laporan hasil penelitian pelaksanaan akad ijarah untuk...

106
LAPORAN HASIL PENELITIAN Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh (Studi kasus di BMT Tumang Cabang Tumang) Disusun Oleh: RATNA DWIASTUTI 214-13-012 FAKULTAS SYARIAH JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Upload: dangdan

Post on 29-May-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh (Studi kasus di BMT

Tumang Cabang Tumang)

Disusun Oleh:

RATNA DWIASTUTI

214-13-012

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan

dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Ratna Dwiastuti

NIM : 21413012

Judul : PELAKSANAAN AKAD IJARAH UNTUK DANA

TALANGAN UMROH (Studi Kasus di BMT Tumang

Cabang Tumang)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 28 Agustus 2017

Pembimbing

Drs. Machfudz, M.Ag

NIP. 19610210 198703 1 006

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul

PELAKSANAAN AKAD IJARAH UNTUK DANA TALANGAN UMROH

(Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Tumang)

Oleh:

Ratna Dwiastuti

NIM: 21413012

telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin tanggal 25

September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam (SH).

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang : Dr. Siti Zumrotun, M.Ag

Sekertaris Sidang : Drs. Machfudz, M.Ag

Penguji I : H. M. Yusuf Khummaini, M.H

Penguji II : Farkhani, S.H., S.H.I., M.H

Salatiga, 25 September 2017

Dekan Fakultas Syariah

Dr. Siti Zumrotun. M.Ag. NIP. 19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ratna Dwiastuti

NIM : 21413012

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah

Fakultas : Syari’ah

Judul Skripsi : PELAKSANAAN AKAD IJARAH UNTUK DANA

TALANGAN UMROH (Studi Kasus di BMT Tumang

Cabang Tumang)

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,

bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 28 Agustus 2017

Yang menyatakan

Ratna Dwiastuti

NIM: 21413012

MOTTO

“ Do not put off doing a job because nobody knows whether we

can meet tomorrow or not”

Jangan menunda-nunda untuk melakukan sesuatu pekerjaan karena tidak ada

yang tahu apakah kita dapat bertemu hari esok atau tidak

Kerjakanlah

Wujudkanlah

Raihlah cita-citamu

Dengan memulainya

Dari bekerja

Bukan hanya

Menjadi beban

Didalam impianmu

Dan...

Jadilah diri sendiri dan jangan menjadi orang lain walaupun dia terlihat lebih baik

dari kita

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak (Yusuf Budianto), Ibu (Ani Widihastuti).

Sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan

mendoakan aku serta menyayangiku, terima kasih atas semua pengorbanan,

keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.

2. Almamaterku

3. Keluarga besar, Mbah Kakung (Nur Amin) dan Mbah Uti (Sudarti) yang tiada

pernah berhenti berdoa setiap saat untuk kelancaran pembuatan skripsiku dan

ujianku.

4. Bapak Mahfudz,M.Ag yang senantiasa membimbingku dalam pembuatan

skripsi ini.

5. Para sahabat terbaikku yang selalu mendukung dan memotivasiku tiada henti,

Anida Kumalasari, Nurul Azizah, Diana Wulansari, Ilham Indrawan, Feri

Firdaus.

6. Muhammad Chairuddin Anhar, satu-satunya saudara kandung yang ku punya,

walaupun tidak ada ucapan yang keluar tetapi aku yakin pasti didalam

batinmu selalu mendoakanku selalu.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena

atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam

penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih

kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syar’iah IAIN Salatiga.

3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

IAIN Salatiga.

4. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang

terbaik.

5. Ibu Lutfiana Zahriani, S. H., M.H. selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga.

6. Bapak Drs. Mahfudz, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan

saya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Pihak BMT Tumang Cabang Tumang yang telah membantu, kepada Ibu

Diyah Sayekti Widi Mastuti,S.E yang telah berkenan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang saya ajukan guna menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga tercinta Ibuk ,bapak, saudara yang tak henti-hentinya selalu

mendoakan dan memberikan semangat.

9. Kepada semua Narasumber yang berkenan memberikan informasi.

10. Terimakasih kepada teman-teman tercinta Diana, Anida, Nurul, Ilham, Feri,

Umi, Avi, Yuliana serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, terimakasih banyak untuk pertemanannya selama ini dan sukses selalu

untuk kalian semua.

11. Seluruh jajaran Akademi Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas

Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terimakasih banyak telah

banyak membantu penyusunan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis

dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan

maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.

Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penlis menyadari bahwa

dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dari

segi materi ataupun skripsi. Sehingga saran, dan kritik serta perbaikan yang

membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan hati. Semoga

skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

ABSTRAK

Dwiastuti,Ratna (2017). Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan

Umroh (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Tumang). Fakultas Syariah Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Mahfudz, M. Ag

Kata Kunci : Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh

Secara umum, pertumbuhan ekonomi Islam yang ditandai dengan hadirnya

bank syariah, asuransi syariah, lembaga keuangan syariah dan kegiatan-kegiatan

ekonomi Islam lainnya telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik, yang

artinya membawa angin segar bagi kebangkitan ekonomi Islam di Indonesia.

Seperti halnya dengan kegiatan umroh sudah tidak asing lagi jika kita mendengar

dana talangan umroh. BMT Tumang merupakan salah satu lembaga yang

menggunakan Akad Ijarah untuk melakukan kegiatan dana talangan Umroh.

Pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang menggunakan Fee Based Service

(Service atau Ujrah). Fasilitas ini merupakan bentuk pembiayaan multijasa yang

berlandaskan pada imbalan atau jasa/fee (ujrah) dengan menggunakan akad Ijarah

atau akad Kafalah, atau gabungan dari keduanya.

Penelitian ini mengacu pada pokok permasalahan Bagaimana Pelaksanaan

Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh yang dilakukan BMT Tumang Cabang

Tumang. Dan Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan Akad

Ijarah pada dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang

Penelitian ini menggunakan metode library research dan field research.

Penelitian melalui penelitian pustaka (library research) adalah penelitian yang

dilakukan dengan menelaah berbagai macam literature, referensi-referensi, serta

buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan ini. Sedangkan penelitian

lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan dengan terjun

langsung kelapangan untuk melihat serta mengambil data-data secara langsung.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan dana talangan

umroh di BMT Tumang sudah diketahui pelaksanaannya, namun masih dalam

prosentase sedikit. Adapun pelaksanaannya dengan cara nasabah datang ke BMT

Tumang mengisi formulir pengajukan dana talangan umroh dan melakukan

kesepakatan mengenai ujroh antra BMT Tumang dengan nasabah. Jika nasabah

tersebut sepakat kemudian nasabah memberikan uang muka sebesar Rp

5.000.000,-. Setelah itu pihak BMT memproses keperluan umroh. Pelaksanaan

umroh sendiri akan dilakukan ketika nasabah sudah melunasi pembiayaan uang

muka tersebut. Jika ditinjau dalam hukum Islam, akad yang digunakan dalam

produk ini kurang sesuai karena seharusnya produk dana talangan umroh ini

menggunakan akad al Qardl. Sedangkan dari prinsip muamalat yang digunakan

dalam pelaksanaan produk ini antara pihak BMT Tumang dengan nasabah

terdapat kesepakatan antara kedua belah pihak. Hal ini dibuktikan dengan adanya

kesepakatan dalam menentukan jumlah besaran ujroh yang terdapat dalam akad

ijarah. Kemudian jika nasabah tersebut menyepakati (sukarela) dengan biaya yang

ditawarkan oleh pihak BMT Tumang berarti sudah sesuai prinsip muamalat, yang

didalamnya terdapat unsur sukarela. Unsur tersebut sudah mencakup prinsip

muamalat lainnya antara lain pertimbangan mendatangkan manfaat dan

menghindari madharat serta memelihara nilai keadilan.

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................... i

NOTA PEMBIMBING ........................................................................... ii

PENGESAHAN ....................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. iv

MOTTO ................................................................................................... v

PERSEMBAHAN .................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................. vii

ABSTRAK ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 5

D. Penegasan Istilah ........................................................................... 6

E. Telaah Pustaka .............................................................................. 7

F. Metode Penelitian .......................................................................... 9

G. Tekhnik Pengumpulan Data ........................................................... 11

H. Sistematika Penulisan .................................................................... 13

BAB II KERANGKA TEORITIK

A. Pengertian Akad Ijarah

1. Pengertian Akad ...................................................................... 15

2. Rukun dan Syarat Akad........................................................... 15

3. Tujuan Akad ............................................................................ 18

4. Macam-macam Akad .............................................................. 19

B. Akad Ijarah

1. Pengertian Akad Ijarah ............................................................ 20

2. Dasar Hukum Akad Ijarah....................................................... 23

a. Landasan Al Qur’an ......................................................... 23

b. Landasan Sunnah ............................................................. 26

c. Ijma’ ................................................................................. 27

d. Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 .................. 28

3. Rukun dan Syarat Akad Ijarah

a. Rukun Akad Ijarah ........................................................... 28

b. Syarat sahnya Akad Ijarah ............................................... 31

C. Pembiayaan Modal Kerja Ijarah..................................................... 36

D. Pembatalan dan Berakhirnya Akad Ijarah...................................... 38

BAB III GAMBARAN UMUM BMT TUMANG CABANG TUMANG

A. Latar Belakang Pendirian BMT Tumang ....................................... 39

B. Identitas Lembaga .......................................................................... 42

C. Kelengkapan Lembaga ................................................................... 43

D. Visi dan Misi .................................................................................. 44

E. Struktur Organisasi......................................................................... 46

F. Tugas dan Tanggungjawab ............................................................ 47

G. Produk-produk BMT Tumang........................................................ 53

H. Mekanisme Pelaksanaan Akad Ijarah ............................................ 55

I. Pelaksanaan Akad Ijarah ................................................................ 58

BAB IV PELAKSANAAN AKAD IJARAH UNTUK DANA TALANGAN

UMROH DI BMT TUMANG CABANG TUMANG

A. Analisis Pelaksanaan Akad Ijarah untuk Dana Talangan Umroh

di BMT Tumang Cabang Tumang ................................................. 60

B. Analisis Pelaksanaan Akad Ijarah untuk Dana Talangan Umroh

Berdasarkan Hukum Islam ............................................................. 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 74

B. Saran ............................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab tidak

mungkin lepas dari kehidupan masyarakat. Aristoteles menyebut sebagai

“zoon politikon” ialah makhluk yang selalu ingin berhubungan dengan

manusia lain. Manusia sebagai makhluk Allah adalah makhluk sosial yang

memerlukan hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial mengharuskan

manusia untuk selalu berhubungan dan saling membantu antar manusia

yang satu dengan yang lain guna memenuhi hajad hidupnya, tanpa itu

semua mustahil manusia dapat memenuhi dan bertahan hidup. Wujud dari

hubungan dan saling membantu, biasanya terlaksana dalam beragam

aktifitas yang dilakukan sehari-hari.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi islam yang ditandai dengan

hadirnya asuransi syariah, lembaga keuangan syariah dan kegiatan-

kegiatan ekonomi Islam lainnya telah menunjukkan perkembangan yang

cukup baik, yang artinya membawa angin segar bagi kebangkitan ekonomi

Islam di Indonesia.

Salah satu lembaga keuangan syariah adalah Baitul Mal wat Tamwil

(BMT). BMT terdiri dari dua istilah, yaitu baitul mal dan baitul tamwil.

Baitul Mal lebih mengarah pada usaha pengumpulan dana dan penyaluran

dana non profit, seperti ZIS (zakat, infak dan sadaqah). Adapun baitul

tamwil adalah sebagai usaha pengumpulan dana penyaluran dana

komersial. Dengan demikian BMT merupakan lembaga pendukung

ekonomi masyarakat kecil yang berlandaskan pada syariah. (Heri

Sudarsono,2003:84)

Dalam rangka untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat,

BMT sebagai lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syari’ah Islam,

hendaknya benar-benar dioperasikan sesuai dengan yang dikehendaki oleh

syari’ah sehingga semua produk yang ditawarkan dan dihasilkan BMT

dapat membawa kesejahteraan masyarakat secara lahir dan batin.

BMT Tumang didirikan karena banyak permasalahan masyarakat

tingkat bawah disekitarnya yang tidak terakses oleh bank, disamping itu

sebagian masyarakat menantikan suatu sistem lembaga keuangan yang

sehat dan terpercaya melalui sistem lembaga keuangan syari’ah yang

berdasar pada Al Qur’an dan Hadis. Selain itu juga, hadirnya BMT

sebagai alternatif bagi yang menginginkan hartanya tidak ingin tercampuri

riba.

Dalam kegiatan lembaga keuangan syari’ah, khususnya tentang

konsep penyaluran dana (funding) dan konsep jasa (fee based income),

penyalur-penyalur dana dari lembaga keuangan dilakukan melalui konsep

yang berbeda dengan perbankan konvensional. Berbagai jenis jaminan dan

alternatif jaminan dana yang terdapat pada lembaga keuangan syari’ah

dapat disalurkan kembali oleh lembaga keuangan ke masyarakat dengan

menggunakan 4 (empat) prinsip pokok yaitu, Prinsip jual beli yang

meliputi Murabahah, Istishna’, dan Salam, Prinsip bagi hasil yang

meliputi Mudharabah dan Musyarakah, Prinsip sewa (Ijarah) yang

meliputi ijarah murni dan ijarah wal iqtina, dan yang terakhir Qardh

(pinjam meminjam tanpa imbalan). (Irma Devita Purnamasari,2014:23)

Akad Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu

barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad Ijarah disebut

juga dengan akad Kafalah yang bisa juga diartikan sebagai jaminan atau

garansi yang diberikan oleh bank syari’ah kepada debiturnya agar dia

dapat memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga sebagai pemberi pinjaman.

(Irma Devita Purnamasari,2014:26)

Salah satu Lembaga Keuangan Syari’ah yang menggunakan akad

ijarah untuk transaksi pembiayaan adalah BMT (Baitul Mal wat Tamwil)

di Tumang. BMT ini menggunakan Akad Ijarah untuk melakukan kegiatan

dana talangan Umroh. Pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang

menggunakan Fee Based Service (Service atau Ujrah). Fasilitas ini

merupakan bentuk pembiayaan multijasa yang berlandaskan pada imbalan

atau jasa/fee (ujrah) dengan menggunakan akad Ijarah atau akad Kafalah,

atau gabungan dari keduanya.

Bentuk pembiayaan multijasa tersebut antara lain:

1. Hawalah, merupakan konsep yang digunakan untuk pelaksanaan

take over pembiayaan (factoring).

2. Rahn (gadai), penguasaan barang milik peminjam sebagai jaminan

oleh pemberi pinjaman.

3. Letter of credit (L/C) impor syariah, merupakan surat pernyataan

yang diterbitkan oleh bank syariah, yang menyatakan kesanggupan

importir untuk membayar barang yang diimpornya dari eksportir.

