laporan kerja praktek pengujian tahanan isolasi pmt 20kv.doc
DESCRIPTION
TAHANAN ISOLASI PMT 20kVTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di era yang modern ini kebutuhan akan tenaga listrik sudah menjadi kebutuhan
primer baik dikota-kota besar maupun kota-kota kecil, hampir seluruh peralatan penunjang
kehidupan sehari-hari kita memerlukan energi listrik. Oleh karena itu kita harus menyadari
setidaknya secara umum bagaimana listrik itu bekerja dan penyampaian sistem tenaga listrik
dari hulu ke hilir. Sebagai mahasiswa fakultas Teknik Elektro arus kuat saya tertarik untuk
kerja praktek di Gardu Induk khususnya mengenai uji tahanan isolasi pada PMT dan
pemeliharaan PMT secara umum.
PLN sebagai satu-satunya perusahaan yg bergerak dalam bidang penyaluran tenaga
listrik ke seluruh Indonesia harus mampu menjaga ketersediaan listrik dengan cara salah
satunya pemeliharaan peralatan-peralatan dari penyaluran energi listrik tersebut. Hal ini
menginspirasikan saya untuk mengambil topik laporan kerja praktek dibidang pemeliharaan
khususnya pengujian tahanan isolasi PMT. Salah satu peralatan yang utama yang terdapat
di gardu induk ini yaitu Pemutus Tenaga (PMT) atau dalam bahasa inggrisnya Circuit
Breaker (CB). Pemeliharaan dan pengoperasian yang tidak benar terhadap PMT akan
memperpendek umur PMT dan akan menimbulkan gangguan (trouble) lebih dini.
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan
bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /
switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam
kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short
circuit / hubung singkat.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik
dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan
( hubung singkat ) pada jaringan atau peralatan lain
1
I.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari laporan kerja praktek ini adalah diharapkan mampu melihat, mengamati,
memahami, dan membandingkan operasi dan pemeliharaan pmt 20kV secara umum yang
dijalankan perusahaan serta dapat memecahkan suatu masalah di perusahaan tempat
melakukan kerja praktek.
Tujuan penulisan laporan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui pengoperasian
dan pemeliharaan yang terdapat di gardu induk secara umum dan gardu induk 150 kV
Angke secara khusus.
Maksud dan tujuan kerja praktek :
a. Mengaplikasikan teori / ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek
kenyataan.
b. Memperoleh pengalaman bagaimana suasana dalam bekerja, bagaimana
berkomunikasi dan bersosialisasi dalam lingkungan kerja.
c. Memperoleh suatu bekal untuk terjun kelapangan usaha dimasa yang akan datang
sehingga menjadi lulusan yang siap pakai setelah menyelesaikan program diploma
saya.
d. Memberikan solusi terhadap masalah yang ada di tempat kerja praktek.
e. Sebagai salah satu syarat dan tugas untuk menyelesaikan mata kuliah praktek kerja
nyata.
f. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman kerja serta mempersiapkan
mahasiswa dalam mengjadapai tantangan dunia kerja dimasa yang akan datang.
g. Melakukan studi lapangan dan terlibat langsung pada kegiatan perusahaan (baik
monitoring ataupun pemeliharaan).
I.3 Pokok Permasalahan
Pokok permasalahan memahami definisi, prinsip kerja serta jenis-jenis PMT secara
umum di gardu induk (GI) dan di GI Angke secara khusus serta cara kerja uji tahanan isolasi
serta langkah-langkah pengujiannya pada pmt juga menganalisa nilai hasil uji yang
2
didapatkan dan mendapatkan keputusan untuk rekomendasi selanjutnya terhadap peralatan
yang diuji.
I.4 Batasan Masalah
Dalam laporan praktek kerja ini penulis membatasi tentang Definisi, prinsip kerja dan
Macam-macam PMT secara umum yang terdapat di Gardu Induk dan di GI Angke secara
khusus, Pemeliharaan PMT secara umum dan pengujian tahanan isolasi secara khusus,
Prinsip kerja alat uji tahanan isolasi, Prosedur pengujian tahanan isolasi, dan Analisa
berdasarkan nilai hasil uji berdasarkan standar yang telah ditetapkan PLN
I.5 Sistematika penulisan
Dalam laporan kerja praktek ini, penyusun menyusun tulisan dengan menggunakan
sistematika sebagai berikut :
a. Bab 1 Pendahulan
Bab ini membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan, pokok permasalahan,
batasan masalah dan sistematika penulisan.
b. Bab 2 Profil Perusahaan
Bab ini membahas tentang sejarah, tujuan perusahaan, moto perusahaan, dan struktur
perusahaan.
c. Bab 3 Landasan teori
Bab ini Membahas tentang Definisi, prinsip kerja dan Macam-macam PMT secara
umum yang terdapat di GI Angke dan gardu induk lainnya , Pemeliharaan PMT
secara umum dan pengujian tahanan isolasi secara khusus, Prinsip kerja alat uji
tahanan isolasi.
3
d. Bab 4 Prosedur / instruksi kerja uji tahanan isolasi pada pmt serta analisa
Bab ini membahas tentang langkah-langkah yang sesuai prosedur dalam melakukan
uji tahanan isolasi pmt serta melakukan analisa dari hasil uji yang didapat dan
pengaruhnya terhadap sistem tenaga listrik jaringan PLN.
e. Bab 5 Kesimpulan dan saran
Bab ini menjelaskan garis-garis besar dari setiap pembahasan.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Struktur Perusahaan
Dengan terbitnya Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 257.K/ 010/
DIR/ 2000 tanggal 2 November 2000, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, maka PT PLN (Persero)
P3B yang merupakan unit pusat laba (profit center) berubah menjadi unit pusat investasi
(investment center) dengan nama Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P3B).
