laporan kp

80
ANALISIS PERBANDINGAN METODE HANDHELD, RTK DAN TOTAL STATION DALAM PENGHITUNGAN HAULING DISTANCE PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN (STUDI KASUS : PT ARUTMIN INDONESIA-TAMBANG KINTAP, KALIMANTAN SELATAN) Laporan Kerja Praktik Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah wajib Kerja Praktik – GD 4091 Oleh: MEI KARIMA 15110095 PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

Upload: meikarima

Post on 18-Jan-2016

242 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

Laporan Tugas Kerja Praktik

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan KP

ANALISIS PERBANDINGAN METODE HANDHELD, RTK DAN TOTAL STATION DALAM

PENGHITUNGAN HAULING DISTANCE PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

(STUDI KASUS : PT ARUTMIN INDONESIA-TAMBANG KINTAP, KALIMANTAN SELATAN)

Laporan Kerja Praktik

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah wajib Kerja Praktik – GD 4091

Oleh:

MEI KARIMA

15110095

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2013

Page 2: Laporan KP

i

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Kerja Praktik

ANALISIS PERBANDINGAN METODE HANDHELD, RTK DAN TOTAL STATION DALAM

PENGHITUNGAN HAULING DISTANCE PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

Adalah benar dibuat saya sendiri dan belum pernah dibuat dan diserahkan sebelumnya,

baik oleh saya ataupun orang lain, baik di ITB maupun di institusi pendidikan lainnya.

Kintap, Juli 2013

Diperiksa dan disetujui oleh

Disahkan oleh:

Ketua Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Institut Teknologi Bandung

Dr.Ir. Kosasih Prijatna, M.Sc.

NIP 19600702 198810 1 001

Pembimbing I

Dr. Heri Andreas, S.T., M.T.

NIP 19760515 200812 1 002

Pembimbing II

Fandi Oktiawan S.T.

Geodetic Departement

PT ARUTMIN INDONESIA

Mei Karima

NIM 15110095

Page 3: Laporan KP

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat

rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek di PT Arutmin Indonesia

Tambang Kintap. Selain untuk mencari pengalaman kerja dan mengaplikasikan ilmu-

ilmu yang didapat selama masa perkuliahan yang telah berlangsung, kerja praktek

ini merupakan salah satu mata kuliah wajib dalam Program Studi Teknik Geodesi

dan Geomatika Institut Teknologi Bandung.

Tema kerja praktek yang penulis lakukan adalah “Analisis Perbandingan Metode

Pengukuran Handheld, RTK dan Total Station dalam Penghitungan Hauling Distance

pada Perusahaan Pertambangan”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada berbagai

pihak dan kalangan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan kerja praktik

dan penyusunan laporan kerja praktik pada PT Arutmin Indonesia – Tambang Kintap

ini.

1. Orangtua penulis. Dengan doa dan dukungan mereka, penulis dapat

melaksanakan kerja praktik pada PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap;

2. Bapak Kosasih Prijatna (Pak Piping), selaku Kaprodi Teknik Geodesi dan

Geomatika ITB;

3. Bapak Heri Andreas selaku dosen pembimbing kerja praktik serta dosen wali

penulis di Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB;

4. Bpk Joko Wintolo, selaku Kepala Teknik Tambang ( KTT ) PT Arutmin Indonesia

Tambang Kintap yang telah mengizinkan saya untuk melaksanakan kerja

praktik;

5. Bpk Dedi Heriyanto, selaku SUPT PT Arutmin Indonesia – Tambang Kintap yang

telah mengizinkan saya untuk melaksanakan kerja praktek;

6. Mas Fandi Oktiawan, selaku Supervisor Geodetic PT Arutmin Indonesia

Tambang Kintap dan senior yang selalu membantu dan membimbing saya

dalam melaksanakan kerja praktik;

Page 4: Laporan KP

iii

7. Kak Zenezky Sanriszandy ( Icas ), selaku pembimbing dan senior penulis di PT

Arutmin Indonesia – Tambang Kintap yang selalu membantu penulis dalam

menyelesaikan laporan serta presentasi dengan memberikan masukan-

masukannya;

8. Teman-teman surveyor PT Arutmin Indonesia – Tambang Kintap (Pak Jayadi,

Mas Noviar, Mas Yani, Mas Dedi, Mas Samingan, Mas Yahmi, Mas Slamet, Mas

Yadi, Mas Aan, Bang Ozi, Bang Nur, dan Pak Utuh) dimana mereka lah yang

membantu penulis dalam pengambilan dan pengolahan data selama kerja

praktik;

9. Pujangga Putra Kartono, yang selalu memberikan doa, semangat, dan motivasi

dari Jakarta kepada penulis selama kerja praktik berlangsung;

10. Seluruh karyawan di PT Arutmin Indonesia – Tambang Kintap khususnya

Departemen Engineering yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

11. Teman-teman penulis, terutama teman-teman Ikatan Mahasiswa Geodesi

(IMG) 2010 yang selalu memberikan dukungan kepada penulis;

12. Rahman Adhitiaputra ( IMG 2009 ) yang telah banyak memberikan masukan

dalam proses pengerjaan laporan kerja praktik;

13. Mohammad Iqbal Septian Romaz, selaku teman dari Teknik Mesin ITB 2010

yang juga melaksanakan kerja praktik di PT Arutmin Indonesia-Tambang

Kintap bersama penulis;

14. Dan kepada pihak-pihak lain yang saya tidak bisa saya sebutkan satu persatu

yang telah membantu penulis dalam melaksanakan dan menyusun laporan

kerja praktik ini.

Penulis sangat berharap laporan ini dapat bermanfaat baik kepada penulis, PT

Arutmin Indonesia Tambang Kintap, serta pihak-pihak yang membacanya. Akhir

kata saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kintap, Juli 2013

Penulis

Page 5: Laporan KP

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Kedudukan Peserta ........................................................................................... 2

1.3 Ruang Lingkup ................................................................................................. 2

1.4 Tujuan Kerja Praktek ....................................................................................... 2

1.4.1 Untuk Mahasiswa………………………………………………………..........................2

1.4.2 Untuk Perusahaan……………………………………………………….........................3

1.5 Jadwal Kegiatan ............................................................................................... 3

1.6 Aspek Manfaat ................................................................................................. 3

1.7 Metodologi Penelitian ..................................................................................... .4

BAB 2

PT ARUTMIN INDONESIA

2.1 Profil Perusahaan ............................................................................................ .6

2.1.1 Profil PT Arutmin Indonesia………………………………………...........................6

2.1.2 Lokasi Operasional……………………………………………………….........................7

2.2 Profil PT Arutmin Indonesia-Tambang Kintap ............................................ .10

BAB 3

PEKERJAAN SURVEI

3.1 Gambaran Umum Operasi Pertambangan ..................................................... .13

3.2 Peran Survei di Pertambangan ....................................................................... 14

Page 6: Laporan KP

v

3.2.1 Aktifitas Survei………………………….……………..…………………………………....13

BAB 4

PEMBAHASAN MATERI KERJA PRAKTIK

4.1 Pengenalan Materi Kerja Praktik ................................................................... 16

4.1.1 Metode GPS Handheld………….……………………………………………...............17

4.1.2 Metode GPS RTK………………………………………………………….......................19

4.1.3 Metode Terrestris Total Station…………………………………………………………23

4.2 Proses Pelaksanaan Kerja Praktik ............................................................. .…29

4.2.1 Pengukuran dan Pengolahan Data ........................................................... .…..32

4.3 Analisis……………………………………………………..…………………………………………………….38

4.3.1 Metode GPS Handheld……………………………………………………………………..….42

4.3.2 Metode GPS Real Time Kinematik (RTK)……….…………...…….....................46

4.3.3 Metode Terrestris Total Station…………………….…………………………..….…….48

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 51

5.2 Saran ............................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 54

LAMPIRAN

L-1....... ..................................................................................................................... Data ETS

L-2 ….. .................................................................................................................... Data RTK

L-3…… ............................................................... Hasil Pengolahan Data pada Minescape

L-4…... .................................................................. Siklus Kegiatan Operasi Pertambangan

L-5…... ............................................................................................................. Foto Kegiatan

Page 7: Laporan KP

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Metodologi Penelitian ............................................................. 5

Gambar 2.1 Peta Lokasi Operasional PT Arutmin Indonesia ..................................... 6

Gambar 2.2 Lokasi Tambang Kintap ......................................................................... 10

Gambar 2.3 Struktur Departemen Engineering PT Arutmin Indonesia ................... 11

Gambar 4.1 Metode Penentuan Posisi dengan GPS……………………………………………..18

Gambar 4.2 Metode Absolute Positioning ................................................................ 18

Gambar 4.3 Prinsip Penentuan Posisi dengan GPS ................................................... 19

Gambar 4.4 Differential Positioning .......................................................................... 20

Gambar 4.5 Base PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap ........................................ 21

Gambar 4.6 Rover………………………………………………………………………………….……………..21

Gambar 4.7 Penghubung antara base station dengan rover .................................... 22

Gambar 4.8 Trimble GNSS R7………………………………………………………………………………..23

Gambar 4.9 Ilustrasi Pengukuran dengan menggunakan Total Station………………….25

Gambar 4.10 Perhitungan Koordinat……………………………………………………………………..26

Gambar 4.11 Lokasi Pengukuran……………………………………………………………………………32

Gambar 4.12 Pemasangan Patok…………………………………………….……………….…………...33

Gambar 4.13 Hasil Plotting titik untuk metode GPS Handheld Jarak Datar………..….35

Gambar 4.14 Hasil Koordinat pada RTK Trimble GNSS R7……………………..................38

Gambar 4.15 Hasil Plotting dengan Metode GPS RTK……………………………………………38

Gambar 4.16 Sketsa Jalur Hauling Distance Metode Total Station………………………..41

Gambar 4.17 Hasil Plotting untuk Metode Total Station………………………….…………...41

Gambar 5.1 Contoh Penginstalan Receiver GPS RTK pada kendaraan……………………53

Page 8: Laporan KP

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mencapai tujuan pendidikan yang utuh di perguruan tinggi, mahasiswa

memerlukan adanya pengetahuan tentang aplikasi dari ilmu yang didapat selama

proses perkuliahan. Pengetahuan tentang aplikasi tersebut dapat melengkapi ilmu

yang didapat selama berada di bangku kuliah. Pengetahuan ini dapat menjadi suatu

bahan pembanding antara ilmu yang didapatkan di bangku kuliah dengan

pengaplikasiannya di lapangan.

Sektor pertambangan membutuhkan investasi yang besar sehingga harus benar-

benar terorganisir dengan baik dari tahapan eksplorasi hingga sampai eksploitasi

harus berjalan lancar dan membutuhkan perhitungan yang efektif dan efisien. Salah

satu bagian kegiatan pada pertambangan batubara yaitu penentuan jarak angkut

tanah (overburden) yang diangkut ke area pembuangan tanah (disposal) dan jarak

angkut batubara ke area stockpile penimbunan batubara. Pada tambang Kintap,

kegiatan ini biasanya dilakukan oleh pihak kontraktor PT Arutmin Indonesia yaitu PT

PAMA Persada. Namun terkadang perhitungan jarak angkut ini juga dilakukan

bersama-sama dengan istilah joint survey yang dilakukan oleh kedua pihak baik

owner ( PT Arutmin Indonesia ) maupun kontraktor ( PT PAMA Persada Nusantara).

Kegiatan ini diperlukan sebagai salah satu bentuk kontrol pembanding dalam

pengukuran jarak angkut karena hal ini dapat berpengaruh pada faktor biaya

produksi dan transportasi yang harus dikeluarkan oleh owner kepada kontraktor

apabila jarak angkut yang dilakukan lebih besar dari yang telah disepakati bersama.

Di samping itu, pengukuran hauling distance juga mampu untuk mengetahui

besarnya penurunan elevasi tanah setiap hari pada excavator yang sedang

beroperasi sehingga mencegah terjadinya suatu overcut dimana desain yang telah

ditentukan sebelumnya tidak sesuai dengan keadaan di lapangan dan apabila terjadi

suatu overcut maka akan berakibat pada penagihan sehingga overcut tidak akan

dibayar. Oleh karena itu, kegiatan survey untuk pengukuran hauling distance

maupun coal distance sangat dibutuhkan seperti misalnya pengambilan data

Page 9: Laporan KP

2

koordinat di area disposal, stockpile maupun front loading pada masing-masing

excavator yang beroperasi dalam pemuatan tanah dan batubara.

1.2 Kedudukan Peserta

Pada kegiatan kerja praktek ini peserta diberi kesempatan mengikuti kegiatan yang

berhubungan dengan keprofesian Geodesi dan Geomatika terutama dalam kegiatan

penerapan aplikasi Surveying pada perusahaan penambangan batu bara PT Arutmin

Indonesia.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkung yang digunakan oleh penulis pada kerja praktik kali ini adalah

daerah pertambangan milik PT Arutmin Indonesia yang terletak di kawasan Kintap,

Banjarmasin Kalimantan Selatan. Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah

terbatas pada area PIT 1 yang merupakan daerah kontrak kerja dengan PT Arutmin

Indonesia dengan tim kontraktor PT Pama Persada. Bahasan pada kerja praktik kali

ini hanya terbatas pada penghitungan jarak angkut (hauling distance) yang

dilakukan oleh excavator ke dumping point dengan mengambil 3 titik sampel

penelitian.

1.4 Jadwal Kegiatan

Dalam kerja praktek ini, peserta tidak diberikan jadwal spesifik mengenai waktu dan

bentuk kegiatan perharinya oleh supervisor perusahaan, melainkan peserta

sendirilah yang mengatur program apa saja yang akan dilakukan selama kerja

praktek berlangsung disana mulai dari kegiatan pengukuran yang memuat jumlah

personel tim survey, lokasi survey, alokasi waktu, begitu juga untuk pengolahan

data hingga sampai pada penyusunan laporan. Pihak perusahaan hanya mensupport

keperluan apa saja yang peserta butuhkan luntuk mendukung program yang telah

dibuatnya.

Page 10: Laporan KP

3

1.5 Tujuan Kerja Praktik

1.5.1 Untuk Mahasiswa

Tujuan kerja praktek yang untuk mahasiswa adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pelaksanaan dari mata kuliah wajib GD-4091 Kerja Praktik.

2. Mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan.

3. Mendapatkan pengalaman kerja nyata dari dunia kerja langsung sekaligus

memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang sesungguhnya,

khususnya dalam bidang dunia pertambangan.

4. Mengetahui berbagai kegiatan baik survei maupun pengolahan data yang

dilakukan oleh bagian survei geodesi di PT Arutmin Indonesia.

1.5.2 Untuk Perusahaan

Adapun tujuan kerja praktek ini bagi perusahaan adalah:

1. Memberikan informasi suatu jarak angkut lapisan tanah penutup ke area

pembuangan overburden (disposal).