4. Bank garansi syariah dengan prinsip kafalah, yaitu jaminan atau

garansi yang diberikan oleh bank syariah kepada debiturnya agar dia

dapat memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga sebagai pemberi

pinjaman. (Irma Devita Purnamasari,2014:26)

Disamping pengertian ijarah dalam konteks sewa-menyewa, ijarah

ini sendiri juga mengandung pengertian “ujrah” atau uang jasa atau

kadang disebut juga fee. Ijarah dalam pengertian ini diberikan juga kepada

seseorang atas jasa yang telah dilakukannya. Contohnya begini, Arif

adalah seorang biro perjalanan haji, dalam musim haji yang akan datang

ini Arif harus membayar uang muka hotel, catering, pesawat yang akan

digunakan oleh calon jamaah haji. Berhubung tidak semua jamaah

membayar ONH secara penuh dimuka, sedangkan biaya-biaya perjalanan

haji sudah harus dibayarkan, maka Arif membutuhkan “dana talangan”

untuk menutupi kekurangan pembayaran dimaksud. Suatu lembaga

keuangan syari’ah yang bersedia memberikan dana talangan kepada Arif

menggunakan skema modal kerja Ijarah. Jadi lembaga keuangan syari’ah

akan menalangi terlebih dahulu kekurangan uang muka untuk hotel, tiket

pesawat dan catering untuk calon para jamaah haji. Atas pemberian dana

talangan tersebut lembaga keuangan syari’ah berhak atas Ujrah

(keuntungan) tertentu.

Pada BMT Tumang Cabang Tumang ini juga melaksanakan kegiatan

seperti uraian diatas, tetapi pada BMT ini menggunakan jenis kegiatan

untuk dana talangan umrah yang bekerja sama dengan PBMT Travel di

Jakarta.

Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik guna melakukan

penelitian secara langsung mengenai bagaimana pelaksanaan Akad Ijarah

untuk dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang. Apakah

pelaksanaan akad Ijarah tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip Islam

yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya?. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini penulis mengambil judul: “Pelaksanaan Akad Ijarah

untuk Dana Talangan Umroh Studi Kasus di BMT Tumang Cabang

Tumang”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa pokok

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Akad Ijarah untuk dana talangan Umroh di

BMT Tumang Cabang Tumang?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan Akad Ijarah

pada dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang?

C. Tujuan penelitian dan kegunaan penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian skripsi adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendiskripsikan mekanisme Pelaksanaan Akad Ijarah

terhadap dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang.

b. Untuk mendiskripsikan pandangan Hukum Islam mengenai

masalah ini.

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian antara lain:

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang ekonomi syariah, khusunya akad yang

berhubungan dengan pemberian dana talangan Umroh.

b. Untuk memperluas penyusun sendiri dalam masalah hukum

terutama mengenai hukum ekonomi syariah dan jenis akad dalam

pelaksanaannya.

c. Sebagai upaya untuk memberikan gambaran tentang bagaimana

melaksanakan akad mengenai dana talangan Umroh.

D. Penegasan Istilah

Agar lebih memperjelas maksud dari judul tersebut dan untuk

menghindari penafsiran keliru dalam memahami tulisan ini, maka penulis

mengemukakan Penegasan Istilah sebagai berikut:

1. Umroh adalah salah satu kegiatan ibadah dalam agama islam. Hampir

mirip dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan melakukan

beberapa ritual ibadah di kota suci Makkah, khususnya di Masjidil

Haram. Pada istilah teknis syariah, umroh berarti melaksanakan tawaf

di Ka’bah dan sa’i antara Shofa dan Marwah, setelah memakai ihram

yang diambil dari miqat. Sering disebut juga haji kecil.

2. Baitul Mal adalah Institusi khusus yang menangani harta yang

diterima negara dan dan mengalokasikannya bagi kaum muslim yang

berhak menerimanya. (Heri Sudarsono,2003:17)

3. Baitul Mal Wattamwil adalah lembaga keuangan mikro yang

mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan

syariah. (Heri Sudarsono:17)

4. Akad Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu

barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. (Irma Devita

Purnamasari,2014:26)

5. Dana Talangan adalah dana yang disediakan oleh Bank Indonesia

yang digunakan untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu kepada

kreditur bank dan akan menjadi hutang atau utang bank tersebut

kepada Bank Indonesia. (www.kamusbesar.com/dana-talangan

diakses pada tanggal 27 September 2017)

E. Telaah Pustaka

Mengenai permasalahan tentang praktik-praktik pembiayaan (akad)

dalam hukum Islam sebenarnya sudah banyak yang meneliti dan

membahas, baik dalam bentuk buki-buku maupun skripsi. Akan tetapi,

setiap peneliti memiliki pembahasan yang berbeda-beda. Pembahasan

mengenai pelaksanaan akad Ijarah yang berupa buku hanya bersifat

Umum saja.

Adapun tulisan yang berbentuk skripsi yakni, skripsi yang ditulis

oleh Adi Molyono dengan judul Pandangan Hukum Islam Terhadap

Implementasi Akad Murabahah ( studi kasus pada PT.BPRS Barokah dana

Sejahtera kota Yogyakarta) tahun 2016. Pembahasan dalam skripsi ini

mengenasi permasalahan tentang implementasi dalam pelaksanaan akad

Murabahah. Dalam hal ini pihak bank harus memberi tahu kepada nasabah

mengenai modal yang telah dikeluarkan oleh bank serta besarnya

keuntungan yang diinginkan.(Adi Molyono,2016:40)

Kemudian dalam skripsi yang ditulis oleh Amalia dengan judul

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Realisasi Akad Murabahah (studi kasus

di KJKS BMT Binamas Purworejo) tahun 2008. Pembahasan dalam

sskripsi ini mengenai Mudharabah yang dilakukan oleh KJKS BMT

Binamas dengan cara pesanan dan analisis terhadap akadnya jika tidak

diterimanya suatu barang yang telah dipesan pada akad

Murabahah.(Amalia,2008:60)

Dari pemaparan penyusun di atas tentang penelusuran terhadap

karya yang sudah terdahulu adalah belum ada yang membahas tentang

pelaksanaan Akad Ijarah pada dana Talangan Umroh. Pada awal

kesepakatan antara pihak BMT dengan nasabah, dari pihak BMT akan

menalangi kekurangan dana Umroh terlebih dahulu kemudian akan dicicil

oleh nasabah dengan sistem angsuran. Tetapi pada setiap angsuran

terdapat penambahan biaya yang sebelumnya belum dijelaskan pada saat

perjanjian. Bagaimana hukum islam mengatur tentang pelaksanaan Akad

Ijarah dalam masalah ini.

F. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif tentang mekanisme

pelaksanaan Akad Ijarah pada dana talangan Umroh sehingga data yang

akan diperoleh melalui studi kasus yang terjadi di BMT Tumang Cabang

Tumang. Peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam skripsi ini adalah penelitian

lapangan (kualitatif) yaitu melakukan penelitian secara langsung

dengan melakukan pendekatan narasumber pada kasus Pelaksanaan

Akad Ijarah pada dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang

Tumang.

2. Sifat Penelitian

Sebagaimana tergambar dalam judul penelitian ini, maka sifat

penelitian adalah eksploratif, yaitu penelitian ini mencoba untuk

menjelaskan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.

Bukan dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu terhadap

permasalahan yang disampaikan (Arikunto Suharsini,1990:310) yaitu

mengeksplorasikan permasalahan yang ada serta data yang ada

kemudian menganalisis menurut pandangan hukum Islam.

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam mengumpulkan data-

data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain

selain peneliti adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan

hasil peneliti serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung

terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam. Oleh

karena itu kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat menunjang

keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami masalah yang ada,

serta dengan informan menjadi lebih dekat sehingga informasi yang

didapat menjadi lebih jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber

data yang mutlak.

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat penelitian tersebut akan dilakukan.

Penelitian mengenai pelaksanaan akad Ijarah ini tepatnya dilakukan di

BMT Tumang Cabang Tumang. Peneliti lebih melakukan penelitian di

BMT Tumang Cabang Tumang untuk mendapatkan informasi secara

jelas tentang tahap-tahap/mekanisme pelaksanaan Akad Ijarah yang

dilakukan.

5. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

didapatkan dari lapangan atau tempat penelitian. Seperti hasil

wawancara dengan narasumber, dan atau langsung ikut berperan

dalam masalah yang diteliti. Jadi sumber data primer yang didapat

dari penelitian ini adalah wawancara langsung dengan pimpinan

BMT Tumang Cabang Tumang dan wawancara dengan marketing

BMT Tumang Cabang Tumang serta wawancara dengan pihak

nasabah yang melakukan akad ijarah tersebut.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh

dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang

bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung

penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku,

jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal

serupa.

6. Prosedur Pengumpulan Data

a. Wawancara

Dengan metode ini dapat diperoleh data tentang pelaksaan Akad

Ijarah, teknik ini ditujukan kepada pimpinan BMT Tumang

Cabang Tumang dan ulama yang dalam bidangnya.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang

bersumber pada dokumen. Metode ini digunakan untuk

mendapatkan data berupa foto atau dokumen yang terkait tentang

bagaimana Akad Ijarah berlangsung.

c. Observasi

Metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara

mengamati langsung obyek yang diteliti.

7. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam

metode ilmiah, karena dengan analisislah data tersebut dapat diberi

arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

(Nazir,1988:405)

Karena banyaknya jenis data yang diperoleh maka penulis perlu

mengelompokkan data-data yang diperoleh. Mulai dari catatan

lapangan, foto-foto serta hasil pengamatan.

Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk menggali

data yang dianalisis secara kualitatif. Setelah semua data terkumpul

maka peneliti akan menganalisa semua data dengan menggunakan

metode deskripsi analisis, yaitu teknik menggambarkan seluruh aspek

penelitian yang ada, sehingga bisa mendapatkan gambaran antara

yang seharusnya dan senyatanya yang terjadi di masyarakat.

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian,

mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan

sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui

pengamatan pada nasabah, melakukan wawancara dengan

nasabah.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul maka

tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut dan

menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada

obyek yang diteliti.

d. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah

terkumpul dan telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing maka yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah

menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman

penulisan yang telah ditentukan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih

lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah

sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan; Bab ini berisi Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Telaah

Pustaka, Metode Penelitian, Jenis Penelitian, Sifat Penelitian, Kehadiran

Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data,

Analisis Data, Tahap-tahap Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

Bab II Gambaran Umum tentang Akad Ijarah; bab ini berisi

Pengertian Akad Ijarah, Dasar hukum Akad Ijarah, Rukun dan Syarat

Akad Ijarah, Pembiayaan Modal Kerja Ijarah dan Pembatalan dan

Berakhirnya Akad Ijarah.

Bab III Gambaran Umum BMT Tumang Cabang Tumang; bab ini

berisi Latar Belakang Pendirian, Struktur Organisasi BMT Tumang

Cabang Tumang, Produk-produk BMT Tumang Cabang Tumang,

Mekanisme Pelaksanaan Akad Ijarah untuk Dana Talangan Umroh dan

Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh.

Bab IV Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Ijarah

Pada Dana Talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang; bab ini

berisi Analisis Penentuan Pembayaran pada Akad Ijarah yang Berlangsung

di BMT Tumang pada Pelaksanaan Dana Talangan Umroh Menurut

Pandangan Hukum Islam.

Bab V Penutup; bab ini berisi Kesimpulan dan Saran.

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG AKAD IJARAH

A. Pengertian Akad Ijarah

1. Pengertian Akad

Akad secara etimologi berarti perikatan, perjanjian. Sedangkan

secara terminologi, pengertian akad adalah suatu perikatan yang

ditetapkan dengan ijab qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang

menimbulkan akibat hukum terhadap obyeknya. (Burhanuddin

Susanto,2008:223)

Akad merupakan perjanjian diantara dua pihak yang sudah

teridentifikasikan secara detail dan jelas, dimana masing-masing pihak

berkewajiban untuk memenuhinya. Jika salah satu pihak melanggar

maka akan terkena sanksi sesuai dengan kesepakatan yang sudah

ditentukan dalam akad. Sedangkan menurut Musthafa Az-arka akad

merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau

beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan mengikatkan dirinya.

(Fetria Eka Yudiana,2014:9)

2. Rukun dan Syarat Akad

Perbuatan akad merupakan suatu perikatan yang ditetapkan

melalui ijab dan qabul berdasarkan prinsip syariat yang menimbulkan

akibat hukum terhadap obyeknya. Dalam menjalankan suatu perikatan

(akad), terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Karena itu

sebelum para aqid menjalankan suatu perikatan, pemahaman tentang

rukun dan syarat merupakan hal yang penting.

a. Rukun akad

Keberadaan rukun merupakan suatu unsur yang

menentukan terjadinya perbuatan (akad). Dari kalangan fuqaha

terdapat beberapa pendapat berkenaan dengan rukun akad.

Namun menurut pendapat jumhur, rukun-rukun akad terbagi

menjadi:

1) Al Aqid

Merupakan subyek hukum yang menjalankan akad.

Pengertian subyek hukum berarti perbuatan manusia yang

dituntut oleh Allah berdasarkan ketentuan hukum syara’.

Subyek hukum adalah sesuatu perbuatan yang menurut

hukum dapat memiliki hak dan kewajiban.

2) Sighat Al-Aqd

Pernyataan Ijab dan Qabul (sighat) bertujuan untuk

menunjukkan terjadinya akad. Ijab ialah pernyataan pertama

yang disampaikan oleh salah satu pihak yang mencerminkan

kesungguhan untuk mengadakan perikatan. Sedangkan Qabul

adalah pernyataan oleh pihak lain setelah ijab yang

mencerminkan persetujuan atau kesepakatan terhadap akad.

(Burhanuddin Susanto,2008:228)

3) Mahallul ‘aqd

Mahallul ‘aqd merupakan obyek suatu perikatan. Sesuatu

yang dapat dijadikan obyek dalam akad ialah dapat berupa

benda dan atau manfaat.

b. Syarat Akad

1) Terjadinya Akad (In’iqad)

Berupa ketentuan umum berupa persyaratan yang terdapat

dalam rukun-rukun akad.

2) Keabsahan Akad (Shahih)

Merupakan persyaratan yang ditetapkan oleh syara untuk

menentukan ada tidaknya akibah hukum yang ditimbulkan

akad.

3) Pelaksanaan Akad (Nafadz)

Untuk menjalankan akad ada beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi, diantaranya kepemilikan sempurna dan

kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Pengertian

kepemilikan dalam konteks ini adalah kepemilikan sempurna

dari seseorang terhadap barang atau manfaat yang dijadikan

obyek akad. Sedangkan kecakapan adalah kemampuan

seseorang untuk melaksanakan akad, baik secara langsung

maupun perwakilan.

