laporan kp

105
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GALLERY CIUMBULEUIT 2 BANDUNG Louis Yongky Kurniawan S. NPM: 2008410006 Yusuf Roni Nababan NPM: 2008410142 Agung Nugroho NPM: 2008410186 PEMBIMBING: Ir. Zulkifli Bachtiar Sitompul, MSIE. UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL (Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT Nomor: 032/BAN-PT/Ak-XI/S1/XII/2008) BANDUNG MEI 2012

Upload: dhee

Post on 25-Jul-2015

1.961 views

Category:

Documents


42 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan KP

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN

GALLERY CIUMBULEUIT 2

BANDUNG

Louis Yongky Kurniawan S. NPM: 2008410006

Yusuf Roni Nababan NPM: 2008410142

Agung Nugroho NPM: 2008410186

PEMBIMBING: Ir. Zulkifli Bachtiar Sitompul, MSIE.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL (Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT Nomor: 032/BAN-PT/Ak-XI/S1/XII/2008)

BANDUNG

MEI 2012

Page 2: Laporan KP

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN

GALLERY CIUMBULEUIT 2

BANDUNG

Louis Yongky Kurniawan S. NPM: 2008410006

Yusuf Roni Nababan NPM: 2008410142

Agung Nugroho NPM: 2008410186

Bandung, 17 Mei 2012

Pembimbing,

Ir. Zulkifli Bachtiar Sitompul, MSIE.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL (Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT Nomor: 032/BAN-PT/Ak-XI/S1/XII/2008)

BANDUNG

MEI 2012

Page 3: Laporan KP

i

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek

yang berjudul PROYEK PEMBANGUNAN GALLERY CIUMBULEUIT 2. Kerja

praktek ini merupakan salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi

sarjana strata-1 di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Katolik Parahyangan.

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, banyak hambatan yang

dihadapi penulis. Namun, berkat saran, kritik, serta dorongan semangat dari

berbagai pihak, laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan. Untuk itu, penulis

ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Yohannes L.D. Adianto, MT., selaku koordinator kerja praktek.

2. Bapak Ir. Zulkifli Bachtiar Sitompul, MSIE., selaku dosen pembimbing kerja

praktek.

3. Bapak Kurniawan selaku Pimpinan Proyek Gallery Ciumbuleuit 2 Bandung.

4. Bapak Hadi Susilo selaku Kepala Staff Teknik Proyek Gallery Ciumbuleuit 2

Bandung.

5. Bapak Valentino Arya selaku Quality Control yang telah membantu dalam

pelaksanaan di lapangan.

6. Bapak Yudha dan Bapak Haryanto selaku Pelaksana di lapangan

7. Seluruh staff kontraktor PT. Wijaya Karya Gedung dan pihak-pihak yang telah

mendukung selama melakukan kerja praktek di proyek.

Page 4: Laporan KP

ii

Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari

sempurna, tetapi penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat berguna bagi

orang yang membacanya.

Bandung, 17 Mei 2012

Louis Yongky Kurniawan S. 2008410006

Yusuf Roni Nababan 2008410142

Agung Nugroho 2008410186

Page 5: Laporan KP

iii

DAFTAR ISI

PRAKATA i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Kerja Praktek 2

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Metode Pembahasan 4

BAB 2 DATA DAN MANAJEMEN ORGANISASI PROYEK

2.1 Data Umum Proyek 5

2.2 Data Teknis Proyek 6

2.2.1 Data Material 6

2.3 Manajemen Organisasi Proyek 7

2.3.1 Struktur Organisasi Kontraktor 9

BAB 3 BAHAN DAN PERALATAN

3.1 Bahan 13

3.1.1 Campuran Beton 13

3.1.2 Baja Tulangan 14

3.1.3 Kawat Baja 15

Page 6: Laporan KP

iv

3.1.4 Bahan Aditif dan Aplikatif 15

3.1.5 Beton Decking 16

3.2 Peralatan 16

3.2.1 Bar bender 16

3.2.2 Las 17

3.2.3 Tower crane 18

3.2.4 Concrete Bucket 19

3.2.5 Concrete vibrator 19

3.2.6 Concrete Mixer Truck 20

3.2.7 Concrete pump 21

3.2.8 Scaffolding 22

3.2.9 Bar cutter 22

3.2.10 Cutting Wheel 23

3.2.11 Compressor 24

3.2.12 Trolley 24

3.2.13 Gegep 25

3.2.14 Plate Compactor 25

3.2.15 Jack Hammer 26

3.2.16 Theodolit 26

BAB 4 RENCANA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

4.1 Rencana Pekerjaan Konstruksi 28

4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi 29

4.2.1 Pekerjaan Galian Tanah 29

4.2.2 Pekerjaan Pondasi 30

Page 7: Laporan KP

v

4.2.3 Pekerjaan Penulangan 31

4.2.4 Pemasangan Bekisting dan Perancah 33

4.2.5 Pengecoran 35

4.2.6 Pembongkaran Bekisting dan Perancah 37

4.2.7 Perawatan dan Perlindungan Beton 38

4.2.8 Perubahan Pekerjaan 40

BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

5.1 Ground Water Tank 41

5.1.1 Pengertian Water Tank 41

5.1.2 Pembangunan Ground Water Tank 42

pada proyek Gallery Ciumbuleuit 2

5.1.3 Kapasitas Ground Water Tank 48

pada proyek Gallery Ciumbuleuit 2

5.1.4 Pemanfaatan Ground Water Tank 49

5.2 Estimasi Biaya dalam Menjalankan Tower Crane 50

Per Bulan dan Pengaruh Tower Crane terhadap

Produktivitas Kerja Proyek dalam Proses Pembangunan

5.2.1 Pengertian Tower Crane 50

5.2.2 Bagian- Bagian Tower Crane 52

5.2.3 Penentuan dan Pemilihan Tower Crane 55

5.2.4 Estimasi Biaya dalam Menjalankan Tower 56

Crane per Bulan

5.2.5 Pengaruh Tower Crane terhadap Produktivitas 58

Page 8: Laporan KP

vi

dalam Proses Pembangunan

5.2.5.1 Produktivitas Tower Crane menurut 58

Imam Soeharto, (1997)

5.2.5.2 Produktivitas Pada Pekerjaan Pemindahan 60

Material menurut Varma, (1979)

5.2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 60

5.3 Proses Pengerjaan Bored Pile 64

5.3.1 Pengertian Bored Pile 64

5.3.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan 64

Untuk Bored Pile

5.3.3 Metode Pondasi Bored Pile di Gallery Ciumbuleuit 2 70

5.3.4 Pelaksanaan Bored Pile di Gallery Ciumbuleuit 2 71

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan 82

6.2 Saran 83

DAFTAR PUSTAKA 84

LAMPIRAN 85

Page 9: Laporan KP

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Struktur Organisasi Proyek 9

3.1 Campuran Beton Ready Mix 14

3.2 Baja Tulangan 14

3.3 Kawat Baja 15

3.4 Bahan Aditif 15

3.5 Beton Decking 16

3.6 Bar bender 17

3.7 Alat Las 18

3.8 Tower Crane 18

3.9 Concrete Bucket 19

3.10 Concrete Vibrator 20

3.11 Concrete Mixer Truck 21

3.12 Concrete Pump 21

3.13 Scaffolding 22

3.14 Bar Cutter 23

3.15 Cutting Wheel 23

3.16 Compressor 24

3.17 Trolley 24

3.18 Gegep 25

3.19 Plate Compactor 25

3.20 Jack Hammer 26

Page 10: Laporan KP

viii

3.21 Theodolit 27

4.1 Tempat Penyimpanan Baja Tulangan 31

4.2 Tempat Pabrikasi Baja 32

4.3 Karat Pada Baja Tulangan 32

4.4 Penulangan Pelat 33

4.5 Scaffolding 35

4.6 Bekisting Sistem 35

4.7 Pengecoran Balok dan Pelat 37

4.8 Pengecoran Kolom 37

4.9 Pelat Tumpuan Batang Penahan Bekisting Baja 38

5.1 Dewatering 44

5.2 Integral Waterproofing 44

5.3 Waterstop 45

5.4 Diagram Tekanan Hidrostatik pada Ground Water Tank 46

5.5 Bagian-Bagian Tower Crane 52

5.6 Besi Tulangan Bored Pile 65

5.7 Bored Pile Soilmec 66

5.8 Bucket Auger 66

5.9 Flight Auger 67

5.10 Pipa Tremi 67

5.11 Casing 68

5.12 Corong Tremi 68

5.13 Concrete Pump 69

5.14 Mixing Truck 69

Page 11: Laporan KP

viii

5.15 Metode Pondasi Bored Pile 71

5.16 Memulai Pengeboran untuk Bored Pile 73

5.17 Memasukkan Casing Ke Lubang Bored Pile 73

5.18 Melanjutkan Galian Lubang Bored Pile 74

5.19 Memasukkan Baja Tulangan Bored Pile 74

5.20 Menyambung Baja Tulangan Bored Pile 75

5.21 Memasukkan Pipa Tremi Ke Dalam Lubang Bored Pile 76

5.22 Memasang Corong Di Atas Pipa Tremi 76

5.23 Memasang Talang Saat Pengecoran 77

5.24 Melakukan Pengecoran Bored Pile 78

5.25 Melepas Pipa Tremi 79

5.26 Melepas Casing 79

Page 12: Laporan KP

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Data Umum Proyek 5

2.2 Nilai Mutu Beton 6

2.3 Diameter dan Mutu Baja Tulangan 7

5.1 Tabel Spesifikasi Tower Crane 57

Page 13: Laporan KP

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

L1 Draft Tinjauan Khusus

L2 Laporan Faktual Penyelidikan Tanah

L3 Jobmix Formula Trialmix

L4 Denah Lokasi Uji Penyelidikan Tanah

L5 Absensi Kerja Praktek

Page 14: Laporan KP

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan yang semakin ketat di dunia pekerjaan dewasa ini menjadikan

mahasiswa khususnya di bidang teknik sipil butuh berbagai informasi untuk

membuat sebuah inovasi dalam mengerjakan suatu proyek. Dalam menuntut ilmu

di bidang teknik sipil, dibutuhkan pengetahuan teoritis sebagai ilmu dasar yang

harus dikuasai oleh mahasiswa. Namun tidak cukup hanya mendapat pengetahuan

teoritis, dibutuhkan pula kegiatan praktek untuk mengaplikasikan pengetahuan

teoritis yang didapat selama perkuliahan.

Hal tersebut dianggap penting karena ruang lingkup bidang teknik sipil

yang begitu luas seperti hidroteknik, geoteknik, struktur, manajemen rekayasa

kontruksi, dan tranportasi sehingga masalah yang timbul berbeda-beda dan

pemecahan masalahnya juga pasti akan berbeda. Oleh karena itu, kegiatan praktek

di lapangan secara langsung merupakan kegiatan yang penting bagi proses

pembelajaran dan perkembangan mahasiswa.

Era globalisasi yang bergerak sangat dinamis menuntut laju perkembangan

yang cepat dalam segala bidang kehidupan, khususnya bidang teknik sipil.

Seorang mahasiswa teknik sipil tentu harus mampu menjawab tantangan zaman

dengan terus berusaha menyesuaikan diri dalam arus perkembangan dunia

konstruksi yang sangat pesat.

Page 15: Laporan KP

2

Melalui kerja praktek ini diharapkan dapat lebih mengenal dunia kerja

sekaligus belajar menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan. Kegiatan

kerja praktek merupakan kegiatan yang penting bagi proses pembelajaran dan

perkembangan seorang mahasiswa. Kerja praktek adalah sarana yang tepat bagi

seorang mahasiswa untuk mencoba mengaplikasikan semua ilmu yang telah

diperolehnya selama perkuliahan dan sebagai sarana untuk berbagi informasi

mengenai tata cara pelaksanaan suatu proyek kepada mahasiswa.

.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Program studi Strata Satu di Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Katolik

Parahyangan, memberikan mata kuliah Kerja Praktek sebagai salah satu mata

kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa teknik sipil dengan maksud

untuk memberikan bekal wawasan praktis kehidupan pekerjaan konstruksi.

Kerja praktek yang dilakukan pada proyek pembangunan Gallery Apartment

Ciumbuleuit 2 di Jalan Ciumbuleuit, Bandung bertujuan untuk memberi

kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh pengalaman dalam hal praktis,

kemampuan berkomunikasi, dan bersosialisasi di dalam dunia konstruksi, melihat

pekerjaan proyek yang sebenarnya secara langsung di lapangan sehingga dapat

melatih dan mengembangkan kemampuan dan kepekaan mahasiswa dalam

menemukan dan menganalisis masalah-masalah yang terjadi selama pelaksanaan

proyek di lapangan, serta memperoleh pengetahuan dunia konstruksi yang tidak

didapatkan selama perkuliahan sehingga mahasiswa mempunyai bekal tambahan

untuk masuk ke dalam dunia kerja dan mengetahui kualifikasi seorang sarjana

lulusan teknik sipil yang dibutuhkan dunia kerja.

