laporan kimia anorganik percobaan 6

Upload: indri-savitri-f

Post on 06-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Laporan Kimia Anorganik Percobaan 6

    1/9

    1

    LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

    KIMIA ANORGANIK 2

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    2016

    Kelompok 2 ( Dua )

    Nama : Indri Savitri ( 06101181320024 )

    Anggota : 1. Agustin kurniati

    2. Hera Pramita

    3. Indri Permata Sari

    4. Ria Astuti

    5. Wiwit Apriliyani

    Dosen Pengampu : Drs. M. Hadeli L, M.Si.

    “Stoikiometri Kompleks Amin - Tembaga (II)“

  • 8/18/2019 Laporan Kimia Anorganik Percobaan 6

    2/9

    2

    LAPORAN TETAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 2

    I. PERCOBAAN KE : 6 (Enam)

    II. TANGGAL PERCOBAAN : 02 Maret 2016

    III. JUDUL PERCOBAAN : Stoikiometri Kompleks Amin -Tembaga (II)

    IV. TUJUAN : Menentukan rumus molekul amin-tembaga (II)

    V. DASAR TEORI

    Tembaga; sifat khas adalah

    tembaga termaksud logam transisi,

    tembaga dapat membentuk ion

    kompleks, tembaga mempunyai

    bilangan oksidasi +1 dan +2 dalamsenyawa, ion tembaga (I) tidak stabil

    dalam air; mengalami reaksi

    disporposionasi. Pemekatan dilakukan

    dengan cara flotasi. Konsentrasi

    mengandung 25 -30% tembaga sebagai

    Cu2S dengan FeS sebagai pengotor.

    Pemurnian dilakukan secara

    elektrolisis pada suhu 50   –  60oC dari

    larutan CuSO4 yang diasamkan

    (Ahmad, 2001). Mineral yang paling

    umum adalah chalcopyrite CuFeS2.

    Tembaga diekstraksi dengan

    permanganan dan peleburan oksidatif,

    atau dengan pencucian dengan bantuan

    mikroba, yang diikuti oleh

    elektrodeposisi dari larutan sulfat.

    Tembaga digunakan dalam aliasi

    seperti kuningan dan bercampur

    sempurna dengan emas. Ia sangat

    lambat teroksidasi superficial dalam

    uap udara, kadang   –  kadang

    menghasilkan lapisan hijau hidrokso

    karbonat dan hidrokso sulfat (dari SO2

    dalam atmosfer) (Wilkson, 1989).

    Senyawa yang unsure logam

    transisinya mempunyai bilangan

    oksidasi tinggi cenderung agak kovalen, sedangkan yang bilangan

    oksidasinya lebih rendah cenderung

    lebih ionic. Contohnya oksida   – oksida:

    Mn2O7 adalah senyawa kovalen

    berwujud cair pada suhu kamar

    (mengkristal hanya pada suhu 6oC),

    tetapi Mn3O4 adalah senyawa ionic,

    mengandung baik Mn (II) maupun

    Mn(III), yang meleleh pada suhu

    1564oC. oksida kovalen cenderung

    berupa anhidrida asam, sedangkan

    oksida ionic cenderung basa, sama

    seperti pada unsure golongan utama

    (Oxtoby, 2003). Dimanapun tidak ada

    perbedaan mendasar tentang senyawa

    logam transisi yang dibandingkan

    dengan senyawa yang terdapat dalam

    kelompok unsure. Dalam suatu teori

    valensi menerapkan kelomok unsure

    dapat berhasil menerapkan unsure

    transisi. Secara umum, metode MO

    aplikasi senyawa logam transisi

  • 8/18/2019 Laporan Kimia Anorganik Percobaan 6

    3/9

    3

    memberikan kesalahan dan manfaat

    yang banyak, yang lain seperti level

    approxi adalah cukup baik, hanya yang

    lain ada penyebabnya (Cotton, et all.,

    1995).