2. Memberikan suatu alternative bagi perusahaan dalam menggunakan metode

pengukuran yang paling tepat untuk diterapkan pada perhitungan jarak

angkut ( hauling distance )

3. Sebagai salah satu sarana pertimbangan bagi perusahaan dalam hal penilaian

kualitas mahasiswa yang pada akhirnya berhubungan pada penerimaan

tenaga kerja baru yang fresh graduate.

1.6 Aspek Manfaat

Manfaat dari penulisan kerja praktik kali ini adalah untuk memberikan alternative

metode penghitungan hauling distance yang menguntungkan bagi PT Arutmin

Indonesia selaku owner baik dari segi finansial sehingga mampu meminimalisasi

cost production maupun waktu pegerjaan yang lebih produktif.

Page 11: Laporan KP

4

1.7 Metodologi Penelitian

Tahapan awal pada pengerjaan Tugas Kerja Praktik adalah perencanaan, pada tahap

perencanaan dilakukan pencarian tema serta judul dari Tugas Kerja Praktik.

Kemudian dilanjutkan dengan mencari dan mempelajari referensi-referensi yang

berkaitan dengan Tugas Kerja Praktik pada tahapan studi referensi. Informasi yang

diperoleh dari studi referensi digunakan pada tahap persiapan, dimana dicari latar

belakang masalah yang ada yaitu tentang daerah studi kasus yang akan diteliti dan

juga peran disiplin ilmu geodesi dalam pekerjaan surveying pengukuran jarak

angkut dengan menggunakan beberapa metode pengukuran.Tugas Kerja Praktik ini

kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu pengambilan data pengukuran dari

masing-masing metode. Di dalam survei ini terdapat pengambilan data yang berasal

dari metode absolute GPS Handheld, metode differensial GPS RTK dan metode

terrestris Total Station. Data pendukung lainnya yang langsung didapatkan di

antaranya adalah data pengukuran topografi yang berasal dari kontraktor PT PAMA

Persada Nusantara. Pada metode absolute GPS Handheld, data yang didapatkan

terdiri dari dua macam yaitu data jarak odometer yang langsung dapat diketahui di

tempat dan data koordinat X,Y hasil tracking. Sedangkan pada metode differensial

GPS RTK dan metode terrestris Total Station hanya didapatkan data koordinat X,Y

dan Z. Data-data yang berupa koordinat inilah nantinya yang akan diproses

menggunakan software MInescape untuk mendapatkan hasil jaraknya. Kemudian

hasil jarak tersebut diperiksa dan dibandingkan satu sama lain serta di analisis dari

berbagai aspek untuk menentukan metode mana yang paling ideal untuk digunakan

dalam pengukuran jarak angkut. Metode penilitian disajikan pada gambar berikut :

Page 12: Laporan KP

5

Gambar 1.1 Diagram Metodologi Penelitian

Page 13: Laporan KP

6

BAB 2

PT ARUTMIN INDONESIA

2.1 Profil Perusahaan

2.1.1 Profil PT Arutmin Indonesia

PT Arutmin Indonesia merupakan salah satu perusahaan penghasil dan pengekspor

batubara terbesar di Indonesia. PT Arutmin pertama kali menandatangani kontrak

penambangan batubara dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1981 dan

merupakan perusahan swasta penghasil batubara terlama di Indonesia. Perusahaan

ini mengoperasikan 5 tambang batubara yakni Senakin, Satui, Batulicin, Asam –

asam dan Kintap serta terminal ekspor batubara yang bertaraf Internasional.

Senakin, Satui dan Batulicin memiliki kandungan bituminous bertaraf dunia dan

Kintap, Mulia dan Asam – asam memiliki kandungan sub‐bituminous yang sangat

memadai.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Operasional PT Arutmin Indonesia.

Page 14: Laporan KP

7

2.1.2 Lokasi Operasional

PT Arutmin beroperasi di area konsesi yang dekenal dengan Blok 6 Kalimantan. Blok

6 mencakup sejumlah area sempit di bagian timur laut pulau Kalimantan ditambah

dengan bagian utara pulau tetangga, yaitu Pulau Laut. Blok 6 terletak di provinsi

Kalimantan Selatan yang mencakup sampai 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Tanah

Laut, Kabupaten Kota Baru dan Kabupaten Tanah Bumbu.Pada bulan Desember

1990, PT Arutmin melepas kembali 94% areal konsesi awal kepada Pemerintah

Indonesia.

a. Asam-asam

Persediaan batubara di Mulia dan Asam-asam, membentuk kelanjutan tenggara dari

tambang Satui, mengakses ke Pembentukan Warukin dari jaman Miocene.Dengan

kandungan belerang dan abu yang sangat rendah, batubara jenis sub-bituminous

menghasilkan pembakaran bersih sehingga dikategorikan sebagai ramah

lingkungan. Areal kandungan batubara tambang Mulia dan Asam-asam adalah

sepanjang 65 km, yang terdiri dari Mulia; sebelah barat dan utara Asam-asam, Blok

C dan kandungan batubara di Jumbang. Tambang Mulia dan Asam-asam memiliki

kelebihan di bidang produksi, yaitu rasio landasan yang rendah, lapisan batubara

yang tebal dan akses ke fasilitas transportasi dan tongkang di tambang Satui.

Batubara yang berasal dari tambang Mulia dan Asam-asam harus di hancurkan, tapi

tidak perlu di cuci.

b. Batulicin

Areal sewa jangka panjang Batulicin dibagi menjadi Ata, Mereh, Saring, Mangkalapi

yang berlokasi dibagian timur Blok 6, sekitar 50 kilometer kearah utara Batulicin,

Kalimantan Selatan.

Batubara tambang Ata memiliki kandungan abu yang rendah, belerang dan CV yang

tinggi, batubara tambang Mereh & Saring memiliki kandungan abu yang tinggi,

belerang dan CV yang rendah. Dengan karakteristik yang berbeda pada dua lokasi

ini, batubara dari area ini harus di operasikan sebagai unit terpisah. Batubara

Page 15: Laporan KP

8

tambang Ata harus dicampur dengan batubara dari tambang Mereh dan Saring

serta dicuci guna meningkatkan daya jual produk akhir batubara tersebut.

c. Mulia

Mulia merupakan bagian dari Asam-asam yang termasuk dalam DU 322.Dari lokasi

Mulia menghasilkan batubara ecocoal yang berkualitas dan banyak digunakan untuk

pembangkit listrik tenaga uap di dalam negeri.

d. Satui

Tambang Satui terletak disebelah selatan dan barat tambang Senakin di terusan

bagian bawah dari Tanjung Pembentukan, dibagian tenggara lereng pegunungan

Meratus.Daerah ini menghasilkan batubara bituminous berkualitas tinggi. Sama

seperti dengan tambang Senakin, tambang Satui terbentang sepanjang kira-kira 40

km dari timur laut sampai barat daya, sejajar dengan pesisir pantai sekitar 20 km

kepedalaman. Tambang Satui terdiri dari kandungan Karuh, Kintap, Satui dan Bukit

Baru.Lapisan batubara Satui terbagi-bagi tergantung dari kandungan abu. Batubara

Satui harus dipecah, namun karena hanya memiliki kandungan abu yang rendah,

jadi batubara tersebut tidak perlu dicuci.Batubara tambang Satui dihancurkan di

fasilitas yang terletak tidak jauh dari pelabuhan Muara Satui. Batubara tersebut

ditumpuk tersendiri agar mudah dibedakan dengan yang lain. Campuran batubara

dari tumpukan ini dapat diatur sesuai dengan kualitas yang diinginkan.

e. Senakin

Tambang Senakin terletak di Tanjung Pembentukan yang berasal dari jaman Eocene

yang memiliki kualitas batubara bituminous.Tambang batubara tersebut terbentang

sepanjang 40 km dari utara ke selatan dan sejajar dengan pantai terletak sekitar 14

km kearah pedalaman. Kandungan dari tambang Sangsang dan Sepapah terletak di

bagian barat lereng dimana kandungan Senakin Timur berlokasi di bagian

timur.Kecuraman dari lereng ini memiliki sudut antara 5 sampai 15 derajat.

Untuk keperluan penambangan dan penjualan, lapisan batubara tambang Senakin

dibagi-bagi tergantung dari kandungan belerangnya di setiap tingkatan lapisannya.

Page 16: Laporan KP

9

Batubara tambang Senakin dipecah, dipisahkan dan kemudian dicuci untuk

mengurangi kandungan abunya sehingga meningkatkan nilai jualnya.Batubara

tambang Senakin Timur diproses di pabrik pencucian (yang memiliki kapasitas

sebesar 3,2 mt per tahun). Sebagian besar dari batubara tambang Senakin Barat

diproses di Pabrik Dense Media (yang berkapasitas 1,6 mt per tahun).Pabrik-pabrik

tersebut memiliki tingkat pengembalian balik sebesar 80%. Sekitar 10% dari

batubara tambang Senakin Barat di kirim langsung ke pelabuhan dimana disitu akan

baru dipecah, namun masih dalam keadaan belum tercuci dan dijual sebagai

batubara ROM.

f. North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT)

Perjalanan tongkang Senakin ke NPLCT hanya 45 km, atau sekitar 24 jam perjalanan

pulang pergi, sementara itu tongkang-tongkang Satui, Mulia, Asam-asam dan

Batulicin berlayar sejauh 130 km, atau sama dengan perjalanan selama 40 jam

pulang pergi. NPLCT memberikan kontribusi yang besar sehingga dapat menekan

beban operasional. Pelabuhan laut dalam ini terletak dekat 4 tambang Arutmin dan

didesain untuk melayani 4 tongkang sekaligus. Batubara diangkut melalui ban

berjalan. Dengan menggunakan pengangkut batubara yang berjalan diatas rel dan

memiliki jalur sepanjang kapal maka kapal-kapal tersebut tidak perlu berpindah-

pindah selama proses pemuatan. Sampai saat ini, kapasitas penerimaan muatan

batubara NPLCT dari areal pertambangan sekitar 14 mt per tahunnya. Kapasitas

pemasukan muatan kedalam kapal diperkirakan sekitar 14 mt setiap tahunnya.

Dalam satu tahun, NPLCT dapat menangani sekitar 160 kapal dan 1.700 tongkang.

Dengan NPLCT, PT Arutmin bebas menentukan sendiri jumlah ekspor yang akan

ditempuh tanpa tergantung dari fasilitas pihak luar. Walaupun demikian, beragam

pilihan jenis pengiriman lain juga tersedia. Jajaran pilihan untuk keperluan ekspor

tersebut membantu kapasitas PT Arutmin dalam meningkatkan pasokan.

Page 17: Laporan KP

10

2.1.2 Profil PT Arutmin Indonesia-Tambang Kintap

Gambar 2.2 Lokasi Tambang Kintap

a. Lokasi

PT Arutmin Indonesia tambang Kintap terletak di kecamatan Kintap Kabupaten

Tanah Laut yang merupakan wilayah perbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu.

b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap di kepalai oleh seorang

Mine Manager yang langsung membawahi 4 departemen antara lain : SHE (Safety,

Healt & Environment), Administration and Land, CDEA (Community Development

And External Affairs) dan Engineering. Keempat departemen tersebut kemudian

dikepalai oleh seorang Superintendent dan di bagi lagi menjadi beberapa section

yang sesuai dengan bidang pekerjaannya masing-masing. Untuk department

Engineering terbagi menjadi empat bagian yang masing-masingnya dipimpin oleh

satu orang supervisor. Divisi tersebut antara lain Production and Operation, Mine

Planner, Geology and Geotech dan Geodetic. Untuk Divisi Geodetic di kepalai oleh

Fandi Oktiawan sebagai supervisor yang juga merupakan alumni dari Teknik

Geodesi ITB angkatan 2003, dibantu oleh seorang geodetic engineer Zenezky

Sanrizandy ITB 2008 dan seorang drafter yaitu Jayadi serta dibantu oleh tim survey

Page 18: Laporan KP

11

yang terdiri dari tiga tim surey. Berikut adalah bagan struktur organisasi yang ada

pada department engineering :

Gambar 2.3 Struktur Departemen Engineering PT Arutmin Indonesia.

c. Kesampaian Lokasi

Lokasi PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap dapat dicapai melalui jalur darat dari

Bandar udara Syamsudin Noer Banjarmasin dengan rute perjalanan sebagai berikut:

a. Banjarmasin – Kintap

Dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun menggunakan

roda empat. Material jalan aspal dengan kondisi jalan cukup mulus dan melewati

jalur provinsi dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan.

b. Kintap – Port Kintap

Lokasi penambangan PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap dapat ditempuh

dengan menggunakan kendaraan roda empat. Biasanya untuk ke lokasi kantor

setiap karyawan akan mendapatkan shuttle untuk penjemputan dengan waktu

perjalanan 30 menit saja karena lokasi yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal

atau dengan fasilitas LV.

Page 19: Laporan KP

12

BAB 3

PEKERJAAN SURVEI

3.1 Gambaran Umum Operasi Pertambangan

Dalam dunia pertambangan terdapat istilah eksplorasi dan eksploitasi. Eksplorasi

merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang lebih rinci terhadap penemuan umum

atas endapan suatu bahan galian. Eksplorasi ini meliputi kegiatan mengetahui

ukuran, bentuk, letak, jumlah cadangan dan mutu endapan bahan galian. Eksplorasi

hanya dapat dilaksanakan atas dasar izin Kuasa Pertambangan (KP) eksplorasi.

Sedangkan eksploitasi merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan sejak awal area

KP dibuka hingga sampai pelaksanaan rehabilitasi. Untuk area penambangan Kintap,

sistem penambangan yang digunakan adalah penambangan terbuka dengan

metode stripping shovel dimana arah penggaliannya mengikuti arah batubara yang

menebal dan bernilai (seam).

Siklus pertambangan atau mining cycle merupakan tahapan proses pertambangan

yang dikerucutkan menjadi tambang batubara.

1. Persiapan

2. Pembersihan lahan (land clearing).

3. Pengupasan tanah pucuk (topsoil)

4. Pengupasan tanah penutup (overburden)

5. Penimbunan tanah penutup (backfilling)

6. Penambangan batubara

7. Pengangkutan batubara

8. Penjualan batubara

9. Pengembalian dari tempat penyimpanan sementara

10. Perataan dan rehabilitasi tanah

11. Penghijauan

Adapun tahapan selengkapnya mengenai siklus pertambangan untuk tambang

batubara dapat dilihat pada lembar Lampiran L-4.

