laporan makro fauna tanah

12
MAKRO FAUNA TANAH M. Ilham Saiful Rijal¹ Iqbal Al Muhlisin² ¹Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Tekhnologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ²Asisten Praktikum Ekologi Dasar e-mail : [email protected] 24 Oktober 2014 Abstrak Tanah merupakan campuran dari berbagai mineral, bahan organik, dan air dengan struktur yang lepas dan mengandung bahan-bahan padat dan rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah dibentuk dari bantuan induk oleh proses-proses kimia dan fisik. Tanah yang merupakan bagian dari faktor abiotik mempunyai peran yang sangat vital karena menyediakan berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan hidup di bumi, salah satunya adalah kehidupan makrofauna. Kehidupan makrofauna tanah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang merupakan tempat hidupnya. Faktor yang memepengaruhi itu diantaranya pH tanah, temperatur tanah, temperatur udara, kelembaban tanah, kelembaban udara, intensitas cahaya. Perbedaan kondisi lingkungan menyebabkan adanya perbedaan jenis makrofauna tanah dan juga yang mendominasinya. Berdasarkan pernyataan diawal, pengamatan makro fauna tanah ditujukan untuk mengetahui jenis-jenis makrofauna tanah yang terdapat pada beberapa ekosistem tanah. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa, makro fauna yang terdapat ditanah bermacam- macam dari mulai nyamuk, semut, lalat, tenibrio,arthropoda, biturus dan lainnya. Hal ini bergantung terhadap Faktor fisik lingkungan pada kedua daerah yaitu vegetasi dan non vegetasi terhadap keanekaragaman makrofauna. Keyword : abiotik, makro fauna, non vegetasi, vegetasi, vital A. PENDAHULUAN Tanah tersusun atas empat bahan yaitu mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing-masing berbeda untuk setiap jenis atau lapisan tanah. Di permukaan tanah banyak terdapat makrofauna. Makrofauna tanah berperan penting dalam proses-proses

Upload: ilham-saiful-rizal

Post on 21-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ekologi dasar

TRANSCRIPT

Page 1: laporan makro fauna tanah

MAKRO FAUNA TANAHM. Ilham Saiful Rijal¹

Iqbal Al Muhlisin²¹Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Tekhnologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

²Asisten Praktikum Ekologi Dasare-mail : [email protected]

24 Oktober 2014

Abstrak

Tanah merupakan campuran dari berbagai mineral, bahan organik, dan air dengan struktur yang lepas dan mengandung bahan-bahan padat dan rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah dibentuk dari bantuan induk oleh proses-proses kimia dan fisik. Tanah yang merupakan bagian dari faktor abiotik mempunyai peran yang sangat vital karena menyediakan berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan hidup di bumi, salah satunya adalah kehidupan makrofauna. Kehidupan makrofauna tanah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang merupakan tempat hidupnya. Faktor yang memepengaruhi itu diantaranya pH tanah, temperatur tanah, temperatur udara, kelembaban tanah, kelembaban udara, intensitas cahaya. Perbedaan kondisi lingkungan menyebabkan adanya perbedaan jenis makrofauna tanah dan juga yang mendominasinya. Berdasarkan pernyataan diawal, pengamatan makro fauna tanah ditujukan untuk mengetahui jenis-jenis makrofauna tanah yang terdapat pada beberapa ekosistem tanah. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa, makro fauna yang terdapat ditanah bermacam-macam dari mulai nyamuk, semut, lalat, tenibrio,arthropoda, biturus dan lainnya. Hal ini bergantung terhadap Faktor fisik lingkungan pada kedua daerah yaitu vegetasi dan non vegetasi terhadap keanekaragaman makrofauna.

Keyword : abiotik, makro fauna, non vegetasi, vegetasi, vital

A. PENDAHULUANTanah tersusun atas empat bahan

yaitu mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing-masing berbeda untuk setiap jenis atau lapisan tanah. Di permukaan tanah banyak terdapat makrofauna. Makrofauna tanah berperan penting dalam proses-proses ekologis yang terjadi di dalam tanah, seperti dekomposisi, siklus unsur hara dan agregasi tanah.

