laporan isbd merin
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merebaknya perdagangan manusia sangat mencemaskan di negara Indonesia
ini karena dari tahun ke tahun Human Trafficking semakin bertambah dan semakin
meluas di negara kita ini. Apalagi di era globalisasi ini sangatlah mempengarui
meningkatnya perdagangan manusia karena mudahnya hubungan dengan negara lain.
Sehingga memudahkan bisnis perdagangan manusia yang sangat dilarang karena
menurunkan kultur seorang perempuan dan masyarakat Indonesia.
Perempuan dan anak-anak korban trafficking saapada saat ini lebih banyak
tidak dengan paksaan melainkan dengan sukarela. Sebab modus penjeratan korban
trafficking dengan mengiming-imingi gadget atau pakaian/kebutuhan perempuan
yang mewah yang dapat dibeli di mal oleh para remaja.sehingga para tersangka
dengan mudahnya menjual perempuan dan anak-anak untuk meraut keuntungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perdagangan manusia atau yang biasa disebut Human
Trafficking?
2. Faktor penyebab munculnya Human Trafficking di Indonesia?
3. Dampak-dampak apakah yang dialami oleh negara Indonesia setelah ada
munculnya Human Trafficking?
4. Upaya penyelasaian perdagangan manusia?
5. Hambatan upaya penyelesaian masalah perdagangan manusia?
6. Dalam pasal apa undang-undang perdagangan manusia diulas?
7. Kasus-kasus perdagangan manusia di Indonesia.
1.3 Tujuan
Tujuan membahas human trafficking supaya kita mengetahui kasus-kasus
perdagangan manusia di Indonesia. Dan mengetahui solusi-solusi menanggulangi
terjadinya perdagangan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Human Trafficking
Human Trafficking didefinisikan oleh Persekutuan Bangsa Bangsa sebagai
perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang dengan
ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk pemaksaan lain, penipuan, kecurangan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, memberi atau menerima bayaran atau manfaat
untuk memperolah ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain untuk tujuan
eksploitasi.Agar suatu kejadian dikatakan trafficking kejadian tersebut harus memenuhi
paling tidak satu unsur dari tiga kriteria yang terjadi dari proses, jalan/cara, dan tujuan.
PROCESS + CARA/JALAN + TUJUAN
Perekrutan
Pengiriman
Penampungan
Penerimaan
DA
N
Ancaman
Pemaksaan
Penculikan
Penipuan
Kebohongan
Kecurangan
Penyalahgunaan kekuasaan
Prostitusi
Ponografi
Kekerasan/eksploitasi seksual
Kerja paksa
Perbudakan
Sedangkan menurut UU No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
PidanaPerdagangan Orang (PTPPO) definisi perdagangan orang adalah tindakan
perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan
seseorang denganancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau
memberi bayaran ataumanfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang laintersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar-negara,
untuk tujuan eksploitasiatau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Dasar dibentuknya undang-undang PTPPO adalah Convention on the Elimination
of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW), yang diadopsi melalui UU No
7/1984tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Selain
CEDAW, UU No23 tentang Perlindungan Anak juga menjadi dasar terbentuknya UU PTPPO
serta sejumlah produk hukum lainnya yang signifikan. Dari kedua definisi tentang human
trafficking di atas memberikan gambaran kepada kita tentang tindak pidana yang melanggar
hak asasi manusia tersebut. Sehingga kita dapat melakukan upaya-upaya untuk
mengeliminasi adanya korban perdagangan manusia. Karena meskipun human trafficking
bukan fenomena yang baru, dalam kenyataannya sampai saat ini perdagangan manusia
tersebut belum mendapatkan perhatian yang maksimal dari pihak-pihak terkait. Maka tak
mengherankan jika korban trafficking terus saja berjatuhan bahkan bisa sajakan bertambah.
2.2 Faktor Penyebab Munculnya Human Trafficking
Munculnya trafficking dikarenakn sebab-sebab yang berbeda-beda, diantaranya yaitu :
1. Kurangnya kesadaran ketika mencari pekerjaan dengan tidak mengetahui bahya
trafficking dan cara-cara yang dipakai untuk menipu atau menjebak korban.
2. Kemiskinan telah memaksa banyak orang untuk mencari pekerjaan kemanan saja
tanpa melihat resiko pekerjaan tersebut, dngan demikian mereka tidak melihat
adanya trafficking.
3. Kultur/budaya yang menempatkan posisi perempuan yang lemah dan juga posisi
anak yang harus menuruti kehendak orang tua dan juga perkawinan dini. Diyakini
menjadi salah satu pemicu trafficking. Biasanya korban terpaksa harus pergi
mencari pekerjaan sampai luar negeri. Karena tuntutan keluarga atau orang tua.
