laporan kunjungan kerja komisi ii dpr ri -sulut-

19
1 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI KE PROVINSI SULAWESI UTARA PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2014 TANGGAL 15 S/D 17 DESEMBER 2014 I. PENDAHULUAN A. DASAR KUNJUNGAN KERJA Tim Kunjungan Kerja Komisi II DPR RI ke Provini Sulawesi Utara dilaksanakan pada tanngal 15 s/d 17 Desember 2014 dan berjumlah 17 (tujuh belas) orang Anggota, yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi II DPR RI, H. Mustafa Kamal, SS (F-PKS) dengan anggota tim terdiri dari: NO. NAMA KETERANGAN 1. H. Mustafa Kamal, SS Ketua Tim / Wakil Ketua Komisi II DPR RI / F-PKS 2. Komaruddin Watubun, SH. MH Anggota / F-PDIP 3. Arif Wibowo Anggota / F-PDIP 4. Willy M Yoseph Anggota / F-PDIP 5. Mahyudin, ST, MM Anggota / F-PG 6. Bambang Riyanto, SH, MH Anggota / F-Gerindra 7. Dr. H. Azikin Solthan, M.Si Anggota / F-Gerindra 8. H. Subarna, SE, M.Si Anggota / F-Gerindra 9. EE Mangindaan, SIP Anggota / F-PD 10. Saan Mustopa, M.Si Anggota / F-PD 11. Libert Kristo Ibo, S.Sos, SH, MH Anggota / F-PD 12. H. Yandri Susanto Anggota / F-PAN 13. Amran, SE Anggota / F-PAN 14. H. Abdul Malik Haramain, M.Si Anggota / F-PKB 15. H. Jazuli Juwaini, Lc, MA Anggota / F-PKS 16. KH. Asep Ahmad Maosul Affandy Anggota / F-PPP 17. Dr. Muchtar Lutfhi A. Mutty, M.Si Anggota / F-Nasdem Tim Kunjungan Kerja didampingi oleh 3 (tiga) orang staf dari Sekretariat Komisi II DPR RI, 1 (satu) orang Peneliti P3DI Setjen DPR RI, dan 1 (satu) orang reporter dari TV Parlemen DPR RI serta utusan dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemberdayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi serta Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. B. RUANG LINGKUP Pada Kunjungan Kerja ke Provinsi Sulawesi Utara ini, Komisi II DPR RI mengadakan pertemuan dan dialog dengan Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara (DR. Djouhari Kansil, MPd) beserta jajarannya, Walikota Manado (DR. G. S. Vicky Lumentut, SH, Msi DEA ) beserta jajarannya, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sulawesi Utara (Monsel Hutagaol, SH, MH) beserta jajarannya. Tujuan dari Kunjungan Kerja ke Provinsi Sulawesi Utara kali ini adalah dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Dewan, di bidang pengawasan, khususnya terkait dengan

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

1

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI KE PROVINSI SULAWESI UTARA

PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2014 TANGGAL 15 S/D 17 DESEMBER 2014

I. PENDAHULUAN

A. DASAR KUNJUNGAN KERJA Tim Kunjungan Kerja Komisi II DPR RI ke Provini Sulawesi Utara dilaksanakan pada tanngal 15 s/d 17 Desember 2014 dan berjumlah 17 (tujuh belas) orang Anggota, yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi II DPR RI, H. Mustafa Kamal, SS (F-PKS) dengan anggota tim terdiri dari:

NO. NAMA KETERANGAN 1. H. Mustafa Kamal, SS Ketua Tim / Wakil Ketua Komisi II

DPR RI / F-PKS 2. Komaruddin Watubun, SH. MH Anggota / F-PDIP 3. Arif Wibowo Anggota / F-PDIP 4. Willy M Yoseph Anggota / F-PDIP 5. Mahyudin, ST, MM Anggota / F-PG 6. Bambang Riyanto, SH, MH Anggota / F-Gerindra 7. Dr. H. Azikin Solthan, M.Si Anggota / F-Gerindra 8. H. Subarna, SE, M.Si Anggota / F-Gerindra 9. EE Mangindaan, SIP Anggota / F-PD 10. Saan Mustopa, M.Si Anggota / F-PD 11. Libert Kristo Ibo, S.Sos, SH, MH Anggota / F-PD 12. H. Yandri Susanto Anggota / F-PAN 13. Amran, SE Anggota / F-PAN 14. H. Abdul Malik Haramain, M.Si Anggota / F-PKB 15. H. Jazuli Juwaini, Lc, MA Anggota / F-PKS 16. KH. Asep Ahmad Maosul Affandy Anggota / F-PPP 17. Dr. Muchtar Lutfhi A. Mutty, M.Si Anggota / F-Nasdem

Tim Kunjungan Kerja didampingi oleh 3 (tiga) orang staf dari Sekretariat Komisi II DPR RI, 1 (satu) orang Peneliti P3DI Setjen DPR RI, dan 1 (satu) orang reporter dari TV Parlemen DPR RI serta utusan dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemberdayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi serta Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.

B. RUANG LINGKUP

Pada Kunjungan Kerja ke Provinsi Sulawesi Utara ini, Komisi II DPR RI mengadakan pertemuan dan dialog dengan Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara (DR. Djouhari Kansil, MPd) beserta jajarannya, Walikota Manado (DR. G. S. Vicky Lumentut, SH, Msi DEA ) beserta jajarannya, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sulawesi Utara (Monsel Hutagaol, SH, MH) beserta jajarannya. Tujuan dari Kunjungan Kerja ke Provinsi Sulawesi Utara kali ini adalah dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Dewan, di bidang pengawasan, khususnya terkait dengan

Page 2: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

2

berbagai pengawasan, untuk menyerap aspirasi dan mendapatkan masukan terkait beberapa permasalahan yang menjadi ruang lingkup Komisi II DPR RI, antara lain pertemuan dengan Wakil Gubernur, Bupati/Walikota se Provinsi Sulawesi Utara dan pertemuan dengan KPU dan Panwaslu Provinsi Sulawesi Utara yang membahas penyelenggaraan pemerintahan daerah; membahas evaluasi Daerah Otonomi Baru (DOB); penganganan tenaga honorer, masalah kepegawaian daerah dan arsip daerah; progam pelaksanaan SIAK, evaluasi penyelenggaraan pilkada di Provinsi Sulawesi Utara dan persiapan terkait penyelenggaraan pilkada 2015 serta persiapan progam pelaksanaan pilkada 2015 dan masukan terkait Perpu Pilkada; kerjasama KPU dan Bawaslu Provinsi; pertemuan dengan Walikota Manado yang membahas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik di berbagai bidang; pelaksanaan progam SIAK (e-KTP) di Kota Manado; dan penanganan masalah arsip daerah; peninjauan lapangan melihat secara langsung pelaksanaan progam e-KTP dan PNPM Mandiri di Dinas Catatan Sipil Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara serta pertemuan dengan Kanwil BPN Provinsi, Kepala Kantor BPN Kabupaten/Kota se Provinsi Sulawesi Utara yang membahas pelaksanaan kebijakan pertanahan, pelaksanaan progam sertipikasi, prona dan LARASITA; penanganan kasus pertanahan.