Kehidupan hewan tanah sangat bergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah itu. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan suatu populasi suatu jenis hewan tanah disuatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan biotik (Suin, 2006).

Dalam penyebaran makrofauna tanah lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang berada diluar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme yang hidup dalam lingkungan masing-masing. Begitu pula jumlah dan kualitas organisme penghuni di setiap habitat tidak sama. Perbedaan yang paling mencolok adalah pada ukuran tumbuhan hijau, karena akan mempengaruhi penyebaran makrofauna disekitarnya. Lingkungan juga merupakan salah satu bagiannya (Irwan, 1992).

Faktor lingkungan abiotik secara besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan  faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang

Page 2: laporan makro fauna tanah

terdapat di suatu habitat. Faktor lingkungan biotik bagi hewan tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikrofauna, mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainnya. Pada komunitas itu jenis-jenis organisme itu saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi itu bisa berupa predasi, parasitisme, kompetisi dan penyakit (Leksono,2007).

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan praktikum kali ini adalah mahasiswa diharapkan mengetahui jenis-jenis makro fauna tanah yang terdapat pada beberapa ekosistem tanah.

B. METODEPraktikum ini dilaksanakan pada hari

Jumat, 23 Oktober 2014 pukul 13.30 WIB di halaman depan (plot vegetasi) dan halaman belakang (plot non vegetasi) Pusat Laboratorium Terpadu , UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Alat dan Bahan

Gambar 1. Peta UIN Syarif Hidayatullah JakartaSumber: https://www.google.com/maps/@-6.3064221.106.7554394.18z

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas plastik, potongan kayu (patok), fiber glass, botol koleksi, soil tester, thermometer, lux meter. Bahan yang digunakan meliput minyak, air, alkohol 70%, garam

Cara KerjaPertama dipilih tiga plot yang

diperkirakan memiliki kandungan bahan organic yang rendah(non vegetasi), kemudian di buat lubang pada tanah sedalam 20 cm. dimasukkan wadah kedalam lubang yang sebelumnya wadah

telah diisi dengan 20 ml air dan 5 g detergen, setelah itu fiber glass di potong dengan ukuran 30 x 30 cm serta dipotong kayu atau bamboo sebagai patok. Dipayungi wadah dalam lubang tanah dengan fiber glass yang diberi patok agar terhindar dari air hujan. Dilakukan pengukuran pH tanah,suhu tanah,da intensitas cahaya pada hari ke 0 dan hari ke 7, selanjutnya diindentifikasi jenis-jenis makrofauna yang terperangkap pada jebakan.

Analisis DataIndeks Keanekaragaman Jenis (Shannon-Wiener)

Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui pengaruh kualitas lingkungan terhadap komunitas makrofauna tanah. Keanekaragaman spesies menunjukkan jumlah total proporsi suatu spesies relatif terhadap jumlah total individu yang ada (Leksono, 2007).

Pengaruh kualitas lingkungan terhadap kelimpahan makrofauna tanah selalu berbeda-beda tergantung pada makro fauna, karena tiap jenis makrofauna memiliki adaptasi dan toleransi yang berbeda terhadap habitatnya. Indeks tersebut digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci tentang komunitas makrofauna. Indeks keanekaragaman ditemukan oleh Shannon-Wiener diacu dalam Begen (2000).

Maguran (1988) menyatakan bahwa kriteria yang digunakan untuk meninterpretasikan keanekaragaman Shannon-Wiener yaitu :

H’ < 1,5    : keanekaragaman rendah

H’ 1,5-3,5 : keanekaragaman sedang

H’ > 3,5    : keanekaragaman tinggi

H′ = −∑i=1

s

( ¿N )ln( ¿

N)

Keterangan :

Page 3: laporan makro fauna tanah

H’ = Indeks Shannon-WienerNi = Jumlah individu jenis ke-iN = Jumlah individu seluruh jenis

Indeks Kemerataan JenisIndeks kemerataan jenis

menunjukkan perataan penyebaran individu dari jenis-jenis organisme yang menyusun suatu ekosistem. kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan kemerataan Evenness yaitu :

E’ < 0,3       : kemerataan rendah

E’ 0,3 – 0,6 : kemerataan sedang

E’ > 0,6       : kemerataan tinggi (Maguran,1988)

