laporan kasus keratitis superficialis daria

Upload: katarina-daria-putri-roman

Post on 30-Oct-2015

313 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Daria Putri Roman 406117011

Daria Putri Roman 406117011

Laporan Kasus Keratitis Punctata SuperfisialisDiajukan guna memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Mata

Rumah Sakit Daerah Swadana Kudus

Disusun oleh :

Daria Putri Roman

406117011Pembimbing :dr. Rosalia S., Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

2013STATUS PASIENI. IDENTITAS PASIEN

Nama

:Tn. RUmur

:48 tahun

Jenis kelamin:Laki-laki

Agama

:Islam

Pekerjaan

:Petani

Alamat

:Wonorejo 3/1No. CM

:653633II. ANAMNESIS

Anamnesis secara : autoanamnesis pada tanggal 11 April 2013 pukul 10.30.Keluhan utama : pasien mengeluh mata kanan merah, nyeri, nganjel, pandangan kaburRiwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Kudus pada tanggal 11 April 2013 dengan keluhan mata kanan mata kanan merah, nyeri, nganjel, pandangan kabur sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku 1 minggu yang lalu ketika sedang mencangkul di sawah mata kanan pasien kecipratan lumpur, setelah itu mata kanannya menjadi merah, nyeri, terasa nganjel. Nyeri dan nganjel dirasakan sepanjang hari dan terus menerus sehingga mengganggu aktivitas, bertambah berat saat beraktivitas di bawah sinar matahari di siang hari, lebih ringan saat istirahat di malam hari. Pasien juga mengaku matanya silau dan berair bila terkena sinar matahari. Pasien juga merasakan penglihatan sebelah kanan kabur. Pasien mengaku matanya sering merah, cekot-cekot dan membaik bila ditetesi tetes mata, namun kali ini nyerinya tidak menghilang sehingga pasien berobat ke RSUD KUDUS. Pasien tidak mengeluh mata belekan, pasien juga tidak mengeluh pusing, pasien tidak pernah memakai kacamata sebelumnya.Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat mata sering merah diakui Riwayat kemasukan benda asing diakui Riwayat operasi disangkal Riwayat Hipertensi disangkal, Riwayat Diabetes Melitus disangkalRiwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini.

Riwayat sosial ekonomi:

Biaya pengobatan ditanggung sendiri.III. PEMERIKSAAN FISIK

A. VITAL SIGN

Keadaan Umum

:BaikKesadaran

:Compos mentisStatus Gizi

:CukupTekanan darah

:130/90 mmHgNadi

:80 kali/ menitSuhu

:36 CRespiration Rate

:24 x / menitB. STATUS OFTALMOLOGIGambar :

1

2

Keterangan : 1. Infiltrate berupa titik-titik pada permukaan kornea2. Injeksi siliarOCULI DEXTRA(OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA(OS)

6/12 F1Visus6/7,5

Tidak dilakukanPinholeTidak dilakukan

Tidak dikoreksiKoreksiTidak dikoreksi

Gerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus(-), strabismus (-)Bulbus okuliGerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus(-), strabismus (-)

Edema (-), hiperemis(-), blefarospasme (+), lagoftalmus (-), ektropion (-), entropion (-)PalpebraEdema (-), hiperemis(-), blefarospasme (+), lagoftalmus (-), ektropion (-), entropion (-)

edem (-), injeksi konjungtiva(-), injeksi siliar (+), infiltrat (-), hiperemis (-), pinguekula (+)KonjungtivaEdema(-), injeksi konjungtiva(-), injeksi siliar (-), infiltrat (-), hiperemis (-), pinguekula (+)

Merah SkleraPutih

Bulat, edema (-), ulkus (-), keratik presipitat (-), infiltrat (+) bulat kecil, sikatriks (-), sensibilitas normalKorneaBulat, edema (-), ulkus (-), keratik presipitat(-), infiltrat (-), sikatriks (-), sensibilitas normal