Page 20: Laporan KP

13

3.2 Peran Survei di Pertambangan

3.2.1 Aktifitas Survei

Sub departemen survei merupakan bagian pendukung segala aspek dari awal mula

pit dibuka hingga mine out. Beberapa aktivitas survei harian yang dilakukan oleh

tim survei di tambang Kintap ini antara lain:

1. Pengambilan data harian lapisan batubara

2. Pengambilan data harian jarak angkut

3. Pemantauan Ketinggian Air

4. Pengeksekusi Desain Rencana Tambang

5. Pengukuran statik untuk penentuan lokasi benchmark

6. Pengukuran berdasarkan projek permintaan dari departemen lain.

Dalam kerja praktik kali ini, penulis membahas peran survei dalam pengambilan

data harian jarak angkut. Pengambilan data jarak angkut ini juga merupakan

kegiatan survei yang dilakukan pada setiap hari. Biasanya kegiatan survei ini

merupakan kegiatan joint survey yang artinya tim survei PT Arutmin Indonesia dan

tim survei kontraktor misalnya PT Pama Persada Nusantara bersama-sama

melakukan survei untuk menentukan jarak angkut yang di lalui oleh masing-masing

excavator ke titik penampungan (dumping point). Pelaksanaan survei ini biasa

dilakukan pada sore hari. Pengukuran untuk penghtiungan jarak angkut perlu di

lakukan setiap hari karena jarak angkut yang dilakukan oleh masing-masing

excavator yang menuju dumping point dapat berubah setiap harinya. Sehingga

perlu dilakukannya pengukuran setiap hari untuk mengetahui perubahan tersebut.

Di bagian awal perjanjian antara pihak owner dan kontraktor akan membuat sebuah

kesepakatan dalam hal penentuan jarak maksimum yang akan dilalui oleh excavator

ke dumping point, nantinya apabila jarak yang ditempuh melebihi perjanjian yang

telah ditentukan, maka pihak PT Arutmin Indonesia selaku owner wajib mengganti

rugi kelebihan jarak tersebut kepada tim kontraktor sebagai bentuk

pertanggungjawaban. Hal ini tentunya menjadi sangat penting terutama bagi pihak

owner dalam menentukan metode apa yang paling tepat dan efektif digunakan agar

tidak terjadi kerugian terkait dengan cost production yang harus dikeluarkan oleh

PT Arutmin Indonesia selaku owner project penambangan kepada tim kontraktor.

Page 21: Laporan KP

14

BAB 4

PEMBAHASAN MATERI KERJA PRAKTIK

4.1 Pengenalan Materi Kerja Praktik

Kegiatan kerja praktik dimulai pada tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan 31 Juli 2013.

Lokasi kerja praktik kali ini terletak di tambang Kintap PT Arutmin Indonesia,

Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Kegiatan kerja praktik berada di bawah

pengawasan Supervisor Geodetic. Kegiatan survei di tambang Kintap ini merupakan

kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari dan dilakukan oleh tim survei. Tim Survei

yang dimiliki oleh tambang Kintap terdiri dari tiga kru yaitu kru A, B dan C. Setiap

harinya ketiga tim melakukan pengukuran sesuai dengan project dan bagiannya

masing-masing yang dikelompokkan berdasarkan area penambangan. Tim A

biasanya melakukan pengukuran yang merupakan project-project berdasarkan

permintaan dari departemen maupun divisi tertentu, sedangkan tim b dan c

melakukan kegiatan pengukuran harian yaitu untuk pengukuran lahan, pengukuran

roof dan top dari lokasi penambangan yang datanya kemudian akan diolah oleh

bagian Geodetic Engineer untuk kemudian dapat digunakan oleh departemen yang

lain dalam berbagai keperluan. Dalam hal ini, peserta kerja praktik diberikan sebuah

wawasan tentang apa saja yang dapat dilakukan oleh seorang geodesi dalam dunia

pertambangan.

Berbagai macam survei yang diperlukan dalam hal ini seperti misalnya :

1. Melakukan pengukuran dan perhitungan volume galian material batubara

agar bisa dihitung berapa total volume batubara yang ditambang pada lokasi

tersebut.

2. Melakukan monitoring terhadap titik–titik yang telah ditentukan koordinatnya

sebelumnya,sehingga dapat dilakukan pengecekan apakah terjadi pergeseran

titik untuk mengantisipasi akan terjadinya kelongsoran (khusus daerah rawan

longsor).

3. Menghitung berapa banyak top soil yang dihasilkan pada proses

pertambangan yang telah di stok, sehingga kemudian pihak enviro maupun

mine plan dapat merencanakan kapan proses reklamasi akan dimulai.

Page 22: Laporan KP

15

4. Menghitung berapakah besar hauling distance pada proses penambangan .

5. Menghitung besarnya elevasi serta menganalisis kapan waktu yang tepat

untuk melakukan penambangan dengan memperhitungkan kapan air

genangan pada kolam yang ada pada lokasi penambangan tersebut menyurut.

6. Menghitung elevasi air untuk pompa sehingga dapat diukur berapa total

volume yang udah dipompa jadi dapat diketahui banyaknya fuel yang terpakai

selama pompa tersebut bekerja.

7. Menghitung berapa banyak lahan yang terpakai oleh pihak perusahaan dan

memperhatikan apakah ada area disposal yang melebar, sehingga apabila

perluasan wilayah disposal terjadi maka proses reklamasi pun akan dapat

terealisasikan.

Dalam kerja praktik ini, peserta akan membahas suatu topik mengenai kegiatan

survei yang biasa dilakukan yaitu pengukuran jarak angkut ( hauling distance )

dengan membandingkan beberapa metode pengukurang yang dapat digunakan.

4.1.1 Metode Handheld

Metode handheld merupakan metode GPS yang melakukan penentuan posisi secara

real time absolute. Absolut positioning atau juga disebut point positioning adalah

pengukuran posisi di permukaan Bumi dengan hanya menggunakan satu receiver GNSS.

Prinsip pengukuran absolut positioning ini adalah prinsip sederhana pengukuran jarak

dengan GNSS, yaitu reseksi jarak ke beberapa satelit (minimal empat satelit). Biasanya,

absolut positioning menggunakan data pseudorange dalam menangkap sinyal

satelitnya. Akurasi dari hasil penentuan posisi absolut ini tergantung dari kualitas data

dan geometri satelit itu sendiri. Namun pengukuran metode ini tidak baik untuk

pengukuran posisi yang teliti. menyebabkan hasil data pengukuran pasut tidak

berada pada satu bidang yang lurus. Seperti terlihat pada gambar 4.1.

Page 23: Laporan KP

16

Gambar 4.2 Metode Absolute Positioning

Gambar 4.1 Metode Penentuan Posisi dengan GPS

Gambar 4.3 Prinsip Penentuan Posisi dengan GPS.

Page 24: Laporan KP

17

Berikut adalah persamaannya :

4.1.2 Metode Real Time Kinematik ( RTK )

1. Konsep Dasar RTK

Metode Real Time Kinematic atau yang lebih dikenal dengan sebutan RTK

merupakan sebuah akronim yang sudah umum digunakan untuk melakukan sebuah

penentuan posisi pada real time secara differensial melalui data fase. Sistem ini

pada umumnya digunakan untuk penentuan posisi objek-objek bergerak. Untuk

merealisasikan tuntutan real timenya maka monitor harus mengirimkan koreksi

differensial (fase) ke pengguna secara real time dengan menggunakan sistem

komunikasi tertentu. Konsep dasar RTK ini adalah koordinat titik yang didapat

secara real time dalam koordinat UTM maupun Lintang dan Bujur tanpa melalui

pemrosesan baseline.

Metode RTK ini berbeda dengan metode statik, karena pada metode statik

koordinat baru diperoleh setelah dilakukan pemrosesan baseline (post processing).

GPS RTK ini memiliki ketelitian yang tinggi dalam fraksi centimeter yaitu sebesar 1-5

cm. Differential Positioning atau juga disebut Relative Positioning adalah penentuan

posisi di permukaan Bumi yang setidaknya menggunakan dua receiver GNSS,

dimana salah satunya ditempatkan pada lokasi atau titik yang diketahui

koordinatnya (reference station). Posisi hasil differential positioning ditentukan

secara relatif tergantung stasiun referensinya. Dengan differential positioning, titik

yang akan ditentukan dapat dilakukan pada saat receiver-nya diam atau pun

bergerak. Konsep dasar differential positioning ini yaitu prosesnya dapat

menghilangkan dan atau mereduksi efek-efek dari beberapa kesalahan dan bias-

bias, sehingga dapat meningkatkan akurasi dari penentuan posisi tersebut.

U

Page 25: Laporan KP

18

2. Bagian bagian dari GPS RTK

Setiap pengukuran koordinat titik menggunakan GPS metode RTK harus

menggunakan minimal 2 buah alat receiver GPS yang memiliki fungsi sebagai :

a. Base

Pada alat GPS yang berfungsi sebagai base maka alat GPS tidak perlu digerakkan

posisinya atau dibiarkan dalam keadaan diam. Kemudian base tersebut didirikan di

atas titik yang sudah diketahui koordinatnya. PT Arutmin Indonesia memilki sistem

base yang berada di daerah PT Pama Persada Nusantara yang sistemnya

berlangsung selama 24 jam.

Contoh jenis base yang dimiliki oleh PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap dapat

dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.4 Differential Positioning.

Gambar 4.5 Base PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap

Page 26: Laporan KP

19

a. Rover

Pada alat GPS yang berfungsi sebagai rover, posisi GPS dapat digerakkan sesuai

dengan detil yang diinginkan oleh tim surveyor misalnya pada pengukuran persil

tanah, maka rover tersebut didirikan pada tiap pojok pojok bidang tanah.

Sistem kerja GPS RTK memiliki penghubung antara base dengan rover yaitu sinyal

radio. Sinyal radio tersebutlah yang nantinya berfungsi untuk memancarkan nilai

koreksi dari base ke rover. Saat ini, sinyal radio dapat dipancarkan dengan

menggunakan berbagai macam media misalnya menggunakan antena radio, GSM

maupun sinyal internet. Apabila kita menggunakan sinyal radio, maka sebelum

melakukan pengukuran diusahakan frekuensi radio di base dan rover sudah

disamakan terlebih dahulu. Namun sinyal radio ini hanya mampu memancarkan

sinyal sejauh 10 km saja, sehingga apabila jarak yang kita inginkan lebih jauh maka

sebaiknya kita menggunakan sinyal yang berasal dari repeater.

Gambar 4.6 Rover.

Page 27: Laporan KP

20

Alat utama yang ada pada GPS RTK ini adalah receiver, dimana pada alat ini terdapat

beberapa slot yang berfungsi sebagai penghubung kabel ke beberapa peralatan

pendukung gps. Selain itu alat ini juga terdapat card yang berfungsi untuk

menyimpan data hasil perekaman satelit . Bagian-bagian terdapat pada GPS RTK

yaitu :

a. Antenna GPS yang berfungsi untuk menangkap sinyal satelit.

b. Receiver GPS sebagai tempat perekaman ke dalam card.

c. Controller GPS untuk melakukan setiingan job konfigurasi dan pengukuran

GPS.

d. Modem radio berfungsi sebagai penghubung antara antenna radio dan

receiver GPS.

e. Baterai eksternal berfungsi sebagai sumber tenaga untuk modem radio.

f. Aki

Gambar 4.8 Trimble GNSS R7

Gambar 4.7 . Penghubung antara base station dengan rover

Page 28: Laporan KP

21

GPS RTK ini dapat diaplikasikan untuk melakukan stake out, penentuan dan

rekonstruksi batas persil, survei pertambangan, survei rekayasa, dan aplikasi lainnya

yang membutuhkan titik koordinat dengan cepat dan dalam ketelitian centimeter.

Saat ini, GPS RTK telah mengalami perkembangan. Dengan melihat penggunaaan

GPS RTK yang cukup mahal biaya operasionalnya karena menggunakan 2 alat GPS

(sebagai rover dan base) yang masing-masing harganya berkisar antara 150-300

juta. Oleh karena itu, saat ini dikembangkanlah suatu GPS CORS yang memiliki fungi

sebagai base yang dapat menangkap sinyal satelit secara kontinyu dalam 24 jam

dan mampu memancarkan sinyal radio sejauh 20 km.

4.1.3 Total Station

1. Konsep dasar

Total station merupakan gabungan EDM, theodolite, kalkulator dan media rekaman

yang dijadikan satu compacted. Kombinasi dari gabungan ini akan menghasilkan

suatu suatu koordinat target pengukuran dengan melakukan pengukuran sudut

horizontal, sudut vertical dan jarak miring secara bersamaan. Data tersebut

kemudian akan disimpan dalam Total Station untuk kemudian ditransfer ke

komputer untuk diolah dan diproses sedemikian rupa hingga nantinya akan

menghasilkan suatu produk peta. Pengukuran jarak dengan menggunakan Total

Station ini dapat menggunakan dua metode, yaitu dengan menggunakan prisma

atau tanpa menggunakan prisma. Total station merupakan alat ukur jarak pendek

yang dirancang untuk pengukuran teliti dengan menggunakan sinar inframerah

sebagai gelombang pembawa dimana dapat langsung dikoreksi terhadap pengaruh

atmosfer. Alat ini juga dapat menampilkan dua hasil pengukuran dalam satu

tampilan antara lain kombinasi sudut horizontal dengan sudut vertikal, jarak dengan

sudut dan lain-lain. Prinsip utama pengukuran jarak dengan total station ini adalah

mendapatkan harga beda fase antara sinyal utama dengan sinyal data. Faktor

frekuensi merupakan factor utama dalam menentukan ketelitian hasil dari

pengukuran. Ketelitian suatu polygon akan dipengaruhi oleh kemampuan alat ukur

tersebut dengan melihat besarnya standar deviasi alat tersebut. Ketelitian

pengukuran polygon dapat ditunjukkan dengan memperhatikan nilai simpangan

Page 29: Laporan KP

22

baku absis dengan simpangan baku ordinat dari masing-masing posisi titik-titiknya

yang secara grafis dapat ditunjukkan dengan ellips kesalahannya.

2. Prinsip Pengukuran dan Pengolahan Data ETS

Dalam pengukuran Total Station melakukan suatu pengukuran terhadap tiga

parameter yaitu :

a. Rotasi sumbu optis instrumen dari utara pada bidang horizontal (sudut

horizontal).

b. Inklinasi sumbu optis dari vertical local ( sudut vertikal ).

c. Jarak antara alat ke target ( jarak miring ).

Hasil pengukuran ketiga parameter tersebut kemudian akan menghasilkan nilai

koordinat yang nantinya akan digunakan sebagai titik–titik dasar pemetaan. Proses

pengolahan data hasil pengukuran total station menjadi koordinat adalah sebagai

berikut:

Gambar 4.9 Ilustrasi Pengukuran dengan menggunakan Total Station

Page 30: Laporan KP

23

3. Jarak Horisontal ( HD )

Jarak horizontal atau jarak datar merupakan jarak yang akan dipergunakan untuk

menghitung nilai koordinat dalam bidang datar. Pada gambar 4.9 dapat dilihat

bahwa besarnya jarak horizontal ( HD ) adalah

4. Jarak Vertikal ( VD )

Jarak vertikal merupakan perbedaan tinggi antara alat dengan target. Pada gambar

diatas apat dilihat bahwa besarnya jarak vertikal ( VD ) adalah

5. Perhitungan koordinat

Koordinat yang ada dibedakan menjadi dua bagian yaitu koordinat yang berada

dalam sumbu horizontal ( X, Y ) dan koordinat pada sumbu vertical ( Z ). Untuk

menentukan besarnya nilai koordinat X dan Y, maka ilustrasinya adalah sebagai

berikut :

Koordinat titik A merupakan koordinat tempat titik alat berada dimana nilai

koordinatnya sudah diketahui nilainya. Sedangkan titik R adalah titik target yang

akan dicari nilai koordinatnya.

