laporan kemajuan hibah unggulan program · pdf filedan penanganan ternak sebelum dipotong...

28
Bidang Ungulan: Ketahanan Pangan 216/Produksi Ternak LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI CEMARAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PADA ORGAN DALAM SAPI BALI YANG DIBERI SAMPAH KOTA DENPASAR SEBAGAI PAKAN UTAMA Tim Peneliti, Drs. I Wayan Budiarta, M.Si (Ketua) NIDN: 0004055503 Dr. Ir.I Ketut Sukada,MS NIDN: 0021055712 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA AGUSTUS 2015

Upload: lamdang

Post on 06-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bidang Ungulan: Ketahanan Pangan

216/Produksi Ternak

LAPORAN KEMAJUAN

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

CEMARAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

PADA ORGAN DALAM SAPI BALI YANG DIBERI SAMPAH

KOTA DENPASAR SEBAGAI PAKAN UTAMA

Tim Peneliti,

Drs. I Wayan Budiarta, M.Si (Ketua)

NIDN: 0004055503

Dr. Ir.I Ketut Sukada,MS

NIDN: 0021055712

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

AGUSTUS 2015

Halaman Pengesahan:

1. Judul Penelitian : Cemaran Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada

Organ Dalam Sapi bali yang Diberi Sampah Kota

Denpasar Sebagai Pakan Utama.

2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Drs. I Wayan Budiarta, M.Si

b. Jenis Kelamin : L

c. Nip/NIDN : 195505041982031003/0004055503

d. Jabatan Struktural : -

e. Jabatan Fungsional: Lektor Kepala

f. Fakultas/Jurusan : Peternakan

g. Pusat Penelitian : Denpasar

h. Alamat : Jl.PB.Sudirman-Denpasar

i. Telepn/Fax. : 0361.702771

j. Alamat Rumah : Jln. Nuansa Udayana Utara VI/29 Jimparan

k. Tlp. E-mail : 085338488285/ [email protected]

3. Jumlah anggota peneliti : 1 orang

4. Jumlah mahasiswa : 2 orang

5. Pembiayan :

Jumlah yang diajukan ke Fakultas : Rp. 25.000.000,-

Jumlah biaya yang disetujui : Rp. 25.000.000,-

Denpasar, 5 Agustus 2015

Mengetahui, Ketua Peneliti

(Dr.Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS) (Drs. I Wayan Budiarta, M.Si)

Nip.195903121986011001 Nip.195505041982031003

Mengetahui,

Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Udayana

(Dr.Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS)

Nip.195903121986011001

RINGKASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sampah yang

berasal dari berbagai sumber diseputaran Kodya Denpasar dan sebagian daerah

kota Mangupura (Kabupaten Tk.II Badung), terhadap tingkat cemaran bahan

berbahaya dan beracun (B3)pada organ dalam sapi sebabagi akibat dari pemberian

sampah kota Denpasar sebagai sumber pakan utama selama pemeliharaan.

Manejemen peternakan sapi bali, yang meliputi perkandangan, pemberikan pakan,

maupun lingkungan yang memadai merupakan hal penting yang harus

diperhatikan, sehingga proses produksi optimal dapat dipertanggung jawabkan.

Pemeliharaan ternak sapi bali yang dilaksanakan oleh peternak di area tempat

pembuangan akhir (TPA) di Banjar Pesanggaran- Desa Pedungan-Denpasar

sangat jauh dari standar manejemen beternak sapi bali yang baik dan benar. Hal

menarik adalah dugaan adanya bahan berbahaya dan beracun (B3) di dalam organ

dalam sapi bali.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survey terhadap responden

peternak sapi bali dan jumlah ternak sapi yang depelihara di lokasi TPA

Pesanggaran-Pedungan, Denpasar Selatan selanjutnya diteruskan dengan

monitoring terhadap managemen pemeliharaan, penanganan kesehatan hewan dan

produktivitas ternak. Penentuan sampel dilakukan secara purposive random

sampling yang diambil dari sampel pada grup penelitian. Data yang yang

diamati meliputi: Data postmortem yang dicari meliputi Jenis B3, cemaran B3,

tingkat cemaran, dan cemaran B3 tertinggi diantara organ dalam sapi bali yang

digembalakan di area TPA. Analisis data dilakukan secara deskripsi, selanjutnya

dilakukan perbandingan dengan standar nasional atau hasil-hasl penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

peternak, konsumen, dan pemerintah daerah yang berkompeten/pemegang

kebijakan tentang dampak dari pemberian sampah kota Denpasar sebagai pakan

di area TPA Suwung-Pesanggaran-Denpasar terhadap organ dalam sapi bali.

Kata kunci: Sapi bali, sampah kota, TPA, dan B3

BAB I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Analisis keamanan pangan adalah sebagai bagian yag tidak terpisahkan

dengan ketahanan pangan pada masyarakat itu sendiri. Berdasarkan Undang-

Undang no. 18 Tahun 2012 tentang yang mengatur tentang keamanan pangan,

dinyatakan bahwa kondisi dan upaya pencegahan pangan dari kemungkinan

cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan kesehatan manusia. Zat kimia yang tergolong berbahaya dan

dinyatakan beracun jika ada di dalam bahan dengan dosis seperti, Mercury: 0,2

mg/L, Cupper: 10,0 mg/L, dan Cadmium (Cd): 1,0 mg/L (PP.no.85/1999).

Kandungan timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) di dalambahan pangan tidak melebihi

1,0 ppm dan 0,3 ppm (BPOM.,2009).

Sumber pakan sapi bali yang digembalakan di area TPA Pesanggaran,

desa Suwung-Denpasar adalah campuran sampah kota Denpasar yang

mengandung berbagai macam bahan-bahan yang bersifat toksik. Sampah tersebut

akan masuk ke dalam tubuh sapi bali sebagai ransum utama, yang selanjutnya

didistribusikan ke seluruh tubuh sapi. Dapat diasumsikan sapi bali tersebut

memiliki resiko tinggi terpapar bahan toksik. Salah satu bahan toksik yang

berpotensi menjadi faktor resiko adalah logam timbal (Frans PK, dkk.,2013).