4) Kepastian Hukum (Luzum)

Akad lazim adalah akad yang telah mempunyai kepastian

hukum, sehingga tidak ada hak memilih (khiyar) untuk

meneruskan atau membatalkan (fasakh). (Syamsul

Anwar,2010:95)

3. Tujuan Akad

Kaidah umum dalam ajaran Islam menentukan bahwa setiap

orang yang melakukan perbuatan dalam keadaan sehat dan bebas

menentukan pilihan (tidak dipaksa) pasti mempunyai tujuan tertentu

yang mendorong melakukan perbuatan. Oleh karena itu, tujuan akad

memperoleh tempat penting untuk menentukan apakah suatu akad

dipandang sah atau tidak, dipandang halal atau haram.

Yang dimaksud tujuan akad adalah maksud utama disyariatkan

akad. Tujuan akad ini harus benar dan sesuai dengan ketentuan syara’.

Tujuan akad dipandang sah dan mempunyai akibat-akibat hukum

diperlukan adanya syarat tujuan sebagai berikut:

a. Tujuan akad tidak merupakan kewajiban yang telah ada atas

pihak-pihak yang bersangkutan tanpa akad yang diadakan, tujuan

hendaknya baru ada pada saat akad diadakan.

b. Tujuan harus berlangsung adanya hingga berakhirnya

pelaksanaan akad.

c. Tujuan akad harus dibenarkan oleh syara’.

Berdasarkan pada pernyataan syarat tujuan akad yang tertera di

atas hal itu sudah jelas dan diakui oleh syara’ akan tetapi suatu tujuan

erat kaitannya dengan berbagai bentuk aktifitas yang dilakukan

contohnya dalam hal jual beli tujuannya untuk memindahkan hak

milik penjual kepada pembeli.

Tujuan akad adalah mewujudkan akibat hukum yang pokok dari

akad. Misalnya:

a. Tujuan akad jual beli adalah memindahkan hak milik atas barang

dengan imbalan.

b. Tujuan akad sewa-menyewa adalah memindahkan milik atas

manfaat barang yang disewa kepada penyewa dengan imbalan.

c. Tujuan akad hibah adalah memindahkan milik atas barang tanpa

imbalan (secara Cuma-Cuma).

d. Tujuan akad pinjam pakai adalah memindahkan milik atas

manfaat benda yang dipinjam kepada peminjam tanpa imbalan.

e. Tujuan akad gadai adalah menjamin dan memperkuat

pembayaran utang melalui penahanan barang.

f. Tujuan akad nikah adalah menghalalkan hubungan seksual antara

lelaki dengan wanita dan membentuk rumah tangga guna hidup

bersama sebagai suami istri. (Syamsul Anwar,2010:218)

4. Macam-macam Akad

1) Akad Tabarru’ merupakan akad yang diniatkan untuk beramal

kebaikan guna mengharapkan pahala dari Allah semata.

2) Akad Tijarah merupakan akad yang bertujuan mendapatkan

keuntungan berdasarkan rukun dan syarat yang telah ditetapkan

oleh hukum syara’.

B. Akad Ijarah

1. Pengertian Ijarah

Secara bahasa ijarah digunakan sebagai nama bagi al-ajru ( ) yang

berarti “imbalan terhadap suatu pekerjaan” ( ) dan “pahala”

( ). Asal katanya adalah: dan jamaknya adalah . Wahbah

al-Zuhaily menjelaskan ijarah menurut bahasa yaitu: yang berarti

jual beli manfaat. Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan

muamalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti sewa

menyewa, kontrak atau menjual jasa kepada orang lain seperti menjadi

buruh kuli dan lain sebagainya.

Menurut Sayyid Sabiq ijarah adalah:

Artinya: ”Ijarah di ambil dari kata “Ajrun” yaitu pergantian maka

dari itu pahala juga dinamakan upah”.

Kemudian Abi Yahya Zakaria juga mengemukakan :

Artinya : “Ijarah secara bahasa disebut upah”

Secara terminologi pengertian ijarah adalah sebagaimana yang

dikemukakan oleh para ulama di bawah ini:

a. Menurut Ulama Syafiiyah:

Artinya: “Akad atas suatu manfaat yang diketahui

kebolehannya dengan serah terima dan ganti yang diketahui

manfaat kebolehannya”.

Berdasarkan defenisi di atas maka secara etimologi ijarah adalah

imbalan atas pekerjaan atau manfaat sesuatu.

b. Menurut Ulama Hanafiyah:

Artinya: ”Akad terhadap suatu manfaat dengan adanya ganti”.

c. Menurut Ulama Malikiyyah:

Artinya: ”Ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan

yang mubah dalam waktu tertentu”.

d. Menurut Sayyid Sabiq

Artinya: ”Ijarah secara Syara’ ialah akad terhadap suatu

manfaat dengan adanya ganti”.

Dari beberapa pendapat ulama dan mazhab diatas tidak ditemukan

perbedaan yang mendasar tentang defenisi ijarah, tetapi dapat dipahami

ada yang mempertegas dan memperjelas tentang pengambilan manfaat

terhadap benda atau jasa sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dan

adanya imbalan atau upah serta tanpa adanya pemindahan kepemilikan.

Kalau diperhatikan secara mendalam defenisi yang dikemukakan

oleh para ulama mazhab di atas maka dapat dipahami bahwa unsur-unsur

yang terdapat dalam ijarah antara lain:

a. Adanya suatu akad persetujuan antara kedua bela pihak yang ditandai

dengan adanya ijab dan kabul

b. Adanya imbalan tertentu

c. Mengambil manfaat, misalnya mengupah seseorang buruh untuk

bekerja.

Al Ijarah atau sewa menyewa menurut pengertian hukum Islam

diartikan sebagai suatu akad untuk mengambil manfaat dengan jalan

penggantian.(Sayid Sabiq,13,1988:15)

Pembiayaan dalam bentuk Ijarah yaitu pemindahan hak guna atas

barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. (Ahmad Dahlan,2012:180)

Dari pengertian di atas terlihat bahwa yang dimaksud dengan sewa

menyewa itu adalah pengambilan manfaat suatu benda, jadi dalam hal ini

bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan perkataan lain dengan

terjadinya peristiwa sewa menyewa, yang berpindah hanyalah manfaat dari

benda yang disewakan tersebut, dalam hal ini dapat berupa manfaat barang

seperti kendaraan, rumah dan manfaat karya seperti pemusik, bahkan juga

dapat berupa karya pribadi seperti kendaraan.

Dalam istilah hukum islam orang-orang yang menyewakan disebut

dengan “Mu’ajjir”, sedangkan orang yang menyewa disebut dengan

“Musta’jir”, benda yang disewakan diistilahkan dengan “Ma’jur” dan uang

sewa atau imbalan atas pemakaian manfaat barang tersebut disebut dengan

“Ajaran atau Ujrah”.

Sewa-menyewa sebagaimana perjanjian yang lainnya, adalah

merupakan perjanjian yang bersifat konsensual, yang berarti menyangkut

persetujuan seluruh anggota yang terlibat, perjanjian ini mempunyai

kekuatan hukum yaitu pada saat sewa-menyewa berlangsung, dan apabila

akad sudah berlangsung, maka pihak yang menyewakan (Mu’ajjir)

berkewajiban untuk menyerahkan barang (Ma’jur) kepada pihak penyewa

(Musta’jir), dan dengan diserahkannya manfaat barang/benda maka pihak

penyewa berkewajiban pula untuk menyerahkan uang sewanya (Ujrah).

2. Dasar Hukum Akad Ijarah

Para ulama fiqh mengatakan yang menjadi dasar kebolehan akad

ijarah adalah al Qur’an, sunnah, dan Ijma’.

a. Landasan Al Qur’an

Surat Al-Thalaq ayat 6

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu

bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu

menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan

jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil,

maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka

bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu

untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan

musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan

baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain

boleh menyusukan (anak itu) untuknya”.

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa apabila orang tua

menyuruh orang lain untuk menyusukan anak mereka,maka

sebaiknya diberikan upah kepada orang yang menyusukan anak

itu.

Kemudian dalam surat Al Baqarah ayat 233:

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama

dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan

penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian

kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak

dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah

seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga

seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban

demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)

dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak

ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan

oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah

kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa

yang kamu kerjakan”.

Menurut Ibnu Katsir maksud dari ayat tersebut adalah jika

kedua orang tua tersebut sepakat untuk menyusukan anaknya

kepada orang lain, maka hal itu diperbolehkan, sepanjang mereka

mau unutk menunaikan upah yang patut kepada orang tersebut.

Kita diperbolehkan menyewa jasa orang lain untuk menyusui

anak kita, dengan syarat harus kita tunaikan pembayaran upahnya

secara layak. Penafsiran tersebut jelas memeperbolehkan kita

menyewa jasa orang lain yang tidak kita miliki (tidak mampu kita

tunaikan), dan harus mmembayarnya dengan upah yang layak.

Dari penafsiran tersebut menunjukan adanya jasa yang diberikan,

dan adanya kewajiban melakukan pembayaran yang patut atas

jasa yang diterima. (Dimyauddin Djuwaini, 2008: 155).

Kemudian Q.S Al-Qashshash (28) ayat 26-27:

Artinya: “Seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bappakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena

sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk

bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.

Berkata dia (Syu’aib): “Sesungguhnya aku bermaksud

menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini,

atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika

kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan)

dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu

insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.

Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa di dalam ayat di atas

disyaratkan adanya imbalan atau upah mengupah atau

mempekerjakan orang lain yang punya keahlian dibidangnya.

Kemudian Surat Az-Zukhruf ayat 32:

Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?

Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka

dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian

dari mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar

sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain dan

rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memberikan

kelebihan sebagian manusia atas sebagian yang lain, agar manusia

itu dapat saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya,

salah satu caranya adalah dengan melakukan akad ijarah (upah-

mengupah), karena dengan akad ijarah itu sebagian manusia dapat

mempergunakan sebagian yang lain.

b. Landasan Sunah

Artinya: telah menceritkan kepada kami Ahmad bin Muhammad

Al Malikiy telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Yahya dari

kakeknya dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda: ” tidaklah

Allah mengutus seorang nabi melainkan dia mengembalakan

kambing”. Para sahabat bertanya: “ termasuk engkau juga?”

maka beliau menjawab: “ya, akupun mengembalakannya dengan

upah beberapa qirath (keping dinar) milik penduduk Makkah”.

(HR Bukhari No. 1061, Ringkasan Shahih Bukhari. 2012: 136).

Kemudian hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a ia

berkata:

Artinya: ”Hadist dari Ibnu Thawus dari ayanya dari Ibnu Abbas

r.a dia berkata bahwa Nabi Saw pernah mengupah seorang

tukang bekam kemudian membayar upahnya”. (H.R.Bukhari)

Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa Nabi menyuruh

untuk membayar upah terhadap orang yang telah dipekerjakan.

Dari hal ini juga dapat dipahami bahwa Nabi membolehkan untuk

melakukan transaksi upah mengupah.

( )

Artinya : ”Dari Abdillah bin Umar ia berkata: Berkata

Rasulullah SAW : Berikan upah kepada pekerja sebelum

keringatnya kering” ( H.R.Ibnu Majah )

Hadits di atas menjelaskan tentang ketentuan pembayaran

upah terhadap orang yang dipekerjakan, yaitu Nabi sangat

menganjurkan agar dalam pembayaran upah itu hendaknya

sebelum keringatnya kering atau setelah pekerjaan itu selesai

dilakukan.

c. Ijma’

Mengenai kebolehan ijarah para ulama sepakat tidak ada

seorang ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma’) ini,

sekalipun ada diantara mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi

hal itu tidak ditanggapi. Jelaslah bahwa Allah SWT telah

mensyari’atkan ijarah ini yang tujuannya untuk kemaslahatan

ummat, dan tidak ada larangan untuk melakukan kegiatan ijarah.

d. Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000

Landasan hukum akad ijarah lainnya terdapat pada Fatwa DSN-

MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan akad Ijarah.

3. Rukun dan Syarat Akad Ijarah

a. Rukun Akad Ijarah

Rukun merupakan sesuatu yang mesti ada dalam sebuah

akad atau transaksi. Tanpa rukun akad tidak akan sah. Rukun

sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Karim Zaidan dalam

bukunya ”al-Wajizu fi Ushul Fiqh” sebagi berikut:

Artinya: ”Rukun adalah bagian dari hakikat sesuatu dan zatnya”.

Dari defenisi yang dikemukakan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa rukun mutlak adanya dalam sebuah akad ijarah.

Layaknya sebuah transaksi ijarah dapat dikatakan sah

apabila memenuhi rukun dan syarat. Menurut Ulama Hanafiyah

rukun dari ijarah itu hanya satu yakni ijab dan kabul dengan

menggunakan upah atau sewa (al-ijarah, al-isti’jar, al-iktira` dan

al-ikra`). Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa orang yang

berakad, sewa/imbalan dan manfaat termasuk ke dalam syarat-

syarat ijarah, bukan rukunnya. Sedangkan menurut Jumhur Ulama

rukun ijarah ada empat yaitu: orang yang berakad, sewa/imbalan,

manfaat, dan adanya sighat (ijab dan kabul). (Wahbah al-

Zuhaily,1989:731)

Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan secara terperinci

sebagai berikut:

1) Orang yang berakad

Mu’jir dan Musta’jir. Mu’jir adalah orang yang

menggunakan jasa atau tenaga orang lain untuk mengerjakan

suatu pekerjaan tertentu. Musta’jir adalah orang yang

menyumbangkan tenaganya atau orang yang menjadi tenaga

kerja dalam suatu pekerjaan dan mereka menerima upah dari

pekerjaannya itu.

2) Objek transaksi (manfaat)

Pekerjaan dan barang yang akan dijadikan objek kerja harus

memiliki manfaat yang jelas seperti mengerjakan pekerjaan

proyek, membajak sawah dan sebagainya. Sebelum

melakukan sebuah akad ijarah hendaknya manfaat yang akan

menjadi objek ijarah harus diketahui secara jelas agar

terhindar dari perselisihan dikemudian hari baik jenis, sifat

barang yang akan disewakan ataupun pekerjaan yang akan

dilakukan.(Rozalinda,2005:106)

3) Imbalan atau upah (Ujrah)

Upah sebagaimana terdapat dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia adalah uang dan sebagainya yang dibayarkan

sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang

sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu. Jadi upah

merupakan imbalan dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan.

Pembayaran upah ini boleh berupa uang dan boleh berupa

benda. Dapat kita ketahui bersama bahwa ijarah adalah

sebuah akad yang mengambil manfaat dari barang atau jasa

yang tidak bertentangan dengan hukum syara’ yang berlaku.