II. HASIL KUNJUNGAN

A. Hasil yang diperoleh Komisi II DPR RI pada saat kunjungan ke Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Pada pertemuan antara Komisi II DPR RI dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pimpinan Komisi II DPR RI menyampaikan bahwa kunjungan kali ini merupakan kunjungan yang bersejarah karena kunjungan pertama pada periode pertama. Kemudian Pimpinan Komisi II DPR RI juga menyampaikan maksud dari kunjungan untuk mendapatkan pandangan terkait implementasi UU Pemda yang sementara ini adanya moratorium e-KTP, implementasi UU Desa terkait dana desa yang akan dikucurkan ke seluruh desa di Indonesia; implementasi reformasi birokrasi UU ASN terkait kendala dan hambatannya terutama rekrutmen pegawai dan tenaga honorer; Komisi II DPR RI juga ingin melihat perwujudan pemerintahan di Provinsi Sulawesi Utara dari sisi good governance dan clean governance; implementasi Perpu di lapangan apakah pilkada langsung atau pilkada tidak langsung serentak di tahun 2015; sejauh mana pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik dan pelaksanaan perizinan satu pintu (one stop service).

Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan memaparkan gambaran umum Provinsi Sulawesi Utara merupakan provinsi kepulauan yang berhadapan langsung dengan Pasific dan Philipina. Provinsi Sulawesi Utara memiliki 286 pulau dengan 11 pulau terluar/terdepan (7 pulau di Sangihe dan 4 pulau di Talaud), 59 pulau berpenghuni dan 227 pulau belum berpenghuni. Dengan rincian data per Kabupaten/Kota sebagai berikut:

No. Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah Pulau

1 Kab. Kepulauan Talaud 19 142 11 16 2 Kab. Kepulauan Sangihe 15 145 22 105 3 Kab. Minahasa 25 227 43 1

Page 3: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

3

4 Kab. Minahasa Selatan 17 167 10 4 5 Kab. Minahasa Utara 10 125 6 46 6 Kab. Bolaang Bongondow 15 198 2 17 7 Kota Manado 11 - 87 3 8 Kota Bitung 8 - 69 17 9 Kota Tomohon 5 - 44 - 10 Kota Kotamobagu 4 15 18 - 11 Kab. Bolaang Bongondow Utara 6 106 1 6 12 Kab. Minahasa Tenggara 12 135 9 24 13 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 10 83 10 47 14 Kab. Bolmong Selatan 5 69 - - 15 Kab. Bolmong Timur 5 51 - - JUMLAH 167 1463 332 286

Kondisi umum terkait Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara dari luas dan jumlah penduduk sebagai berikut:

No. Kabupaten/Kota Luas (km2) Jumlah Penduduk

1 Kab. Kepulauan Talaud 1240,40 84.378 2 Kab. Kepulauan Sangihe 461,01 127.520 3 Kab. Minahasa 1.114,87 313.892 4 Kab. Minahasa Selatan 1.409,97 197.755 5 Kab. Minahasa Utara 932,20 191.036 6 Kab. Bolaang Bongondow 3628,90 215.904 7 Kota Manado 157,25 415.114 8 Kota Bitung 304,00 189.920 9 Kota Tomohon 114,20 92.580 10 Kota Kotamobagu 68,06 108.891 11 Kab. Bolaang Bongondow Utara 1843,92 71.564 12 Kab. Minahasa Tenggara 710,83 101.575 13 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 275,96 64.516 14 Kab. Bolmong Selatan 1615,86 57.648 15 Kab. Bolmong Timur 897,93 64.370 JUMLAH 14.630,56 2.572.939

Terkait perkembangan implementasi otonomi daerah di Provinsi Sulawesi Utara dalam kurun waktu 1999 sampai tahun 2008 telah memekarkan 10 (sepuluh) daerah otonom baru yakni (a) tahun 2003 terbentuk 4 daerah otonom, (Kabupaten Minahasa Utara; Kabupaten Minahasa Selatan; Kabupaten Kepulauan Talaud; dan Kota Tomohon); (b) tahun 2007, tepatnya tanggal 23 mei 2007 terbentuk lagi 4 daerah otonom baru lainnya, (Kabupaten Minahasa Tenggara; Kabupaten Bolaang Mongondow Utara; Kabupaten Kepulauan Sitaro; dan Kota Kotamobagu); dan (c) tahun 2008 terbentuk kembali dua kabupaten baru, (Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur). Sesuai grand design penataan daerah Provinsi Sulawesi Utara tahun 2010-2025, maka sesuai kebutuhan telah diusulkan pembentukan calon DOB, sebagai berikut: 1) Provinsi Bolaang Mongondow Raya; 2) Provinsi Perbatasan Kepulauan Nusa Utara; 3) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan; 4) Kabupaten Minahasa Tengah; 5) Kabupaten Sangihe Selatan; 6) Kabupaten Talaud Selatan; 7) Kota Langoan; 8) Kota Tahuna; dan

Page 4: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

4

9) Kota Melonguane. Namun sesuai Presiden Republik Indonesia nomor R.66/PRES/12/2013, tanggal 27 desember 2013 perihal 65 RUU tentang pembentukan provinsi/kabupaten/kota disetujui 4 (empat) calon DOB untuk masuk dalam pembahasan RUU yaitu 1) Kabupaten Talaud Selatan; 2) Kota Langowan; 3) Kota Tahuna; dan 4) Provinsi Bolaang Mongondow Raya.

Dalam evaluasi pemerintah provinsi, secara umum pelaksanaan program-program pembangunan khususnya di keenam Daerah Otonom Baru (DOB) yang terbentuk pada 2007 dan 2008 tersebut telah memberikan perkembangan kemajuan yang sangat signifikan bagi peningkatan pelayanan publik, pengembangan ekonomi produktif masyarakaat, dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan yang signifikan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: 1. tersedianya sarana prasarana dan infrastruktur, diantaranya: jalan, jembatan, irigasi,

telekomunikasi, perbankan, pendidikan dan kesehatan. 2. meningkatnya PAD yang berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah,

rata-rata di atas 6%-7%. 3. daerah pemekaran secara akumulatif telah memberikan kontribusi pada pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara pada tahun 2012 sebesar 8%. 4. bahkan perkembangan dan kemajuan di 6 kabupaten/kota Daerah Otonom Baru (DOB)

tersebut, justru mampu melampaui perkembangan kabupaten induknya. 5. dengan demikian tujuan pemberian otonomi kepada daerah melalui pemekaran daerah

di Sulawesi Utara, secara umum dapat tercapai. Terkait kondisi tenaga honorer daerah K-1 disampaikan bahwa usulan dari SKPD jumlah tenaga honorer K-1: 839 orang. 339 berkas dinyatakan memenuhi kriteria (mk). Hasil penetapan Menpan & RB nomor FH/321/M.PAN-RB/11/2012 tanggal 30 November 2012 tambahan alokasi formasi CPNS tahun 2012 berjumlah 263 orang. 255 orang yang dibuatkan usulan penetapan NIP dan petikan SK. Penyerahan SK pengangkatan CPNS dari 255 orang tersebut telah dilaksanakan bulan Agustus 2013, penyerahan SK 100% dan pengambilan sumpah janji PNS dilaksanakan secara simbolis tanggal 5 desember 2014 kepada 254 orang (satu orang mengundurkan diri). 76 tenaga honorer masuk sebagai peserta seleksi CPNS tahun 2013, 42 orang yang dinyatakan lulus seleksi, dalam proses penetapan nip di kantor regional XI. 30 orang yang tidak lulus diupayakan dengan mengusulkan kembali dan mengirimkan berkas secara lengkap ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) di jakarta. Penetapan NIP 30 tenaga honorer K-1 tersebut sedang dalam proses penyelesaian di BKN Jakarta. Terkait kondisi tenaga honorer daerah K-2, berdasarkan SE Menpan RB No. 03 tahun 2012 tanggal 12 Maret tahun 2012 tentang Data Tenaga Honorer Kategori I dan Daftar Nama Tenaga Honorer Kategori II, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah menyampaikan