Tercemarannya daging, organ dalam, dan seluruh tubuh sapi bali oleh logam berat

dapat menimbulkan bahaya kesehatan pada manusia (konsumen). Pengaruh logam

berat terhadap kesehatan manusia tergantung pada bagian mana dari logam berat

tersebut yan terikat di dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Beberapa

penyakit yang disebabkan oleh keracunan logam berat adalah anemia, gangguan

pada berbagai organ tubuh, dan penurunan kecerdasan.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat-peternak di area TPA

Pesanggaran menggebalakan ternak sapinya di lokasi tersebut dengan jumlah

mencapai 1000 ekor dari berbagai umur dan seks. Hasil produksi peternakan sapi

bali tersebut dijual ke pasar umum, yang selanjutnya dikonsumsi oleh masyarakat

sebagai daging sapi. Disisi lain organ dalam ternak sapi masih dikonsumsi sebagai

daging olahan. Sapi dengan berat 400 kg, memakan Pb 9 mg/kg/hari akan

menyebabkan keracunan. Limbah logam berat yang menyatu dengan sampah

sebagai pakan sapi masuk ke saluran pencernaan, darah, organ dalam, dan

jaringan tubuh sapi. Melihat fakta di area TPA, produksi organ sebagai daging

konsumsi, dan adanya dugaan cemaran B3 pada organ dalam sapi bali yang

digembalakan di area TPA, maka sangat perlu diketahui kajian tingkat cemaran

pada organ dalamnya.

Tujuan khusus penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui jenis-jenis bahan berbahaya dan beracun (B3) yang ada

didalam organ dalam sapi bali yang digembalakan di area TPA.

b. Mengetahui tingkat cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3) di dalam

organ dalam sapi bali yang digembalakan di area TPA.

c. Mengetahui dan menentukan tingkat cemaran bahan berbahaya dan

beracun (B3) yang tertinggi diantara organ dalam sapi bali yang dipelihara

di TPA.

d. Menghasilkan informasi ilmiah untuk peternak, konsumen, dan

pemerintah daerah yang berkompeten/pemegang kebijakan tentang

pengaruh pakan sampah/limbah kota Denpasar di area TPA terhadap

tingkat cemaran bahan berbhaya dan beracun (B3) pada organ dalam sapi

bali yang digembalakan di area TPA Pesangaran-Suwung-Denpasar.

Urgensi (keutamaan) Penelitian

Sapi bali yang digembalakan di area TPA Pesanggaran, desa Suwung-

Denpasar memakan campuran sampah kota Denpasar yang mengandung berbagai

macam bahan-bahan yang kemungkinan bersifat toksik. Sampah tersebut akan

masuk ke dalam tubuh sapi bali sebagai ransum utama, yang selanjutnya

didistribusikan ke seluruh tubuh sapi. Dapat diasumsikan sapi bali tersebut

memiliki resiko tinggi terpapar bahan toksik. Salah satu bahan toksik yang

berpotensi menjadi faktor resiko adalah logam timbal (Frans PK, dkk.,2013).

Tercemarannya daging, organ dalam, dan seluruh tubuh sapi bali oleh logam berat

dapat menimbulkan bahaya kesehatan pada manusia (konsumen). Pengaruh logam

berat terhadap kesehatan manusia tergantung pada bagian mana dari logam berat

tersebut yan terikat di dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Beberapa

penyakit yang disebabkan oleh keracunan logam berat adalah anemia, gangguan

pada berbagai organ tubuh, dan penurunan kecerdasan.

Disisi lain konsumen sangat memperhatikan kualitas daging yang baik

dalam arti luas, seperti kualitas fisik, kimia, keamanan pangan yang baik.

Konsumen tidak mengetahui secara pasti tentang faktor-foktor yang berkontribusi

langsung maupun tidak langsung terhadap parameter tersebut. Manajemen

peternakan sapi sangat menentukan produksi yang dicapai, seperti (a) pakan, (b)

faktor lingkungan misalnya, kepadatan kandang, penanganan yang kasar,

temperatur lingkungan yang ekstrem), dan (c) faktor fisik (Soeparno, 2011).

Secara umum kegiatan tersebut termasuk penanganan ternak sebelum pemotongan

(preslaugter treatment). Dari aspek produksi, kualitas daging dipengaruhi oleh

faktor intrinsik dan ekstrinsik beserta interaksi antara kedua faktor tersebut.

Faktor intrinsik yang berpengaruh terhadap kualitas daging adalah bangsa

(genetik), jenis kelamin, dan umur, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi ransum

dan penanganan ternak sebelum dipotong serta penanganan daging pascamati

(Lawrie, 2003; Forrest, 2011). Jadi faktor penanganan sebelum pemotongan

ternak sangat perlu diperhatikan untuk menjaga atau meningkatkan kualitas hasil.

Kandungan logam jenis Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) didalam jaringan

tubuh sapi bali akan meningkat setelah Timbal dan Cadmium yang ada pada

sampah masuk ke dalam tubuh sapi sebagai pakan,dan berlangsung dalam jangka

waktu lama. Toksisitas logampada hewan komersial biasanya berpengaruh pada

produksi, juga menimbulkan residu pada jaringan tubuh, dan organ dalam sapi.

Jika sapi makan makanan yang tercemar bahan berbahaya seperti logam Timbal,

Cadmium, dan logam lainnya, dalam jangka waktu yang lama maka akumulasi

akan terjadi pada jaringan tubuh, seperti organ dalam sapi. Jika organ sapi tersebut

dikonsumsi oleh manusia, maka manusia akan mengkonsumsi logam tersebut dan

secara langsung akan mempengaruhi kesehatan sebagai efek negatif dari logam

tersebut (McDowell, 1992).

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

Sampah Kota dan TPA

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola makan, dan perubahan

gaya hidup terutama prilak masyarakat di kota besar seperti kota Denpasar telah

meningkatkan secara langsung volume tumpukan sampah kota dan di tempat

pembuangan akhir (TPA) Suwung-Pesanggraran-Denpasar. Peningkatan volume

sampah diikuti dengan peningkatan jenis, keberagaman, dan karakteristik sampah.