Terhitung sejak 2 Nopember 2000 maka organisasi PT. PLN (Persero) P3B sebagai unit pusat
laba (profit center) berubah status menjadi unit pusat investasi (investment center).
PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali membawahi 4 Region dan 1 Sub Region, yaitu
Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat, Region Jawa Tengah dan DIY, Region Jawa
Timur dan Sub Region Bali. PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region Jakarta dan Banten
membawahi 9 UPT ( Unit Pelayanan Transmisi ) :
1. UPT Jakarta Pusat
2. UPT Jakarta Selatan
3. UPT Jakarta Timur
4. UPT Jakarta Barat
5. UPT Jakarta Utara
6. UPT Bogor
7. UPT Banten
8. UPT Tangerang
9. UPT Cilegon
UPT Jakarta Barat terbentuk mulai September 2005, dimana sebelumnya bernama
UPT Durikosambi. UPT Jakarta Barat mempunyai unit kerja 11 (sebelas) Gardu Induk dan 1
5
(satu) GITET 500 kV serta mempunyai 8 (delapan) Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV
(SUTT) dan 3 (tiga) Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150 kV (SKTT).
A. Gardu Induk di UPT Jakarta Barat
a. GI Durikosambi
b. GI Angke
c. GI Cileduk
d. GI Cengkareng
e. GI Tangerang Lama
f. GI Tangerang Baru
g. GI Muarakarang Lama
h. GI Muarakarang Baru
i. GIS Grogol
j. GIS Kebonjeruk
k. GIS New Senayan
l. GIS Kembangan
B. Saluran Udara Tegangan Tinggi
a. GI Muarakarang Lama – GI Durikosambi
b. GI Muarakarang Lama – GI Angke
c. GI Muarakarang Baru – GI Durikosambi
d. GI Muarakarang Baru – GI Muarakarang Lama
6
e. GI Durikosambi – GIS Grogol
f. GI Durikosambi – GI Cengkareng
g. GI Cengkareng – GI Tangerang Baru
h. GI Cengkareng – GI Tangerang Lama
i. GIS Kembangan – GI Cileduk
C. Saluran Kabel Tegangan Tinggi
a. GI Durikosambi – GIS Kembangan
b. GI Durikosambi – GIS Kebon Jeruk
c. GIS Kembangan – GIS New Senayan
Selanjutnya sesuai dengan permintaan dari RUPS PT PLN (Persero) tahun 2011 dan
diterbitkannya SK Direksi No 1474.K/DIR/2011 tanggal 13 Desember 2011 yang baru mulai
diterapkan pada tanggal 01 April 2012 maka PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region UPT
Jakarta Barat dan PT.PLN (Persero) P3B |Jawa Bali Region Jakarta dan Banten UPT
Tangerang bergabung menjadi satu dengan nama PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali APP
Durikosambi.
2.2 Sejarah Gardu Induk Angke
Pada akhir dekade tahun 1950, GI Angke mulai dibangun dibawah kesatuan
unit PLN GI JAYA ( Jakarta Raya ). Pada tahun 1962 Gardu Induk Angke
dioperasikan untuk mensupplai wilayah Ancol, Bandengan, Pluit, Tangerang dan
mengirim tegangan ke GI Karet; saat itu di Jakarta akan diadakan pesta olah raga se-
Asia Tenggara ( ASEAN GAMES ) ke-4. Sehingga GI Angke sangat penting artinya
untuk mensupplai plasokan listrik dari PLTU PRIOK ke wilayah sekitar Gelora Bung
Karno / Senayan melalui penghantar Karet ke GI Karet, guna mendukung kelancaran
dan suksesnya pesta olah raga se-Asia tenggara tersebut. Tegangan sistem yang
7
digunakan waktu itu adalah 70 kV dan 12 kV, adapun bay penghantar dan trafo serta
penyulang yang saat itu ada adalah
1. Bay Trafo II 10 MVA 70/12 kV, trafo terpasang merk AEG
2. Bay penghantar 70 kV
- PRIOK I dan II, merupakan penghantar incoming dari GI PRIOK
- KARET I dan II, merupakan penghantar outgoing ke GI KARET
3. Penyulang 12 kV
- B4 kabel I dan II, mensupplai arah wilayah sekitar Ancol
- TG kabel I dan II, mensupplai arah wilayah sekitar Tangerang
- B4-7 dan B7-7, mensupplai pabrik Air Baja yang berada di daerah
Bandengan
- B6-3, mensupplai wilayah Pluit
Gardu Induk Angke berlokasi di jalan Jembatan III RT : 001 RW : 011 Kelurahan
Pejagalan Kecamatan Penjaringan Kotamadya Jakarta Utara, Telp 021-6693146, JWOT
82197; pada awalnya dibangun pada tanah seluas ± 2Ha dan pada saat ini telah berkembang
menjadi ± 4Ha. Adapun batas-batas lokasi GI Angke adalah
- Batas sebelah Timur; komplek PLN Gardu Induk Angke Jl. Jembatan III
Jakarta Utara.
- Batas sebelah Selatan adalah komplek pertokoan dan pergudangan Gedung
Hijau.
- Batas sebelah Barat dan Utara adalah kompleks perumahan Pluit Mas.
Dalam perkembangannya Gardu Induk sangat banyak perubahan-perubahannya sesuai
dengan perkembangan jaman, tuntutan akan kebutuhan energi listrik dan perkembangan
teknologi peralatan instalasi listrik. Kami mengumpulkan data-data mengenai Gardu Induk
Angke dengan mengadakan wawancara dengan para sesepuh mantan karyawan dan karyawan
yang pernah berdinas di GI Angke; mengumpulkan, mencari dan mempelajari buku-buku
mengenai GI Angke dan mencatat data-data peralatan yang ada di GI Angke.