Page 5: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

5

sebanyak 157 tenaga honorer. Jumlah seluruh tenaga honorer kategori II peserta seleksi CPNS tahun 2013 sebanyak 472 orang. peserta yang lulus seleksi: 164 orang. Peserta yang tidak lulus seleksi: 289 orang. Peserta yang diusulkan penetapan NIP: 150 orang. Terkait progam Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Provinsi Sulawesi Utara disampaikan bahwa dari total jumlah penduduk 2.572.939 jiwa, terdapat sejumlah 1.740.593 penduduk wajib KTP. Data terakhir kemajuan perekaman e-KTP Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 berjumlah 1.484.477 penduduk, dengan fisik e-KTP yang diterima sejumlah 1.231.624 buah, dengan akumulasi persentase perekaman e-KTP 85,3%. Hasil pelaksanaan pemilu legislatif tahun 2014 di Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut:

No. Prov/Kab/Kota Jumlah Anggota

Akhir Masa Jabatan Periode 2009-2014

1. Kab. Minahasa 35 7 September 2014

2. Kab. Minahasa Utara 30 9 September 2014

3. Kab. Minahasa Selatan 30 8 September 2014

4. Kab. Minahasa Tenggara 25 11 September 2014

5. Kab. Kepl. Talaud 20 19 September 2014

6. Kab. Kepl. Sangihe 25 27 Agustus 2014

7. Kab, Kepl.Sitaro 20 31 Agustus 2014

8. Kab. Bolaang Mongondow 30 10 September 2014

9. Kab. Bolaang Mongondow Utara 20 16 September 2014

10. Kab. Bolaang Mongondow Selatan 20 10 September 2014 11. Kab. Bolaang Mongondow Timur 20 10 September 2014

12. Kota Manado 40 11 Agustus 2014

13 Kota Bitung 30 11 Agustus 2014

14 Kota Tomohon 20 14 September 2014

15 Kota Kotamobagu 25 10 September 2014

JUMLAH 390 Terkait daerah yang akan melaksanakan pemilihan umum kepala daerah di tahun 2015 yakni: 1. Provinsi Sulawesi Utara; 2. Kota Manado; 3. Kota Tomohon; 4. Kota Bitung; 5. Kabupaten Minahasa Selatan; 6. Kabupaten Minahasa Utara; 7. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan; dan 8. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

Page 6: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

6

Terkait implementasi UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Sulawesi Utara memaparkan bahwa masyarakat Propinsi Sulawesi Utara sangat siap menerima UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa. Jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan UU ini sudah dilakukan sosialisasi. Selain sosialisasi, 3 tahun terakhir Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Sulawesi Utara juga melakukan peningkatan pengetahuan perangkat dan kepala desa tentang aparatur desa. Jumlah desa yang ada di Provinsi Sulawesi Utara kurang lebih 1800 desa. Berdasarkan UU Desa anggaran Desa sebesar 9,1 Triliun untuk desa di seluruh Indonesia. Dari 9,1 Triliun tersebut untuk masyarakat desa Povinsi Sulawesi Utara menggunakan rumus jumlah penduduk, luas wilayah dan tingkat kemiskinan yang ada di desa. Ketua KPU Provinsi Sulawesi Utara memaparkan terkait kesiapan pilkada tahun 2015 bahwa KPU Provinsi Sulawesi Utara siap menyelenggarakan pilkada langsung di tahun 2015 jika UU nya disetujui oleh DPR RI. Peraturan KPU dan juknis nya sudah dibuatkan oleh KPU RI. Dalam bagian sebuah lembaga sifat KPU Provinsi adalah hirarki, jadi apapun yang menjadi keputusan KPU RI, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota siap menindaklanjuti melaksanakan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota. Kendala KPU Provinsi terkait (1) kepastian hukum dimana Perpu No 1 Tahun 2014 disetujui atau tidak dan (2) menunggu peraturan dan petunjuk teknis dari KPU RI. Jika Perpu No 1 Tahun 2014 disetujui maka ada beberapa revisi anggaran harus dilakukan terkait dengan kampanye, uji publik, waktu yang cukup panjang badan adhoc itu bekerja serta disepakati kembali hal tersebut masuk dalam anggaran perubahan. Dukungan pemerintah cukup baik terkait kesiapan anggaran. Kesiapan KPU di daerah otonom dimana adanya pemekaran di tahun 2015 yakni Provinsi Bolaang Mongondow Raya, terdapat 5 kabupaten, pemilu serentak di Kab Bolaang Mongondow Timur dan Kab Bolaang Mongondow Selatan. Jika disetujui pemekaran di tahun 2015 maka kami harus konsultasikan tindak lanjutnya dengan KPU RI. Namun jika sampai pada pelaksanaannya simulasi KPU RI 11 November belum ada pemekaran di Provinsi Bolaang Mongondow Raya, maka seperti biasa KPU Provinsi mampu menghandle masalah tersebut. Terkait persiapan KPU Provinsi Sulawesi Utara di daerah perbatasan yakni Talaud, Sitaro dan Sangihe kendala terkait distribusi logistik. Oleh karena itu makin cepat disetujui maka akan semakin cepat kami melaksanakan tahapan persiapan dan tahapan penyelenggaraan. Bawaslu Provinsi Sulawesi Utara terkait pilkada tahun 2015 memaparkan bahwa prinsip dari Perpu adalah efisiensi. Bawaslu melihat Perpu ini tidak efisiensi karena konstruksi hukum Perpu memperpanjang masa tugas dari pengawas pemilu. Panwaslu kabupaten/kota dibentuk paling lambat 1 bulan sebelum masa persiapan. Artinya pemilihan ada 2 yaitu persiapan dan pelaksanaan. Kalau pelaksanaan dimulai pada saat ketika pendaftaran bakal calon, maka jika rencana bulan Februari maka panwaslu kabupaten/kota dimulai bulan Januari. Itu berbeda dengan ketika memakai UU No. 32 tahun 2004 jo UU No. 15 tahun 2011 hanya bicara jangka waktu 6 sampai 8 bulan, tetapi sekarang 11 sampai 12 bulan. Apalagi ada panwaslu kecamatan 1 bulan sebelum tahapan dimulai, berarti sekitar 10 sampai 11 bulan. Otomatis konsekuensinya adalah penggunaan anggaran, padahal belum ada perubahan juga termasuk Peraturan Mendagri No 44 tahun 2007 yang dirubah peraturan Mendagri No. 57 tahun 2009 bahwa masa tugas dari pengawas pemilu lapangan itu hanya 2 bulan. Sehingga ada pertentangan disini. Saran bawaslu jika Perpu diterima, harus ada perbaikan dari hal-hal yang prinsip tersebut misalnya tidak boleh bayar mahar dari bakal calon ke partai politik, tetapi tidak ada sanksi hukum; proses penanganan pelanggaran keterlibatan PNS sangat susah maka lebih baik ketika proses pemilu, kepala dinas keuangan inspektorat diambil dari pusat sehingga penggunaan anggaran dapat diawasi.

Page 7: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

7

B. Hasil yang diperoleh Komisi II DPR RI pada saat kunjungan ke Kantor Walikota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Implementasi terhadap kebijakan sebagaimana Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, eksternalitas, serta kepentingan strategis Nasional. Dalam pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren perlu segera diterbitkan Peraturan Pemerintah.