Peningkatan jumlah sampah tersebut tidak diikuti dengan perbaikan dan

peningkatan sarana dan prasarana untuk pengelolalaan sampah. Hal tersebut

menyebabkan permasalahan sampah menjadi kompleks, tertundanya

pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, dan

selanjutnya terjadi pembuangan sampah liar (Selintung M. dkk.,2013).

Limbah

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 19 tahun

1994 tentang pengolahan limbah berbahaya dan beracun (B3), dinyatakan Limbah

adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi; Limbah bahan

berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah setiap limbah yang

mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau

konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung

dapat merusak dan/ataumencemarkan l ingkungan hidup dan/atau dapat

membahayakan kesehatan manusia; dan seterusnya…seperti yang tercantum pada

Bab.I ayat 1. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi (Peraturan Pemerintah

No. 85 Tahun 1999 Tentang : Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun

1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun):

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

2. Limbah B3 dari sumber spesifik;

3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan

buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Penyediaan pangan yang bermutu, aman, dan layak dikonsumsi telah

diatur dengan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan UU Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen. Khusus untuk pangan asal hewan (daging,

susu, dan telur) diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan, kemudian dijadikan kebijakan pemerintah terhadap daging

yang harus memenuhi konsep penyediaan daging yang aman, sehat, utuh, dan

halal (ASUH). Pemkot Semarang pun telah menerbitkan Perda Nomor 6 Tahun

2007 tentang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Kesehatan

masyarakat veteriner adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan

produk hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan

manusia.

Beberapa penyakit hewan yang bersifat zoonosis (penyakit yang dapat

ditularkan dari hewan kepada manusia) dapat ditularkan melalui daging (meat-

borne disease). Selain itu, daging juga dapat mengandung residu obat hewan dan

hormon, cemaran logam berat, pestisida atau zat-zat berbahaya lain, sehingga

daging juga dapat dikategorikan sebagai pangan yang berpotensi berbahaya bagi

kesehatan manusia (potentially hazardous food/PHF). Agar daging tetap bermutu

baik, aman, dan layak untuk dikonsumsi, maka perlu penanganan daging yang

aman dan baik mulai dari peternakan sampai dikonsumsi. Konsep tersebut dikenal

sebagai safe from farm to table concepts.

Proses keamanan pangan daging ini harus dilakukan sedini mungkin,

mulai peternakan (farm) hingga daging dikonsumsi (di meja makan). Jadi, salah

satu permasalahan cukup penting dalam proses panjang ini adalah pola

pemeliharaan ternak apakah membawa penyakit yang bersifat zoonosis atau

mengandung cemaran logam berat yang dapat berakibat penyakit bagi yang

mengonsumsinya

Sapi merupakan ternak herbivora sehingga secara wajar sapi diberi makan hijauan

pakan ternak berupa rumput dengan makanan tambahan kosentrat sesuai potensi

yang ada di wilayah. Sapi yang dipelihara di tempat pembuangan akhir (TPA)

sampah merupakan pemanfaat sampah organik yang terdapat di lokasi tersebut.

Namun perlu kita ketahui bahwa sampah di TPA merupakan kumpulan dari

berbagai jenis sampah, dan sapi tidak dapat memilah mana yang harus dikonsumsi

dan mana yang mengandung logam berat.

Sapi Bali

Eksistensi dan potensi ternak sapi sebagai produsen daging sampai saat

kini masih diperhitungkan. Peningkatan kearah produksi/kualitas karkas dan

daging terus dilakukan, baik dari segi teknis pemeliharaan ataupun peningkatan

kualitas pakannya (Anon, 2012). Kualitas karkas adalah nilai karkas yang

dihasilkan oleh ternak relatif terhadap suatu kondisi pemasaran. Faktor yang

menentukan nilai karkas meliputi berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan,

dan kualitas daging dari karkas yang bersangkutan. Nilai karkas dikelompokkan

berdasarkan jenis kelamin atau tipe ternak yang menghasilkan karkas, umur atau

kedewasaan ternak, dan jumlah lemak intramuskular atau marbling di dalam otot.

Faktor nilai karkas dapat diukur secara obyektif atau absolut, misalnya berat

karkas dan daging, dan secara subjektif, misalnya dengan pengujian organoleptik

atau metode panel (Soeparno, 2009). Berat hidup dan berat masing-masing

komposisi tubuh akan berubah selama penanganan sebelum pemotongan hingga

pemotongan berlangsung, tetapi yang terpenting adalah berat karkasnya.

Parameter non karkas (offals), terutama hati perlu diperhatikan sebagai efek dari

penanganan ternak sebelum pemotongan (Saka, 1983).

Evaluasi yang mencerminkan kualitas daging bertujuan untuk

mengidentifikasi, menerangkan, dan segmentasi karkas sesuai dengan keinginan

pasar. Disamping itu, evaluasi karkas bertujuan untuk pemberian peringkat karkas

dan mengembangkan teknik-teknik yang diperlukan untuk menaksir secara

objektif hasil daging relatif dari karkas. Dua faktor utama yang menentukan

kualitas karkas adalah proporsi karkas yang dapat dimakan, serta indikator

kualitas dan palatabilitas bagian-bagian yang dapat dimakan. Jadi, nilai akhir

individu karkas adalah hasil dari perbedaan-perbedaan observasi dua nilai yang

menentukan karakteristik yaitu : (a) karakteristik kualitas daging (lean) sebagai

suatu ukuran palatabilitas yang diharapkan, dan (b) kombinasi hasil potongan-

potongan eceran karkas. Panjang karkas rata-rata, ketebalan lemak punggung dan

luas urat daging mata rusuk (UDMR) otot Longssimus dorsi (LD) pada urutan

antara rusuk ke 10 dan 11, adalah beberapa pengukuran yang biasa dilakukan

untuk menjelaskan dan menentukan karakteristik karkas. Nilai perkiraan terutama

dipengaruhi oleh jumlah lemak yang dapat dipisahkan dari karkas dan perototan (

Soeparno, 2005 ).