Page 16: Laporan KP

3

Selain itu, hal-hal yang ditemui di lapangan bisa saja sesuatu yang baru atau

berbeda dengan yang ada di dapat pada masa perkuliahan, maka dari itu

mahasiswa harus bijak dan dapat membedakan apakah hal tersebut merupakan

sesuatu yang baru atau inovatif sehingga harus dipelajari atau suatu kesalahan

yang harus dihindari.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam laporan ini, pembatasan masalah mencakup rencana proyek, pekerjaan

geoteknik, dan pekerjaan struktur selama kerja praktek dilakukan yaitu mulai

tanggal 16 Januari 2012 sampai dengan tanggal 13 Mei 2012 . Pekerjaan

geoteknik meliputi pemasangan pondasi, cut and fill, dan penyelidikan tanah

sedangkan pekerjaan struktur meliputi pengecoran pelat lantai, pengecoran pile

cap, pemasangan tulangan dinding.

Ada dua macam pembahasan dalam laporan ini, yaitu pembahasan

mengenai tinjauan umum dan tinjauan khusus. Tinjauan umum meliputi data

umum proyek, data teknis proyek, manajemen organisasi proyek, bahan dan

peralatan, serta rencana dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. koordinasi

mengenai pelaksanaan proyek dan teknik pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Hal-

hal yang harus diperhatikan dan diamati selama kerja praktek dan menjadi bahan

Laporan Kerja Praktek.

Selain hal tersebut, dibahas beberapa permasalahan khusus. Pada tinjauan

khusus dibahas lebih mendalam mengenai ground water tank, bored pile, tower

crane.

Page 17: Laporan KP

4

1.4 Metode Pembahasan

Laporan kerja praktek ini disusun dengan mengacu pada data yang telah berhasil

dikumpulkan dari pengamatan secara langsung di lapangan. Selain diamati proses

pelaksanaan konstruksi, diperoleh penjelasan-penjelasan tentang pelaksanaan

proyek dari Pimpinan Proyek, Staf Pelaksana, para pekerja di lapangan, arsip,

dokumen proyek. Dipelajari juga teori maupun standar pelaksanaan konstruksi

melalui studi pustaka, dari catatan kuliah, serta dari buku-buku yang terkait

dengan pelaksanaan konstruksi.

Hal-hal yang didapat dari pengamatan di lapangan kemudian dicatat dan

dipelajari, kemudian menjadi bahan untuk melengkapi laporan kerja praktek.

Hasil dari pengamatan yang kurang dimengerti kemudian ditanyakan kepada

Pimpinan Proyek, Staf Pelaksana, dan para pekerja di lapangan. Data yang

diperoleh di lapangan dilengkapi dengan data dari arsip dan dokumen proyek.

Page 18: Laporan KP

5

BAB 2

DATA DAN MANAJEMEN ORGANISASI PROYEK

2.1 Data umum Proyek

Dalam pengerjaan suatu proyek diperlukan informasi, data, ataupun keterangan

untuk mempermudah pengerjaan proyek tersebut. Maka dari itu, pada bab 2 ini

akan dijelaskan detail tentang seluruh data, informasi, ataupun keterangan

tersebut. Data umum proyek Gallery Ciumbuleuit 2 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Data Umum Proyek

No. Data Umum Proyek

1. Nama Proyek : Gallery Ciumbuleuit 2 , Bandung

2. Lokasi : Jl. Ciumbuleuit, Bandung, Jawa

Barat

3. Jumlah Lantai : 30 lantai

4. Luas Total Bangunan : ± 49565m2

a. Luas lantai ME : 730 m2

b. Luas total basement 1-4 : 9425 m2

c. Luas lantai 1 : 2400 m2

d. Luas lantai 2 : 1810 m2

e. Luas lantai 3-25 : 1600 m2

5. Luas Tanah : 8600 m2

6. Jumlah Tower : 1 tower crane

7. Pengawas : PT. FERAYAMO ABADI

8. Developer : PT. PRATAMA BUMI ASRI

9. Arsitek : TRENDRAMA ARCHITECT

10. Konsultan Struktur : PT. ANUGERAH MULTI CIPTA

KARYA

11. Kontraktor Struktur : PT. WIJAYA KARYA GEDUNG

12. Kontraktor MEP : PT. METAKOM PRANATA

Page 19: Laporan KP

6

2.2 Data Teknis Proyek

Pada sub-bab ini dijelaskan data-data teknis proyek mencakup data material.

2.2.1 Data Material

Pondasi

Jenis pondasi yang digunakan pada proyek ini adalah pondasi bored pile.

Pengeboran pondasi bored pile menggunakan alat clay auger sedangkan untuk

pemasangan besi, pipa tremie dan memulai pengecoran menggunakan bantuan

alat mobile crane untuk mengangkat concrete bucket.

Beton

Beton merupakan salah satu komponen penting yang digunakan dalam

membangun sebuah gedung maka dari itu mutu dari beton tersebut harus

diperhatikan. Mutu beton yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada

Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Nilai Mutu Beton

No. Komponen pekerjaan yang menggunakan beton Mutu beton

1. Pile Cap, Balok, Pelat, Tangga, Retaining Wall K350

2. Pondasi genset, trafo, pompa, tangki air, bahan

K350 bakar, dan peralatan mekanikal dan elektrikal yang lain

3. Kolom dan Shearwall K500

4. lantai kerja K100

Page 20: Laporan KP

7

Baja Tulangan

Baja tulangan merupakan komponen yang sama pentingnya dengan beton. Baja

tulangan mempunyai diameter yang beragam dan mutunya juga harus

diperhatikan dalam penggunaannya. Diameter dan mutu baja tulangan dapat

dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Diameter dan Mutu Baja Tulangan

No. Diameter baja tulangan Mutu baja tulangan

1. D9 U-24 (BJTP 24)

2. D10, D13, D19, D22, D25, D32 U-40 (BJTD 40)

3. Wire mesh U-50

2.3 Manajemen Organisasi Proyek

Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai manajemen organisasi proyek yang

meliputi struktur organisasi kontraktor, tugas dan wewenang serta hak dan

kewajiban dari masing-masing pihak yang bertanggung jawab dalam proyek

tersebut.

1. Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik proyek dalam suatu proyek konstruksi berperan sebagai pemberi dana

serta penentu dari sasaran dan tujuan proyek. Hak dan kewajiban seorang pemilik

proyek adalah menunjuk perencana proyek dan pelaksana proyek, menyediakan

site/lahan, menyetujui/memerintahkan perubahan desain, menerima laporan

proyek.

Page 21: Laporan KP

8

2. Konsultan Struktur (Planner)

Konsultan struktur adalah pihak yang diberi tugas untuk melaksanakan

perencanaan lengkap dari seluruh proyek sesuai kehendak pemilik proyek. Tugas

dan wewenang konsultan perencana yaitu merencanakan secara berkala meninjau

lapangan untuk melihat kemajuan pekerjaan dan ikut serta menilai kualitas

pekerjaan yang dilakukan tim pelaksana agar tidak menyimpang dari ketentuan

dan rencana, ikut serta mempertimbangkan usul-usul pemilik proyek maupun tim

pelaksana, apabila diperlukan berhak meminta pemeriksaan pengujian pekerjaan

secara khusus untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana

melalui konsultan pengawas, memberi konsultasi mengenai hal-hal arsitektural,

fungsional dan struktural jika terdapat keragu-raguan atas ketentuan di dalam

rencana melalui konsultan pengawas.

3. Pelaksana/Kontraktor

Kontraktor berperan dalam hal melakukan pembangunan di lapangan. Hak dan

kewajiban kontraktor adalah bertanggung jawab kepada konsultan dan pemilik

proyek atas segala hal yang berhubungan dengan pembangunan atau pelaksanaan,

baik secara teknis maupun administrasi dan keuangan, yang berpedoman pada

dokumen kontrak, melaksanakan semua pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis

yang ditentukan oleh konsultan struktur, mengatur manajemen biaya proyek

sesuai dengan rencana anggaran dan aliran dananya, berhak mengajukan biaya

tambahan bila ternyata ada pekerjaan tambahan, mengadakan rapat mingguan

dengan seluruh pegawai untuk mengetahui hambatan-hambatan di lapangan dan

kemajuan proyek.

Page 22: Laporan KP

9

2.3.1 Struktur Organisasi Kontraktor

Agar pelaksanaan pembangunan suatu proyek berjalan dengan baik dan lancar

sesuai dengan jadwal yang ada maka perlu adanya suatu pembagian tugas yang

jelas yang disebut dengan struktur organisasi.

Dengan membuat struktur organisasi yang benar maka akan sangat

membantu kelancaran pekerjaan karena dari struktur organisasi ini tiap bagian

dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing serta mengetahui

bagaimana hubungan antar bagian. Struktur organisasi kontraktor pada proyek

Gallery Ciumbuleuit 2 dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Direktur Utama: Muhamad Nawir

Direktur Teknik dan Operasi: Ridwan A.M.

Direktur Keuangan: Zakaria

MANAJER

PROYEK

SITE ENGINEER

MANAJER KONSTRUKSI

ADMINISTRASI DAN

KEUANGAN

S.H.E

KOMERSIAL

QA-QC

ENGINEERING

SURVEYOR

DRAFTER

PROCUREMENT

PELAKSANA

STRUKTUR

PELAKSANA

ARSITEKTUR

PELAKSANA MEP

KEUANGAN

GUDANG

SECURITY

HUMAS

SAFETY

OFFICER

PELAKSANA K3L

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Proyek

Page 23: Laporan KP

10

1. Direktur Utama

Sebagai pimpinan tertinggi dalam struktur organisasi kontraktor, direktur utama

bertanggung jawab kepada pemilik atas hasil dari pembangunan proyek yang

dilaksanakan.

2. Direktur Teknik dan Operasi

Tugas Direktur Teknik dan Operasi adalah mengkoordinasikan dan

mengendalikan kegiatan dibidang perencanaan teknik, produksi, perawatan teknik

dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh direktur utama. Direktur

Teknik dan Operasi bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

3. Direktur Keuangan

Mengarahkan berbagai penanggulangan berbagai jenis resiko finansial yang

dihadapi perusahaan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

atasan. Direktur Keuangan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

4. Manajer Proyek

Mengepalai dan memimpin proyek serta bertanggung jawab atas pelaksanaan

pekerjaan. Segala prosedur yang berlaku pada proyek ini harus disetujui terlebih

dahulu oleh Manajer Proyek.

5. Engineering Manager

Tugas dan tanggung jawab Engineering Manager adalah mengumpulkan data

untuk proses pembuatan rencana pelaksanaan proyek, membuat studi

Page 24: Laporan KP

11

perbandingan untuk menemukan metode yang tepat, membuat RAP (Rencana

Anggaran Proyek) yang terdiri dari biaya, mutu, waktu, sistem kerja, bahan,

tenaga, alat, dan organisasi, memahami seluruh isi dokumen kontrak,

meningkatkan efisiensi dan kinerja proyek, mengevaluasi jadwal pelaksanaan

secara rutin, baik jadwal mingguan maupun bulanan, membuat laporan intern dan

ekstren, mengawasi jalannya proyek, melakukan pengujian untuk menjamin mutu

dalam pelaksanaan proyek, memproses berita acara tepat waktu, melaksanakan

klaim pada pemilik proyek terhadap pekerjaan tambah kurang, perpanjangan

waktu dan sebagainya, membina hubungan baik dengan relasi, baik dengan

pemilik proyek, konsultan, sub-kontraktor, dan lembaga lain yang terkait.

6. Manajer Konstruksi

Manajer Konstruksi bertugas dan bertanggung jawab dalam mengawasi pekerjaan

yang dilakukan oleh pelaksana struktur, pelaksana arsitektur, pelaksana MEP.

Dalam hal ini manajer konstruksi adalah PT. Ferayamo Abadi.

7. Administrasi dan Keuangan

Tugas dan tanggung jawab Administrasi dan Keuangan adalah mengumpulkan

data untuk proses pembuatan rencana pelaksanaan proyek pada bagian

administrasi umum dan keuangan, memahami isi dokumen kontrak yang berkaitan

dengan bidangnya, meningkatkan efisiensi proyek, melaksanakan administrasi

bagian kepegawaian dan keuangan, menjamin keamanan dan keselamatan sesuai

persyaratan, membina hubungan baik dengan relasi, baik dengan owner,

konsultan, sub kontraktor, dan lembaga lain yang terkait.

Page 25: Laporan KP

12

8. S.H.E

Tugas dan tanggung jawab S.H.E (safety health environtment) adalah

melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan proyek,

menjelaskan pentingnya K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,

memberikan saran-saran yang berhubungan dengan peningkatan keselamatan dan

kesehatan kerja, berhubungan dengan pihak luar (jika diperlukan) untuk

menangani masalah kecelakaan kerja, menyediakan peralatan yang diperlukan

untuk penanganan K3, melakukan evaluasi dan penelitian sebab-sebab terjadinya

kecelakaan.

.

Page 26: Laporan KP

13

BAB 3

BAHAN DAN PERALATAN

3.1 Bahan

Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai bahan-bahan yang digunakan pada

pelaksanaan struktur di pembangunan proyek Gallery Ciumbuleuit 2.

