laporan isolasi.doc
DESCRIPTION
laporan isolasiTRANSCRIPT
36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroba di alam mengambil peranan yang sangat penting dan terdapat di
alam dalam berbagai kondisi klimat: baik dingin, panas, basah, kering, ada udara,
tidak ada udara, asin, tawar, asam, basa, bertekanan atau tidak bertekanan,
simbiosis dengan host atau parasit terhadap host, dan lain sebagainya.
Mikroorganisme di alam juga hampir selalu dalam keadaan tercampur. Campuran
ini dapat sangat kompleks artinya banyak jenisnya atau walaupun jenisnya sedikit
sifat-sifatnya berbeda. Mungkin pula terdapat perbedaan sifat khusus yang agak
jauh walaupun dari sifat umumnya sama.
Dalam studi dan analisis terhadap mikroba diperlukan isolasi mikroba
tersebut dari lingkungannya. Teknik isolasi yang benar dan tepat perlu dilakukan
di lapangan dan di laboratorium. Teknik yang benar akan menjamin jenis-jenis
yang tepat dan mempermudah mengidentifikasinya (Dwidjoseputro, 2005).
Biakan murni diperlukan untuk mempelajari mikroorganisme di dalam
laboratorium. Biakan murni adalah suatu biakan yang hanya mengandung satu
spesies mikroorganisme. Sebelum menciptakan teknik pembuatan biakan murni,
para ahli mikrobiologi mempelajari biakan campuran. Para ahli tersebut dapat
mempelajari bentuk dan ukuran mikroorganisme dari biakan campuran tersebut,
tetapi mereka hanya mengetahui sedikit mengenai kebutuhan nutrisi atau
karakteristik pertumbuhan dari suatu spesies individual (Suriawiria, 2005).
Oleh karena itu, praktikum kali ini dilakukan agar praktikan dapat
mengetahui teknik isolasi yang benar dan tepat serta dapat mengidentifikasi
mikroba melalui morfologi koloni mikroba.
Praktikum kali ini yang dilakukan adalah isolasi dan morfologi koloni
mikroba yang berguna untuk mengetahui bagaimana cara memisahkan atau
mengambil bakteri dari sumbernya karena pada dasarnya bakteri di alam berada di
lingkungan hidupnya masing-masing. Dengan begitu apabila bakteri telah
37
dipisahkan (diisolasi) maka dapat dengan mudah dipelajari dalam rangka
pengembangan pengetahuan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara mengisolasi mikroba.
2. Mengetahui karakteristik pertumbuhan bakteri pada media NA.
3. Mengetahui teknik-teknik mengisolasi mikroba.
38
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam alam, mikroba terdapat sebagai populasi campuran dari berbagai
jenis mikroba yang berbeda. Dengan ilmu pengetahuan tentang mikrobiologi,
maka dapat dipelajari spesies mikroba yang telah dipisahkan (diisolasi), tumbuh
dalam suatu lingkungan yang bebas dari pencemaran oleh bentuk-bentuk
kehidupan lain. Untuk mempelajari kehidupan mikroba perlu dilakukan
kulturisasi (pembiakan) dan isolasi (pemisahan) mikroba yang umumnya
membutuhkan teknik-teknik tertentu (Sutedjo, 1996).
Prinsip dari isolasi mikroba adalah mamisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini
dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam
media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada
tempatnya (Sutedjo, 1996).
Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang
terpisah, maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi
suatu koloni yang terpisah, sehingga memudahkan untuk melakukan pemisahan
selanjutnya (Sutedjo, 1996).
Bila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu
karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel
tersebut dipisahkan dengan cara pengenceran, kemudian ditumbuhkan dalam
media padat dan dibiarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya
dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang terpisah. Isolasi
mikroba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penggoresan dan penaburan
(Sutedjo, 1996).
Untuk mempelajari sifat-sifat suatu organisme, adalah penting untuk
mempelajarinya dari biakan murni yang bebas dari semua tipe organisme lain.
Untuk melakukan ini, sel tunggal harus diisolasi dari seluruh sel lainnya yang
dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga progeni yang terkumpul juga
masih terpisah (Suriawiria, 2005).
39
Sebelum melakukan isolasi kita harus menyusun suatu rencana kerja dan
mempersiapkan terlebih dahulu medium yang segar, serta peralatan-peralatan
gelas yang diperlukan nantinya. Suatu perencanaan yang baik sebelum melakukan
isolasi diperlukan agar tidak membuang dana, energi, dan juga waktu untuk
kegiatan tersebut (Roosheroe, 2006).