Jumlah lemak pada sapi atau tingkat perlemakan pada karkas sapi sering

disebut “ finish “. Faktor tunggal terbesar yang menentukan nilai potongan karkas

adalah rasio daging terhadap lemak yang dapat dipisahkan (diiris). Satu cara yang

banyak digunakan untuk mengukur tingkat perlemakan karkas adalah rata-rata

dari tiga pengukuran ketebalan lemak subkutan (punggung) yang diukur pada

rusuk ke 1 (satu), rusuk terakhir, dan vertebrae lumbar terakhir. Variasi tingkat

perlemakan merupakan faktor yang paling penting yang mempengaruhi hasil

daging. Ketebalan lemak punggung yang umumnya sekitar 1,0 inci (2,54 cm)

dianggap optimum untuk karkas dengan berat kira-kira 140 pound (kira-kira 65,3

kg). Lemak sebaiknya padat dan tidak berminyak, terutama pada ujung loin atau

pada paha .

Perkembangan perototan sapi, terutama pada paha, loin mempunyai

pengaruh yang besar terhadap kesukaan konsumen. Ukuran luas daging mata

rusuk (UDMR) merupakan petunjuk yang berguna dalam menentukan jumlah

daging atau perototan. Di samping ukuran mata loin/UDMR, beberapa aspek

bentuk karkas perlu dipertimbangkan. Setelah perlemakan, ketebalan, kepenuhan,

dan kemontokan karkas yang berhubungan dengan perkembangan perototan perlu

dipertimbangkan. Ketebalan dan kemontokan ham, kepenuhan loin, ketebalan

bahu adalah beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi

perototan. Ham/paha yang baik adalah ham yang luas, dalam , panjangnya

moderat, dan berkembang penuh. Ham yang berkualitas tinggi seharusnya : (a)

mempunyai potongan permukaan dinding yang padat keras, (b) bertekstur halus,

(c) warnanya merah jambu keabu-abuan yang uniform, (d) daging (lean) nya

mempunyai marbling yang uniform dan ekstensif dengan lemak putih padat, (e)

lemak eksterior yang menyelimutinya adalah padat, putih, dan kering, (f) kulitnya

halus dengan bagian dagingnya juga halus, dan (g) shanknya relatif halus dan

bersih. Sebaliknya, ham yang relatif kurang baik berwarna abu-abu sampai merah

gelap, otot yang berdekatan dengan tulang berwarna lebih gelap daripada lainnya,

dan bertekstur kasar dengan sedikit atau tanpa marbling. Ham yang jelek

berwarna pucat, sangat lunak, dan berair / basah (Judge,1989).

Daging merupakan bahan pangan yag mengandung nilai gizi tinggi yang

dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, mineral, dan vitamin. Nilai suatu daging

ditentukan oleh kandungan protein yang terdapat di dalamnya, sebab protein

merupakan komponen bahan yang terdapat dalam daging. Di samping itu, nilai

nutrisi daging yang tinggi disebabkan karena daging mengandung asam-asam

amino yang lengkap dan seimbang. Berdasarkan kondisi fisik, daging dapat

diklasifikasikan menjadi 7, yaitu daging segar, daging segar layu, daging dingin,

daging beku, daging masak, produk daging olahan, dan daging organ (Forrest et

al. 1975; Soeparno, 2009). Jaworska et al. (2009) melaporkan korelasi antara

kualitas penerimaan konsumen dengan teknik pemotongan dan nilai fisik karkas

perlu dipertimbangkan. Kualitas visual daging (warna dan marbling ) yang tepat

berasal dari karkas dengan meatiness (perdagingan) di atas 56,7 %.

Kriteria kualitas daging meliputi komposisi fisik, komposisi kimia, dan nilai

organoleptik (aroma, keempukan, dan cita rasa) (Lawrie, 1979). Sementara itu,

menurut Larmond (1982), penilaian kualitas daging secara objektif meliputi pH,

dan komposisi kimia daging serta penilaian secara subjektif (uji sensoris ) oleh

anggota panelis yang terlatih dengan mempergunakan panca indra, yaitu

penglihatan, penciuman, perabaan, dan pencicipan daging yang sudah matang

terhadap parameter yang telah ditentukan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Soeparno

(2009) bahwa faktor yang menentukan kelezatan dan keterterimaan daging yang

dikonsumsi adalah warna, daya ikat air oleh protein, kadar jus atau cairan daging,

tekstur, keempukan, bau serta citarasa, dan pH daging. Penilaian kualitas daging

dapat diukur secara objektif maupun subjektif. Penilaian kualitas daging secara

obyektif meliputi pH daging, keempukan, daya ikat air, kadar air, dan susut

masak, sedangkan penilaian kualitas daging secara subjektif meliputi warna

daging, tekstur, aroma, dan citarasa.

Terdapat kaitan antara kontraksi otot dengan produksi daging, termasuk

kualitas dagingnya. Bila ternak ada pada kondisi cekaman (stress), banyak

bergerak, maka kontraksi otot meningkat. Untuk itu, diperlukan banyak energi,

sehingga bila ternak disembelih ototnya akan sedikit pucat, sehingga warna

daging yang dihasilkannya juga akan kurang baik, mudah rusak, dan daya

simpannya berkurang. Dianjurkan agar hewan ditenangkan dahulu, cara

penyembelihannya sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh agama dan

peraturan pemerintah, agar ternak mati dalam kondisi otot yang tenang. Bila

ternak mati dalam kondisi otot berkontraksi, oksigen pada myoglobin menurun

dan metabolisme oksidatif sangat berkurang. Tanpa metabolisme oksidatif, maka

pH otot meningkat, warna daging (otot) lebih merah tua dan dengan pH yang

tinggi sehingga otot/daging mudah membusuk. Hal ini harus menjadi perhatian

para jagal dan pengelola RPH dalam menangani pemotongan ternak. Pada

pomotongan ternak yang dilakukan di luar RPH yang sudah ditentukan oleh

peraturan pemerintah, sering terjadi perlakuan-perlakuan yang kasar terhadap

ternak sebelum dipotong (Adriani et al., 2010).

Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik beserta

interaksi antara kedua faktor tersebut. Faktor intrinsik yang berpengaruh terhadap

kualitas daging adalah bangsa (genetik), jenis kelamin, dan umur, sedangkan

faktor ekstrinsik meliputi ransum dan penanganan ternak sebelum dipotong dan

penanganan daging pascamati (Lawrie, 1995; Forrest, 2011). Menurut Soeparno

(2009), peningkatan atau penurunan konsumsi pakan dapat mempengaruhi

kualitas daging. Pengaruh pakan terhadap kualitas daging sangat bervariasi,

karena adanya faktor lain yang berkontribusi terhadap kualitas daging antara lain

umur, spesies/jenis hewan, bangsa, jenis kelamin, bahan aditif, berat potong, laju

pertumbuhan, tipe ternak, serta perlakuan-perlakuan sebelum dan sesudah

dipotong.

BAB III.

METODE PENELITIAN

3.1. Materi dan Metode

Materi penelitian adalah ternak sapi bali dengan berat ± 270 kg umur 3-4

tahun (I2-I3) sebanyak ± 6 ekor, selanjutnya diambil rgan dalamnya (hati, ginjal,

jantung, parum dan limpa) yang merupakan sampling dari jumlah sapi yang

digembalakan di area TPA. Semua materi penelitian dipelihara oleh peternak di

area tempat pembuangan akhir (TPA) desa Pesanggaran-Denpasar. Ternak sapi

yang telah ditentukan sebagi sampel, selanjutnya diberi tanda/kode pada

telinganya dengan “Ear Tag”.

Penelitian ini menggunakan metode purposive random sampling, yaitu

mengambil sampel dari jumlah materi pada masing-masing grup yang

dipergunakan pada peneletian. Tahapan pengambilan data pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1). Ternak sapi sebelum dipotong dilakukan pemuasaan selama 18-24 jam.

2). Setelah proses pemotongan, dilakukan pengambilan sampel organ

dalam

dan karakteristik organ dalam.

3). Pengambilan sampel organ dalam untuk uji laboratorim terhadap

kandungan logam berbahaya pada masing-masing organ.

Peubah yang diamati adalah:

a. Menentukan jenis-jenis bahan berbahaya dan beracun (B3) yang ada

didalam organ dalam sapi bali yang digembalakan di area TPA.

b. Menentukan tingkat cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3) di

dalam organ dalam sapi bali yang digembalakan di area TPA.

c. Menentukan tingkat cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3) yang

tertinggi diantara organ dalam sapi bali yang dipelihara di area TPA.

Data yang diperoleh dari masing-masing parameter selanjutnya ditabulasi,

kemudian dianalisa secara deskriptif. Untuk melihat tingkat cemaran bahan

berbahaya dan beracun ada masing organ dalam sebagai akibat dari pemeliharaan

ternak sapi bali dilakukan perbandingan dengan nilai standar kandungan B3 dari

BPOM dan WHO.dan hasil-hasil penelitian, selanjut uji dilakukan dengan Uji T

(T-test) untuk dua sampel yang independent (bebas). Untuk mengetahui kualitas

karkas dan kualitas daging dari pola pemeliharaan, dilakukan dengan subsample

(Steel dan Torie, 1989).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengamatan dan pengukuran terhadap penampilan ternak sapi bali

dilakukan di area TPA selama 8 bulan (tahun pertama). Pengukuran dan evaluasi

karkas dilakukan di rumah potong hewan (RPH) di Pesanggaran, Denpasar

selatan-Denpasar. Pengujian kualitas dan cemaran pada organ dalam dilakukan di

laboratorium THT (Teknologi Hasil Ternak), Fakultas Peternakan, Laboratorium

THP (Teknologi Hasil Pertanian) Fakultas Teknologi Pertanian, dan Laboratorium

Analitik Universitas Udayana. Uji laboratorium terhadap kandungan logam-logam

berbahaya pada daging sapi dilakukan di Laboratorium Daerah Prov. Bali.

Penelitian dilakukan selama 8 (delapan).

3.3. Luaran Penelitian

Target luaran kegiatan penelitian di tahun kedua adalah:

1. Laporan penelitian.

2. Publikasi di Jurnal/Majalah nasional atau internasional terakreditasi.

3. Informasi penting untuk peternak, konsumen daging sapi, dan data bagi

pemerintah daerah/instansi pemegang kebijaksanaan tentang mamfaat

sampah di area TPA untuk pakan sapi bali serta dampaknya bagi

kesehatan dan keamanan pangan dari daging yang dihasilkan.

4. Buku Ajar “Pemanfaatan sampah di area TPA sebagai makanan utama

sapi bali serta dampaknya terhadap Organ Dalam sapi bali”.

3.4. Indikator Kegiatan

Indikator keberhasilan kegiatan penelitian terperinci dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1. Indikator Capaian Kegiatan Penelitian

Kegiatan Bulan Indikator

Kegiatan Persiapan dan Pengamatan

Rapat koordinasi tim peneliti dan

pemantapan proposal

Maret 2015 pembagian tugas dan schedule

kegiatan telah ditentukan

Penelusuran lokasi penelitian dan

pendataan jumlah ternak sapi

penelitian

April 2015

Ditemukan sapi bali yang akan

dipakai materi penelitian

Pemilihan ternak sapi bali sebagai

materi penelitian, selanjutnya

dilakukan penandaan pada

telinganya.

Mei 2015

(mgg I-II)

Ternak sapi dengan berat ±250

kg sudah diberi tanda (”Ear

Tag”)

Pengawasan terhadap

pemeliharaan, kesehatan dan

aktivitas ternak sapi

Mei-2015

Diperoleh data menejemen

pemeliharaan dan kesehatan

ternak sapi

Pengacakan ternak untuk

dipotong.

Penimbangan berat badan akhir,

koordinasi dengan RPH

Pesanggaran

Juni-2015

(mgg I)

Diperoleh data berat badan

akhir

Kegiatan Pengukuran Sampel

Penimbangan bobot badan ternak

dan persiapan pemotongan ternak

serta pengambilan sampel darah

(uji profil lipida)

Juni-2015

(mg II)

Data bobot potong (BP) ternak

telah diperoleh dan data profil

lipida (kholesterol, HDL dan

LDL).

Pemotongan ternak, penganbilan

data postmortem: pengambilan

sampel daging organ untuk uji

kualitas daging, profil mikroba,

dan kandungan lagam berbahaya

Juni-2015

(mg III)

Diperoleh data Organ dalam

dan analisa Lab. Ttg.