4. Lemahnya pencatatan /dokumentasi kelahiran anak atau penduduk sehingga
sangat untuk memalsukan data identitas.
5. Lemahnya oknum-oknum aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait dalam
melakukan pengawalan rehadap indikasi kasus-kasus trafficking.
2.3 Dampak-Dampak Perdagangan Manusia
Dampak human trafficking di daerah-daerah perbatasan adalah dampak ekonomi sosial
dan politik. Dapat di ringkas bahwa perdagangan manusia memiliki dampak yang
sangat besar bagi berbagai bidang yaitu:
1. Perdagangan Manusia adalah Pelanggaran Hak Asasi Manusia
2. Perdagangan Manusia mendanai Kejahatan Terorganisir
3. Perdagangan manusia menghilangkan Sumber Daya Manusia Banyak Negara.
4. Perdagangan Manusia merusak Kesehatan Masyarakat.
5. Perdagangan manusia menumbangkan wibawa pemerintah
6. Perdagangan Manusia Memakan Biaya Ekonomi Yang Sangat besar.
2.4 Upaya Penyelesaian Perdagangan Manusia (human trafficking)
Pemerintahan Indonesia sudah mengeluarkan undang-undang perlindungan bagi
migrant worker seperti yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) No 39 tahun 2004
tentang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (PPTKILN),
begitupulakebijakan negara tujuan yang sangat longgar hal ini terbukti dalam perjanjian
Sosek Malindo pada tahun 1967 yang disepakati antar pemerintah Indonesia dan Malaysia
memberi kelonggaran perdagangan antar masyarakat perbatasan. hal inilah yang akhirnya
dimanfaatkan oknum tertentu untuk tindak kejahatan lintas negara salah satunya adalah
human trafficking .
Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan dalam menangani masalah human trafficki
ng adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kerjasama dalam penyidikan/penegakan hukum secara
konsistensesuai aturan hukum positif masing ± masing negara.
2. Mengungkap sindikat jaringan perdagangan wanita dari Indonesia
keMalaysia/Fasilitasi.
3. Saling tukar menukar data dan informasi.
4. Telah ditandatanganinya MLA in Criminal Matters oleh Menteri Kehakimannegara
Asean. Tanggal 29 November 2004.
5. Adanya Joint Communique antara Kepala Polisi Asean tanggal 19 Juni 2005tentang
penegakan hukum terhadap kasus Trafficking in Persons.
6. Telah ditandatanganinya MoU antara Pemerintah RI yang diwakili olehDepartemen
Luar Negeri dengan International Organization for Migration (IOM)dalam rangka
penanganan repatriasi para korban human trafficking di luar negeri.
2.5 Hambatan Upaya Penyelesaian Masalah Perdagangan Manusia (human trafficking)
Dalam usaha yang telah dilakukan oleh masing-masing instansi, masih ada beberapa kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam menyelesaikan masalah human trafficking
tersebut,diantaranya :
1. Sindikat melihat peluang dan kelemahan yang ada
2. Kekurangtahuan masyarakat / wanita Indonesia bekerja di luar negeri
3. Penerapan hukum kurang tepat / hukuman yang terlalu ringan terhadap pelaku.
4. Adanya kebijakan Pemerintah Malaysia secara sepihak bahwa TKI dapat
menggunakan visa pelancong untuk kemudian diurus permit kerjanya diMalaysia
5. Sulitnya memantau para pekerja yang didatangkan dengan menggunakan
visa pelancong.
Pada saat diselamatkan/ meminta perlindungan KBRI para TKI tersebut
padaumumnya tidak dapat menyebutkan nama dan alamat Agensi Pekerja
yangmengirimnya.
KASUS – KASUS PERDAGANGAN MANUSIA DI INDONESIA
Gadis NTT Jadi Korban Perdagangan Manusia
"Identitas korban juga dipalsukan oleh calo yang bernama Agus di Kupang."Minggu, 1 Januari 2012, 14:26 WIB
- Dua perempuan asal Nusa Tenggara Timur yang diduga menjadi korban perdagangan
manusia atau human trafficking melarikan diri dari tempat mereka dipekerjakan. Saat ini,
EYN, 16 tahun dan EL, 20 tahun, ditampung LSM Nurani PerempuanWomen's Care Center di
Padang.
Menurut Direktur Nurani Perempuan, Yefri Heriani, kedua wanita itu masih syok dengan
peristiwa yang baru dialaminya. "EYN dan EL melarikan diri karena tidak sanggup bekerja
sebagai pembantu rumah tangga di rumah majikannya di Bukittinggi, Sumbar," kata Yefri
Heriani pada VIVAnews.com, Sabtu, 31 Desember 2011.