3.1.1 Campuran beton

Beton adalah suatu campuran komposit dari agregat kasar (batu pecah), agregat

halus (pasir), air, serta semen portland. Dalam proyek ini campuran beton banyak

digunakan untuk pengecoran balok, pengecoran kolom, pengecoran pelat,

pengecoran dinding, pengecoran shearwall. Bahan untuk campuran beton

selanjutnya adalah semen portland (PC). Semen portland merupakan bubuk halus

yang diperoleh dengan menggiling klinker dengan batu gips sebagai bahan

tambahan dalam jumlah yang cukup.

Pada proyek ini campuran beton ready mix (pada Gambar 3.1) diperoleh

dari Adhimix Precast dan Pionir Beton sebagai supplier. Bersamaan dengan

proses pengecoran, pemadatan campuran beton dilakukan menggunakan concrete

vibrator. Getaran dari concrete vibrator akan membantu material campuran beton

untuk masuk ke celah-celah tulangan sehingga tidak menimbulkan rongga-rongga

pada campuran beton yang telah dicor. Mutu beton dikontrol dengan dibuat benda

uji yang akan di uji di Institut Teknologi Bandung.

Page 27: Laporan KP

14

Gambar 3.1 Campuran Beton Ready Mix

3.1.2 Baja Tulangan

Baja tulangan (pada Gambar 3.2) memiliki fungsi sebagai penahan tegangan tarik

pada beton. Pemilihan penggunaan baja tulangan dan jumlahnya tergantung dari

kekuatan struktur beton rencana. Baja tulangan yang digunakan pada proyek

Gallery Ciumbuleuit 2 merupakan tulangan berulir dan tulangan polos. Baja

tulangan berulir memiliki batas tegangan leleh 4000 kg/cm2 sedangkan besi polos

memiliki batas tegangan leleh 2400 kg/cm2.

Baja tulangan menggunakan

bermacam-macam ukuran sesuai dengan gambar rencana penulangan beton

sedangkan panjang tulangan yang dibutuhkan bervariasi. Oleh karena itu, sering

dilakukan pemotongan dan penyambungan tulangan.

Gambar 3.2 Baja Tulangan

Page 28: Laporan KP

15

3.1.3 Kawat baja

Kawat baja (pada Gambar 3.3) berfungsi untuk mengikat tulangan agar tetap pada

posisinya.

Gambar 3.3 Kawat Baja

3.1.4 Bahan Aditif dan Aplikatif

Bahan aditif (pada Gambar 3.4) yang digunakan berjenis integral water proofing

dan berfungsi untuk mencegah terjadinya peresapan air ke beton. Bahan aditif ini

dicampurkan pada beton segar sebelum dilakukan pengecoran. Bahan aplikatif

berjenis calbon (bonding agent) digunakan untuk membantu merekatkan beton

yang sudah mengeras dengan beton segar pada saat akan dilakukan pengecoran.

Gambar 3.4 Bahan Aditif

Page 29: Laporan KP

16

3.1.5 Beton decking

Beton decking (pada Gambar 3.5) adalah blok beton kecil dengan ketebalan

sesuai selimut beton yang akan diselipkan pada proses perakitan tulangan pelat,

balok, dan kolom, kemudian diikat pada tulangan untuk mempertahankan posisi

tulangan terhadap bekisting.

Gambar 3.5 Beton Decking

3.2 Peralatan

3.2.1 Bar bender

Bar bender (pada Gambar 3.6) adalah alat yang berfungsi untuk membengkokkan

baja tulangan sesuai dengan perencanaan. Tulangan baja yang akan

dibengkokkan dimasukan ke antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian

diatur sudutnya sesuai dengan sudut yang diinginkan dan panjang bengkoknya.

Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci

pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar

sesuai dengan sudut dan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga

roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut pembengkokkan yang

diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut pembengkokkan tulangan dengan

Page 30: Laporan KP

17

mudah dan rapi. Keuntungan menggunakan Bar bender adalah efisiensi waktu

yang dihasilkan dengan menggunakan alat tersebut.

Gambar 3.6 Bar bender

3.2.2 Alat Las

Di dalam proyek ini las (pada Gambar 3.7) digunakan untuk menyambungkan

sebuah pelat dengan sebuah tulangan. Cara kerja las ini adalah menyambung

logam dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas asetilen =

C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan

O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam

induk dan logam pengisi.

Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana atau

hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas

asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.

Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetilen banyak dipakai di

lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.

Page 31: Laporan KP

18

Gambar 3.7 Alat Las

3.2.3 Tower crane

Crane digunakan untuk mengangkat muatan secara vertikal, menahannya apabila

diperlukan, dan menurunkan muatan ke tempat lain yang ditentukan. Dalam

proyek ini digunakan dua buah jenis crane yaitu mobile crane yang digunakan

sebelum didirikannya tower crane. Tower crane (pada Gambar 3.8) dapat

mengangkat material secara vertikal dan horizontal.

Tower crane salah satu peralatan yang paling penting dalam pekerjaan

suatu proyek gedung bertingkat yang digunakan digunakan untuk mengangkut

berbagai macam material seperti bekisting kolom, campuran beton dalam concrete

bucket, baja tulangan, dan sebagainya.

Gambar 3.8 Tower Crane

Page 32: Laporan KP

19

3.2.4 Concrete Bucket

Concrete Bucket (pada Gambar 3.9) digunakan sebagai penampung material

bangunan seperti semen yang akan digunkan untuk pengecoran. Juga merupakan

tempat pengangkutan beton dari truck mixer concrete sampai ke tempat

pengecoran. Dalam pengerjaannya dibutuhkan satu orang sebagai operator

concrete bucket yang bertugas untuk membuka atau mengunci agar material beton

tidak tumpah pada saat dibawa ke area pengecoran.

Concrete bucket yang digunakan pada proyek ini mempunyai kapasitas

sebesar 0,8 m3

dan massa 300 kg. Pada proyek ini, concrete bucket digunakan

untuk pengecoran kolom.

Gambar 3.9 Concrete Bucket

3.2.5 Concrete vibrator

Concrete vibrator (pada Gambar 3.10) berfungsi untuk menggetarkan beton pada

saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat

rongga-rongga udara diantara beton yang dapat membuat beton keropos. Concrete

Page 33: Laporan KP

20

vibrator digerakan oleh mesin listrik dan mempunyai kabel sepanjang beberapa

meter.

Alat ini digunakan sebagai pemadat pada saat pengecoran yang sedang

berlangsung pada kolom, pelat lantai dan balok dengan cara menggetarkannya.

Alat ini digunakan pada berbagai pengecoran struktur beton.

Gambar 3.10 Concrete Vibrator

3.2.6 Concrete Mixer Truck

Concrete Mixer Truck (pada Gambar 3.11) berfungsi untuk membawa material

beton dari pabrik ke lapangan, serta mencampur agregat beton. Cara kerja alat ini

adalah material beton dimasukkan ke dalam chamber yang berputar dan memiliki

gerakan mengaduk, agar material beton tetap cair tidak terjadi setting dari

batching plant sampai ke lokasi proyek. Truk mixer dipakai saat akan dilakukan

pengecoran dalam jumlah besar dan membutuhkan volume beton lebih dari 6 m3.

Volume beton maksimum yang dapat diangkut adalah 6m3.

Page 34: Laporan KP

21

Gambar 3.11 Concrete Mixer Truck

3.2.7 Concrete pump

Concrete pump (pada Gambar 3.12) berfungsi untuk mengangkut campuran beton

ke lokasi pengecoran yang luas dan sulit dijangkau. Concrete pump bekerja

dengan dengan menggunakan tekanan pompa yang ada pada concrete pump,

campuran beton disalurkan ke lokasi yang akan dilakukan pengecoran. Dalam

proyek ini Concrete pump digunakan untuk mendistribusikan material campuran

beton di lantai-lantai yang sulit dijangkau.

Gambar 3.12 Concrete pump

Page 35: Laporan KP

22

3.2.8 Scaffolding

Scaffolding (pada Gambar 3.13) berfungsi untuk memikul beban momen yang ada

pada beton yang telah dicor dan beban beton segar serta digunakan pula sebagai

tangga. Scaffolding merupakan rangka-rangka batang yang terbuat dari besi dan

disusun menjadi satu kesatuan sehingga dapat memikul beban yang diakibatkan

oleh campuran beton saat pengecoran pelat lantai di proyek tersebut.

Gambar 3.13 Scaffolding

3.2.9 Bar cutter

Bar cutter (pada Gambar 3.14) berfungsi untuk memotong tulangan baja sesuai

dengan ukuran panjang yang dibutuhkan. Tulangan baja diletakkan di dalam gigi

bar cutter kemudian dipijak dan tulangan baja akan terpotong. Pemotongan

tulangan baja yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Untuk baja

berdiameter kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus.

Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan alat ini adalah

efisiensi dan kecepatan waktu pemotongan tulangan baja dibandingkan dengan

cara manual.

Page 36: Laporan KP

23

Gambar 3.14 Bar cutter

3.2.10 Cutting wheel

Cutting wheel (pada Gambar 3.15) berfungsi untuk memotong profil baja yang

digunakan untuk penahan bekisting pada saat pengecoran kolom dan pelat. Cara

kerja alat ini pertama-tama profil baja yang akan dipotong diletakkan di bawah

wheel, kemudian cutting wheel ditekankan pada profil baja yang akan dipotong.

Profil baja yang akan dipotong harus diukur terlebih dahulu agar ukuran

yang diinginkan sesuai. Dalam proyek ini profil baja yang dipotong adalah profil

baja yang digunakan untuk penyangga bekisting pelat yang ditahan oleh

scaffolding.

Gambar 3.15 Cuting wheel

Page 37: Laporan KP

24

3.2.11 Compressor

Compressor (pada Gambar 3.16) digunakan untuk mensuplai udara bertekanan.

Pada tahap pengecoran alat ini sangat memudahkan untuk membersihkan kotoran

di dalam bekisting.

Gambar 3.16 Compressor

3.2.12 Trolley

Trolley (pada Gambar 3.17) pada umumnya digunakan untuk mengangkut

berbagai jenis material. Pada proyek ini trolley digunakan untuk mengangkut

beton segar yang diturunkan dari truk mixer untuk dibawa untuk diuji slump.

Gambar 3.17 Trolley

Page 38: Laporan KP

25

3.2.13 Gegep

Gegep (pada Gambar 3.18) digunakan untuk memasang kawat baja pada

sambungan tulangan atau pada posis tulangan satu dengan yang lain agar tetap

pada posisinya.

Gambar 3.18 Gegep

3.2.14 Plate Compactor

Berfungsi untuk memadatkan tanah di sekitar proyek. Plate compactor (pada

Gambar 3.19) menggunakan sistem hidraulik yang menggerakkan pelat naik

turun.

Alat ini dioperasikan oleh dua orang. Orang pertama bertugas untuk

mengendalikan plate compactor, sementara orang ke dua menarik plate compactor

kea rah tanah yang hendak dipadatkan. Pengaplikasian alat ini pada proyek adalah

untuk memadatkan dan meratakan tanah, khususnya untuk perataan lantai kerja.

Gambar 3.19 Plate Compactor

Page 39: Laporan KP

26

3.2.15 Jack Hammer

Jack hammer (pada Gambar 3.20) adalah alat yang digunakan dengan tangan yang

fungsinya untuk membongkar beton yang sudah keras. Alat ini biasa digunakan

apabila di awal proyek terdapat bangunan lama dan akan dibongkar.

Jack hammer memiliki ujung yang pipih dan ujung yang runcing dan

kedua ujung memiliki kegunaan yang berbeda. Untuk ujung pipih digunakan

untuk mengikis beton dan ujung runcing untuk menghancurkan beton.

Gambar 3.20 Jack Hammer

3.2.16 Theodolit

Theodolit (pada Gambar 3.21) adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan

untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda

dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja, di dalam theodolit

sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan detik. Dalam pekerjaan yang

berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk

pengukuran polygon.

Page 40: Laporan KP

27

Gambar 3.21 Theodolit

Page 41: Laporan KP

28

BAB 4

RENCANA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

KONSTRUKSI

4.1 Rencana Pekerjaan Konstruksi

Proyek Gallery Ciumbuleuit 2 dilaksanakan dalam rangka memperluas kawasan

Apartement dan Hotel dari Gallery Ciumbuleuit. Pembangunan Gallery

Ciumbuleuit 2 ini berada tepat disebelah gedung Gallery Ciumbuleuit yang sudah

dibangun pertama kali. Proyek yang sekarang sedang berjalan adalah proyek

pembangunan apartement bagian basement.

Adapun rencana awal persiapan proyek adalah pekerjaan pemagaran

dengan membuat pagar-pagar pembatas. Pekerjaan pemagaran adalah pekerjaan

pemberian batas terhadap lahan yang akan dibangun terhadap lahan lain yang

berfungsi sebagai batas pekerjaan konstruksi dan membatasi keterlibatan pihak

luar yang tidak berwenang dalam kegiatan proyek. Setelah pekerjaan pemagaran,

direncanakan pengukuran di lapangan untuk menentukan bench mark. Bench

mark berfungsi sebagai patokan awal dalam melakukan pekerjaan konstruksi.