Pemerintah Kota Manado pada dasarnya selalu taat terhadap Kebijakan/Keputusan Pemerintah Pusat terutama berkaitan dengan pelaksanaan Program KTP Elektronik. Perekaman Data KTP Elektronik di Kota Manado telah dilakukan dan berjalan dengan baik dan lancar. Sudah sekitar 94% melakukan perekaman, namun pada pertengahan bulan Januari sampai dengan saat ini, masih mengalami gangguan

perekaman di 3 (tiga) Kecamatan (Wenang, Paal Dua, dan Singkil) termasuk di Kantor Disdukcapil karena alat-alat perekaman rusak/hanyut oleh banjir. Saat ini kami untuk sementara menghentikan sementara proses pembuatan KTP elektronik, baik perekaman maupun pencetakan sambil menunggu keputusan lanjut dari Bapak Menteri Dalam Negeri. Dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih (Good Governance), Pemerintah Kota Manado melakukan pembinaan dan pengawasan setiap tri-wulan. Kegiatan terhadap seluruh SKPD melalui system E-MONEV, E-SAKIP dan EPPA sehingga terjalinnya koordinasi yang baik dari pimpinan sampai bawahan dan terserapnya anggaran untuk seluruh pelaksanaan kegiatan. Pandangan Pemerintah Kota Manado menyikapi terkait Pilkada serentak, serta rekomendasi Pemerintah Kota Manado terhadap permasalahan tersebut. Dalam ketentuan Undang-Undang Pemilu Tahun 2008 tentang pelaksanaan Pilkada, menunjukan bahwa Pemerintah sangat berkeinginan dalam menciptakan Negara demokratis, sebagai sebuah sistim yang dapat mengakomodir aspirasi masyarakat, dimana Pilkada adalah merupakan sebuah gambaran dari bentuk dan keseriusan pemerintah dalam mewujudkan demokrasi di semua tingkatan pemerintahan. Pelaksanaan Pilkada bertujuan melakukan penyelenggaraan sistim demokrasi di tingkat lokal untuk menghasilkan penyelenggaraan pemerintah di daerah. Pelaksanaan demokrasi sangat ditentukan oleh kedewasaan masyarakat dalam arti demokrasi itu akan telaksana apabila masyarakatnya memilki kultur politik atau budaya yang tinggi. Di mana budaya politik sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pemahaman masyarakat dan ketaatan pada regulasi pelaksanaan demokrasi tersebut, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan Pilkada dapat terwujud dengan baik apabila masyarakatnya memiliki kesadaran politik yang tinggi. Keterwakilan menjadi sistim pemilihan kepala daerah secara langsung, dimana dalam praktek

Page 8: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

8

penyelenggaraan Pemerintah lokal di berbagai Negara, kepala daerah dapat dipilh secara langsung oleh masyarakat, dipilih oleh dewan ataupun diangkat oleh Pemerintah Pusat. Dengan kata lain, paling tidak terdapat tiga variasi yang lazim dilaksanakan dalam mekanisme pemilihan kepalah daerah, dibanyak Negara mekanisme seperti itu jarang dijadikan topik perdebatan, karena apapun sistem yang dianut oleh mereka sepanjang fungsi-fungsi pemerintahan didaerah dapat dilaksanakan secara optimal dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, maka sistim pengisian kepala daerah bukanlah menjadi isu atau masalah utama. Beberapa hal yang dapat diperhatikan dalam melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung sebagai berikut: 1. Sistim dan mekanisme yang sekarang berlaku saat ini tetap dilaksanakan namun perlu

penyempurnaan peraturan sambil memantapkan pendidikan politik masyarakat sampai mampu mengontrol DPRD disamping penegakan hukum ditegaskan.

2. Kalaupun pemilihan kepala daerah secara langsung tetap dilaksanakan, maka perlu pemberlakuannya harus secara bertahap dan selektif.

3. Dan pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung dan implikasinya terhadap menuju pada pembangunan demokrasi di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Melihat tujuan daripada pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah secara langsung, dimana pelaksanaannya melibatkan/mengikutsertakan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi oleh karnanya alasan Pemiliha Kepala Daerah secara langsung merupakan koreksi dari kelemahan-kelemahan yang ada dalam penyelenggaraan pemilihan secara tidak langsung oleh legislatif yang banyak disinyalir dalam pelaksanaanya tidak menunjukan aspirasi masyarakat. Dengan demikian Pilkada secara langsung merupakan alternatif terbaik dalam rangka melakukan penjaringan atau rekrutmen terhadap Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; (2) Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung dapat membawa masa depan demokrasi di Indonesia akan lebih baik, hal ini ditunjukan oleh sistim yang benar-benar sesuai dengan prinsip demokrasi dimana kedaulatan ada ditangan rakyat

Oleh karenanya kami sepakat kalau Sistim Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia demi untuk menjaring Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang benar-benar menjadi pilihan rakyat, dan juga dengan sistem ini menciptakan hubungan emosional Kepala Daerah dan Wakil Daerah yang dipercayakan oleh rakyatnya akan dapat berpihak pada rakyat yang telah memilihnya. Pandangan dan implementasi Pemerintah Kota Manado terkait akan dikucurkannya dana desa yaitu berdasarkan Peraturan Daerah Kota Manado No. 5 tahun 2000 tentang Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Manado, Kota Manado terdiri dari 9 Kecamatan dan 87 Kelurahan dan sekarang telah di ubah melalui PERDA Kota Manado No. 2 Tahun 2012, Kota Manado terdiri dari 11 Kecamatan dan 87 Kelurahan sehingga semenjak Tahun 2000 pemerintah Kota Manado sudah tidak menggunakan sistem Pemerintahan Desa. Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Kota Manado secara umum mengacu pada UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Peraturan Pemerintah No. 96 tahun 2012 tentang pelaksanaan UU No 25 tahun 2009, dan peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Page 9: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

9

No. 36 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, Dan Penerapan Standar Pelayanan. Seluruh satuan kerja perangkat daerah mulai dari tingkat kelurahan diwajibkan untuk menyusun, menetapkan dan menerapkan standar pelayanan Standar pelayanan yang ditetapkan didalamnya memuat standar operasional prosedur dari segi kegiatan pelayanan menjadi tolak ukur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penyelenggaraan dalam pelayanan kepada masyarakat. Guna meningkatkan pelayanan publik pada masyarakat, Pemerintah Kota telah mengeluarkan Peraturan Walikota No. 6 Tahun 2013 tentang tata cara penilaian dan pemberian penghargaan atas prestasi penyelenggaran pelayanan publik di lingkungan Pemerintah Kota Manado. Berdasarkan regulasi yang ada Pemerintah Kota Manado melakukan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan pelayanan publik di Pemerintah Kota Manado, dan hasilnya dilaksanakan pada setiap pertemuan dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hambatan dan kendala relatif pada sarana dan prasarana yang diupayakan dan dibenahi dari waktu ke waktu, juga peningkatan sosialisasi semua jenis layanan kepada masyarakat. Pengelolaan APBD Pemerintah Kota Manado baik dari proses perencanaan, penganggaran hingga pada proses pelaksanaannya tentunya didasarkan pada Peraturan Perundang-undangan yang terkait antara lain Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 dan beberapa kali telah diubah terakhir Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana dalam pengelolaannya diupayakan untuk memenuhi/melaksanakan urusan wajib dan pilihan yang direncanakan oleh Pemerintah Kota terutama urusan-urusan yang terkait dengan kebutuhan dasar masyarakat Kota Manado, dan disinkronisasikan Program/Kegiatan dan kebijakan dari Pemerintah Pusat serta Pemerintah Propinsi. Perlu diketahui bahwa anggaran yang sumber dananya berasal dari dana Desentralisasi dicantumkan dalam APBD yang pengelolaannya disesuaikan dengan aturan yang beralaku untuk pemanfaatan penggunaan anggaran tersebut, antara lain; Dana Alokasi Umum (DAU) pengelolaannya diprioritaskan untuk belanja pegawai (gaji pegawai) dan setelah seluruh kebutuhan terpenuhi dialokasikan untuk pelaksanaan pembangunan urusan wajib dan pilihan SKPD. Dana Alokasi Khusus (DAK) pengelolaannya untuk membiayai program dan kegiatan dalam urusan tertentu yang pelaksanaannya sesuai dengan juknis yang dikeluarkan Kementrian terkait dan Pemerintah Kota Manado wajib menyediakan dana pendamping fisik sebesar 10%; Dana Penyesuaian merupakan dana transfer yang diterima Pemerintah Kota Manado yang telah jelas peruntukannya berupa dana tunjangan untuk guru yang bersertifikasi dan non sertifikasi. Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak yang diperoleh dari Pemerintah Pusat pengelolaannya untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan, sedangkan untuk Dana Tugas Pembantuan pengelolaannya diarahkan untuk program dan