Untuk saat ini konfigurasi yang terpasang di GI Angke 8 bay penghantar 4 bay trafo
dan 1 bay kopel
8
Single Line Diagram GI Angke
2.3 Visi Misi Perusahaan
Visi :
Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem dan transaksi tenaga listrik dengan
kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan stakeholders, dan
memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Misi:
1. Melakukan usaha transmisi tenaga listrik yang efisien, andal, aman dan ramah
lingkungan;
2. Melaksanakan pengelolaan operasi sistem tenaga listrik yang andal, aman, bermutu
dan ekonomis;
3. Melaksanakan pengelolaan transaksi tenaga listrik yang transparan dan kredibel;
4. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya manusia (SDM) yang
kompeten dan profesional;
5. Mengembangkan usaha di luar usaha pokok yang dapat memberikan kontribusi pada
perolehan laba usaha.
Motto :
“ Mewujudkan perubahan nyata menuju PLN kelas dunia, bebas subsidi, menguntungkan dan
ramah lingkungan “
9
BAB IIILANDASAN TEORI
3.1 Definisi dan Prinsip kerja PMT
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan
bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /
switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam
kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short
circuit / hubung singkat.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik
dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan
( hubung singkat ) pada jaringan atau peralatann lain.
PMT 20KV PMT 150KV PMT 500KV
Macam – macam PMT 20kV, 150kV, 500kV
Macam – macam PMT 20kV
10
3.2 Macam-Macam PMT
3.2.1 Berdasarkan kelas / besar tegangannya PMT dapat dibedakan menjadi :
a. PMT tegangan rendah (Low Voltage)
Dengan range tegangan 0.1 s/d 1 kV ( SPLN 1.1995 - 3.3 ).
b. PMT tegangan menengah (Medium Voltage)
Dengan range tegangan 1 s/d 35 kV ( SPLN 1.1995 – 3.4 ).
c. PMT tegangan tinggi (High Voltage)
Dengan range tegangan 35 s/d 245 kV ( SPLN 1.1995 – 3.5 ).
d. PMT tegangan extra tinggi (Extra High Voltage)
Dengan range tegangan lebih besar dari 245 kVAC ( SPLN 1.1995 – 3.6 ).
3.2.2 Berdasarkan media pemadam busur api, PMT dapat dibedakan menjadi :
a. Pemadam busur api dengan gas SF6
Menggunakan gas SF6 sebagai media pemadam busur api yang timbul pada waktu
memutus arus listrik. Sebagai isolasi, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan udara dan kekuatan dielektrik ini bertambah seiring dengan
pertambahan tekanan. Umumnya PMT jenis ini merupakan tipe tekanan tunggal (single
pressure type), dimana selama operasi membuka atau menutup PMT, gas SF6
ditekan ke dalam suatu tabung/silinder yang menempel pada kontak bergerak.
Pada waktu pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan
busur api.
11
PMT 20kv media pemadam busur api SF6
PMT Satu Katup dengan Gas SF6
b. Pemadam busur api dengan oil / minyak
Menggunakan minyak isolasi sebagai media pemadam busur api yang timbul pada
saat PMT bekerja membuka atau menutup.12
Jenis PMT dengan minyak ini dapat dibedakan menjadi :
I.PMT menggunakan banyak minyak (bulk oil)
II.PMT menggunakan sedikit minyak (small oil)
PMT jenis ini digunakan mulai dari tegangan menengah 6 kV sampai tegangan ekstra
tinggi 425 kV dengan arus nominal 400 A sampai 1250 A dengan arus pemutusan simetris 12
kA sampai 50 kA
PMT Bulk oil
4. Pemadam busur api dengan udara hembus / air blast
PMT ini menggunakan udara sebagai media pemadam busur api dengan
menghembuskan udara ke ruang pemutus. PMT ini disebut juga sebagai PMT Udara Hembus
(Air Blast).
PMT Udara Hembus / Air Blast
5. Pemadam busur api dengan Hampa Udara (Vacuum)
Ruang hampa udara mempunyai kekuatan dielektrik (dielektrik strength) yang tinggi
dan sebagai media pemadam busur api yang baik. Saat ini, PMT jenis vacuum umumnya
digunakan untuk tegangan menengah (24kV).
13
Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm
setiap kenaikan tegangan 3 kV. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT
jenis ini dengan dihubungkan secara serie.
Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porcelain,
kaca atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan
umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan ketegangan dielektrikum yang
tinggi maka bentuk pisik PMT jenis ini relatip kecil.
Gambar Ruang kontak utama (breaking chamber) pada PMT vacuum
PMT dengan Hampa Udara (vacuum)
14
1. Plat-plat penahan – bukan bahan magnet
2. Rumah pemutus dari bahan berisolasi
3. Pelindung dari embun uap4. Kontak bergerak5. Kontak tetap6. Penghembus dari bahan logam7. Tutup alat penghembus8. Ujung kontak
3.3 Pemeliharaan PMT
3.3.1 Pengertian Pemeliharaan.
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat terhormat, karena pemeliharaan yang
baik akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin berfungsinya peralatan
dengan baik , dan pemeliharan yang telah dilaksanakan tidak ada bekasnya namun dapat
dirasakan pengaruhnya , Apabila pemeliharaan tidak dilaksanakan kemudian peralatan
menjadi rusak atau gangguan maka kejadian tersebut dapat dikatagorikan hina/ memalukan
Lain halnya kalau pemasangan baru atau pengadaan baru yaitu yang tadinya tidak ada
menjadi ada dan jelas sekali perubahannya.
Sebagai contoh pemeliharaan mobil ( mencuci, perubahannya yang tadinya kotor menjadi
bersih, ganti oli yang ada adalah oli bekas, dll ) yang secara keseluruhannya perubahannya
sangat kecil seolah olah tidak terjadi perubahan.