Jernih, cukup, Arkus senilis (-), hipopion (-), hifema (-),Camera Oculi Anterior (COA)Jernih, cukup, Arkus senilis (-), hipopion (-), hifema (-),

Kripta(+), warna coklat (-), edema(-), synekia (-)IrisKripta(+), warna coklat(-), edema(-), synekia (-)

bulat, diameter 3mm, letak sentral, refleks pupil langsung (+), refleks pupil tak langsung (+)Pupilbulat, diameter 3mm, letak sentral, refleks pupil langsung (+), refleks pupil tak langsung (+)

Jernih, letak sentralLensaJernih, letak sentral

jernihVitreusJernih

Papil N.II bulat, batas tegas, ablation (-), mikroaneurisma(-), eksudat (-), cotton wool spot (-), perdarahan (-), CD ratio (0,3)RetinaPapil N.II bulat, batas tegas, ablation (-), mikroaneurisma(-), eksudat(-), cotton wool spot (-), perdarahan (-), CD ratio (0,3)

(+)Persepsi warna(+)

(+)Light projection(+)

(+), cemerlangFundus Refleks(+), cemerlang

Dalam batas normalTIODalam batas normal

Epifora (+)Sistem LakrimasiEpifora (-)

(-)Shadow test(-)

Normal Lapang pandangNormal

OD Fluoresin test (+) tampak infiltrate bulat kecil di permukaan korneaIV. RESUME Subyektif Seorang laki-laki berumur 48 tahun datang ke poliklinik mata RSUD Kudus dengan keluhan mata kanan mata kanan merah, nyeri, nganjel, pandangan kabur sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dan nganjel dirasakan sepanjang hari dan terus menerus sehingga mengganggu aktivitas, bertambah berat saat beraktivitas di bawah sinar matahari di siang hari, lebih ringan saat istirahat di malam hari. Pasien juga mengaku matanya silau dan berair bila terkena sinar matahari. Pasien sudah menetesi matanya dengan tetes mata namun tidak ada perbaikan. Riwayat mata sering merah diakui, riwayat kemasukan benda asing diakui. Riwayat hipertensi dan DM disangkal. Objektif Tekanan darah:130/90 mmHgNadi

:80 kali/ menitSuhu

:36 CRespiration Rate:24 x / menitOCULI DEXTRA(OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA(OS)

6/12 F1Visus6/7,5

Tidak dikoreksiKoreksiTidak dikoreksi

injeksi siliar (+), pinguekula (+)Konjungtivainjeksi siliar (-), pinguekula (+)

Blefarospasme (+)Palpebra Blefarospasme (+)

Merah SkleraPutih

infiltrat (+) bulat kecil, sensibilitas normalKorneainfiltrat (-), sensibilitas normal

Epifora (+)Sistem LakrimasiEpifora (-)

V. DIAGNOSIS BANDING

OD :

1. Keratitis pungtata superficialis2. Keratitis virus3. KeratokunjungtivitisVI. DIAGNOSIS KERJA

OD Keratitis pungtata superficialisDasar Diagnosis : Anamnesis : Mata kanan nyeri, nganjel , merah, pandangan kabur, matanya menjadi sensitif terhadap cahaya atau silau serta semakin berair jika terkena cahaya Pemeriksaan ophtalmologi (OD) VOD 6/12 f1 Conjungtiva : injeksi siliar (+), pinguekula (+) Kornea : infiltrat (+) bulat kecil, sensibilitas normal Sistem lakrimasi : epifora (+) Pemeriksaan fluoresin test : tampak infiltrate bulat kecil di permukaan korneaVII. PENATALAKSANAAN

Antibiotik topical, contohnya : ofloxacin 0,3 % 5 ml 4 dd gtt 2 OD Vitamin B complex tab 100 mg 3 dd 1VIII. PROGNOSIS

OKULI DEKSTRA (OD)OKULI SINISTRA (OS)

