laporan kerja praktik 2
DESCRIPTION
Laporan kerja praktek teknik sipil. Pembuatan rancana anggaran dan biaya, bab 2TRANSCRIPT
6
1 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Fondasi Bored Pile
Fondasi tiang bor (bored pile) merupakan jenis fondasi tiang yang
pemasangannya dilaksanakan dengan melakukan pengeboran tanah terlebih
dahulu, lalu dimasukkan besi tulangan dan dilaksanakan pengecoran beton.
Dalam penggunaannya, terdapat beberapa keuntungan tiang bor dibandingkan
dengan tiang pancang. Keuntungannya yaitu sebagai berikut.
1. Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran.
2. Kedalaman tiang bervariasi.
3. Tanah dapat diuji terlebih dahulu di lapangan dan di laboratorium.
4. Tiang bor dapat dipasang menembus batuan.
5. Tidak ada resiko kenaikan muka tanah.
6. Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan yang terjadi saat
pengangkutan dan pemancangan.
Sedangkan kerugian penggunaan tiang bor ialah sebagai berikut.
1. Pengecoran dipengaruhi oleh kondisi cuaca.
2. Pengecoran beton agak sulit bila dipengaruhi oleh air tanah karena mutu
beton tidak dapat terkontrol dengan baik.
3. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak homogen sepanjang tiang akan
mempengaruhi kuat dukungnya, terutama bila tiang bor cukup dalam.
4. Pengeboran dapat mempengaruhi kepadatan tanah, terutama bila berupa
tanah pasir atau kerikil.
5. Air yang mengalir ke lubang bor dapat mempengaruhi kapasitas dukung
tiang karena menyebabkan gangguan tanah.
7
Proses pelaksanaan tiang bor pada prinsipnya dibagi dalam tiga kategori,
yaitu metode kering, metode basah, dan metode casing. Metode-metode tersebut
akan dijelaskan pada sub-bab di bawah.
2.1.1. Metode kering
Metode ini merupakan metode yang cocok digunakan pada jenis tanah
yang kaku dan homogen, misalnya tanah pasir yang tidak terlalu kohesif sehingga
lubangnya tidak mudah longsor jika dibor.
Metode kering juga dapat dilaksanakan pada tanah dengan permeabilitas
rendah yang berada di bawah muka air tanah sehingga air tidak masuk ke dalam
lubang bor. Pada pelaksanaan metode kering, lubang bor dibuat dengan mesin bor
tanpa casing. Setelah itu dasar lubang bor yang kotor oleh rontokan tanah
dibersihkan. Tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang bor dan
kemudian dilaksanakan pengecoran. Ilustrasi untuk pelaksanaan fondasi tiang bor
dengan menggunakan metode kering dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Pelaksanaan fondasi bored pile metode kering
2.1.2. Metode basah
Metode basah diterapkan bila pengeboran dilaksanakan pada kondisi
pengeboran yang melewati muka air tanah sehingga lubangnya selalu longsor bila
tidak ada penahan dinding tanah. Dalam penanggulangannya, diisikan larutan
polimer pada lubang bor sehingga pengeboran dilakukan dalam larutan. Jika
8
kedalaman yang diinginkan telah tercapai, lubang bor dibersihkan dan tulangan
yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang bor yang masih terisi larutan
polimer. Pada saat dilakukan pengecoran, larutan polimer akan terdesak keluar
oleh adukan beton dan dapat ditampung untuk digunakan pada pengeboran
selanjutnya. Ilustrasi untuk pelaksanaan fondasi tiang bor dengan menggunakan
metode basah dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Pelaksanaan fondasi bored pile metode basah
2.1.3. Metode casing
Metode ini diterapkan bila lubang bor sangat mudah longsor, misalnya
tanah pasir yang berada di bawah muka air tanah. Untuk menahan agar lubang
tidak longsor, maka digunakanlah pipa selubung baja (casing). Pipa selubung
dimasukkan sebelum pengeboran mencapai muka air tanah, tanah di dalam pipa
dapat dikeluarkan saat penggalian atau setelah pipa selubung mencapai kedalaman
yang diinginkan. Selanjutnya, lubang bor dibersihkan dan rangkaian tulangan
dimasukkan ke dalam pipa selubung. Adukan beton selanjutnya dimasukkan ke
dalam lubang dan pipa selubung ditarik ke atas, namun terkadang juga
ditinggalkan di dalam lubang bor. Ilustrasi untuk pelaksanaan fondasi tiang bor
dengan menggunakan metode casing dapat dilihat pada Gambar 2.3.
9
Gambar 2.3. Pelaksanaan fondasi bored pile metode casing
Dalam kondisi tanah jenis granular yang terendam air tanah, pipa selubung
harus dimasukkan hingga mencapai dasar lubang bor. Dalam hal ini, pada saat
pelaksanaan pengecoran digunakan pipa tremie. Pipa tremie (diameter minimum
150 mm untuk agregat maksimum 20 mm) dan corong penampang adukan harus
tahan terhadap bocoran air dan bersih agar adukan beton tidak terhambat mengalir
ke bawah. Tahap pelaksanaan pengecoran dengan pipa tremie adalah sebagai
berikut (Fleming et. al. , 2009).
1. Tulangan dan pipa tremie dimasukkan ke dalam lubang bor saat akan dimulai
pengecoran.
2. Pengecoran dimulai dengan menuangkan air hingga kotoran tanah di bawah
terangkat.