3.3.2 Tujuan Pemeliharaan.
Tujuan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kondisi atau menjaga agar
peralatan menjadi tahan lama dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan. Dalam
SE. No.032/PST/1984 tanggal 23 Mei 1984 tersebut adalah merupakan himpunan
rekomendasi pabrik serta instruction manual dari masing-masing peralatan instalasi listrik
dan pengalaman operasi dan pemeliharaan.Berdasarkan pengalaman dilapangan yang cukup
lama didalam melaksanakan pemeliharaan peralatan instalasi listrik sesuai SE.
No.032/PST/1984, maka sejak bulan April 2000 di PLN P3B telah dilakukan perubahan
siklus pemeliharaan peralatan. Yang dituangkan dalam suplement SE Direksi
No.032/PST/1984
3.3.3 Pedoman pemeliharaan PMT
Berdasarkan fungsinya dan kondisi peralatan bertegangan atau tidak, jenis
pemeliharaan pada Pemutus dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. In Service / Visual Inspection
2. In Service Measurement / On Line Montoring
3. Shutdown Measurement / Shutdown Function Check
4. Overhaul
15
5. Pasca relokasi / Pasca Gangguan
In Service Inspection, In Servise Measurement/On Line Montoring, Shutdown
Measurement / Shutdown Function Check dan Overhaul sebagaimana dimaksud dalam butir
1 s/d 4 di atas, merupakan bahagian dari uraian kegiatan pemeliharaan yang tertuang dalam
review SE.032/PST/1984 dan Suplemennya.
Hal-hal yang direview pada SE.032/PST/1984 antara lain adalah perubahan periode
pemeliharaan dari 1 Tahun menjadi 2 Tahun dan penyesuaian item kegiatan pemeriksaan
maupun pengujian yang mengacu kepada analisis efek modus gangguan (Failure Mode Effect
Analysis / FMEA) dari setiap komponen peralatan tersebut.
3.3.3.1 IN SERVICE / VISUAL INSPECTION
In Service Inspection adalah inspeksi/pemeriksaan terhadap peralatan yang
dilaksanakan dalam keadaan peralatan beroperasi/bertegangan (on-line), dengan
menggunakan 5 panca indera (five senses) dan metering secara sederhana, dengan
pelaksanaan periode tertentu (Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan).
Inspeksi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui/memonitor kondisi peralatan
dengan menggunakan alat ukur sederhana/umum (seperti Thermo Gun) yang dilaksanakan
oleh petugas operator/asisten supervisor di gardu induk (untuk Tragi/UPT PLN P3B
Sumatera/Wilayah) atau petugas pemeliharaan/supervisor gardu induk (untuk UPT/Region
PLN P3B JB).
Review SE.032/PST/1984
Pemeriksaan yang dilaksanakan secara periodik Harian/Mingguan, Bulanan dan Tahunan
berdasarkan review SE.032/PST/1984 adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Harian / Mingguan
misalnya meliputi :
1. Pemeriksaan lemari kontrol, pemanas ruang (heater), lampu penerangan, supply
AC/DC
2. Pemeriksaan posisi indikator ON/OFF
16
3. Pemeriksaan counter PMT
4. Pemeriksaan pondasi apakah terdapat keretakan atau penurunan
5. Pemeriksaan bushing apakah terdapat keretakan
6. Pemeriksaan debu pada bushing dan body PMT.
7. Pemeriksaan terminal utama, jumperan dan bahagian bertegangan terhadap
benda asing, bunyi-bunyian, bau-bauan.
8. Pengukuran infrared thermo meter
9. Pemeriksaan Kebocoran gas SF6 pada sambungan-sambungan. (jenis Pmt
dengan media gas)
10. Monitor tekanan Gas SF 6 (jenis Pmt dengan media gas)
11. Pemeriksaan kebocoran pada instalasi udara : katup-katup, sambungan pipa
safety valve, blast valve, reducing valve 180 bar & 150 bar. (jenis Pmt dengan
media Air Blast)
12. Monitor tekanan N2
13. Pemeriksaan warna dan level minyak (jenis Pmt dengan media minyak)
14. Pemeriksaan Indikator Pegas mekanik pada PMT sistim pegas.
15. Pemeriksaan kebocoran minyak pada instalasi, sambungan, katup-katup pipa.
16. Pemeriksaan level indikasi
17. Monitor penunjukkan counter hour pompa.
18. Pemeriksaan start-stop (durasi siklus) pompa .
19. Pemeriksaan kebocoran udara pada instalasi udara; pipa; nepel; safety valve
katupkatup (aktuator).
20. Pemeriksaan counter kerja kompressor apakah ada penambahan angka secara
dratis bila bertambah lakukan pemeriksaan kebocoran udara lebih intensif.
21. Pemeriksaan level minyak pelumas
22. Pemeriksaan kebocoran minyak pelumas
23. Pemeriksaan counter jam kerja kompressor
24. Pemeriksaan coupling ring.
25. Pemeriksaan kipas pendingin cylinder.
26. Pemeriksaan Oil pressure gauge.
27. Pemeriksaan Pressure gauge 1st stage.
28. Pemeriksaan Pressure gauge 2nd stage.
29. Pemeriksaan Pressurre gauge 3rd stage.
17
30. Pemeriksaan Pressure gauge 4th stage.
31. Periksa amper starting.
32. Periksa amper running.
33. Periksa kipas pendingin motor.
34. Pembuangan air pada tanki udara.
35. Pemeriksaan kebocoran udara pada instalasi.
Pemeriksaan Bulanan
meliputi :
1. Pemeriksaan kebocoran pada instalasi udara : katup-katup, sambungan pipa
safety valve, blast valve, reducing valve 180 bar & 150 bar.