Quo Ad VisamAd bonamAd bonam

Quo ad sanamAd bonamAd bonam

Quo ad kosmetikamAd bonamAd bonam

Quo ad VitamAd bonamAd bonam

IX. USUL DAN SARAN

USUL

Keratometri Keratometri tujuannya untuk mengetahui kelengkungan kornea, tear lake juga dapat dilihat dengan cara focus kita alihkan kearah lateral bawah, secara subjektif dapat dilihat tear lake yang kering atau yang terisi air mata. Tes schirmer.bila resapan air mata pada kertas schirmer kurang dari 10 mm dalam 5 menit dianggap abnormal Uji dry eye

Pemeriksaan mata kering atau dry eye termasuk penilaian terhadap lapis film air mata ( tear film ), danau air mata ( teak lake ), dilakukan uji break up time tujuannya yaitu untuk melihat fungsi fisiologik film air mata yang melindungi kornea. Penilaiannya dalam keadaan normal film air mata mempunyai waktu pembasahan kornea lebih dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik menunjukkan film air mata tidak stabil. Uji fistel

Untuk melihat kebocoran kornea akibat adanya perforasi kornea.SARAN Gunakan tetes mata secara teratur

Konsumsi obat secara teratur Edukasi pasien untuk mengistirahatkan mata untuk beberapa hari.

Edukasi untuk menjaga kebersihan mata setiap hari dan tidak mengucek-mengucek mata

Gunakan pelindung mata untuk melindungi mata dari debu dan angin

TINJAUAN PUSTAKAKERATITISI. ANATOMI KORNEAKornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian mata yang tembus cahaya. Kornea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis.

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam :11.EpitelTerdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yangsaling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira 5 % (0,05 mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan permukaan dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di sampingnya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yangmelekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Sedangkan epitel berasal dari ektoderem permukaan. Epitel memiliki daya regenerasi.2.Membran bowmanMembran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari epitel. Merupakan lapisan kolagen yangtersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari epitel bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya generasi.3.StromaLapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea. Merupakan lapisan tengah pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 m yang saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat anyaman yangteratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang sampai 15 bulan.4.Membran DescemetMerupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea yangdihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup dan mempunyai tebal+40mm.5.EndotelBerasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara 20-40mm melekat erat pada membran descemet melalui taut. Endotel dari kornea ini dibasahi oleh aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada regulasi cairan,jika endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel, stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi.Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea.Kornea dipersarafi oleh saraf sensoris yang terutama berasal dari n.siliaris longus, cabang n.nasosiliaris (n.V/1). Kornea tidak mengandung pembuluh darah oleh karena sebagai media refrakta, akan tetapi di limbus kornea terdapat arteri ciliaris anterior yang membawa nutrisi untuk kornea. Nutrisi yang lain didapat dari humor aquos di camera okuli anterior dengan cara difusi dari endotel. Fungsi dari kornea adalah sebagai media refrakta dan sebagai bagian mata dengan pembiasan sinar terkuat. 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar yang masuk dibiaskan oleh kornea.1

II. FISIOLOGI KORNEAKornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea akan mengkibatkan film air mata akan menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang yang menarik air dari stroma kornea superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.1 Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak dapat melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air sekaligus.1III. DEFINISI KERATITIS Keratitis adalah kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Bakteri umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan kornea. IV. EPIDEMIOLOGI

Secara global, insidensi keratitis bakteri bervariasi secara luas, di mana negara dengan industrialisasi yang rendah menunjukkan angka pemakaian softlens yang rendahm sehingga bila dihubungkan dengan pemakai softlens dan terjadinya infeksi menunjukkan hasil penderita yang rendah juga.

