laporan kerja praktek pengolahan limbah cair pt …
TRANSCRIPT
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR GIIC PLANT
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Studi Teknik Lingkungan
Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa
Disusun oleh:
NIA
NIM : 331510053
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA
BEKASI
2019
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : NIA
NIM : 331510053
Judul KP : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT SUZUKI
INDOMOBIL MOTOR GIIC PLANT
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Laporan Kerja Praktek ini
berdasarkan hasil pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya
orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.
Cikarang, April 2019
Yang membuat pernyataan,
NIA
NIM. 331510053
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR CIKARANG PLANT
Di Susun Oleh :
NIA
331510053
Pembimbing Lapangan, Dosen Penguji,
Ilham Aulia Marganti, S.T Dodit Ardiatma, S.T., M.Sc.
NIK : 8629 NIDN : 040.302.920.1
Dosen Pemimbing,
Hamzah M. M. Putra, S.K.M., M.M.
NIDN : 0424109102
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan
Dodit Ardiatma, S.T., M.Sc.
NIDN : 040.302.920.1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat kasih Tuhan yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek yang berjudul “Pengolahan Limbah Cair di
PT. Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant”. Kerja praktek ini merupakan salah satu
syarat akademik untuk menyelesaikan studi tingkat S-1 di Fakultas Teknik Program
Studi Teknik Lingkungan STT Pelita Bangsa. Dalam penyusunan laporan kerja
praktek ini ada banyak hambatan yang dihadapi penulis. Akan tetapi, berkat saran,
kritik, dan dorongan dari berbagai pihak, laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan.
Untuk itu penulis ingin menyampaikan pernyataan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. PT. Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant yang sudah memberi kesempatan
kepada mahasiswa untuk melakukan Kerja Praktek di WWTP PT. Suzuki
Indomobil Motor GIIC Plant.
2. Bapak Dodit Ardiatma, S.T., M.Sc. selaku Kaprodi Teknik Lingkungan yang
telah membantu selama persiapan dan penyusunan laporan kerja praktek.
3. Bapak Hamzah M. M. Putra, S.K.M., M.M. selaku dosen pembimbing yang
sudah meluangkan waktu untuk bimbingan dengan mahasiswanya sehingga
dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan baik.
4. Keluarga dan teman-teman TL.15 yang senantiasa memberi support kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna.
Namun, penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat berguna bagi siapapun yang
membacanya.
Cikarang, April 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan yang pesat saat ini adalah industrialisasi, dimana dapat
menyebabkan dampak terhadap lingkungan. Akan tetapi pertumbuhan industri
tidaklah diiringi dengan pengendalian terhadap dampak negatifnya yaitu limbah.
Limbah yang terdiri dari limbah cair, padat dan gas yang dihasilkan dapat mencemari
badan air, tanah dan udara, karena itu industri tersebut harus mempunyai unit
pengolahan limbah dan mengadakan pengawasan dengan pemeriksaan laboratorium
secara berkala.
Cikarang adalah sebuah kota di Kabupaten Bekasi yang terletak 34 km
sebelah timur Jakarta dan terkenal sebagai Kota Industri terbesar di Asia Tenggara.
Kawasan Industri di Cikarang merupakan Kawasan Industri yang potensial,
mengingat sekitar 2.125 unit pabrik dari 25 Negara berlokasi di kawasan tersebut
(Restu, 2018). Gro Harlem (1987:282) mengemukakan dampak negatif terhadap
lingkungan yang ditimbulkan kegiatan industri pada mulanya hanya dipandang
sebagai pencemaran udara, air dan tanah yang bersifat setempat. Bidang industri
selain memberikan dampak yang luar biasa juga memberikan dampak yang
merugikan, yaitu limbah industri.
Limbah industri yang dihasilkan pun sebagian besar adalah limbah yang
tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah industri ini perlu
mendapatkan pengolahan terlebih dulu sebelum dibuang ke dalam lingkungan. Hal
ini dimaksudkan agar zat berbahaya yang terkadang di dalamnya tidak ikut terbuang
ke lingkungan. Pembungan limbah ke lingkungan tanpa pengolahan dapat
menyebabkan pencemaran dan membunuh organisme yang ada di dalamnya.
Data pencemaran ( Badan Pusat Statistik, 2012) yang diperoleh pada tahun
2012 yang didapat dengan uji laboratorium dengan pengambilan sampel di lima titik
pencemar pada saluran drainase menunjukkan pencemaran pada parameter utama
(Total Suspended Solid) TSS 1130,2 mg/l, (Biologycal Oxygen Demand) BOD 180,27
mg/l, (Chemical Oxygen Demand) COD 392,23 mg/l sedangkan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No.3 Tahun 2010 baku mutu parameter yang diperlukan
effluent menuju badan air yaitu TSS 150 mg/l, BOD 50 mg/l, COD 100 mg/l. Nilai
TSS, COD, BOD pada laboratorium tentunya diatas ambang baku mutu limbah
kawasan industri, sehingga dibutuhkan pengolahan terlebih dahulu.
PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR GIIC PLANT adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang otomotif manufaktur khususnya perakitan roda empat.Yang
menjadi sumber pencemaran di PT. Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant untuk
limbah cair berasal dari berbagai macam proses produksi seperti Powertrain,
Painting, assy body, die casting, dan lain sebagainya. Bahan baku sisa proses
produksi dan aktifitas karyawan tersebut adalah salah satu penghasil limbah yang
berupa limbah padat dan limbah cair.
Berdasarkan UU RI No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka setiap industri maupun instansi/ badan usaha
harus bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan dari
kegiatannya. Pada kesempatan ini penulis bermaksud untuk mempelajari pengolahan
limbah khususnya limbah cair yang berasal dari sisa kegiatan produksi seperti alkali
waste water, phosphate waste water, high oil waste water, low oil waste water,
organic waste water dan berbagai macam limbah cair industri lainnya dengan
mengunakan metode biologi, kimia, dan fisika.
Treatment untuk air limbah atau waste water treatment dilakukan untuk
menghilangkan pencemaran limbah dalam air, agar air dapat dibuang ke badan air
sesuai dengan aturan baku mutu air limbah yang sudah menjadi ketentuan
standarisasi baku mutu WWTP GIIC PLANT. Maka dari itu PT SIM melakukan
treatment dengan cara yang sangat efektif yang ditinjau dari segi aspek lingkungan
dan ekonomi.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang uraiaan di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi yaitu:
1. Apakah proses pengolahan limbah cair di PT Suzuki Indomobil Motor sesuai
standar ?
2. Apakah hasil limbah cair PT Suzuki Indomobil Motor memiliki jenis-jenis
limbah yang berbeda ?
3. Apakah proses pengolahan limbah cair industri di perusahaan sudah mentaati
peraturan pemerintah yang ditetapkan ?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka penulis memfokuskan pada “Pengolahan Limbah Cair di PT SUZUKI
INDOMOBIL MOTOR GIIC PLANT”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pongolahan limbah cair di PT Suzuki Indomobil Motor
GIIC PLANT ?
2. Apa saja jenis limbah cair PT Suzuki Indomobil Motor GIIC PLANT ?
3. Apakah Proses pengolahan limbah cair di PT Suzuki Indomobil Motor sudah
sesuai peraturan baku mutu GIIC PLANT tetapkan ?
1.5 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis limbah dan sumber limbah yang ada di PT Suzuki
Indomobil Motor GIIC Plant.
2. Untuk mengetahui proses pengolahan limbah cair di PT Suzuki Indomobil
Motor GIIC Plant.
3. Untuk mengetahui standard atau parameter air buangan sesuai dengan standar
yang sudah ditetapkan.
1.6 Manfaaat Kerja Praktek
Manfaat kegiatan kerja praktek adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan mengenai proses pengolahan limbah cair di PT.
Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant.
b. Menambah informasi dan korelasi kemitraan dalam dunia usaha/ industri.
c. Menjadi sarana belajar (transfer ilmu) dari orang lain/ lingkungan yang baru.
2. Bagi Program Studi Teknik Lingkungan
a. Dapat menjadi media untuk menjalin kerjasama antara institusi pendidikan
dan perusahaan.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil dari
lapangan dalam kerja praktek.
c. Memperoleh masukkan yang positif untuk dapat ditetapkan dalam program
kerja praktek selanjutnya.
1.7 Target dan Sasaran Kerja Praktek
1. Target Kerja Praktek
a. Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kerja Praktik dengan baik.
b. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang berkaitan dengan teknologi
pengolahan limbah cair di PT. Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant.
c. Mahasiswa mendapatkan ilmu dan wawasan baru selama kerja praktik di PT.
Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant.
2. Sasaran Kerja Praktek
Penulis berminat untuk kerja praktek di PT. Suzuki Indomobil Motor GIIC
Plant dengan sasaran dan tujuan yaitu mengamati pengolahan limbah cair di
perusahaan tersebut untuk melakukan analisis bagaimana mekanisme kerja sistem
instalasi pengolahan limbah cair di PT. Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant.
Dengan adanya sasaran dan tujuan yang tepat, penulis dapat menerapkan ilmu
yang sudah diajarkan oleh dosen pengampu khususnya dibidang instalasi
pengolahan air buangan atau air limbah untuk digunakan sebagai pedoman atau
dapat membantu untuk penerapan kerja praktek di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Cair
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah bahan berbahaya
dan beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan
hidup, atau membahayakan lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup
(Suharto, 2010).
Komposisi air limbah sebagian besar terdiridari air (99,9 %) dan sisanya
terdiri dari partikel-partikel padat terlarut (dissolved solid) dan tersuspensi
(suspended solid) sebesar 0,1 %. Partikel-partikel padat terdiri dari zat organik (±
70 %) dan zat anorganik (± 30 %), zat-zat organik terdiri dari protein (± 65 %),
karbohidrat (± 25 %) dan lemak (± 10 %).
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah
air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu
campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air buangan
dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan.Berdasarkan sifat fisiknya
limbah dapat dikategorikan atas limbah padat, cair, dan gas.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk menyisihkan bahan
polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air
buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga
metode pengolahan, yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia, dan
pengolahan secara biologi (Suharto, 2010).
2.2 Karbon Aktif
2.2.1 Pengertian Karbon Aktif
Karbon aktif atau sering juga disebut sebagai arang aktif adalah suatu jenis
Karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai
Dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Hanya dengan satu gram dari
Karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki luas permukaan kira-
Kira sebesar 500 m2 (didapat dari pengukuran adsorpsi gas nitrogen). Biasanya
Pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaannya saja. Namun,
beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon
aktif itu sendiri (Idrus Rosita, 2013).
Proses Meliputi Produk seperti tar dan hidrokarbon lainnya. Karbon aktif
tersedia secara juga komersial dibuat dari bahan yang memiliki kandungan karbon
yang tinggi seperti batubara, lignit, kayu, gambut, kulit biji, tempurung kelapa, lignin,
kokas minyak bumi, dan polimer tinggi sintetik. Proses manufaktur terdiri dari dua
tahap, karbonisasi dan aktivasi. Karbonisasi pengeringan dan pemanasan untuk meng
hapus yang tidak diinginkan oleh Bahan karbon kemudian pyrolyzed Dan
berkarbonisasi dalam rentang temperatur 400-600OC dalam suasana Kekurangan
oksigen. Hal ini menghilangkan fraksi molekul rendah-Berat mudah menguap dan
menyebabkan bahan untuk menjalani proses aktivasi. Aktivasi dapat dicapai secar
termal oleh penggunaan gas oksidasi seperti uap diatas 800OC atau CO2 disuhu yang
lebih tinggi (Ferhan Cecen dkk, 2012).
Pengaktifan arang pada prinsipnya adalah membuka pori-pori arang agar
menjadi lebih luas, Yaitu dari 2 m2/g pada arang yang sifatnya lembam menjadi 300 -
2000 m2/g pada arang aktif. Arang aktif disusun oleh atom-atom karbon yang terikat
secara kovalen dalam kisi heksagonal yang amorf dan berupa pelat datar.Pelat-pelat
ini bertumpuk satu sama lain dengan gugus hidrokarbon pada Permukaannya. Dengan
menghilangkan hidrogen dari gugus hidrokarbon, permukaan dan pusat arang aktif
menjadi luas (Suhartana, 2006).
Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah
industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut
sempurna akan mengendap didasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi
koloid dan akan menghalangi bahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD
karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji
COD. Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan
padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik (Wardana, 1999).
2.2.2 Ciri-ciri Fisik
Ciri-ciri fisik utama air limbah adalah kandungan bahan padat, warna, bau
dan suhunya.
a. Bahan padat
Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan atas
empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat lainnya (Fardiaz,
1992 dalam Habibi, 2012). Empat kelompok tersebut yaitu:
1) Padatan terendap (sedimen)
2) Padatan tersuspensi dan koloid
3) Padatan terlarut
4) Minyak dan lemak
b. Warna
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum
air limbah. Air buangan industri serta bangkai benda organis yang menentukan
warna air limbah itu sendiri (Sugiharto, 1987 dalam Habibi, 2012).
c. Bau
Pembusukan air limbah adalah merupakan sumber dari bau air limbah
(Sugiharto, 1987 dalam Habibi, 2012). Hal ini disebabkan karena adanya zat
organik terurai secara tidak sempurna dalam air limbah.
d. Suhu
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi daripada air bersih, karena adanya
tambahan air hangat dari perkotaan (Tchobanoglous, 1991 dalam Habibi, 2012).