Kandungan logam berbahaya

Kegiatan Produksi Luaran Penelitian

Tabulasi data dan analisis data Juli-2015 -

IV)

Ada hasil analisis (anova dan

ranking skor)

Pembuatan Laporan Kemajuan

Penelitian

Agustus

2015

Ada laporan kemajuan

dikasi/Seminar hasil dan Draf

(mg III-IV) Publikasi

Seminar Hasil Penelitiab Oktober Naskah Seminar Oral di Htel

Patra Jasa Kuta-Bali

Penggandaan dan pengumpulan

laporan

Desember

2015-IV)

Laporan telah dikumpul

(rangkap)

Publikasi di majalah/jurnal

terakreditasi

Desember

2015

Diterimanya naskah publikasi

ilmiah di majalah/jurnal

terakreditasi

BAB IV.

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

a. Biaya

Penelitian ini akan dilakukan selama 1 (satu) tahun, di bawah ini (Tabel 4.1)

disampaikan anggaran biaya.

Tabel 1. Anggaran Biaya pada tahun II (kedua-2015)

No Jenis Pengeluaran Jumlah

Pengeluaran (Rp.)

1 Gaji dan upah Peneliti (Ketua dan anggota) dan

Tenaga lapangan

7.500.000,-

2 Peralatan (sewa alat ukur, kandang fixasi, dan

timbangan, dll.)

4.000.000,-

3 Bahan habis pakai :

Ternak sapi, analisa darah, uji kualitas daging,

uji kandungan logam berbahaya, sewa ternak

6.000.000,-

4 Perjalanan 2.500.000,-

5 Dan lain-lain (analisadata, cetak laporan, jurnal,

dan seminar).

5.000.000,-

Total 25.000.000,-

Dua Puluh Lima Juta rupiah

4.2 Jadwal Kegiatan (Lampiran 3)

JADWAL PENELITIAN

Tabel 4.2. Jadwal Penelitian (2015).

Jenis kegiatan Bulan ke :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pembuatan proposal X X

Persiapan penelitian X X

Pelaksanaan Penelitian X X X X X X

Analisis data X

Penyusunan laporan

kemajuan

X

Penyusunan laporan X X

Penyerahan laporan

akhir, artikel jurnal,

dan buku ajar

X

BAB. V

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Data Antemortem (sebelum pemotongan) Sapi bali sebagai Kontrol (K)

dan Sapi yang Berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA): (T).

NO KODE SEX I

/Gigi

Umur

(Thn)

Bobot

Badan

Tinggi

Gumba

Lingka

r Dada

Panjang

Badan

Leba

r

Dada

Lebar

Pinggu

l

Kg Cm Cm Cm Cm Cm

1 K.1 Ϙ I2 2,5 278 119 170 119 40 45

2 K.2 Ϙ I3 3,5 290 120 173 120 41 45

3 K.3 Ϙ I2 2,5 289 118 172 118 40 44

4 K.4 Ϙ I2 2,5 285 117 170 119 39 44

5 K.5 Ϙ I3 2,5 291 122 175 122 41 46

6 K.6 Ϙ I3 3,5 270 110 165 117 42 45

7 T.1 Ϙ I3 3,5 289 119 170 118 40 44

8 T.2 Ϙ I3 3,5 284 118 174 120 41 43

9 T.3 Ϙ I3 3,5 280 122 169 115 39 40

10 T.4 Ϙ I2 2,5 270 119 165 115 38 41

11 T.5 Ϙ I3 3,5 275 120 173 118 41 41

12 T.6 Ϙ I2 2,5 270 121 166 117 39 40

Keterangan: K: Sapi Kontrol, T: Sapi TPA

Tabel 2. Uji Kandungan Lgam Berbahaya pada Daging dan Organ Sapi Kontrol

dan TPA. (Masing-masing sampel diulang sebanyak 3 kali).

NO

Kode

Sampel

Analisa (mg/Kg) *)

Timbal

(Pb)

Rataan Kadmium

(Cd)

Rataan Tembaga

(Cu)

Rataan

1 ISP.K1 1,075 0,784 0,721 0.762 2,475 2,484

2 ISP.K2 1,043 0,698 2,555

3 ISP.K3 0,234 0,877 2.423

4 ISP.T1 4,461 4,938 1,427 1,549 2,745 3,507

5 ISP.T2 4,987 0,654 3,988

6 ISP.T3 5,365 2,566 3,789

7 HT.K1 0,492 O,608 0,607 0,795 1,291 1,726

8 HT.K2 0,787 1,322 1,889

9 HT.K3 0,545 0,455 1,999

10 HT.T1 1,913 2,043 1,922 1,530 2,901 3,264

11 HT.T2 2,673 1,345 3,233

12 HT.T3 1,544 1,322 3,657

13 GJ.K1 1,021 0,922 0,987 0,949 2,228 2,157

14 GJ.K2 0,890 0,855 1,988

15 GJ.K3 0,855 1,006 2,256

16 GJ.T1 1,922 1,978 1,340 1,704 3,289 3,473

17 GJ.T2 1,990 1,782 3,345

18 GJ.T3 2,023 1,990 3,786

19 JT.K1 0,789 0,896 0,546 0,546 1,890 1,786

20 JT.K2 0,877 0,912 1,456

21 JT.K3 1,023 1,023 2,012

22 JT.T1 1,099 1,329 1,223 0,778 2,786 2,770

23 JT.T2 1,345 0,992 3,009

24 JT.T3 1.544 0,679 2,546

25 PR.K1 0,589 0,648 0,987 0,977 2,346 2,017

26 PR.K2 0,457 1,035 2,134

27 PR.K3 0,987 0,909 1,555

28 PR.T1 1,034 1,500 1,346 1,688 2,998 3,142

29 PR.T2 1,899 1,990 3,456

30 PR.T3 1,567 1,729 2.972

Keterangan: *) Analisa Lab. Analitik Unud. 2015

ISP: Isi Saluran Pencernaan, HT: Hati, GJ: Ginjal, JT: Jantung

PR: Paru

Tabel 3. Nilai Rataan Uji Kandungan Logam Berbahaya pada Daging dan Organ

Sapi Kontrol dan TPA.