Mengisolasi fungi dari substrat berbentuk cair tentu memiliki cara yang
berbeda apabila mengisolasinya dari substrat yang padat. Semua sampel yang
digunakan harus diberi label dengan kode yang jelas, beserta dengan tanggal pada
waktu pengambilan sampel. Hal lain yang juga penting adalah mencatat faktor-
faktor lingkungan, antara lain, pH, suhu, kelembapan, salinitas, ketinggian lokasi
(keadaan cuaca cerah, mendung), juga makhluk hidup disekitar sampel
(Roosheroe, 2006).
Medium yang digunakan untuk mengisolasi fungi umumnya menggunakan
Potato Dextrose Agar (PDA), Malt Extract Agar (MEA), Czapek Dox Agar
(CDA), Carrot Agar (CA), Oat Meal Agar (OA), Dichloran Rose Bengal
Chloramphenicol Agar (DRBC), Taoge Extract 6% Sucrose Agar (TEA)
(Roosheroe, 2006).
Medium yang khusus mempunyai komposisi yang khusus pula sesuai dengan
fungi yang nantinya akan diisolasi. Terdapat medium yang bisa dibuat sendiri dan
dan ada medium sudah tersedia secara komersil. Medium yang digunakan untuk
fungi xerofilik dari ligkungan yang sangat kering, seperti yang berasal dari species
Eurotium herbariorum dianjurkan menggunakan medium Dichloran 18%
Glycerol (DG18). Medium yang digunakan untuk fungi yang tumbuh di
lingkungan yang sangat asam, seperti terdapat dalam acar misalnya, maka
medium yang dianjurkan adalah dengan menggunakan medium Acetic Dichloran
Yeast Sucrose Agar (ADYESA). Medium yang digunakan untuk bahan-bahan
yang mempunyai memiliki kadar protein yang tinggi seperti keju, daging, dan
kacang-kacangan dianjurkan menggunakan medium Dichloran Creatine Sucrose
Bromocresole Agar (DCSBA) (Roosheroe, 2006).
Pengalaman telah membuktikan bahwa keberhasilan dalam mengisolasi yang
dilakukan dengan cara modifikasi cukup baik. Faktor yang sangat menentukan
40
keberhasilan pada waktu mengisolasi fungi adalah medium isolasi dan juga suhu
yang tepat pada saat proses inkubasi (Roosheroe, 2006).
Yang disebut sebagai sifat-sifat suatu koloni ialah sifat-sifat yang ada
sangkut-pautnya dengan bentuk, susunan, permukaan, pengkilatan, dan lain
sebagainya sifat-sifat suatu koloni ini dapat dilakukan dengan pandangan biasa
tanpa menggunakan alat bantu, misalnya mikroskop: pengamatan seperti ini
disebut dengan pengamatan mikroskopi. Supaya sifat-sifat tersebut tampak
dengan jelas, maka bakteri perlu ditumbuhkan pada medium yang padat
(Dwidjoseputro, 2005).
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan
medium ialah:
Besar kecilnya koloni
Ada koloni yang hanya serupa suatu titik, ada pula yang melebar sampai
menutup permukaan medium.
Bentuk
Ada koloni yang berbentuk bulat, ada yang memanjang. Ada yang tepinya rata,
ada yang tepinya tidak rata.
Kenaikan permukaaan
Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula koloni yang
timbul, yaitu menjulang tebal di atas permukaan medium.
Halus-kasarnya permukaan
Ada koloni yang permukaannya halus saja, ada yang permukaannya kasar,
tidak rata.
Wajah permukaan
Ada koloni yang permukaanya mengkilat, ada koloni yang permukaanya
suram.
Warna
Kebanyakan kolon bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning-kuningan,
akan tetapi ada juga koloni yang kemerah-merahan, coklat, jingga, biru, hijau,
ungu.
41
Kepekatan
Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada juga koloni yang lunak seperti
mentega, ada koloni yang keras, dan ada koloni yang kering.
Sifat-sifat khusus suatu koloni yang terdapat dalam medium yang berbentuk
padat, antara lain: (agar-agar lempengan, agar-agar miring, dan tusukan gelatin).
Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan, dan
tepi. Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik, bulat, berbenang, tak teratur,
serupa akar, serupa kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar,
timbul melengkung, timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang
berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang berenang-
renang, ada yang keriting.
Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring
Sifat-sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni, dan sifat-sifat ini berkisar
dan dinyatakan dengan kata-kata seperti serupa pedang, serupa duri, serupa
tasbih, serupa titik-titik, serupa batang, dan serupa akar.