V. KLASIFIKASI

Menurut lapisan kornea yang terkena; yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.2

Keratitis Superfisial, dapat dibagi menjadi:

a. Keratitis epitelial, tes fluoresin (+), misalnya:

i. Keratitis pungtata merupakan keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Keratitis pungtata disebabkan oleh hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpeszoster, herpessimpleks, blefaritis, keratitisneuroparalitik, infeksi virus,dry eyes,vaksinia, trakoma dan trauma radiasi, trauma, lagoftalmus, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan pengawet lain.2 Mata biasanya terasa nyeri, berair, merah, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan penglihatan menjadi sedikit kabur.2ii. Keratitis herpetik

Disebabkan oleh herpes simplek dan herpes zoster.Yang disebabkam herpes simplek dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan stroma.Yang murni epitelial adalah dendritik sedangkan stromal adalah diskiformis. Pada yang epitelial kerusakan terjadi aibat pembelahan virus di dalam sel epitel yang akan mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk tukak kornea superficial.2iii. Infeksi Herpes zoster

Bila telah terdapat vesikel di ujung hidung, berarti N.Nasosiliaris terkena, maka biasanya timbul kelainan di kornea, di mana sensibilitasnya menurun tetapi penderita menderita sakit. Keadaan ini disebut anestesia dolorosa. Pada kornea tampak infiltrat yang bulat, letak subepitel, disertai injeksi perikornea.Infiltrat ini dapat mengalami ulserasi yang sukar sembuh. Kadang-kadang infiltrat ini dapat bersatu membentuk keratitis disiformis. Kadang juga tampak edema kornea disertai lipatan-lipatan dari membran Descement.2b. Keratitis subepitelial, tes fluoresin (-), misalnya:

i. Keratitis numularis, dari Dimmer

Keratitis ini diduga oleh virus. Klinis tanda-tanda radang tidak jelas, di kornea terdapt infiltrat bulat-bulat subepitelial, dimana ditengahnya lebih jernih, disebut halo. Keratitis ini bila sembuh akan meninggalkan sikatrik yang ringan.

ii. Keratitis disiformis dari Westhoff

Keratitis ini awalnya banyak ditemukan pada petani di pulau jawa. Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Di kornea tampak infiltrat bulat-bulat, yang ditengahnya lebih padat dari pada dipinggir. Umumnya menyarang usia 15-30 tahun.c. Keratitis stromal, tes fluresin (+), misalnya:

i. Keratitis neuroparalitik

ii. Keratitis et lagoftalmus

Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma di mana mata tidak terdapat reflek mengedip. Umumnya bagian yang terkena adalah kornea bagian bawah Keratitis profunda, tes fluoresin (-), misalnya:

a. Keratitis interstisial

Penyebab paling sering adalah lues kongenital dan sebagian kecil TBC. Patogenesisnya belum jelas, disangka merupakan reaksi alergi. Biasanya mengenai umur 5-15 tahun jarang ditemukan pada waktu lahir atau usia tua. Merupakan manifestasi lambat dari lues kongenital. Biasanya didahului trauma. Pada umumnya 2 mata atau 1 mata terkena lebh dahulu kemudian mata yang lain mengikuti. Tanda klinis : injeksi silier, infiltrat di stroma bagian dalam. Kekeruhan bertambah dengan cepat disertai pembentukan pembuluh darah di lapisan dalam yang berjalan dari limbus ke sentral.

b. Keratitis sklerotikans

Merupakan penyulit dari skleritis yang letaknya biasanya di bagian temporal, berwarna merah sedikit menonjol disertai nyeri tekan. Keluhan dari kertatitis ini : mata sakit, fotofobia dan di mata timbul skleritis. Di kornea kemudian timbul infiltrat berbentuk segitiga di stroma bagian dalam yang berhubungan dengan benjolan yang terdapat di sklera.

c. Keratitis disiformis

Penyebabnya herpes simplek, banyak yang menduga dasarnya adalah reaksi alergi terhadap virusnya. Biasanya unilateral. Berlangsung beberapa bulan. Biasanya timbul bila pada kerusakan primer yang diberikan pengobatan dengan Iodium atau dalam pengobatan dahulu pernah diberi kortikosteroid. Kekeruhan kornea tampak di lapisan dalam kornea, di pinggirnya lebih tipis daripada bagian tengah. Sensibilitas kornea menurun. Hampir tidak pernah disertai neovasklarisasi. Kadang-kadang sembuh dengan meninnggalkan kekeruhan yang tetap.