HD = SD*SIN Z atau HD = SD*COS

m

VD = SD*COS Z atau HD = SD*SIN

m

Gambar 4.10 Perhitungan Koordinat

Page 31: Laporan KP

24

Untuk itu, nilai koordinat titik dimana reflector ( target ) berada adalah

Untuk nilai koordinat Z atau tinggi, maka akan terbagi menjadi dua yaitu tinggi

reflector tersebut atau tinggi tanah target.

Untuk tinggi target, maka persamaannya akan menjadi :

Untuk tinggi tanah, maka persamaannya akan menjadi :

6. Sumber – sumber kesalahan pada pengukuran menggunakan Total Station.

Dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan total station ini, terdapat

beberapa kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi, seperti misalnya :

XR = XA + dXAR

XR = XA + HD*COSαAR

YR = YA + dYAR

YR = YA + HD*SINαAR

ZR = ZA + VD + TA

ZR = ZA + SD*SIN m + TA

Atau

ZR = ZA + SD*COS Z + TA

ZR = ZA + VD + TA - TR

ZR = ZA + SD*SIN m + TA - TR

Atau

ZR = ZA + SD*COS Z + TA - TR

Page 32: Laporan KP

25

a. Kesalahan EDM

Dalam pengukuran dengan menggunakan total station ini, jarak diukur dengan

menggunakan cahaya yang dipancarkan oleh EDM. Hal yang terpenting dalam

pengukuran jarak adalah kecepatan cahaya di udara. Kecepatan udara tersebut

dapat dipengaruhi oleh adanya kepadatan udara. Kecepatan udara dapat

ditentukan dari adanya pengukuran temperatur, tekanan dan kelembaban udara.

Kondisi atmosfer diukur pada tempat berdirinya alat memberikan hasil yang baik

pada jarak yang cukup dekat. Namun, untuk jarak yang memiliki perbedaan elevasi

yang signifikan maka pengukuran atmosfer sebaiknya dilakukan pada dua tempat

yaitu pada alat dan juga target, kemudian hasil tersebut dirata-rata. Untuk

pengukuran total station yang menggunakan bantuan reflector maka dapat

memungkinkan terjadinya kesalahan konstanta reflector. Kesalahan ini bersumber

pada adanya jarak tambahan dalam perjalanan sinar pada reflector sebelum

akhirnya dipantulkan kembali ke total station, kemudian posisi reflector yang tidak

tegak dengan tanah dan juga pusat pemancar EDM yang tidak berada pada posisi

yang seharusnya.

b. Salah Kolimasi

Salah kolimasi merupakan kesalahan yang diakibatkan adanya ketidakselarasan

antara sumbu optis pada instrumen dengan piringan bacaan sudut horizontal.

Kesalahan sebesar 5” dapat memberikan kesalahan sebesar 2,5 mm pada jarak 100

meter. Kesalahan sebanyak 1’ akan memberikan kesalahan sebesar 3 cm dengan

jarak 100 meter. Jenis kesalahan kolimasi ini, erat kaitannya dengan tipe alat ukr

yang digunakan pada saat pengukuran. Kesalahan ini dapat dieliminasi dengan cara

melakukan double-centering atau sentring berulang dimana kita melakukan bacaan

Biasa dan Luar Biasa. Biasanya pada instrument modern telah terdapat

compensator yang mampu mengoreksi kesalahan jenis ini.

c. Kesalahan Centering

Kesalahan jenis ini diakibatkan oleh kesalahan operator karena tidak tepatnya posisi

instrument di atas titik pengukuran yang telah ditentukan dan sumbu-sumbu

Page 33: Laporan KP

26

pengukuran instrument tidak tegak lurus dengan tanah dan bidang horizon saat

pengukuran berlangsung. Hal ini akan mengakibatkan hasil data pengukuran yang

dilakukan menjadi salah.

d. Kelengkungan dan refraksi

Kelengkungan dan refraksi dapat membuat efek yang signifikan dalam pengukuran

elevasi karena kegiatan survei berada pada bidang datar sedangkan bumi berbentuk

bulat. Sehingga elevasi akan terpengaruh dengan adanya perbedaan ini dan

mengakibatkan pengukuran jarak dan elevasi menjadi tidak tepat. Pengaruh refraksi

juga dapat mempengaruhi kinerja total station karena membuat perjalanan sinyal

menjadi lebih panjang dan adanya ilusi optikal pada saat melakukan pembidikan ke

arah target, sehingga pengukuran sudut dan jarak yang didapatkan tidak sesuai

dengan yang seharusnya. Pada beberapa kasus, kesalahan akibat adanya

kelengkungan dan refraksi ini tidak diterapkan pada jarak yang kurang dari 300

meter. Namun, dalam jarak yang lebih dari nilai tersebut harus diterapkan suatu

koreksi. Cara yang terbaik untuk menerapkan koreksi itu adalah dengan melakukan

pengukuran juga dari target ke titik alat berdiri. Hasil dari kedua pengukuran

tersebut kemudian di rata-ratakan untuk menghilangkan efek kelengkungan

tersebut.

4.2 Proses Pelaksanaan Kerja Praktik

Pelaksanaan kerja praktek dimulai dengan melakukan kegiatan pengukuran yang

dilakukan oleh peserta kerja praktik dengaan dibantu oleh tim survei dalam

pengambilan data di lapangan. Proses ini berlangsung selama satu minggu di

lapangan dan kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan menganalisis hasil

pengolahan data yang didapat. Dalam hal pengambilan data peserta kerja praktik

juga melakukan koordinasi dengan tim survei dari pihak kontraktor yang dalam hal

ini diwakilkan oleh tim survei PT Pama Persada Nusantara.

Adapun rincian kegiatan yang dilakukan oleh peserta selama kegiatan kerja praktek

berlangsung dapat dilihat dari table berikut :

Page 34: Laporan KP

27

TANGGAL KEGIATAN LOKASI

1/7/2013 Induksi umum oleh Department SHE dan Departemen Engineering Kantor PT AI-Kintap

2/7/2013 Melakukan orientasi pengamatan medan tambang Kintap Pit Tambang

3/7/2013 Ikut tim Survey kru C melakukan pengukuran di site Pit Tambang-PAMA

4/7/2013 Ikut Tim survey kru C melakukan pengukuran di site (batal karena hujan) Pit Tambang

5/7/2013 Penulisan laporan kerja praktek Kantor PT AI Kintap

6/7/2013 Pengukuran hauling distance dengan metode RTK dan Handheld Pit Tambang – PAMA

7/7/2013 Day off Camp Lama

8/7/2013 Pengukuran hauling distance dengan metode ETS Pit Tambang – PAMA

9/7/2013 Pengukuran hauling distance dengan metode ETS Pit Tambang – PAMA

10/7/2013 Tutorial Software Mincom Minescape Kantor PT AI-Kintap

11/7/2013 Pengolahan data pengukuran pada software Mincom Minescape Kantor PT AI–Kintap

12/7/2013 Ikut tim survey melakukan pengukuran static Tambang Blok C

13/7/2013 Ikut tim survey pengukuran untuk project disposal dengan RTK (topo) Pit Pama

14/7/2013 Day Off Camp Lama

15/7/2013 Ikut tim survey melakukan pengukuran static Gunung Ayam

16/7/2013 Mengerjakan laporan kerja praktek Kantor PT AI-Kintap

17/7/2013 Ikut tim survey melakukan pengukuran topo dengan RTK Pit Pama

18/7/2013 Melakukan penyusunan laporan KantorPT AI - Kintap

19/7/2013 Menyelesaikan laporan kerja praktik Kantor PT AI – Kintap

20/7/2013 Day Off Camp B

21/7/2013 Day Off Camp B

22/7/2013 Menyelesaikan Presentasi Progress Kerja Praktik Kantor PT AI-Kintap

23/7/2013 Presentasi Pendahuluan Kerja Praktik ( Batal ) R. Meeting PT AI

24/7/2013 Reschedule Presentasi Pendahuluan R. Meeting PT AI

25/7/2013 Ikut Tim Survey Pengukuran Jarak dengan RTK Pit PAMA

26/7/2013 Penyelesaian Laporan Kerja Praktik Kantor PT AI-KIntap

27/7/2013 Day Off Camp Lama

28/7/2013 Day Off Camp Lama

29/7/2013 Penyelesaian Laporan Kerja Praktik Camp Lama

30/7/2013 Penyelesaian Laporan Kerja Praktik Kantor PT AI-Kintap

31/7/2013 Penyerahan Laporan Kerja Praktik Kantor PT AI-Kintap

Tabel 4.1 Realisasi Kegiatan Kerja Praktik PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap

Page 35: Laporan KP

28

Kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh peserta adalah melakukan pengukuran

jarak angkut pada pertambangan dengan menggunakan tiga metode yaitu GPS

handheld,GPS RTK dan juga Total Station. Tujuan dari pengukuran ini adalah

membandingkan antara ketiga metode yang digunakan dan menganalisis metode

seperti apa yang paling tepat untuk diterapkan pada perusahaan pertambangan

dalam hal ini yaitu PT Arutmin Indonesia tambang Kintap.

4.2.1 Pengukuran dan Pengolahan Data

Pengukuran hauling distance dilakukan dengan tiga metode pengukuran yaitu

dengan menggunakan handheld, RTK dan Total Station. Pengukuran tersebut

berlangsung di area Excavator 1708, 1771 dan 1774 menuju dumping point OD4.

Alokasi waktu untuk pengukuran dilakukan selama 4 hari dimana setiap alat

mendapatkan alokasi waktu satu hari untuk pelaksanaan pengukuran. Dalam

kegiatan ini, peserta dibantu oleh tim survey PT Arutmin Indonesia. Sebelum

melakukan pengukuran, kami melakukan survei pra-pengukuran untuk mengetahui

lokasi dan menentukan terlebih dahulu titik-titik yang akan digunakan sebagai

referensi posisi excavator dan dumping point.

Gambar 4.11 Lokasi Pengukuran

Page 36: Laporan KP

29

Data-data yang didapat dari hasil pengukuran di lapangan kemudian diolah sehingga

menghasilkan data yang kita butuhkan yaitu berupa total jarak yang kemudian

disebut hauling distance dengan menggunakan software Mincom Minescape.

1. Pengukuran Metode Handheld

Tabel 4.2 Pengukuran dengan Metode GPS Handheld

a. Pelaksanaan Survei

1. Mempersiapkan segala kebutuhan survei seperti mengisi daya atau baterai

receiver GPS Handheld sehari atau beberapa jam sebelum survei berlangsung.

2. Mempersiapkan satu receiver handheld, alat tulis, radio telekomunikasi (HT),

arloji, dan kamera untuk dimasukkan ke dalam mobil.

3. Setibanya di lokasi tempat excavator berada, atur receiver GPS handheld

untuk melakukan proses tracking menuju tempat penampungan. Selama

Hari,Tanggal Sabtu, 6 Juli 2013

Waktu Pengambilan Data 09 : 00 – 09 : 30 WITA

Lokasi Site PAMA Persada -

Jumlah SDM 5 orang

Alat Garmin GPSMap 78S

Gambar 4.12 Pemasangan Patok

Page 37: Laporan KP

30

proses tracking perhatikan waktu yang dibutuhkan untuk mobilisasi dan

koordinat pendekatan pada titik acuan (Excavator 1708, 1771,1774 dan OD4)

dan kemudian mencatatnya. Proses pengaturan receiver handheld adalah

sebanyak 3 menit.

4. Mengulangi proses 3 untuk jenis excavator yang lain.

5. Mendownload hasil pengukuran di kantor PT AI – Tambang Kintap.

b. Pengolahan Data

1. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Mincom

Minescape.

2. Melakukan Importing data hasil pengukuran di lapangan.

3. Data yang telah diimport berbetuk titik-titik sesuai dengan jalur trekking yang

dilakukan pada saat pengukuran kemudian dihubungkan satu sama lain

sehingga membentuk garis.

4. Setelah semua titik telah terhubung, maka buat menjadi tiga segmen yaitu

dari masing-masing excavator menuju dumping point.

5. Jika semua segmen telah terhubung, maka kita akan mendapatkan data jarak

yang dibutuhkan.

Data pengukuran yang didapatkan dengan metode GPS handheld adalah sebagai

berikut :

Koordinat Dumping Point (OD4) :

E = 0311518 ;

N = 9577709

Page 38: Laporan KP

31

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Jarak dengan Metode GPS Handheld

Excavator

Easting

Northing

Jarak

Odometer

Jarak

Datar

Waktu Pengambilan

Data

1708 0310880 9577978 1050 meter 1031.950 meter 6 menit

1771 0310807 9578224 1300 meter 1281.078 meter 8 menit

1774 0310902 9578314 1220 meter 1168.231 meter 10 menit

Data jarak yang didapatkan pada table 4.3 diatas adalah data jarak odometer dan

jarak datar yang sudah diolah dengan menggunakan software Minescape. Jarak

Odometer adalah jarak tempuh yang prinsip kerjanya sama dengan speedometer

pada kendaraan bermotor. Dalam hal ini, odometer bekerja sesuai dengan

kecepatan yang ada pada speedometer kendaraan. Sedangkan Data jarak datar

yang dihasilkan oleh software merupakan data hasil download pengukuran di

lapangan dengan menggunakan receiver GPS handheld yang ternyata telah di

setting dengan elevasi 0. Sehingga jarak yang terukur pada software merupakan

jarak datar ( horizontal ).

Gambar 4.13 Hasil Plotting titik untuk metode GPS Handheld Jarak Datar

Page 39: Laporan KP

32

2. Pengukuran Metode RTK

Tabel 4.3 Pengukuran dengan Metode GPS RTK

a. Pelaksanaan Survei

1. Mengisi daya atau baterai receiver GNSS R7 sehari atau beberapa jam sebelum

survei GNSS berlangsung.

2. Mempersiapkan satu set receiver GNSS, statif, alat tulis, radio telekomunikasi

(HT) atau telepon genggam, receiver GNSS/GPS handheld, arloji, dan kamera

untuk dimasukkan ke dalam mobil.

3. Memasang tas rover pada mobil dengan mengikatkannya dibagian belakang

mobil.

4. Memastikan bahwa base telah tersetting dengan benar untuk pengukuran RTK

di ruang server PAMA-ARIA.

5. Menuju lokasi patok survey Excavator 1708 kemudian menyalakan controller

rover untuk mensetting metode survey.

On-Trimble Access-Jobs-New Jobs. Pada tahapan ini, buat project baru dengan

memberi nama projects esuai dengan tanggal pengukuran.

6. Pilih metode survey yang dibutuhkan, pilih Measure-Continous Topo-Fixed

Distance. Dalam tahapan ini, rover akan otomatis merekam koordinat sesuai

dengan jarak yang kita atur atau apabila ada titik ekstrim sesuai kehendak kita.

Proses persiapan ini memakan waktu sebanyak 7 menit dalam proses

penginstalannya.