2. Pemeriksaan kebocoran minyak pada instalasi, sambungan, katup-katup pipa.
3. Pemeriksaan level indikasi
4. Sumber tegangan AC/DC.
5. Pemeriksaan lampu indikator / bendera indikator
6. Pemeriksaan automatic sequence
Berdasarkan FMEA / FMECA
Tahun 2008, PLN kembali melaksanakan kajian dan analisis terhadap efek modus gangguan
yang terjadi pada komponen peralatan sehingga uraian kegiatan pemeliharaan dalam review
SE-032 dan Suplemennya mengalami perubahan, seperti pada uraian formulir inspeksi
sebagai berikut :
Pemeriksaan Harian
Berdasarkan FMEA/FMECA dan Inspeksi Level-1, meliputi :
1. Pemeriksaan kopel penggerak (khusus 3 pole)
2. Pemeriksaan kondisi kesiapan pegas
3. Kesesuaian penunjukkan indikator pegas
4. Penunjukkan & pemeriksaan tekanan hidrolik
5. Penunjukkan & pemeriksaan counter kerja pompa
6. Penunjukkan & pemeriksaan level minyak (hidrolik)
7. Pemeriksaan sambungan / katup / pipa (hidrolik)
18
8. Penunjukkan & pemeriksaan tekanan udara (pneumatik)
9. Penunjukkan & pemeriksaan counter kerja pompa kompresor
10. Pemeriksaan level minyak kompresor
11. Pemeriksaan sambungan / katup / pipa (pneumatik)
12. Penunjukkan & pemeriksaan tekanan gas SF6
13. Pemeriksaan manometer warna - tekanan gas SF6
14. Pemeriksaan instalasi gas SF6
15. Penunjukkan & pemeriksaan level minyak (bulk oil)
16. Penunjukkan & pemeriksaan tekanan N2
17. Penunjukkan level minyak bushing (bulk oil)
18. Pemeriksaan sambungan / katup (valve) minyak
19. Penunjukkan & pemeriksaan tekanan udara (air blast)
20. Pemeriksaan instalasi air blast
Pemeriksaan Mingguan
Berdasarkan FMEA/FMECA dan Inspeksi Level-1, meliputi :
1. Pemeriksaan kondisi terminal utama terhadap benda asing
2. Pemeriksaan kondisi isolator interrupter
3. Pemeriksaan kondisi isolator Resistor (jika ada)
4. Pemeriksaan kondisi isolator Kapasitor (jika ada)
5. Pemeriksaan kondisi isolator support compartment (jika ada)
6. Penunjukkan & pemeriksaan counter PMT
7. Kesesuaian penunjukkan indikator posisi PMT
8. Pemeriksaan kondisi indikator PMT
9. Pemeriksaan lampu penerangan
10. Pemeriksaan heater
11. Pemeriksaan terminal wiring
12. Pemeriksaan kabel kontrol
13. Pemeriksaan sekering / MCB
14. Pemeriksaan terhadap bebauan yang asing
15. Pembuangan udara kondensasi
19
Pemeriksaan Bulanan
Berdasarkan FMEA/FMECA dan Inspeksi Level-1, meliputi :
1. Pemeriksaan kondisi pintu lemari
2. Pemeriksaan kondisi / kebersihan dalam lemari
3. Pemeriksaan kondisi door sealent
4. Pemeriksaan lubang kabel
5. Pemeriksaan grounding PMT
6. Pemeriksaan grounding lemari
7. Pemeriksaan kondisi pelumas pada roda gigi
8. Pemeriksaan tabung akumulator
9. Pemeriksaan belt kompresor
10. Pemeriksaan tangki (pneumatik)
Pemeriksaan Triwulanan
Berdasarkan FMEA/FMECA dan Inspeksi Level-1, meliputi :
1. Kondisi suhu terminal utama (image thermovisi)
2. Kondisi suhu interrupter chamber (image thermovisi)
Pemeriksaan Tahunan
Berdasarkan FMEA/FMECA dan Inspeksi Level-1, meliputi :
1. Pemeriksaan struktur besi/baja atau beton
2. Pemeriksaan pondasi
3.3.3.2 IN SERVISE MEASUREMENT / ON LINE MONITORING
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan
peralatan bertegangan (On Line).
Pengukuran dan/atau pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui/memonitor kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur yang advanced
(seperti Thermal Image thermovision) yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan.
20
3.3.3.3 SHUTDOWN MEASUREMENT / SHUTDOWN FUNCTION CHECK
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan
peralatan tidak bertegangan (Off Line).
Pengukuran dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan dengan
menggunakan alat ukur sederhana serta advanced yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan.