VI. FAKTOR RESIKO1. Blefaritis2. Infeksi pada organ asesoria bulbi (seperti infeksi pada aparatus lakrimalis)3. Perubahan pada barrier epitel kornea (seperti dry eyes syndrom)4. Pemakaian contact lens5. Lagoftalmos6. Gangguan Neuroparalitik7. Trauma8. Pemakaian imunosupresan topikal maupun sistemikVII. ETIOLOGI KERATITIS Bakteri

Diplokok pneumonia

Streptokok hemolotikus

Pseudomonas aerogenosa

Moraxella liquefaciens

Klebsiela pneumoniae Virus

Herpes simpleks

Herpes zoster

Adenovirus Jamur

Biasanya dimulai dengan suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian-bagian tumbuhan. Setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu kemudian pasien akan merasa sakit hebat pada mata dan silau. Pada kornea terdapat lesi gambaran satelit dan lipatan Descement disertai hipopion. Jamur penyebab biasanya Candida, Aspergilin dan nocardia. Alergi Alergi terhadap stafilokokus Terhadap tuberkuloprotein Toksin yang tak diketahui penyebab tepatnya Defisiensi Vitamin, misalnya : avitaminosis A Idiopatik, misalnya : ulkus MoorensVIII. PATOFISIOLOGIPermukaan mata secara regular terpajan lingkungan luar dan mudah mengalami trauma, infeksi, dan reaksi alergi yang merupakan sebagian besar penyakit pada jaringan ini. Kelainan kornea sering menjadi penyebab timbulnya gejala pada mata. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrat sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus dan saraf nasosiliar. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tak dapat segera datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera bekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagi injeksi perikornea.Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma. Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui membran descement dan endotel kornea.Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbulah kekeruhan di cairan COA, disusul dnegan terbentuknya hipopion. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membran descement dapat timbul tonjolan membran descement yang disebut mata lalat atau descementocele. peradangan yang dipermukaan penyembuhan dapat berlangsung tanpa pembentukan jaringan parut.Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkusnya lebih mendalam lagi dapat timbul perforasi yang dapat mengakibatkan endophtalmitis, panophtalmitis, dan berakhir dengan ptisis bulbi.

TINJAUAN PUSTAKA

KERATITIS PUNCTATA SUPERFISIALIS THYGESON

Keratitis punctata superfisialis adalah penyakit bilateral recurens menahun yang jarang ditemukan, tanpa pandang jenis kelamin maupun umur. Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan jelas, yang menampakkan bintik-bintik pada pemulasan dengan flurescien, terutama di daerah pupil. Kekeruhan ini tidak tampak dengan mata telanjang, namun mudah dilihat dengan slit-lamp atau kaca pembesar. Kekeruhan subepitelial dibawah lesi epitel (lesi hantu) sering terlihat semasa penyembuhan penyakit epitel ini.1,4EtiologiBelum ditemukan organisme penyebabnya, namun dicurigai virus. Pada satu kasus berhasil diisolasi virus varicella-zoster dari kerokan kornea (1,3). Penyebab lainnya dapat terjadi pada moluskulum kontangiosum, acne roasea, blefaritis neuroparalitik, trachoma, trauma radiasi, lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan pengawet lainnya.2GEJALA KLINIK

Pasien dengan keratitis pungtata superfisial biasanya datang dengan keluhan iritasi ringan, adanya sensasi benda asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan silau (fotofobia) .Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah sentral. Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil.Keratitis epitelial sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilokokus dapat dibedakan dari keratitis pungtata superfisial karena mengenai sepertiga kornea bagian bawah. Keratitis epitelial pada trakoma dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian sepertiga kornea bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara keratitis yang mengenai kornea bagian superfisialbersifat unilateral atau dapat disingkirkan berdasarkan riwayatnya.1Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun yangsudah dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untukrefraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletaksentral pada kornea.Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yangmeradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleksyang disebabkan iritasi pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga berair mata namun tidak disertai dengan pembentukan kotoran mata yangbanyak kecuali pada ulkus kornea yangpurulen.KPS ini juga akan memberikan gejala mata merah, silau, merasa kelilipan, penglihatan kabur.Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda yangkita temukan merupakan proses yangmasih aktif atau merupakan kerusakan dari struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan pemeriksaan sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu peradangan kornea seperti: pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologi kelainan, pewarnaan dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek pada epithel, lokasi dari infiltrat pada kornea, edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda yangditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan respon terhadap pengobatan.DIAGNOSIS