Page 10: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

10

kegiatan urusan tertentu yang direncanakan oleh Pemerintah Pusat untuk Pemerintah Kota yang anggarannya menjadi tanggungjawab SKPD bersangkutan dan proses pencairan dana melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Pandangan Pemerintah Kota Manado terkait isu alih fungsi tanah produktif ke sektor properti yaitu dilihat dari segi tugas pokok dan fungsi dari Badan Lingkungan Hidup Kota Manado, serta mengacu pada UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, bahwa Badan Lingkungan Hidup Kota Manado hanya melakukan proses kajian lingkungan hidup terhadap ahli fungsi tanah produktif ke sektor properti apabila status tanah tersebut sudah jelas statusnya da telah memiliki surat Izin Pengalihan Pengguna Tanah (IPPT) yang dikeluarkan oleh instansi tehnis dalam hal ini Dinas Tata Kota manado. Bahwa badan Lingkungan Hidup tugas pokoknya yaitu dari segi Kajian lingkungan Hidup terhadap rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada suatu area/ lahan yang sudah sesuai dengan RT/RW dan memiliki status tanah yang jelas dan sesuai peruntukannya menurut aturan yang berlaku. Menurut Dinas Tata Kota Manado, perizinan pemanfaatan ruang (izin lokasi/izin prinsip, dan ippt) yang berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) No.1 Tahun 2014 tentang rencana tata ruang kota manado tahun 2014-2034 melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) dan terlebih dahulu harus ada IPPT (izin perubahan peruntukkan tanah) dari badan pertanahan yang mengubah status tanah pertanian menjadi tanah pekarangan selanjutnya apabila sertifikat tanahnya hak milik harus di ubah status tanahnya menjadi hak guna bangunan. Pemberian izin pemanfaatan ruang (izin lokasi/ izin prinsip dan ippt) tidak dipungut biaya retribusi oleh Pemerintah Kota Manado. Selain itu apabila lahan yang dialih fungsi memiliki dampak penting terhadap lingkungan maka harus memiliki amdal dan izin lingkungan dari Walikota. Untuk lahan yang terletak dijalur jalan yang strategis/arteri/kolektor apabila fungsi kawasan yang akan dilaih fungsi berdampak/menimbulkan bangkitan lalu lintas maka harus ada amdal lalin. Implementasi UU ASN terkait pengaduan, kepegawaian, CPNS dan tenaga honorer di Kota Manado sebagai berikut: 1. UU ASN belum maksimal disebabkan oleh peraturan pemerintah sebagai turunan dari

UU ASN belum ada. 2. Proses verifikasi berkas untuk persetujuan penetapan NIP dari tenaga honorer K-2

hingga saat ini masih berproses di BKN Regional XI Manado. 3. Untuk hasil ujian tes CAT CPNS tahun 2014 masih ada perbaikan dari pihak panelnas,

kemungkinan hasilnya dapat dijemput pada minggu berjalan ini.

C. Hasil yang diperoleh Komisi II DPR RI pada saat kunjungan ke Kantor Dinas Catatan Sipil Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara meninjau pelaksanaan SIAK/e-KTP Setelah rombongan Komisi II melakukan kunjungan ke Kantor Walikota Manado, rombongan dengan didampingi oleh Walikota dan Wakil Walikota Manado langsung meninjau pelaksanaan SIAK/e-KTP ke Kantor Dinas Catatan Sipil Kota Manado. Ketua Tim melakukan pertanyaan ringan kepada

Page 11: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

11

salah satu masyarakat dan petugas administrasi Kantor Dinas Catatan Sipil Kota Manado terkait lamanya SIAK/e-KTP selesai pembuatannya. Petugas administrasi Kantor Dinas Catatan Sipil Kota Manado tersebut menjawab 3-5 hari selesai pembuatan SIAK/e-KTP karena sesuai dengan jangka waktu yang ada di peraturan perundang-undangan. Persoalannya dengan jangka waktu 3-5 hari pembuatan SIAK/e-KTP, masyarakat yang datang dengan jarak tempuh ke Kantor Dinas Catatan Sipil Kota Manado akan mengalami kesulitan waktu dan biaya yang lebih akan dikeluarkan untuk bolak balik Kantor Dinas Catatan Sipil Kota Manado. Ketua Tim rombongan Komisi II berharap pembuatan SIAK/e-KTP selesai dalam jangka waktu 1 (satu) hari agar masyarakat dapat dengan mudah untuk pembuatan e-KTP.

D. Hasil yang diperoleh Komisi II DPR RI pada saat kunjungan ke Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sulawesi Utara Ketua Tim Kunker Komisi II menyatakan bahwa persoalan-persoalan dan isu-isu seputar agraria di Provinsi Sulawesi Selatan yang didapat dari dialog dengan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sulawesi Utara akan dijadikan bahan rapat-rapat Komisi II di DPR RI pada masa sidang yang akan datang. Dalam pertemuan antara Komisi II DPR RI dengan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sulawesi Utara (Monsel Hutagaol, SH, MH) beserta jajaran, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sulawesi Utara menyampaikan gambaran umum terkait Provinsi Sulawesi Utara di bidang agraria yakni:

NO KOTA/KABUPATEN LUAS (ha) 1 Kota Manado 15.791 2 Kota Bitung 30.400 3 Kota Tomohon 14.660 4 Kota Kotamobagu 4.891 5 Kab. Minahasa 102.585 6 Kab. Minahasa Utara 93.765 7 Kab. Minahasa Selatan 148.447 8 Kab. Minahasa Tenggara 59.463 9 Kab. Bolaang Mongondow 302.160 10 Kab. Bolaang Mongondow Utara 258.510 11 Kab. Bolaang Mongondow Selatan 179.828 12 Kab. Bolaang Mongondow Timur 90.415 13 Kab. Kep. Sangihe 79.562 14 Kab. Kep. Talaud 125.092 15 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 21.714 JUMLAH 1.527.283

Terkait gambaran rincian luas wilayah daratan, perairan, budidaya dan non budidaya Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut:

NO WILAYAH LUAS (km2) 1 Wilayah Daratan 15.272,8 2 Wilayah Perairan 314.961 3 Kawasan Budidaya 12.070,69 4 Kawasan Non Budidaya 3.202,41