Sifat-sifat koloni tusukan dalam gelatin
Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin, ada juga bakteri yang tidak
mampu mengencerkan gelatin. Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga
berbeda-beda. Lagipula bentuk koloni bakteri yang tidak dapat mengencerkan
gelatin itu berbeda-beda satu sama lain, demikian pula bentuk-bentuk koloni
yang memiliki kemampuan mengencerkan gelatin. Dapat berupa pedang,
serupa tasbih, bertonjol-tonjol, berjontot, serupa batang. Jika bakteri yang
memiliki kemampuan mengencerkan gelatin, dapat serupa kawah, dan serupa
corong.
Medium cair pada dasarnya dapat diperoleh dengan cara tidak mencampurkan
agar-agar atau gelatin kepadanya. Di dalam medium cair, bakteri akan ketahuan
sikapnya terhadap udara. Demikian pula sifat-sifat koloninya akan kelihatan
berbeda-beda. Permukaan medium dapat memperlihatkan adanya serabut, cincin,
langit-langit, atau selaput (Dwidjoseputro, 2005).
Bentuk, susunan, dan sifat media ditentukan oleh senyawa penyusun media,
presentase campuran, dan tujuan penggunaan.
42
1. Bentuk
Ditentukan oleh ada tidaknya zat pemadat, dan dikenal 3 media:
a. Media padat
Jumlah tepung agar-agar yang ditambahkan tergantung kepada jenis atau
kelompok mikroba yang dipelihara. Ada yang mempertahankan kadar air
tinggi.
b. Media cair
Kalau ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat. Umunya
dipergunakan untuk pembiakan mikro alga tetapi juga mikroba lain,
terutama bakteri.
c. Media semi padat atau semi cair
Kalau penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari yang
seharusnya. Ini umumnya dipergunakan untuk pertumbuhan mikroba yang
banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif.
2. Susunan
Sesuai dengan fungsi fisiologis dan masing-masing komponen yang
terdapat di dalam media, maka susunan media mempunyai kesamaan isi, yaitu:
kandungan air; kandungan nitrogen, baik berasal dari protein, asam amino, dan
senyawa lain yang mengandung nitrogen; kandungan sumber energi baik
sumber energi yang berasal dari karbohidrat, lemak, protein, dan senyawa-
senyawa lain; ion-ion, baik sebagai unsur makro atau pun sebagai unsur mikro;
faktor pertumbuhan, umumnya vitamin dan asam amino.
3. Sifat
Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan untuk
perkembangbiakan mikroba, tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain, misalnya saja
dalam rangka isolasi, seleksi, evaluasi, dan diferensiasi biakan yang
didapatkan. Artinya penggunaan beberapa jenis zat tertentu yang mana
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan mikroba dan juga
perkembangbiakannya, hanya dilakukan dan dipergunakan, sehingga tiap-tiap
media mempunyai sifat (spesifikasi) tersendiri sesuai dengan maksudnya
(Suriawiria, 2005).
43
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mikrobiologi mengenai Isolasi dan Morfologi Koloni Mikroba
dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Oktober 2011 pukul 15.00-17.00 WITA dan
dilanjutkan pada hari Jumat, 14 Oktober 2011 pukul 11.00-13.00 WITA
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini alat-alat yang digunakan adalah beacker glass,
laminar air flow kabinet, cawan petri, blue tip, mikro pipet, rak tabung reaksi,
tabung reaksi, labu erlenmeyer, vorteks, lampu bunsen, korek api, aluminium foil,
kertas label, botol semprot, kain hitam, dan inkubator.
Bahan-bahan yang digunakan adalah tissue, alkohol, Natrium Agar (NA),
Potato Dextrose Agar (PDA), NaCl 0,9%, dan es kelapa, serta ketombe.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Bakteri
1. Disterilkan tangan dengan disemprotkan alkohol 70%.
2. Dimasukkan 1 ml sampel menggunakan blue tip kedalam NaCl 0,9%
lalu ditutup menggunakan aluminium foil.
3. Dihomogenkan dengan vorteks.
4. Diambil larutan yang sudah divorteks sebanyak 1 ml menggunakan blue
tip.
5. Dimasukkan ke dalam cawan petri dan ditambah media NA1 lalu
dihomogenkan.
6. Diambil lagi larutan hasil vorteks sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri
yang lain, lalu ditambahkan media NA2 hingga menutupi dasar cawan
petri dan dihomogenkan.