Subyektif : Anamnesis

Dari anamnesis biasanya didapatkan gejala seperti :

mata merah yang sakit ( injeksi perikorneal

fotofobia

Blefarospasme ( Karena rasa sakit yg diperhebat oleh gesekan palpebra superior

penglihatan menurun ( karena kornea keruh akibat infiltrasi sel radang dan mengganggu penglihatan apabila terletak di sentral

Mengganjal/terasa ada benda asing ( di kornea banyak saraf sensibel

kadang kotor

Nyrocos ( rangsang nyeri sehingga reflek air mata meningkat.

Gejala spesifik antara lain :

Pada ulkus karena bakteri biasanya keluar discharge purulent. Sedangkan pada ulkus karena virus disharge serous

Keratitis punctata superficial : penyebab adenovirus, infiltrat punctata, letak superficial sentral atau parasentral

Keratitis bakteri (stafilokokus) : Erosi kecil-kecil terpulas fluoresein terutama pada sepertiga bawah kornea

Keratitis virus biasanya disebabkan oleh herpes simplek.

Gejala : mata merah (injeksi siliar), fotofobia, mata berair, gangguan penglihatan

Tanda :

Vesikulosa, bentuk awal dans ering sulit ditemukan

Laminaris, bentuk seperti benang

ulkus dendritik (pola percabangan linier dengan tepian kabur)

Ulkus geografik, lesi dendritik lebih lebar

Disiformis

Pemeriksaan Oftalmologi

a. Pemeriksaan dengan Slit Lamp

b. Tes Placido

Yang diperhatikan adalah gambaran sirkuler yang direfleksi pada permukaan kornea penderita.Bila bayangan di kornea gambaran sirkulernya teratur, disebut Placido (-), pertanda permukaan kornea baik. Kalau gambaran sirkulernya tidak teratur, Placido (+) berarti permukaan kornea tidak baik, mungkin ada infiltrat.c. Tes Fluoresin

Untuk melihat lebar dan dalamnya ulkus pada kornea, yaitu dengan memasukkan kertas yang mengandung fluoresin steril ke dalam sakus konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu diberi anestesi lokal, kemudian penderita disuruh mengedip beberapa waktu dan kertas fluoresinnya dicabut. Pemeriksaan ini dapat juga menggunakan fluoresin tetes. Pada tempat ulkus tampak berwarna hijau.d. Tes Fistel / Siedel Test

Pada pemeriksaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah pemberian fluoresin, bola mata harus ditekan sedikit untuk melepaskan fibrinnya dari fistel, sehingga cairan COA dapat mengalir keluar melalui fistel, seperti air mancur pada tempat ulkus dengan fistel tersebut.

e. Pemeriksaan visus

f. Pemeriksaan bakteriologik, dari usapan pada ulkus kornea

Harus dilakukan pemeriksaan hapusan langsung, pembiakan, dan tes resistensi. Dari pemeriksaan hapusan langsung dapat diketahui macam kuman penyebabnya.

g. Bila banyak monosit diduga akibat virus :

Leukosit PMN kemungkinan akibat bakteri

Eosinofil, menunjukkan radang akibat alergi

Limfosit, terdapat pada radang yang kronis

Dengan melakukan pembiakan dan tes resistensi, dapat diketahui kuman penyebab, juga obatnya yang tepat guna, dengan demikian pengobatan menjadi lebih terarah.