2.2.3 Ciri-ciri Kimiawi
Air limbah tentunya mengandung berbagai macam zat kimia. Bahan organik
pada air limbah dapat menghabiskan oksigen serta akan menimbulkan rasa dan bau
yang tidak sedap pada penyediaan air bersih (Sugiharto, 1987 dalam Habibi, 2012).
Pengujian kimia yang utama adalah yang bersangkutan dengan amonia bebas,
nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik dan fosfor anorganik (Tchobanoglous,
1991 dalam Habibi, 2012).
2.2.4 Ciri-ciri Biologis
Pemeriksaan biologis di dalam air limbah untuk memisahkan
apakah ada bakteri-bakteri pathogen berada di dalam air limbah
(Sugiharto, 1987 dalam Habibi, 2012). Berbagai jenis bakteri yang terdapat di
dalam air limbah sangat berbahaya karena menyebabkan penyakit.
Kebanyakan bakteri yang terdapat dalam air limbah merupakan bantuan
yang sangat penting bagi proses pembusukan bahan organik
(Tchobanoglous, 1991 dalam Habibi, 2012).
Limbah cair merupakan air buangan yang dihasilkan dari suatu industri yang
merupakan hasil samping dari suatu proses produksi yang dapat memberikan
dampak pada lingkungan.Adapun efek samping dari limbah tersebut dapat berupa:
1. Membahayakan kesehatan manusia karena dapat merupakan pembawa
suatu penyakit (sebagai vehicle).
2. Merugikan segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada
benda/bangunan maupun tanam-taman dan peternakan.
3. Dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air seperti
ikan dan binatang peliharaannya lainnya.
4. Dapat merusak keindahan (estetika), karena bau busuk dan pemandangan
yang tidak sedap dipandang terutama di daerah hilir sungai yang
merupakan daerah rekreasi.
Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu kiranya diperhatikan efek samping
yang akan ditimbulkan oleh adanya suatu industri sebelum industri tersebut mulai
beroperasi. Oleh karena itu, perlu dipikirkan industri tersebut menghasilkan
limbah yang berbahaya atau tidak, sehingga segera dapat ditetapkan perlu
tidaknya disediakan bangunan pengolah air limbah serta teknologi yang
dipergunakan dalam pengolahan.
2.3 Sumber dan Karakteristik Limbah Cair
Sumber limbah cair bermacam-macam sumber penyebabnya, bisa berdasarkan
jenis proses maupun material yang diolah sehingga menghasilkan limbah cair, serta
mempunyai karakteristik limbah cair yang berbeda sesuai dengan sumber limbah
cairnya. Berikut sumber dan karakteristik dalam tabel:
Tabel 2.1 Karakteristik Limbah secara Fisik, Kimia dan Biologis serta Sumbernya
Karakteristik Sumber asal air limbah
Sifat Fisik :
Warna-warna
Warna
Air buangan rumah tangga dan industri, bangkai
benda organik.
Bau Pembusukan air limbah dan air industri.
Endapan Penyediaan air minum rumah tangga, air limbah
rumah tangga dan industri, erosi tanah, infiltrasi.
Temperatur Air limbah rumah tangga dan industri.
Kandungan Bahan Kimia :
Organik:
Karbohidrat
Karbohidrat
Air limbah rumah tangga, perdagangan serta limbah
industri.
Minyak, lemak dan
Gemuk
Air limbah rumah tangga, perdagangan serta limbah
industri.
Pestisida Air limbah pertanian.
Fenol Air limbah industri.
Protein Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Polutan utama Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Surfaktan Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Senyawa organic
volatile
Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Lain- lain Bangkai bahan organik alamiah.
Anorganik:
Kesadahan Air limbah dan air minum rumah tangga serta
infiltrasi air tanah.
Klorida Air limbah dan air minum rumah tangga dan
infiltrasi air tanah.
Logam berat Air limbah industri.
Nitrogen Air limbah rumah tangga dan pertanian.
pH Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Fosfor
Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri
serta limpahan air hujan.
Polutan utama Air limbah rumah tangga, perdagangan dan industri.
Belerang Air limbah dan air minum rumah tangga serta air
limbah industri dan perdagangan.
Gas- gas:
Hidrogen sulfide Pembusukan limbah rumah tangga.
Metan Pembusukan limbah rumah tangga.
Oksigen
Penyediaan air minum rumah tangga serta
perembesan air permukaan.
Kandungan biologis:
Hewan Saluran terbuka dan bangunan pengolah.
Tumbuh-
tumbuhan
Saluran terbuka dan bangunan pengolah.
Protista:
Eubacteria Limbah rumah tangga, infiltrasi air permukaan dan
bangunan pengolah.
Archaebacteria Limbah rumah tangga, infiltrasi air permukaan dan
bangunan pengolah.
Virus Limbah rumah tangga.
Sumber : Tchobanoglous and Burton, 1991
2.4 Parameter Fisik
Untuk mengetahui kadar limbah cair bisa diketahui dari fisik limbah yang
berupa:
1. Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan merupakan hasil dari penyebaran / pemancaran dan absorpsi sinar
yang dilakukan oleh suspended solid.
2. Padatan Total (Total Solids)
Padatan total (Total Solids) terdiri atas zat organik, anorganik, zat yang dapat
mengendap, zat tersuspensi maupun zat yang terlarut yang terdapat dalam air
limbah (Qasim, 1985).
3. Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid)
Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid) adalah jumlah berat dalam
mg/l kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan
dengan membran berukuran 0,45 mikron (Sugiharto, 1987).
4. Bau
Bau yang dihasilkan oleh limbah terjadi pada saat air limbah terurai
pada kondisi anaerob. Bau ini berasal dari bahan- bahan volatile (mudah
menguap), gas terlarut, hasil pembusukan bahan organik dan minyak yang
dilakukan oleh mikroorganisme (Sugiharto, 1987).
5. Warna
Parameter warna ini umumnya tidak berbahaya tetapi hanya mengurangi
estetika saja ( Sugiharto, 1987).
6. Temperatur
Temperatur air limbah biasanya lebih tinggi daripada air bersih. Hal ini
terjadi karena adanya kegiatan mikroba dalam air, gas yang dihasilkan dari
kegiatan mikroba tersebut, dan karena adanya viskositas aliran air limbah
(Qasim, 1985).
2.5 Parameter Kimia
Untuk mengetahui kualitas dari limbah cair dapat diketahui dengan
pengecekan parameter kimia yang terkandung didalam limbah cair sebagai berikut:
1. pH
pH adalah parameter untuk mengetahui intensitas tingkat keasaman atau
kebasaan dari suatu larutan yang dinyatak an dengan konsentrasi ion hidrogen
terlarut. Pada instalasi pengolahan air buangan secara biologi, pH harus dikontrol
supaya berada dalam rentang yang cocok untuk organisme tertentu yang
digunakan.
Baku mutu pH berkisar pada rentang yang cukup besar di se kitar pH netral,
yaitu antara 6.0 - 9.0. Hal ini bukan berarti bahwa perubahan pH yang terjadi
sepanjang rentang tersebut sama sekali tidak berdampak terhadap makhluk hidup
dan lingkungan sekitar. pH merupakan faktor penting yang menentukan pola
distribusi biota akuatik, karena itu perubahan pH yang kecil dapat memberi
dampak besar terhadap toksisitas polutan seperti amonia. Dampak dari sejumlah
polutan dapat bervariasi, mulai dari tak terdeteksi sampai sangat serius, tergantung
pada pH.
2. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD adalah suatu analis is empiris yang mencoba mendekati secara global
proses-proses biologis yang benar -benar terjadi didalam air. Angka BOD adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi)
hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat -zat organik yang
tersuspensi dalam air.
3. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Angka COD merupakan ukuran
bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat di oksidasi
melalui mikrobiologis menjadi CO2, H2O dan senyawa organik, dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Jumlah oksigen terhitung
jika komposisi zat organis terlarut telah di ketahui dan di anggap semua C, H, dan
N habis teroksidasi menjadi CO2, H2O, dan NO3.
4. Total Nitrogen (N Total)
Total nitrogen adalah kandungan nitrogen organik, amonia, nitrit dan nitrat
yang terdapat dalam air limbah. Nitrogen dan fosfor bersama-sama dengan
karbon berfungsi sebagai nutrien yang dapat menyelaraskan pertumbuhan
tumbuhan di air (Qasim, 1985).
5. Nitrogen Amonia (NH3-N)
Amonia (NH3) terdapat secara alami dalam berbagai konsentrasi pada air
tanah, air permukaan, dan air buangan. Amonia dapat berasal dari reduksi
senyawa organik yang mengandung nitrogen, deaminasi senyawa amina, hidrolisa
urea, dan akibat penggunaannya untuk deklorinasi dalam instalasi pengolahan air
Jumlah amonia dalam air tanah relatif sedikit karena diserap oleh tanah.
Dalam larutan aqueous amonia bereaksi membentuk kesetimbangan sebagai
berikut : NH3+ H2O ßàNH4++ OH
-
Amonia bersifat sangat toksik terhadap banyak organisme terutama ikan dan
invertebrata, sedangkan amonium (NH 4+) bersifat kurang toksik. Konsentrasi
amonia dalam air tergantung pada pH dan temperatur. Semakin tinggi pH dan
temperatur air, semakin tinggi juga konsentrasi amonia. Konsentrasi amonia juga
menentukan tingkat toksisitas larutan.
Nitrifikasi adalah proses oksidasi biologi amonia menjadi nitrat oleh bakteri
autotrof, dengan nitrit sebagai senyawa antara. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
2NH4++ 3O2à2NO2
-+ 4H
++ 2H2O (oleh bakteri nitrosomonas) 2NO2
-+ O2à2NO3
-
(oleh bakteri nitrobacter)
2.6 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau Waste Water Treatment Plant,
(WWTP) adalah sebuah struktur yang di rancang untuk membuang limbah biologis
dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada
aktivitas yang lain.
Fungsi dari IPAL mencakup:
1. Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu
pestisida, dan sebagainya dari lingkungan pertanian.
2. Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan
limbah rumah tangga lainnya.
3. Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas
manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitas
pertambangan.
2.7 Metode Pengolahan Air Limbah
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah industri yang dibangun
harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh perusahaan setempat. Berbagai teknik
pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan
dikembangkan selama ini.
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut
secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
a. pengolahan secara biologi
b. pengolahan secara fisika
c. pengolahan secara kimia
a. Pengolahan secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang
paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai
metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor
pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor)
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85% - 90%
(dibandingkan 80% - 85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi
yang lebih tinggi (90% - 95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain,
yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi
dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki
kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak,
juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis
seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi
maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen
yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup
dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor)
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media
pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain : trickling filter,
cakram biologi, filter terendam, reaktor fluidisasi. Seluruh modifikasi ini dapat
menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80% - 90%.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara
biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proses aerob, yang
berlangsung dengan hadirnya oksigen dan proses anaerob, yang berlangsung tanpa
adanya oksigen, proses anaerob terjadi karena dalam suasana ini akan terbentuk H2O2
yang bersifat toxic tehadap bakteri.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses
anaerob menjadi lebih ekonomis.
Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip
pengendalian limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-
pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution
prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan
volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya.
Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan
kadar bahan pencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu
yang sudah ditetapkan.
b. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,
diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah
mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama
untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu
detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk
menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak
mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai
cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan
untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak
mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam
proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk
menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut
lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali
air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
c. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam
berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan membubuhkan bahan kimia
tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya
berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat
diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi - koagulasi), baik dengan atau
tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan
membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan
hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam
tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH >
9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida
[Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan
reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5.
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada
konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2),
kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat
memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya
pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
2.8 Baku Mutu Limbah Cair Industri
Air limbah yang sudah diolah oleh WWTP PT. Suzuki Indomobil Motor GIIC
Plant, kemudian hasil olahan atau effluent air limbah tersebut tidak langsung dibuang
ke badan air atau sungai, namun air tersebut dialirkan kembali ke WWTP kawasan
GIIC. Dengan kata lain air olahan limbah tersebut akan diolah kembali oleh pihak
kawasan atau WWTP Kawasan GIIC PLANT.
WWTP Kawasan GIIC mengeluarkan standard atau parameter untuk air
olahan limbah yang sudah diolah oleh masing-masing pabrik yang berada dalam
Kawasan Industri GIIC. Parameter tersebut metiputi : pH, TSS, TDS, COD, BOD,
Oil & grease, surfactants, dan warna air.