Hari,Tanggal Sabtu, 6 Juli 2013

Waktu 15:55 – 16.40 WITA

Lokasi Site PAMA Persada -

Jumlah SDM 5 orang

Alat Trimble GNSS R7

Page 40: Laporan KP

33

7. Memulai survey RTK sampai excavator yang lain dan mencatat waktunya.

8. Menuju kantor untuk mendownload hasil survey.

9. Melakukan pengisian ulang baterai receiver.

b. Pengolahan Data

1. Data yang telah di download kemudian di import dalam bentuk excel.

2. Melakukan pengolahan data dengan menggunakan software Mincom

Minescape seperti cara sebelumnya.

Data pengukuran yang didapatkan dengan metode RTK adalah sebagai berikut :

Dumping Point (OD4)

E = 0311525.008 ;

N = 9577700.233

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Jarak dengan Metode GPS RTK

Excavator

Easting

Northing

Jarak RTK

Waktu

Pengambilan Data

1708 0310883.404 9577973.691 1034.641 meter 5 menit

1771 0310778.649 9578209.436 1286.540 meter 9 menit

1774 0310903.846 9578315.731 1170.257 meter 9 menit

Page 41: Laporan KP

34

Gambar 4.14 Hasil Koordinat pada RTK Trimble GNSS R7

Gambar 4.15 Hasil Plotting dengan Metode GPS RTK

Page 42: Laporan KP

35

3. Pengukuran Metode ETS

Tabel 4.5 Pengukuran dengan Metode Terrestris

Total Station

a. Pelaksanaan Survei

1. Mengisi daya atau baterai total station sehari atau beberapa jam sebelum

survey berlangsung.

2. Mempersiapkan satu set total station Sokkia CX-103, dua buah statif, dua buah

prisma, dua buah pogo, paying, patok, formulir survei, alat tulis, radio

telekomunikasi (HT)/handphone, receiver GNSS/GPS handheld, arloji, dan

kamera untuk dimasukkan ke dalam mobil.

3. Setibanya di lokasi, jika titik pengukuran belum terdapat benchmark/patok,

maka harus dilakukan proses monumentasi yaitu membuat benchmark atau

memasang patok terlebih dahulu pada titik yang akan diukur.

4. Mendirikan statif/tripod dan memasang total station di atas titik benchmark

tersebut kemudian lakukan proses pengukuran backside.

5. Melakukan pengukuran total station dengan melakukan pembidikan pada

prisma-prisma yang dipegang oleh chainman di lokasi titik excavator hingga

selesai dan mencatat waktunya.

6. Setelah pengukuran selesai, maka peralatan di rapikan untuk persiapan

kembali ke kantor.

7. Mendownload hasil pengukuran di kantor PT AI.

Hari,Tanggal Senin, 8 Juli 2013

Waktu 09.05 – 09.55 WITA

Lokasi Site PAMA Persada -

Jumlah SDM 5 orang

Alat Sokkia Tipe CX – 103

Page 43: Laporan KP

36

8. Mengembalikan peralatan di tempatnya masing-masing dan melakukan isi

ulang baterai total station.

Data pengukuran yang didapatkan dengan metode Total Station adalah sebagai

berikut :

Dumping Point (OD4)

E = 0311527.872 ;

N = 9577710.850;

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Jarak dengan Metode Terrestris

Total Station

Waktu yang digunakan pada pengukuran Total Station merupakan waktu akumulasi

yang dihitung dari batas persimpangan jalan.

Excavator

Easting

Northing

D Ex-OD4

Waktu

1708 0310881.413 9577979.913 1045.090 meter 27 menit

1771 0310778.649 9578209.436 1300.704 meter 35 menit

1774 0310905.651 9578314.347 1175.738 meter 31 menit

Gambar 4.16 Sketsa Jalur Hauling Distance Metode Total Station

Page 44: Laporan KP

37

Keterangan :

Waktu yang di tempuh untuk masing-masing perhitungan jarak excavator –

dumping point OD 4

c. OD4 – S1 = 20 menit.

d. S1 – Excavator 1708 = 7 menit.

e. S1 – S2 = 5 menit.

f. S2 – Excavator 1771 = 10 menit.

g. S2 – Excavator 1774 = 6 menit.

Gambar 4.17 Hasil Plotting untuk Metode Total Station.

4. Perbandingan Jarak pada Handheld, RTK dan Total Station :

Page 45: Laporan KP

38

Tabel 4.5 Hasil Perbandingan Jarak dengan

Metode Handheld,RTK dan Total Station

Excavator

GPS Handheld

Jarak

GPS RTK

( meter )

Jarak

Total Station

( meter )

Jarak

Odometer

( meter )

Jarak

Datar

( meter )

1774 1220 1031.950 1171 1176

1771 1300 1281.078 1287 1301

1708 1050 1168.231 1035 1045

4.3 Analisis

4.3.1 Metode Handheld

Pada pengukuran metode ini, kami menggunakan alat GPS Handheld merk Garmin

tipe GPSMap 78S. Pengukuran dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari 5 orang.

Dalam hal ini, kami melakukan pengukuran dengan menggunakan mobil perusahaan

untuk trekking GPS. Pada dasarnya pengukuran dengan menggunakan handheld ini

merupakan proses trekking posisi dimana kita dapat menyimpan nilai koordinat

yang kita lewati dengan menggunakan handheld tersebut per tiap beberapa meter

sesuai dengan spesifikasi alat tersebut. Selain mengetahui nilai koordinat yang

dilewati, kita juga dapat mengetahui besarnya jarak langsung yang merupakan jarak

odometer selama proses pengukuran. Jarak ordometer merupakan jarak yang

ditempuh berdasarkan perputaran roda mobil selama berjalan dari titik yang satu

ke titik yang lain.

Waktu yang dibutuhkan untuk pengaturan receiver sebelum proses pengukuran

cukup singkat yaitu hanya memerlukan waktu 3 menit saja. Sedangkan waktu total

Page 46: Laporan KP

39

yang dibutuhkan untuk pengukuran jarak angkut dalam hal ini relative singkat

karena kami menggunakan mobil sebagai fasilitas untuk berpindah dari titik yang

satu ke titik yang lain bukan dengan berjalan kaki seperti trekking navigasi. Waktu

yang diperlukan untuk melakukan pengukuran untuk tiap excavator rata-rata

menghabiskan waktu 8 menit. Dengan waktu yang cukup singkat yaitu dua puluh

delapan menit untuk tiga excavator ditambah tiga menit untuk persiapan, maka

pekerjaan untuk pengukuran hauling distance dapat diselesesaikan dengan cepat

hanya tiga puluh satu menit. Selain mempersingkat waktu, dengan adanya mobil ini

juga dapat menghemat tenaga tim surveyor mengingat dalam keadaan nyata

pengukuran jarak angkut ini biasanya dilakukan pada sore hari setelah projek

pengukuran yang lain selesai.

Selain itu, proses trekking dengan menggunakan handheld ini sebenarnya tidak

memerlukan banyak orang karena pengukuran pun dapat dilaksanakan walau hanya

dengan dua orang ( 1 orang berfungsi sebagai kontroler handheld dan satu orang

lagi untuk driver apabila pengukuran dilakukan dengan menggunakan mobil). Di

samping itu, cara kerja handheld dalam menyimpan data koordinat secara otomatis

tanpa harus banyak memerlukan pengaturan dalam pemakaiannya membuat

proses pengukuran menjadi mudah. Sehingga dengan adanya metode ini,

pengukuran jarak pun dapat diselesaikan dengan waktu yang cepat.

Hasil jarak odometer yang didapatkan langsung pada gps handheld memiliki nilai

yang berbeda ketika telah diolah dengan software Mincom Minescape. Pada jarak

ordometer yang didapatkan langsung dari handheld ternyata memiliki nilai yang

relative lebih besar dibandingkan dengan nilai yang dihasilkan ketika diolah pada

software. Data jarak pada odometer memiliki prinsip kerja yang sama dengan

speedometer pada kendaraan. Jarak yang didapatkan merupakan hasil perhitungan

berdasarkan laju kecepatan pada saat pengukuran. Dalam hal ini, pengukuran

dilakkukan dengan menggunakn mobil, sehingga kecepatan yang ada pada

kendaraan berpengaruh pada penghtingan kecepatan odometer yang ada pada

receiver handheld. Namun, handheld memiliki kecenderungan kurang responsive

terhadap perubahan – perubahan yang terjadi dengan cepat karena lambatnya

penerimaan sinyal yang dilakukan oleh handheld tersebut. Dalam hal ini, kendaraan

Page 47: Laporan KP

40

tidak memiliki kecepatan yang konstan dalam proses pengangkutan sehingga

kecepatannya dapat berubah-ubah. Perubahan kecepatan ini tentunya akan

merubah data jarak yang terekam pada odometer. Sayangnya odometer yang tidak

responsive ini akan lambat dalam proses peneerimaannya, sehingga jika pada

speedometer kecepatan menjadi bertambah, maka odometer akan meresponnya

setelah beberapa detik, begitu juga pada saat kendaraan akan mengurangi

kecepatan. Hal ini akan menyebabkan data jarak yang terdapat pada odometer

bukan jarak yang sebenarnya.

GPS tipe navigasi seperti handheld ini merupakan tipe GPS dengan metode real time

absolut dimana koordinat titik tersebut akan dapat langsung didapat secara absolut

tanpa ada proses yang lain lagi. Sehingga data-data yang didapatkan merupakan

data yang belum terkoreksi apapun. Sedangkan seperti yang telah dibahas

sebelumnya bahwa penggunaan GPS sangat rentan terhadap berbagai jenis

kesalahan. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan hasil koordinat yang ditetapkan

oleh GPS menjadi salah karena kesalahan-kesalahan yang ada pada GPS belum

tereduksi. Efek multipath disini juga sangat berpengaruh karena selama proses

pengukuran yang dilakukan di dalam mobil yang tertutup dibagian atapnya.

Sehingga mengakibatkan adanya pemantulan sinyal dari dua atau lebih lintasan

yang berbeda. Perbedaan jarak tempuh ini menyebabkan sinyal-sinyal tersebut

berinterferensi ketiksa tiba di antena yang akhirnya dapat menyebabkan kesalahan

hasil pengamatan. Bidang pantul yang dapat menyebabkan multipath dapat berupa

bidang horizontal, vertikal, maupun miring, seperti jalan, bangunan dan gedung,

permukaan air, dan kendaraan. Selain itu, faktor cycle slips juga berpengaruh disini,

dimana adanya ketidak-kontinuan dalam jumlah gelombang penuh dari fase gelombang

pembawa yang diamati, karena sinyal ke receiver terputus pada saat pengamatan

sinyal. Jika dilakukan plotting data pengamatan fase terhadap waktu, maka cycle slips

dapat dideteksi dari terdapatnya loncatan mendadak kurva grafik. Waktu pengukuran

yang dilakukan pada cuaca mendung juga dapat mengakibatkan efek kesalahan. Cuaca

terjadi pada lapisan troposfer atmosfer Bumi dimana pada lapisan ini sinyal yang

dipancarkan satelit dapat dibiaskan yang membuat hasil pengukuran jarak antara satelit

ke receiver tidak tepat. Pada survey pengukuran GPS, ada beberapa titik yang ketika

diukur kondisi cuacanya berawan atau bahkan mendung. Cuaca seperti ini yang dapat

Page 48: Laporan KP

41

mempengaruhi jalannya sinyal satelit, karena elektron yang terdapat pada awan cukup

banyak dan dapat membiaskan atau merefraksikan sinyal tersebut.

Dilihat dari segi keamanannya, pengukuran jarak dengan handheld ini cukup aman

karena menggunakan mobil mengingat area tambang yang sibuk pada jam-jam

kerja akan membuat tim survey kesulitan apabila harus melakukan pengukuran

dengan berjalan kaki karena jalan tersebut akan penuh dengan alat-alat berat yang

lalu lalang. Belum lagi apabila cuaca sedang hujan, maka jalanan area tambang akan

berlumpur dan licin, tentunya hal ini akan membahayakan para tim survey.

Spesifikasi receiver handheld memiliki nilai akurasi sebesar 3-6 meter. Hal ini

menyebabkan data koordinat yang didapatkan tidak akurat dan tidak cocok untuk

dijadikan alat pengukuran yang menuntut ketelitian tinggi. Apabila kita melakukan

pengukuran berulang dengan menggunakan handheld, maka hasil yang didapatkan

setelah di plot tidak akan sama ( berpencar satu sama lain ). Dengan adanya

ketidaksamaan dalam membaca koordinat maka koordinat yang dihasilkan oleh

handheld ini tentunya akan memiliki pengaruh yang besar ketika akan menghitung

jaraknya. Sehingga dengan alasan inilah, tipe handheld dijual dengan harga yang

relative terjangkau di pasaran dibandingkan dengan tipe geodetic yaitu berkisar

antara 1 hingga 4 juta rupiah.

4.3.2 Metode Real Time Kinematik ( RTK )

Metode pengukuran RTK yang digunakan pada project kali ini hampir mirip proses

pelaksnaan kerjanya dengan metode pengukuran handheld yaitu dengan

menggunakan sarana kendaraan PT Arutmin Indonesia. Sistem pengukuran dengan

receiver RTK ini bersifat real time dan differensial yang artinya nilai koordinat dapat

langsung didapat pada saat pengamatan serta telah mengalami proses diferensiasi

terhadap beberapa kesalahan yang ada pada pengukuran GPS. Beberapa kesalahan

yang dapat dihilangkan pada proses differensial ini adalah kesalahan jam satelit dan

kesalahan jam receiver. Sedangkan kesalahan seperti kesalahan orbit, bias

troposfer dan ionosfer dapat dikurangi dengan adanya metode ini. Kesalahan yang

tidak dapat dikoreksi sama sekali adalah kesalahan yang berupa multipath dan

noise. Efek multipath ini bisa saja terjadi selama pengukuran RTK karena

Page 49: Laporan KP

42

menggunakan mobil yang tertutup bagian dinding-dindingnya sehingga

memungkinkan adanya sinyal yang datang dari dua atau lebih lintasan yang

berbeda. Meski begitu, tentu saja pengukuran ini akan lebih teliti dan akurat

dibandingkan dengan receiver jenis handheld karena telah memiliki system untuk

mereduksi dan mengkoreksi beberapa kesalahan yang ada. Dengan adanya dua

receiver yang menjadi alat dasar pengukuran RTK yaitu base dan rover, maka

keduanya akan mampu untuk saling menghilangkan kesalahan terlebih karena base

yang sebelumnya telah diketahui koordinatnya sehingga dapat dijadikan system

referensi. Dengan metode RTK ini, selain mendapatkan nilai koordinat titik kita juga

akan mendapatkan data elevasi. Hal ini tentu akan berpengaruh pada besarnya

jarak yang akan dihitung karena hasil jarak yang didapat bukanlah berdasarkan jarak

datar.. Selain itu, spesifikasi RTK telah memiliki nilai akurasi sebesar 1-5 cm sehingga

hasil koordinat yang didapatkan jauh lebih baik bila dibandingkan dengan handheld

tentunya ini akan mempengaruhi nilai jarak yang dimiliki oleh RTK mendekati benar.