Macam – macam pengukuran/pengujian :
I. Pengujian/pengukuran pada interrupter :
i. Pengukuran Tahanan isolasi
ii. Pengukuran Tahanan kontak
iii. Keserempakan kontak (breaker analyzer)
iv. Pengukuran nilai R pada Resistor (bila ada)
v. Pengukuran nilai C pada Capasitor (bila ada)
II. Pengujian pada media pemadam busur api :
i. Kualitas gas SF6
ii. Karakteristik minyak
iii. Pengujian ke-Vacuum-an
iv. Pengujian kerapatan gas (density gas)
III. Pengujian pada sistem mekanik penggerak :
i. Sistem pegas / spring
1. Pengujian fungsi start & stop motor penggerak
2. Pengukuran arus beban motor penggerak
3. Tahanan isolasi belitan motor penggerak
4. Pengukuran tegangan AC dan DC
ii. Sistem pneumatik
1. Pengujian fungsi start & stop motor kompresor
2. Pengujian fungsi system block
3. Pengujian kebocoran udara
4. Pengukuran konsumsi udara saat Open-Close-Open
5. Pengujian fungsi safety valve
6. Kalibrasi manometer
7. Pengukuran tegangan dan arus AC dan DC
8. Pengukuran waktu kerja kompresor
21
iii. Sistem hidrolik
1. Pengujian fungsi start & stop motor hidrolik
2. Pengujian fungsi system hidrolik
3. Pengujian kebocoran hidrolik
4. Pengukuran konsumsi hidrolik saat Open-Close-Open
5. Pengujian fungsi safety valve
6. Kalibrasi manometer
7. Pemeriksaan oil pressure switch
8. Pengukuran tegangan AC dan DC
9. Pengujian tekanan akumulator
10. Pengujian waktu reinflation
IV. Pengukuran Grounding/ pentanahan
V. Pemeriksaan fungsi lemari mekanik :
i. Pengujian fungsi close dan open (local/remote dan scada)
ii. Pengujian tegangan AC dan DC
iii. Pengujian emergency trip
iv. Pengujian fungsi alarm
v. Pengujian fungsi interlock mekanik dan elektrik
3.3.4 Evaluasi hasil pemeliharaan
METODE EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN
Gambar-3.1. Flow chart metode evaluasi
Metode evaluasi untuk pemeliharaan PMT mengacu pada flow chart / alur seperti pada
gambar diatas. Secara umum meliputi 3 (tiga) tahapan evaluasi pemeliharaan, yaitu :
A. Evaluasi Level – 1
22
Pelaksanaan tahap awal ini berdasarkan pada hasil In Service / Visual Inspection yang
sifatnya berupa harian, mingguan, bulanan atau tahunan, serta dapat juga dengan
menambahkan hasil on line monitoring. Tahapan ini menghasilkan kondisi awal (early
warning) dari PMT.
B. Evaluasi Level – 2
Hasil akhir serta rekomendasi pada tahap pertama menjadi inputan untuk dilakukannya
evaluasi level – 2, ditambah dengan pelaksanaan In Service Measurement. Tahapan ini
menghasilkan gambaran lebih lanjut untuk justifikasi kondisi PMT, serta menentukan
pemeliharaan lebih lanjut.
C. Evaluasi Level – 3
Merupakan tahap akhir pada metode evaluasi pemeliharaan. Hasil evaluasi level – 2
ditambah dengan hasil shutdown measurement dan shutdown function check, menghasilkan
rekomendasi akhir tindak lanjut yang berupa Life extension program dan Asset development
plan, seperti retrofit, refurbish, replacement atau reinvestment.
3.3.5 Standar Evaluasi Hasil Pemeliharaan
Standar evaluasi adalah acuan yang digunakan dalam mengevaluasi hasil
pemeliharaan untuk dapat menentukan kondisi peralatan PMT yang dipelihara. Standar yang
ada berpedoman kepada : instruction manual dari pabrik, standar-standar internasional
maupun nasional ( IEC, IEEE, CIGRE, ANSI, SPLN, SNI dll ) dan pengalaman serta
observasi / pengamatan operasi di lapangan.
Dikarenakan dapat berbeda antar merk / pabrikan, maka acuan yang diutamakan adalah
manual dari pabrikan PMT tersebut. Dapat digunakan acuan yang berasal dari standar
internasional maupun nasional, apabila tidak diketemukan suatu nilai batasan pada manual
dari pabrikan PMT tersebut.
23
BAB IV
Prosedur / instruksi kerja uji tahanan isolasi pada pmt serta analisa
4.1 Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ialah proses pengukuran dengan
suatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran) tahanan
isolasi pemutus tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang
ditanahkan maupun antara terminal masukan (I/P terminal) dengan terminal keluaran (O/P
terminal) pada fasa yang sama.
Hal yang bisa mengakibatkan kerusakan alat ukur adalah bilamana alat ukur tersebut
dipakai untuk mengukur obyek pada lokasi yang tegangan induksi listrik di sekitarnya sangat
tinggi atau masih adanya muatan residual pada belitan atau kabel. Langkah untuk
menetralkan tegangan induksi maupun muatan residual adalah dengan menghubungkan
bagian tersebut ke tanah beberapa saat sehingga induksinya hilang.
Untuk mengamankan alat ukur terhadap pengaruh tegangan induksi maka peralatan
tersebut perlu dilindungi dengan Sangkar Faraday (lihat gambar 3.1) dan kabel-kabel
penghubung rangkaian pengujian sebaiknya menggunakan kabel yang dilengkapi pelindung
(Shield Wire).
Jadi untuk memperoleh hasil yang valid maka obyek yang diukur harus betul - betul
bebas dari pengaruh induksi.
24
BUSBAR 500 kV
Megger konvensional
Plat seng atau aluminium ukuran 1 x 2 meter dan dihubungkan ke tanah
Gambar. Pengukuran tahanan isolasi menggunakan sangkar Faraday
4.2 Prinsip Kerja Alat Ukur Tahanan Isolasi
Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi PMT adalah untuk mengetahui besar (nilai)
kebocoran arus ( leakage current ) yang terjadi antara bagian yang bertegangan I/P terminal
dan O/P terminal terhadap tanah.
Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa PMT cukup aman untuk diberi
tegangan adalah dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang memenuhi
ketentuan yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi PMT itu sendiri sehingga terhindar
dari kegagalan isolasi.
Insulation tester banyak jenisnya (merk dan type megger), masing-masing memiliki
spesifikasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Mulai dari type sederhana,
menengah sampai dengan yang canggih. Display (tampilannya) juga banyak ragamnya; mulai
dari tampilan analog, semi digital dan digital murni.
Pada panel kendali (Front Panel) ada yang sangat sederhana, namun ada pula yang
super canggih. Tapi seluruhnya memiliki prinsip kerja yang sama.