Dari standard yang sudah ditetapkan oleh Kawasan Industri GIIC, maka setiap
perusahaan atau pelaku industri di Kawasan Industri GIIC wajib untuk memenuhi
persyaratan parameter tersebut. Apabila terdapat parameter yang tidak sesuai dengan
standard maka akan ada peringatan dari pihak WWTP Kawasan berupa peringatan
lewat email atau berupa surat bahkan berupa sanksi denda kepada pelaku usaha. Oleh
karena itu, sebelum WWTP PT. Suzuki Indomobil Motor mengalirkan air sisa
pengolahan limbah ke WWTP Kawasan Industri GIIC, dilakukan jar tes atau
pengecekan terlebih dahulu apakah air limbah yang akan dialirkan sudah memenuhi
parameter persyaratan atau belum. Dengan begitu PT. Suzuki Indomobil Motor tidak
merugikan pihak WWTP Kawasan Industri GIIC.
2.9 Teknik Pengolahan Limbah Cair
Menurut LAPI ITB, 1998, Pengolahan limbah cair terutama ditujukan untuk
mengurangi kandungan bahan pencemar di dalam air, seperti senyawa organik,
padatan tersuspensi, mikroba patogen dan senyawa organik yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di alam. Proses pengolahan dilakukan
sampai batas tertentu sehingga limbah cair tidak mencemarkan lingkungan hidup.
Oleh karena itu, pengolahan limbah cair dapat dibagi menjadi 5 tahap :
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and
grit removal, equalization and storage, transfer gas, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang
sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang
berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah
neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan
filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari
air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan
pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated
sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin,
rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya
kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed,
incineration, atau landfill.
Tahap tersebut dimaksudkan untuk memudahkan dalam mengkategorikan dan
melaksanakan pengolahan sesuai dengan beban dan kandungan suatu limbah cair.
Dalam bab ini akan dibahas pengolahan awal dan tahap pertama secara singkat
dan tahap kedua secara lebih rinci.
2.10 Pengolahan Awal dan Tahap Pertama
Tujuan dari pengolahan awal dan tahap pertama adalah untuk meminimalkan
variasi konsentrasi dan laju alir dari limbah cair dan juga menghilangkan zat
pencemar tertentu. Terhadap beberapa jenis limbah cair perlu diberikan pengolahan
awal untuk menghilangkan zat pencemar yang tak terbiodegradasi atau beracun, agar
tidak mengganggu proses-proses selanjutnya. Sebagai contoh limbah cair yang akan
ditangani secara biologis harus memenuhi kriteria tertentu yaitu: pH antara 6-9 ; total
padatan tersuspensi < 125 mg/L; minyak dan lemak < 15 mg/L; sulfida < 50 mg/L,
dan logam-logam berat umumnya < 1 mg/l.
Jenis operasi atau proses yang dapat digolongkan ke dalam pengolahan awal
dan tahap pertama, antara lain :
1. Penyaringan (Screening)
Berfungsi untuk menghilangkan partikel - partikel besar dan limbah cair. Alat
ini dipakai pada industri pengalengan, bir, dan kertas. Terdapat berbagai jenis alat
penyaringan, misalnya, bar racks, static screens, dan vibrating screens.
2. Ekualisasi
Tujuan dari proses ini adalah untuk mengurangi variasi laju alir dan
konsentrasi limbah cair, agar mencegah pembebanan tiba-tiba (shock load).
Bentuk alat ini umumnya adalah kolam yang dapat dilengkapi dengan pengaduk
atau tanpa pengaduk, terkadang pula disertai dengan aerasi untuk mencegah
kondisi septik.
3. Netralisasi
Seringkali limbah cair industri bersifat asam atau basa sehingga
membutuhkan proses netralisasi sebelum pengolahan lanjut. Jika kemudian
dialirkan ke pengolahan biologis, maka pH harus dipertahankan dalam rentang 6,5
- 9,0 untuk menghindari inhibisi. Kadang-kadang pencampuran limbah basa
dengan limbah asam dapat dilakukan untuk memperoleh proses netralisasi yang
ekonomis. Untuk keperluan ini, dibutuhkan bak netralisasi dengan level cairan
konstan yang bertindak sebagai tangki netralisasi.
Limbah cair yang bersifat asam dapat dinetralisasi dengan melewatkan limbah
pada unggun batu kapur, setelah ditambahkan kapur padam Ca(OH)2, soda kaustik
NaOH, atau soda abuNa2CO3.
Terdapat dua tipe unggun batu kapur yaitu upflow dan downftow, namun yang
lebih populer adalah tipe upflow. Unggun batu kapur tidak dapat digunakan
apabila (1). Kandungan sulfat lebih dari 0,6%, CaSO4 yang terbentuk akan
menutupi permukaan batu kapur dan menghambat reaksi netralisasi, (2).
Kandungan ion logam Al 3+
dan Fe3+
, garam hidroksida yang terbentuk juga akan
menutupi permukaan batu kapur dan menghambat reaksi netralisasi.
Unggun yang di operasikan upflow lebih populer karena produk reaksi seperti
CO2 akan dapat dengan mudah dipisahkan di bandingkan pada pengop erasian
downflow. Sebelum memutuskan untuk menerapkan sistem ini, disarankan untuk
melakukan kajian dalam skala pilot. Kapur padam Ca(OH)2 biasanya tersedia lebih
murah dibandingkan senyawa basa lain atau bahkan soda abu Na2CO3, sehingga
menjadi bahan yang paling sering digunakan untuk netralisasi limbah cair asam.
Limbah cair basa dinetralkan dengan asam mineral kuat seperti H2SO4, HCI,
atau dengan CO2. Biasanya jika sumbcr CO 2tidak tersedia, netralisasi dilakukan
dengan H2SO4, karena harga H2SO4 yang lebih murah dibandingkan HCI. Reaksi
dengan asam mineral berlangsung cepat, sehingga perlu digunakan tangki
berpengaduk yang dilengkapi sensor pH untuk mengendalikan laju pemasukan
asam. Netralisasi limbah cair basa menggunakan CO2 biasanya menggunakan
perforated pipe grid yang diletakkan di bagian dasar tangki netralisasi, H2CO3
yang terbentuk akan bereaksi dengan senyawa-senyawa basa dalam limbah cair.
Proses netralisasi dapat diselenggarakan secara ekonomis apabila tersedia gas
buang pembakaran (flue gas).
4. Sedimentasi awal (primary sedimentation)
Tujuan sedimentasi awal adalah untuk menghilangkan zat padat yang
tersuspensi. Partikel tertentu, seperti padatan limbah kertas , pulp atau domestik,
akan menggumpal pada saat partikel tersebut menuju dasar tangki sedimentasi,
sehingga mempengaruhi laju pengendapan . Ini dikenal dengan pengendapan
floculant. Partikel seperti pasir, abu dan batubara tidak menggumpal, ini dikenal
dengan nama pengendapan discrete. Terdapat berbagai jenis tangki sedimentasi,
tetapi pada umumnya padatan dikeluarkan dari dasar tangki secara mekanis.
2.11 Pengolahan Tahap Kedua
Pengolahan biologis termasuk dalam pengolahan tahap kedua. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan atau mengurangi kandu ngan senyawa organik atau
anorganik dalam suatu air buangan. Fungsi ini dapat dicapai dengan bantuan aktifitas
mikrorganisme gabungan (mixed culture) yang heterotrofik. Mikroorganisme
mengkonsumsi bahan- bahan organic untuk membentuk biomassa sel baru serta zat-
zator ganik dan memanfaatkan energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk
metabolismenya.
Mikroorganisme dalam proses biologis sangat tergantung pada zat yang
terdapat dalam air buangan, apabila zat organik yang tersedia kurang maka
mikroorganisme akan menopang hidupnya dengan mengkonsumsi protoplasma.
Proses ini disebut respirasi endogen (endogenous respiration ). Jika kekurangan zat
organik ini berlangsung terus, mikroorganisme akan mati kelaparan atau
mengkonsumsi se luruh protoplasma hingga yang tcrsisa adal ah residu organik yang
relatif stabil.
Proses biologis untuk mengolah air buangan, jika ditinjau dari pemanfaatan
oksigennya, dapat dikelompokkan ke dalam emp at kelompok utama, yaitu :
a. Proses aerobik
b. Proses anaerobik
c. Proses anoksidan
d. Kombinasi antara proses aerobik dcngan salah satu proses diatas.
Masing-masing proses ini masih dibedakan lagi bertalian dengan apakah
pengolahan dicapai dalam suatu sistem pertumbuhan tersuspensi, sistem
pcrtumbuhan yang menempel pada media inert yang diam atau kombinasi keduanya.
Disamping itu, proses biologis dapat pula dikelompokkan atas dasar proses
operasinya. Ada tiga macam proses yang termasuk dalam cara pengelompokkan ini,
yaitu:
1. Proses kontinyu dengan atau tanpa daur ulang.
2. Proses batch.
3. Proses semibatch.
Proses kontinyu biasa digunakan untuk pengolahan aerobik limbah cair
domestik dan industri, sedangkan proses batch atau semi batch lebih banyak
digunakan untuk sistem anaerobik.
Gambar 2.1 Oksidasi Biologis Sempurna dari Buangan Organik
Sistem Lumpur Aktif
Pada dasarnya sistem lumpur aktif terdiri atas dua unit proses utama, yaitu
bioreaktor (tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem lumpur aktif,
limbah cair dan biomassa dicampur secara sempurna dalam suatu reaktor dan
diaerasi. Pada umumnya, aerasi ini juga berfungsi sebagai sarana pengadukan
suspensi tersebut. Suspensi biomassa dalam limbah cair kemudian dialirkan
ke tangki sedimentasi, dimana biomassa dipisahkan dari air yang telah diolah.
Sebagian biomassa yang terendapkan dikembalikan ke bioreaktor, dan air yang telah
terolah dibuang ke lingkungan. Agar konsentrasi biomassa di dalam reaktor konstan
(MLSS = 3 - 5 gfL), sebagian biomassa dikeluarkan dari sistem tersebut sebagai
excess sludge. Skema proses dasar sistem lumpur aktif dapat dilihat pada.
Gambar 2.2 Skema Proses Lumpur Aktif
Variabel operasional didalam proses lumpur aktif yang umum digunakan
dalam pengolahan limbah cair adalah sebagai berikut :
1. Beban BOD
Beban BOD adalah jumlah massa BOD di dalam air limbah yang masuk
(influent) dibagi dengan volume reactor.
2. Mixed-Liqour Suspended Solids (MLSS)
Isi didalam bak aerasi pada proses pengolahan air limbah dengan sistem
lumpur aktif disebut sebagai mixed liqour yang merupakan campuran antara air
limbah dengan biomassa mikroorganisme serta padatan tersuspensi lainnya. MLSS
adalah jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organik dan
mineral, termasuk didalamnya adalah mikroorganisme. MLSS ditentukan dengan
menyaring lumpur campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter
dikeringkan pada temperatur 105°C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang.
3. Mixed-Liqour Volatile Suspended Solids (MLVSS)
Porsi material organik pada MLSS diwakili oleh MLVSS, yang berisi material
organik bukan mikroba, mikroba hidup dan mati, dan hancuran sel (Nelson dan
Lawrence, 1980 dalam Said, 2007). MLVSS diukur dengan memanaskan terus
sampel filter yang telah kering pada 600 - 650°C, dan nilainya mendekati 65 –
75% dari MLSS.
4. Food to microorganism ratio atau food to mass ratio disingkat F/M Ratio
Parameter ini menunjukan jumlah zat organik (BOD) yang dihilangkan dibagi
dengan jumlah massa mikroorganisme didalam bak aerasi atau reaktor. Besarnya
nilai F/M Ratio umumnya ditunjukan dalam kilogram BOD per kilogram MLSS
per hari. F/M dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
F/M =
Dimana :
Q = laju air limbah (m³/hari)
S0 = Konsentrasi BOD didalam air limbah yang masuk ke bak aerasi/reaktor (kg/
m³)
S = Konsentrasi BOD didalam efluen (kg/ m³)
MLSS = Mixed-Liqour Suspended Solids (kg/ m³)
V = Volume bak aerasi (m³)
Rasio F/M dapat dikontrol dengan cara mengatur laju sirkulasi lumpur aktif
dari bak pengendapan akhir yang disirkulasi ke bak aerasi. Lebih tinggi laju
sirkulasi lumpur aktif lebih tinggi pula rasio F/M-nya. Untuk pengolahan air
limbah dengan sistem lumpur aktif konvensional atau standar rasio F/M adalah 0,2
- 0,5 kg BOD per kg MLSS per hari, tetapi dapat lebih tinggi hingga 1,5 jika
digunakan oksigen murni (Hammer, 1986 dalam Said, 2007). Rasio F/M yang
rendah menunjukan bahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam kondisi
lapar, semakin rendah rasio F/M pengolahan limbah semakin efisien.