Keterangan :E = Indeks kemerataan jenisH’= Indeks Shannon-Wiener.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil : lampiran 1 – 2

3.2 Pembahasan

Praktikum makrofauna tanah di dahului dengan pengukuran faktor fisik lingkungannya terlebih dahulu. Pengukuran faktor fisik penting, untuk mengetahui keadaan lingkungan dan perbandingan pada lingkungan yang mempunyai faktor fisik berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran faktor fisik lingkungan pada daerah vegetasi berbeda dengan non vegetasi. Intensitas cahaya rata-ratanya pada daerah vegetasi lebih rendah dibandingkan dengan daerah non vegetasi dikarenakan pada daerah vegetasi masuknya cahaya terhalang oleh pohon sehingga intensitas cahayanya lebih kecil di banding cahaya pada daerah non vegetasi.

Kelembaban udara pada daerah vegetasi lebih rendah dibandingkan daerah non vegetasi. Karena pada daerah vegetasi oksigen yang dihasilkan lebih banyak di bawah pohon dibandingkan daerah non vegetasi.

Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup dan ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu (Hardjowigeno, 2007).

Suhu tanah rata-rata pada daerah vegetasi lebih tinggi yaitu 31ºC dibandingkan pada suhu non vegetasi yaitu 30,6ºC. hal ini disebabkan terjadi kesalahan pada saat pengukuran yang seharusnya pada daerah vegetasi suhu lebih rendah dibandingkan non vegetasi karena pada daerah vegetasi tanahnya lebih lembab sehingga suhu tanahnya lebih rendah dibandingkan pada daerah non vegetasi.

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode perangkap sumuran atau pitfall trap ( Sarwono (2007).  Suin (1997) menjelaskan bahwa fauna tanah sangat ditentukan/ bergantung pada habitatnya karena keberadaan dan kepadatan populasi dari suatu jenis fauna tanah disuatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan kata lain keberadaan dan kepadatan populasi dari suatu jenis fauna tanah disuatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan.

Pada praktikum Makro Fauna Tanah kali ini, setiap masing-masing kelompok menggunakan bahan yang berbeda. Bahan berupa detergen berfungsi sebagai penurun tegangan permukaan air, sehingga apabila terdapat makrofauna yang masuk kedalam pitfall trap akan langsung jatuh ke air. Minyak digunakan untuk mendatangkan makrofauna tanah di sekitar tempat pengamatan dengan bau yang dihasilkan. Alkohol berfungsi sebagai pengawet makrofauna yang jatuh ke dalam pitfall trap. Sedangkan larutan garam secara fisiologis merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat

E = H’/ In S

Page 4: laporan makro fauna tanah

menghantarkan arus listrik. Setiap tubuh makhluk hidup mengandung larutan garam misalnya sitoplasma dan darah. Tetapi karena cairan tubuh ini juga mengandung banyak ion-ion lainnya, maka tidak akan membentuk garam setelah airnya diuapkan, sehingga pada uji ini berfungsi mendatangkan makrofauna secara fisiologis.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan minyak tanah pada daerah vegetasi didapatkan berbagai jenis makrofauna tanah, yaitu semut hitam besar sebanyak 19 ekor, chilopoda sebanyak 3 ekor dan larva sebanyak 1 ekor. Berdasarkan data tersebut didapatkan hasil indeks keanekaragaman jenis sebanyak 0,29 yang artinya keanekaragaman jenis pada daerah vegetasi tergolong rendah. Adapun untuk indeks kemerataan didapatkan hasil 0,27 yang artinya kemerataan jenis pada daerah vegetasi tergolong rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan minyak goreng pada daerah vegetasi didapatkan berbagai jenis makrofauna tanah, yaitu semut hitam besar sebanyak 22 ekor, semut merah besar sebanyak 16 ekor dan larva sebanyak 5 ekor. Berdasarkan data tersebut didapatkan hasil indeks keanekaragaman jenis sebanyak 0,71 yang artinya keanekaragaman jenis pada daerah vegetasi tergolong rendah. Adapun untuk indeks kemerataan didapatkan hasil 0,65 yang artinya kemerataan jenis pada daerah vegetasi tergolong tinggi.