h. Sensibilitas kornea PENATALAKSANAAN

Pengobatan diberikan tergantung organisme penyebab, misalnya antibiotik, antijamur, dan anti virus. Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secepatnya, tapi bila hasil laboratorium sudah menentukan organisme penyebab, pengobatan dapat diganti. Untuk virus dapat diberikan idoxuridine, trifluridin atau acyclovir.Untuk bakteri gram positif pilihan pertama adalah cafazolin, penisilin G atau vancomisin dan bakteri gram negatif dapat diberikan tobramisin, gentamisin atau polimixin B.Pemberian antibiotik juga diindikasikan jika terdapat secret mukopurulen, menunjukkan adanya infeksi campuran dengan bakteri.Untuk jamur pilihan terapi yaitu : natamisin, amfoterisin atau fluconazol. Selain itu obat yangdapat membantu epitelisasi dapat diberikan. Terkadang, diperlukan lebih dari satu macam pengobatan. Terapi bedah laser terkadang dilakukan untuk menghancurkan sel yang tidak sehat, dan infeksi berat membutuhkan transplantasi kornea. Obat tetes mata atau salep mata antibiotik, anti jamur dan antivirus biasanya diberikan untuk menyembuhkan keratitis, tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan dengan resep dokter.Medikamentosa lain diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh penyulit misalnya, untuk melindungi mata dari cahaya terang, benda asing dan bahan iritatif lainnya, maka pasien dapat menggunakan kacamata. Untuk megurangi inflamasi dapat diberikan steroid ringan. Untuk mata kering diberikan air mata buatan. Pemberian air mata buatan yang mengandung metilselulosa dan gelatin yang dipakai sebagai pelumas oftalmik, meningkatkan viskositas, dan memperpanjang waktu kontak kornea dengan lingkungan luar. Pemberian tetes kortikosteroid pada KPS ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terbentuknyajaringan parut pada kornea, dan juga menghilangkan keluhan subjektif seperti fotobia namun pada umumnya pada pemeberian steroid dapat menyebabkan kekambuhan karena steroid juga dapat memperpanjang infeksi dari virus jika memang etiologi dari KPS tersebut adalah virus.Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A,C,E, serta antioksidan lainnya.KOMPLIKASI Komplikasi yang paling ditakutkan adalah penipisan perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endopthalmitis dan hilangnya penglihatan.PROGNOSIS

Prognosis bergantung pada virulensi organisme, lokasi dan perluasan ulkus kornea, vaskularisasi dan deposit kolagen, diagnosis awal dan terapi tepat dapat membantu mengurangi komplikasi. Keratitis pungtata superficial penyembuhan biasanya berlangsung baik meskipun tanpa pengobatan. Imunitas tubuh merupakan hal yang penting dalam kasus ini karena diketahui reaksi imunologik tubuh pasien sendiri yang memberikan respon terhadap virus ataupun bakteri.

PENCEGAHAN

Pemakaian lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang steril untuk membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk membersihkan lensa kontak. Jangan terlalu sering memakai lensa kontak. Lepas lensa kontak bila mata menjadi merah dan timbul iritasi. Ganti lensa kontak bila sudah waktunya diganti. Cuci tempat lensa kontak dengan air panas, dan ganti tempat lensa kontak tiap 3 bulan karena organisme dapat terbentuk di tempat kontak lensa itu.

Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau bermain di tempat yang potensial berbahaya bagi mata. Kacamata dengan lapisan anti ultraviolet dapat membantu mengurangi pajanan.

DAFTAR PUSTKA

1. Ilyas, Sidarta : Anatomi dan Fisiologi mata dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, Edisi 3, 2008. Hal 1-12.

2. Ilyas, Sidarta : Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2009.3. Riordan Paul Eva, et al : Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta : EGC, edisi 17, 2009 : hal 126-143.4. Kanski JJ. Retinal Vascular Disorders in Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 3rd Edition. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd, 1994. Hal 152-200.KERATITIS

Superfisial

Profunda

epitel

subepitel

stroma

Herpes zoster, herpes simplek, punctata

Numularis, disiform

neuroparalitik

interstitial

disiformis

sklerotikan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 20Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS