laporan hasil penelitian - repositori.unud.ac.id · ilmu politik universitas udayana komisi...

49
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015

Upload: lelien

Post on 11-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI

KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH

DI KABUPATEN BANGLI

Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli

dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana

Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Bangli

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KABUPATEN BANGLI

2015

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

ii

Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

RINGKASAN EKSEKUTIF

Tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah ingin melihat seberapa besar aspek

keberhasilan sosialisasi yang dilakukan oleh KPUD Kabupaten Bangli pada pemilu legislatif

dan pemilu presiden tahun 2014 berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi dan perilaku

pemilih warga. Sejumlah persoalan yang terjadi seputar hubungan keduanya mendorong

dilakukannya penelitian ini. Temuan penelitian ini diharapkan menjadi dasar pertimbangan

buat KPUD Kabupanten Bangli untuk menentukan kebijakan strategis menuju persiapan

pemilukada yang akan datang.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kaulitatif

dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan menggunakan sumber-sumber data

sekunder seperti hasil tulisan mengenai analisa pemilu dan pemilukada sebelumnya.

Penelitian yang menggunakan jenis dan metode kulitatif adalah jenis penelitian yang

mengandalkan logika berpikir induktif. Memasukan dan mengandalkan banyak data untuk

dimasukan kedalam obyek kajian, kemudian dijelaskan dengan konsep-konsep dan teori

pendukung sehingga menghasilkan sebuah hasil penelitian.

Hasil akhir yang ditemukan dalam penelitian ini; ternyata perilaku memilih warga

Bangli tidak ditentukan oleh keberhasilan ataupun kegagalan sosialisasi yang dilakukan oleh

KPUD Bangli. Tanpa kedua hal itu tingkat partisipasi mereka tetap tinggi, karena perilaku

memilih mereka masih dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap figur yang dicalonkan oleh

partai politik. Demikian pula perilaku politik uang terhadap perilaku memilih mereka. Politik

uang hampir ada disemua cela, baik dari peserta pemilu maupun dari masyarakat pemilih. Hal

yang menarik keberadaan pemilih pemula yang semula tingkat partisipasinya dalam pemilu

dikhawatirkan tetapi ternyata sebaliknya sangat tinggi.

Kata Kunci : Sosialisasi Pemilu dan Aturan Main KPU, Perilaku Memilih, Politik Uang,

dan Partisipasi Politik Pemilih Pemula.

iii

Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

RINGKASAN EKSEKUTIF......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5

2.1 Kajian Awal Perilaku Pemilih ................................................................ 5

2.2 Prinsip Pilihan Rasional .......................................................................... 7

2.3 Perilaku Memilih dalam Pemilu Indonesia ............................................ 9

2.4 Kriteria Pemilih Rasional ....................................................................... 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 13

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................................ 13

3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 13

3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 14

3.4 Analisis Data ............................................................................................ 14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 16

4.1 Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu ....................................................... 17

4.1.1 Data Pemilih ................................................................................. 20

4.1.2 Pendistribusian Logistik .............................................................. 21

4.2 Perilaku Memilih dan Politik Uang ........................................................ 25

4.3 Pemahaman Pemilih terhadap Aturan Main Pemilu ............................. 30

4.4 Partisipasi Politik Pemilih Pemula ......................................................... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 35

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 35

5.2 Saran ........................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pendekatan-Pendekatan Teori Partisipasi Perilaku Memilih .............. 12

Gambar 2 Contoh Kartu Pemutakhiran Data Pemilih .......................................... 22

Gambar 3. Gambar Coretan Daftar Pemilih yang sudah tidak terdaftar dalam

Pemutakhiran data Pemilih. ................................................................. 22

v

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemilihan Umum Kepala Daerah atau Pemilukada merupakan sarana yang ditempuh

Pemerintah dalam upaya penegakan proses demokratisasi di Indonesia. Warga secara

langsung memilih dan menentukan siapa yang berhak menduduki jabatan Kepala Daerah di

wilayahnya. Pemilukadamendominasi peran atas penentuan sukses atau gagalnya proses

otonomi di suatu daerah karena pelaksanaannya adalah konsekuensi atas desentralisasi

kekuasaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah.

Logika desentralisasi membangun komitmen bahwa pada setiap pelaksanaan

pemilukada, kekuasaan politik akan cenderung bergerak mendekat dengan warganya karena

kalangan inilah yang bertindak sebagai pihak pemilih langsung atas pemimpin daerahnya.

Hasil akhir dari pemilukada adalah terpilihnya Kepala Daerah dimana keberadaannya akan

bersinergi dengan lembaga dewan guna menghasilkan ragam kebijakan pemerintahan yang

berangkat dari kebutuhan rakyat sekaligus melibatkannya sebagai perencana, pelaksana, dan

pengawas pemerintahan. Asumsi penting pemilukada adalah memberi kesempatan pada

warganya untuk memilih pemimpin daerahnya secara langsung (Nuryati,2006:26), sehingga

demokrasi di tingkat lokal dapat lebih berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini

karena masyarakat dapat mengenali lebih dekat para calon pemimpinnya dan pemimpin yang

dipilih adalah yang dianggap memiliki kesesuaian dengan preferensi kebutuhannya.