4.3 Macam-Macam alat ukur tahanan isolasi
2.1. METRISO type 5000 2.2. KYORITSU model
25
A. 3123
2.3. METRISO type 5000 2.4. AEMC type
EXTECH (digital).
2.5. METRISO type 5000
AK (digital).
2.6. AVO type MJ15
26
2.7. HWASHIN type HS-
510
2.8. AEMC (analog)
2.9. FLUKE type 1520
(digital).
2.10. AEMC (digital)
4.4 Cara Penggunaan / Cara Pengukuran tahanan isolasi
Persiapan
1. Persiapkan alat ukur dan dan accessories lainnya serta yakinkan semuanya dalam
kondisi baik
Gambar apabila menggunakan megger merk kyoritsu
2. Periksa sumber tegangan / baterenya
27
Gambar apabila menggunakan megger merk kyoritsu
3. Persiapkan tool set yang diperlukan
4. Persiapkan blanko pengukuran (Formulir: P3BJB TEK/FML/IK.TRF/002.MEG)
5. Catat spesifikasi PMT yang akan diukur
6. Letakkan alat ukur pada tempat yang aman dan terjangkau.
7. Referensi hasil pengukuran tahanan isolasi adalah 1 MΩ/kV & PI = 1,25 – 2 (SE PLN
No.032/PST/1984 dan Suplemennya serta Buku Panduan Pemeliharaan Trafo
Tenaga)
Pelaksanaan
1. Masukkan pangkal kabel tester pada terminal alat ukur.
2. Hubungkan Kabel LINE dan kabel EARTH ke objek uji seperti pada tabel di bawah
untuk beberapa variasi pengukuran.
NO Pengukuran Kabel line Kabel earth Kabel guard
1 Fasa R atas – Fasa R bawah Fasa R atas Fasa R bawah Ground / body
2 Fasa R atas – ground / body Fasa R atas Ground / body Fasa R bawah
3 Fasa R bawah – ground / body Fasa R bawah Ground / body Fasa R atas
4 Fasa S atas – Fasa S bawah Fasa S atas Fasa S bawah Ground / body
5 Fasa S atas – ground / body Fasa S atas Ground / body Fasa S bawah
6 Fasa S bawah – ground / body Fasa S bawah Ground / body Fasa S atas
7 Fasa T atas – Fasa T bawah Fasa T atas Fasa T bawah Ground / body
28
8 Fasa T atas – ground / body Fasa T atas Ground / body Fasa T bawah
9 Fasa T bawah – ground / body Fasa T bawah Ground / body Fasa T atas
Gambar PMT 150kv merk ABB di GI Angke, tanda merah titik pengujian megger
3. Pada saat pengukuran yakinkan bahwa semua probe terhubung dengan baik.
4. Pindahkan posisi selector tegangan ke 5000 Volt
5. Setting waktu pengukuran dengan menekan tombol TIME SET:
a. Time 1 = 1 menit
b. Time 2 = 10 menit
6. Tekan dan putar sesuai arah panah tombol PRESS TO TEST hingga posisi LOCK
7. Amati hasil penunjukkan pada alat ukur dan catat pada blanko yang telah disediakan.
8. Tekan dan putar berlawanan arah panah tombol PRESS TO TEST ke posisi semula.
9. Tunggu sejenak untuk memberikan waktu ke alat ukur melakukan self discharge atau
dapat juga dilakukan dengan menghubung singkat terminal ukur ke ground.
10. Pindah selektor tegangan ke posisi OFF
29
Ra
Rb
Sa
Sb
Ta
Tb
Finishing
1. Lepas rangkaian kabel alat ukur
2. Simpan pada kotak penyimpanan bersama dengan kabel atau accessoriesnya
3. Lakukan pengecekan ulang untuk meyakinkan sambungan konduktor/kabel pada
terminal telah terpasang dengan baik dan benar
4.5 Standar Pengukuran / pengujian Tahanan Isolasi
Batasan tahanan isolasi PMT sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan SE.032/PST/1984
dan menurut standard VDE (catalouge 228/4) minimum besarnya tahanan isolasi pada suhu
operasi dihitung “ 1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm) “.
Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa terhadap tanah, kebocoran arus yang
diijinkan setiap kV = 1 mA.
Bila dilihat dari hitungan teori standard minimal tahanan isolasi dapat dihitung dengan rumus
( 1000 . U ) ( 1000 . 20000 V )
R = ————— ∙ U ∙ 2,5 contoh : R = ________________ . 20000 V . 2,5
Q 5000 V
R = 200 MΩ
Dimana :
R = Tahanan isolasi minimal.
U = Tegangan kerja.
Q = Tegangan Megger.
1000 = Bilangan tetap.
2,5 = Faktor Keamanan (apabila baru).
Megger ini banyak digunakan petugas dalam mengukur tahanan isolasi pada
Kabel instalasi pada rumah-rumah / bangunan
Kabel tegangan rendah
Kabel tegangan tinggi
Transformator, OCB dan peralatan listrik lainnya.
30
BAB V
Kesimpulan dan lampiran
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kerja praktek dengan judul laporan UJI TAHANAN ISOLASI
PMT DALAM PEMELIHARAAN TERHADAP SISTEM TENAGA LISTRIK PT PLN
(Persero) APP DURIKOSAMBI GI ANGKE maka dapat membuat kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ialah proses pengukuran
dengan suatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk memperoleh hasil
(nilai/besaran) tahanan isolasi pemutus tenaga antara bagian yang diberi tegangan
(fasa) terhadap badan (case) yang ditanahkan maupun antara terminal masukan
(I/P terminal) dengan terminal keluaran (O/P terminal) pada fasa yang sama.
b. Dalam melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT harus sesuai dengan buku
instruksi kerja ataupun buku manual untuk meminimalisir kerusakan alat uji dan
mendapatkan hasil uji yg maksimal sehingga akurat untuk dijadikan bahan
analisis pmt tersebut.
c. Batasan tahanan isolasi PMT sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan
SE.032/PST/1984 dan menurut standard VDE (catalouge 228/4) minimum
besarnya tahanan isolasi pada suhu operasi dihitung “ 1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega
Ohm) “. Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa terhadap tanah,
kebocoran arus yang diijinkan setiap kV = 1 mA.