Pada proyek Galery Ciumbuleuit 2, rencana pemasukan material ke lokasi

proyek adalah melewati jalan Ciumbuleuit karena lokasi proyek terletak pada area

bisnis yang padat dan ramai sehingga untuk memasukkan material ke lokasi

proyek, material baru dapat dimasukkan pada lokasi proyek dari pukul 23.00 WIB

sampai dengan 04.00 WIB. Sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai, di sekitar

Page 42: Laporan KP

29

area proyek direncanakan didirikan bangunan-bangunan sementara yang

mendukung pekerjaan proyek, seperti:

1. site office kontraktor utama

2. pos keamanan

3. gudang bahan dan peralatan

4. toilet pekerja

5. kantin

Pada proyek ini bangunan pos keamanan, gudang, toilet pekerja, dan kantin

berupa bangunan sementara yang dibangun dengan menggunakan multipleks dan

dinding bata atau menggunakan bangunan yang telah didirikan sebelum proyek

dimulai. Bangunan-bangunan tersebut nantinya akan dibongkar setelah proyek

selesai.

4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Pada sub-bab ini dibahas pelaksanaan konstruksi selama kerja praktek yaitu

pengerjaan galian tanah, pengerjaan pondasi, pekerjaan struktur gedung mencakup

penulangan, pemasangan bekisting dan perancah, pengecoran, pembongkaran

bekisting dan perancah, perawatan beton, dan perubahan pekerjaan.

4.2.1 Pengerjaan Galian Tanah

Pekerjaan galian tanah menggunakan alat excavator PC 200 dengan kapasitas

44,42 m3/jam. Kapasitas ini dapat berkurang bila posisi penggalian tidak

mendukung. Dump truck digunakan pada pekerjaan galian untuk mengangkut

tanah galian ke tempat penampungan. Kapasitas normal dump truck adalah 6 m3

Page 43: Laporan KP

30

dan mampu mengangkut tanah seberat 8 ton. Pekerjaan galian ini menggunakan 2

unit Excavator dan sekitar 15 unit dump truck yang datang ke proyek ini setiap

harinya.

4.2.2 Pengerjaan Pondasi

Tahapan pelaksanaan pekerjaan pondasi di Gallery Ciumbuleuit 2 yang pertama

adalah melakukan pengeboran tanah pada titik yang sudah ditentukan

menggunakan clay auger hingga kedalaman 5 meter setelah itu memasukan

casing ke dalam lubang yang sudah di gali. Setelah itu, melanjutkan galian hingga

kedalaman sesuai dengan rencana kedalaman bored pile pada titik tersebut. Lalu,

memasukan baja tulangan ke dalam lubang yang sudah dibor tersebut dan bila

lubang tersebut kedalamannya lebih dari 12 meter maka baja tulangan akan

disambung.

Setelah itu, memasukan pipa tremi kedalam lubang, pipa tremi disambung

hingga mencapai dasar kedalaman lubang bored pile tersebut. Hal ini dilakukan

secara paralel dengan mempersiapkan talang. Setelah pipa tremi siap dipasang

corong diatasnya untuk memudahkan beton masuk kedalam pipa tremi. Setelah

itu, pemasangan talang karena pada saat pengecoran beton dialirkan secara

gravitasi.

Setelah pipa tremi dan talang siap pengecoran dapat dilakukan dengan

memasukan campuran beton kedalam corong. Setelah bagian dasar dari lubang

tersebut dicor pipa tremi akan dilepas secara bertahap sambil melakukan

pengecoran. Setelah selesai mengecor casing dapat dilepaskan. Tahap terakhir

Page 44: Laporan KP

31

dari pengecoran pondasi adalah menghubungkan dan mengikat bored pile lainnya

dengan caping beam.

4.2.3 Pekerjaan Penulangan

Baja tulangan yang didatangkan ke proyek disimpan di depan tempat tinggal

sementara para pekerja besi yaitu di sisi tengah dari proyek ini. Hal ini dilakukan

lebih mempermudah para pekerja dan juga terdapat lahan yang cukup untuk

tempat penyimpanan baja tulangan dan proses pabrikasi baja tulangan. Selain itu

lokasi ini juga cukup mudah untuk proses supply dan distribusi ke seluruh area

proyek setelah baja tulangan tersebut dipabrikasi.

Pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 terlihat bahwa baja tulangan disimpan di

tempat yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengangkutan baja

tulangan dari truk dan baja tulangan yang telah dipabrikasi dengan menggunakan

tower crane. Tetapi penyimpanan baja tulangan ditempat yang terbuka dapat

menyebabkan terjadinya proses oksidasi antara baja tulangan dengan udara luar,

sehingga dapat menyebabkan terjadinya proses perkaratan pada baja tulangan dan

mempengaruhi daya lekat baja tulangan terhadap beton. Karat pada baja tulangan

dapat menyebabkan berkurangnya daya lekat baja tulangan dengan beton. Hal

tersebut dapat menyebabkan kerugian untuk struktur bangunan.

Gambar 4.1 Tempat Penyimpanan Baja Tulangan

Page 45: Laporan KP

32

Gambar 4.2 Tempat Pabrikasi Baja

Baja tulangan juga harus dilindungi dari kontak dengan cuaca sekitar yang

dapat menyebabkan timbulnya noda karat pada permukaan baja tulangan. Hujan

merupakan suatu kondisi cuaca yang dapat menyebabkan pekerjaan konstruksi

terhenti untuk sementara. Selain itu air hujan yang bersifat asam dapat

mempercepat terjadinya proses oksidasi baja tulangan, sehingga menimbulkan

bintik karat pada permukaan baja tulangan. Karat pada baja tulangan dapat dilihat

pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Karat Pada Baja Tulangan

Page 46: Laporan KP

33

Penulangan dilakukan berdasarkan gambar kerja dengan menggunakan

kawat baja sebagai pengikat pertemuan antar tulangan. Sedangkan penulangan

untuk pelat dilakukan ditempat pelat yang akan dicor dan penulangan dilakukan

setelah bekisting pelat terpasang. Adapun tulangan yang digunakan pada pelat

adalah wiremesh. Wiremesh diletakkan diatas permukaan bekisting dengan

ditopang oleh beton decking dan tulangan baja yang dibentuk menjadi spiral agar

wiremesh memiliki jarak tertentu di atas bekisting sesuai dengan gambar kerja

(pada Gambar 4.4).

Gambar 4.4 Penulangan Pelat

4.2.4 Pemasangan Bekisting dan Perancah

Sebelum dilakukan pengecoran, dibuat terlebih dahulu cetakan balok, pelat, dan

kolom berdasarkan dimensi yang sudah direncanakan. Bekisting berguna untuk

memberi bentuk balok, kolom, dan pelat sesuai dengan gambar kerja. Meskipun

bekisting hanyalah struktur yang dalam penggunaannya bersifat sementara,

namun kualitas dan kekuatan bekisting harus juga diperhatikan dengan baik

karena campuran beton mempunyai daya tekan yang cukup besar untuk membuat

Page 47: Laporan KP

34

bekisting melendut. Oleh karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan yang

bermutu dan perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga kontruksi tidak

mengalami kerusakan akibat lendutan atau lenturan ketika beton dituangkan.

Pada balok dan pelat, bekisting yang digunakan adalah bekisting kayu yang

dilapisi polyfilm dan dipasang dengan bantuan scaffolding sebagai penopang

bekisting. Mula-mula beberapa scaffolding didirikan kemudian pada puncak tiang

scaffolding dipasang batang pengaku baja sehingga scaffolding dapat berdiri

sendiri (Gambar 4.5). Ketinggian scaffolding disesuaikan dengan ketinggian

lantai.

Untuk kolom, pemasangan bekisting dilakukan dengan menggunakan

bekisting sistem (pada Gambar 4.6). Sebelum bekisting dipasang, diletakkan

terlebih dahulu tahu beton pada sisi-sisi luar tulangan dengan ketebalan tertentu

untuk menjaga agar tulangan tidak sampai menonjol atau menjorok keluar

sewaktu pembongkaran bekisting setelah pengecoran dan didapatkan selimut

beton yang merata, sehingga tulangan tertutup semua dan didapatkan struktur

yang sesuai dengan rencana.

Setelah itu bekisting baja diangkat oleh tower crane kemudian diletakkan

masuk ke dalam tulangan kolom. Bekisting baja yang sudah menutupi tulangan

kolom kemudian dikencangkan baut-baut nya dan batang penopang diangkur pada

lantai. Batang penopang memiliki pelat berlubang pada kaki nya yang digunakan

untuk mengangkur tulangan.

Page 48: Laporan KP

35

Gambar 4.5 Scaffolding

Gambar 4.6 Bekisting Sistem

4.2.5 Pengecoran

Sebelum dilakukan pengecoran, campuran beton yang akan dipakai harus

dilakukan uji slump dan pengambilan sampel untuk uji kuat tekan karakteristik

beton tersebut. Pengecoran balok dan pelat dilakukan secara bersamaan dengan

menggunakan concrete pump. Mula-mula campuran beton dimasukkan ke dalam

concrete pump yang sudah terpasang pipa besi untuk mengalirkan campuran beton

Page 49: Laporan KP

36

ke lantai tertentu dimana balok dan pelat akan dicor. Kemudian mesin concrete

pump dinyalakan dan mulai mengalirkan campuran beton.

Campuran beton yang keluar dari mulut pipa akan mengisi bekisting balok

dan pelat. Saat campuran beton mengisi bekisting, digunakan concrete vibrator

yang dimasukkan kedalam bekisting balok dan pelat yang memberi getaran pada

campuran beton yang mengisi bekisting agar balok dan pelat terisi padat.

Pada proses ini alat penggetar beton tidak boleh mengenai tulangan karena

dikhawatirkan akan dapat mengubah letak tulangan yang telah terpasang. Setelah

campuran beton dituangkan kemudian diratakan. Pengecoran balok dan pelat

dapat dilihat pada Gambar 4.7. Pada pengecoran kolom campuran beton

dimasukkan kedalam concrete bucket dalam keadaan terkunci sehingga campuran

beton tidak tumpah ke dalam pipa karet.

Concrete bucket lalu dibawa oleh tower crane menuju bekisting sistem

kolom yang akan dicor kemudian pipa karet pada concrete bucket dimasukkan ke

dalam bekisting baja kolom. Setelah pipa karet berada di dalam bekisting baja,

penutup lubang concrete bucket dibuka oleh pekerja sehingga campuran beton

mengalir ke dalam pipa karet dan mengisi bekisting baja kolom.

Saat bekisting terisi campuran beton, digunakan concrete vibrator yang

dimasukkan ke dalam bekisting baja untuk menggetarkan beton pada saat

pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat rongga-

rongga udara diantara beton yang dapat membuat beton keropos. Proses

pengecoran kolom dapat dilihat pada Gambar 4.8

Page 50: Laporan KP

37

Gambar 4.7 Pengecoran Balok dan Pelat

Gambar 4.8 Pengecoran Kolom

4.2.6 Pembongkaran Bekisting dan Perancah

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembongkaran bekisting dan perancah

pada balok dan pelat adalah melepas reshore yang digunakan di beberapa titik

Page 51: Laporan KP

38

disusul dengan melepas scaffolding. Setelah reshore dan scaffolding dilepas,

bekisting dilepas menggunakan palu dan tang.

Pada proyek ini, para pekerja mencabut kayu bekisting yang menempel

pada beton menggunakan tang dan memukul permukaan bekisting yang sudah

terkelupas dari beton dengan menggunakan palu untuk melepas bekisting.

Untuk kolom, langkah pertama adalah melepas plat tumpuan batang

penahan bekisting baja dari angkur tulangan (Gambar 4.9). Setelah plat tumpuan

dilepas dari angkur tulangan, baut-baut pada bekisting baja dilonggarkan

kemudian bekisting baja ditarik dari atas dengan menggunakan tower crane

sampai bekisting tercabut dari kolom.

Gambar 4.9 Pelat Tumpuan Batang Penahan Bekisting Baja

4.2.7 Perawatan dan Perlindungan Beton

Perawatan pada beton dilakukan dengan membasahi permukaan beton dengan air

yang berfungsi untuk mengurangi panas berlebih yang akan mempercepat proses

penguapan air dalam campuran beton, mempertahankan jumlah air dalam beton

selama proses pengerasan awal, mengurangi kehilangan air pada permukaan

Page 52: Laporan KP

39

beton, dan mencapai perkembangan kuat tekan karakteristik beton yang dicapai

pada umur 28 hari.

Secara umum harus memenuhi persyaratan di dalam PBI 1971 NI-2 bab 6.6

dan ACI 301-72/75, ACI 301, ACI-308. Pada pedoman kerja, segera setelah

pengecoran beton harus di curing dan berlangsung terus menerus selama paling

sedikit dua minggu jika tidak ditentukan lain dan suhu beton pada awal

pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 35oC.