Page 12: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

12

Dari luas keseluruhan tanah yang telah terdaftar di Kanwil BPN Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 1960 sampai dengan tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Kondisi Kantor BPN di Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara dari 15 (lima belas) Kabupaten/Kota baru terdapat 12 (dua belas) kantor BPN Kabupaten/Kota yang sudah definitif, 1 (satu) masih berupa perwakilan dan 2 Kabupaten/Kota yaitu Kab Bolaang Mongondow Timur dan Kab Bolaang Mongondow Selatan masih dihandle ke kantor BPN Kabupaten/Kota induk yakni Kantor BPN Kab. Bolaang Mongondow. Terkait data kepegawaian Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan golongan sebagai berikut:

No Unit Kerja GOL I GOL II GOL III GOL IV JUMLAH

1 KANWIL BPN SULAWESI UTARA 2 29 30 7 66

2 KOTA MANADO 2 11 18 2 33

3 KOTA BITUNG 0 11 25 1 37

4 KAB. MINAHASA 1 7 22 1 31

6 KAB. MINAHASA SELATAN 1 3 18 1 23

5 KAB. MINAHASA UTARA 1 12 19 1 33

7 KOTA TOMOHON 0 7 22 1 30

8 KAB. BOLAANG MONGONDOW 0 5 14 1 20

9 KAB. KEPULAUAN SANGIHE 0 5 17 1 23

10 KAB. KEPULAUAN TALAUD 0 2 14 1 17

11 KAB. MINAHASA TENGGARA 0 3 16 1 20

12 KOTA KOTAMOBAGU 0 3 18 1 22 13 KAB.BOLAANG MONGONDOW UTARA

0 0 4 1 5

JUMLAH 7 98 237 20 362

Page 13: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

13

Kemudian data petugas ukur bidang survei pengukuran dan pemetaan Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut:

No Unit Kerja Kasi Kasubsi Pengukuran

Kasubsi Pemetaan

Tematik dan Potensi Tanah

Petugas Ukur

1 KANWIL BPN SULAWESI UTARA 4 - - 6

2 KOTA MANADO 1 1 1 5

3 KOTA BITUNG 1 1 1 3

4 KAB. MINAHASA 1 1 1 2

6 KAB. MINAHASA SELATAN 1 1 0 2

5 KAB. MINAHASA UTARA 1 0 1 5

7 KOTA TOMOHON 1 1 1 5

8 KAB. BOLAANG MONGONDOW 1 1 1 3

9 KAB. KEPULAUAN SANGIHE 1 1 1 3

10 KAB. KEPULAUAN TALAUD 1 1 1 0

11 KAB. MINAHASA TENGGARA 1 1 0 3

12 KOTA KOTAMOBAGU 1 1 1 2

13 KAB.BOLAANG MONGONDOW UTARA 1 0 0 0

JUMLAH 16 10 9 39

Beberapa isu dan permasalahan antara lain mengenai struktur organisasi di daerah setelah Badan Pertanahan Nasional menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Struktur Organisasi Kementrian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional di daerah, masih mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional jo. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013, serta Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan. Struktur Organisasi di daerah menunggu penyesuaian setelah Badan Pertanahan Nasional berubah menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN.

Terkait reformasi birokrasi diterapkan di

Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah masih melaksanakan reformasi birokrasi yang secara internal dilaksanakan di lingkungan BPN RI yang secara resmi dimulai sejak tanggal 15 Januari 2013, ditandai dengan telah diserahkannya Dokumen Usulan dan Road Map BPN RI 2010-2014 kepada Kementerian Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Page 14: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

14

Dokumen tersebut meliputi 9 Program yang dijabarkan kedalam 27 kegiatan dan sekaligus menetapkan program Quick Wins BPN RI untuk tahun 2013-2014. Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi tersebut, Kepala BPN RI juga telah mencanangkan program pembaharuan yang disebut Sapta Pembaharuan Reformasi Birokrasi BPN RI yang meliputi (a) pembaharuan di bidang Model Rekrutmen; (b) sistem pendidikan dan pelatihan; (c) kode perilaku; (d) standar minimum profesi; (e) pola jenjang karier; (f) sistem pengawasan; dan (g) majelis kehormatan kode perilaku dan profesi. Pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dapat diterapkan dengan penyesuaian kelembagaan yang baru dan dapat mengacu kepada pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang sedang dilaksanakan oleh BPN RI. Pelayanan di bidang Agraria dalam kerangka operasional bidang Pertanahan berdasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan, serta Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 3 Tahun 2010 tentang Loket Pelayanan Pertanahan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan pertanahan, berbagai program berkaitan dengan pelayanan kepada masyarakat sudah dikembangkan program-program inovasi antara lain: (a) one day service (layanan satu hari); (b) night service (layanan malam hari); (c) weekend service (layanan sabtu dan minggu); (d) Pelayanan SMS 2409. Program-program ini diharapkan untuk kepentingan masyarakat yang menghendaki pelayanan Cepat, Pasti, Sederhana dan anti KKN. Terkait perkembangan reforma agraria di Indonesia prinsip pengelolaan pertanahan yang sedang dijalankan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah menjadikan tanah untuk keadilan dan kesejateraan masyarakat. Reforma Agraria merupakan suatu agenda besar Badan Pertanahan Nasional dalam memberikan kontribusi mewujudkan kemakmuran dan keadilan di bidang pertanahan sejalan dengan tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional sesuai Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dan Amanat Tap MPR No.IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya alam. Reforma Agraria meliputi Aset Reform dan Akses Reform. Pelaksanaan dari Program ini adalah mendorong peran BPN tidak hanya sekedar memberikan sertipikat tanah, tapi sekaligus membantu pemilik tanah untuk bisa memberdayakan tanah tersebut untuk meningkatkan kesejateraan. Distribusi/ redistribusi aset harus pula disertai dengan pengembangan akses masyarakat terhadap berbagai hal yang memungkinkan rakyat memanfaatkan asetnya secara lebih baik. Di Provinsi Sulawesi Utara Pengembangan Reforma Agraria telah diwujud-nyatakan dengan beberapa kegiatan antara lain: kegiatan pra dan paska reforma agraria. Pra Reforma Agraria Legalisasi tanah untuk kegiatan legalisasi aset lintor melalui program pemberdayaan (1) UKM Sebanyak 3700 Bidang; (2) MBR sebanyak 400 bidang; (3) Nelayan sebanyak 1650 bidang; (4) Pertanian sebanyak 450 Bidang. Paska Reforma Agraria dengan menerapkan program pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan dan pelatihan serta penguatan organisasi kelompok-kelompok masyarakat melalui kelompok tani, kelompok nelayan, pelaku