Hanya saja pada tataran praktis, seringkali apa yang dipilih warga dalam pemilukada

maupun pemilu legislatif justru kontradiktif. Hasil yang diperoleh melahirkan pimpinan

daerah yang korup dan tidak berpihak pada kepentingan warga. Januari 2014 Kementerian

Dalam Negeri Republik Indonesia merilis data bahwa ada sekitar 318 kepala daerah yang

tersangkut korupsi. Pada Juli 2014 angka tersebut bertambah menjadi 330 kepala daerah yang

terseret kasus korupsi. Jika hal ini di rata-ratakan dengan jumlah wilayah Pemerintah Daerah

di seluruh Indonesia, ternyata lebih dari separuhnya kepala daerah di Indonesia melakukan

tindak korupsi (Kompas, 2 November 2014).

Pemilukada sebagai instrumen penguatan desentralisasi dan otonomi daerah ternyata

masih banyak menyimpan beragam masalah, baik pada tataran teknis pelaksanaan, perolehan

hasil, maupun pasca pemilihan. Ragam problematika tersebut antara lain persaingan tidak

sehat, kecurangan pada saat pemungutan dan rekapitulasi suara dari tingkat PPS dan PPK,

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

2

politik uang (money politics) jelang pelaksanaan pemilukada hingga rentannya potensi

konflik yang terjadi pasca-penyelenggaraan pemilukada.

Bahkan pada studi yang dilakukan Iberamsyah (2007) mencatat pula bahwa praktek

pemilukada langsung selama ini telah membawa banyak resiko. Hal tersebut ditinjau

dari beberapa parameter, seperti ; praktek politik uang (vote buying) masih marak bahkan

ada kencederungan menaik; anggaran besar yang harus ditanggung negara ; ataupun resiko

terjadinya konflik horizontal ditengah-tengah masyarakat.

Ragam inovasi teknik pemilukada serta pemberlakuan aturan main dalam pelaksanaan

pemilukada memang ditempuh oleh lembaga penyelenggara Pemilu. Hanya saja, kondisi ini

semuanya tidak akan berarti apa-apa apabila masih belum terdapat kesepahaman dan

kesadaran warga atas politik termasuk mengenai penyelenggaraan pemilu maupun

pemilukada. Harapannya tentu adanya situasi dimana masyarakat sudah dianggap “melek”

politik sehingga mereka benar-benar memikirkan tanggungjawabnya dalam bernegara

termasuk mendukung berjalannya proses demokrasi secara benar salah satunya melalui

keikutsertaannya dalam penentuan pimpinan pada daerahnya masing-masing. Tanggung

jawab masyarakat inilah yang seharusnya menjadikan pemilu sebagai proses demokrasi yang

melahirkan pimpinan yang berintegritas, bermoral serta betul-betul dapat memimpin

rakyatnya kedepan dengan baik.

KPU Daerah sebagai garda depan pelaksanaan pemilu pada level provinsi, kabupaten

maupun kota tentunya menjadi kunci penting bagaimana pelaksanaan pemilukada bisa

berjalan baik dan akuntabel. Kinerja KPU daerah yang minim staf penyelenggara tentunya

membutuhkan supporting dari beragam kalangan seperti salah satunya dari Perguruan Tinggi.

Hal ini mengingat upaya yang harus dibangun dan dilaksanakan KPU Daerah sangatlah

kompleks, seperti beberapa diantaranya adalah mensosialisasikan aturan main pemilukada ke

masyarakat umum sebagai pemilih, termasuk para peserta pemilukada; verifikasi pemilih dan

peserta pemilukada; hingga penetapan hasil pemilukada.Tentunya peran yang bisa didukung

oleh Perguruan Tinggi kepada KPU Daerah pada konteks ini adalah melaksanakan riset

politik terkait efektifitas sosialisasi tentang aturan main pemilukada kepada masyarakat dan

peserta pemilukada termasuk pola perilaku pemilih masyarakat yang bermuara pada strategi

peningkatan partisipasi pemilih yang ada di wilayahnya.

KPU Kabupaten Bangli termasuk salah satu lembaga yang akan melaksanakan

perhelatan pemilukada serentak 9 Desember 2015 nanti. KPU Kabupaten Bangli tentunya

merasa berkepentingan atas data-data mengenai efektifitas sosialisasi mengenai aturan main

pemilu di kalangan masyarakat maupun peserta pemilu. Perolehan data ini menjadi pondasi

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

3

penting terutama dalam menyusun strategi sosialisasi guna peningkatan partisipasi pemilih

dalam pemilukada. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana pada kapasitas

ini akan menawarkan riset politik berupa pemetaan partisipasi dan perilaku pemilih di

Kabupaten Bangli. Pada riset ini akan didalami efektifitas sosialisasi penyelenggaraan

pemilukada, dengan mengacu efektifitas kinerja KPU dalam sosialisasi pemilu legislatif

tahun 2014 lalu; perilaku memilih warga termasuk kecenderungan kesukarelaan warga dalam

menggunakan hak suaranya; sikap pemilih dan peserta pemilu atas berjalannya politik uang;

hingga pemahaman masyarakat atas instrumen dan regulasi kepemiluan, termasuk

kecenderungan kalangan pemilih pemula dalam memberikan suara pada pemilukada dan

kemungkinan terjadinya fenomena golput.