Waktu yang digunakan untuk melakukan pengukuran RTK ini pun tidak begitu

berbeda dengan handheld hanya dua puluh tiga menit untuk proses pengukuran

tiga excavator ditambah dengan tujuh menit proses persiapan pengaturan rover

pada sebelum pengukuran dan empat menit untuk pengaturan setelah pengukuran

selesai. Sehingga total waktu yang diperluka untuk pengukuran adalah tiga puluh

empat menit. Data yang dihasilkan pada software Mincom Minescape untuk

pengukuran RTK memiliki perbedaan dengan hasil yang didapatkan dari handheld

dimana jarak yang didapatkan dengan RTK relative lebih pendek. Namun dengan

harga akurasi RTK yang besarnya 1-5 cm membuat RTK memilki nilai ketelitian yang

cukup tinggi karena estimasi kesalahan koordinat pun menjadi kecil.

Jumlah sumber daya manusia yang diperlukan untuk pengukuran metode ini pun

tidak begitu banyak. Apabila kita menggunakan mobil untuk berpindah maka

pengukuran hanya akan memerlukan dua orang saja yaitu pemegang controller dan

driver, namun jika ingin melakukannya dengan berjalan kaki maka pengukuran

harus dilakukan secara bergantian karena jarak yang jauh pasti dapat melelahkan

tim surveyor apabila dilakukan dengan sendirian dan tentunya pengukuran dengan

berjalan kaki akan memakan waktu yang lebih lama dalam proses penyelesainnya.

Page 50: Laporan KP

43

Penggunaan kendaraan pun cukup meminimalisir terjadinya kecelakaan pribadi

dibandingkan harus berjalan kaki mengingat area tambang yang penuh dengan

kegiatan transportasi alat berat. Namun, hal ini perlu dicermati juga bahwa dengan

berkendaraan resiko kecelakaan tetap dapat ada apabila supir mengantuk, atau

kendaraan mobil yang tidak sesuai ketentuan sehingga kendaraan tersebut malah

mengancam nyawa pengendaranya.

4.3.3 Metode Total Station

Dibandingkan dengan kedua metode sebelumnya, metode total station ini terbilang

cukup kompleks karena memerlukan penyettingan alat sebelumnya. Selain itu,

pengukuran dengan menggunakan total station ini mengharuskan titik yang

dijadikan tempat alat harus telah diketahui terlebih dahulu koordinatnya sebagai

referensi (benchmark). Benchmark ini harus mampu mengcover semua lokasi titik

pengukuran untuk melakukan pembidikan. Apabila di lapangan belum terdapat

benchmark, maka sebelum melakukan pengukuran jarak angkut tim survey harus

menentukan koordinat pendekatan terlebih dahulu dengan handheld kemudian

monumentasi dalam bentuk pematokan baru kemudian pengukuran jarak angkut

dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran

total station ini akan lebih lama dibandingkan dengan metode yang lain. Untuk

persiapan alat sebelum memulai pengukuran akan memakan waktu sebanyak 8

menit. Persiapan ini meliputi pemasangan tripod, sentring alat hingga pengukuran

backsight. Pengukuran jarak untuk tiga excavator menghabiskan waktu lima puluh

menit. Dalam hal ini pengukuran total station sangat menyita waktu karena

nantinya proses persiapan seperti itu akan diulangi untuk excavator lain yang

lokasinya jauh dan tidak terlihat oleh benchmark awal. Sedangkan untuk waktu

yang diperlukan untuk membereskan adalah sekitar 3 menit. Sehingga untuk tiga

excavator dengan satu benchmark yang sama waktu yang dibutuhkan adalah 61

menit. Jika dianggap sama rata untuk penentuan jarak 3 excavator saja

menghabiskan waktu 61 menit, maka untuk pekerjaan sebanyak 14 excavator

nantinya akan memakan waktu sebanyak 4,74 jam.

Page 51: Laporan KP

44

Dengan waktu pengukuran yang lama ini dapat menimbulkan kejenuhan bagi tim

surveyor dan juga kelelahan karena proses pengukuran harus dilakukan dengan

berjalan kaki di setiap titik yang akan ditentukan koordinatnya. Tentuny faktor

kelelahan dari tim survey nantinya akan berpengaruh pada keefektifan kerja yang

akan menghambat proses selesainya pengukuran.

Pengukuran yang dilakukan membutuhkan minimal tiga orang dimana satu orang

berfungsi sebagai operator alat (instrument man) dan dua orang lainnya yang akan

terjun ke lapangan dan memegang pogo berprisma (chain man) untuk proses

penembakan koordinat. Dalam pengukuran metode ini, tim survey harus terjun

langsung ke lapangan untuk mengambil titik-titik yang akan ditentukan

koordinatnya dan berpindah dari titik yang satu ke titik yang lainnya. Oleh karena

itu, pemegang pogo berprisma yang diperlukan minimal dua orang agar proses

penembakan dapat selesai dengan cepat.

Selain itu faktor cuaca juga sagat berpengaruh karena apabila terjadi hujan

misalnya, pengukuran terpaksa harus dihentikan sehingga dapat menghambat

terselesaikannya pengukuran dengan metode total station ini. Selain itu, hiruk

pikuknya area tambang juga dapat mempengaruhi kecepatan tim survei dalam

melakukan pengukuran, dimana area tersebut menjadi tempat keluar masuknya

alat – alat berat yang akan meloading batubara ataupun overburden ke tempat

penampungan. Sehingga para tim survey harus berhati – hati dalam mengambil titik

dan hal ini lah yang cukup beresiko apabila melakukan pengukuran langsung di

lapangan karena dapat mengancam keselamatan para tim survey. Serta harus

berhati-hati pada jalanan yang sedikit berlumpur dan licin ketika habis hujan karena

dapat membahayakan keselamatan tim survey.

Hasil data yang didapatkan oleh ETS memiliki nilai yang jauh lebih besar jika

dibandingkan dengan kedua metode yang lain karena total station memiliki tingkat

ketelitian yang cukup tinggi yaitu hingga cakupan milimeter. Sehingga data yang

dihasilkan pun jauh lebih akurat. Hasil jarak yang didapatkan pada total station lebih

panjang dapat diakibatkan karena penentuan titik-titik persis di pinggir sisi jalan dan

sedikit berbeda dengan titik-titik pada handheld dan RTK sehingga mengakibatkan

jarak yang didapatkan lebih besar.

Page 52: Laporan KP

45

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka

secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari analisis hasil pengukuran yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

data yang didapatkan pada masing-masing metode pengukuran memiliki nilai

yang berbeda. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa pengukuran

dengan GPS handheld tidak mendukung untuk pengukuran yang membutuhkan

ketelitian tinggi, apalagi dengan hasil jarak yang selalu lebih panjang dengan

menggunakan jarak odometer tersebut tentunya akan merugikan perusahaan

karena memungkinkan terjadinya kelebihan jarak yang harus dibayarkan oleh PT

Arutmin Indonesia selaku owner kepada kontraktor. Untuk metode GPS

handheld dengan menggunakan jarak datar tentunya tidak dapat digunakan

dalam hal ini karena tidak sesuai dengan spesifikasi jarak yang dimaksud.

Sedangkan untuk total station sangat tidak efektif karena proses pengambilan

data tidak berada pada jalur yang sesuai dengan jalur pada pada saat hauling

meskipun memiliki hasil data yang akurat. Sehingga dari segi data akan lebih

ideal bila menggunakan GPS RTK.

2. Dari analisis teknis pelaksanaan pengukuran, metode handheld sangat praktis

karena tidak perlu melakukan instalasi alat seperti pada metode RTK maupun

Total Station. Sehingga dalam hal ini metode handheld dengan teknik drape

surface akan cukup memudahkan dalam pengambilan data. Selain itu RTK juga

dapat dijadikan elternatif karena meskipun mengharuskan adanya instalasi alat,

pemasangan alat pada RTK tidak terlalu sulit bila dibandingkan dengan total

station yang juga harus membuat benchmark bila tidak terdapat titik ikat di

daerah tersebut selain juga harus melakukan setting statif dan lain-lain.

Page 53: Laporan KP

46

3. Dari Analisis waktu pengukuran, metode Total Station tidak efisien karena

memakan waktu yang sangat lama bila dibandingkan handheld dan RTK yang

menggunakan kendaraan untuk mobilisasi dari titik satu ke titik lainnya.

Sehingga dengan alasan inilah, metode total station tidak dapat dijadikan

alternative untuk pengukuran jarak angkut.

4. Dari analisis keamanan pada saat pengukuran metode handheld dan RTK

terlihat lebih aman bila dibandingkan dengan total station yang tim surveynya

harus berjalan kaki di tengah kesibukan jalur pertambangan. Namun, pada

metode RTK perlu perhatian lebih terhadap alat-alat yang diinstalasi pada

kendaraan agar tidak jatuh dan membahayakan proses pengukuran.

Berdasarkan analisis-analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa metode yang ideal

untuk digunakan dalam penghtiungan jarak angkut adalah metode RTK dan metode

Handheld dengan teknik Drape Surface.

5.2 Saran

Setelah disampaikan kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan Tugas Kerja

Praktik ini, selanjutnya disampaikan saran-saran yang berhubungan dengan

kegiatan pengukuran hauling distance yang dapat digunakan untuk

mengembangkan Tugas Kerja Praktik ini.

Jika menggunakan metode RTK, maka yang perlu dilakukan antara lain :

1. Membeli receiver GNSS baru untuk dijadikan rover dengan tipe yang sama.

(~Rp.100.000.000,-).

2. Adanya instalasi alat rover yang tepat dan aman pada kendaraan LV agar

pmemudahkan dalam proses pengukuran di lapangan.instalasi yang tepat

untuk digunakan pada mobil agar pengukuran bisa dilakukan dengan aman.

Jika menggunakan metode handheld - drape surface, maka yang perlu dilakukan

antara lain:

Page 54: Laporan KP

47

1. Tim survei harus memiliki data surface yang terupdate di setiap minggunya,

sehingga tim survei perlu membentuk tim yang bertugas untuk melakukan

pengukuran surface.

2. Perlu adanya kesepakatan antara pihak PT Arutmin Indonesia dengan pihak

kontraktor dalam menentukan surface yang akan digunakan untuk setiap

pengukuran jarak angkut.

3. Perlu adanya kesepakatan tentang metode pengolahan data yang akan

digunakan untuk mengurangi adanya perbedaan hasil data.

Gambar 5.1 Contoh Penginstalan Receiver GPS RTK pada kendaraan

LV

Page 55: Laporan KP

48

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H. Z. 2000.Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya, Pradnya Paramita.

Jakarta.

Abidin, H. Z. 2007. GPS Positioning. Slide Kuliah GD-3211 Survei Satelit. Teknik

Geodesi dan Geomatika.ITB. Bandung.

Page 56: Laporan KP

49

LAMPIRAN

Page 57: Laporan KP

50

# DATA ETS L-1

TPS 800 Topographic Survey

==========================

Site: Location:

