan penggunaan epinefrin dalam kedokteran gigi pada pasien hipertensi menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan baik pada tekanan darah sistolik maupun diastolik, bahkan pada pasien non kontrol.19Sejak itu, 6 penelitian lain telah mempublikasikan hasil penelitian mereka berupa bukti tingkat pertama (uji klinis acak) pada penelitian ini. Penelitian ini telah memperluas bidang yang diteliti dengan memasukkan pasien dengan penyakit jantung iskemik (angina pektoris stabil, miokardium infark akut (AMI), dan pasien dengan bypass) dan pasien dengan riwayat transplantasi jantung atau penyakit koroner kronik. Dari hasil penelitian tersebut sekarang kami sadar akan efek anestesi lokal dengan atau tanpa agen vasokonstriktor memiliki hubungan dengan penyakit yang luas terutama dengan sistem kardiovaskular.

Kesimpulan pertama yang dapat disimpulkan adalah dari kebanyakan penelitian di atas kami tidak menemukan perbedaan signifikan antara pasien dengan kardiopati yang diberikan obat anestesi dengan atau tanpa agen vasokonstriktor, dan ketika ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik, peneliti tidak mempertimbangkan hal tersebut sebagai efek dari obat anestesi (seperti penelitian yang dilakukan oleh Meechan dkk atau Conrado dkk.9.14).Tatalaksana anestesi yang digunakan pada penelitian kami adalah obat anestesi yang sering dipakai umum oleh bidang kedokteran gigi seperti prilocaine, lidocaine, mepivacaine, dan articaine dengan atau tanpa agen vasokonstriktor seperti adrenalin atau felypressin. Ini mengindikasikan bahwa tidak ada obat baru yang lebih aman untuk pasien dengan kardiopati. Dosis dalam penelitian ini sama dengan dosis yang digunakan pada subjek penelitian yang sehat, jadi kami harus mengasumsikan bahwa pada penelitian ini obat lokal anestesi diberikan dalam kondisi normal.

Meskipun beberapa penelitian melaporkan kegunaan teknik invasif untuk mengontrol variabel hemodinamik dan kardiovaskular, beberapa variabel yang diukur pada penelitian yang kami pilih adalah tekanan darah arteri, denyut jantung, saturasi oksigen, dan penggunaan EKG. 20 Hanya satu dari penelitian yang mencari kemungkinan kerusakan jantung menggunakan beberapa variabel lain seperti: biomarker dari mionekrosis, EKG, dan tes darah.14Pada umumnya, penulis mulai mengontrol variabel-variabel ini saat sebelum dimulainya penatalaksanaan dan selesai setelah penatalaksanaan berakhir sehingga terbentuk tiga periode yang dapat dibedakan dengan jelas11, yaitu: sebelum penatalaksanaan (periode dasar) yang dalam laporan penelitian ditentukan 5-10 menit hingga 1 jam sebelum penatalaksanaan; selama penatalaksanaan gigi; setelah penatalaksanaan gigi yang dapat berlangsung dari beberapa menit setelah penatalaksanaan hingga 24 jam dengan Holter. 50% dari analisis penelitian menggunakan teknik ini untuk pelaksanaan pengamatan pasca operasi pada pasien.12-14 Penggunaan Holter serta masa pengamatan yang lebih panjang setelah injeksi anestesi dibenarkan karena kompleksitas pasien dan risiko kecelakaan, serta keadaan subklinis (yang harus kita deteksi) dalam beberapa jam setelah pemberian anestesi.

Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah pasien dengan kondisi sementara yang kontraindikasi terhadap penatalaksanaan (infark miokard akut kurang dari tiga atau enam bulan evolusi) 11,14 atau mereka dengan tingkatan berat dari patologi yang diteliti (hipertensi berat, gagal jantung kelas IV)10,12. Sejauh ini, tidak ada informasi yang tersedia tentang efek penggunaan agen vasokonstriktor dalam anestesi lokal pada sistem kardiovaskular pasien tersebut, oleh karena itu kita harus menghindari penggunaannya, atau sangat berhati-hati dalam penggunaannya. Menurut pendapat kami, informasi tersebut perlu dan harus diperoleh dengan cara melakukan penelitian dimana pasien, karena adanya kompleksitas dari lesi dan risiko komplikasi yang berat, lebih diperhatikan dan bahkan dirawat di rumah sakit selama masa penelitian.