3. Air keluar saat pengecoran.
4. Pipa selubung (casing) ditarik keluar (bila digunakan casing sementara).
5. Pekerjaan tiang bor sudah selesai.
Ilustrasi untuk pelaksanaan fondasi tiang bor dengan menggunakan pipa
tremie dapat dilihat pada Gambar 2.4.
10
Gambar 2.4. Pelaksanaan fondasi bored pile dengan pipa tremie
2.2. Analisis Harga Satuan Pekerjaan
2.2.1. Pengertian
Analisis harga satuan pekerjaan adalah perhitungan kebutuhan biaya
tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk mendapatkan harga satuan untuk suatu
jenis pekerjaan tertentu. Analisis ini digunakan sebagai dasar untuk menyusun
perhitungan harga perkiraan sendiri atau owner’s estimate (OE) dan harga
perkiraan prarencana (HPP) atau engineering’s estimate (EE) yang dituangkan
sebagai mata pembayaran suatu pekerjaan.
Analisis harga satuan ini menguraikan suatu perhitungan harga satuan
upah, tenaga kerja, bahan, peralatan, serta pekerjaan yang secara teknis dirinci
secara detail berdasarkan suatu metode kerja dan asumsi-asumsi yang sesuai
dengan yang diuraikan dalam suatu metode kerja dan asumsi-asumsi yang sesuai
dengan yang diuraikan dalam suatu spesifikasi teknik, gambar desain dan
komponen harga satuan.
Harga satuan pekerjaan terdiri atas biaya langsung dan tidak langsung.
Komponen biaya langsung terdiri atas upah, bahan dan alat. Kmponen biaya tidak
langsung terdiri atas biaya umum atau overhead dan keuntungan. Biaya overhead
dan keuntungan belum termasuk pajak-pajak yang harus dibayar, besarnya sesuai
11
dengan ketentuan yang berlaku. Dalam laporan ini, pembahasan hanya terbatas
pada komponen biaya langsung.
Komponen-komponen yang diperlukan dalam perhitungan harga satuan
pekerjaan meliputi volume pekerjaan, koefisien tenaga kerja/bahan/peralatan,
serta harga satuan dasar tenaga kerja/bahan/peralatan.
2.2.2. Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan adalah jumlah/banyaknya pekerjaan yang harus
dikerjakan dalam satu satuan (misal, untuk pekerjaan galian tanah satuan yang
digunakan adalah m3 tanah yang digali). Volume pekerjaan tersebut dihitung
berdasarkan gambar rencana dari suatu bangunan yang akan dibuat. Semua bagian
/ elemen konstruksi yang ada pada gambar rencana harus dihitung secara lengkap
dan teliti untuk mendapatkan perhitungan volume pekerjaan secara akurat dan
lengkap.
2.2.3. Koefisien Pekerjaan
Koefisien merupakan salah satu komponen yang terdapat di dalam suatu
harga satuan pekerjaan. Sementara koefisien itu sendiri dapat dibagi menjadi 3
jenis, yaitu koefisien tenaga kerja, koefisien bahan, serta koefisien peralatan.
Koefisien tenaga kerja adalah suatu faktor yang menunjukkan kebutuhan
waktu untuk menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan, berdasarkan kualifikasi
tenaga kerja yang diperlukan.
Koefisien bahan adalah suatu faktor yang merujuk pada jumlah kebutuhan
bahan yang diperlukan untuk suatu volume pekerjaan tertentu.
Sementara koefisien peralatan adalah suatu faktor yang menunjukan
kebutuhan waktu untuk menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan, berdasarkan
kapasitas dan kualifikasi peralatan yang diperlukan.
12
2.2.4. Harga Satuan Dasar (HSD)
Harga satuan dasar adalah harga komponen dari mata pembayaran dalam
satuan tertentu, misalnya : bahan (m, m2, m3, kg, ton, zak, dll), peralatan (unit,
jam, hari, dsb), dan upah tenaga kerja (jam, hari,bulan, dsb).
a. HSD tenaga kerja
Harga satuan dasar tenaga kerja adalah besarnya biaya yang
dikeluarkan pada komponen tenaga kerja per satuan waktu tertentu, untuk
memproduksi satu satuan pengukuran pekerjaan tertentu.
Faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar tenaga kerja antara
lain jumlah tenaga kerja dan tingkat keahlian tenaga kerja. Penetapan
jumlah dan keahlian tenaga kerja mengikuti produktivitas peralatan utama.
Suatu produksi jenis pekerjaan yang menggunakan tenaga manusia
pada umumnya dilaksanakan oleh perorangan atau kelompok kerja
dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan berdasarkan metode kerja
yang ditetapkan yang disebut alat bantu (contoh : sekop, palu, gergaji, dll)
serta bahan yang di olah.
Pada umumnya tenaga kerja dikelompokkan ke dalam suatu
kelompok kerja utama yang terdiri atas :
Pekerja
Tukang
Mandor, dan
Kepala tukang
Harga satuan dasar untuk tiap jenis tenaga kerja tersebut berbeda
dikarenakan masing-masing jenis tenaga kerja memiliki kualifikasi yang
berbeda.
13
b. HSD alat
Harga satuan dasar alat adalah besarnya biaya yang dikeluarkan
pada komponen biaya alat yang meliputi biaya pasti dan biaya tidak pasti
atau biaya operasi per satuan waktu tertentu, untuk memproduksi satu
satuan pengkuruan pekerjaan tertentu.
c. HSD bahan
Harga satuan dasar bahan adalah besarnya biaya yang dikeluarkan
pada komponen tenaga kerja per satuan waktu tertentu, untuk
memproduksi satu satuan pengukuran pekerjaan tertentu.