total station revisi

Date: 09 - 07 - 2013 Time: 8:58

Job: 130709_PM Surveyor : THORO

Instrument: TCR803ultra Instrument No: 856955

Station: WINA_3 Tinggi alat : 1.430

Easting (X) : 311673.507

Northing (Y) : 9578115.312

Height (Z) : 38.751

Station ID

Tinggi Alat Target ID

Tinggi Prisma

Sudut Vertikal Sudut Horisontal Jarak

Miring Jarak Datar

Beda Tinggi

Easting (X) Northing (Y) Height (Z) Code

Deg Mnt Sec Deg Mnt Sec

WINA_3 1.43 27 0.1 96 30 20 49 55 48 38.203 37.96 -2.998 311702.55 9578139.746 35.753 --------

WINA_3 1.43 1 0 106 57 8 115 31 31 9.28 8.877 -1.276 311681.52 9578111.487 37.475 RLW03

WINA_3 1.43 2 0 107 21 21 115 32 39 9.305 8.882 -1.346 311681.52 9578111.482 37.405 RLW03

WINA_3 1.43 3 1.6 91 7 32 259 56 55 745.674 745.5 -14.78 310939.42 9577985.193 23.97 FCL1

WINA_3 1.43 4 1.6 91 23 59 259 22 40 736.309 736.1 -18.12 310950.03 9577979.626 20.631 FCL1

WINA_3 1.43 5 1.6 91 11 40 259 56 1 740.171 740 -15.56 310944.89 9577985.966 23.19 FCL1

WINA_3 1.43 6 1.6 91 20 0 259 37 17 733.699 733.5 -17.21 310952.01 9577983.17 21.544 FCL1

WINA_3 1.43 7 1.6 91 13 11 259 57 12 734.387 734.2 -15.77 310950.54 9577987.227 22.986 FCL1

WINA_3 1.43 8 1.6 91 23 39 259 32 27 727.927 727.7 -17.84 310957.89 9577983.207 20.908 FCL1

WINA_3 1.43 9 1.6 91 15 59 259 59 40 729.483 729.3 -16.26 310955.29 9577988.601 22.496 FCL1

WINA_3 1.43 10 1.6 91 27 52 259 26 43 722.143 721.9 -18.59 310963.81 9577983.076 20.162 FCL1

WINA_3 1.43 11 1.6 91 18 46 259 58 27 724.188 724 -16.72 310960.56 9577989.268 22.027 FCL1

WINA_3 1.43 12 1.6 91 29 10 259 25 48 717.735 717.5 -18.75 310968.19 9577983.696 20.001 FCL1

Page 58: Laporan KP

51

WINA_3 1.43 13 1.6 91 22 1 259 54 22 718.406 718.2 -17.27 310966.42 9577989.44 21.478 FCL1

WINA_3 1.43 14 1.6 91 28 35 259 36 58 713.031 712.8 -18.51 310972.39 9577986.836 20.245 FCL1

WINA_3 1.43 15 1.6 91 26 22 259 57 51 709.523 709.3 -17.96 310975.06 9577991.706 20.791 FCL1

WINA_3 1.43 16 2.6 91 24 41 259 45 23 709.266 709.1 -18.61 310975.76 9577989.219 20.144 FCL1

WINA_3 1.43 17 1.6 91 25 30 260 7 20 705.44 705.2 -17.68 310978.74 9577994.334 21.071 FCL1

WINA_3 1.43 18 1.6 91 24 30 260 24 0 701.309 701.1 -17.37 310982.23 9577998.392 21.378 FCL1

WINA_3 1.43 19 1.6 91 29 21 260 7 56 700.261 700 -18.33 310983.84 9577995.344 20.417 FCL1

WINA_3 1.43 20 1.6 91 25 17 260 30 13 696.751 696.5 -17.42 310986.51 9578000.395 21.33 FCL1

WINA_3 1.43 21 1.6 91 29 50 260 15 40 695.216 695 -18.3 310988.54 9577997.751 20.449 FCL1

WINA_3 1.43 22 1.6 91 26 38 260 34 40 691.947 691.7 -17.57 310991.11 9578002.071 21.179 FCL1

WINA_3 1.43 23 1.6 91 29 39 260 24 34 689.984 689.8 -18.13 310993.4 9578000.395 20.621 FCL1

WINA_3 1.43 24 1.6 91 28 17 260 38 42 688.413 688.2 -17.82 310994.47 9578003.447 20.935 FCL1

WINA_3 1.43 25 1.6 91 30 28 260 46 28 682.141 681.9 -18.09 311000.42 9578005.989 20.665 FCL1

WINA_3 1.43 26 1.6 91 31 19 260 52 26 678.126 677.9 -18.15 311004.2 9578007.792 20.601 FCL1

WINA_3 1.43 27 1.6 91 31 26 260 59 13 673.169 672.9 -18.04 311008.88 9578009.89 20.709 FCL1

WINA_3 1.43 28 1.6 91 32 48 261 12 47 669.196 669 -18.2 311012.4 9578013.121 20.549 FCL1

WINA_3 1.43 29 1.6 91 33 51 261 23 24 664.52 664.3 -18.28 311016.72 9578015.864 20.472 FCL1

WINA_3 1.43 30 1.6 91 35 9 261 26 57 659.989 659.7 -18.41 311021.1 9578017.218 20.346 FCL1

WINA_3 1.43 31 1.6 91 37 25 261 16 41 659.518 659.3 -18.83 311021.88 9578015.343 19.924 FCL1

WINA_3 1.43 32 1.6 91 35 36 261 7 54 664.763 664.5 -18.62 311016.94 9578012.868 20.128 FCL1

WINA_3 1.43 33 1.6 91 34 12 260 59 53 669.552 669.3 -18.49 311012.45 9578010.588 20.266 FCL1

WINA_3 1.43 34 1.6 91 33 17 260 49 29 674.356 674.1 -18.44 311008.02 9578007.822 20.314 FCL1

WINA_3 1.43 35 1.6 91 32 42 260 40 53 680.152 679.9 -18.48 311002.57 9578005.219 20.276 FCL1

WINA_3 1.43 36 1.6 91 31 2 260 35 2 685.32 685.1 -18.28 310997.66 9578003.231 20.468 FCL1

WINA_3 1.43 37 1.6 92 3 42 261 45 13 617.593 617.2 -22.36 311062.69 9578026.789 16.388 FCL1

WINA_3 1.43 38 1.6 92 8 33 261 46 24 611.503 611.1 -23.01 311068.72 9578027.873 15.744 FCL1

WINA_3 1.43 39 1.6 92 14 50 261 48 52 602.255 601.8 -23.76 311077.84 9578029.628 14.989 FCL1

Page 59: Laporan KP

52

WINA_3 1.43 40 1.6 92 18 29 261 47 46 597.108 596.6 -24.19 311082.99 9578030.176 14.559 FCL1

WINA_3 1.43 41 1.6 92 22 14 261 48 37 592.579 592.1 -24.66 311087.47 9578030.97 14.095 FCL1

WINA_3 1.43 42 1.6 92 26 41 261 42 44 587.264 586.7 -25.2 311092.9 9578030.737 13.555 FCL1

WINA_3 1.43 43 1.6 92 29 12 261 38 12 582.901 582.4 -25.44 311097.35 9578030.609 13.314 FCL1

WINA_3 1.43 44 1.6 92 30 0 261 49 58 578.22 577.7 -25.37 311101.69 9578033.245 13.382 FCL1

WINA_3 1.43 45 2 90 38 56 243 49 4 733.009 733 -8.835 311015.75 9577791.909 29.916 JLN

WINA_3 1.43 46 2 90 45 13 245 35 11 726.937 726.9 -10.1 311011.63 9577814.88 28.656 JLN

WINA_3 1.43 47 2 90 54 40 248 0 23 714.682 714.6 -11.9 311010.92 9577847.694 26.852 JLN

WINA_3 1.43 48 2 91 0 6 250 10 8 703.986 703.9 -12.84 311011.37 9577876.523 25.907 JLN

WINA_3 1.43 49 2 91 3 50 252 32 36 691.85 691.7 -13.38 311013.63 9577907.803 25.368 JLN

WINA_3 1.43 50 2 91 12 5 253 45 44 684.443 684.3 -14.89 311016.51 9577923.967 23.862 JLN

WINA_3 1.43 51 2 91 22 12 256 2 4 672.291 672.1 -16.61 311021.27 9577953.11 22.139 JLN

WINA_3 1.43 52 2 91 32 57 258 30 49 657.749 657.5 -18.32 311029.17 9577984.38 20.427 JLN

WINA_3 1.43 53 2 91 37 13 260 4 49 651.011 650.8 -18.95 311032.48 9578003.21 19.803 JLN

WINA_3 1.43 54 2 91 39 45 262 2 44 643.725 643.5 -19.22 311036.24 9578026.268 19.534 JLN

WINA_3 1.43 55 2 91 43 7 263 47 5 637.731 637.4 -19.67 311039.81 9578046.3 19.082 JLN

WINA_3 1.43 56 2 91 50 23 265 41 50 633.498 633.2 -20.88 311042.12 9578067.808 17.87 JLN

WINA_3 1.43 57 2 91 55 18 268 11 37 628.318 628 -21.61 311045.85 9578095.517 17.138 JLN

WINA_3 1.43 58 2 92 4 30 271 5 26 626.445 626 -23.23 311047.59 9578127.227 15.524 JLN

WINA_3 1.43 59 2 92 5 16 273 11 28 628.183 627.8 -23.43 311046.71 9578150.259 15.323 JLN

WINA_3 1.43 60 2 92 4 15 275 20 16 634.444 634 -23.47 311042.23 9578174.296 15.282 JLN

WINA_3 1.43 61 2 91 49 24 276 48 10 648.041 647.7 -21.16 311030.35 9578192.034 17.591 JLN

WINA_3 1.43 62 2 91 34 36 278 5 37 672.62 672.4 -19.05 311007.84 9578209.976 19.703 JLN

WINA_3 1.43 63 2 91 27 29 278 21 4 695.578 695.4 -18.24 310985.53 9578216.304 20.515 JLN

WINA_3 1.43 64 2 91 28 24 279 46 24 704.531 704.3 -18.65 310979.43 9578234.869 20.099 JLN

WINA_3 1.43 65 2 91 31 40 280 41 30 715.803 715.6 -19.62 310970.38 9578248.063 19.133 JLN

WINA_3 1.43 66 2 91 28 29 281 49 24 732.53 732.3 -19.39 310956.75 9578265.355 19.364 JLN

Page 60: Laporan KP

53

WINA_3 1.43 67 2 91 23 33 282 58 31 745.825 745.6 -18.66 310946.94 9578282.724 20.093 JLN

WINA_3 1.43 68 2 91 0 41 278 20 22 842.986 842.9 -15.4 310839.56 9578237.557 23.351 JLN

WINA_3 1.43 69 2 91 3 46 279 37 56 830.81 830.7 -15.93 310854.55 9578254.304 22.818 JLN

WINA_3 1.43 70 2 91 4 47 280 48 5 819.977 819.8 -15.98 310868.2 9578268.953 22.775 JLN

WINA_3 1.43 71 2 91 4 46 281 41 19 807.334 807.2 -15.74 310883.05 9578278.841 23.016 JLN

WINA_3 1.43 72 2 91 7 13 281 40 51 799.861 799.7 -16.17 310890.36 9578277.219 22.584 JLN

WINA_3 1.43 73 2 91 7 39 281 28 51 793.088 792.9 -16.13 310896.44 9578273.139 22.619 JLN

WINA_3 1.43 74 2 91 9 19 280 47 40 783.974 783.8 -16.34 310903.56 9578262.11 22.416 JLN

WINA_3 1.43 75 2 91 11 12 279 50 27 770.987 770.8 -16.5 310914.03 9578247.057 22.252 JLN

WINA_3 1.43 76 2 91 9 42 278 42 9 758.566 758.4 -15.91 310923.83 9578230.064 22.841 JLN

WINA_3 1.43 77 2 91 11 16 277 54 55 747.718 747.6 -16.03 310933.07 9578218.257 22.718 JLN

WINA_3 1.43 78 2 91 11 18 277 29 23 739.329 739.2 -15.87 310940.64 9578211.664 22.885 JLN

WINA_3 1.43 79 2 91 14 11 277 35 33 722.834 722.7 -16.13 310957.18 9578210.795 22.618 JLN

WINA_3 1.43 80 2 91 20 31 277 53 9 704.567 704.4 -17.04 310975.79 9578211.952 21.716 JLN

WINA_3 1.43 81 2 91 37 40 279 4 35 671.992 671.7 -19.63 311010.2 9578221.277 19.124 JLN

WINA_3 1.43 82 2 91 41 42 281 5 22 688.721 688.4 -20.91 310997.94 9578247.725 17.84 JLN

WINA_3 1.43 83 2 91 44 5 282 5 50 694.262 693.9 -21.56 310994.97 9578260.745 17.196 JLN

WINA_3 1.43 84 2 91 45 41 283 1 17 701.427 701.1 -22.1 310990.44 9578273.28 16.655 JLN

WINA_3 1.43 85 2 91 41 42 284 3 4 715.747 715.4 -21.71 310979.48 9578289.011 17.045 JLN

WINA_3 1.43 86 2 91 37 13 284 52 41 738.632 738.3 -21.42 310959.92 9578304.889 17.331 JLN

WINA_3 1.43 87 2 91 33 2 284 59 0 750.169 749.9 -20.83 310949.11 9578309.188 17.92 JLN

WINA_3 1.43 88 2 91 29 4 284 56 25 769.898 769.6 -20.47 310929.88 9578313.735 18.278 JLN

WINA_3 1.43 89 2 91 26 4 284 31 54 793.479 793.2 -20.39 310905.65 9578314.347 18.361 JLN

Page 61: Laporan KP

54

# DATA RTK L-2

KTP_01 311895 9577754 35.984 bm

0 311525 9577700 37.236 JL

1 311525 9577700 37.234 JL

2 311504.4 9577682 36.793 JL

3 311471.1 9577663 36.27 JL

4 311463.5 9577659 36.38 JL

5 311453.8 9577657 36.526 JL

6 311439.8 9577655 36.549 JL

7 311411.9 9577657 36.529 JL

8 311386.9 9577662 36.51 JL

9 311358 9577669 35.928 JL

10 311334.3 9577675 35.6 JL

11 311287.5 9577678 35.381 JL

12 311254.1 9577682 34.862 JL

13 311225.6 9577686 35.568 JL

14 311201.7 9577688 35.469 JL

15 311177.3 9577686 35.297 JL

16 311151.4 9577685 34.97 JL

17 311128.8 9577688 34.677 JL

18 311111.6 9577694 34.29 JL

19 311092.8 9577705 33.869 JL

20 311076.8 9577716 33.306 JL

21 311064.9 9577725 32.82 JL

22 311051.5 9577738 32.316 JL

23 311036.9 9577755 31.672 JL

24 311026.2 9577770 31.133 JL

25 311019.5 9577785 30.436 JL

26 311015.3 9577805 29.266 JL

27 311014 9577822 28.482 JL

28 311014.1 9577840 27.539 JL

29 311014.8 9577867 26.361 JL

30 311016.7 9577900 25.562 JL

31 311024.5 9577951 22.269 JL

32 311029.5 9577975 21.109 JL

33 311030.9 9577981 20.709 JL

34 311033.3 9577995 20.234 JL

35 311035.4 9578013 19.995 JL

36 311036.8 9578045 19.069 JL

37 311035.5 9578062 18.245 JL

38 311031.7 9578067 18.328 JL

39 311026.6 9578070 18.395 JL

40 311016.8 9578072 18.548 JL

41 311002.5 9578069 18.601 JL

42 310989.8 9578061 19.283 JL

43 310967.4 9578037 19.327 JL

44 310944.6 9578009 20.177 JL

45 310924.1 9577994 20.83 JL

46 310910.8 9577986 21.124 JL

47 310894.3 9577976 21.364 JL

48 310883.4 9577974 21.925 JL

Page 62: Laporan KP

55

49 311043.6 9578096 17.255 JL

50 311045.5 9578105 16.8 JL

51 311047.2 9578122 15.961 JL

52 311045.9 9578151 15.326 JL

53 311041.7 9578169 15.301 JL

54 311031.2 9578191 17.164 JL

55 311013 9578215 19.497 JL

56 311000.7 9578241 18.015 JL

57 310993 9578257 17.623 JL

58 310986.8 9578273 16.793 JL

59 310974.6 9578291 17.224 JL

60 310963.3 9578306 17.222 JL

61 310954.2 9578309 17.58 JL

62 310940.8 9578310 18.201 JL

63 310920.1 9578309 18.447 JL

65 310903.8 9578316 18.294 JL

66 310778.6 9578209 23.956 JL

67 310786.7 9578211 23.925 JL

68 310804.1 9578217 23.516 JL

69 310815.9 9578220 23.48 JL

70 310843.4 9578237 23.262 JL

71 310868.2 9578267 22.857 JL

72 310881.3 9578274 22.873 JL

73 310884.5 9578274 22.915 JL

74 310893.6 9578269 22.871 JL

75 310902.9 9578262 22.543 JL

76 310916.5 9578246 22.485 JL

77 310928.6 9578224 22.819 JL

78 310940.8 9578212 22.921 JL

79 310952.1 9578209 23.054 JL

80 310965.8 9578208 22.358 JL

81 310975.3 9578209 21.729 JL

82 310991.3 9578209 20.627 JL

83 311011.7 9578208 19.469 JL

Page 63: Laporan KP

56

#HASIL PENGOLAHAN DATA PADA SOFTWARE MINCOM MINESCAPE L-3

1. HANDHELD (Jarak Datar)

1.a. Excavator 1708 – OD4

1.b. Excavator 1771 – OD4

1.c. Excavator 1778 – OD

Page 64: Laporan KP

57

1.d. Hasil Gabungan Layout Handheld

2. RTK

Page 65: Laporan KP

58

2.a. Excavator 1708 – OD4

2.b. Excavator 1771 – OD4

Page 66: Laporan KP

59

2.c. Excavator 1774 – OD4

2.d. Hasil Gabungan Layout RTK

Page 67: Laporan KP

60

3. Total Station

3.a. Excavator 1708 – OD4

3.b. Excavator 1771 – OD4

Page 68: Laporan KP

61

3.c. Excavator 1774 – OD4

3.d. Hasil Gabungan Layout Total Station

Page 69: Laporan KP

62

- Hasil Overlapping

1. Excavator 1708 – OD4

2. Excavator 1771 – OD4

Page 70: Laporan KP

63

3. Excavator 1774 – OD4

A. Hasil Plotting Handheld, RTk dan Total Station ( Sisi Samping )

Page 71: Laporan KP

64

B. Hasil Jarak Datar Handheld yang sudah di Drape Surface

Page 72: Laporan KP

65

Siklus Kegiatan Operasi Pertambangan L-4

Dalam dunia pertambangan terdapat istilah eksplorasi dan eksploitasi. Menurut pengertian

pertambangan, eksplorasi merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang lebih rinci terhadap

penemuan umum atas endapan suatu bahan galian. Eksplorasi ini meliputi kegiatan mengetahui

ukuran, bentuk, letak, jumlah cadangan dan mutu endapan bahan galian. Eksplorasi umumnya

dilaksanakan bertahap menurut pertimbangan hasil sebelumnya. Eksplorasi hanya dapat

dilaksanakan atas dasar izin Kuasa Pertambangan (KP) eksplorasi. Sedangkan eksploitasi merupakan

seluruh kegiatan yang dilakukan sejak awal area KP dibuka hingga sampai pelaksanaan rehabilitasi.