Demikian juga, kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa semakin besar kompleksitas pasien, semakin luas kisaran patologi yang akan kita temui dan semakin besar varietas obat yang akan diberikan. Hal ini pada gilirannya, juga dapat memicu perubahan kardiovaskular pada kasus pemberian agen vasokonstriktor dalam anestesi lokal.9

Dari tinjauan semua studi yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada pasien dengan kardiopati (meskipun secara sepintas kami mendapatkan bahwa keadaan ini merupakan kontraindikasi dari berbagai jenis manipulasi gigi) dan pada pasien hipertensi terkontrol, penggunaan agen vasokonstriktor dalam anestesi lokal dibenarkan. Dalam kasus apapun, kita harus sangat berhati-hati dengan pilihan dan pelaksanaan teknik anestesi, secara umum usahakan untuk menggunakan dosis antara 1,8 dan 3,6 ml. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan efek dari obat ini pada pasien hipertensi berat atau pada pasien dengan jenis kardiopati lain yang lebih berat.

Referensi

1. Taylor MB, Whitwam JG. The current status of pulse oximetry. Clinical value of continuous noninvasive oxygen saturation monitoring. Anaesthesia. 1986;41:9439.2. Becker DE. Vasopressors in local anesthetics: controversies revisited. J Tenn Dent Assoc. 1994;74:1821.3. Matsuura H. The systemic management of cardiovascular risk patients in dentistry. Anesth Pain Control Dent. 1993;2:4961.4. Brown RS. Local anesthetics. Dent Clin North Am. 1994;38:61932.5. Yagiela JA, Haymore TL. Management of the hypertensive dental patient. J Calif Dent Assoc. 2007;35:519.6. Roberts HW, Mitnisky EF. Cardiac risk stratification for postmyocardial infarction dental patients. Oral Surg OralMed Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2001;91:67681.7. Silvestre-Donat FJ. [Dental management of ischaemic heart disease] Med Oral. 2003;8:230.8. Miller RA, Siegelman LI. Dental anesthestic management of a patient with ventricular arrhytmias. Anesth Prog. 1998;45:6873.9. Meechan JG, Parry G, Rattray DT, Thomason JM. Effects of dental local anaesthetics in cardiac transplant recipients. Br Dent J. 2002;192:1613.10. Ezmek B, Arslan A, Delilbasi C, Sencift K. Comparison of hemodynamic effects of lidocaine, prilocaine and mepivacaine solutions without vasoconstrictor in hypertensive patients. J Appl Oral Sci. 2010;18:3549.11. Elad S, Admon D, Kedmi M, Naveh E, Benzki E, Ayalon S. The cardiovascular effect of local anesthesia with articaine plus 1:200,000 adrenalin versus lidocaine plus 1:100,000 adrenalin in medically compromised cardiac patients: a prospective, randomized, double blinded study. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2008;105:72530.12. Cceres MT, Ludovice AC, Brito FS, Darrieux FC, Neves RS, Scanavacca MI. Effects of local anesthesics with or without vasoconstrictor agent in patients with ventricular arrhythmias. Arq Bras Cariol. 2008;91:1427.13. Neves RS, Neves IL, Giorgi DM, Grupi CJ, Csar LA, Hueb W. Effects of epinephrine in local dental anesthesia in patients with coronary artery disease. Arq Bras Cardiol. 2007;88:54551.14. Conrado VS, de Andrade J, de Angelis GA, de Andrade AC, Timerman L, Andrade MM. Cardiovascular effects of local anethesia with vasocontrictor during dental extraction in coronary patients. Arq Bras Cardiol. 2007;88:50713.15. Subramaniam S, Tennant M. A concise review of the basic biology and pharmacology of local analgesia. Aust Dent J. 2005;50 Suppl 2:S2330.16. Mason R, Drum M, Reader A, Nusstein J, Beck M. A prospective, randomized, double-blind comparison of 2% lidocaine with 1:100,000 and 1:50,000 epinephrine and 3% mepivacaine for maxillary infiltrations. J Endod. 2009;35:11731177.17. Hersh EV. Giannakopoulos H. Beta-adrenergic blocking agents and dental vasoconstrictors. Dent Clin North Am. 2010;54:68796.18. Lipp M, Dick W, Daublnder M, Fuder H, StantonHicks M. Exogenous and endogenous plasma levels of epinephrine during dental treatment under local anesthesia. Reg Anesth. 1993;18:612.19. Bader JD, Bonito AJ, Shugars DA. A systematic review of cardiovascular effects of epinephrine on hypertensive dental patients. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2002;93:64753.20. Hill CM, Mostafa P, Stuart AG, Thomas DW, Walker RV. ECG variations in patients pre- and post-local anesthesia and analgesia. Br Dent J. 2009;207:E23.