EYN yang berasal dari desa Nonohos, Kecamatan Soe, Kabupaten Timur Tengah Selatan,
NTT, merupakan siswi kelas I SMA Negeri 1 Molo Selatan. Dia bersedia mengikuti keinginan
seorang calo setelah diimingi dengan gaji Rp800 ribu per bulan dan bekerja sebagai pelayan
toko di Jakarta.
Korban diduga berangkat dari Kupang ke Jakarta pada 24 November 2011 tanpa
sepengetahuan orang tuanya. Sesampai di Jakarta, korban ditampung oleh sebuah yayasan
yang diketuai seorang perempuan yang akrab disapa Ibu Dewi.
"Identitas korban juga dipalsukan oleh calo yang bernama Agus di Kupang, dan nama EYN
diganti dengan Yanti Yalon Leop usia 26 tahun," tambah Yefri. Pemalsuan identitas korban
yang memperkuat dugaan perdagangan manusia oleh jaringan tersebut.Korban
menceritakan pada aktivis Nurani Perempuan, di Jakarta ia bertemu dengan belasan wanita
dari NTT yang jumlahnya mencapai 16 orang. Mereka dilatih sebagai PRT dan dipaksa untuk
menyetujui kontrak kerja. Padahal, sebelum berangkat ke Jakarta korban diimingi akan
bekerja sebagai pelayan toko.
EYN sempat menolak dan pihak yayasan mengancam mereka untuk membayar uang ganti
rugi perjalanan dari NTT ke Jakarta sebesar Rp3 juta. Korban mengaku, orang tuanya
bersedia membayar uang tersebut asalkan kembali ke NTT. Anehnya, pihak yayasan justru
menolak dan memaksa korban menyetujui kontrak kerja sebagai PRT selama 2 tahun
dengan gaji Rp600 ribu per bulan.Dalam perjanjian itu, Yefri melanjutkan, selama empat
bulan bekerja, gaji mereka diambil yayasan sebagai ganti biaya transportasi. "Sisa 24 bulan
gaji mereka akan diserahkan ke yayasan dan akan dibayarkan setelah kerja selesai," ujarnya.
Kedua perempuan yang diduga menjadi korban human trafficking ini melarikan diri pada 25
Desember 2011 sebelum sempat menerima gaji. Mereka mengaku, tidak tahan bekerja
sebagai PRT tanpa istirahat mulai pukul 04.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.
Menurut pihak LSM yang menampung kedua wanita tersebut, saat ini kasus dugaan
perdagangan manusia ini sudah ditangani Polresta Bukittinggi. "Kami menemani proses
pem-BAP-an kasus ini setelah mereka melarikan diri ke kantor polisi," ungkap Yefri.Mereka
berharap, pihak perusahaan yang menyalurkan korban dan majikan yang
mempekerjakannya segera diproses secara hukum. (Laporan: Eri Naldi | Padang, art
Awal Perdagangan Manusia dari Pemalsuan Dokumen
Sukabumi, Warta Kota
KEPALA Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia atau BNP2TKI, Moh Jumhur Hidayat, menyatakan perdagangan manusia berawal dari pemalsuan dokumen.
"Pemalsuan ini bisa dilakukan oleh calon TKI, calo, hingga aparat yang memberikan rekomendasi," kata Jumhur saat meluncurkan buku "Bekerja Ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" di kantor Disnakertrans Kabupaten Sukabumi, Senin (14/2).
Ia menyebut pemalsuan usia merupakan masalah yang paling banyak terjadi.
"Belum berusia 21 tahun sebagai batas minimal usia untuk bekerja di luar negeri lalu dibuat telah berusia 21 tahun," katanya.
Jumhur mengingatkan aparat desa dan Disnakertrans jangan memberi rekomendasi bagi calon TKI yang masih berusia di bawah batas minimal.
Selain itu, katanya, banyak calo atau sponsor yang memalsukan cap stempel rekomendasi dari instansi pemerintah.
Jumhur juga mengatakan perdagangan TKI banyak terjadi di luar negeri.
Ia mencontohkan TKI bermasalah atau yang tidak lagi bekerja di Arab Saudi tidak dipulangkan ke Tanah Air tetapi diperdagangkan oleh agensi di negara itu untuk dikirim ke Suriah,Jordania, atau negara kawasan Timur Tengah lain.
Untuk itu, katanya, pemerintah sedang menyiapkan paspor satu arah untuk calon TKI yang hanya berlaku untuk satu negara tujuan.
"Paspor satu arah itu sedang diproses di Ditjen Imigrasi dalam rangka perlindungan warganegara dari perdagangan manusia," katanya.