5. Hidroulic retention time (HRT)
Waktu tinggal hidrolik (HRT) adalah waktu rata rata yang dibutuhkan oleh air
limbah masuk dalam bak atau tangki aerasi. Untuk proses lumpur aktif, nilainya
berbanding terbalik dengan laju pengenceran.
HRT = 1/D = V/Q
Dimana: V = volume bak reaktor
Q = debit air limbah yang masuk kedalam tangki aerasi
D = Laju pengenceran (jam-1
)
6. Ratio sirkulasi lumpur (Hidroulic Recycle Ratio, HRR)
Ratio sirkulasi lumpur adalah perbandingan antara jumlah lumpur yang
disirkulasikan ke bak aerasi dengan jumlah air limbah yang masuk ke dalam bak
aerasi.
7. Umur lumpur (sludge age)
Umur lumpur sering disebut waktu tinggal rata rata cel (mean cell residence
time). Parameter ini menunjukan waktu tinggal rata rata mikroorganisme dalam
sistem lumpur aktif. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam, maka waktu tinggal
sel mikroba dalam bak aerasi dapat dalam hitungan hari. Parameter ini berbanding
terbalik dengan laju pertumbuhan mikroba. Umur lumpur dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut (Hammer, 1986 dalam Said, 2007):
Umur lumpur (hari) =
Dimana : MLSS = Mixed-Liqour Suspended Solids (mg/l)
V = Volume bak aerasi (L)
SSe = padatan tersuspensi dalam efluen (mg/l)
SSw = Padatan tersuspensi dalam lumpur limbah (mg/l)
Qe = laju efluen limbah (m³/hari)
Qw = laju influen limbah (m³/hari)
Umur lumpur dapat bervariasi antara 5 – 15 hari untuk sistem lumpur aktif
konvensional. Pada musim dingin dapat menjadi lebih lama dibandingkan pada
musim panas. Parameter penting yang mengendalikan operasi lumpur aktif adalah
beban organik atau BOD, suplai oksigen, dan pengendalian dan operasi bak
pengendapan akhir. Bak pengendapan akhir ini mempunyai dua fungsi yakni untuk
penjernihan dan pemekatan lumpur.
Pengendapan lumpur tergantung rasio F/M dan umur lumpur. Pengendapan
yang baik dapat terjadi jika lumpur mikroorganisme berada dalam fase
endogeneous, yang terjadi jika karbon dan sumber energi terbatas dan jika
pertumbuhan bakteri rendah. Pengendapan lumpur yang baik dapat terjadi pada
rasio F/M yang rendah. Pengendapan yang tidak baik dapat terjadi akibat
gangguan yang tiba tiba pada parameter fisik ( suhu dan pH), kekurangan
makanan, dan kehadiran zat racun yang dapat menghancurkan sebagian flok yang
sudah terbentuk. Untuk operasi rutin, operator harus mengukur laju pengendapan
lumpur dengan menentukan indeks volume lumpur.
Cara konvensional untuk mengamati kemampuan pengendapan lumpur adalah
dengan menentukan indeks volume sludge ( Sludge Volume Inex = SVI). Caranya
adalah sebagai berikut :
Campuran lumpur dan air limbah (mixed liqour) dari bak aerasi dimasukan
dalam silinder kerucut volume 1 liter dan dibiarkan selama 30 menit. Volume
sludge dicatat. SVI adalah menunjukan besarnya volume yang ditempati 1 gram
lumpur. SVI dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
SVI (ml/g) =
mm/gr
Dimana: SV = volume endapan lumpur didalam silinder kerucut setelah
30 menit pengendapan (ml)
MLSS = Mixed-Liqour Suspended Solids (mg/l)
Didalam unit pengolahan air limbah dengan sitem lumpur aktif konvensional
dengan MLSS < 3500 mg/l, nilai SVI yang normal adalah berkisar antara 50 – 150
ml/gr. Mengingat parameter operasional didalam proses lumpur aktif yang harus
dikontrol sangat banyak, maka proses pengolahan air limbah dengan proses
lumpur aktif cukup rumit dan memerlukan keahlian operator yang cukup.
8. Mixed-Liqour Suspended Solids (MLSS)
Isi didalam bak aerasi pada proses pengolahan air limbah dengan sistem
lumpur aktif disebut sebagai mixed liqour yang merupakan campuran antara air
limbah dengan biomassa mikroorganisme serta padatan tersuspensi lainnya. MLSS
adalah jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organik dan
mineral, termasuk didalamnya adalah mikroorganisme. MLSS ditentukan dengan
menyaring lumpur campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter
dikeringkan pada temperatur 105°C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang.
9. Mixed-Liqour Volatile Suspended Solids (MLVSS)
Porsi material organik pada MLSS diwakili oleh MLVSS, yang berisi material
organik bukan mikroba, mikroba hidup dan mati, dan hancuran sel (Nelson dan
Lawrence, 1980 dalam Said, 2007). MLVSS diukur dengan memanaskan terus
sampel filter yang telah kering pada 600 - 650°C, dan nilainya mendekati 65 –
75% dari MLSS.
10. Food to microorganism ratio atau food to mass ratio disingkat F/M Ratio
Parameter ini menunjukan jumlah zat organik (BOD) yang dihilangkan dibagi
dengan jumlah massa mikroorganisme didalam bak aerasi atau reaktor. Besarnya
nilai F/M Ratio umumnya ditunjukan dalam kilogram BOD per kilogram MLSS
per hari.
Rasio F/M dapat dikontrol dengan cara mengatur laju sirkulasi lumpur aktif
dari bak pengendapan akhir yang disirkulasi ke bak aerasi. Lebih tinggi laju
sirkulasi lumpur aktif lebih tinggi pula rasio F/M-nya. Untuk pengolahan air
limbah dengan sistem lumpur aktif konvensional atau standar rasio F/M adalah 0,2
- 0,5 kg BOD per kg MLSS per hari, tetapi dapat lebih tinggi hingga 1,5 jika
digunakan oksigen murni (Hammer, 1986 dalam Said, 2007).
Rasio F/M yang rendah menunjukan bahwa mikroorganisme dalam tangki
aerasi dalam kondisi lapar, semakin rendah rasio F/M pengolahan limbah semakin
efisien. Didalam unit pengolahan air limbah dengan sitem lumpur aktif
konvensional dengan MLSS < 3500 mg/l, nilai SVI yang normal adalah berkisar
antara 50 – 150 ml/gr. Mengingat parameter operasional didalam proses lumpur
aktif yang harus dikontrol sangat banyak, maka proses pengolahan air limbah
dengan proses lumpur aktif cukup rumit dan memerlukan keahlian operator yang
cukup.
Sistem Trickling Filter
Trikling filter digunakan untuk menghilangkan bahan organik dari limbah
cair. Trikling filter adalah sistem pengolahan aerobik yang memanfaatkan
mikroorganisme melekat pada media untuk menghilangkan bahan organik dari
limbah cair (EPA, 2000 dalam Jaya, 2014). Trikling Filter (TF) mengeksploitasi
keuntungan biofilter konvensional dan menggunakan media yang mengandung nutrisi
untuk mempertahankan aktivitas mikroba dalam biofilm (Arocaetal, 2007; Hassan
and Sorial, 2010 dalam Jaya, 2014).
Trickling filter terdiri dari media tetap melalui bantalan yang pra menetap atau
(layar mikro), air limbah disaring menetes ke bawah sesuai ketinggian trickling filter.
Karena metabolisme bakteri membutuhkan oksigen, udara perlu dipasok ke Biofilm.
Air limbah mengalir ke bawah bangsal atas biofilm aerobik yang tipis dan substrat
terlarut berdifusi kedalam biofilm, sementara metabolit yang lain berdifusi dari
biofilm dalam air curah. Selama menetes, air terus mengandung kadar oksigen
sedangkan karbon dioksida hilang oleh ventilasi udara (Eding etal, 2006 dalam Jaya,
2014). Trickling filter adalah sistem tiga fase dengan biofilm tetap. Air limbah
memasuki bioreaktor melalui sistem distribusi, menetes ke bawah di atas permukaan
biofilm. Komponen trickling filter biasanya mencakup sistem distribusi, struktur
penahanan, batu atau media plastik, saluran bawah, dan sistem ventilasi (Daiger, 2011
dalam Jaya, 2014).
Polutan dalam limbah cair yang mengalir melalui permukaan media padat
akan terabsorps oleh mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada permukaan
media padat tersebut. Setelah mencapai ketebalan tertentu, biasanya lapisan biomassa
ini terbawa aliran limbah cair ke bagian bawah. Limbah cair di bagian bawah
dialirkan ke tangki sedimentasi untuk memisahkan biomassa. Resirkulasi dari tangki
sedimentasi diperlukan untuk meningkatkan efisiensi.
Gambar 2.3 Skema Trickling Filter
Faktor-faktor yang Berpengaruh TF agar dapat berjalan dengan baik
dan diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Wardana, 2004 dalam Jaya,
2014) :
a. Lama waktu tinggal TF
Waktu aerasi dirancang umumnya antara 3 – 8 hari. Lama waktu tinggal ini
dimaksudkan agar mikroorganisme dapat menguraikan bahan-bahan organik dan
tumbuh di permukaan media TF membentuk lapisan biofilm atau lapisan berlendir.
b. Aerasi
Agar aerasi berlangsung dengan baik, media TF harus disusun sedemikian
rupa sehingga memungkinkan masuknya udara ke dalam sistem TF tersebut.
Keterbatasan udara dalam hal ini adalah oksigen sangat berpengaruh terhadap
proses penguraian oleh mikroorganisme. Aerasi juga dapat dilakukan dengan
distributor berputar sehingga aerasi cairan berlangsung sebelum kontak dengan
media.
c. Jenis media
Bahan untuk media TF harus kuat, keras, tahan tekanan, tahan lama, tidak
mudah berubah dan mempunyai luas permukaan per unit volume yang tinggi.
Bahan yang biasa digunakan adalah kerikil, batu kali, antrasit, batu bara dan
sebagainya. Akhir-akhir ini telah digunakan media plastik yang dirancang
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan panas yang tinggi.
d. Diameter media
Diameter media TF biasanya antara 2,5 - 7,5 cm. Sebaiknya dihindari
penggunaan media dengan diameter terlalu kecil karena akan memperbesar
kemungkinan penyumbatan. Makin luas permukaan media, maka makin banyak
pula mikroorganisme yang hidup diatasnya.
e. Ketebalan susunan media
Ketebalan media TF minimum 1 meter dan maksimum 3 - 4 meter. Makin
tinggi ketebalan media, maka akan makin besar pula total luas permukaan yang
ditumbuhi mikroorganisme sehingga makin banyak pula mikroorganisme yang
tumbuh menempel diatasnya.
f. pH
Pertumbuhan mikroorganisme khususnya bakteri, dipengaruhi oleh nilai pH.
Agar pertumbuhan baik, diusahakan nilai pH mendekati keadaan netral. Nilai pH
antara 4 - 9,5 dengan nilai pH yang optimum 6,5 - 7,5 merupakan lingkungan yang
sesuai.
g. Karakteristik air buangan
Air buangan yang diolah dengan TF terlebih dahulu diendapkan, karena
pengendapan dimaksudkan untuk mencegah penyumbatan pada distributor dan
media filter.
h. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi dari suatu proses biologis.
2.12 Baku Mutu Air Limbah Industri
Baku mutu air limbah industri yang dipersyaratkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Kep. Men. Neg. L.
H. No : KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri dapat dilihat di tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Industri
No. Parameter Satuan
Golongan baku mutu limbah
cair
I II
FISIKA
1 Temperatur °C 38 40
2 Zat padat terlarut mg/L 2000 4000
3 Zat padat tersuspensi mg/L 200 400
KIMIA
1
pH 6,0
s
a
m
p
a
i
9
,
0
2 Besi terlarut (Fe) mg/L 5 10
3 Mangan terlarut
(Mn) mg/L 2 5
4 Barium (Ba) mg/L 2 3
5 Tembaga (Cu) mg/L 2 3
6 Seng (Zn) mg/L 5 10
7 Krom hexavalen
(Cr+5
) mg/L 0,1 0,5
8 Krom total (Cr) mg/L 0,5 1
9 Cadmium (Cd) mg/L 0,05 0,1
10 Air raksa(Hg) mg/L 0,002 0,005
11 Timbal (Pb) mg/L 0,1 1
12 Stanum mg/L 2 3
13 Arsen mg/L 0,1 0,5
14 Selenum mg/L 0,05 0,5
15 Nikel (Ni) mg/L 0,2 0,5
16 Kobalt (Co) mg/L 0,4 0,6
17 Sianida (CN) mg/L 0,05 0,5
18 Sulfida (H2S) mg/L 0,05 0,1
19 Fluorida (F) mg/L 2 3
20 Klorin bebas (Cl2) mg/L 1 2
21 Amonia bebas (NH-
N) mg/L 1 5
22 Nitrat (NO3-N) mg/L 20 30
23 Nitrit (NO2N) mg/L 1 3
24 BOD mg/L 50 150
25 COD mg/L 100 300
26 Senyawa aktif biru
metilen mg/L 5 10
27 Fenol mg/L 0,5 1
28 Minyak nabati mg/L 5 10
29 Minyak mineral mg/L 10 50
30 Radioaktivitas ‒ ‒
Sumber: Kep. Men. Neg. L.H. No.: KEP-51/MENLH/10/1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
BAB III
METODE KERJA PRAKTEK
3.1 Jenis Metode
Jenis metode yang di gunakan dalam kerja pratek ini adalah deskriptif, yaitu
memberikan gambaran secara jelas yang terbatas pada usaha mengungkapakan suatu
masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyikapan
suatu fakta dan data yang diperoleh dan di gunakan sebagai bahan penulisan serta
bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran proses pengolahan limbah cair di
PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR GIIC PLANT.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang di peroleh dari kerja praktek ini di dapatkan dari dua sumber,yaitu:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil
pengamatan kegiatan pada area pengolahan air bersih.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan sekunder, data
literatur, jurnal, makalah, laporan kerja praktek terdahulu, data keterangan berupa
bagan aliran proses produksi dan dampak yang mungkin timbul dan data
pendukung lainnya seperti metode pengumpulan data informasi dengan cara
membaca dan mempelajari literature yang berkaitan dengan objek studi.