Page 15: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

15

UKM, kelompok ternak yang bekerja sama dengan pihak Pemerintah Daerah, BPN sendiri, Bank Indonesia, PT.Gunung Mas Agro Lestari, PNM (persero), PT. Asuransi Jiwas Raya yang sudah dituangkan dalam MoU. Di Awal Tahun 2014 telah dicanangkan Minahasa sebagai Kabupaten Cabai yang didukung juga oleh BPN Provinsi Sulawesi Utara dimana sampai saat ini produksi cabai tersebut yang merupakan hasil daripada para petani binaan telah memasuki pasar nasional yaitu pasar Induk dan PT. Indofood. Selanjutnya program yang sama sementara dalam persiapan yaitu di Minahasa Selatan dengan Program Grand Design Kawasan Pertanian Terpadu dan Kepulauan Sangihe Talaud dicanangkan Kawasan Pertanian Terpadu. Secara ringkas, Reforma Agraria bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun juga para petani dan organisasi masyarakat secara keseluruhan. Program Agraria yang dilaksanakan untuk mendukung program pemerintah, cukup banyak yang bisa dilakukan oleh Kementrian Agraria dan Tata Ruang/ BPN yaitu Sertipikasi Reforma Agraria, PRONA, Transmigrasi, MBR, Pertanian, UKM dll. Program agraria yang mendukung program pemerintah khususnya di bidang pertanahan dilaksanakan melalui pelaksanaan kebijakan pertanahan yang meliputi: (a) upaya peningkatan kualitas pelayanan pertanahan; (b) peningkatan pelayanan pendaftaran tanah; (c) kebijakan pemanfaatan tanah kosong untuk tanaman pangan; (d) kebijakan pemberian hak milik untuk rumah tempat tinggal; (e) kebijakan pembatasan penguasaan tanah skala besar. Pelaksanaan program LARASITA filosofinya saat ini masih terus dilaksanakan oleh kantor-kantor pertanahan yang mempunyai fasilitas LARASITA, walaupun masih ditemui kendala-kendala dalam pelaksanaannya terutama dari sisi ketersediaan sumber daya manusia (SDM), jaringan komunikasi terbatas, sehingga fasilitas yang ada lebih dititikberatkan pada pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat tentang program pertanahan terutama legalisasi asset. Angka prosentase sengketa agraria yang terjadi sampai saat ini di Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut:

NO MASALAH PROSENTASE (%) 1 Masalah penguasaan dan pemilikan 73,7 2 Masalah penetapan hak dan Pendaftaran Tanah 4,6 3 Masalah batas/letak bidang tanah 13,6 4 Masalah GR ex partikelir 0 5 Masalah tanah ulayat/tanah pasini 3,6 6 Masalah tanah obyek LR 0 7 Masalah pembebasan/datan 0 8 Masalah pelaksanaan putusan pengadilan 4,6 Jumlah sengketa s/d November 2014 = 110 kasus à selesai: 59 kasus;

sisa: 51 kasus (dalam penyelesaian)

Terkait angka prosentase sengketa agraria berdasarkan pihak yang bersengketa sebagai berikut:

NO PIHAK PROSENTASE (%) 1 Orang perorangan 98,2 2 Perorangan dengan badan hukum 0,9 3 Perorangan dengan instansi pemerintahan 0 4 Badan hukum dengan badan hukum 0 5 Badan hukum dengan instansi pemerintahan 0,9 6 Instansi pemerintah dengan instansi pemerintah/BUMN 0 7 Instansi pemerintah dengan masyarakat 0

Page 16: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

16

8 Masyarakat dengan masyarakat 0 Jumlah sengketa s/d November 2014 = 110 kasus à

selesai: 59 kasus; sisa: 51 kasus (dalam penyelesaian)

Program-program sebagai upaya memperkecil sengketa agraria dilaksanakan secara bersama dengan program pertanahan lainnya seperti: (a) Legalisasi asset (massal) program terkait adalah optimalisasi penyuluhan hukum pada saat sosialisasi, pengumpulan dan pengolahan data fisik serta yuridis, pengukuran, sidang panitia pemeriksa tanah, pengumuman (asas publisitas) selanjutnya memastikan penerima sertipikat adalah penerima hak dan (b) pembekalan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) sementara yakni Camat dan Notaris yang juga Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT); Terkait pelaksanaan Pemetaan Hak Ulayat Di Provinsi Sulawesi Utara belum dilaksanakan karena menyangkut status tanahnya yang sebagian merupakan Tanah Milik Adat (Pasini) yang dikuasai secara perorangan dan bukan penguasaan secara komunal, selain itu sebagian merupakan Tanah Negara (bekas swapraja). Kanwil BPN Provinsi Sulawesi Utara juga memberikan masukan terkait RUU Pertanahan dan RUU Masyarakat Hukum Adat. Masukan terhadap RUU Pertanahan yaitu (a) Peradilan Pertanahan perlu diwujudkan atau setidak-tidaknya dibentuk satu kamar khusus yang mengadili sengketa/perkara pertanahan di peradilan umum yang dapat memberikan keputusan yang bersifat final; (b) Dengan terbentuknya Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN maka Tata Ruang perlu dimasukan didalam RUU ini. Masukan terkait RUU tentang Masyarakat Hukum Adat yaitu (a) pada dasarnya kami menyambut baik adanya RUU tentang Masyarakat Hukum Adat karena RUU ini sejalan dengan semangat UUPA dimana sumber hukum UUPA adalah hukum adat; (b) RUU tentang Masyarakat Hukum Adat juga perlu mengatur dan melindungi kegiatan pembangunan yang telah terlanjur dilaksanakan di atas Tanah Ulayat yang sebelumnya telah mendapat persetujuan pemilik ulayat berupa pelepasan hak, yang kemudian menjadi Tanah Negara, jika kemudian hasil identifikasi, verifikasi dan penetapan masuk Wilayah Masyarakat Hukum Adat. (sebagai contoh adanya HGU). Program Legalisasi Asset di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 dilaksanakan dengan target keseluruhan sebanyak 19.525 bidang, yang terdiri dari:

Jenis Kegiatan Legalisasi Asset

Target (bidang)

Realisasi (bidang)

Dalam Penyelesaian

PRONA 14.500 11.688 2.812

Redistribusi Tanah 4.375 1.977 2.398

Pertanian 450 29 421

UKM 200 115 85

JUMLAH 19.525 13.809 5.716

Page 17: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

17

Terkait dengan isu alih fungsi tanah produktif ke sektor properti/bisnis lainnya bahwa setiap kegiatan pembangunan untuk menggerakkan perekonomian pada prinsipnya memerlukan tanah, sementara tanah bersifat tetap dan cenderung berkurang, akan tetapi kebutuhan akan tanah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat itu sendiri. Hal ini mempunyai konsekuensi terutama pada daerah-daerah pinggiran kota yang dahulunya merupakan tanah pertanian kering maupun sawah yang letaknya strategis dan mempunyai nilai jual tinggi, akan mengalami alih fungsi tanah dari pertanian ke non pertanian. Jika alih fungsi lahan ini tidak dikendalikan dengan baik oleh pemerintah maka program swasembada beras dan ketahanan pangan yang sudah dicanangkan mungkin akan sulit dicapai akibat lahan pertanian produktif makin berkurang. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi hal ini maka perlu digalakan program pembangunan properti dari yang bersifat horisontal ke vertikal, dalam hal ini dengan program pembangunan rumah susun dll. Isu alih fungsi tanah produktif ke sektor properti/bisnis lainnya terutama dapat terjadi pada wilayah-wilayah pemekaran Kabupaten/Kota sesuai dengan perubahan tata ruang, dimana pada daerah-daerah pemekaran perlu dibangun infrastruktur yang mendukung adanya pemekaran wilayah tersebut. Program sertipikasi massal masih relevan, akan tetapi sampai saat ini masih berkonsentrasi menyelesaikan program pertanahan berupa legalisasi asset (Prona, UKM, Redistibusi Tanah, Pertanian) yang dibiayai oleh APBN. Persoalannya masyarakat Propinsi Sulawesi Utara masih menunggu adanya progam yang dibiayai oleh Pemerintah, misalnya Sertipikasi Massal Swadaya (SMS) dengan syarat minimal 10 (sepuluh orang) mengajukan SMS tersebut ke kantor pertanahan dengan biaya yang ditanggung bersama (lebih ringan). Pada tahun-tahun yang akan datang perlu diupayakan program sertipikasi massal yang mendapat dukungan anggaran dari Pemerintah Daerah dan bersumber dari APBD.