Sedangkan hasil pengamatan dengan menggunakan minyak goreng pada daerah non vegetasi didapatkan berbagai jenis makrofauna tanah, yaitu semut hitam besar sebanyak 11 ekor, semut merah kecil sebanyak 174 ekor dan semut merah besar sebanyak 5 ekor. Berdasarkan data tersebut didapatkan hasil indeks keanekaragaman jenis sebanyak 0,25 yang artinya keanekaragaman jenis pada daerah vegetasi tergolong rendah. Adapun untuk indeks kemerataan didapatkan hasil 0,35

yang artinya kemerataan jenis pada daerah vegetasi tergolong sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan larutan detergen pada daerah vegetasi didapatkan berbagai jenis makrofauna tanah, yaitu semut hitam besar sebanyak 15 ekor, semut hitam kecil sebanyak 18 ekor, laba-laba sebanyak 1 ekor, sp 1 sebanyak 2 ekor, sp 2 sebanyak 1 ekor dan semut merah besar sebanyak 1 ekor. Berdasarkan data tersebut didapatkan hasil indeks keanekaragaman jenis sebanyak 0,72 yang artinya keanekaragaman jenis pada daerah vegetasi tergolong rendah. Adapun untuk indeks kemerataan didapatkan hasil 0,40 yang artinya kemerataan jenis pada daerah vegetasi tergolong sedang.

Sedangkan hasil pengamatan dengan menggunakan larutan detergen pada daerah non vegetasi didapatkan berbagai jenis makrofauna tanah, yaitu semut hitam besar sebanyak 11 ekor, semut hitam kecil sebanyak 29 ekor dan semut merah kecil sebanyak 4 ekor. Berdasarkan data tersebut didapatkan hasil indeks keanekaragaman jenis sebanyak 0,62 yang artinya keanekaragaman jenis pada daerah vegetasi tergolong rendah. Adapun untuk indeks kemerataan didapatkan hasil 0,57 yang artinya kemerataan jenis pada daerah vegetasi tergolong sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan larutan garam pada daerah vegetasi didapatkan berbagai jenis makrofauna tanah, yaitu semut hitam besar sebanyak 8 ekor, semut hitam kecil sebanyak 2 ekor, semut merah kecil sebanyak 8 ekor, dan semut merah besar sebanyak 6 ekor. Berdasarkan data tersebut didapatkan hasil indeks keanekaragaman jenis sebanyak 0,55 yang artinya keanekaragaman jenis pada daerah vegetasi tergolong rendah. Adapun untuk indeks kemerataan didapatkan hasil 0,79 yang artinya kemerataan jenis pada daerah vegetasi tergolong tinggi.

Sedangkan hasil pengamatan dengan menggunakan larutan garam pada

Page 5: laporan makro fauna tanah

daerah non vegetasi didapatkan berbagai jenis makrofauna tanah, yaitu semut hitam besar sebanyak 4 ekor, semut merah kecil sebanyak 17 ekor, semut merah besar sebanyak 27 ekor dan larva sebanyak 1 ekor. Berdasarkan data tersebut didapatkan hasil indeks keanekaragaman jenis sebanyak 0,96 yang artinya keanekaragaman jenis pada daerah vegetasi tergolong rendah. Adapun untuk indeks kemerataan didapatkan hasil 0,69 yang artinya kemerataan jenis pada daerah vegetasi tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan larutan alkohol pada daerah vegetasi didapatkan berbagai jenis makrofauna tanah, yaitu semut hitam besar sebanyak 4 ekor, semut merah besar sebanyak 4 ekor, chilopoda sebanyak 1 ekor dan belatung sebanyak 9 ekor. Berdasarkan data tersebut didapatkan hasil indeks keanekaragaman jenis sebanyak 0,67 yang artinya keanekaragaman jenis pada daerah vegetasi tergolong rendah. Adapun untuk indeks kemerataan didapatkan hasil 0,48 yang artinya kemerataan jenis pada daerah vegetasi tergolong sedang.