3.3 Metode Analisis
Pengolahan limbah cair di PT Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant ini
menganut pada peraturan pemerintah Nasional di Indonesia yang telah diatur oleh
Kementrian lingkungan hidup melalui kebijakan yang tertuang pada peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008 Tentang tata cara Perizinan
pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 101 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
Data yang di peroleh dari PT Suzuki Indomobil Motor Cikarang Plant akan
dimasukan dan disusun kedalam hasil kerja praktek kemudian pembahasan dengan
cara membandingkan Tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 101
Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
3.4 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan Kerja Praktek adalah PT Suzuki indomobil motor GIIC
PLANT. Adapun identitas perusahaan adalah sebagai berikut:
Nama Perusahaan : PT Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant
Alamat : PT Suzuki Indomobil Kawasan GIIC blok ac no 1, kota
deltamas kec. Cikarang pusat, Bekasi, Jawa Barat
Bidang Usaha : Industri Otomotif
Waktu Kegiatan : 01 November 2018 – 30 Desember 2018
Gambar 3.1 Lokasi Kerja Praktek
Sumber: Web PT Suzuki Indomobil Motor GIIC PLANT
3.5 Pelaksanaan Kerja Praktek
Peserta yang mengajukan kerja praktek di PT. Suzuki Indomobil Motor GIIC
Plant adalah :
Nama : NIA
Program studi : Teknik Lingkungan
Institusi : Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa
Tahun angkatan : 2015
NIM : 331510053
No. telepon : +6283807563678
Email : [email protected]
3.6 Tahapan Kerja Praktek
Dalam sub bab ini dibahas tentang tahapan pelaksanaan Kerja Praktek di PT.
Suzuki Indomobil Motor. Terdapat 3 tahap pelaksanaan Kerja Praktek, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyusunan laporan.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, pekerjaan yang dilakukan adalah melakukan studi literature
terhadap obyek kerja praktek dan konsep dasar proses waste water treatment.
Kemudian dilanjutkan dengan proses administrasi sampai diperoleh persetujuan
pelaksanaan kerja praktek pada obyek tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, kajian pustaka terus dilakukan untuk melihat hubungan
antara observasi lapangan dan teori. Dilakukan pengumpulan data yang dibedakan
menjadi :
a. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan dari dokumen-dokumen dan referensi- referensi
yang ada. Pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan dalam kerja praktek
adalah :
Data literatur, jurnal, makalah dan laporan penelitian terdahulu
Data profil perusahaan
Data keterangan berupa bagan alir proses produksi
Data Instalasi Pengolahan limbah yang sudah ada
Data Fasilitas yang mendukung sistem Pengolahan limbah cair
Data spesifikasi desain unit pengolahan limbah cair (dimensi,kapasitas, dll)
Data-data lain sebagai data pendukung
b. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan di dalam lokasi dengan melakukan
pengamatan langsung atas kinerja unit pengolahan air bersih di PT. Suzuki
Indomobil Motor dan wawancara dengan para pekerja. Data primer yang
dibutuhkan diantaranya :
1. Data sumber penghasil air yang akan di olah.
2. Data karakteristik dan kualitas influen dan efluen air bersih.
3. Data debit air bersih yang digunakan pada proses produksi dan debit
air limbah yang dihasilkan oleh PT Suzuki Indomobil Motor.
4. Data kualitas dan kuantitas air efluen dari unit pengolahan air bersih.
5. Data proses pengolahan air bersih.
c. Penyusunan Laporan Kerja Praktek
Laporan kerja praktek diorientasikan sebagai bahan analisis pengamatan
langsung atas dasar data primer dan data sekunder yang di peroleh selama
waktu kerja praktek. Adapun metodologi penyusunan laporan kerja praktek
adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab II Gambaran Umum Perusahaan
Bab III Tinjauan Pustaka
Bab IV Metodologi Kerja Praktek
Bab V Analisa dan Pembahasan
Bab VI Kesimpulan dan Saran
3.7 Rencana Pelaksanaan Kerja Praktek
Sesuai dengan kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan STT Pelita
Bangsa, kegiatan Kerja Praktek mempunyai bobot 2 SKS dan merupakan syarat
untuk menempuh ujian akhir / Tugas Akhir. Pelaksanaan kerja praktek di rencanakan
selama s a t u bulan yang diharapkan dapat dimulai pada tanggal 01 November
sampai dengan 30 Desember 2018 atau sesuai dengan persetujuan dan kebijakan
dari pihak PT Suzuki Indomobil Motor. Berikut jadwal rencana kerja praktek yang
direncanakan.
Tabel 3.1. Alokasi Waktu Perencanaan Kerja Praktek
No. Nama Kegiatan
Pelaksanaan Bulan/Minggu ke-
November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1. Penulisan Proposal
2. Konsultasi proposal ke
Dosen
Pembimbing
3. Pengajuan Proposal ke
Perusahaan
4. Aktivitas Lapangan:
a. Pengenalan
Lokasi
b. Diskusi
c. Pengamatan
dan Observasi
d. Tugas
Khusus
e. Pengumpula
n Data
5. Penulisan Laporan
6. Konsultasi Laporan ke
Dosen
Pembimbing
7. Revisi
8. Pengumpulan Laporan
BAB IV
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Profil Perusahaan
4.1.1 Tinjauan Umum PT. Suzuki Indomobil
PT. Suzuki Indomobil Motor (SIM) pada tanggal 29 Mei 2015 dilakukan
seremoni peresmian oleh Osamu Suzuki sebagai Chairman Suzuki Motor Corporation
(SMC), Japan, Subronto Laras sebagai Komisaris PT. SIM, Shuji Oishi sebagai
President Director PT. Suzuki Indomobil Motor & PT. Suzuki Indomobil Sales
beserta jajaran manajemen PT. SIM/SIS, serta dihadiri oleh para pejabat tinggi
negara, diantaranya Rahmat Gobel sebagai Menteri Perdagangan RI dan Yasuaki
Tanizaki sebagai Duta Besar Jepang untuk Indonesia.
Untuk saat ini, pabrik PT. SIM Cikarang memproduksi produk mobil Ertiga
seluruh tipe untuk pasar domestik (Indonesia) & ekspor (Thailand & Brunei), dan
mesin/ engine Ertiga (K14B / 1.400cc) & Karimun Wagon R (K10B/ 1.000cc), serta
transmisi kendaraan roda empat (untuk pasar nasional & ekspor ke Thailand,
Pakistan), namun untuk kedepan akan memproduksi tipe-tipe produk mobil baru
Suzuki.Untuk melengkapi hasil produksi lebih sempurna, maka pabrik ini dilengkapi
juga dengan High way test track. Untuk menguji produk mobil yang telah keluar dari
proses final inspection. Selain fasilitas produksi, pabrik ini dilengkapi juga dengan
fasilitas bagi karyawan, seperti fasilitas ibadah (mesjid), kantin, dan poliklinik.
Pabrik PT. SIM Cikarang didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan
kapasitas produksi dan kualitas produk kendaraan roda empat bagi pasar otomotif
nasional/ domestik dan ekspor. Pabrik yang menyerap tenaga kerja dengan total
jumlah ± 1.152 orang ini memiliki areal yang terbagi menjadi 2 (dua) bangunan
dengan 2 (dua) proses produksi, yaitu:
a. Power Train Production:
Luas bangunan : 200 m2, Jumlah karyawan: 484 orang.
Proses yang terdapat di dalam Power Train Production meliputi :
1. Engin, adalah Proses untuk mengubah tenaga panas menjadi tenaga
penggerak. pada engine terdapat beberapa proses yaitu Casting, Machining,
Assembling.
2. Transmisi, adalah komponen kedua dari unit rangka (chassis) pemindah
tenaga pada mobil, yang bekerja memindahkan tenaga dan putaran dari
kopling ke garden (differensial). Perpindahan tenaga dan putaran pada
transmisi berlangsung melalui hubungan antara roda gigi dengan roda gigi.
pada Transmisi terdapat beberapa proses yaitu Casting, Forging, Machining,
Assembling.
b. Assembly Production
Luas bangunan : 050 m2 Jumlah karyawan: 668 orang.
Pada Production terdiri dari dua bagian diantaranya :
1. Assembling Body production, adalah Proses pemasangan komponen-
komponen pada mobil. beberapa proses pada assembling body diantaranya:
Pressing, painting, body resin.
2. Seat dan Asembly production, adalah proses pembuatan jok mobil dan
perakitan body mobil. beberapa proses pada Seat dan asembly diantaranya:
seat, assembling seat, dan welding.
Untuk menunjang kegiatan proses produksi, pabrik ini dilengkapi dengan
gudang di setiap bagian produksi agar lebih mudah dan efisien. Gudang tersebut
disebut gudang consumable berfungsi sebagai tempat penyimpanan material atau
barang yang digunakan untuk menunjang pekerjaan atau produksi serta bersifat
langsung pakai dan langsung habis. ada dua macam material atau barang yang
tersedia di gudang consumable diantaranya :
1. Direct Consumable Material, adalah material atau bahan-bahan yang
berhubungan langsung dengan pekerjaan atau produksi.
2. Indicert Consumable Material, adalah material atau bahan-bahan yang tidak
berperan dalam proses produksi, tapi mendukung kelancaran produksi.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Suzuki Indomobil Motor memliki visi dan misi untuk mengetahui tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan. Berikut ini merupakan visi dan misi dari PT.
Suzuki Indomobil Motor.
Visi
Menjadi perusahaan kelas dunia yang bermutu dalam bidang industri otomotif
roda dua (motor) dan roda empat (mobil).
Misi
1. Kreatif dan Inovatif, Banyak ide/gagasan dalam menyelesaikan masalah-
masalah pekerjaan.
2. Inspiratif, Mengilhami orang/ pihak lain dalam mengembangkan ide-ide dan
memberi inspirasi bagi rekan kerja, kelompok, atas gagasan uang diajukannya.
3. Aspiratif, memiliki keinginan untuk maju dan berkembang.
4. Optimis dan antusias, Selalu melihat kesempatan dalam setiap kesulitan yang
terjadi.
4.1.3 Struktur Organisasi
Indomobil Suzuki International menganut struktur organisasi fungsional
yang terpusat, dimana setiap fungsional bertanggung jawab atas 3 fungsi besar yaitu
produksi, pemasaran, serta keuangan dan administrasi. Kewenangan tertinggi
berada pada Executive Board yang terdiri dari wakil–wakil Share Holder dan
dibantu oleh beberapa Managering Director. dan Jabatan tertinggi dalam directorat
dipegang oleh Managering Director yang membawahi para Director ,
para Director membawahi General Manager dan seterusnya sampai ke Assistant
Manager, Super Visor, Foreman Worker.
1) Produksi
Bertugas membuat perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dari
semua kegiatan produksi serta standar mutu yang telah di terapkan dari bahan baku
sampai kebahan jadi, baik bahan yang diimpor maupun yang dibeli lokal.
2) Pemasaran
Bertugas membuat perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan
pengembangan produk yang akan dipasarkan serta mempersiapkan pelayanan
purna jual kepada pelanggan berupa promosi, discount, service, spare part, dan
menghitung adanya ancaman dan peluang dari pesaing.