44
7. Dimasukkan cawan petri ke dalam inkubator selama 24 jam dengan
suhu 37C.
8. Diamati.
3.3.2 Jamur
1. Disterilkan tangan yang ingin digunakan untuk menggosok kulit kepala
dengan alkohol 70%.
2. Dioleskan jari yang sudah disterilkan ke kulit kepala yang berketombe
lalu desentuhkan ke cawan petri yang berisi PDA (dilakukan sebanyak
2 kali pada cawan petri berisi media PDA yang lain).
3. Dimasukkan kedua cawan petri ke dalam inkubator dengan suhu 30C
selama 48 jam.
4. Diamati.
BAB IV
45
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Isolasi dan Morfologi Mikroba
No. Gambar Keterangan
1. NA1 a. SP1
Form : Filamentous
Margin : Filamentous
Elevation: Flat
Warna : Krem
b. SP2
Form : Circular
Margin : Undulate (wavy)
Elevation: Flat
Warna : Transparan
c. SP3
Form : Circular
Margin : Entire (even)
Elevation: Flat
Warna : Putih susu
d. SP4
Form : Punctiform
Margin : Entire (even)
Elevation: Flat
Warna : Putih susu
NA2 a. SP1
Form : Punctiform
Margin : Entire (even)
Elevation: Flat
Warna : Putih susu
b. SP2
46
Form : Circular
Margin : Entire (even)
Elevation: Flat
Warna : Putih susu
c. SP3
Form : Circular
Margin : Undulate (wavy)
Elevation: Flat
Warna : Transparan
3. PDA1 Tidak ada yang tumbuh
4. PDA2 Tidak ada yang tumbuh
4.2 Pembahasan
Terdapat beberapa faktor kesalahan dalam proses praktikum kali ini yang
menyebabkan hasil isolasi menjadi kurang maksimal, yaitu:
Tangan yang belum disterilkan dengan menggunakan alkohol dapat membuat
media, sampel, dan alat yang digunakan terkontaminasi.
Berbicara pada saat pengenceran dan penanaman, karena udara bisa membawa
mikroba masuk ke dalam media.
47
Membuka cawan petri (seluruhnya) pada saat memasukkan media.
Media PDA yang diletakkan kurang dari 48 jam dapat menyebabkan jamur
tidak tumbuh.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap media NA pada
pengenceran 1 didapatkan 4 spesies bakteri, yaitu pada spesies 1 bentuk koloni
(form) adalah filamentous, tepi koloni (margin) adalah filamentous, kontur
permukaan koloni (elevation) adalah flat, dan warnanya krem. Pada spesies kedua
diperoleh bentuk koloni (form) adalah circular, tepi koloni (margin) adalah
undulate (wavy), kontur permukaan koloni (elevation) adalah flat, dan mempunyai
warna transparan. Pada spesies ketiga didapatkan bentuk koloni (form) adalah
circular, tepi koloni (margin) adalah entire (even), kontur permukaan koloni
(elevation) adalah flat, dan species tersebut memiliki warna putih susu. Pada
spesies keempat didapatkan bentuk koloni (form) adalah punctiform, tepi koloni
(margin) adalah berupa entire (even), kontur permukaan (elevation) adalah flat,
dan pada spesies ini memiliki warna putih susu.
Untuk hasil pengamatan yang diperoleh dalam media NA pada pengenceran 2
didapatkan 3 spesies bakteri, yaitu pada spesies pertama didapatkan bentuk koloni
(form) adalah punctiform, tepi koloni (margin) adalah berupa entire (even), kontur
permukaan koloni (elevation) adalah berupa flat, dan memiliki warna putih susu.
Pada spesies kedua didapatkan bentuk koloni (form) adalah circular, tepi koloni
(margin) adalah berupa entire (even), kontur permukaan koloni (elevation) adalah
dalam bentuk flat, dan memiliki warna putih susu. Sedangkan pada species
terakhir didapatkan bentuk koloni (form) adalah bentuk circular, tepi koloni
(margin) terdapat dalam bentuk undulate (wavy), kontur permukaan koloni
(elevation) adalah berupa flat, dan memiliki warna transparan.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap media PDA1, tidak
diperoleh atau terdapat satu pun jenis jamur yang seharusnya tumbuh. Begitu pula
hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap media PDA2, tidakdiperoleh atau
terdapat satu pun jenis/spesies jamur yang juga seharusnya tumbuh.