Sistem penambangan terbagi menjadi tiga kategori yaitu penambangan terbuka, penambangan

bawah tanah dan penambangan dengan auger. Untuk area penambangan Kintap, sistem

penambangan yang digunakan adalah penambangan terbuka dengan metode stripping shovel

dimana arah penggaliannya mengikuti arah batubara yang menebal dan bernilai (seam).

Siklus pertambangan atau mining cycle merupakan tahapan proses pertambangan yang

dikerucutkan menjadi tambang batubara.

Adapun siklus pertambangan untuk tambang batubara berupa tahapan-tahapan di bawah ini :

1. Persiapan

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendukung segala bentuk kelancaran

kegiatan pembangunan seperti misalnya pembangunan jalan tambang, tempat penyimpanan

sementara dan lain-lain.

2. Pembersihan lahan (land clearing).

Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pembersihan wilayah atau area yang

akan ditambang dari berbagai macam vegetasi baik yang berupa semak belukar hingga sampai

dengan pepohonan yang besar.

Page 73: Laporan KP

66

3. Pengupasan tanah pucuk (topsoil)

Proses pengupasan tanah pucuk ini dimaksudkan untuk menyelamatkan tanah agar tidak rusak

sehingga masih memiliki unsur tanah yang masih asli. Tanah pucuk inilah yang nantinya akan

digunakan dalam proses reklamasi.

4. Pengupasan tanah penutup (overburden)

Tanah penutup memiliki dua jenis bila dilihat berdasarkan material yang membentuknya yaitu

material lunak dan material keras. Untuk material lunak, proses pengupasan tanah penutup ini

dilakukan dengan cara penggalian bebas. Namun, untuk tanah penutup yang memiliki material

keras, maka proses pengupasan harus dilakukakn dengan cara peledakan atau blasting terlebih

dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan proses penggalian.

5. Penimbunan tanah penutup (backfilling)

Tanah penutup hasil pengupasan kemudian dilakukan proses penimbunan. Proses ini terbagi

menjadi dua bagian yaitu penimbunan langsung dan penimbunan tidak langsung (backfilling). Tanah

penutup yang nantinya akan digunakan untuk backfilling biasanya akan ditimbun di tempat

penimbunan sementara pada saat tambang dibuka.

6. Penambangan batubara

Pada proses ini, batubara sudah siap untuk ditambang untuk kemudian diangkut menuju tempat

penyimpanan batubara sementara (ROM). Dalam hal ini tambang Kintap memiliki tempat

penyimpanan batubara yang sebelumnya akan dilakukan proses pembersihan dan peremukan

batubara terlebih dahulu. Tempat tersebut adalah Coal Preparation Plant (CPP). Di CPP, batubara

hasil penambangan kemudian dicuci dan dihancurkan sesuai dengan ukuran yang sudah disepakati

yaitu berkisar 50mm.

Page 74: Laporan KP

67

7. Pengangkutan batubara

Proses pengangkutan batubara yang dilakukan di tambang Kintap ini menggunakan suatu fasilitas

Overland Conveyor (OLC). OLC ini merupakan penghubung antara chrusher dengan port dengan

panjang lintasan sejauh 6,8 KM.

8. Penjualan batubara

Sebelum siap untuk proses penjualan, batubara yang sudah di crushing tersebut kemudian dilakukan

barging dimana pada tahapan ini batubara akan dikucurkan dari OLC menuju tongkang-tongkang

yang sudah dipersiapkan di Port Kintap. Proses penjualan pun dapat dilakukan secara langsung di

Port Kintap ataupun disimpan terlebih dahulu di NPLCT

9. Pengembalian dari tempat penyimpanan sementara

Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya telah disimpan pada penyimpana sementara

kemudian diangkut kembali ke daerah yang telah tertambang (mine out). Kegiatan ini dimaksudkan

untuk proses rehabilitasi lahan yang sudah tertambang sehingga pit-pit bekas tambang tersebut

tidak meninggalkan lubang besar.

10. Perataan dan rehabilitasi tanah

Proses perataan dan rehabilitasi tanah terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan

dan penebaran tanah pucuk diatas pembuangan materi sisa tambang (disposal overburden) agar

daerah bekas tambang tersebut dapat ditanami kembali untuk pemulihan lingkungan hidup.

11. Penghijauan

Penghijauan merupakan proses penanaman kembali lahan bekas tambang dengan tanaman yang

sesuai atau hamper sama seperti pada saat tambang belum dibuka.

Page 75: Laporan KP

68

Pertambangan batubara di daerah Kintap ini memiki jenis batuan muda (sub-bituminous) dengan

kadar kalori yang tidak lebih dari 4000kcal.

Lapisan-lapisan tanah untuk memperoleh batubara antara lain:

a. Topsoil

Lapisan topsoil merupakan lapisan yang paling dekat dengan permukaan. Ketebalan lapisan ini bisa

mencapai 1-2 meter. Lapisan topsoil biasanya berwarna oranye dan memiliki unsur hara yang tinggi

sehingga lapisan ini merupakan lapisan subur untuk tumbuhnya vegetasi. Oleh karena itu, dalam

proses penambangan dan clearing topsoil lapisan ini disimpan dan dijaga agar nantinya dapat

dipergunaka saat proses reklamasi tiba. Untuk itu, tempat penampungan (dumping point) dari

topsoil ini biasanya dibedakan dengan tempat penampungan yang lain.

b. Subsoil

Lapisan subsoil merupakan lapisan yang berada di bawah lapisan topsoil. Lapisan ini biasanya

berwarna kekuningan dan tidak banyak mengandung unsur hara. Oleh karena itu, pada proses

penampungan lapisan ini akan digabungakan bersama lapisan buangan (waste) yang lain.

c. Overburden

Overburden merupakan lapisan yang memiliki karakteristik mirip batuan dan berada di bawah

lapisan subsoil. Material ini tidak memilki nilai jual sehingga dalam proses eksploitasi lapisan ini akan

di simpa di penampungan untuk nantinya digunakan sebagai tanah penutup pada saat proses

penambangan sudah berakhir (mine out).

d. Batubara

e. Interburden (IB)

Lapisan yang terletak antara batubara dengan ketebalan yang tipis dan berwarnna keabuan

sehingga masih dapat terlihat meskipun jumlahnya sedikit. Lapisan interburden ini biasanya terdiri

dari serpih, lempung, batu pasir, batu lumur dan mungkin mengandung lapisan tipis batubarayang

tidak layak untuk ditambang.

Page 76: Laporan KP

69

Peran Survei di Pertambangan

a. Aktifitas Survei

Sub departemen survei merupakan bagian pendukung segala aspek dari awal mula pit dibuka hingga

mine out. Beberapa aktivitas survei harian yang dilakukan oleh tim survei di tambang Kintap ini

antara lain:

1. Pengambilan data harian lapisan batubara

Tim survei melakukan pengukuran untuk pengambilan data permukaan batubara setiap harinya agar

didapatkan data perubahan setiap waktu sehingga tim survei dapat menghitung volume batubara

tersebut yang merupakan tujuan dan hasil akhir dari kontrak kerja dengan pihak kontraktor. Dalam

hal ini, dapat dipastikan bahwa tim survei yang paling mengetahui perubahan pit setiap harinya. Hal

ini dilakukan setiap hari agar tidak kehilangan informasi data permukaan bawah batubara tersebut.

Lapisan batubara yag tidak terlalu tebal apabila dikeruk dengan alat big digger akan mengakibatkan

pergerakan perubahan lapisan yang sangat cepat. Sehingga tim survei perlu untuk mengontrol dan

mengukur lapisan batubara setiap hari.

2. Pengambilan data harian jarak angkut

Pengambilan data jarak angkut ini juga merupakan kegiatan survei yang dilakukan setiap hari.

Biasanya kegiatan survei ini merupakan kegiatan joint survey yang artinya tim survei PT Arutmin

Indonesia dan tim survei kontraktor misalnya PT Pama Persada Nusantara melakukan survei

bersama-sama untuk menentukan jarak angkut yang dilakukan pada sore hari. Hal ini perlu di

lakukan setiap hari karena jarak angkut yang dilakukan oleh masing-masing excavator yang menuju

dumping point dapat berubah setiap harinya. Sehingga perlu dilakukannya pengukuran setiap hari

untuk mengetahui perubahan tersebut.

3. Pemantauan Ketinggian Air

Tim survei melakukan pemantauan ketinggian air pada tepat penampungan air untuk membantu

sub departemen environment dalam mengetahui cadangan air yang dihasilkan oleh pit yang

nantinya dapat diolah menjadi air bersih.

Page 77: Laporan KP

70

4. Pengeksekusi Desain Rencana Tambang

Setiap hari terdapat desai-desain baru dari sub departemen mine plan yang mewakili perubahan pit.

Dalam hal ini, tim survei berperan untuk mengeksekusi setiap detail yang ada di dalamnya.

5. Pengukuran statik untuk penentuan lokasi benchmark

Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan lokasi benchmark yang nantinya akan dijadikan sebagai

titik bantu referensi dalam metode pengukuran terestris. Pengukuran ini dilakukan dengan metode

statik untuk mendapatkan koordinat titik tersebut.

6. Pengukuran berdasarkan projek permintaan dari departemen lain.

Pekerjaan survei yang dapat mendukung keberlangsungan sistem membuat survei seringkali

mendapatkan projek dalam pengambilan suatu kondisi tertentu dari pihak departemen lain yang

erat kaitannya dengan masalah posisi. Permintaan tersebut antara lain :

a. Pergerakan highwall yaitu memantau pergerakan highwall yang diakibatkan oleh getaran alat-

alat berat yang bekerja pada pit tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui potensi akan

bahaya longsor di daerah tersebut.

b. Pemasangan batas saat melakukan pembersihan area ataupun pembuatan jalan menuju

dumping point.

c. Penentuan kemiringan jalan.

d. Survei berperan pada berbagai kondisi saat proses pengeboran dengan melakukan pematokan di

lubang-lubang pengeboran sesuai dengan desain.

Aktivitas bulanan survei adalah pengambilan data ROM bulanan untuk melakukan perhitungan

volume batubara dan material buangan.

Dalam survei terdapat istilah chainman dan instrument nan. Chainman adalah orang yang bertugas

sebagai pemegang reflketor pada saat pengambilan data batubara, material buangan ataupun data

lainnya. Chainman harus mampu untuk mengidentifikasi bentukan profil dan jenis batubara untuk

memudahkan instrument man dalam pemberian kode pada total station. Sedangkan instrument

Page 78: Laporan KP

71

man adalah orang yang bertugas untuk melakukan operasi terhadap alat seperti total station dan

GPS saat pengmabilan data. Selain harus mengetahui bentukan profil topografi, survei juga harus

dapat melakukan survei pematokan yang bertujuan untuk mengaktualisasikan desain rencana

tambang (mine plan).

Untuk mempermudah penandaan patok, survei memberikan pita pada tiap patok dengan warna pita

yang berbeda-beda sesuai dengan jenis informasinya. Banyaknya jenis topografi, jenis batubara dan

lain-lain mengharuskan para tim survei untuk memberikan kode pada alat total station agar dapat

mempermudah surveyor pada saat pengolahan data. Hal ini juga dikarenakan permukaan daerah

tambang yang sangat dinamis dan terdapat perubahan dengan begitu cepat sehingga akan

menyulitkan dalam mengingat bentukan permukaan saat pengambilan data. Sehingga sistem kode

bagian topografi digunakan pada alat untuk mempercepat proses pengambilan dan pengolahan.

Peran Survei di Departemen Lain

Dalam proses penambabngan sub departemen survey bekerjasama dengan sub departemen lain,

seperti misalnya :

1. Sub-Departemen Safety Health and Environment (SHE)

Sub-Departemen SHE memiliki tujuan untuk menjaga lingkungan serta keselamatan daerah tambang

agar dapat terbebas dari polusi maupun kecelakaan akibat aktivitas pertambangan. Dalam hal

pengolahan limbah misalnya, hal tersebut harus diperhatikan dengan seksama supaya tidak

mencemari lingkungan sekitar. Salah satu upaya yang dapat diterapkan adalah dengan cara

mengolah kembali air tambang yang sudah tertampung pada kolam penampungan sehingga kadar

asam yang dikandungnya dapat berubah dan layak pakai kembali sehingga dapat dimanfaatkan

untuk kehidupan sehari-hari. Peranan survei untuk sub-departemen SHE yatiu :

a. Melakukan pengambilan data permukaan topsoil saat pembersihan area untuk mengetahui

jumlah volume lapisan tersebut yang nantinya akan digunakan untuk proses rehabilitasi.

b. Memantau ketinggian air di kolam penampungan untuk persiapan pengolahan air limbah

menjadi layak pakai.

Page 79: Laporan KP

72

c. Pengambilan data permukaan saat dilakukan rehabilitasi untuk mengetahui perkembangan

proses rehabilitasi dan mendapatkan data posisi lokasi tersebut.

d. Apabila terjadi insiden/kecelakaan di lapangan, survei dapat mengambil data posisi untuk

membuat peta kronologis jika diperlukan untuk proses lebih lanjut oleh tim investigasi.

2. Sub-Departemen Geology Technical

Dalam hal ini, sub-departemen geology technical bertugas untuk menyelidiki tentang kandungan,

jenis, potensi batubara dan lain-lain. Peranan survei di sub departemen ini antara lain :

a. Memantau pergerakan highwall dan lowwall. Data tersebut nantinya akan digunakan oleh tim

geotech untuk melakukan analisa keadaan mengenai kemungkinan terjadinya longsor.

b. Menentukan elevasi dan mengambil data lapisan batubara

c. Mengkombinasikan data lapisan tersebut setiap harinya agar dapat dihitung volume

batubaranya.

d. Membuat desain batas lapisan batubara yang akan habis.

3. Sub-Departemen Mine Plan

Sub Departemen Mine Plan secara umum bertugas untuk membuat desain tambang dan

mempersiapkan segala kebutuhan untuk proses operasi tambang baik dalam jangka panjang,

menengah maupun jangka pendek. Peran survei dalam hal ini adalah

a. Melakukan penyelidikan profil topografi awal atau rona awal sebbagai bahan acuan desain awal.

b. Melakukan proses pengambilan data harian agar dapat digabungkan setiap harinya hingga

menjadi data keadaan topografi terbaru.

c. Membuat batas di lapangan berupa patok untuk aktualisasi desain yang dibuat oleh mine plan,

misalnya pematokan batas lahan pengerukan.

Page 80: Laporan KP

73

FOTO KEGIATAN L-5