Oleh sebab itu, sewa atau imbalan mesti jelas dengan

ketentuan awal yang telah disepakati.

4) Sighat yaitu ijab dan kabul

Sighat pada akad merupakan suatu hal yang penting sekali

karena dari sighatlah terjadinya ijarah. Karena sighat

merupakan suatu bentuk persetujuan dari kedua belah pihak

untuk melakukan ijarah. Dalam sighat ada ijab dan kabul.

Ijab merupakan pernyataan dari pihak pertama (mu’jir) untuk

menyewakan barang atau jasa sedangkan kabul merupakan

jawaban persetujuan dari pihak kedua untuk menyewakan

barang atau jasa yang dipinjamkan oleh mu’jir. Misalnya,

anda bersedia bekerja pada proyek ini dalam waktu dua bulan

dengan upah perharinya Rp.20.000,- dan jenis pekerjaannya

yaitu pekerjaan jalan? kemudian buruh menjawab “ya”, saya

bersedia.(Amir Syarifuddin,2003:218-219)

b. Syarat sahnya akad ijarah

Untuk sahnya sewa menyewa, pertama sekali harus dilihat

terlebih dahulu orang yang melakukan perjanjian sewa menyewa

tersebut, yaitu apakah kedua belah pihak telah memenuhi syarat

untuk melakukan perjanjian pada umumnya.

Unsur yang terpenting untuk diperhatikan yaitu kedua

belah pihak cakap bertindak dalam hukum yaitu punya

kemampuan untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk

(berakal). Imam Asy-Syafi’i dan Hambali menambahkan satu

syarat lagi, yaitu dewasa (baligh), perjanjian sewa menyewa yang

dilakukan oleh orang yang belum dewasa menurut merekan

adalah tidak sah, walaupun mereka sudah berkemampuan untuk

membedakan mana yang baik dan yang buruk (berakal).

Sedangkan untuk sahnya perjanjian sewa-menyewa harus

terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Masing-masing pihak rela untuk melakukan perjanjian

sewa-menyewa, maksudnya kalau dia dalam perjanjian

sewa-menyewa itu terdapat unsur pemaksaan, maka sewa-

menyewa itu tidak sah.

Ketentuan ini sejalan dengan bunyi surat An-Nisa ayat 29

yang artinya:

“Hai orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara

kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu,

sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.

2) Harus jelas dan terang mengenai obyek yang diperjanjikan;

Harus jelas dan terang mengenai obyek sewa-menyewa,

yaitu barang yang dipersewakan disaksikan sendiri,

termasuk juga masa sewa (lama waktu sewa-menyewa

berlangsung) dan besarnya uang sewa yang diperjanjikan.

3) Obyek sewa-menyewa dapat digunakan sesuai

peruntukannya;

Maksudnya kegunaan barang yang disewakan itu harus jelas,

dan dapat dimanfaatkan oleh penyewa sesuai dengan

peruntukannya (kegunaan) barang tersebut, andainya barang

itu tidak dapat digunakan sebagaimana yang diperjanjikan

maka perjanjian sewa-menyewa itu dapat dibatalkan.

4) Obyek sewa-menyewa dapat diserahkan;

Maksudnya barang yang diperjanjikan dalam sewa-

menyewa harus dapat diserahkan sesuai dengan yang

diperjanjikan, dan oleh karena itu kendaraan yang akan ada

(baru rencana untuk dibeli) dan kendaraan yang rusak tidak

dapat dijadikan sebagai obyek perjanjian sewa-menyewa,

sebab barang yang demikian tidak dapat mendatangkan

kegunaan bagi pihak penyewa.

5) Kemanfaatan obyek yang diperjanjikan adalah yang

dibolehkan dalam agama;

Perjanjian sewa-menyewa barang yang kemanfaatannya

tidak dibolehkan oleh ketentuan hukum agama adalah tidak

sah dan wajib untuk ditinggalkan, misalnya perjanjian

sewa-menyewa rumah, yang mana rumah itu digunakan

untuk kegiatan prostitusi, atau menjual minuman keras serta

tempat perjudian, demikian juga memberikan uang kepada

tukang ramal.

Selain itu juga tidak sah perjanjian pemberian uang (Ijarah)

puasa atau shalat, sebab puasa dan shalat termasuk

kewajiban individu yang mutlak dikerjakan oleh orang yang

terkena kewajiban. (H.Chairuman Pasaribu, 1994:54)

Sesuatu yang diakadkan (barang dan pekerjaan) disyaratkan:

a) Objek yang diijarahkan dapat di serah-terimakan dengan

baik manfaat maupun bendanya.

b) Manfaat dari objek yang diijarahkan harus yang dibolehkan

agama, maka tidak boleh ijarah terhadap maksiat seperti

mempekerjakan sesorang untuk mengajarkan ilmu sihir atau

mengupah orang untuk membunuh orang lain.

c) Manfaat dari pekerjaan harus diketahui oleh kedua belah

pihak sehingga tdak muncul pertikaian dan perselisihan

dikemudian hari.

d) Manfaat dari objek yang akan di ijarahkan sesuatu yang

dapat dipenuhi secara hakiki.

e) Jelas ukuran dan batas waktu ijarah agar terhindar dari

persengketaan atau perbantahan.

f) Perbuatan yang diijarahkan bukan perbuatan yang

diwajibkan oleh mu’ajir seperi sholat, puasa dan lain-lain.

g) Pekerjaan yang diijarahkan menurut kebiasaan dapat

diijarahkan seperti menyewakan toko, computer, maka tidak

boleh menyewakan pohon untuk menjemur pakaian, karena

hal itu diluar kebiasaan.(Rozalinda,2005:106)

Untuk sahnya ijarah, sesuatu yang dijadikan sebagai upah

atau imbalan harus memenuhi syarat berikut:

a) Upah berupa benda yang diketahui yang dibolehkan

memanfaatkannya (mal mutaqqwwim).

b) Sesuatu yang berharga atau dapat dihargai dengan uang

sesuai dengan adat kebiasaan setempat.

c) Upah /imbalan tidak disyaratkan dari jenis yang di akadkan

misalnya sewa rumah dengan sebuah rumah.

(Rozalinda,2005:107)

Terhadap imbalan ada beberapa ketentuan dalam hal

menerima atau memberikan:

a) Imbalan atau upah tersebut hendaknya disegerakan

pembayarannya.

b) Mesti ada kejelasan berapa banyak yang diterima sehingga

kedua belah pihak akan terhindar dari hal-hal yang tidak

diinginkan di kemudian hari.

c) Imbalan atau upah dapat diberikan sesuai dengan

kesepakatan yang telah dibuat bersama. Apakah diberikan

seluruhnya atau selesai waktunya. Ini semua tergantung

kebiasaan yang terjadi pada masyarakat asalkan tidak ada

yang terzalimi terhadap upah yang akan diterima.

d) Imbalan atau upah benar-benar memberikan manfaat baik

berupa barang atau jasa, sesuai dengan ketentuan yang

disepakati bersama sehingga kedua belah pihak saling

merasa puas dan tidak ada yang merasa dirugikan satu sama

lainnya. Maksudnya, terhadap semua kesepakatan yang

telah dibuat oleh kedua belah pihak tersebut memang mesti

ditunaikan.

e) Upah atau imbalan mesti berupa benda yang diketahui yang

diperbolehkan memanfaatkanya.

f) Sighat (ijab dan kabul) disyaratkan berkesesuaian dan

menyatunya majelis akad seperti yang disyaratkan dalam

akad jual beli. Maka akad ijarah tidak sah jika antara ijab

dan kabul tidak bersesuaian, seperti antara objek akad dan

batas waktu.

C. Pembiayaan Modal Kerja Ijarah

Ijarah merupakan salah satu pembiayaan di Perbankan Syariah.

Ijarah adalah akad pemindahan hak penggunaan atau pemanfaatan atas

barang atau jasa dengan melalui pembayaran sewa kepada pemilik. Ijarah

atau sewa terdiri dari dua macam yaitu ijarah (sewa-menyewa) dan ijarah

al-muntahia bit tamlik (sewa dengan hak opsi atau sewa beli). Ijarah tanpa

kepemilikan adalah pemindahan hak penggunaan atau pemanfaatan tanpa

diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Ijarah al-

muntahia bit tamlik atau ijarah waiqtina adalah perpaduan antara kontrak

jual beli dan sewa menyewa atau dengan kata lain akad sewa menyewa

yang diakhiri pemindahan kepemilikan ke tangan penyewa.

Prinsip pembiayaan yang digunakan oleh bank syariah adalah prinsip

sewa beli atau ijarah al-muntahia bit tamlik, karena sifat pembiayaan

adalah untuk menolong para pengusaha yang membutuhkan modal dan

bank juga tidak bermaksud untuk memiliki barang tersebut. Dalam hal ini

kedudukan nasabah sebagai lessee yang memperoleh hak untuk

menggunakan modal selama jangka waktu tertentu, sedangkan bank

syariah adalah sebagai lessor yaitu pemilik barang modal. (Fetria Eka

Yudiana,2014:56)

Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian campuran antara sewa

menyewa dan jual beli yang mempunyai karakteristik berbeda dengan

sewa menyewa. Didalam sewa beli di masa akhir penyewaan, nasabah

memperoleh kesempatan untuk memiliki barang modal yang bersangkutan.

Hal hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisa pemberian

pembiayaan antara lain:

1. Jenis usaha. Kebutuhan modal kerja masing-masing jenis usahan

berbeda-beda.

2. Skala usaha. Besarnya kebutuhan modal kerja suatu usaha sangat

tergantung kepada skala usaha yang dijalankan. Semakin besar usaha

yang dijalankan, kebutuhan modal kerja akan semakin besar.

3. Tingkat kesulitan usaha yang dijalankan. Beberapa pertanyaan yang

harus dijawab dalam melakukan analisis pembiayaan antara lain:

a. Apakah proses produksi membutuhkan tenaga ahli atau terdidik

atau terlatih atau dengan menggunakan peralatan yang canggih?

b. Apakah perusahaan memiliki tenaga ahli dan peralatan yang

dibutuhkan untuk menunjang proses produksi?

c. Apakah perusahaan memiliki sumber pasokan bahan baku yang

tetap yang dapat menjamin kesinambungan proses produksi?

4. Karakter transaksi dalam sektor usaha yang akan dibiayai. Dalam hal

ini yang harus ditelaah adalah:

a. Bagaimana sistem pembayaran pembelian bahan baku?

b. Bagaimana sistem penjualan hasil produksi, tunai atau cicilan?

D. Pembatalan dan Berakhirnya Akad Ijarah

Ijarah adalah jenis akad lazim, yaitu akad yang tidak membolehkan

adanya fasakh pada salah satu pihak, karena ijarah merupakan akad

pertukaran, kecuali bila didapati hal-hal yang mewajibkan fasakh. Ijarah

akan menjadi batal (fasakh) bila ada hal-hal sebagai berikut:

1. Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan

penyewa;

2. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah menjadi runtuh dan

sebagainya;

3. Rusaknya barang yang diupahkan (ma’jur ‘alaih), seperti baju yang

diupahkan untuk dijahitkan;

4. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, berakhirnya masa yang telah

ditentukan dan selesainya pekerjaan;

5. Menurut hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak, seperti

yang menyewa toko untuk dagang kemudian dagangannya ada yang

mencuri, maka ia dibolehkan memfasakhkan sewaan itu. (Hendi

Suhendi,2014:122)

BAB III

GAMBARAN UMUM BMT TUMANG CABANG TUMANG

A. Latar Belakang Pendirian BMT Tumang

Berangkat dari keprihatinan akan nasib masyarakat Desa Tumang yang

sulit dalam mengakses permodalan dari perbankan,serta banyak warga

masyarakat yang terjerat rentenir, pada bulan Februari 1997 beberapa warga

Tumang yang telah bekerja / berdomisi di Jakarta berinisitif untuk mendirian

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) di Desa Tumang.

Setelah dilakukan beberapa kali pertemuan dan sosialisasi pendirian,

maka pada tanggal 1 oktober 1998 Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

TUMANG mulai beroperasi dengan modal awal 7.050.000 rupiah, dengan

menggunakan kantor (pinjam) salah satu ruangan tidak terpakai di Komplek

Balai DesaTumang, Cepogo, Boyolali.

Setelah beberapa saat operasional pada tanggal 10 April 1999, BMT

TUMANG baru mendapatkan badan hukum dari Koperasi dengan

NomorBadan Hukum : 242/BH/KDK.11.25/IV/ 1999 dengan nama KSU

BMT TUMANG. Kemudian pada bulan Januari 2011 dilaksanakan

Perubahan Anggaran Dasar (PAD) yang telah disahkan oleh Dinas Koperasi

Wilayah Jawa Tengah Nomor : 02/PAD/XIV/I/2011, dengan Nama :

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT TUMANG, dengan wilayah

operasional Propinsi Jawa Tengah. (Bab_2 Renstra BMT__Profil BMT)

Keberlangsungan KJKS BMT TUMANG dalam jangka panjang dan

berkembang secara terus menerus serta dapat memberikan manfaat positif

bagi masyarakat merupakan cita-cita mulia para pendiri BMT. Untuk

menjaga cita-cita luhur tersebut maka BMT harus dikelola dengan baik yang

berprinsip pada tata kelola lembaga yang baik dengan bercirikan syariah.

Tata kelola BMT yang baik harus didukung adanya sistem yang

memadai menyangkut aspek perencanaan, aspek pelaksanaan (adanya SOP

yang handal), dan aspek pertanggungjawaban (akuntabilitas). Perencanaan

yang baik hendaknya didukung adanya sub sistem perencanaan meliputi

perencanaan jangka pendek; perencanaan jangka menengah, dan perencanaan

jangka panjang. Aspek pelaksanaan yang baik hendaknya didukung adanya

SOP yang handal; sistem pengendalian intern yang baik, ketersediaan sarana

prasarana yang memadai, serta ketersediaan SDM yang kompeten. Sedangkan

aspek akuntabilitas yang baik adalah setiap kegiatan BMT mendasarkan pada

SOP dan berdasarkan tata kelola yang baik serta wajib melaporkan

kegiatanya (mandatory) secara berkala.

Dalam rangka memenuhi aspek perencanaan yang baik perlu adanya

perencanaan jangka menengah yang lazim disebut RENCANA STRATEGIS.