3) Keuangan dan Administrasi
Bertugas melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pencatatan,
pengendalian dan pengawasan arus masuk dan keluar keuangan perusahaan baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaturan sumber daya manusia mulai
perencanaan, penarikan, penempatan, pengembangan, kompensasi serta pemutusan
hubungan kerja. Disamping hal tersebut di atas juga mengelola dan mengawasi
semua aset perusahaan. Selain daripada tiga fungsi besar yang ada pada struktur
perusahaan, terdapat pula beberapa penjelasan tugas dan fungsi mengenai struktur
perusahaan yang ada pada PT. Suzuki Indomobil Motor, pada PT. Suzuki
Indomobil motor ini secara global menggunakan struktur organisasi garis(line
organization). Pada organisasi ini mempunyai bentuk menyamping, Berikut adalah
deskripsi pekerjaan dari struktur perusahaan
Gambar 4.1 Struktur organisasi PT Suzuki Indomobil Motor
4.1.4 Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
2. Exboard
yaitu pemilik atau pemegang saham tertinggi sekaligus sebagai kepemimpinan
pada PT. Suzuki indomobil motor.
a. Tugas
Menyusun strategi dan visi.
Memimpin direksi.
Mengawasi jalannya perusahaan yang dilakukan oleh president directur dan
wakil direktur.
b. Wewenang
Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan perusahaan.
Mengesahkan segala keputusan.
c. Tanggung jawab
Memimpin perusahaan dan mengawasi kelancaran perusahaan sesuai dengan
tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
Menetapkan kebijakan-kebijakan perusahaan.
d. President
yaitu yang menjabat sebagai wakil dari pemilik perusahaan tersebut.
1. Tugas
Menyusun kebijakan dan strategi perusahaan agar mencapai misinya yang
tidak bertentangan dengan strategi perusahaan.
Merencanakan serta mengembangkan sumber-sumber pendapatan dan
pembelanjaan kekayaan perusahaan.
3. Wewenang
Mengangkat dan memperhentikan karyawan perusahaan.
Menentukan peraturan dan kebijakan teringgi perusahaan.
4. Tanggung jawab
Memelihara dan mengawasi kekayaan perseroan terbatas.
Bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian perusahaan.
5. Finance & Administration
yaitu bagian yang berhubungan dengan keuangan dan administrasi
perusahaan serta mengkoordinir dan mengarahkan semua kegiatan.
a) Tugas
Pendukung kegiatan divisi lainnya yaitu marketing dan production.
Yang mengatur dari mulai kebutuhan sumber daya manusia.
b) Wewenang
Menangani pengolahan keuangan perusahaan, internal audit,
subsidiearis.
c) Tanggung jawab
- Menangani kebutuhan dan perkembangan teknologi informasi
perusahaan yang memiliki tujuan, agar dapat mempercepat proses
kinerja perusahaan.
Pada bagian Finance & Administrasi tmembawahi empat bagian sebagai
berikut :
(a) HRD & GA, Human Research Development and General Affair bertugas
mengatur tentang perkembangan keadaan karyawan – karyawannya.
(b) Accounting bagian yang bertugas membuat pembukuan keuangan pada
PT Suzuki Indomobil Motor.
4.1.5 Marketing 2W & 4W
yaitu bagian yang bertugas mengatur tentang pemasaran kendaraan roda
dua dan roda empat.
a) Tugas
- Merumuskan terget penjualan.
- Merumuskan standart harga jual dengan koordinasi bersama Directur
operasional serta departemen.
b) Wewenang
- Berwenang merumuskan kebijakan pemasaran perusahaan.
- Berwenang untuk melakukan penyempurnaan pola kerja di Departemen
marketing.
c) Tanggung jawab
- Menghasilkan laba bagi perusahaan, dari produk yang dibuat oleh
perusahaan.
- Melakukan langkah antisipatif dalam menghadapi penurunan order.
- Mengesahkan prosedur dan intruksi kerja di departemen marketing.
Ada tiga bagian Marketing yaitu :
a. Marketing 4W, yaitu bagian pemasaran untuk kendaraan roda empat.
b. Marketing 2W, yaitu bagian pemasaran untuk kendaraan roda dua.
c. Spare part, yaitu bagian yang membuat atau merancang dan mengatur
komponen – komponen mobil dan motor.
4.1.6 Production
yaitu suatu bagian yang bertugas mengatur dan membuat suatu perencanaan
produksi.
a) Tugas
- Menentukan pengalokasian sumber daya produksi seperti kerja mesin,
pengiriman bahan baku yang berhubungan dengan produksi
b) Wewenang
- Mengelola proses produksi agar selalu lancar dan dapat memenuhi target
produksi.
c) Tanggung jawab
- Mengelola pabrik atau proses produksi yang efisien sehingga menghasilkan
suatu produk yang terbaik bagi perusahaan.
Bagian production terdiri dari tiga bagian, yaitu:
(a) Production 2W adalah bagian yang mengatur dan membuat suatu
perencanaan produksi khusus untuk kendaraan roda dua atau motor.
(b) Production 4W adalah bagian yang mengatur dan membuat suatu
perencanaan produksi khusus untuk kendaraan roda empat atau mobil.
(c) Production Engine & Transmission adalah bagian yang membuat lay out dan
membuat perencanaan dan perencanaan sistem kerja.
4.1.7 Production & Engineering,
yaitu bagian yang berhubungan yang berhubungan dengan mesin-mesin yang
digunakan pada PT. Suzuki Indomobil Motor.
a) Tugas
- Melakukan pengordanisasian pemeliharaan alat yang dibutuhkan untuk
mendukung jalannya proses produksi.
b) Wewenangnya
- Merencanakan perwatan mesin-mesin agar dapat beroperasi dengan lancar.
c) Tanggung jawab
- Melaporkan hal-hal yang menjadi kendala reparasi kepada plant manager
untuk mendapat keputusan pemecahannya. Bagian pada Production
Engineering ini terdiri dari dua bagian yaitu:
(a) Quality Assurance 2W & 4W adalah bagian yang mengawasi kualitas dari
produk yang dibuatdan lolos dari inspeksi lalu diperiksa kembali untuk
menjamin apakah barangitu layak diguanakan dan sekaligus dipakai
konsumen baik kendaraan motor dan mobil.
(b) Production Engineering adalah bagian yang berhubungan dengan mesin-
mesin dari kendaraan mobil dan motor yang digunakan perusahaan.
PPC (Production Planning Control)
yaitu bagian yang bertugas mengawasi kualitas dari produk yang dibuat
kemudian diadakan pemilihan barang tersebut.
a) Tugas
- Mengawasi kualitas dari produk yang dibuat kemudian diadakan pemilihan
barang tersebut.
- Menerima order dari bagian penjualan (sales/marketing)
b) Wewenang
- Melakukan penghitungan jumlah material yang berhubungan dengan produksi
agar memenuhi kebutuhan sesuai dengan target produksi.
c) Tanggung Jawab
- Mengatur jumlah unit yang akan diproduksi(jadwal produksi) selama sebulan.
- PPC juga membuat jumlah produksi selama sebulan harus memperhatikan
atau disesuaikan dengan kapasitas produksi dari setiap section dan kapasitas
dari vendor dalam hal meyuplai komponen.
Ada tiga bagian pada PPC diantranya :
(a) PPIC (Production Planning and Inventory Control)
Tugas PPIC adalah melakukan pemilahan jadwal produksi perbulan menjadi
jadwal produksi harian. Sehingga dapat memprkirakan jumlah unit yang akan
diproduksi setiap harinya dengan melihat kapasitas yang ada serta menentukan
perlu tidaknya waktu dan overtime, jam lembur serta banyaknya shift kerja untuk
jadwal produksi harian tersebut. Selain itu PPIC dalam menentukan jumlah unit
produksi harian juga memperhatikan inventory yang ada sehingga terdapat
kesesuain jumlah unit yang diproduksi.
(b) Pengadaan Barang (Procurement)
Melingkupi Purchasing yang Bertugas melakukan pembelian barang dimana
purchaser membeli barang dari vendor, melakukan negosiasi, dan akhirnya
membuat PO. Setelah itu tugas purchaser selesai.
(c) Expediting
Bertugas memonitor dan memastikan spesifikasi, quantity, deskripsi, dan hal-
hal yang berkaitan dengan PO(Purchasing order) sesuai dengan kontrak atau
SPK(surat perjanjian kerja). Jadi tugas expediter dimulai dari pada saat PO dibuat
sampai material itu sampai dan seorang expeditor yang baik harus dapat membuat
laporan mingguan terkait satus material tersebut.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identifikasi Limbah PT Suzuki Indomobil Motor
Dalam proses produksi di PT. Suzuki Indomobil Motor tentu tidak terlepas
dari limbah sisa dari aktivitas produksi maupun non produksi. Berikut limbah yang
dihasilkn oleh PT. Suzuki Indomobil Motor :
a) Sumber limbah padat yang di hasilkan oleh PT. Suzuki Indomobil Motor:
1. Sumber proses produksi :
Sisa cutting material atau scrap
Material NG/reject
2. Sumber kegiatan domestik :
Kardus/box bekas part
Sisa makanan dari kantin
Kertas atau peralatan ATK (Alat Tulis Kantor) seperti spidol bekas,
bolpoint bekas, battery bekas, dll.
b) Sumber limbah cair yang di hasilkan oleh PT. Suzuki Indomobil Motor:
1. Sumber proses produksi :
Pengecatan part/Painting
Powertrain
Assy Body
Die Casting
Assembling Body
2. Sumber kegiatan domestik :
Air pengepelan lantai
Pencucian poly box
Air dari toilet dan air wudhu
Namun dalam laporan kerja praktik ini penulis memfokuskan pada
pengolahan limbah cair yaitu meliputi air sisa, Pengecatan part/Painting Powertrain,
Assy Body, Die Casting, Assembling Body dan air limbah domestik yang dihasilkan
oleh sisa hasil produksi PT. Suzuki Indomobil Motor.
5.2 Metode Pengolahan Air Limbah
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah industri yang dibangun
harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh perusahaan setempat. Berbagai teknik
pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan
dikembangkan selama ini.
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut
secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
d. pengolahan secara biologi
e. pengolahan secara fisika
f. pengolahan secara kimia
1. Pengolahan secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan
yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang
berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya,
reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih
sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi
mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-
6 jam).
Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui
proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD
tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik
yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan
tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama
12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi,
cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang
ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari
saja.
Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media
pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain : trickling filter,
cakram biologi, filter terendam, reaktor fluidisasi. Seluruh modifikasi ini dapat
menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara
biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proses aerob, yang
berlangsung dengan hadirnya oksigen dan proses anaerob, yang berlangsung tanpa
adanya oksigen, proses anaerob terjadi karena dalam suasana ini akan terbentuk
H2O2 yang bersifat toxic tehadap bakteri.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l,
proses anaerob menjadi lebih ekonomis. Agar dapat memenuhi baku mutu,
industri harus menerapkan prinsip pengendalian limbah secara cermat dan
terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah
proses produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses
produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga
konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses
produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan pencemar sehingga pada
akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.
2. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,
diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah
mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah
kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening)
dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi di dalam
pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi
atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak
mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses
adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan
senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya,
terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan
kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
3. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-
logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada
prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari
tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan
muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga
akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan
dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk
endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan
logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada
pH > 9,5.
5.4 Proses Instalasi Pengolahan Limbah Cair
Proses pengolahan air limbah cair di WWTP PT. Suzuki Indomobil Motor GIIC
Plant yaitu seperti yang sudah dipaparkan oleh flow diagram proses Gambar 5.1.
Berikut penulis akan menjelaskan proses pengolahan air limbah cair di WWTP PT.
Suzuki Indmobil Motor GIIC PLANT.
1. Pengoperasian Plant
a. Melakukan tes control panel, sehingga control panel siap untuk dioperasikan.
b. Melakukan pengisian tanki kimia dengan larutan kimia yang akan digunakan
jika tangki kosong dengan konsentrasi sesuai perhitungan dosis kimia.
6. Operational WWTP
a. Proses Floating
<Star>
Selektor auto P-5, P-7, P8, P-9 pada control panel WWTP
Selektor ( P-10, P-12, P-22, CP3, CP1, M-4, M-5, M-6, M7, M-8, M-11, M-
14, M-16 ) , Pada Posisi “AUTO”
Buka valve udara yang menuju T-13 pada T-15, system otomatis
berdasarkan level control “L” dan “HH” dan “M” ON
<Stop>
Selektor OFF pada P-5, P-6, P-7, P-8, P-9 pada control panel WWTP
Tutup valve udara yang menuju T-13, pada T-15
7. Proses Koagulan pada phosphate
<Strar>
Nyalakan secara auto P-14 Pada control panel WWTP
Selektor ( CP-4, CP-7, CP-8, M-9, M-10, M-12 ) Pada posisi auto,
Sistem otomatis berdasarkan level control “L” DAN “HH” STOP, “H” DAN
“M” Sudah ON
<Stop>
Ganti posisi selektor P-14
“OFF” pada control panel
WWTP.