III. KESIMPULAN Kesimpulan daripada hasil kunjungan kerja Komisi II DPR RI ke Provinsi Sulawesi Utara yaitu antara lain: 1. Bidang kepemiluan, KPU Provinsi Sulawesi Utara siap menyelenggarakan pilkada langsung di

tahun 2015 jika UU nya disetujui oleh DPR RI. Peraturan KPU dan juknis nya sudah dibuatkan oleh KPU RI. Dalam bagian sebuah lembaga sifat KPU Provinsi adalah hirarki, jadi apapun yang menjadi keputusan KPU RI, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota siap menindaklanjuti melaksanakan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota. Kendala KPU Provinsi terkait (1) kepastian hukum dimana Perpu No 1 Tahun 2014 disetujui atau tidak dan (2) menunggu peraturan dan petunjuk teknis dari KPU RI. Jika Perpu No 1 Tahun 2014 disetujui maka ada beberapa revisi anggaran harus dilakukan terkait dengan kampanye, uji publik, waktu yang cukup panjang badan adhoc itu bekerja serta disepakati kembali hal tersebut masuk dalam anggaran perubahan. Dukungan pemerintah cukup baik terkait kesiapan anggaran. Kesiapan KPU di daerah otonom dimana adanya pemekaran di tahun 2015 yakni Provinsi Bolaang Mongondow Raya, terdapat 5 kabupaten, pemilu serentak di Kab Bolaang Mongondow Timur dan Kab Bolaang Mongondow Selatan. Jika disetujui pemekaran di tahun 2015 maka kami harus konsultasikan tindak lanjutnya dengan KPU RI. Namun jika sampai pada pelaksanaannya simulasi KPU RI 11 November belum ada pemekaran di Provinsi Bolaang Mongondow Raya, maka seperti biasa KPU Provinsi mampu menghandle masalah tersebut. Terkait persiapan KPU Provinsi Sulawesi Utara di daerah perbatasan yakni Talaud, Sitaro dan Sangihe kendala terkait distribusi logistik. Oleh karena itu makin cepat disetujui maka akan semakin cepat kami melaksanakan tahapan persiapan dan tahapan penyelenggaraan.

Page 18: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

18

2. Bidang otonomi daerah, diharapkan dengan pemerintahan yang baru ini terkait RUU DOB yang sudah jalan khususnya 4 RUU DOB dari Provinsi Sulawesi Utara yakni Kabupaten Talaud Selatan; Kota Langowan; Kota Tahuna; dan Provinsi Bolaang Mongondow Raya dapat dilanjutkan pembahasannya tidak dari posisi penyusunan awal. Faktor-faktor DOB tersebut untuk segera disahkan karena terjadi perkembangan yang signifikan yakni dari beberapa indikator: (a) tersedianya sarana prasarana dan infrastruktur, diantaranya: jalan, jembatan, irigasi, telekomunikasi, perbankan, pendidikan dan kesehatan; (b) meningkatnya PAD yang berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah, rata-rata di atas 6%-7%; (c) daerah pemekaran secara akumulatif telah memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada tahun 2012 sebesar 8%; (d) bahkan perkembangan dan kemajuan di 6 kabupaten/kota Daerah Otonom Baru (DOB) tersebut, justru mampu melampaui perkembangan kabupaten induknya; (e) dengan demikian tujuan pemberian otonomi kepada daerah melalui pemekaran daerah di Sulawesi Utara, secara umum dapat tercapai.

3. Bidang desa, terkait implementasi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu masyarakat Propinsi Sulawesi Utara sangat siap menerima UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa. Jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan UU ini sudah dilakukan sosialisasi. Selain sosialisasi, 3 tahun terakhir Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Sulawesi Utara juga melakukan peningkatan pengetahuan perangkat dan kepala desa tentang aparatur desa. Jumlah desa yang ada di Provinsi Sulawesi Utara kurang lebih 1800 desa. Berdasarkan UU Desa anggaran Desa sebesar 9,1 Triliun untuk desa di seluruh Indonesia. Dari 9,1 Triliun tersebut untuk masyarakat desa Povinsi Sulawesi Utara menggunakan rumus jumlah penduduk, luas wilayah dan tingkat kemiskinan yang ada di desa. Walikota Manado berharap bahwa dana desa tersebut tidak hanya bagi desa saja, tetapi juga perlu dikaji dana tersebut bagi masyarakat kota karena jumlah penduduk masyarakat kota lebih banyak daripada masyarakat desa.

4. Bidang pelayanan publik, seluruh satuan kerja perangkat daerah mulai dari tingkat kelurahan diwajibkan untuk menyusun, menetapkan dan menerapkan standar pelayanan Standar pelayanan yang ditetapkan didalamnya memuat standar operasional prosedur dari segi kegiatan pelayanan menjadi tolak ukur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penyelenggaraan dalam pelayanan kepada masyarakat. Guna meningkatkan pelayanan publik pada masyarakat, Pemerintah Kota telah mengeluarkan Peraturan Walikota No. 6 Tahun 2013 tentang tata cara penilaian dan pemberian penghargaan atas prestasi penyelenggaran pelayanan publik di lingkungan Pemerintah Kota Manado. Berdasarkan regulasi yang ada Pemerintah Kota Manado melakukan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan pelayanan publik di Pemerintah Kota Manado, dan hasilnya dilaksanakan pada setiap pertemuan dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hambatan dan kendala relatif pada sarana dan prasarana yang diupayakan dan dibenahi dari waktu ke waktu, juga peningkatan sosialisasi semua jenis layanan kepada masyarakat.

5. Bidang pertanahan, terkait RUU Pertanahan dan RUU Masyarakat Hukum Adat. Masukan terhadap RUU Pertanahan yaitu (a) Peradilan Pertanahan perlu diwujudkan atau setidak-tidaknya dibentuk satu kamar khusus yang mengadili sengketa/perkara pertanahan di peradilan umum yang dapat memberikan keputusan yang bersifat final; (b) Dengan terbentuknya Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN maka Tata Ruang perlu dimasukan didalam RUU ini. Masukan terkait RUU tentang Masyarakat Hukum Adat yaitu (a) pada dasarnya kami menyambut baik adanya RUU tentang Masyarakat Hukum Adat karena RUU ini sejalan dengan semangat UUPA dimana sumber hukum UUPA adalah hukum adat; (b) RUU tentang Masyarakat Hukum Adat juga perlu mengatur dan melindungi kegiatan pembangunan yang telah terlanjur dilaksanakan di atas Tanah Ulayat yang sebelumnya telah mendapat persetujuan pemilik ulayat berupa pelepasan hak, yang kemudian menjadi Tanah Negara, jika kemudian hasil identifikasi, verifikasi dan penetapan masuk Wilayah Masyarakat Hukum Adat. (sebagai contoh adanya HGU).

Page 19: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI -SULUT-

19

IV. PENUTUP

Demikian laporan hasil kunjungan kerja Komisi II DPR RI di Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 15 Desember sampai dengan 17 Desember 2014. Seluruh masukan maupun permasalahan yang disampaikan kepada Komisi II DPR RI akan menjadi catatan yang akan disampaikan kepada mitra-mitra terkait dalam rapat yang akan diadakan oleh Komisi II DPR RI. Kepada semua pihak yang membantu terselenggaranya Kunjungan Kerja ini, kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, Desember 2014 Ketua Tim Kunjungan Kerja Komisi II DPR RI Ttd H. Mustafa Kamal, SS A-91