Penyusunan Rencana Strategis ini mengacu pada pendekatan manajemen

strategis yang berkembang pada saat ini, yaitu keberhasilan pencapain tujuan

institusi/lembaga/organisasi hendaknya tidak semata-mata diukur dari

pencapaian hasil financial (pencapaian laba), namun ditujukan juga pada

kepuasan pengguna (masyarakat/nasabah); adanya proses ketatalaksanaan

yang baik, serta adanya peningkatan kapasitas kelembagaan secara terus

menerus. Hal ini sejalan dengan konsep pendirian BMT bahwa keberhasilan

BMT diukur dari 2 (dua) aspek strategis , yaitu aspek jasadiyah dan aspek

ruhiyah. Aspek Jasadiyah menekankan keberhasilan dari perspektif : kinerja

keuangan, kelembagaan dan manajemen, sedangkan aspek ruhiyah

menekankan keberhasilan dari aspek : visi dan misi; kepekaan sosial; rasa

memiliki; dan syariah. Untuk menjabarkan dan menindaklanjuti hal-hal

tersebut maka perlu disusun sebuah perencanaan sebagai pedoman

pelaksanaan operasional BMT.

Rencana Strategis adalah suatu proses yang berorientasi pada hasil yang

ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun

dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau

mungkin timbul. Rencana Strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran,

kebijaksanaan, dan program dengan mengantisipasi perkembangan masa

depan.

Rencana Strategis (RENSTRA) BMT TUMANG Tahun 2016-2020

dimaksudkan untuk :

1. Menggali, mengelola dan mengerahkan semua potensi yang ada dengan

memperhatikan lingkungan strategis dan faktor-faktor kunci keberhasilan.

2. Menjadi pedoman penyusunan Rencana Kerja Tahunan/Rencana Kerja

dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun berjalan.

3. Dan sebagai pedoman untuk mengukur keberhasilan kinerja atau

pencapaian tujuan dalam waktu lima tahun.

Sedangkan tujuan penyusunan Renstra adalah untuk membuat pedoman

dan arah strategis yang tepat untuk mencapai tujuan dan sasaran BMT

TUMANG yang didasarkan atas prinsip-prinsip tata kelola lembaga keuangan

syariah yang baik (Good Corporate Governance) sesuai dengan Visi, Misi,

Tujuan, dan Sasaran Strategis BMT TUMANG. (Bab_1 Renstra

BMT_Pendahuluan)

B. Identitas Lembaga

1. Nama Lembaga : KJKS BMT TUMANG

2. Diresmikan pada tanggal : 30 September 1998

3. Alamat Kantor Pusat : Jl.Boyolali–Semarang Km.01, Penggung,

Boyolali, Jawa Tengah 57362 Telp. (0276) 323 034 Faks. (0276) 323 336

4. Alamat Kantor Cabang :

a. TUMANG – Jl. Melati 12 Tumang, Cepogo, Boyolali Telp. 0276

323 335

b. CEPOGO – Jl. Boyolali – Magelang Km.10 Cepogo, Boyolali Telp.

0276 323 454

c. BOYOLALI - Jl. Pandanaran No. 299, Boyolali Telp. 0276 323 034

d. AMPEL – Jl. Raya Ampel (Depan Pasar Ampel), Ampel, Boyolali

Telp. 0276 330 626

e. ANDONG – Jl. Raya Kacangan Andong Boyolali Telp. 0271

7893025

f. KARTASURA – Jl. Ahmad Yani No.83 Telp. 0271 784385

g. SALATIGA – Jl. Sukowati No.9 Salatiga Telp. 0298 312729

h. DELANGGU – Jl. Raya Solo – jogja KM 21(selatan pasar

delanggu) Delanggu, klaten Telp. 0272554358

i. SELO – Jl. Boyolali- Magelang KM.18,Selo Boyolali Telp. 0276

3295240

j. SIMO – Jl. Singoprono Raya KM 01 Pelem, Simo, Boyolali

k. SURUH – Jl. Raya Suruh-Salatiga, Kab. Semarang (Timur Pasar

Suruh) Tlp (0298) 317434

l. SOLO – Jl. Brigjend Sudiarto 5/2, Joyosuran, Pasar Kliwon,

Surakarta Telp (0271) 642257

m. GRABAG – Jl.KH Siraj, Desa Krajan I, Grabag, Magelang

n. KARANGPANDAN – Jl Lawun No 85, Kangpandan, Karanganyar

o. JATINOM – Jl. Raya Pasar Gabus, Jatinom, Klaten

C. Kelengkapan Lembaga

1. Badan Hukum : 242/BH.KDK.11.25/IV/1999

2. Perubahan Anggaran Dasar : 02/PAD/XIV/I/2011

3. Nomor Pokok Wajib Pajak : 02.014.0381.4-526.000

4. SIUP : 063/11.32/PK/X/2012

5. TDP : 113324600215

6. Jangkauan pelayanan : Provinsi

7. Waktu Operasional : Hari Senin – Jum’at, jam 07.30 – 16.30

WIB

D. Visi dan Misi BMT Tumang

1. Visi

“ Menjadi lembaga Keuangan Syariah yang mandiri, terdepan dan

sejahtera ”

Makna Visi :

Visi tersebut menggambarkan suatu semangat untuk membangun

ekonomi masyarakat (umat) dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

para anggota BMT melalui tata kelola yang baik, tangguh, dan terdepan

menuju kemandirian BMT dengan bercirikan syariah yang diridhoi

Allah SWT.

2. Misi

Untuk mencapai Visi tersebut telah dirumuskan 3 (tiga) Misi

sebagai berikut :

a. Mewujudkan lembaga keuangan syariah yang mandiri, terdepan,

amanah, dan sejahtera

Penjelasan :

BMT Tumang berupaya mewujudkan sebuah lembaga keuangan

syariah yang terdepan (modern) dari segi pelayaan dan daya dukung

operasional. Mutu pelayanan dan daya dukung operasial hendaknya

sejajar atau lebih tinggi dengan lembaga keuangan syariah/non

syariah terkemuka.BMT Tumang akan berupaya secara terus

menerus meningkatkan lembaga BMT Tumangtanpa tergantung

pada pihak-pihak tertentu, namun mengandalkan pada kekuatan yang

dimiliki (mandiri) serta mampu memanfaatkan peluang yang ada

dengan bekerja cerdas dan keras. Dalam melaksanakan jasa layanan

keuangan syariah kepada masyarakat BMT mengutamakan norma-

norma kebaikan (amanah), memiliki kepekaan sosial yang tinggi

sehingga keberadaan BMT dapat memberikan nilai tambah bagi

pengguna jasa keuangan syariah serta dapat meningkatkan

kesejahteraan bagi anggota BMT serta masyarakat luas.

b. Membangun kualitas SDM yang tangguh, profesional dan berdaya

saing tinggi

Penjelasan :

Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan, BMT berupaya

membangun kapasitas SDM yang profesional yang memiliki tingkat

keahlian tinggi pada masing-masing bidang dan memiliki integritas

yang baik (tangguh, jujur, pekerja keras, bekerja dengan ikhlas dan

berjiwa amanah), sehingga memiliki daya saing tinggi dan mampu

menghadapi tantangan masa kini dan masa yang akan datang.

c. Mewujudkan pelayanan keuangan syariah yang unggul dengan

dukungan sistem informasi terkini dan sarana prasarana yang

memadai.

Penjelasan :

Untuk mendukung layanan keuangan syariah yang unggul, BMT

berupaya meningkatkan sarana prasarana yang memadai. Selain

tersedia sarana prasarana yang memadai layanan BMT perlu

didukung oleh ketersediaan infrastruktur teknologi informasi terkini

( modern) sesuai perkembangan zaman.

E. Struktur Organisasi BMT Tumang Cabang Tumang

F. Tugas dan Tanggungjawab

1. Manager Cabang

Manager selaku penanggungjawab seluruh kegiatan operasional

diperusahaan memegang peranan strategis dalam mengembangkan

layanan serta kinerja perusahaan. Tugas dan tanggungjawab Manager

Cabang antara lain:

a. Tersusunnya sasaran, rencana jangka pendek, rencana jangka

panjang, serta proyeksi (finansial maupun non finansial)

b. Tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan

c. Menjaga kantor agar dalam aktivitasnya senantiasa tidak lari dari visi

dan misinya

d. Menjaga keamanan dana anggota dan calon anggota yang dihimpun

dan pembiayaan yang diberikan serta seluruh asset KJKS.

e. Memastikan bahwa pengelolaan kas Kanca dan surat-surat berharga

telah benar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk menjaga

aset bank.

f. Memastikan bahwa pelayanan kas, pelayanan dana jasa (termasuk

devisa dan Surat Kredit Berjangka Dalam Negeri/SKBDN) dan

pelayanan pinjaman serta kegiatan back office telah sesuai ketentuan

guna menghindari resiko yang mungkin timbul.

g. Memastikan bahwa semua keluhan anggota atas pelayanan yang

diberikan sudah ditindak lanjuti dengan benar sesuai dengan

ketentuan yang berlaku untuk mewujudkan kepuasan anggota

dengan tetap memperhatikan kepentingan bank.

h. Menerbitkan laporan keuangan, laporan perkembangan pembiayaan

dan laporan mengenai penghimpunan dana anggota secara lengkap,

akurat dan sah baik harian, bulanan maupun sesuai dengan periode

yang dibutuhkan. (Ahmad Sumiyanto,2008:221)

2. Marketing Finance

CMO (Credit Marketing Officer) adalah sebuah jabatan yang

umumnya ada di sebuah perusahaan pembiayaan (finance). Adapun

tugas-tugas dan tanggung jawab CMO (Credit Marketing Officer) antara

lain adalah:

a. Memastikan seluruh pengajuan pembiayaan telah diproses.

b. Memastikan analisis pembiayaan telah dilakukan dengan tepat dan

lengkap sesuai dengan kebutuhan dan mempresentasikan dalam rapat

komite.

c. Melihat peluang dan potensi pasar yang ada dalam upaya

pengembangan pasar.

d. Mengevaluasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang

berkaitan dengan angsuran pembayaran.

e. Menyelenggarakan administrasi pembiayaan dari pencairan hingga

pelunasan.

f. Memastikan tidak ada selisih antara dana yang dijemput dengan dana

yang disetorkan

g. Menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang meliputi, melakukan

analisis bersama manager atas pembiayaan-pembiayaan yang

bermasalah.

h. Melakukan verifikasi terhadap kebenaran dan legalitas dokumen-

dokumen persyaratan kredit yang diberikan oleh calon Debitor

dengan memberikan stempel “COPY SESUAI ASLI” pada semua

dokumen persyaratan kredit yang diperoleh,

i. Melengkapi dokumen persyaratan kredit yang masih belum

diserahkan oleh Debitor (Memo Pending) dalam waktu yang telah

ditentukan oleh perusahaan,

j. Memberikan rekomendasi terhadap permohonan aplikasi kredit dari

calon Debitor setelah melakukan survey. (Ahmad Sumiyanto:233)

3. Marketing Funding

Marketing funding merupakan salah satu bagian dari fungsi

pekerjaan di dalam dunia perbankan. Marketing merupakan proses atau

kegiatan untuk mempromosikan barang atau jasa atau produk dalam segi

perbankan, dan Funding adalah kegiatan menghimpun dana atau bisa

didefinisikan sebagai suatu kegiatan membeli dana dari masyarakat.

Tugas dan tanggung jawab marketing funding antara lain:

a. Marketing Funding sendiri bertanggung jawab memastikan target

funding tercapai sesuai dengan rencana.

b. Membuka hubungan dengan pihak luar dalam rangka funding.

c. Tersosialisasinya produk-produk funding pada anggota dan calon

anggota.

d. Memberi usulan untuk pengembangan produk funding manager.

e. Mensosialisasikan produk-produk untuk keperluan penghimpunan

dana.

f. Melakukan funding sesuai dengan tugas yang diberikan. (Ahmad

Sumiyanto:232)

4. Kasir/Teller

Kasir sebagai pemegang dan pengontrol uang kas masuk dan keluar

dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Memberikan form kepada anggota yang akan mengajukan kredit

kepada perusahaan.

b. Meminta nasabah untuk menunjukkan kartu identitas asli beserta

copy dan melakukan pengecekan kebenaran identitas tersebut.

c. Membantu anggota dalam menghitung besarnya biaya yang harus

dikeluarkan terhadap kredit yang akan dicairkan.

d. Mencetak dan memberikan bukti pembayaran yang akan dilakukan

anggota.

e. Menghitung uang yang akan diterima dari anggota dicocokkan

dengan bukti pembayaran yang telah dicetak sebelumnya. ( Ilmiana

Sofia,2016:68)

5. Back Office

Di posisi Back Office ada petugas devisa yang memiliki tugas

dalam pengurusan dokumen yang berkaitan dengan transaksi anggota.

Untuk back office ini dalam pengerjaan pembuatan produk bank seperti

cek/giro membutuhkan waktu serta dokumen ekstra, sehingga jenis

pekerjaan ini bukan pekerjaan yang tugasnya bisa selesai dalam satu

hari.

6. Customer Servise / CS

Adapun tugas dan wewenang Customer Servise antara lain:

a. Menyelenggarakan pelayanan yang memuaskan (service excellent)

kepada anggota BMT.

b. Mengarsipkan seluruh dokumen-dokumen simpanan, dokumen

lembaga, dokumen pembiayaan serta dokumen penting lainnya.

c. Mengarsipkan surat masuk dan keluar serta notulasi rapat

d. Menyelenggarakan absensi kehadiran karyawan dan dokumentasi

hasil penilaian seluruh karyawan.

e. Melakukan pelayanan terhadap pembukaan dan penutupan rekening

simpanan serta mutasinya.

f. Mengarsipkan dokumen simpanan.

g. Melakukan pekerjaan kehumasan dalam internal maupun eksternal

baik organisasi, publik maupun instansi pemerintah untuk

membangun image dan keredibilitas. (Ahmad Sumiyanto:224)

7. Administrasi

Kegiatan di fungsi Administrasi ini meliputi penetaan tujuan serta

cara-cara penyelenggaraan pembiayaan dan kegiatan yang berkaitan

dengan ketatausahaan seperti mencatat dan menyimpan file atau

dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan pembiayaan.

Menurut juklak Support Pembiayaan tugas dari fungsi Administrasi

mencakup :

a. Mempersiapkan proses pencairan pembiayaan

b. Mempersiapkan proses pelepasan jaminan

c. Melakukan penutupan asuransi dan membantu klaim asuransi

d. Membuat laporan SID (eksternal), Laporan jatuh tempo pembiayaan,

TBO, jth tempo asuransi dan jaminan, laporan realisasi pencairan,

laporan back to back, laporan FPN, laporan monitoring KJPP,

laporan BMPK dan rekap hasil komite.

e. Membuat surat keterangan lunas/perpanjangan STNK atas BPKB

yang dijaminkan

f. Melayani permintaan BI Checking

g. Melakukan penyimpanan dokumen dan data

h. Mengupdate FPN kolektibilitas dan dilaporkan kepada divisi terkait

(http://www.kompasiana.com/andireza8/fungsi-administrasi-

pembiayaan_552838386ea8344e5b8b4649 diakses pada tanggal 11

Juli 2017)

G. Produk - Produk BMT Tumang Cabang Tumang

Seperti yang kita ketahui bahwa akad dalam ekonomi Syari’ah

sangatlah banyak, tetapi pada suatu instansi keuangan syari’ah tidak semua

akad mereka laksanakan dalam program kerjanya. Seperti pada BMT Tumang

ini hanya melakukan beberapa akad yang termasuk dalam program kerjanya,

yaitu diantaranya:

1. Akad Mudharabah

Yaitu bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik

modal (shahibul mal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola

(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan

kerjasama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal

dan keahlian dari pengelola.