Gambar 5.2 SOP Operational WWTP
Sumber : PT. Suzuki Indomobil Motor
5.5 Tahapan Instalasi Pengolahan Limbah
Instalasi pengolahan limbah cair atau WWTP PT. Suzuki Indomobil Motor
GIIC Plant mempunyai kapasitas 1400 m3/hari. Sehingga dapat menampung air
limbah atau air buangan yang berasal dari kegiatan produksi maupun kegiatan non
produksi. Berikut penjelasan mengenai tahapan proses serta fungsi dari bagian
instalasi pengolahan air limbah di PT. Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant :
1. Raw Tank
Raw tank atau sering disebut juga dengan bak penampung berfungsi untuk
menampung sementara hasil limpahan limbah cair yang berasal dari berbagai
macam proses produksi seperti assembling, painting, powertrain, die casting dan
lain sebagainnya. Air limbah dari beberapa sumber kegiatan domestik pun
ditampung dalam suatu bak penampung/pengumpul. Adapun kapasitas bak
penampung itu sendiri adalah Raw Water PIT adalah 0,5 m3, ED Renewal waste
water PIT 200 m3,
Alkali
Renewal waste water PIT
1100 m
3, Regular waste water
PIT 300 m3, Phosphate waste water PIT 200 m
3. Dari bak pengumpul, air limbah
dialirkan dengan pompa celup menuju ke IPAL yang lokasinya terletak di area
pabrik.
Gambar 5.3 Alkali Renewal Waste Water PIT
Sumber : PT. Suzuki Indomobil Motor
Gambar 5.4 Phosphate Waste Water PIT
Sumber : PT. Suzuki Indomobil Motor
2. Reaktion Tank
Reaktion tank dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna,
sehingga komposisi dan suhu didalam reaktor setiap saat selalu uniform. Dapat
dipakai untuk proses batch, semi batch, dan proses alir. Adapun kapasitas reaction
tank ini adalah 13 m3.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu:
Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.
Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai
kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).
Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui
proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD
tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang
diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan
tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-
18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup
untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di
dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media
pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain : trickling filter,
cakram biologi, filter terendam, reaktor fluidisasi. Seluruh modifikasi ini dapat
menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara
biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proses aerob, yang
berlangsung dengan hadirnya oksigen dan proses anaerob, yang berlangsung tanpa
adanya oksigen, proses anaerob terjadi karena dalam suasana ini akan terbentuk
H2O2 yang bersifat toxic tehadap bakteri.
Gambar 5.5 Reaktion Tank
Sumber : PT. Suzuki Indomobil Motor
3. Dissolve air floantation (DAF)
Dissolved air flotation atau lebih dikenal dengan singkatan DAF merupakan
metode untuk memisahkan zat atau bahan pencemar dari air dengan menggunakan
metode bantuan gelembung udara. Kapaitas DAF ini adalah 4,5 m3. Metode DAF
terutama berguna untuk memisahkan partikel yang berdiameter kecil, misalnya
gelembung-gelembung minyak yang terdispersi di dalam air.
Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan cara mengalirkan udara ke dalam
campuran air limbah dari dasar wadah. Udara tersebut dialirkan melalui pipa atau
selang dan dikeluarkan pada tekanan atmosfer sehingga udara tersebut keluar
berupa gelembung-gelembung udara mikroskopis yang berukuran kecil. Akibat
masa jenis udara yang jauh lebih kecil daripada air, gelembung udara tersebut secara
otomatis akan naik ke permukaan air. Bersamaan dengan itu, partikel-partikel
minyak yang berukuran halus ikut menempel pada gelembung udara tersebut.
Akibat pergerakan udara ke permukaan air, butiran minyak yang halus pun ikut naik
ke permukaan. Dengan demikian, proses penambahan gelembung udara ke dalam
air limbah yang tercampur dengan partikel minyak yang terdispersi turut
mempercepat proses naiknya minyak ke lapisan atas air. Dengan demikian, metode
DAF ini mempercepat proses pemisahan minyak dan air.
Instalasi DAF terdiri dari beberapa buah alat, yaitu pompa, tangki air, tangki
pencampur udara dan air (saturation tank), pipa penyalur udara, pipa penyalur air,
saluran pemasukan air, compressor, dan saluran pengeluaran air, saluran
pembuangan padatan, panel pengatur aliran udara (air control panel), dan lain-lain.
Gambar 5.6 Proses Dissolve air floantation (DAF)
Sumber : PT. Suzuki Indomobil Motor
8. Sludge Tank (Proses Penanganan Limbah Lumpur)
Tangki lumpur berfungsi untuk menampung akumulasi sludge dari beberapa
tangki proses penghasil lumpur,yaitu settling tank, measuring box-1, dan measuring
box-2. Tangki sludge di desain sedemekian rupa, dimana pada bagian bawahnya
berbentuk kerucut sehingga memungkinkan lumpur dapat mengendap kedasar
tangki. Pada tangki lumpur dilengkapi scrapper yang dipasang guna memusatkan
lumpur yang mengendap agar terkonsentrasi pada satu titik, sehingga dapat turun ke
lubang embedded pipe.
Sludge yang berasal dari clarifier settling tank (CST) dipompakan ke sludge
tank dengan melalui desander untuk membuang pasir-pasir halus yang terdapat
dalam sludge. Kebersihan cairan minyak dalam sludge tank dipengaruhi oleh
pengoperasian desander, karena alat ini dapat berfungsi bila pembuangan pasir
dilakukan secara kontinyu. Sludge Tank berfungsi Sebagai tempat penampungan
sementara sludge untuk melanjutkan proses pengolahan selanjutnya.
Cara Kerja
Sludge dari underflow CST masuk ke dalam tangki, selanjutnya sludge
tersebut akan dikirim ke sludge centrifuge. Sludge yang berada dalam sludge tank
mendapat pemanasan dengan menggunakan pipa uap tertutup agar minyak tidak
guncang, karena pemanasan yang tinggi akan dapat memisahkan minyak yang
terikat dengan lumpur, oleh karena itu suhu dalam sludge tank dipertahankan 90 –
1000C.
Untuk mempercepat pemecahan gumpalan minyak dengan sludge dapat
dilengkapi dengan alat stirrer dengan cacatan tidak boleh terjadi pembentukan
emulsi kembali, oleh karena itu kecepatan putar alat stirrer maksimum 10 rpm.
Lempeng pengaduk berada diatas pipa coil pemanas, sehingga tidak mengganggu
lapisan sludge di bagian cone bawah.
Pipa masuk sludge dari CST berada disamping tangki bagian tengah dengan
maksud agar dalam tangki tidak terjadi guncangan yang berakibat pada
pembentukan emulsi. Lumpur yang terdapat dibagian bawah tangki harus dibuang
setiap selang waktu tertentu, dengan tujuan agar pasir tidak terikut kedalam sludge
separator.
Gambar 5.7 Flow Measuring tank
Sumber : PT. Suzuki Indomobil Motor
9. Screw Press
Screw Press merupakan teknologi generasi baru dalam proses pengeringan
limbah. Screw Press ini mampu memecahkan beberapa masalah teknis dari sludge
dewatering equipment Seperti Belt Press, Filter Press dimana sering mengalamai
penyumbatan, lumpur konsentrasi rendah / kegagalan mengolah lumpur minyak,
konsumsi energi yang tinggi dan operasi yang rumit dll. Screw Press dapat
digunakan secara luas dalam rekayasa pengolahan air limbah kota serta sistem
pengolahan air limbah industri seperti pengolahan petrokimia, industri ringan, serat
kimia, pembuatan kertas, farmasi dan kulit dll.
Biasanya, jenis-jenis sludge yang berbeda akan diproduksi pengolahan waer.
Lumpur perangkat dehidrasi terutama digunakan untuk menurunkan kadar air,
mengurangi volume lumpur, dan mudah pengolahan langkah penanganan lumpur
berikutnya. Mesin dewatering lumpur dapat biasanya termasuk jenis ollowing: belt
filter press, mesin penguras sentrifugal, plat dan ramme lilter press dan jenis sekrup
dehidrator lumpur. Baru-baru ini, sabuk menekan filter secara luas digunakan dalam
lumpur dehidrasi, namun, ada beberapa masalah dengan mesin ini, seperti itu
sebagai jumlah besar konsumsi air, persyaratan operasi tinggi dll. Tetapi, sekrup
jenis dehidrator lumpur adalah jenis dehidrator lumpur baru. Dengan kelebihannya,
seperti energi hemat, operaton stabil, sangat otomatisasi dengan cepat diakui dan
diterima oleh pasar.
Prinsip Kerja Screw Press :
Penebalan: Ketika poros didorong oleh sekrup, cincin bergerak di sekitar poros
bergerak naik dan turun secara relatif. Sebagian besar air ditekan keluar dari
zona penebalan dan jatuh ke tangki filtrasi untuk gravitasi.
Pengeringan: Lumpur (Sludge) yang menebal bergerak maju terus menerus
dari zona penebalan menuju zona dewatering. Dengan pitch dari ulir sekrup
semakin sempit dan sempit, tekanan di ruang filter meningkat lebih tinggi dan
lebih tinggi. Selain tekanan yang dihasilkan oleh pelat tekanan balik, lumpur
sangat ditekan dan pengering menghasilkan lumpur (Sludge).
Pembersihan diri: Cincin yang bergerak berputar terus menerus ke atas dan ke
bawah di bawah dorongan poros sekrup yang sedang berjalan sementara celah
antara cincin tetap dan cincin bergerak dibersihkan untuk mencegah
penyumbatan yang sering terjadi pada peralatan pengeringan tradisional.
Gambar 5.8 Screw Press
Sumber : PT. Suzuki Indomobil Motor
10. Sludge
Sludge atau Lumpur adalah lumpur semi-padat yang dapat diproduksi dari
berbagai proses industri, dari pengolahan air, pengolahan air limbah atau sistem
sanitasi di tempat. Misalnya, dapat diproduksi sebagai suspensi menetap yang
diperoleh dari pengolahan air minum konvensional, sebagai lumpur limbah dari
proses pengolahan air limbah atau sebagai lumpur tinja dari jamban lubang dan
tangki septik . Istilah ini juga kadang-kadang digunakan sebagai istilah umum untuk
padatan yang dipisahkan dari suspensi dalam cairan; bahan 'pekat' ini biasanya
mengandung sejumlah besar air 'interstial' (di antara partikel padat). Pabrik
pengolahan air limbah industri menghasilkan padatan yang juga disebut lumpur. Ini
dapat dihasilkan dari proses biologis atau fisik-kimia. Dalam proses lumpur aktif
untuk pengolahan air limbah, istilah "lumpur yang diaktifkan limbah" dan "lumpur
yang diaktifkan kembali" digunakan.
Karakteristik utama dari lumpur aktif adalah terjadinya mikroorganisme, yang
mengambil makanan yang telah dipecahkan di permukaan tubuh mereka atau mulut
sel sehingga berkontribusi terhadap pembersihan air limbah. Biocoenosis lumpur
aktif memberikan informasi tentang kondisi lumpur aktif dan pencapaian
pembersihan.
Bakteri adalah tanaman sederhana, tidak berwarna, satu arah yang
menggunakan makanan larut dan mampu reproduksi sendiri tanpa sinar matahari.
Sebagai pengurai, mereka mengisi peran ekologis yang tak terpisahkan dari
pembusukan bahan organik dalam menstabilkan limbah organik di pabrik
pengolahan. Mereka bertanggung jawab atas pertumbuhan lumpur aktif dalam
pengolahan air limbah domestik. Berbagai macam bakteri dapat ditemukan dalam
serpihan lumpur.
Selain bakteri, sejumlah spesies protozoa seperti flagellate, ciliated dan
amoebae protozoa telah diidentifikasi dalam lumpur aktif . Protozoa adalah
organisme bersel tunggal yang dapat mengonsumsi makanan seperti bakteri dan
partikel. Protozoa lain bergerak hidup di atau di antara serpihan lumpur yang
diaktifkan. Nematoda atau rotifer diperingkat di antara organisme multi-seluler.
11. Settling Tank
Didalam bak pengendapan (settling tank), padatan organic diendapkan secara
grativitasi dan terpisah dari air limbah yang telah di aerasi. Padatan ini berbentuk
Lumpur (sludge) dan ditampung di dalam aeration tank. Daya tampung settling tank
ini adalah 11 m3. Dengan demikian proses pengolahan secara aerobic akan terus
berlangsung. Untuk mengatur pengembalian sludge ke dalam bak dan ini harus
dilakukan secara kontinyu.
Cylindrical settling tank (CyST) adalah tipe bak berbentuk silinder.
Pemisahan sludge dalam tangki tergantung pada kecepatan inlet cairan dari COT
atau Decanter. Masuknya cairan minyak didalam settling tank ada yang masuk dari
samping dan mengikuti aliran spiral dan ada yang masuk langsung ke bagian tengah
yang dibatasi dengan tabung dan kemudian minyak yang memiliki SG < 1,0 akan
memisah keatas dan dikutip melelui skimmer. Suhu dalam tangki dipertahankan
900C – 95
0C, sehingga viscositas minyak dapat dipertahankan.