Pada cuaca panas, waktu temperatur udara 32oC atau lebih, pada 24 jam

pertama dilakukan perawatan dengan air, kemudian dipasang bahan campuran

perawatan (curing compound). Permukaan-permukaan beton yang akan

berhubungan dengan beton lain atau bahan cementitious, atau yang diindikasikan

akan menerima bahan perkerasan (hardener) dan dust proofer treatment, atau

diindikasikan menerima membran waterproofing atau atap, harus dirawat dengan

air dan dilindungi dengan kertas perawatan seperti yang diisyaratkan, atau bahan

lain yang disetujui, dijaga selalu pada tempatnya selama masa perawatan.

Bahan campuran perawatan yang akan menjaga perlekatan dari lantai pegas

(resilient flooring) terhadap beton tidak boleh digunakan. Jangan memakai bahan

campuran perawatan pada permukaan yang akan menerima bahan perkerasan dan

dust proofer treatment, atau membran waterproofing. Dalam udara panas, bahan-

bahan beton didinginkan (memakai es sampai air dingin) sebelum dicampur, agar

pemeliharaan dari suhu beton masih dalam batasan yang diisyaratkan dan tidak

diijinkan pemakaian air hujan untuk menambah campuran air.

Page 53: Laporan KP

40

4.2.8 Perubahan Pekerjaan

Seiring dengan berjalannya proyek, desain awal mengalami perubahan. Perubahan

desain itu menyebabkan perubahan pekerjaan. Adapun perubahan yang terjadi

adalah perubahan jumlah tulangan pada kolom dan shearwall bisa berupa

penambahan ataupun pengurangan dari desain awal.

Page 54: Laporan KP

41

BAB 5

TINJAUAN KHUSUS

5.1 Ground Water Tank

5.1.1 Pengertian Water Tank

Air adalah sumber kehidupan utama yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup

dan menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal. Ketersediaan air haruslah tetap

terjaga demi kehidupan kita bersama. Air secara umum dibagi menjadi dua

kelompok besar yaitu air bersih dan air kotor. Pembagian tersebut didasarkan

kepada kondisi dari air tersebut apakah sudah tercemar atau tidak.

Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya yang bisa dimanfaatkan

oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-

hari. Pemanfaatannya dapat beraneka ragam mulai dari kebutuhan air minum,

mandi, mencuci, dan kebutuhan yang lainnya. Air bersih tetap harus dijaga

kualitas dan kuantitasnya agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi secara

menyeluruh. Kebutuhan manusia akan air bersih tentunya mengakibatkan

dibutuhkan sebuah wadah yang dapat menampung air bersih dengan jumlah

tertentu agar tidak kekurangan.

Water tank merupakan suatu wadah untuk menampung air bersih agar

ketersediaannya dapat dijaga. Water tank memiliki kapasitas tertentu yang

disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh orang-orang yang berada di

gedung tersebut. Terdapat beberapa jenis dari water tank dilihat dari letaknya:

Page 55: Laporan KP

42

Ground Water Tank

merupakan tempat penyimpanan air yang berada di bawah tanah. Alasan

utama dipilih ground water tank karena letaknya yang terpendam di bawah

tanah sehingga memungkingkan dibangun untuk dimensi yang besar.

Alasan estetika/ keindahan dan biaya, juga yang membuat konsultan

perencana arsitektur memilih menggunakan ground water tank, karena

letaknya yang terpendam di bawah tanah dan dari segi pembuatan juga

relatif lebih murah jika dibandingkan tower water tank.

Elevated Water Tank

merupakan tempat penyimpanan air yang berada di atas suatu bangunan,

biasanya dengan menggunakan suatu tower tertentu yang memang telah

dipersiapakan secara khusus untuk menjadi tempat water tank tersebut.

5.1.2 Pembangunan Ground Water Tank

Pada proyek Gallery Ciumbuleuit 2 ini akan digunakan ground water tank dan

roof water tank sebagai tempat penampungan air namun digunakan ground water

tank sebagai tempat penampungan air utama karena memiliki dimensi yang lebih

besar sedangkan untuk roof water tank hanya akan menggunakan torrent

sebanyak 2 buah. Oleh karena itu, proses pembangunan ground water tank

menjadi penting untuk diperhatikan karena jika terjadi kegagalan pada

konstruksinya maka dapat menyebabkan kerugian bagi banyak pihak. Ground

water tank merupakan sebuah sarana yang dibangun untuk menyimpan air bersih

dengan kapasistas tertentu. Perbedaan antara ground water tank dan roof water

tank terletak pada dimana tempat penyimpanan air (storage) tersebut berada. Pada

Page 56: Laporan KP

43

roof water tank tempat penyimpannya berada di atap (roof) dari suatu bangunan,

sedangkan pada ground water tank, tempat penyimpanan air berada pada bawah

tanah. Ground water tank sendiri berkapasitas lebih besar daripada roof water

tank karena tempat penyimpannya yang berada di bawah tanah sebab jika

penampungan air berada di atap akan menjadi beban tambahan bagi struktur

bangunan yang dapat memperbesar hasil perencanaan sehingga meningkatkan

biaya dalam pembangunan bangunan tersebut.

Pada awal konstruksi ground water tank dilakukan penggalian tanah

sampai elevasi yang dibutuhkan untuk ruang mechanical dan electrical yaitu pada

-24.50 meter. Penggalian dilaksanakan dengan alat-alat berat karena volume tanah

yang harus dibuang sangat banyak dan tidak memungkinkan untuk dilakukannya

pengerjaan dengan tenaga manusia karena akan membutuhkan waktu yang lama

dan tidak efisien. Pengerjaan dengan menggunakan alat-alat berat ini

membutuhkan waktu yang lebih singkat tetapi walaupun begitu pengerjaan

ground water tank ini dibuat overlap (tumpang tindih) dengan pengerjaan yang

lain seperti pengecoran kolom dan pelat untuk struktur dari bangunan itu.

Pada saat pelaksanaan pekerjaan galian dimungkinkan tanah yang digali

tersebut basah karena pada kedalaman tertentu air tanah sudah dapat meresap

sampai lapisan tanah yang digali. Jika hal tersebut terjadi dibutuhkan bantuan

pompa untuk dapat membantu mengeringkan tanah sehingga kemungkinan

longsornya tanah ketika sedang digali menjadi lebih kecil. Kegiatan seperti itu

disebut sebagai dewatering (pada gambar 5.1), dengan bantuan pompa maka dapat

diatur permukaan air tanah sehingga tidak berada pada kedalaman dimana

penggalian akan dilaksanakan.

Page 57: Laporan KP

44

Gambar 5.1 Dewatering

Kegiatan penggalian tersebut dilakukan secara berkelanjutan, setelah

penggalian yang dilaksanakan mencapai elevasi yang direncanakan maka

selanjutnya adalah pemasangan tulangan pile cap dan tulangan pelat lantai ground

water tank yang akan dicor bersamaan. Pengecoran yang akan dilaksanakan pada

pelat lantai ground water tank ini menggunakan bahan aditif berjenis integral

waterproofing (pada gambar 5.2) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

peresapan air dari dalam tanah atau ke dalam tanah. Selain itu, pada batas sisi dari

pengecoran sebelumnya dipasang waterstop (pada Gambar 5.3) untuk mencegah

air tanah masuk ke sambungan antara beton lama dan beton baru.

Gambar 5.2 Integral Waterproofing

Page 58: Laporan KP

45

Gambar 5.3 Waterstop

Waterproofing biasa digunakan agar beton menjadi kedap air, karena

beton merupakan salah satu elemen penting dalam bangunan untuk menopang

suatu bangunan. Karena beton tersusun dari material yang tidak kedap air,

sehingga bersifat absortif, terkadang pada bagian tertentu beton diharuskan

ditempatkan pada lokasi yang bersentuhan dengan tekanan hidrostatik. Untuk itu

pada lokasi-lokasi tersebut mengharuskan beton menggunakan bahan tambahan

yang dapat membuat beton tahan air.

Tekanan hidrostatik yang tejadi pada ground water tank ini akan

berbanding lurus dengan kedalamannya artinya makin dalam maka tekanan airnya

akan semakin besar. Tekanan hidrostatik yang terjadi pada bidang tegak dapat

diplot menjadi suatu diagram tekanan berbentuk segitiga. Diagram tekanan seperti

pada Gambar 5.4 adalah diagram tekanan yang terjadi pada bidang tegak di

ground water tank seperti dinding dan kolom.

Page 59: Laporan KP

46

Gambar 5.4 Diagram Tekanan Hidrostatik pada Ground Water Tank

Berikut cara menghitung tekanan hidrostatik di ground water tank :

Rumus : P = ρ x g x h

Dimana : P adalah tekanan akibat zat cair (N/m2)

ρ adalah massa jenis zat cair yaitu 1000 kg/m3

g adalah percepatan gravitasi yaitu 9.8 m/s

2

h adalah kedalaman (m)

Contoh perhitungan :

- Tekanan yang terjadi pada kedalaman 1 meter

P = ρ x g x h

6 meter

19600 N/m2

29400 N/m2

9800 N/m2

39200 N/m2

49000 N/m2

58800 N/m2

Page 60: Laporan KP

47

1000 x 9,8 x 1 = 9800 N/m2

- Tekanan maksimum yang terjadi pada kedalaman 6 meter

P = ρ x g x h

1000 x 9,8 x 1 = 58800 N/m2

- Letak titik berat

Ῡ = 1/3 x h

1/3 x 6 = 2 meter

Integral waterproofing dan waterstop tidak hanya digunakan pada pelat

lantai ground water tank saja tetapi digunakan disemua komponen pembangun

ground water tank tersebut seperti kolom, dinding, dan balok yang menjadi batas

ground water tank. Adapun proporsi yang disarankan untuk pencampuran integral

waterproofing adalah semen yang digunakan minimum 350 kg/m3, water cement

ratio maksimum 0,45, slump awal dari campuran beton adalah 80 ± 20 mm, dosis

dari intergral waterproofing 1,5-2 liter/m3

karena jika terlalu banyak akan

menyebabkan beton tersebut akan lebih encer dan lama mengering namun

walaupun begitu kekuatan ultimate beton tersebut tidak akan turun, slump awal

dibuat kecil karena penambahan integral waterproofing akan menyebabkan

pengenceran pada campuran beton sehingga akan menambah slump pada saat

setelah ditambah menjadi 140-200 mm.

Pada pembangunan ground water tank ini jenis waterproofing yang

digunakan tidak hanya integral waterproofing tetapi juga dilapisi menggunakan

jenis waterproofing coating. Waterproofing jenis coating merupakan lapisan

pelindung anti bocor yang digunakan pada beton, dinding, atau permukaan lain

dalam bentuk cairan dengan cara kuas/coating atau spray. Jadi, waterproofing

Page 61: Laporan KP

48

coating ini digunakan pada tahap finishing setelah pipa-pipa untuk menyalurkan

air dipasang. Untuk mengatasi kebocoran di lokasi yang bersudut, dengan ukuran

yang tidak terlalu besar maka penggunaan waterproofing jenis ini lebih efisien.

Pada tahap akhir dari pembangunan ground water tank bagian dalam dari

ground water tank akan dipasangi keramik. Salah satu penyebab PT. Wijaya

Karya Gedung sebagai kontraktor memasang keramik adalah kekhawatiran akan

faktor human error saat pembangunan ground water tank ini. Maka dari itu, PT.

Wijaya Karya Gedung memasang keramik pada bagian dalamnya.

5.1.3 Kapasitas Ground Water Tank

Kapasitas ground water tank untuk bangunan Gallery Ciumbuleuit 2 adalah

sebagai berikut:

Ground Water Tank Direncanakan untuk memenuhi air bersih bervolume 760 m3

sehingga didesain ground water tank yang berdimensi 8,5 x 15 x 6 meter yang

kemudian dibagi menjadi 2 bagian yang sama besar. Supply air yang ditampung di

ground water tank ini berasal dari PDAM dan sumur bor yang pengisiannya

dilakukan secara otomatis dengan cara memasang sensor ketinggian air dengan

sistem tuas pelampung yang dipasang pada ketinggian 3 meter dan ketinggian 5,8

meter jika level air kurang dari sensor yang berada di ketinggian 2 meter maka

tuas pelampung otomatis akan terbuka dan mengisi air ke dalam ground water

tank sampai air melewati sensor yang ada di 5,8 dan tuas pelampung akan

otomatis tertutup.

Page 62: Laporan KP

49

5.1.4 Pemanfaatan Water Tank

Water tank memiliki kegunaan yang tentunya mempengaruhi pada kapasitas yang

akan digunakan. Berikut ini adalah pemanfaatan dari water tank yang kemudian

dikaitkan dengan kapasitas yang direncanakan. Water tank terdiri dari dua bagian

yaitu roof water tank dan ground water tank namun yang dibahas adalah sebatas

ground water tank.

Pada ground water tank air yang disiapkan 80% untuk dipakai oleh

penghuni Gallery Ciumbuleuit 2 untuk keperluan sehari-hari sedangkan 20%

untuk cadangan air bersih dan bisa juga untuk penanganan kebakaran yang

nantinya akan ditambah oleh air hasil sterilisasi oleh sewage treatment plant.

Pemasangan hydrant adalah hal yang utama dalam apartemen karena

merupakan biaya yang mahal untuk membangun sebuah apartement yang mewah

dan harus jauh dari resiko terjadinya kebakaran karena bukan hanya pihak pemilik

apartemen tersebut melainkan para penghuni yang lainnya juga akan mendapatkan

kerugian yang besar. Penyaluran air dari ground water tank ke masing-masing

hydrant dibantu dengan pompa tambahan. Pompa tersebut mendistribusikan air ke

hydrant yang sebelumnya tekanan air dalam pipa dicek dengan menggunakan

preassure tank.

Page 63: Laporan KP

50

5.2 Estimasi Biaya dalam Menjalankan Tower Crane per Bulan dan

Pengaruh Tower Crane terhadap Produktivitas Kerja Proyek dalam

Proses Pembangunan.

5.2.1 Pengertian Tower Crane

Menurut Rostiyanti (2002), Tower Crane merupakan suatu alat yang digunakan

untuk mengangkat material secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang

tinggi pada ruang gerak terbatas. Disebut Tower karena memiliki rangka vertikal

dengan bentuk standard dan ditancapkan pada perletakan yang tetap. Fungsi

utama dari tower crane adalah mendistribusikan material dan peralatan yang

dibutuhkan oleh proyek baik dalam arah vertikal ataupun horizontal. Tower crane

merupakan peralatan elektromotor, artinya menggunakan listrik sebagai

penggeraknya. Tenaga gerak tersebut diperoleh dari PLN maupun generator set.

Menurut Rostiyanti (2002), Jenis-jenis tower crane dibagi berdasarkan cara crane

tersebut berdiri yaitu :

Free Standing Crane

Crane yang berdiri bebas (free standing crane) berdiri diatas pondasi yang

khusus dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai

ketinggian yang besar maka kadang – kadang digunakan pondasi dalam

seperti tiang pancang.

Rail Mounted Crane

Penggunaan rel pada rail mounted crane mempermudah alat untuk

bergerak sepanjang rel tersebut. Tetapi supaya tetap seimbang gerakan

Page 64: Laporan KP

51

crane tidak dapat terlalu cepat. Kelemahan dari crane tipe ini adalah harga

rel yang cukup mahal, rel harus diletakkan pada permukaan yang datar

sehingga tiang tidak menjadi miring.

Climbing Tower Crane

Crane ini diletakkan didalam struktur bangunan yaitu pada core atau inti

bangunan. Crane ini bergerak naik bersamaan dengan struktur naik.

Pengangkatan crane dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau

hydraulic jacks. Dengan lahan terbatas maka alternative penggunaan crane

climbing.

Tied In Crane

Crane tipe ini mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100

meter. Jika diperlukan crane dengan ketinggian lebih dari 100 meter, maka

crane harus ditambatkan atau dijangkar pada struktur bangunan.

Fungsinya untuk menahan gaya horizontal.

Page 65: Laporan KP

52

5.2.2 Bagian- bagian Tower Crane

Gambar 5.5 Bagian-Bagian Tower Crane

1

2

3 4 5

6 7

8

9

10

11

Keterangan Gambar 5.5 :

1. Tie Ropes

2. Counter Weight

3. Counter Jib

4. Kabin Operator

5. Slewing Ring

6. Jib

7. Trolley

8. Hook

9. Climbing Device

10. Mast

11. Footing Block

Page 66: Laporan KP

53

1. Tie ropes

Tie ropes adalah kawat yang berfungsi untuk menahan jib supaya tetap dalam

kondisi lurus 900 terhadap tiang utama.

2. Counter weight

Counter weight adalah beban penyeimbang yang diletakan di counter jib. Dengan

adanya counterweight ini, ketika jib mengangkat beban maka tower crane tidak

tertarik ke arah beban muatan.

3. Counter jib

Counter jib adalah tiang penyeimbang dari jib.

4. Kabin operator

Tempat untuk operator tower crane mengoperasikan crane.

5. Slewing ring

Slewing ring merupakan cincin pemutar jib yang terletak di bawah kabin operator.

6. Jib

Jib merupakan tiang horizontal yang panjangnya ditentukan berdasarkan

jangkauan yang diinginkan Trolley.

7. Trolley

Trolley merupakan alat yang berada di atas hook dan dioperesikan maju mundur

sesuai daerah jangkauan yang diinginkan.

8. Hook (kait)

Kait ini dapat bergerak vertikal yang berfungsi sebagai pengangkut barang yang

akan dipindahkan oleh tower crane.

Page 67: Laporan KP

54

9. Climbing device (hydraulic)

Climbing device merupakan alat yang terletak di bawah slewing ring yang

berfungsi sebagai penambah ketinggian dari tower crane.

10. Mast (section)

Mast (tiang utama) merupakan tiang vertikal yang berdiri di atas base atau dasar.

11. Footing block

Footing block merupakan tempat (dasar) berdirinya tower crane.

Saat ini proyek konstruksi bangunan bertingkat sangat berkembang, dalam

pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat. Salah

satunya adalah perencanaan penggunaan alat konstruksi yang tepat agar dapat

menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan dilapangan dalam memilih alat

konstruksi yang terpenting adalah mengidentifikasi alat untuk mengetahui fungsi

serta cara pengoperasiannya dan dapat memperkirakan produktivitas dan efisiensi

kerja alat.

Salah satu alat yang sering digunakan pada proyek bangunan bertingkat

adalah tower crane. Alat ini digunakan sebagai alat pemindah material dari suatu

tempat ketempat lain secara vertikal maupun horizontal. Tower crane banyak

digunakan karena ketinggian tower crane dapat disesuaikan dengan tinggi

bangunan dan juga memiliki jarak jangkauan yang luas.

Masalah yang sering dihadapi kontraktor dalam pemakaian tower crane

adalah biaya pengoperasian yang cukup mahal (biaya sewa dan operasional), dan

efektifitas penggunaan tower crane terhadap jadwal proyek. Hal ini menyebabkan

terjadinya pemborosan biaya pada penggunaan tower crane, maka diperlukan

Page 68: Laporan KP

55

suatu perhitungan yang dapat menghitung efektivitas penggunaan tower crane

dimana perhitungan tersebut dapat membantu kontraktor untuk memperkirakan

produktivitas dari tower crane tersebut.

Dalam suatu konstruksi bangunan bertingkat penentuan dan pemilihan

tower crane sangatlah berpengaruh terhadap kecepatan dan percepatan pekerjaan

konstruksi nantinya.dimana hal tersebut berpengaruh terhadap produktivitas

pekerjaan yang dihasilkan sebuah tower crane. Apabila penentuan dan pemilihan

tower crane tidak sesuai dengan keadaan dilapangan maka produktivitas

pekerjaan yang dihasilkan sebuah tower crane tersebut akan berkurang hal ini

akan berdampak pada time schedule pekerjaan dan menyebabkan kemunduran

waktu penyelesaian proyek. Disamping itu akan terjadi peningkatan biaya.

Untuk itu penulis mencoba menjabarkan beberapa hal yang sangat

berpengaruh terhadap penentuan dan pemilihan tower crane yang tepat, aktivitas

dari tower crane dan manfaat dari penggunaan tower crane.

5.2.3 Penentuan dan Pemilihan Tower Crane

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tower crane antara lain:

Spesifikasi alat : berisi data-data spesifikasi alat yang dikeluarkan oleh pabrik

yang memproduksi alat tower crane seperti ketinggian tower crane, dan letak

beban maksimum pada jangkauan jib. Besarnya muatan yang dapat diangkat oleh

tower crane telah diatur dan didapatkan dalam manual operasi tower crane yang

dikeluarkan oleh pabrik pembuat tower crane tersebut. Prinsip dalam penentuan

beban yang bias diangkat adalah berdasarkan prinsip momen. Jadi pada jarak dan

Page 69: Laporan KP

56

ketinggian tertentu tower crane memiliki momen batas yang tidak boleh dilewati.

Panjang lengan muatan dan daya angkut muatan merupakan suatu perbandingan

yang bersifat linear. Perkalian panjang lengan dan daya angkat maksimum pada

setiap titik adalah sama dan menunjukkan kemampuan momen yang bisa diterima

oleh tower crane tersebut.

Kondisi Proyek : merupakan gambaran umum proyek yang dikerjakan seperti

luas area proyek, ketinggian bangunan, dan jam kerja perhari.

Volume Pekerjaan : karakteristik material yang akan diangkat oleh tower crane.

Kemudahan Pelaksanaan : pemasangan dan pembongkaran tower crane tidak

boleh menggangu struktur bangunan yang ada disekitar proyek ataupun struktur

bangunan yang akan di bangun.

5.2.4 Estimasi Biaya dalam Menjalankan Tower Crane per Bulan

Spesifikasi Peralatan Tower Crane

Penentuan tipe dan jenis peralatan ( spesifikasi peralatan seperti pada Tabel 5.1)

merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum menghitung kapasitas operasi

peralatan dan waktu pelaksanaan, serta biaya pelaksanaan. Spesifikasi dari tower

crane yang digunakan adalah tipe Free Standing Crane karena tipe tower crane

ini mampu berdiri bebas dengan pondasi khusus untuk tower crane itu sendiri :

dengan Lifting capacity ; 2,4 ton di ujung jib dan maximum capacity ; 8 ton dan

memiliki jib radius 61,5 m yang karena mampu menjangkau 100% area proyek.

Page 70: Laporan KP

57

Tabel 5.1 Tabel Spesifikasi Tower Crane

Penggunaan tarif PLN untuk 20 kwh pertama besarnya tarif Rp. 390/jam , untuk

40 kwh pertama sebesar Rp. 445/jam , untuk kwh berikutnya tarif sebesar Rp

495/jam.

Tower crane menggunakan daya sebesar 44 KVA atau 44 kwh dengan pengunaan

efektif alat sehari selama 12 jam maka dapat dihitung besarnya pengeluaran dalam

satu bulan biaya yang dikeluarkan untuk daya penggerak tower crane sebagai

berikut:

30 x 12 x 44 x Rp. 495 = Rp. 7.840.800

Tower crane yang digunakan free standing dengan kapsitas 1,4 ton/45 m dengan

harga/6 bulan sebesar Rp. 35.000.000 maka per bulan biaya yang harus

dikeluarkan sebesar kurang lebih Rp. 5.833.333

Gaji operator alat berat tower crane dalam sebulan sebesar Rp. 5.000.000

Page 71: Laporan KP

58

Maka dapat disimpulkan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk

pengoperasian tower crane dapat dihitung sebagai berikut:

Rp.7.840.000 + Rp. 5.833.333 + Rp. 5.000.000 = Rp. 18.673.333

5.2.5 Pengaruh Tower Crane terhadap Produktivitas dalam Proses

Pembangunan

5.2.5.1 Produktivitas Tower Crane menurut Imam Soeharto,(1997)

Dengan mengacu pada prinsip kerja tower crane dan pemilihan serta pemilihan

tower crane yang tepat maka kita dapat menghitung produktivitas sebuah tower

crane. Secara umum produktivitas adalah produk atau hasil kerja dibagi satuan

kerja sumber daya manusia atau alat.

Maka indeks produktivitas =

Dimana:

h merupakan jumlah jam kerja tower crane yang sesungguhnya digunakan untuk

menyelesaikan proyek.

H merupakan jam kerja tower crane yang diperlukan untuk menyelesaikan

pekerjaan identik pada kondisi standar.

Pada proyek konstruksi produktivitas alat adalah hasil kerja dari sebuah

alat persatuan waktu. Satuan produktivitas tower crane sangat dipengaruhi oleh

waktu siklus. Waktu siklus adalah waktu tempuh yang diperlukan tower crane

untuk melakukan satu kali putaran yang terdiri dari gerakan vertikal (hoist),

Page 72: Laporan KP

59

horisontal (trolley), dan perputaran (swing). Di mana ketiga gerakan utama ini

terdiri dari enam tahap pekerjaan yaitu: mengikat material, mengangkat,

memutar, menurunkan dan melepaskan material sampai kembali lagi menuju

lokasi persediaan material.

Waktu siklus meliputi waktu tetap (fixed time) dan waktu variable

(variable time). Waktu tetap meliputi waktu mengikat dan melepas material yang

tergantung pada jenis material yang diangkat, untuk setiap pekerjaan memiliki

waktu tetap yang berbeda misalnya waktu untuk mengikat tulangan berbeda

dengan waktu untuk mengikat bekisting. Waktu variable tergantung pada jarak

tempuh vertikal bergantung tinggi angkat, waktu tempuh rotasi bergantung sudut

putar, dan waktu tempuh horizontal tergantung pada jarak titik tujuan dan sumber

material. Waktu tersebut dikategorikan dalam jarak tempuh:

Jarak Tempuh Vertikal : jarak tempuh vertical tower crane adalah jarak

total yang ditempuh oleh hoist secara vertikal. Jarak tempuh vertikal meliputi

jarak tempuh vertikal angkat dan jarak tempuh vertikal kembali. Jarak tempuh

vertikal angkat untuk pengecoran, tulangan, bekisting berbeda dengan jarak

tempuh vertikal untuk pengangkatan material.