Pada praktikum kali ini digunakan metode pour plate. Metode ini dilakukan
dengan menginokulasikan sejumlah bakteri ke dasar cawan baru kemudian
48
medium agar cair dimasukkan dan dibiarkan memadat. Metode ini cocok
digunakan apabila kita ingin menguji apakah suatu koloni bakteri merupakan
bakteri yang aerobik, anaerobik fakultatif, ataukah anaerob obligat. Pengujian ini
dapat terjadi karena hasil akhir metode pour plate adalah berupa pertumbuhan
bakteri pada dasar medium, tengah medium, dan pada permukaan medium.
Bakteri yang terdapat pada dasar medium mungkin adalah bakteri anaerob obligat,
sedangkan bakteri yang tumbuh pada bagian tengah medium adalah bakteri
anaerob fakultatif, dan bakteri yang tumbuh pada permukaan adalah bakteri aerob
walaupun perlu pengkajian lebih lanjut mengenai hal ini. Kekurangan metode ini
adalah sulit menentukan kontaminan dan kerapatan mikroba karena jarak antar
koloni terlalu rapat (Narulita, 2010).
Metode totol adalah salah satu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri
atau menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat. Bedanya dengan
puor plate adalah, pencampuran stok kultur baktei dilakukan setelah media agar
memadat sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair
(belum memadat). Kelebikan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh
dapat tersebar merata pada bagian permukaan media agar (Kutankrobek, 2009).
Pada praktikum kali ini digunakan NaCl 0,9% yaitu untuk menjaga tekanan
osmotik pada bakteri. Seandainya lebih atau kurang dari 0,9% kemungkinan
bakteri akan mengalami hipertonis atau hipotonis.
Pengenceran berfungsi untuk mengurangi jumlah mikroba yang ada dalam
sampel, sehingga hanya mikroba-mikroba tertentu saja yang hidup dan
berkembang biak pada media. Sehingga bakteri lebih mudah diamati. Penentuan
besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah
mikroba dalam sampel.
Dalam proses menghomogenkan membentuk angka 8 agar larutan atau
campuran dan koloni dapat tercampur dan menyebar merata.
BAB V
PENUTUP
49
5.1 Kesimpulan
Isolasi mikroba dilakukan dengan cara mengencerkan sumber isolat ke
dalam NaCl 0,9%, lalu sekitar 1ml sampel dituangkan ke cawan petri dan
dilanjutkan dengan menuangkan media agar lalu dihomogenkan dan
dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37C.
Pada media NA1 terdapat 4 species mikroba. Spesies pertama bentuknya
filamentous, tepinya filamentous, kontur permukaannya flat, dan warnanya
krem. Spesies kedua bentuknya circular, tepinya undulate (wavy), kontur
permukaannya flat, dan warnanya transparan. Spesies ketiga bentuknya
circular, tepinya entire (even), kontur permukaannya flat, dan warnanya
putih susu. Spesies keempat bentuknya punctiform, tepinya entire (even),
kontur permukaannya flat, dan warnanya putih susu. Untuk NA2 terdapat 3
spesies mikroba. Spesies pertama bentuknya punctiform, tepinya entire
(even), kontur permukaannya flat, dan warnanya putih susu. Spesies kedua
bentuknya circular, tepinya entire (even), kontur permukaannya flat, dan
warnanya putih susu. Spesies ketiga bentuknya circular, tepinya undulate
(wavy), kontur permukaannya flat, dan warnanya transparan.
Teknik dalam mengisolasi mikroba adalah:
Isolasi pada agar, mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh
individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya.
Isolasi pada medium cair, pada saat mikroorganisme tidak dapat
tumbuh pada agar, tetapi dapat tumbuh pada kultur cair.
Isolasi sel tunggal, untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran
besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar atau medium cair.
5.2 Saran
Sebaiknya media hidup mikroba yang dijadikan sampel lebih beragam seperti
makanan opor, nasi kuning, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
50
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan: Jakarta
Kutankrobek. 2009. Praktikum Mikrobiologi Umum Teknik Isolasi dan Transfer Kultur.http://kutankrobek.wordpress.com/2009/01/20/praktikum - mikrobiologi-umum-teknik-isolasi-dan-transfer-kultur/. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2011 di Samarinda pukul 00.53 WITA
Narulita, R. 2010. Teknik Isolasi Bakteri. www.scribd.com/doc/36404715/isolasi. Diakses pada tanggal 17 oktober 2011 di Samarinda pukul 22.40 WITA
Roosheroe, I. G. 2006. Mikrobiologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti: Yogyakarta
Sutedjo, M. M. 1996. Mikrobiologi Tanah. PT. Rineka Cipta: Jakarta