NO

Kode

Sampel

Analisa (mg/Kg)*)

Timbal

(Pb)

Standar

(BPOM)

Kadmium

(Cd)

Standar

(BPOM)

Tembaga

(Cu)

Standar

(BPOM)

1 ISP.K 1,217

1,0

1,099

1,0

0,484

10,0 ISP.T 4,938 1,549 3,174

2 HT.K 1,941

1,0

1,461

1,0

3,060

10,0 HT.T 2,043 1,530 3,264

3 GJ.K 0,922

1,0

0,949

1,0

2,157

10,0 GJ.T 1,978 1,704 3,473

4 JT.K 0,896

1,0

0,546

1,0

1,786

10,0 JT.T 1,329 0,778 2,770

5 PR.K 0,648

1,0

0,977

1,0

2,017

10,0 PR.T 1,500 1,688 3,142

Keterangan: *). Analisa Laboratorium Analitik Universitas Udayana (2015)

ISP:isi sal.pencernaan. HT:hati, GJ:ginjal, JT:jantung, PR:paru

K:sapi kontrol, T:sapi TPA

DAFTAR PUSTAKA

Adriani. L., L.,E, Hermawan, K. A. Kamil dan A. Mushawwir. 2010. Fisiologi

Ternak. Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ pada

Hewan. Penerbit Widya Padjadjaran. Bandung

BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).2009. Penetapan Batas Cemaran

Mikroba dan Kimia dalam Makanan.

Anonymous. 2012. Informasi Data Peternakan Provinsi Bali Tahun 2011. Laporan

Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Bali 2011. Denpasar

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Penetapan Batas Cemaran Mikroba

dan Kimia dalam Makanan

Badan Standarisasi Nasional, 2004. Standar Nasional Indonesia 06-6989.16-2004

Tentang Cara Uji Kadmium (Cd) dengan Metode Spektrofotometri

Serapan Atom (AAS)-Nyala. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional, 2009. Standar Nasional Indonesia 6989.8:2009

Tentang Cara Uji Timbal (Pb) dengan Metode SpektrofotometriSerapan

Atom (AAS)-Nyala. Jakarta.

Bahar, B. 2002. Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi. Penerbit PT

Gramedia Pustaka Utama.

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Direktoran Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan

Gizi. IPB. Bogor.

Forrest, J. 2011. Meat Quality and Safety. Ag.ansc.purdue. edu/meat_qualty/maf

_stress.html- Amerika Serikat.

Jaworska, D., W. Przybylski, K. Kajak-Siemaszko. and E. Czarniecka-Skubina.

2009. Sensory Quality of Culinary Pork Meat in Relation to Slaughter and

Tecnological Value. Food Science and Technology Reserch. Vol. 15

(2009), No. 1 pp.65-74.

Kafier, F.P., P. Setyono, A.R. Handono. 2013. Analisis Cemaran Logam Berat

(Pb dan Cd) pada Sapi Potong di TPA. Sampah Putri Cempo Surakarta. J.

Ekosains. Vol. V/no.2/ Juli2013.

Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. (Aminudin Parakasi) Edisi ke-5. Penerbit

Universitas Indonesia. Jakarta

McDowell L.R. 1992. Minerals in Animal and Human Nutrition. Academic

Press,. New York

McGlone, J.J., J.L. Lumpkin, R.L. Nicholson, M. Gibson and R.L. Norman. 1993.

Shipping Stress and Social Status Effects on Pig Oerformance, Plasma

Cortisol, Natural Killer Cell Activity, and Leukocyte Numbers. J. Animal

Science, Vol. 71.

Mudita, I M., T.I. Putri, T.G.B. Yadnya, dan B. R. T. Putri. 2010. Penurunan

Emisi Polutan Sapi Bali Penggemukan Melalui Pemberian Ransum

Berbasis Limbah Inkonvensional Terfermentasi Cairan Rumen. Prosiding

Seminar Nasional, Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman,

Purwokerto. ISBN: 978-979-25-9571-0

Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999. Tentang : Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya Dan Beracun

Putri, T. I., T.G.B. Yadnya, I M. Mudita, dan Budi Rahayu T.P. 2009.

Biofermentasi Ransum Berbasis Bahan Lokal Asal Limbah

Inkonvensional dalam Pengembangan Peternakan Sapi Bali Kompetitif

dan Sustainable. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai

Prioritas Nasional. Universitas Udayana, Denpasar

Selintung, M., Achmad Zubair, dan Ellen Anneka. 2013. Studi Karakteristik

Sampah pada Tempat Pembuangan Akhir di Kabupaten Maros. Jur.

Teknik Sipil. Unhas. Makasar.

Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Gadjah Mada University Press.

Cetakan Pertama. Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1989. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Suatu

Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia. Jakarta.

Tirta A.IN.,AA.Oka, Gd.Suranjaya. 2014. Penampilan Produksi dan Keamanan

Pangan pada Daging Sapi bali yang Dipelihara di Tempat Pembuangan

Akhir Desa Pesanggaran, Denpasar-Bali. Senastek.LPPM.Unud. Denpasar

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008. Tentang Pengelolaan Sampah.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012. Tentang Pangan.

WHO. 2000. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan, alih

bahasa: Palup Widyastuti, Editor Edisi Bahasa Indonesia: Monica

Ester.Jakarta.

Lampiran 1. Jastifikasi Anggaran Penelitian

1.Honor

Honor

Honor/Jam

(Rp)

Waktu

(jam/mgg

Minggu

Honor

(Rp)

Ketua 3.901,- 20 32 2.500.000,-

Anggota 1 2,343,- 20 32 1.500,000,-

SUB TOTAL (Rp) 4.000.000,-

2. Peralatan Penunjang

Material Justifikasi

Pemakaian

Kuantitas Harga Satuan

(Rp)

Harga Peralatan

Penunjang

(Rp)

Konstruksi

Kandang

Fiksasi-

lengkap

Untuk

pengukuran

dimensi tbh

1 unit 1.000.000,- 1.000.000,-

Sewa RPH

selama

pemotongan

Untuk

pemotongan

ternak

1 unit 1.000.000,- 1.000.000,-

Kontribusi

Alat ukur

Pengukuran dan

penimbangan

6 unit 167.000,- 1.000.000,-

Kontribusi

Laboratorium

Fasilitas Uji

sampel

1 unit 500.000,- 500.000,-

Lain-lain: ear

tag, tato, tali,

dll

Penandaan

ternak

10 unit 50.000,- 500.000,-

SUB TOTAL (Rp) 4.000.000,-

3. Bahan Habis Pakai

Material Justifikasi

Pemakaian

Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah

(Rp)

ATK (kertas,

bolpoin, dll)

Untk

pencatatan data

9 unit 250.000 500.000,-

Flasdish Penyimpanan

data

5 buah 150.000,- 750.000,-

Sampel organ

dalam

Untuk uji

laboratorium

20 100.000,- 2.000.000,-

Analisa Lab. Uji kualitas

daging, frofil

mikroba, frofil

lipida, kand.

Logam berat

pd.daging

20 smpl 75.000,- 1.500.000,-

Konsumsi Persiapan

penelitian dan

selama penelitian

50 15.000,- 750.000,-

Analisis data Biaya analisis data - - 500.000,-

SUB TOTAL (Rp) 6.000.000,-

4. Perjalanan

Kegiatan Justifikasi

Perjalanan

Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Perjalanan I Ke lokasi

penelitian

(persiapan-

pemntauan)

5 bulan 100.000,- 500.000,-

Perjalanan II Untuk

persiapan

pemotongan-

pemotongan,dll.

3 bulan 500.000,- 1.000.000,-

SUB TOTAL (Rp) 1.500.000,-

5.Lain--lain

Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Satuan

(Rp)

Jumlah

(Rp)

Sewa

komputer

Tabulasi data &

penyusunan

laporan

2 500.000,- 1.000.000,-

Jilid laporan Penggandaan

laporan

20 25.000,- 500.000,-

Seminar Desiminasi

hasil penelitian

- - -

Publikasi Desiminasi

hasil penelitian

- - -

Sewa

kameradigital,

handycam,

cetak foto

Dokumentasi 1 unit 500.000,- 500.000,-

Cetak buku

ajar

Pembuatan

buku ajar

- - -

Sub Total 2.000.000,-

TOTAL 17.500.000,00

Tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah

Lampiran 2.

CATATAN HARIAN PELAKSANAAN PENELITIAN

(LOGBOOK)

CEMARAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PADA ORGAN

DALAM SAPI BALI YANG DIBERI SAMPAH KOTA DENPASAR

SEBAGAI PAKAN UTAMA

CATATAN HARIAN PELAKSANAAN PENELITIAN

(LOGBOOK)- 2015

NO TANGGAL.2015 U R A I A N KETERANGAN

1 3 Maret Finalisasi Proposal Tim Peneliti

2 5 Maret Konsolidasi dengan peternak di

area TPA, Rumah Potong Hewan

Tim Peneliti,

mahasiswa, ketua

kelompok peternak

3 7 Maret - Koordinasi dengan

peternak tentang maksud

dan tujuan penelitian di

area TPA. Permohonan ijin

untuk melakukan penelitian

di area TPA Pesanggaran

Denpasar melalui Dinas

Kebersihan Kota (DKP)

Denpasar dan Badung.

- Sembahyang (atur piuning

kehadapan pemilik Nis di

Pura area TPA.

Tim Peneliti,

peternak dan

petugas Dinas DKP

di area TPA

4 10 Maret Sewa 1 unit kandang fiksasi :

Rp. 500.000,-

Sewa mobil untuk trasnportasi ke

TPA: Rp. 150.000,-/rate

Bengkel besi.

Transport

5 12 Maret Pemasangan kandang fiksasi/jepit Tim peneliti

7 13 Maret Pinjam/sewa 1 uni timbangan sapi

kap. 1000 kg : Rp. 200.000,-

UPT.Pembibitan

ternak Baturiti-

Tabanan

8 15 Maret Pendataan ternak sapi yang dibagi

menurut lakasi menjadi 3 kelompok

(A, B, C). dengan berat badan: 200-

300 kg/ umur: 2-3 tahun.

Tim peneliti

bersama peternak

9 16 Maret Pendataan ternak sapi yang dibagi

menurut lakasi menjadi 3 kelompok

(A, B, C).

Tim peneliti

bersama peternak

10 17 Maret

Pk.9-10.00

Penimbangan ternak sapi dari

kelompok A: 2 ekor, B: 2 ekor, dan

Tim peneliti dan

peternak

C: 2 ekor

11 20 Maret Pengamatan tingkah laku makan

dan aktivitas lainnya pada sapi

selama sehari

Tim peneliti

12 26 Maret-20 Juni Pengamatan rutin dan penentuan

sampel ternak untuk pengangbilan

data selanjutnya

Timpeneliti dan

peternak

13

25 Juni Persiapan pengambilan data

dimensi tubuh dan penimbangan

berat badan sapi. Pemberian

kontribusi/sewa ternak sapi kepada

peternak

Tim peneliti

14 26 Juni Penimbangan ternak sapi dan

pengukuran dimensi tubuh sapi dari

kelompok A: 2 ekor, B: 2 ekor, dan

C: 2 ekor

Tim peneliti dan

peternak

15 26 Juni Penimbangan dan pengukuran

dimensi ternak sapi dari kelompok

A: 2 ekor, B: 2 ekor, dan C: 2 ekor

Tim peneliti dan

peternak

16 27 Juni Penimbangan ternak sapi dari

kelompok A: 2 ekor, B: 2 ekor, dan

C: 2 ekor

Tim peneliti dan

peternak

17 28 Juni Persiapan pemindahan materi

penelitian dari TPA ke RPH-

Darmasaba Kab. Badung

Tim Peneliti

18 15-20 Juli Pemotonan ternak sapi dilakukan,

selanjutnya persiapan pengambilan

sampel organ dalam

Tim Peneliti

19 21 Juli Pengambilan sampel organ dalam

sapi untuk dibawa ke Labratorium

Analitik Unud. Untuk uji

kandungan logam berbahaya.

Tim Peneliti

20 22 Juli-5 Agustus Menunggu hasil uji Laboratorium -

21 5 Agustus- Tabulasi data sementara Peneliti

Denpasar, 5 Agustus 2015

Ketua Peneliti,

Drs. I Wayan Budiarta, M.Si