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa kandungan konsentrasi tertinggi

    logam Cu terdapat pada badan karang

     jenis bercabang di Pulau Sertung yaitu

    0,084 ppm, sedangkan di air logam Cu

    tidak terdeteksi di setiap stasiun

    penelitian. Dari hasil analisis diketahui

    bahwa beberapa stasiun di ketiga pulau

    tersebut memiliki kandungan

    konsentrasi logam Cu pada badan

    karang yang telah melebihi ambang

    batas yang telah ditetapkan oleh

    Menteri Lingkungan Hidup, yaitu <

    0,01 ppm (Rahman, 2005).

    VI.ALAT DAN BAHAN

    Buret 50 ml, mikroburet 5 ml

    Corong pemisah 250 ml

    Erlenmeyer

    Pipet gondok 10 ml

    Beker gelas

    Larutan Standar H2C2O4 0,1 M,

    Dibuat dengan melarutkan 0,63

    gram H2C2O4.H2O dalam air

    sedemikian sehingga volume

    mencapai 50 ml

    Larutan ammonia 1 M, Dibuat

    dengan melarutkan 18,7 ml

    larutan NH3 25%, massa jenis

    0,91 kg/lt, dalam air

    sedemikian sehingga volume

    menjadi 250 ml

    Larutan Cu2+ 0,1M, Dibuat

    dengan melarutkan 6,242 gr

    CuSO4.5H2O dalam air

    sedemikian sehingga volume

    menjadi 250 ml

    Larutan HCL 0,055 M

    Larutan NaOH 0.1M

    Kloroform

    Indicator PP

    VII. PROSEDUR PERCOBAAN

    1. Standarisasi beberapa larutan

    a. Larutan NaOH 

    1. Siapkan buret 50 ml dan diiisi larutan NaOH yang akan distandarisasi

    2. Siapkan 3 buah Erlenmeyer dan diisi dengan masing-masing 10 ml larutan

    standar H2C2O4 dan ditambah 2 tetes iindicator pp, kemudian dititrasi dengan

    larutan NaOH yang akan dititrasi

    3. Hitung konsentrasi NaOH

  • 8/18/2019 Laporan Kimia Anorganik Percobaan 6

    4/9

    4

    b. Larutan HCl

    Dilakukan standarisasi larutan HCl dengan menggunakan larutan standar NaOH

    hasil standarisasi langkah a

    c. Larutan NH 3

    Dilakukan standarisasi larutan NH3 degan menggunakan larutan standar HCl hasil

    standarisasi langkah b.

    2. Penentuan koefisien distribusi ammonia antara air dan kloroform

    1) Ditambahkan 10 ml larutan NH3 1M (hasil standarisasi ) dan 10 ml larutan air ke

    dalam corong pemisah 250 ml. kocok agar homogeny .

    2) Ditambahkan 25 ml kloroform ke dalam corong pemisah dan kocok selama 5-10

    menit (perhatikan cara mengocok)3) Diamkan sebentar sehingga Nampak jelas ada dua lapisan. Kemudian pisahkan kedua

    lapisan tersebut

    4) Dipindahkan 10 ml larutan kloroform ke dalam Erlenmeyer yang berisi 10 ml air dan

    ditambahkan indicator metal orange

    5) Dititrasi secara perlahan larutan itu dengan larutan standar HCl 0,055 M

    menggunakan biuret mikro 5 ml . titik ekivalen ditandai idengan terjadinya

    perubahan warna

    6) Ulangi titrasi untuk 10 ml kedua dan kemudian sisanya

    7) Dihitung koefisien distribusi ammonia dengan menggunakan persamaan

    Kd= [ammonia] kloroform

    [ammonia] air

    3.Penentuan rumus kompleks Cu-amin

    1) Langkah ini dilakukan serupa dengan langkah penentuan koefisien distribusi

    ammonia, hanya 10 ml air yang ditambahkam ke dalam corong pemisah diganti

    dengan 10 ml larutan Cu2+ 0,1 M

    2) Dari langkah ini dengan menggunakan harga Kd, dapat dihitung jumlah ammonia

    yang dalam air dan kloroform.

    3) Banyaknya mmonia yang terkomplekskan dapat dihitung dengan mengurangkan

     jumlah ammonia dalam kloroform dan air pada jumlah total ammonia awal. Dengan

    membandingkan jumlah mol ion Cu2+ dengan ammonia terkompleks dapat

    ditentukan dengan rumus kompleksnya.

  • 8/18/2019 Laporan Kimia Anorganik Percobaan 6

    5/9

    5

    VIII.DATA HASIL PENGAMATAN

    Titrasi Beberapa Larutan

    sampel V. awal (ml) Vakhir (ml) V. NaOH (ml)

    H2C2O4 10 ml 0 18,6 18,6

    H2C2O4 10 ml 18,6 36,8 18,2

    H2C2O4 10 ml 36,8 54,5 17,7

    sampel V. awal (ml) Vakhir (ml) V. NaOH (ml)

    HCl 10 ml 54,6 58,6 4

    HCl 10 ml 58,6 62,4 3,8

    HCl 10 ml 62,4 66,4 4

    sampel V. awal (ml) Vakhir (ml) V. HCl (ml)

    NH3 1 M 05 ml 77 79 2

    NH3 1 M 0,5 ml 79,4 81,2 1,8

    sampel V. awal (ml) Vakhir (ml) V. HCl (ml)

    NH3 0,1 M 0,5 ml 79 80,6 1,6

    a

  • 8/18/2019 Laporan Kimia Anorganik Percobaan 6

    6/9

    6

    IX. PERSAMAAN REAKSI

    Cu(H2O)42+

    + 6NH3 ---> Cu(NH3)62+

    + 4H2O

    X. PENGOLAHAN DATA

    1. Standarisasi beberapa larutan

    a. Larutan NaOH 

    Volume H2C2O4 yang dipakai = 10 mL

    [H2C2O4] = 0,1M

    Volume NaOH yang dipakai = (18,6+18,2+17,7) mL = 18,16 mL

    3

    M NaOH . V NaOH = MH2C2O4. VH2C2O4

    MNaOH= 0,1 M . 10 mL = 0,053 M

    18,16 mL

    b. Larutan HCl

    Volume NaOH yang dipakai = (4+3,8+4) mL = 3,94 mL

    3

    [NaOH]baku = 0,053 M

    Volume HCl yang dipakai = 10 mL

    MHCl. V HCl= M NaOH. V NaOH

    MHCl = 0,053 M . 3,94 mL / 10 mL = 0,0134 M

    c. Larutan NH3 1 M 

    Volume HCl yang dipakai = (2+1,8)Ml/2=1,9mL

    [HCl] = 0,0134 M

    Volume NH3 yang dipakai = 10 mL

    [NH3]baku = 0,0134 M . 1,9mL / 0,5 mL = 0,003M

    d. Larutan NH3 0,1 M 

    Volume HCl yang dipakai = 1,6 mL

    [HCl] = 0,0134 M

    Volume NH3 yang dipakai = 10 mL

    [NH3]baku = 0,0134 M . 1,6mL / 0,5 mL = 0,004M

    2. Penentuan koefisien distribusi ammonia dalam air

    NH3 0,1 M = (81,6 – 

    81) ml = 0,6 mlNH3 1 M = (82,4  –  81,6) ml = 0,8 ml

  • 8/18/2019 Laporan Kimia Anorganik Percobaan 6

    7/9

    7

    XI. PEMBAHASAN

    Pada percobaan kali ini

    bertujuan untuk menentukan rumus

    molekul kompleks ammin tembaga

    (II), dimana dilakukan 3 tahapan.

    Yang pertama yaitu standarisasi

    beberapa larutan, dalam hal ini larutan

    NaOH, HCl dan NH3. Standarisasi ini

    dilakukan untuk menentukan

    konsentrasi larutan yang sebenarnya.