Jarak Tempuh Rotasi : jarak tempuh rotasi berupa sudut rotasi. Sudut

rotasi adalah sudut yang terbentuk antara sumber tower crane ke tujuan. Jarak

tempuh rotasi meliputi jarak tempuh rotasi angkat ketempat tujuan material dan

jarak tempuh rotasi kembali ke sumber material.

Page 73: Laporan KP

60

Jarak Tempuh Horizontal : jarak tempuh horizontal tower crane adalah

jarak total yang ditempuh oleh trolley secara horizontal. Jarak tempuh horizontal

meliputi jarak tempuh horizontal angkat dan jarak tempuh horizontal kembali.

5.2.5.2 Produktivitas Pada Pekerjaan Pemindahan Material menurut Varma,

(1979)

Material yang dipindahkan seperti scafilding, muliplex, besi beton, beton pre cast,

pasir, batu bata, atap rangka baja, unit-unit elektrikal dan mekanikal. Data-data

yang diperlukan untuk menentukan produktivitas tower crane pada pemindahan

material diantaranya berat material dan waktu siklus untuk perpindahan maka

hubungan antara produktivitas material dan barat material adalah sebagi berikut P

Dimana :

P merupakan produktivitas material.

B merupakan berat material yang dipindahkan.

N merupakan jumlah siklus pekerjaan per jam.

5.2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Produktivitas alat tower crane dipengaruhin oleh kondisi alat, kondisi lapangan,

manajemen proyek dan kemampuan operator.

Kondisi alat : umur ekonomis alat sangatlah mempengaruhi produktivitas

tower crane. Alat tower crane yang telah melebihi produktivitasnya lebih

rendah jika dibandingkan dengan alat tower crane yang belum melebihi

umur ekonomisnya. Untuk menjaga agar alat tower crane tetap pada

Page 74: Laporan KP

61

kondisi baik maka perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik yaitu

sebulan sekali.

Kondisi Lapangan : kondisi lapangan suatu proyek konstruksi sangat

mempengaruhi produktivitas alat tower crane. Kondisi lapangan yang

penuh dengan hambatan akan menyebabkan produktivitas tower crane

menurun faktor-faktor tersebut diantaranya kondisi disekitar proyek misal

terdapat bangunan tinggi yang membatasi ruang gerak tower crane,

kondisi cuaca misal hujan atau angin yang menyebabkan tower crane

harus berhenti beroperasi, jenis material yang diangat dapat mempengaruhi

kecepatan tower crane.

Faktor Manajemen: menurut Peurifoy (1997) kondisi manajemen yang

baik dan teratur akan semakin meningkatkan produktivitas tower crane.

Sebaliknya kondisi manajemen yang buruk akan menurunkan

produktivitas tower crane faktor manajemen meliputi pemeliharaan untuk

mengntrol dan menjaga kondisi tower crane, tata letak tower crane yang

baik akan memperlihatkan suatu penyususnan daerah kerja dan peralatan

(site layout) yang paling ekonomis untuk dilaksanakan, penempatan

material diausahakan mudah dijangkau tower crane, rencana kerja dapat

mambantu pemasangan dan pembongkaran material.

Kemampuan operator: operator tower crane merupakan orang yang paling

penting konstribusinya terhadap penggunaan tower crane yang aman dan

ekonomis. Operator tower crane harus memiliki keahlian dalam

mengoprasian serta mekanisme tower crane.

Page 75: Laporan KP

62

Proses pemindahan material menggunakan tower crane membutuhkan

perhatian besar. Selain karena alat tersebut cukup besar jangkauan penghilahan

operator juga kadang kal terbatas, maka dari itu seorang operator saja tidak cukup,

butuh bantuan orang lain.

Dengan melakukan perencanaan perhitungan awal yang tepat dan cermat

dalam hal melakukan pemilihan, penentuan sebuah tower crane atau lebih

ditambah tata letak tower crane serta kondisi lapangannya. Hal ini membuat

kontraktor memiliki nilai lebih dalam hal time schedule dimana produktivitas

pekerjaan pengankatan akan lebih baik, kontraktor bisa memperkirakan waktu

penggunaan tower crane dan penghematan biaya operasional dan sewa tower

crane, seperti yang kita ketahui bersama biaya operasional dan sewa dari tower

crane ini sangatlah mahal.

Kerugian pemilihan tower crane ini lebih kepada kesalahan kontraktor dalam

menganalisa dan mengkaji pemasangan tower crane baik sebuah maupun lebih.

Sebagai contoh menganalisa produktivitas yang efektif, sehinga penyewaan lebih

lama yang akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Kerugian lainya berkaitan

dengan tata letak tower crane, kondisi lapangan yang sulit untuk mengoprasikan

tower crane sehinga menyebakan produktivitas kerja tower crane menurun.

Penempatan tower crane yang tepat pada lokasi proyek akan dapat

memperlancar kegiatan proyek. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menganalisa

kondisi lokasi proyek, diantaranya jalur mobilisai alat tersebut terhadap

perencanan tata letak atau penempatan baik itu penimbunan material, gudang,

kantor dan lainnya. Dimana penempatan alat ini harus mampu dimanfaatkan

semaksimal mungkin dalam proses pelaksanaan proyek tersebut.

Page 76: Laporan KP

63

Posisi operasional tower crane adalah penempatan tower crane pada suatu

lokasi proyek untuk melakukan pekerjaan pengangkatan, pengecoran dan lain –

lain. Dimana radius perputaran dari tower crane tersebut dapat mampu

menjangkau seluruh lokasi proyek sehingga tower crane dapat menyelesaikan

pekerjaan sefektif mungkin.

Menurut (Nugraha dkk,1985), dalam menentukan tata letak alat tower crane

harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ini :

1. Arah gerak atau lintasan tower crane sebaiknya sejajar dengan arah

memanjang dari bangunan.

2. Harus tersedia ruang cukup untuk proses erection dan dismantling.

3. Dengan ukuran tower crane yang minimum, radius dan tinggi dan dapat

menjangkau 100 % area gedung. Letak tower crane direncakan sebaiknya

mengikuti poin-poin berikut :

o letak crane tepat ditengah – tengah bangunan dari posisi

memanjang, karena pada posisi tersebut tower crane dapat

menjangkau 100 % area bangunan dengan jib radius yang

minimum.

o tower crane berada di samping kanan bangunan dari tampak utara

dengan free standing setinggi 50 m supaya tidak membentur

bangunan lain pada saat proses kerja.

o jarak tower crane dari bangunan disesuaikan dengan data teknis

dari tipe tower crane yang digunakan. Letak penempatan tower

crane sendiri sesuai dengan kondisi eksisting di lapangan.

Page 77: Laporan KP

64

5.3 Proses Pengerjaan Bored Pile

5.3.1 Pengertian Bored Pile

Bored pile adalah salah satu pondasi dalam yang merupakan elemen struktur yang

berfungsi meneruskan beban kepada tanah, baik beban dalam arah vertikal

maupun horizontal. Pada umumnya pondasi bored pile digunakan untuk pondasi

jembatan, pondasi menara tinggi, pondasi fasilitas dok, pondasi bangunan ringan

pada tanah lunak, sebagai barisan tiang atau soldier piles untuk meningkatkan

stabilitas lereng atau sebagai dinding penahan tanah, pondasi bangunan tinggi, dan

struktur yang membutuhkan gaya lateral yang cukup besar, dan lain-lain

Dalam proyek pembangunan Gallery Ciumbuleuit 2 kondisi tanah

sangatlah labil, lunak, dan tidak seragam. Karena itu digunakan bored pile untuk

keperluan sebagai pondasi bangunan struktur yang membutuhkan gaya lateral

yang cukup besar sedangkan kondisi tanah di permukaan dangkal adalah lunak

dan sebagai barisan tiang atau soldier piles untuk meningkatkan stabilitas tanah

dan sebagai dinding penahan tanah karena adanya longsor akibat tanah yang labil.

5.3.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan Untuk Bored Pile

Berikut adalah bahan yang digunakan dalam pengerjaan bored pile di Gallery

Ciumbuleuit 2 Appartement :

1. Besi Tulangan

Setiap bored pile pada proyek ini menggunakan 21 tulangan utama dengan

diameter 16 mm dengan panjang 12 m dan sengkang menggunakan besi

tulangan dengan diameter 10 mm dipasang setiap jarak 15 cm. Tulangan

Page 78: Laporan KP

65

dianyam menyesuaikan dengan bentuk bored pile (dapat dilihat pada Gambar

5.6). Diameter tulangan yang sudah dianyam 80 cm.

Gambar 5.6 Besi Tulangan Bored Pile

2. Beton

Seluruh bored pile pada proyek pembangunan Gallery Ciumbuleuit 2

Appartement menggunakan beton tipe D. Beton tipe D mempunyai

spesifikasi sebagai berikut :

Ratio air semen maksimum : 0,55

Mininmum semen konten per volume beton : 343 kg/cm3

Kekuatan karakteristik : 25 Mpa

Campuran beton tipe D tersebut menggunakan slump 16 ± 2 cm sehingga

campuran beton akan menjadi semakin cair. Hal ini bertujuan agar pada saat

campuran beton masuk ke dalam pipa tremi tidak ada material yang

tersangkut.

Page 79: Laporan KP

66

Berikut adalah peralatan yang digunakan dalam pengerjaan bored pile di Gallery

Ciumbuleuit 2 :

1. Mesin Bor

Pengerjaan bored pile di Gallery Ciumbuleuit 2 menggunakan mesin bor

yang disebut Bored Pile Soilmec (dapat dilihat pada Gambar 5.7). Hal ini

dikarenakan kedalaman bor yang harus di gali bervariasi dari 10 m sampai 20

m. Bored Pile Soilmec merupakan alat utama dalam melaksanakan bored pile.

Gambar 5.7 Bored Pile Soilmec

Bored Pile Soilmec dilengkapi dengan 2 jenis mata bor yang dapat diganti

sesuai kebutuhan, yaitu :

a. Bucket Auger

Bucket auger digunakan untuk menggali sekaligus mengangkat tanah

galian ke permukaan. Boring bucket ini mempunyai diameter 80 cm dan

tinggi 80 cm. (dapat di lihat pada Gambar 5.8).

Gambar 5.8 Bucket Auger

Page 80: Laporan KP

67

b. Flight Auger

Flight auger adalah salah satu mata bor yang berfungsi untuk menggali

tanah dan material lainnya di dalam tanah. Flight auger digunakan ketika

pada saat tahap penggalian ditemukan batuan yang keras yang tidak dapat

dihancurkan oleh bucket auger (Flight Auger dapat dilihat pada Gambar

5.9).

Gambar 5.9 Flight Auger

2. Pipa Tremi

Pipa tremi adalah pipa yang digunakan sebagai saluran untuk memasukan

campuran beton kedalam lubang galian bored pile (dapat dilihat pada gambar

5.10). Pipa tremi yang digunakan pada proyek ini mempunyai diameter 20

cm dan panjang 3 m.

Gambar 5.10 Pipa Tremi

Page 81: Laporan KP

68

3. Casing

Casing pada bored pile digunakan untuk mencegah tanah yang berada

didalam lubang mengalami runtuh dan menutup kembali galian. Casing pada

proyek ini mempunyai diameter 80 cm dan panjang 2 m (dapat dilihat pada

Gambar 5.11).

Gambar 5.11 Casing

4. Corong Tremi

Corong tremi digunakan untuk mempermudah memasukan campuran beton

kedalam pipa tremi. Corong tremi mempunyai sisi 40x40cm dan diameter

bagian bawah ± 20 cm (dapat di lihat pada Gambar 5.12).

Gambar 5.12 Corong Tremi

Page 82: Laporan KP

69

5. Concrete Pump dan Talang

Concrete Pump dan Talang digunakan untuk membawa campuran beton dari

mixing truck ke corong (dapat dilihat pada Gambar 5.13). Hal ini dapat

dilakukan karena posisi truk mixer berada di elevasi yang lebih tinggi dari

lokasi yang akan dilakukan pengecoran, sehingga campuran beton dapat

dialirkan.

Gambar 5.13 Concrete Pump

6. Mixing Truck

Mixing Truck digunakan untuk membawa beton dari batching plant ke lokasi

pengecoran. Mixing Truck yang digunakan mempunyai volume mixer 5 m3

dan 6 m3

(dapat dilihat pada gambar 5.14).

Gambar 5.14 Mixing Truck

Page 83: Laporan KP

70

5.3.3 Metode Bored Pile di Gallery Ciumbuleuit 2

Metode pelaksanaan bored pile di Gallery Ciumbuleuit sama seperti

pelaksanaan bored pile pada umumnya. Tahapan pelaksanaan pekerjaan bored

pile di Gallery Ciumbuleuit 2 (dapat dilihat pada gambar 5.15) yang pertama

adalah melakukan pengeboran tanah pada titik yang sudah ditentukan

menggunakan clay auger hingga kedalaman 5 meter setelah itu memasukan

casing ke dalam lubang yang sudah di gali. Setelah itu, melanjutkan galian hingga

kedalaman sesuai dengan rencana kedalaman bored pile pada titik tersebut. Lalu,

memasukan baja tulangan ke dalam lubang yang sudah dibor tersebut dan bila

lubang tersebut kedalamannya lebih dari 12 meter maka baja tulangan akan

disambung.