Transaksi ini tidak mewajibkan adanya wakil dari shahibul maal dalam

managemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus

bertindak hati-hati dan bertanggungjawab atas kerugian yang terjadi

akibat kelalaian dan tujuan penggunaan modal untuk usaha halal.

Sedangkan shahibul maal diharapkan untuk mengelola modal dengan

cara tertentu untuk menciptakan laba yang optimal.

2. Akad Musyarakah

Yaitu akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha

tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan

ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan,

sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.

3. Akad Murabahah

Yaitu akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya

kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih

sebagai keuntungan yang disepakati.

4. Akad Ijarah

Yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atau suatu barang atau jasa

dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

5. Akad Qardh

Yaitu akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa

nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang

telah disepakati.

Diantara kelima produk BMT Tumang tersebut Akad Mudharabah

lah yang paling banyak dilakukan oleh pihak BMT Tumang cabang

Tumang, karena di daerah sekitar desa Tumang sendiri kegiatan ekonomi

masyarakatnya mayoritas adalah pengusaha kuningan yang

membutuhkan banyak modal tambahan untuk usahanya. Maka dari itu

masyarakat desa sekitar Tumang banyak melakukan Akad Mudharabah

untuk mendapatkan modal tambahan usahanya melalui BMT Tumang

cabang Tumang ini.

Akad Ijarah untuk dana talangan umroh termasuk produk baru dari

BMT Tumang, dan untuk saat ini baru ada 5 (lima) orang yang ikut Akad

Ijarah untuk talangan umroh ini.

H. Mekanisme Pelaksanaan Akad Ijarah untuk Dana Talangan Umroh

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Ibu Diyah

Sayekti WM, S.E selaku Manager Cabang di BMT Tumang Cabang Tumang.

Akad Ijarah adalah akad yang digunakan untuk jenis pembiayaan untuk dana

talangan Umroh pada BMT Tumang ini. Tahap-tahap yang dilakukan untuk

melakukan pembiayaan Ijarah untuk dana talangan Umroh ini sebagai

berikut:

1. Sebelum anggota ingin ikut dalam pelaksanaan Umroh di BMT Tumang

ini, anggota wajib melakukan survey ke BMT untuk menanyakan

mekanisme pelaksanaan Akad Ijarah tersebut.

2. Anggota wajib melampirkan identitas dan syarat-syarat yang harus

dilampirkan seperti fotocopy kartu keluarga, fotocopy surat nikah,

fotocopy KTP.

3. Akad ijarah ini merupakan akad yang mengandalkan Upah dari anggota

dalam pelaksanaannya, karena pihak BMT Tumang telah memfasilitasi

anggota untuk melaksanakan Umroh tersebut. Disini anggota dan pihak

BMT akan melakukan tawar menawar dari Upah(Ujrah) yang akan

diterima oleh pihak BMT, ketika anggota dan pihak BMT telah sepakat

dengan Ujrah yang ditetapkan antara kedua pihak maka proses dapat

dilanjutkan.

4. Setelah anggota paham dengan ketentuan yang diberikan oleh pihak

BMT, anggota wajib memberikan DP atau uang muka sebesar Rp

5.000.000,-/orang.

5. Setelah urusan administrasi selesai pihak BMT akan mengantarkan

anggota yang ikut Umroh untuk membuat Paspor ke badan Imigrasi dan

melakukan cek kesehatan serta suntik miningitis sebelum

pemberangkatan Umroh tersebut.

6. Setelah semua urusan anggota terselesaikan, pihak BMT melakukan

pembayaran pelunasan biaya Umroh kepada PBMT Travel di Pusat

seminggu setelah kelengkapan surat menyurat dari anggota terselesaikan.

7. Anggota akan mendapatkan perlengkapan umroh seperti koper, pakaian

ihrom, air zam-zam dll dari pihak BMT Tumang.

8. Setelah itu, anggota tinggal menunggu keberangkatan Umroh.

Dibawah ini peneliti akan menjelaskan tentang perhitungan pemberian

Upah(Ujrah) sesuai yang pernah terjadi di BMT Tumang cabang Tumang:

Seorang kepala keluarga Bapak Santoso, mempunyai seorang istri bernama

Ibu Nyartini, dengan seorang Ibu dari Bapak Santoso dan 2 rekan kerja Bapak

Santoso. Mereka bertempat tinggal di desa Kupo RT 02 RW 03 Cepogo.

Mereka ingin melakukan ibadah umroh dengan menggunakan akad Ijarah di

BMT Tumang cabang Tumang ini. Setelah melakukan registrasi dengan

memberikan ketentuan dan syarat-syarat yang diberikan oleh BMT Tumang,

Bapak Santoso ini memberikan uang muka yang telah ditentukan oleh BMT

Tumang sebesar Rp 5.000.000,-/orang, karena 5 orang maka Uang muka yang

harus dibayarkan oleh Bapak Santoso adalah sebesar Rp 25.000.000,- . Bapak

Santoso berniat melakukan ibadah Umroh pada bulan Ramadhan, biaya

Umroh di bulan ramadhan berbeda dengan bulan-bulan biasanya yaitu

mengalami kenaikan biaya umroh yang telah ditetapkan dari PBMT Travel

sebesar Rp 32.160.000,-/orang.

Mekanismenya:

Biaya umroh dibulan Ramadhan Rp 32.160.000,-/orang x 5 orang maka

totalnya Rp 160.800.000,-

Uang muka total Bapak Santoso adalah Rp 25.000.000,-

Jadi kekurangan biaya Umroh

Rp 160.800.000 – Rp 25.000.000 = Rp 135.800.000,-

Kekurangan tersebut dibagi 5 orang maka Rp 135.000.000,- : 5 = Rp

27.160.000,- /orang.

Pihak BMT dan nasabah telah melakukan tawar menawar mengenai berapa

persen upah (Ujroh) yang akan diterima oleh pihak BMT terhadap

pelaksanaan Akad Ijarah tersebut, akhirnya kedua belah sepakat untuk

memberikan Ujroh kepada pihak BMT + 1,49% dari kekurangan biaya umroh

tersebut. Dan nasabah telah sanggup untuk membayar cicilan kekurangan

biaya umroh tersebut selama 2 tahun.

Kekurangan biaya Umroh per orang Rp 27.160.000,- : 24 bulan karena 2

tahun = Rp 1.131.700,-/bulan

Jadi ujroh per orang : Rp 27.160.000 x 1,49% = Rp 404.684,-

Cicilan yang harus dibayar anggota adalah Rp 1.131.700,- +

Rp 404.684,- = Rp 1.536.384,-/orang

Karena 5 orang maka total cicilan tiap bulan Rp 1.536.384,- x 5 =

Rp 7.681.920,-

I. Pelaksanaan Akad Ijarah untuk Dana Talangan Umroh

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak

Santoso di Desa Kupo Rt 02 Rw 03 Cepogo pada tanggal 26 Juli 2017, selaku

anggota BMT Tumang yang melakukan Akad Ijarah untuk dana talangan

Umroh. Pelaksanaan Akad Ijarah adalah sebagai berikut:

1. Bapak santoso melihat brosur yang isinya tentang dana talangan umroh

dengan menggunakan Akad Ijarah pada awal bulan Mei.

2. Kemudian bapak Santoso mendatangi kantor BMT Tumang dan

menanyakan bagaimana cara untuk ikut talangan umroh tersebut.

3. Pihak BMT Tumang menjelaskan kepada Bapak Santoso dan

memberitahukan apa saja syarat dan ketentuannya.

4. Setelah syarat dan ketentuan terpenuhi, bapak Santoso melakukan

pembayaran uang muka kepada pihak BMT Tumang. Bapak Santoso

berangkat umroh dengan seorang istrinya yaitu Ibu Nyartini dan ibu dari

bapak Santoso sendiri, serta 2 (dua) orang rekan kerjanya. Maka uang

muka yang dibayarkan bapak Santoso sebesar Rp 25.000.000,-.

5. Setelah itu, pihak BMT Tumang yang menentukan, menghitung dan

menjelaskan kekurangan biaya umroh yang harus dibayar oleh Bapak

Santoso selama 2 (dua) tahun, karena Bapak Santoso ingin melakukan

sisa pembayaran selama 2 (dua) tahun.

6. Setelah Bapak Santoso dan 4 (empat) orang lainnya menyetujui

perhitungan pembayaran kekurangan biaya umroh maka dilanjutkan

membuat paspor ke kantor imigrasi dan ditemani oleh pihak BMT, dan

biaya pembuatan paspor ditanggung oleh Bapak Santoso sendiri

kemudian dilanjutkan dengan cek kesehatan serta suntik miningitis

sebelum pemberangkatan umroh.

7. Sebelum pemberangkatan Bapak Santoso dan 4 (empat) orang lainnya

mendapatkan fasilitas seperti, bimbingan manasik di tanah air dan tanah

suci, pembimbing atau tour leader, perlengkapan (koper, tas kecil,

seragam, kain ihram/mukena dan bergo, syal, buku do’a dan buku

panduan, ID Card/kartu pengenal), visa umroh, tiket pesawat pulang

pergi, bis AC selama di tanah suci, Hotel sesuai paket/program, makan

3x sehari. City tour di Madinah Makkah dan Jeddah, Air zam-zam 5 liter,

dan tiket lokal dan handling.

8. Setelah semuanya urusan terselesaikan, Bapak Santoso dan 4 (empat)

orang lainnya tinggal menunggu keberangkatan umroh tersebut.

9. Dan akhirnya pemberangkatan Umroh tersebut pada tanggal 25 Mei 2017.

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD

IJARAH UNTUK DANA TALANGAN UMROH DI BMT TUMANG

CABANG TUMANG

A. Analisis Pelaksanaan Akad Ijarah untuk Dana Talangan Umroh di BMT

Tumang Cabang Tumang

Islam memahami bahwa perkembangan perekonomian berjalan begitu

cepat dan dinamis. Islam memberikan jalan dan kebebasan bagi manusia

untuk melakukan berbagai kegiatan bermuamalat antara sesama manusia. Dan

Islam juga memberikan kebebasan bagi manusia untuk melakukan berbagai

improvisasi dan inovasi melalui berbagai macam kegiatan dalam bidang

perekonomian. Salah satu improvisasi dan inovasi dalam produk Lembaga

Keuangan Syariah Non Bank.

Dewasa ini kebutuhan akan adanya berbagai produk dalam Lembaga

Keuangan Syariah Non Bank semakin meningkat. Meningkatnya taraf hidup

manusia, mendorong inovasi akan adanya suatu produk dari Lembaga

Keuangan Syariah Non Bank yang dapat membantu masyarakat untuk

mencapai suatu keridhaan kepada Allah SWT. Salah satunya produk

pembiayaan talangan umroh yang dikeluarkan oleh BMT Tumang.

Pembiayaan talangan umroh di BMT Tumang merupakan pinjaman dana

talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana

untuk melaksanakan ibadah umroh ke tanah suci Makkah.

Dalam perspektif fiqh untuk pelaksanaan ibadah umroh berbeda dengan

pelaksanaan ibadah haji. Jika ibadah haji salah satu syaratnya adalah mampu.

Mampu disini mempunyai arti yang luas, dan ulama mazhab juga berbeda

pendapat dalam mengkategorikan “mampu”. Yang dapat diambil kesimpulan

bahwa mampu disini berarti mampu mengeluarkan biaya untuk melakukan

perjalanan, mempunyai cukup bekal selama melaksanakan ibadah haji, tidak

menelantarkan keluarga yang ditinggal melaksanakan perjalanan haji, serta

setelah kembalinya kerumah masih bisa melangsungkan kehidupan.

Ibadah haji boleh dilaksanakan ketika sudah tidak ada tanggungan yang

harus diselesaikan dalam urusan apapun. Dan haram dilaksanakan ketika

terdapat suatu tanggungan yang belum terselesaikan, misalnya berhutang.

Tetapi berbeda dengan ibadah umroh, umroh boleh dilaksanakan walaupun

meninggalkan tanggungan yang belum terselesaikan.

Dan pada produk BMT Tumang untuk pelaksanaan talangan umroh ini

dilakukan untuk menalangi para nasabah yang ingin melaksanakan ibadah

umroh tetapi belum cukup dalam hal biaya. Sehingga kekurangan biaya

umroh dapat dilunasi terlebih dahulu oleh pihak BMT Tumang dengan

menggunakan pembiayaan akad ijarah dalam pelaksanaannya. Sehingga

setelah melaksanakan umroh para nasabah akan melakukan pembayaran

kekurangan biaya umroh tersebut secara mengangsur selama jangka waktu

yang diinginkan oleh nasabah dan berdasarkan kesepakatan dengan pihak

BMT Tumang.

Produk baru BMT Tumang yaitu Akad Ijarah untuk dana talangan

umroh dengan uang muka Rp 5.000.000,/orang. BMT Tumang melakukan

kerjasama dengan biro travel yaitu PBMT Travel yang ada di Jakarta. Ketika

ada calon anggota yang ingin mengikuti pelaksanaan akad Ijarah tersebut,

pihak BMT Tumang akan menjelaskan bagaimana syarat dan ketentuan yang

harus dipenuhi oleh calon anggota.

Setelah anggota mengetahui syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan

oleh BMT Tumang, anggota harus menyerahkan syarat-syarat yang harus

dilengkapi untuk mengikuti akad ijarah tersebut. Setelah semua syarat dan

ketentuan telah dipenuhi oleh calon anggota Umroh, maka anggota wajib

membayar uang muka sebesar Rp 5.000.000,-/orang.

Setelah membayar uang muka, pihak BMT Tumang akan menanyakan

kepada anggota berapa jangka waktu yang diinginkan anggota untuk

melunasi biaya umroh tersebut dan menjelaskan bagaimana cara membayar

biaya kekurangan umroh tersebut.

Karena menggunakan akad ijarah maka pihak BMT Tumang berhak

untuk mendapatkan Ujroh atau imbalan dari fasilitas-fasilitas yang akan BMT

Tumang berikan kepada anggota keterkaitannya dengan pelaksanaan umroh.

Ujroh yang ditetapkan BMT Tumang sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang

telah BMT Tumang berikan kepada anggota.