Sedangkan hasil pengamatan dengan menggunakan larutan alkohol pada daerah non vegetasi didapatkan berbagai jenis makrofauna tanah, yaitu semut hitam besar sebanyak 11 ekor, semut merah besar sebanyak 2 ekor dan semut bersayap sebanyak 1 ekor. Berdasarkan data tersebut didapatkan hasil indeks keanekaragaman jenis sebanyak 0,47 yang artinya keanekaragaman jenis pada daerah vegetasi tergolong rendah. Adapun untuk indeks kemerataan didapatkan hasil 0,43 yang artinya kemerataan jenis pada daerah vegetasi tergolong sedang.

Berdasarkan praktikum kali ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa Metode pitfall trap merupakan metode yang cukup efektif untuk menangkap makrofauna dan penelitian makrofauna tanah. Pada daerah vegetasi dan non vegetasi jumlah keberadaan makrofauna berbeda yang paling dominan berada pada daerah

vegetasi.Faktor fisik lingkungan pada kedua daerah yaitu vegetasi dan non vegetasi berpengaruh terhadap keanekaragaman makrofauna tanah.

D. Daftar Pustaka

Adianto. 1983. Biologi Pertanian. Alumni Bandung : Bandung.

Hardjowigeno, Sarwono.2007.Ilmu Tanah.Jakarta : Akademika Pressindo

Hanafiah, Kemas.2005.Dasar-dasar Ilmu Tanah.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Leksono, A.Setyo.2007.Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang : Bayumedia

Muhammad, N. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta.

Suin, N.M.2006.Ekologi Hewan Tanah.Jakarta : Bumi Aksara

Page 6: laporan makro fauna tanah

Lampiran 1

Tabel Faktor Abiotik Makrofauna Tanah

Habitat

PlotIntensitas Cahaya (klux)

kelembaban (%)pH tanah

Suhu 0C

(kelompok)Udara Tanah Udara Tanah

Awal Akhir Awal

Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

Vegetasi

1 2,8

Tidak dilakukan pengamatan

55 56 15 17 6,6 6,8 32 31 31 392 3,1 56 58 9 10 6,8 7 32 31 31 303 3 48 37 16 20 6,8 6,8 30 32 32 274 3 47 55 14 18 6,8 6,8 30 31 30 275 2,73 48 58 12 10 6,8 6,8 33,6 30,8 31 28

Rata – rata 2,926 50,8 52,8 13,2 15 6,76 6,84 31,52 31,16 31 30,2

Non Vegetasi

1 14,2 55 55 28 0 7 6,8 29 30 30 292 13,5 55 56 10 0 7 7,2 32 30 31 273 13,5 53 56 9 0 7 7 30 31 31 284 0,75 52 56 4,2 0 6,8 7 32,1 30 31 285 13,1 48 56 10 23 6,9 6,2 32,6 30,5 30 28

Rata – rata 11,01 52,6 55,8 12,24 4,6 6,94 6,84 31,14 30,3 30,6 28

Page 7: laporan makro fauna tanah

Lampiran 2

DATA MAKROFAUNA TANAH 2013 EKOLOGI DASAR

NO

NAMA JENISLARUTAN

MINYAK TANAH MINYAK GORENG DETERGEN GARAM ALKOHOLVEGETASI NON VEGETASI NON VEGETASI NON VEGETASI NON VEGETASI NON

1 SEMUT HITAM BESAR 19 20 22 11 15 11 8 4 4 112 SEMUT HITAM KECIL 0 0 0 0 18 29 2 0 0 03 SEMUT MERAH KECIL 0 0 0 174 0 4 8 17 0 04 LABA-LABA 0 0 0 0 1 0 0 0 0 05 SEMUT MERAH BESAR 0 0 16 5 1 0 6 27 4 26 SP2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 07 SP1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 08 SEMUT BERSAYAP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 CHILOPODA 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0

10 BELATUNG (Julus sp) 0 0 0 0 0 0 0 0 9 011 Larva 1 0 5 0 0 0 0 1 0 0

TOTAL (N) 23 20 43 190 38 44 24 49 18 14H' = Ʃpi ln pi 0,29 0,00 0,71 0,25 0,72 0,62 0,55 0,96 0,67 0,47E = H'/ ln s (0,27) 0,00 (0,65) (0,35) (0,40) (0,57) (0,79) (0,69) (0,48) (0,43)

Page 8: laporan makro fauna tanah