Setelah itu, memasukan pipa tremi kedalam lubang, pipa tremi disambung

hingga mencapai dasar kedalaman lubang bored pile tersebut. Hal ini dilakukan

secara paralel dengan mempersiapkan talang. Setelah pipa tremi siap dipasang

corong diatasnya untuk memudahkan beton masuk kedalam pipa tremi. Setelah

itu, pemasangan talang karena pada saat pengecoran beton dialirkan secara

gravitasi.

Setelah pipa tremi dan talang siap pengecoran dapat dilakukan dengan

memasukan campuran beton kedalam corong. Setelah bagian dasar dari lubang

tersebut dicor pipa tremi akan dilepas secara bertahap sambil melakukan

pengecoran. Setelah selesai mengecor casing dapat dilepaskan.

Page 84: Laporan KP

71

Gambar 5.15 Metode Pondasi Bored pile

5.3.4 Pelaksanaan Bored Pile di Gallery Ciumbeuluit 2

Bored pile di Gallery Ciumbuleuit 2 digunakan sebagai pondasi bangunan struktur

apartemen yang membutuhkan gaya lateral yang cukup besar sedangkan kondisi

tanah di lokasi proyek berkontur, lapis tanah bagian atas pada daerah lereng cukup

baik tetapi pada bagian dekat sungai berupah tanah lunak.

Bored pile pada struktur ini juga berfungsi sebagai perkuatan agar struktur

tidak bergerak akibat adanya aliran air sungai yang mendorong secara terus

menerus dan juga mencegah agar struktur tidak guling akibat adanya uplift yang

cukup besar yang ditimbulkan oleh aliran air sungai. Setiap bagian bored pile

mempunyai kedalaman yang berbeda-beda.

Page 85: Laporan KP

72

Yang kedua adalah sebagai barisan tiang atau soldier piles untuk

meningkatkan stabilitas lereng dan atau sebagai dinding penahan tanah karena

adanya longsor akibat penggalian dengan volume yang besar dan tanah yang labil.

Dipilihnya soldier pile dengan menggunakan barisan tiang bored pile.

Pada pelaksanaan bored pile PT. Wijaya Karya Gedung mempunyai

subkontraktor. Subkontaktor yang melakukan pekerjaan bored pile yaitu PT.

FRANKIPILE INDONESIA.

Pelaksanaan bored pile di Gallery Ciumbuleuit 2 sudah sesuai dengan

metoda kerja yang ada namun dalam pelaksanaanya sering kali terjadi hal-hal

yang tidak terduga yang menyebabkan pelaksanaan bored pile menjadi terlambat.

Pada pengerjaan satu titik bored pile membutuhkan waktu satu hari penuh.

Berikut adalah detil lengkap untuk pelaksanaan satu titik bored pile dengan

kedalaman 20 m:

1. Melakukan pengeboran tanah pada titik yang sudah ditentukan menggunakan

bored pile soilmac (dapat dilihat pada gambar 5.16) hingga kedalaman 5 m.

Dalam satu cycle pengeboran dengan bucket auger dapat menggali hingga

± 40 cm.

Maka untuk menggali kedalaman 5 m diperlukan :

,dengan 1 cycle membutuhkan waktu ± 3

menit.

Maka waktu yang diperlukan adalah 3 x 13 = 39 menit.

Page 86: Laporan KP

73

Gambar 5.16 Memulai Pengeboran untuk Bored Pile

2. Memasukan casing ke dalam lubang yang sudah di gali (dapat dilihat pada

gambar 5.17).

Pada tahap ini diperlukan waktu ± 6 menit.

Gambar 5.17 Memasukkan Casing Ke Lubang Bored Pile

3. Melanjutkan galian hingga kedalaman sesuai dengan rencana kedalaman

bored pile (dapat dilihat pada gambar 5.18) yaitu 20 m.

Pada penggalian hingga 20 m, pekerja menyemprotkan air ke dalam

lubang. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penggalian.

Maka untuk menggali sisa kedalaman 15 m diperlukan :

Page 87: Laporan KP

74

,dengan 1 cycle membutuhkan waktu ± 3

menit.

Maka waktu yang diperlukan adalah 3 x 38 = 114 menit.

Gambar 5.18 Melanjutkan Galian Lubang Bored Pile

4. Memasukan baja tulangan ke dalam lubang yang sudah dibor tersebut (dapat

dilihat pada gambar 5.19).

Pada tahap ini diperlukan waktu ± 20 menit

Gambar 5.19 Memasukkan Baja Tulangan Bored Pile

Page 88: Laporan KP

75

5. Besi tulangan disambung (dapat dilihat pada gambar 5.20).apabila kedalaman

lubang lebih dari 12 m.

Pada tahap ini diperlukan waktu ± 30 menit

Gambar 5.20 Menyambung Baja Tulangan Bored Pile

6. Memasukan pipa tremi kedalam lubang (dapat dilihat pada gambar 5.21), pipa

tremi disambung hingga mencapai dasar kedalaman lubang bored pile

tersebut.

Satu pipa tremi dengan panjang 3 m memerlukan waktu ± 2,5 menit

Untuk lubang dengan kedalaman 20 m dipasang 7 buah pipa tremi

Maka waktu yang diperlukan adalah 2,5 x 7 = 17,5 menit

Page 89: Laporan KP

76

Gambar 5.21 Memasukkan Pipa Tremi Ke Dalam Lubang Bored Pile

7. Pasang corong diatas pipa tremi (dapat dilihat pada gambar 5.22).

Pada tahap ini diperlukan waktu ± 1,5 menit

Gambar 5.22 Memasang Corong Di Atas Pipa Tremi

Page 90: Laporan KP

77

8. Pemasangan talang karena pada saat pengecoran beton dialirkan secara

gravitasi (dapat dilihat pada gambar 5.23).

Pada tahap ini diperlukan sangatlah relatif tergantung dari lokasi titik bor,

namun waktu yang diperlukan berkisar antara ± 60 menit.

Gambar 5.23 Memasang Talang Saat Pengecoran

9. Melakukan pengecoran dengan memasukan campuran beton kedalam corong

(dapat dilihat pada gambar 5.24).

Satu titik bored pile dengan kedalaman 20 m dan diameter 80 cm

mempunyai volume = 0,25 x π x 0,82 x 20 = 10 m

3, namun karena pada

saat pengecoran sering terjadi tumpah pada campuran beton maka volume

ditambah menjadi 12 m3.

Satu mixing truck mempunyai volume 5 m3

Jumlah mixing truck yang diperlukan :

Page 91: Laporan KP

78

Waktu yang di perlukan satu mixing truck untuk mengecor adalah 10

menit dan waktu parkir yang diperlukan adalah 2 menit maka total waktu

satu mixing truck adalah 12 menit.

Maka waktu yang diperlukan adalah 3 x 12 = 36 menit

Pada saat pengecoran air tidak bercampur dengan beton melainkan meluap

ke permukaan.

Gambar 5.24 Melakukan Pengecoran

10. Melepas pipa tremi. Pada tahap ini pipa tremi di lepas secara bertahap sambil

melanjutkan pengecoran (dapat dilihat pada gambar 5.25).

Satu pipa tremi dengan panjang 3 m memerlukan waktu ± 3 menit

Untuk lubang dengan kedalaman 20 m dipasang 7 buah pipa tremi

Maka waktu yang diperlukan adalah 3 x 7 = 21 menit

Page 92: Laporan KP

79

Gambar 5.25 Melepas Pipa Tremie

11. Melepas casing (dapat dilihat pada gambar 5.26).

Pada tahap ini diperlukan waktu ± 6 menit

Gambar 5.26 Melepas Casing

Page 93: Laporan KP

80

Jadi total waktu yang diperlukan untuk satu titik dengan metoda yang sudah

ada dan dalam kondisi normal adalah : 39 + 6 + 114 + 20 + 30 + 17,5 + 1,5 +

60 + 36 + 21 + 6 = 351 menit = 5,85 jam.

12. Bored pile yang sudah selesai sesuai lokasi titik pengeboran diikat dan

dihubungkan antara bored pile lainnya dengan pile cap.

Namun banyak sekali hambatan sehingga pada saat pengerjaan bored pile

seringkali membutuhkan waktu yang lebih lama. Hambatan yang sering

sekali terjadi adalah:

Longsornya tanah sehingga lubang yang sudah digali tertutup kembali

sebagian. Hal ini seharusnya ditanggulangi dengan menggunakan slurry

yaitu campuran air dengan bentonite. Meskipun kurang efektif tetapi

pengeboran dapat dilanjutkan. Jumlah tanah yang dapat digali pun

berkurang. Pada awalnya satu cycle dapat menggali hingga ± 40 cm

berkurang menjadi ± 20 cm. Hal ini akan menyebabkan bertambahnya

waktu pengerjaan.

Adanya batuan yang cukup keras. Hal ini menyebabkan waktu pengeboran

menjadi lebih lama. Karena dengan mata bor yang tajam sekalipun tetap

memerlukan waktu tambahan.

Bored pile soilmac yang digunakan sudah cukup tua dan berada dalam

kondisi yang kurang baik, sehingga seringkali terjadi kerusakan mesin.

Kerusakan ini membutuhkan waktu perbaikan yang cukup lama. Karena

itu waktu pengerjaanpun menjadi bertambah.

Page 94: Laporan KP

81

Beton yang terlambat datang. Pada proyek pembangunan Gallery

Ciumbuleuit 2 akan mengakibatkan waktu pengerjaan pembetonan bored

pile bertambah.

Akibat hambatan-hambatan tersebut waktu tambahan yang dibutuhkan tidak dapat

dipastikan. Hal ini jelas sangat merugikan pihak kontraktor.

Page 95: Laporan KP

82

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama kerja praktek dari tanggal 16

Januari 2012 sampai dengan tanggal 15 Mei 2012, dapat ditarik beberapa

simpulan dan saran, diantaranya adalah sebagai berikut

6.1 Simpulan

Beberapa simpulan yang ditarik, antara lain :

1. Pengawasan yang baik dan kontinu serta ketelitian dalam setiap tahap

pelaksanaan pekerjaan akan sangat menentukan dalam mendapatkan hasil

pekerjaan yang sesuai dengan rencana yang diinginkan.

2. Sejauh ini PT. Wijaya Karya Gedung sebagai kontraktor telah

menjalankan proyek Gallery Ciumbuleuit 2 ini dengan baik karena dapat

dilihat dari progres pembangunan gedung yang terhitung cepat dan

hubungan yang baik dari seluruh staf dan karyawan.

3. Ground Water Tank merupakan tempat penyimpanan air yang utama bagi

gedung Gallery Ciumbuleuit 2 ini sehingga harus memiliki dimensi yang

besar agar cukup untuk memenuhi kebutuhan air seluruh penghuninya.

4. Alasan utama PT. Wijaya Karya Gedung memilih pondasi bored pile

karena letak tanah keras yang dalam sehingga harus menggunakan

pondasi dalam dan agar tidak mengganggu penduduk karena jika

menggunakan tiang pancang akan menyebabkan kebisingan.

Page 96: Laporan KP

83

5. Dalam pemilihan dan penggunaan peralatan yang akan digunakan harus

memperhatikan aspek biaya, aspek efektifitas dan efisiensi dari alat

tersebut terutama dalam penggunaan tower crane.

6.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan

konstruksi pada proyek, adalah :

1. Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek ini, pengawas harus mempunyai

alternatif dalam mengantisipasi dan mengambil tindakan atau keputusan

yang tepat, sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan lancar dan

tidak terjadi keterlambatan didalam penyelesaian pekerjaan, dimana

pekerjaan harus selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

sebelumnya.

2. Seharusnya koordinasi antara pemilik (owner), arsitek, dan kontraktor

lebih diperkuat agar pembangunan proyek berjalan sinergis, sehingga bisa

lebih efektif, efisien dan ekonomis.

Page 97: Laporan KP

85

LAMPIRAN

Page 98: Laporan KP

LAMPIRAN L1

DRAFT TINJAUAN KHUSUS

Page 99: Laporan KP

LAMPIRAN L2

LAPORAN FAKTUAL PENYELIDIKAN

TANAH

Page 100: Laporan KP

LAMPIRAN L3

JOBMIX FORMULA TRIALMIX

Page 101: Laporan KP

LAMPIRAN L4

DENAH LOKASI UJI PENYELIDIKAN

TANAH

Page 102: Laporan KP

LAMPIRAN L5

ABSENSI KERJA PRAKTEK

Page 103: Laporan KP

LAMPIRAN L6

UNDANG-UNDANG

KESELAMATAN KERJA

Page 104: Laporan KP

LAMPIRAN L7

KELENGKAPAN K-3

Page 105: Laporan KP

LAMPIRAN L8

ABSENSI KERJA PRAKTEK