Setelah anggota menyetujui tentang biaya yang harus dibayarkan, maka

akan diproses pelaksanaan umroh tersebut. Anggota umroh akan diantarkan

oleh pihak BMT Tumang ke balai imigrasi untuk melakukan pembuatan

paspor, dan untuk biaya pembuatan paspor ditanggung oleh anggota umroh.

Setelah urusan tersebut selesai akan dilanjutkan untuk melakukan cek

kesehatan dan suntik miningitis sebelum pemberangkatan umroh.

Dan setelah semua urusan selesai, pihak BMT Tumang akan

memberikan fasilitas-fasilitas seperti, bimbingan manasik di tanah air dan

tanah suci, pembimbing atau tour leader, perlengkapan (koper, tas kecil,

seragam, kain ihram/mukena dan bergo, syal, buku do’a dan buku panduan,

ID Card/kartu pengenal), visa umroh, tiket pesawat pulang pergi, bis AC

selama di tanah suci, hotel sesuai paket/program, makan 3x sehari, City tour

di Madinah, Makkah dan Jeddah, Air zam-zam 5 liter, dan tiket lokal dan

handling.

Setelah semua syarat dan ketentuan terselesaikan, anggota umroh

tinggal menunggu tanggal keberangkatan dan akan diberitahukan oleh pihak

BMT Tumang.

B. Analisis Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh

Berdasarkan Hukum Islam

Dari data yang diperoleh dari prosedur pelaksanaan akad ijarah untuk

dana talangan umroh, akad ijarah yang dilaksanakan disebut Ijarat Al-

Zimmah atau upah mengupah seperti upah menjahit pakaian, karena yang

menjadi obyek transaksi adalah manfaat atau jasa dari tenaga kerja seseorang.

(Amir Syarifuddin,2003:216)

Ijarah baik dalam bentuk sewa menyewa maupun dalam bentuk upah

mengupah itu merupakan muamalah yang telah disyari’atkan dalam Islam.

Hukum asalnya adalah boleh atau mubah bila dilakukan sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan Islam. Bolehnya hukum ijarah berdasarkan kepada

ayat-ayat al-Qur’an dan hadist Nabi.

Adapun dasar hukumnya dalam al-Qur’an terdapat dalam beberapa ayat

diantaranya firman Allah dalam surat al-Qashash ayat 26 dan 27:

Artinya: “Salah seorang diantara kedua anak perempuan itu berkata: “Hai

bapakku upahlah dia, sesungguhnya orang yang engkau upah itu adalah kuat

dan terpercaya”. Si bapak ber-kata: “Saya bermaksud menikahkan engkau

dengan salah seorang anak perempuanku dengan ketentuan kamu menjadi

orang upahan saya selama delapan musim haji”. (QS al-Qashash ayat 26-27)

Salah satu syarat yang berkenaan dengan imbalan ialah jelas wujud,

nilai dan ukurannya dan jelas pula waktu pembayarannya. Bila tidak jelas

wujudnya seperti hujan akan turun; atau tidak jelas nilainya seperti sekarung

rambutan yang tidak tentu harganya; atau tidak jelas ukurannya, atau tidak

jelas waktu pembayarannya, maka transaksi sewa menyewa atau upah

mengupah tersebut tidak sah. (Amir Syarifuddin:218)

Keterkaitannya dengan Ujroh atau upah tentang pelaksanaan akad

ijarah di BMT Tumang, tidak ada tawar menawar antara nasabah dengan

pihak BMT Tumang. Upah atau biaya yang harus dibayarkan nasabah

terhadap kekurangan biaya umroh yang dilaksanakan telah ditetapkan oleh

BMT Tumang saja. BMT Tumang menghitungkan biaya perbulan yang harus

dibayarkan sesuai dengan berapa lama nasabah sanggup untuk membayarnya.

Padahal dalam ekonomi syari’ah setiap Lembaga Keuangan Syari’ah harus

mengetahui berapa besar batas Margin dan Ujroh yang ditetapkan dalam

perhitungan ujroh yang sesuai dengan prinsip syari’ah.

Disini pihak BMT Tumang melakukan kerjasama dengan PBMT Travel

di Jakarta. Bapak Adib Zuhairi, S.Sos, Msi adalah Direktur dari PBMT

Travel di Jakarta. Beliau juga merupakan manager pertama kali pada saat

BMT Tumang pertama kali didirikan. Dan sekarang menjadi Direktur Utama

BMT Tumang. Karena terjadi persamaan pengurus antara PBMT Travel

dengan BMT Tumang maka kerjasama diantara keduanya tidak ada kontrak

atau dokumen tertulis. Tetapi pihak PBMT Travel telah memberikan jasanya

kepada BMT Tumang sebelum akad ijarah tersebut dilaksanakan kepada

anggota umroh.

Untuk melakukan akad Ijarah ini BMT Tumang bekerjasama dengan

PBMT Travel yang akan memberikan fasilitas-fasilitas Umroh untuk para

anggotanya. Para anggota Umroh akan mendapatkan fasilitas-fasilitas seperti

bimbingan manasik di tanah air dan tanah suci, pembimbing atau tour leader,

perlengkapan (koper, tas kecil, seragam, kain ihram/mukena dan bergo, syal,

buku do’a dan buku panduan, ID Card/kartu pengenal), visa umroh, tiket

pesawat pulang pergi, bis AC selama di tanah suci, hotel sesuai

paket/program, makan 3x sehari, City tour di Madinah, Makkah dan Jeddah,

Air zam-zam 5 liter, dan tiket lokal dan handling. Karena pemberian fasilitas-

fasilitas tersebut maka pihak BMT Tumang berhak mendapatkan ujroh atas

fasilitas yang telah diberikan kepada anggotanya.

Ust. Ahmad Djalaludin, LC, MA berpendapat bahwa menggunakan

dana talangan untuk keperluan haji atau umrah adalah boleh tetapi harus

dengan syarat. Menurut beliau, ketika mencermati Fatwa Dewan Syari’ah

Nasional Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pembiayaan Pengurusan

Haji dan Umroh Lembaga Keuangan Syari’ah, memang memiliki dua jenis

akad yakni al-qardh dan al-ijarah, tapi untuk dua jenis obyek yang berbeda,

yakni: uang dan jasa.

Pertama, akad al-qardh (pinjaman) dengan obyek uang, di sini nasabah

hanya mengembalikan sejumlah yang dipinjam. Kedua, akad ijarah

al’amal (sewa jasa), yaitu jasa pengurusan haji/umroh. Sebagaimana yang

telah diketahui bahwa al-ijarah ada dua jenis: ijarah al-maal (sewa barang)

dan ijarah al`amal (sewa jasa). Sementara yang dimaksud dalam Fatwa MUI

di atas adalah ijarah al `amal. Oleh sebab itulah dalil-dalil ijarah yang

diketengahkan dalam Fatwa DSN itu adalah berkaitan langsung

dengan ijarah al `amal, bukan ijarah al maal.

Ini juga ditegaskan dalam ketentuan umum, bahwa dalam pengurusan

haji/umroh bagi nasabah, Lembaga Keuangan Syari’ah dapat memperoleh

imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-ijarah. Nama fatwanya

saja adalah “pembiayaan pengurusan”, dan bukan “pinjaman dana

haji/umroh”. Oleh sebab itu, ada penegasan ketentuan yang berbunyi: Jasa

pengurusan umroh yang dilakukan Lembaga Keuangan Syari’ah tidak boleh

dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji. Maka dari itu, antara

akad ijarah al `amal (sewa jasa pengurusan haji) dengan al-

qardh (pinjaman/talangan) sebetulnya adalah terpisah.

Dengan demikian, menurut beliau, jika praktik pembiayaan pengurusan

haji/umroh di lembaga keuangan syari’ah sesuai dengan Fatwa DSN No.

29/DSN-MUI/VI/2002, maka diperbolehkan dan beliau mempersilahkan

menggunakan jasa tersebut. ( http://www.ydsf-malang.or.id diakses pada

tanggal 2 Agustus 2017)

Sementara itu, senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ust. Ahmad

Djalaludin, Ketua Bidang Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH.

Ma’ruf Amien menjelaskan bahwa, praktik dana talangan haji maupun umroh

yang kini marak bisa diperbolehkan. Asalkan pemberian dana talangannya

hanya kepada masyarakat yang mampu membayar cicilannya.

“Sebelum lembaga keuangan syari’ah memberikan dana talangan harus

dilihat dulu kemampuan nasabah dalam membayar cicilannya. Dana talangan

harus diberikan kepada Muslimin yang mampu karena haji dan umrah khusus

kepada orang-orang mampu, istitho’ah,” kata KH. Ma’ruf, dalam ijtima

‘alim ulama di Pontren Cipasung, Tasikmalaya.

Beliau juga menjelaskan, pemberian dana talangan tak bisa semuanya

karena harus terbebas dari bunga atau riba. “Berangkat haji atau umrah harus

dari harta yang bersih sehingga diharapkan kalau memakai dana talangan juga

harus dari bank-bank syari’ah,bukan bank konvensional,” kata Kiai Ma’ruf.

( http://www.pikiran-rakyat.com diakses pada tanggal 2 Agustus 2017)

Dalam media online republika.co.id membolehkan tapi juga dengan

syarat, karena:

1. Kalau didudukan perkaranya, maka talangan haji/umroh adalah upaya

untuk membuat seseorang memiliki kemampuan untuk berhaji/berumroh.

2. Persoalan yang muncul sebenarnya: apakah talangan umroh masuk

kategori berhutang? Jelas masuk kategori berhutang. Jika demikian maka

berlaku hukum untuk meminta ijin dari si peminjam kepada pihak yang

memberikan hutang kalau ia mau berangkat umroh. Namun, faktanya

justru pihak lembaga keuangan syari’ahlah yang memberikan fasilitas,

berarti pihak pemberi hutang sudah mengijinkan.

3. Jika demikian dalam kasus talangan umroh ini: pertama, jika seseorang

secara finanasial memiliki kepastian untuk membayar talangan di masa

yang akan datang, misalnya karena gaji yang cukup, atau pengahasilan lain

yang stabil, dan sudah tentu masuk dalam perhitungan bank pemberi

talangan, maka baginya dapat dikategorikan sebagai mampu untuk

berhaji/umroh. Kedua, jika seseorang tidak memiliki kepastian

melunasinya dan tentu bank tidak akan memberikan talangan pada

nasabah, maka seseorang itu belum dikategorikan sebagai mampu

berhaji/umroh.

4. Sementara persoalan lain yang mungkin muncul adalah: apakah seseorang

disarankan untuk mencari talangan agar dapat segera berhaji/umroh?

Tentu secara hukum tidak disarankan, karena saat itu ia belum

dikategorikan sebagai mampu. Akan tetapi secara adab dan ketaqwaan

bisa saja, dengan catatan ia memiliki kecukupan untuk melunasinya dari

gaji. (https://media.ihram.asia/2014/07/05/haji-dan-umrah-menggunakan-

dana-talangan-bolehkah-2/ diakses pada tanggal 2 Agustus 2017)

Bisa kita simpulkan bahwa pada awalnya lembaga keuangan syari’ah

memberikan pinjaman dana kepada nasabah untuk melunasi biaya

pelaksanaan umroh maka seharusnya akad yang digunakan adalah akad

Qardh (pinjaman). Ketika lembaga keuangan syari’ah memberikan Qardh

kepada nasabah, maka nasabah memiliki kewajiban untuk mengembalikan

sejumlah Qardh yang disepakati sebagaimana dalam fatwa DSN MUI No.09

tahun 2001 bahwa Ketentuan Umum al-Qardh:

1. Al Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh)

yang memerlukan.

2. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima

pada waktu yang telah disepakati bersama.

3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.

4. Lembaga Keuangan Syari’ah dapat meminta jaminan kepada nasabah

bilamana dipandang perlu.

5. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan

sukarela kepada Lembaga Keuangan Syari’ah selama tidak diperjanjikan

dalam akad.

6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh

kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan Lembaga Keuangan

Syari’ah telah memastikan ketidakmampuannya, Lembaga Keuangan

Syari’ah dapat:

a. Memperpanjang jangka waktu pengembalian atau

b. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

Dalam ketentuan Qardh nasabah berkewajiban membayar biaya

administrasi yang dikeluarkan untuk melakukan akad Qardh. Biaya

administrasi ini berupa, biaya materai, notaris, kertas dan biaya lainnya yang

melingkupi akad tersebut.

Nasabah Qardh dapat memberikan tambahan secara sukarela dimana

tidak diperjanjikan dalam akad antara Lembaga Keuangan Syari’ah dengan

nasabah. Jika Lembaga Keuangan Syari’ah menetapkan Ujroh (Fee) maka

masuk pada Riba. Ketika masuk pada riba maka masuk kategori haram dalam

hukum Islam tentang Dana Talangan Umroh yang dikeluarkan oleh Lembaga

Keuangan Syari’ah tersebut.

Prinsip hukum muamalat dapat dirumuskan:

1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang

ditentukan lain oleh Al Qur’an dan sunah Rasul.

2. Muamalat dilaksanakan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur-

unsur paksaan.

3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat

dan menghindari madharat dalam hidup masyarakat.

4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari

unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam

kesempitan.

Secara singkat keempat prinsip itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Prinsip pertama mengandung arti bahwa hukum islam memberi

kesempatan luas perkembangan bentuk dan macam muamalat baru sesuai

dengan perkembangan kebutuhan hidup masyarakat.

Prinsip kedua memperingatkan agar kebebasan kehendak pihak-pihak

bersangkutan selalu diperhatikan. Pelanggaran terhadap kebebasan kehendak

itu berakibat tidak dapat dibenarkannya sesuatu bentuk muamalat. Misalnya,

seseorang dipaksa menjual rumah kediamannya, padahal ia masih ingin

memilikinya dan tidak ada hal yang mengharuskan ia menjual dengan

kekuatan hukum. Jual beli yang terjadi dengan paksaan dipandang tidak sah.

Prinsip ketiga memperingatkan bahwa sesuatu bentuk muamalat

dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari

madharat dalam hidup masyarakat, dengan akibat bahwa segala bentuk

muamalat yang merusak kehidupan masyarakat tidak dibenarkan. Misalnya,

berdagang narkotika dan ganja, perjudian, dan prostitusi.

Prinsip keempat menentukan bahwa segala bentuk muamalat yang

mengandung unsur penindasan tidak dibenarkan. Misalnya, dalam utang

piutang dengan tanggungan barang. Untuk jumlah utang yang jauh lebih kecil

daripada harga barang tanggungannya diadakan ketentuan jika dalam jangka

waktu tertentu utang tidak dibayar, barang tanggungan menjadi lebur,

menjadi milik yang berpiutang. ( KH.Ahmad Azhar Basyir,2000:15)

Semua prinsip di atas bersumber dari Al Qur’an, sunah Rasul dan

ijtihad. Al Qur’an memberikan ketentuan-ketentuan hukum muamalat yang

sebagian besar berbentuk kaidah-kaidah umum; kecuali itu, jumlahnya pun

amat sedikit. Misalnya, dalam Q.S. Al Baqarah:188 terdapat larangan makan

harta dengan cara yang tidak sah, antara lain suap menyuap. Dalam Q.S An

Nisa’:29 terdapat ketentuan bahwa perdagangan atas dasar sukrela merupakan

salah satu bentuk muamalah yang halal.