31
Lembar Hasil Pemeliharaan Tahunan PMT
LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA TAHUNAN
Lokasi :
Bay :
Merk /type :
Tegangan :
Tanggal :
No Uraian Kegiatan A C U A N
Kondisi
Awal Tindakan
Hasil
AkhirKesimpulan
Pelaksana
a b 1 2 I II
A B C D E F G H
1.Pembersihan
Bushing/IsolatorBersih
2.Pemeriksaan
Terminal-terminalKencang, bersih
3.Pemeriksaan
Pondasi
Kokoh, tidak
retak
4.Pemeriksaan
Lemari Kontrol
- Pemeriksaan
KebersihanBersih
Tidak putus
Kencang
5. Counter Bekerja baik
Penunjukannya
benar
6. Indikator
- Pemeriksaan
indikator level
minyak
Jelas & pada
posisi normal
Bekerja normal
- Pemeriksaan
indikator tek.
Udara
Jelas & pada
posisi normal
Bekerja normal
- Pemeriksaan
indikator Nitrogen
Jelas & pada
posisi normal
7.
Sistem
Penggerak
Hidrolik
- Pemeriksaan
tekanan minyak
Jelas & pada
posisi normal
41
- Pemeriksaan
seal-seal
Jelas & pada
posisi normal
- Pemeriksaan oil
level
Jelas & pada
posisi normal
- Pembersihan
filter minyakBersih
- Pengujian
triping/closing coilBekerja normal
- Pemeriksaan
kontaktor motor
DC
Baik, bersih
8.
Sistem
Penggerak
phenematic
- Pemeriksaan oli
compresor
Baik dan tidak
berkurang
Bersih
- Pembersihan
filter udara
Bersih, tidak
buntu/mampet
Normal/tidak
bocor
Cukup dan tidak
ada aus
- Pemeriksaan v
beltTidak ada cacat
Bersih dan baik
- Pengujian
triping/closing coilBekerja normal
9. Sistem
Penggerak Pegas
Bersih, seal
karet tidak
rusak
Cukup, tidak
ada aus/cacat
Baik, bekerja
normal
- Pemeriksaan
indikator pegas
Jelas, bekerja
normal
- Pengujian
triping/closing coilBekerja normal
Bersih,tidak
aus,pelumas
cukup
42
10. Pengukuran
Tahanan Isolasi
Isolasi yang
diijinkan
R = 1 M.
Ohm/kV
Meger 5000
Volt
- Fasa R :
atas - bawah
atas - tanah
bawah - tanah
- Fasa S :
atas - bawah
atas - tanah
bawah - tanah
- Fasa T :
atas - bawah
atas - tanah
bawah - tanah
>/=140kV / cm
Sesuai name
plate
Jernih, 5x trip
(Small Oil)
11. Pengukuran
Tahanan Kontak
Std G.E
< 100 - 250
Std G.E
< 100 - 350
Std ASEA <
45 Standard MG
35 .(SF6)
R :
- Kontak atas -
bawahS :
T :
12. - Buka Maks. 50 ms
- TutupMaks. 100 ms
13. Pengujian
CapasitorR </= 1 Ohm
14.
Pemeriksaan
Bushing
Capasitor
Bersih, tidak
ada keretakan
43
Baik sesuai
name plate
15. Over haul PMT
(kondisional)
Baik sesuai
name plate
Tidak bocor,
tidak rembes
Bersih dan baik
Bekerja Normal
16.Pengecatan
tanda-tanda Fasa
Jelas warna
atau huruf
Penanggung Jawab Pengawas,
( …………………………….. ) ( …………………………….. )
Keterangan :
a : Baik
b : Tidak Baik
1 : Sesuai Acuan
2 : Baik
I : Tidak Baik
II : Sesuai Acuan
Yang sifatnya pengukuran ditulis harga/angka
44
DAFTAR PUSTAKA
Hanif Guntoro. 2008. Circuit Breaker - Sakelar Pemutus Tenaga/PMT-bagian I (online)
(http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/10/circuit-breaker-sakelar-pemutus.html.
Diakses 26 februari 2013).
Hanif Guntoro. 2008. Circuit Breaker - Sakelar Pemutus Tenaga/PMT-bagian II (online)
(http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/10/jenis-jenis-circuit-breaker-sakelar.html. Diakses 26
februari 2013).
PLN DISJAYA. 2009. PENGENALAN KUBIKEL. Jakarta, penerbit PLN DISJAYA
PLN GI ANGKE. 2001. SEJARAH GI.ANGKE. Jakarta, Penerbit tim GI Angke.
PLN P3B JB. 2010. INSTRUKSI KERJA TAHANAN ISOLASI. Jakarta, Penerbit PLN P3B
JB.
PLN PUSDIKLAT. 2011. B.1.1.2.08.3 PENGGUNAAN PERALATAN KERJA DAN
ALATUKUR LISTRIK. Jakarta, Penerbit PLN PUSDIKLAT.
PLN PUSDIKLAT. 2011. BUKU PETUNJUK PEMUTUS TENAGA (PMT) Jakarta,
Penerbit PLN PUSDIKLAT.
PLN PUSDIKLAT. 2011. PEMELIHARAAN PERALATAN GI. Jakarta, Penerbit PLN
PUSDIKLAT.
45