Jumhur berharap buku saku "Bekerja Ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman" yang disusun Organisasi Internasional Untuk Migrasi (IOM) menjadi panduan bagi calon TKI agar terhindar dari perdagangan manusia.
Buku tersebut dibagi-bagikan kepada masyarakat melalui Disnakertrans dan LSM ketenagakerjaan yang ada di Kabupaten Sukabumi.
Ketua Misi IOM Indonesia Denis Nihill mengatakan pemilihan tempat peluncuran buku di Sukabumi karena banyak TKI bermasalah dari kabupaten itu karena berangkat ke luar negeri tanpa dokumen.
IOM merupakan lembaga sosial asal AS yang berupaya mencegah upaya perdagangan manusia.
Buku saku itu didanai oleh "United States Government Office to Monitor and Combat Trafficking in Person" (G/TIP). (Ant/apr)
Polri Bekuk Sindikat Perdagangan Manusia
Maria Natalia | Asep Candra | Sabtu, 8 Oktober 2011 | 17:29 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam menyatakan, pihaknya berhasil membongkar sindikat perdagangan manusia (human trafifcking) di Indramayu, Jawa Barat; Jakarta; Entikong, Kalimantan Timur; dan Kuching, Malaysia.
Dari penelusuran itu, tiga tersangka ditangkap, yaitu AK (Indonesia) yang berperan sebagai perekrut korban, AT (Indonesia) yang bertugas mengirimkan korban ke Kalimantan Barat, dan EL (Malaysia) adalah seorang pembeli. Mereka telah ditahan di rumah tahanan Bareskrim Polri. Sementara itu, satu orang berinisial FA (Indonesia) masuk dalam daftar pencarian orang. FA berperan mengirimkan korban ke Kuching, Malaysia.
"Penangkapan diawali dengan adanya laporan dari KJRI Kuching-Malaysia ke Unit Trafficking Subdit III DIT Tipidum mengenai adanya tujuh korban WNI," ujar Anton di Gedung Humas Polri, Sabtu (8/10/2011).
Tujuh korban tersebut berinisial CI, CA, SEND, AR, MARL, DIN, dan SHL. Pada Februari 2011, mereka yang berasal dari Indramayu, Subang, dan Bogor ditawari pekerjaan oleh tersangka AT sebagai pelayan bar di Malaysia. Gaji yang ditawarkan sebesar Rp 8 juta per bulan. Modus janji muluk inilah yang menggiurkan para korban. Namun, pada akhirnya mereka dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial di Pub President KTV, Kuching, Malaysia.
Barang bukti dalam kasus ini berupa enam buah surat perjalanan laksana paspor dari KJRI Kuching-Malaysia, empat ponsel milik tersangka, dokumen kartu tanda pengenal milik korban, dan surat perjanjian jerat utang kepada korban.
"Pada Mei, tersangka juga mengirimkan korban dengan cara diselundupkan melalui Entikong, Kaltim, dan dikirim tanpa paspor. Mereka melayani laki-laki di pub. Sebelumnya mereka sudah dijerat utang sehingga bisa mengikuti keinginan para pelaku," ungkap Anton.
Dalam penelusuran kasus ini sudah dilakukan pemeriksaan terhadap 12 saksi. Dari perbuatannya, kata Anton, tersangka AK menerima keuntungan sebesar Rp 16 juta. Ketiga tersangka ini, menurut Anton, akan dijerat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perdagangan Manusia, dengan penjara maksimal 15 tahun dan denda sebesar maksimal Rp 600 juta.
Selain itu, juga pada Pasal 102 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, ancaman penjara maksimal 10 tahun dan denda maksimal Rp 15 miliar.
BAB III
KESIMPULAN
Banyak merebak perdagangan manusia di Indonesia.Tetapi permasalahan ini seakan
dianggap sebagai permasalahan biasa.Sehingga permasalahan ini menjadi suatu
permasalahan yang makin lama makin memburuk.Pemerintah juga seakan tak menganggap
permasalahan ini,pemerintah cuma menganggap permasalahan yang berhubungan dengan
ekonomi saja.
Padahal permasalahan human traficking merupakan permasalahan sosial yang sangat
dapat mempengaruhi pola tatanan kehidupan sosial suatu negara.Dibutuhkan suatu kesadaran
individu dari semua warga itu sendiri untuk dapat menghilangkan adanya human
traficking.Karena meskipun sudah ada pasal-pasal yang mengatur tentang larangan adanya
human traficking,tetapi banyak individu yang menganggap hal ini adalah sesuatu yang
maklum dengan alasan untuk menghadapi keterbatasan ekonomi.
Jadi untuk menghadapi permasalahan human traficking tidak bisa hanya
menggantungkan pada aparat hukum saja.Diperlukan kerjasama dari semua warga untuk
menanggulangi permasalahan ini.