Untuk memperoleh pemisahan yang baik, maka dibuat volume tangki yang
memiliki etention time antara 4-6 jam atau untuk PKS kapasitas 30 ton/jam TBS
dibuat CyST berukuran 90 m3. Karena ukuran CyST yang cukup besar, maka pada
akhir pengolahan tidak seluruhnya minyak tertampung dan jika minyak harus
dikutip seluruhnya pada akhir pengolahan, maka perlu power khusus untuk
membangkitkan alat klerifikasi, karena turbin tidak bekerja lagi (kekurangan bahan
bakar). Untuk mempertahankan suhu pada CyST dilakukan pemanasan dengan uap
(steam).
12. Treated Tank
Setelah lumpur aktif terpisah dengan air olahannya, selanjutnya air olahan
yang keluar dari weir plate tangki pengendapan akhir (supernatan) akan mengalir
menuju tangki penampung air olahan (Treated Water Tank). Selanjutnya jika ada air
olahan yang masuk kedalam tanki ini telah over flow maka air olahan tersebut akan
dibuang/discharge menuju tempat pembuangan akhir yang ditunjuk (parit/sungai).
Air olahan yang masuk ke tangki treated water, masih dimungkinkan adanya
suspended solid yang masih terbawa bersama effluent, dan ini lama kelamaan akan
mengendap didasar tangki air olahan. Endapan SS yang ada di tangki air olahan
akan dibuang melalui pompa belchlot wash, untuk seterusnya akan diolah melalui
fasilitas dehydrator/belt press. Pemantauan baku mutu/kwalitas air olahan amatlah
penting agar air olahan dapat layak dibuang menuju pembuangan akhir. Adapun
parameter control buangan air olahan biasanya harus mengacu pada Regulasi
setempat (pH, CODcr, BOD, SS, n-hexan). Dan tampun treated tank adalah 9 m3.
13. Filter Press
Setelah lumpur dipompa ke filter press melalui pompa diaphragm lalu lumpur
di pres agar kandungan air dalam lumpur berkurang sebelum dibuang. Sludge hasil
dari filter press kemudian ditempatkan ke sebuah bak sejenis polybox besi untuk
kemudian dibuang ke pengepul limbah B3. Sebelum sludge dibuang, sludge atau
lumpur sisa dari proses filter press yang bentuknya masih lumpur sedikit berair,
kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering atau menjadi lebih padat.
Ini bertujuan agar berat/massa lumpur menjadi lebih ringan dari yang sebelumnya
berbentuk lumpur cair. Sehingga apabila lumpur berbentuk padat/kering dan lebih
ringan beratnya maka itu dapat mengurangi cost yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk membayar pembuangan limbah ke agen pengepul limbah B3.
14. Netralisasi
Sebagian besar limbah cair dari industri mengandung bahan bahan yang
bersifat asam (Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang perlu dinetralkan sebelum
dibuang kebadan air maupun sebelum limbah masuk pada proses pengolahan, baik
pengolahan secara biologic maupun secara kimiawi, proses netralisasi tersebut bisa
dilakukan sebelum atau sesudah proses equalisasi.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada pengolahan secara
biologi, pH perlu dijaga pada kondisi antara pH 6,5 – 8,5, karena sebagian besar
microb aktif atau hidup pada kondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan flokulasi
juga akan lebih efisien dan efektif jika dilakukan pada kondisi pH netral. Netralisasi
adalah penambahan Basa (alkali) pada limbah yang bersifat asam (pH 7). Proses
netralisasi dielukan mengingat beberapa air limbah industri mempunyai pH yang
tinggi dan rendah. Proses netralisasi dikenal dengan proses asam/basa pada proses
netralisasi yang perlu diamati disamping pH adalah kemungkinan terbentuknya
padatan.
Seringkali limbah cair industri bersifat asam atau basa sehingga membutuhkan
proses netralisasi sebelum pengolahan lanjut. Jika kemudian dialirkan ke
pengolahan biologis, maka pH harus dipertahankan dalam rentang 6,5 - 9,0 untuk
menghindari inhibisi. Kadang-kadang pencampuran limbah basa dengan limbah
asam dapat dilakukan untuk memperoleh proses netralisasi yang ekonomis. Untuk
keperluan ini, dibutuhkan bak netralisasi dengan level cairan konstan yang
bertindak sebagai tangki netralisasi.
Limbah cair yang bersifat asam dapat dinetralisasi dengan melewatkan
limbah pada unggun batu kapur, setelah ditambahkan kapur padam Ca (OH)2, soda
kaustik NaOH, atau soda abu Na2CO3.
Terdapat dua tipe unggun batu kapur yaitu upflow dan downftow, namun yang lebih
populer adalah tipe upflow. Unggun batu kapur tidak dapat digunakan apabila, (1).
Kandungan sulfat lebih dari 0,6%, CaSO4 yang terbentuk akan menutupi
permukaan batu kapur dan menghambat reaksi netralisasi, (2). Kandungan ion
logam Al 3+
dan Fe3+
, garam hidroksida yang terbentuk juga akan menutupi
permukaan batu kapur dan menghambat reaksi netralisasi.
Unggun yang dioperasikan upflow lebih populer karena produk reaksi seperti
CO2 akan dapat dengan mudah dipisahkan dibandingkan pada pengoperasian down
flow. Sebelum memutuskan untuk menerapkan sistem ini, disarankan untuk
melakukan kajian dalam skala pilot.
Kapur padam Ca (OH)2 biasanya tersedia lebih murah dibandingkan senyawa basa
lain atau bahkan soda abu Na2CO3, sehingga menjadi bahan yang paling sering
digunakan untuk netralisasi limbah cair asam.
Limbah cair basa dinetralkan dengan asam mineral kuat seperti H2SO4, HCI,
atau dengan CO2. Biasanya jika sumbcr CO2 tidak tersedia, netralisasi dilakukan
dengan H2SO4, karena harga H2SO4 yang lebih murah dibandingkan HCI. Reaksi
dengan asam mineral berlangsung cepat, sehingga perlu digunakan tangki
berpengaduk yang dilengkapi sensor pH untuk mengendalikan laju pemasukan
asam. Netralisasi limbah cair basa menggunakan CO2 biasanya menggunakan
perforated pipe grid yang diletakkan di bagian dasar tangki netralisasi, H2CO3 yang
terbentuk akan bereaksi dengan senyawa-senyawa basa dalam limbah cair. Proses
netralisasi dapat diselenggarakan secara ekonomis apabila tersedia gas buang
pembakaran (flue gas).
15. Effluent Tank
Effluent tank berfungsi menampung sementara effluent sedimentasi sebelum
difilter dan sebagai tempat untuk membunuh bakteri pathogen yang ada di air
limbah yang tidak terendapkan di bak aerasi. Sumber Limbah Caira Unit effluent
Treatment Sumber limbah cair di unit Effluent Treatment, yaitu :
1. Air limbah dari unit Alumunium Flourida (AlF3)
Air limbah pada unit ini berasal dari proses kristalisasi dan pemisahan
Alumunium Flourida (AlF3), dimana filtrat yang berupa kristal liquid masuk ke
Effluent Treatment. Begitu juga dengan mother liquor yang dipisahkan kemudian
diendapkan dalam Recovery Tank yang selanjutnya dibawa ke unit Effluent
Treatment. Air limbah dari unit Alumunium Flourida (AlF3) yang masuk ke
Effluent Treatment adalah 40,199 ton/jam. Air limbah dari unit Alumunium
Flourida (AlF3) mempunyai kandungan PO450 ppm dan Flour 1625 ppm. Air
limbah dari unit Alumunium Flourida (AlF3) ini kadang-kadang masuk ke
Cushion Pond tetapi lebih sering langsung masuk ke pH Adjusting Tank I.
2. Air limbah dari unit Asam Fosfat (H3PO4)
Air limbah dari unit Asam Fosfat (H3PO4) yang dikirim ke Effluent
Treatment adalah air dari proses produksi asam fosfat yang berlebih (over flow).
Air limbah dari unit Cement Retarder (CR) pada proses puri fikasi Pada unit ini
beberapa impurities akan dihilangkan dari phospo gypsum menjadi purified
gypsum. Purified gypsum ini nantinya digunakan sebagai raw material untuk
membuat granule gypsum. Phospo gypsum ini diencerkan dengan air dari bak
Neutralize Water Pitpada Slurry Tank untuk membuat slurry 39%. Slurry tersebut
diaduk untuk melarutkan impurities. Selanjutnya slurry dipompa ke filter untuk
dipisahkan antara cake gypsum dari filtratnya. Cake gypsum disemprot dengan
steam untuk menurunkan moisture yang masih terkandung di dalamnya. Kemudian
cake tersebut (purified gypsum) diberikan di conveyor untuk dikirim ke purified
gypsum storage.
Filtrat tadi yang mengandung impurities dan phospo gypsum dikirim ke
Effluent Treatmentuntuk dinetralkan. Air limbah dari unit Cement Retarder (CR)
yang dikirim ke Effluent Treatment adalah 119,800 ton/jam. Air limbah kiriman
dari unit Cement Retarder (CR) ini mempunyai kandungan PO 4467 ppm dan
Flour 3523 ppm. Air limbah dari proses purifikasi ini langsung masuk ke pH
Adjusting Tank I.
3. Air limbah dari unit pendukung
Buangan dari unit pendukung berasal dari blow down demin water. Air limbah
dari unit pendukung ini yang dikirim ke Effluent Treatment sebanyak 2,4 ton/jam.
Air limbah dari unit pendukung ini masuk ke Cushion Pond.
Unit Advanced Treatment Sumber limbah cair di unit Advanced Treatment,
yaitu :
1. Limbah cair dari pabrik I, yang sebagian berasal dari air boiler karena bahan
baku yang digunakan di pabrik I sebagian besar dari gas.
Limbah cair dari pabrik II, yang berasal dari proses produksi di pabrik II seperti air
dari proses pembuatan SP-36, phonska, dan ZK.3) Limbah cair dari pabrik III,
Treatment merupakan fasilitas pengolahan limbah cair untuk pabrik III yang terdiri
dari unit Asam Fosfat (H3PO4), unit ZA II, unit Alumunium Flourida (AlF3), unit
Cement Retarder (CR), dan unit pendukung. Komponen utama limbah cair yang
diolah di Effluent Treatment adalah fosfat dan flour. Sifat limbah cair di pabrik III
adalah asam (acidic water). selama 24 jam.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan langsung dilapangan mengenai proses
pengolahan limbah cair industri di WWTP PT Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant
yang dilakukan pada bulan November-Desember 2018 maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan laporan ini
adalah menggunakan data primer dan data skunder. Selain itu pengolahan air
buangan ini telah dikembangkan menjadi 3 metode pengolahan yaitu :
a. Pengolahan secara biologi
b. Pengolahan secara fisika
c. Pengolahan secara kimia
2. Jenis limbah yang di hasilkan dari proses produksi PT Suzuki Indomobil
Motor GIIC Plant seperti high oil waste water dari proses engine dan
transmisi, phosphate waste water dari proses painting, alkali waste water dari
proses painting, regular waste water dari proses die casting, dan ED waste
water dari proses die casting.
3. Dari beberapa jenis limbah yang di hasilkan oleh proses produksi PT Suzuki
Indomobil Motor GIIC Plant semua hasilnya sudah sesuai standar GIIC yang
di tetapkan oleh perusahan. Selain itu Parameter pengolahan limbah cair pun
sudah masuk kategori aman jika di bandingkan dengan parameter yg
ditetapkan oleh WWTP GIIC Plant dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) serta Keputusan Kepala BAPEDAL.
6.1 Saran
Dari kegiatan pengolahan limbah cair yang telah dilakukan di WWTP PT
Suzuki Indomobil Motor GIIC Plant selama satu bulan, ada beberapa saran yang
diberikan antara lain:
a. Sebaiknya dilakukan perawatan dan pengecekan secara berkala kepada
semua proses WWTP .
b. Sebaiknya tata letak Laboratorium WWTP di tempatkan di ruangan
terpisah dengan ruangan room kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Pengolahan Air Limbah Industri. Diambil dari :
http://www.dephut.go.id/informasi/setjen/pussten/info/image005.gif (10 November
2017)
Anonim., 2001. Water Environment Management in Japan. Water Environment
Department Environmental Management Bureau, Ministry of the Environment.
Arief, Latar Muhammad.1993. Pengolahan Limbah Industri. Jakarta : Penerbit Andi.
Metcalf & Eddy, 1991. Waste Water Engineering Treatment. Singapore : McGraw-
Hill Book Co.
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Agung. 2012. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahudengan Metode
Elektrokoagulasi.(https://core.ac.uk/download/files/379/11735109.pdf,diakses18
Maret2017)
Al-Layla, M.A. 1998.Water Suplay Engineering Design. Ann Arbor Science
Publishers Inc. Michigan. USA.
Eddy. 2008.Karakteristik Limbah Cair. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan,
Vol.2,No.2, p.20