    Yang kedua adalah penentuan

    koefisien distribusi amoniak antara air

    dan Kloroform, dan yang ketiga yaitu

    penentuan rumus kompleks tembaga

    ammin. Pada standarisasi larutan

    NaOH digunakan larutan standar

    primer asam oksalat (H2C2O4). NaOH

    distandarisasi dengan asam oksalatkarena NaOH merupakan larutan

    basa. Indikator yang digunakan

    haruslah dapat mengubah warna

    menjadi merah muda pada larutan

    yang bersifat basa. Pada standarisasi

    larutan HCl, larutan standar yang

    digunakan adalah larutan standarNaOH yang telah distandarisasi

    sebelumnya oleh asam oksalat. HCl

    distandarisasi dengan NaOH karena

    HCl merupakan larutan asam maka

    harus distandarisasi dengan

    menggunakan larutan standar yang

    bersifat basa. Dalam penentuan

    koefisien distribusi ammonia antara

    air dan kloroform dilakukan dengan

    pencampuran NH3 dan aquades

    didalam corong pisah yang kemudian

    dikocok selama 5-10 menit. Fungsi

    dari pengocokkan ini yaitu agar

    larutan dapat homogen. Setelah

    didiamkan maka akan Nampak 

    adanya dua lapisan dimana pada

    bagian atas agak keruh dan bawahnya

    lebih bening. Lapisan atas air dan NH3,

    lapisan bawah kloroform hal ini

    dikarenakan adanya perbedaan

    kepolaran antara senyawa kloroform

    dengan larutan amoniak dimana berat

     jenis kloroform (1,47 kg/L) lebih

    besar dibanding berat jenis air (1

    kg/L). Penitrasian larutan kloroformdilakukan dengan menggunakan HCl

    sebagai titran hingga warna berubah

    menjadi merah muda, pada keadaan

    ini volume HCl yang digunakan yaitu

    52 mL. Perubahan warna ini

    menandakan bahwa larutan menjadi

    asam dan pH larutan semakinmenurun. Dimana kita ketahui bahwa

    HCl dapat berperan dalam penurunan

    nilai pH larutan sehingga larutan yang

    pada awalnya bersifat basa menjadi

    asam. Dalam penentuan rumus

    kompleks ammin-tembaga(II)

    dilakukan pencampuran 10 mL

    larutan NH3 dengan 10 mL larutan

  • 8/18/2019 Laporan Kimia Anorganik Percobaan 6

    8/9

    8

    ion Cu2+. Larutan bewarna biru

    keputihan yang menandakan warna

    Cu. Larutan didiamkan sampai

    terbentuk dua lapisan. Lapisan atas

    adalah larutan Cu2+ dalam ammonia

    sedangkan lapisan bawah adalah

    larutan Cu2+ dalam kloroform

    perbandingan antara mmol Cu2+ dan

    mmol NH3 adalah 6 : 1 . Jadi rumus

    kompleksnya adalah [Cu(NH3)6]2+.

    Dalam percobaan ini menunjukkan

    bahwa atom Cu sebagai atom pusat

    dan NH3 sebagai ligannya.

    Cu(H2O)42+

    + 6NH3 ---> Cu(NH3)62+

    + 4H2O

    XII. KESIMPULAN

    1. Bilangan koordinasi Cu2+

    adalah empat yang menunjukkan bahwa ion pussat Cu2+

    hanya mampu menyediakan empat ruanng untuk ditempati ligan NH3.

    2. Senyawa kompleks terbentuk dari ion logam dan ligan, senyawa kompleks ammin

    tembaga dapat terbentuk dengan menambahkan ammonia berlebih ke dalam larutan

    tembaga (II) yang telah diketahui jumlahnya, Dalam penentuan koefisien distribusi

    ammonia antara air dan kloroform dilakukan dengan pencampuran NH3 dan aquades

    didalam corong pisah yang kemudian dikocok selama 5-10 menit. Fungsi dari

    pengocokkan ini yaitu agar larutan dapat homogen. Dengan perbandingan antara

    mmol Cu2+ dan mmol NH3 adalah 1 : 6 sehingga rumus kompleks ammin tembaga

    yang diperoleh pada percobaan ini adalah [Cu(NH3)6]2+.

  • 8/18/2019 Laporan Kimia Anorganik Percobaan 6

    9/9

    9

    DAFTAR PUSTAKA

    Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia: Jakarta.

    Shevla, G. 1990.  Analisis Organik Kualitatif Makro Dan Semimakro. PT. Kalman Media

    Pustaka. Jakarta.

    Sutresna, Nana. 1996. Penuntun Belajar Kimia 3. Ganeca Exact: Bandung.