Sunah Rasul memberikan ketentuan-ketentuan hukum muamalat lebih

terperinci daripada Al Qur’an. Apabila Al Qur’an menentukan bahwa

berdagang merupakan cara memperoleh rezeki yang halal, hadis-hadis nabi

memberikan keterangan perinciannya, seperti larangan menjual barang yang

bukan milik penjual (tanpa memperoleh kuasa dari pemiliknya), dilarang

berjual beli buah-buahan sebelum masak (pantas dipetik) dan sebagainya.

Dalam memberikan keterangan-keterangan tentang perincian hukum

muamalat itu, sunah Rasul tidak mencakup seluruh aspek-aspeknya sampai

kepada yang sekecil-kecilnya. Dalam sunah Rasul pun banyak kita jumpai

ungkapan-ungkapan yang seharusnya masih merupakan kaidah-kaidah umum

pula. Misalnya, melarang berjual beli yang mengandung unsur-unsur

kesamaran atau ketidakjelasan. Misalnya, jual beli barang yang tidak dapat

diketahui sifat-sifatnya dengan jelas, seperti membeli buah-buahan sebelum

pantas dipetik, yang oleh pembelinya dibiarkan di atas pohon untuk pada

beberapa waktu lagi baru dipetik.

Untuk memahami ketentuan-ketentuan hukum muamalat yang terdapat

dalam Al Qur’an dan sunah Rasul, demikian pula untuk memperoleh

ketentuan-ketentuan hukum muamalat yang baru timbul sesuai dengan

perkembangan kebutuhan masyarakat, diperlukan pemikiran-pemikiran baru

yang disebut ijtihad. Sumber ijtihad inilah yang telah berperanan besar dalam

mengembangkan fikih Islam, terutama dalam bidang muamalat. Tidak

berlebih-lebihan jika kita mengatakan bahwa sumber ijtihadlah yang paling

banyak diperlukan dalam hukum muamalat. (KH.Ahmad Azhar Basyir:15)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Landasan Teori yang didukung oleh hasil penelitian serta

mengacu pada tujuan penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan akad ijarah untuk dana talangan umroh di BMT Tumang

Cabang Tumang

Pelaksanaan dana talangan umroh di BMT Tumang sudah

diketahui pelaksanaannya, namun masih dalam prosentase sedikit.

Adapun pelaksanaannya dengan cara nasabah datang ke BMT Tumang

mengisi formulir pengajukan dana talangan umroh dan melakukan

kesepakatan mengenai ujroh antra BMT Tumang dengan nasabah. Jika

nasabah tersebut sepakat kemudian nasabah memberikan uang muka

sebesar Rp 5.000.000,-. Setelah itu pihak BMT memproses keperluan

umroh. Pelaksanaan umroh sendiri akan dilakukan ketika nasabah sudah

melunasi pembiayaan uang muka tersebut.

2. Tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan Akad Ijarah pada dana

talangan umroh di BMT Tumang Cabang Tumang

Pelaksanaan produk dana talangan umroh di BMT Tumang Cabang

Tumang menggunakan akad ijarah. Jika ditinjau dalam hukum Islam,

akad yang digunakan dalam produk ini kurang sesuai karena seharusnya

produk dana talangan umroh ini menggunakan akad al Qardl.

Sedangkan dari prinsip muamalat yang digunakan dalam

pelaksanaan produk ini antara pihak BMT Tumang dengan nasabah

terdapat kesepakatan antara kedua belah pihak. Hal ini dibuktikan dengan

adanya kesepakatan dalam menentukan jumlah besaran ujroh yang

terdapat dalam akad ijarah. Kemudian jika nasabah tersebut

menyepakati(sukarela) dengan biaya yang ditawarkan oleh pihak BMT

Tumang berarti sudah sesuai prinsip muamalat, yang didalamnya terdapat

unsur sukarela. Unsur tersebut sudah mencakup prinsip muamalat lainnya

antara lain pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari

madharat serta memelihara nilai keadilan.

B. Saran

1. BMT perlu memberikan kejelasan akad yang digunakan untuk produk

dana talangan umroh, apakah produk tersebut menggunakan akad ijarah

atau al Qardl.

2. Melakukan sosialisasi mengenai produk dana talangan sebagai alternatif

jalan untuk melakukan ibadah umroh.

3. Kepada insan akademik sedianya penelitian ini dapat memberikan

rujukan awal atau sementara, yang kemudian dikembangkan penelitian

yang lebih mendalam sehingga dapat memberikan manfaat bagi

pengembang ilmu ekonomi syari’ah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Al Hafizh Ibnu Hajar. 2007. Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih

al-Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam

Amalia. 2008. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Realisasi Akad Murabahah (studi

kasus di KJKS BMT Binamas Purworejo). Yogyakarta: UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta

Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Perjanjian Syariah. Jakarta: Rajawali Pers

Azhar Basyir, Ahmad. 2000. Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata

Islam). Yogyakarta:UII press

Devita Purnamasari, Irma. 2014. Kiat-Kiat Cerdas , Mudah, dan Bijak Memahami

Masalah Hukum Jaminan Perbankan. Bandung: Kaifa

Dahlan, Ahmad. 2012. Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik. Yogyakarta:

Sukses Offset

Eka Yudiana, Fetria. 2014. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Salatiga:

STAIN Salatiga Press.

Molyono, Adi. 2016. Pandangan Hukum Islam Terhadap Implementasi Akad

Murabahah (Studi Kasus pada BPRS Barokah Sejahtera Kota Yogyakarta).

Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Muhammad bin Ismail al-Bukhari. 2007. Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar-al-kutub

al-Ilmiyah

Pasaribu, H.Chairuman. 1994. Hukum Perjanjian Dalam Islam. Jakarta: PT Karya

Unipress

Rozalinda. 2005. Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Perbankan Syariah.

Padang:Hayfa Press

Sofia, Ilmiana. 2016. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Lelang

Barang Jaminan (Studi Kasus di Pegadaian Syariah Semarang). Salatiga:

IAIN Salatiga

Sudarsono, Heri. 2004. Istilah Istilah Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah.

Jakarta:Djambatan

Suhendi, Hendi. 2014. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers

Sumiyanto,Ahmad.2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogyakarta:PT ISES

Consulting Indonesia

Susanto, Burhanuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia.

Yogyakarta: UII Press Yogyakarta

Syafe’i , Rachmat. 2001. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh. Jakarta: Prenada Media

(http://www.kompasiana.com/andireza8/fungsi-administrasi-

pembiayaan_552838386ea8344e5b8b4649 diakses pada tanggal 11 Juli

2017)

https://heriantodjava.wordpress.com/2011/08/04/ijarah-dalam-islam/ diakses

pada tanggal 25 Mei 2017

https://media.ihram.asia/2014/07/05/haji-dan-umrah-menggunakan-dana-

talangan-bolehkah-2/ diakses pada tanggal 2 Agustus 2017

http://www.pikiran-rakyat.com diakses pada tanggal 2 Agustus 2017

http://www.ydsf-malang.or.id diakses pada tanggal 2 Agustus 2017

Curriculum Vitae

A. Biodata Pribadi

1. Nama : Ratna Dwiastuti

2. Tempat, Tgl. Lahir : Boyolali, 10 Juni 1995

3. Agama : Islam

4. Domisili : Tanduk 03/02, kecamatan Ampel,

Kabupaten Boyolali

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Status : Belum Menikah

7. Tinggi, Berat Badan : 158cm, 42 Kg

8. No Hp : 085725326146

9. E-mail : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

1. Lulusan MIN Tanduk (2002)

2. Lulusan SMP NEGERI 1 AMPEL (2010)

3. Lulusan SMK NEGERI 1 BOYOLALI (2013)

Dokumentasi Wawancara dengan Manager BMT Tumang Cabang Tumang

Dokumentasi Wawancara dengan Pihak Nasabah yang Melaksanakan

Umroh

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana gambaran umum tentang BMT Tumang?

2. Bagaimana latar belakang pendiriannya?

3. Bagaimana struktur organisasi BMT Tumang cabang Tumang?

4. Produk pembiayaan apa saja yang ada di BMT Tumang?

5. Bagaimana Pengertian akad ijarah sendiri menurut BMT Tumang?

6. Bagaimana mekanisme pelaksanaan akad ijarah untuk talangan

umroh?

7. Apa hubungan BMT Tumang dengan PBMT Travel di Jakarta?

Apakah kerjasama? Atau jual beli?

8. Jika kerjasama/jual beli, apakah ada kontraknya?

9. Dari akad ijarah tersebut yang dijual jasa dari BMT Tumang atau

dari PBMT Travel mengenai fasilitas umroh tersebut?

10. Fasilitas umroh yang diberikan kepada nasabah dari BMT Tumang

atau dari PBMT Travel?

11. Setelah selesai umroh, fasilitas yang diberikan kepada nasabah itu

diambil lagi atau diberikan kepada nasabah?

12. Apakah akad ijarah dalam pelaksanaan umroh tersebut sudah sesuai

dengan prinsip syari’ah?

DAFTAR NILAI SKK

NAMA : RATNA DWIASTUTI PROGDI : HES

NIM : 214-13-012

NO JENIS KEGIATAN WAKTU

KEGIATAN

JABATAN NILAI

1 OPAK STAIN SALATIGA

2013 “Rekonstruksi

Paradigma Mahasiswa yang

Cerdas, Peka, dan Peduli”

26-27 Agustus

2013

Peserta 3

2 OPAK SYARIAH 2013

“Revitalisasi Intelektualitas &

Spiritualitas Mahasiswa

Menuju Kemajuan Indonesia”

29 Agustus 2013 Peserta 3

3 Training Motivasi dan Lomba

Rangking 1 oleh Lembaga

Dakwah Kampus (LDK)

Darul Amal STAIN Salatiga

26 September

2013

Peserta 2

4 SEMINAR NASIONAL

BAHASA ARAB “Upaya

Menjaga Eksistensi dan Masa

Depan Pembelajaran Bahasa

Arab”

09 Oktober 2013 Peserta 6

5 PUBLIC HEARING III

dengan tema “Optimalisasi

Kinerja Lembaga untuk

Mewujudkan Kampus yang

Amanah”

23 Oktober 2013 Peserta 2

6 MAPABA dengan tema

“Rekonstruksi Mental

Mahasiswa dalam Kerangka

Pergerakan”

17-19 Oktober

2014

Panitia 3

7 SEMINAR NASIONAL

TEMILNAS XIV FoSSEI

dengan tema “Revitalisasi

gaya hidup islami untuk

meningkatkan pangsa pasar

industri halal dalam

menghadapi MEA”

19 Maret 2015 Peserta 8

8 SEMINAR NASIONAL 06 Mei 2015 Peserta 6

dengan tema “Mencegah

Generasi Pemuda Islam dari

Pengaruh Radikalisme ISIS”

9 Surat Keputusan Kajur

tentang “Pengangkatan

Pengurus Himpunan

Mahasiswa Jurusan Hukum

Ekonomi Syariah, Fakultas

Syariah IAIN Salatiga”

01 Juni 2015 Pengurus 4

10 SEMINAR NASIONAL

dengan tema “Perbankan

Syariah di Indonesia : Antara

Teori dan Praktik”

04 November

2015

Panitia 8

11 WORKSHOP CONTRACT

DRAFTING dengan tema

“Metode Penyusunan Kontrak

Bisnis di Indonesia”

23 Desember

2015

Panitia 2

12 SEMINAR NASIONAL

dengan tema “Memperkuat

Peran Pemuda dalam

Meningkatkan Ekonomi

Nasional Melalui

Kewirausahaan”

26 April 2016 Peserta 8

13 SEMINAR NASIONAL

dengan tema “Penguatan

Wawasan Kebangsaan dan

Nasionalisme”

28 April 2016 Peserta 6

14 SEMINAR NASIONAL

dengan tema “Analisis

Metode Imsakiyah yang

Berkembang di Indonesia”

02 Juni 2016 Panitia 6

15 Kuliah Umum Fakultas

Syariah IAIN Salatiga tentang

“Gerakan Revitalis Islam

Modern dan Perkembangan

Hukum di Indonesia”

02 Juni 2016 Peserta 2

16 OPAK Fakultas Syariah IAIN

Salatiga dengan tema

“Membangun Integritas

Mahasiswa Fakultas Syariah

sebagai Bekal Menjadi

Ilmuwan dan Praktisi Hukum

yang Religius dan

Profesional”

22-23 Agustus

2016

Panitia 3

17 Kuliah Umum dengan tema

“Peran Partai Politik Islam

dalam Pentas Politik Nasional

untuk Mewujudkan Indonesia

Emas”

19 September

2016

Peserta 2

18 SEMINAR NASIONAL

dengan tema “TAX

AMNESTI, Faktor-faktor

yang Melatarbelakangi

Lahirnya Amnesty Pajak dan

Dampaknya Terhadap

Perekonomian di Indonesia”

12 Oktober 2016 Peserta 8

19 SEMINAR NASIONAL

dengan tema “Peran Partai

Politik Pendukung dan

Oposisi dalam mewujudkan

Pemerintah yang Berdaulat

Menuju Kesejahteraan

Rakyat”

19 Oktober 2016 Undangan

Seminar

6

20 WORKSHOP ANTI

KORUPSI, oleh DEMA

Fakultas Syari’ah

11 November

2016

Panitia 6

21 SEMINAR dengan tema

“QUOVADIS FAKULTAS

SYARIAH” Menindaklanjuti

keputusan PMA No.33 tahun

2016

03 Desember

2016

Peserta 2

22 Kuliah Umum dengan tema

“Kontribusi Fatwa-fatwa DSN

MUI terhadap Perkembangan

Hukum Ekonomi Syariah di

Indonesia”

08 Mei 2017 Peserta 2

23 MAJELIS

PERMUSYAWARATAN

RAKYAT RI dalam kegiatan

Penyerapan Aspirasi

Masyarakat dengan tema

“Memperkuat Peran Pemuda

Dalam Bingkai

Kebhinnekaan”

05 Agustus 2017 Peserta 6

24 SEMINAR NASIONAL Pasar

Modal Syariah dengan tema

Menumbuhkan Semangat

Berinvestasi kaum Santri,

Menuju Kemandirian

Ekonomi.

04 September

2017

Peserta 8

Jumlah

112

Salatiga, 12 September 2017

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

Kerjasama

Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si

NIP. 19790930 200312 1002