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Penggunaan tataran metodologi ilmu politik secara kualitatif ini diharapkan akan bisa

menghasilkan kesimpulan riset yang komprehensif. Marsh dan Stocker (2010:289) mencatat

riset ilmu politik yang mendasarkan pada metode ini tujuannya adalah untuk menjawab

aspek-aspek pertanyaan riset yang mendalam secara deskriptif, bahkan menambah kesahihan

hasil yang diperoleh dari satu metode. Penelitian mengenai Pemetaan Partisipasi atas

Penyelenggaraan Sosialisasi Kepemiluan, Partisipasi dan Perilaku Pemilih di Kabupaten

Bangli ini akan didahului dengan pengajuan pertanyaan riset kualititatif yang sebelumnya

sudah dibuat melalui daftar pertanyaan tertentu. Pertanyaan ini diajukan pada beberapa

kelompok dan individu sasaran yang kesemuanya merupakan narasumber terpilih.

Narasumber ini ditetapkan secara purposive sampling dan bisa bertambah sesuai dengan

perkembangan isu yang ada di lapangan (teknik snowball). Harapannya, melalui penyebaran

atas pertanyaan penelitian ini akan diperoleh gambaran pemahaman dan persepsi masyarakat

Bangli terhadap penyelenggaraan pemilukada yang akan digelar dengan mengkombinasikan

pengalaman pada pemilu legislatif dan presiden yang sudah berlangsung di tahun 2014.

Perolehan atas data ini akan dicari pula pemetaan solusi yang nantinya bisa dikembangkan

menjadi strategi KPU Bangli dalam rangka meningkatkan angka partisipasi pemilih dalam

Pemilukada Bangli serentak pada 9 Desember 2015 nanti.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini akan berangkat permasalahan bagaimana

persepsi masyarakat atas penyelenggaraan sosialisasi kepemiluan, partisipasi dan perilaku

pemilih di Kabupaten Bangli pada tahun 2015?

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

4

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui persepsi masyarakat Bangli atas langkah sosialisasi yang dilaksanakan

KPU Kabupaten Bangli pada pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2014 yang

selanjutnya akan didapatkan rekomendasi atas langkah sosialisasi lanjutan dalam

persiapan pemilukada serentak tahun 2015;

2. Melakukan pemetaan partisipasi perilaku pemilih terhadap politik uang, melek politik

serta tanggungjawab bernegara dalam proses Pemilukada di Kabupaten Bangli;

3. Mengetahui faktor apakah yang paling berpengaruh dalam perilaku pemilih, politik

uang serta pemahaman akan instrumen regulasi kepemiluan di Kabupaten Bangli.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan rekomendasi atas efektifitas

sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Bangli terutama dalam menghadapi

pemilukada 2015. Hasil penelitian sekaligus diharapkan pula dimanfaatkan oleh partai

politik beserta para calon kepala daerah yang akan berkompetisi dalam perhelatan

Pemilukada di Kabupaten Bangli terutama terkait dengan perilaku pemilih, politik uang

serta pemahaman akan instrumen regulasi kepemiluan di Kabupaten Bangli.

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Studi perilaku memilih memiliki sejarah panjang. Sejarahnya berkaitan dengan

keberhasilan gerakan demokrasi pada abad ke-19. Menyebarnya demokrasi juga berarti

menyebarnya pemilu ke berbagai negara. Sejak itu pula hasil pemilu dapat dilihat dalam

statistik resmi.

2.1. Kajian Awal Perilaku Pemilih

Statistik resmi hasil pemilu ini menjadi dasar analisa studi pemilu pertama. Beberapa

kajian di Jerman yang dianggap sebagai tonggak awal dari studi perilaku memilih, antara lain

hasil studi Eugen Wuzburger (1907) yang meneliti secara mendalam alasan-alasan golput

(Roth,2008:11). Ia menemukan bahwa penyebab utama golput yaitu pemegang hak suara

yang berhalangan hadir pada saat hari pemilu. Selain itu, ada pula studi Alois Klockner

(1913) yang berusaha melihat hubungan antara agama dan kepercayaan dengan para pemilih

Partai Sosial Demokrat (SPD) di Jerman. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa

pemeluk agama non-Katolik jauh lebih sering memilih SPD dibandingkan mereka yang

beragama Katolik.

Di luar Jerman, studi perilaku memilih juga berkembang. Beberapa ahli mencoba untuk

memadukan studi ini dengan menggunakan pendekatan ilmu lain seperti ekonomi dan

geografi. Contohnya adalah Andre Sigfried (1949) berusaha untuk mengaitkan antara

perilaku pemilu dengan keadaan geografis di Prancis Barat. Menurutnya ada zona geografis

yang berkaitan dengan zona politik. Misalnya dataran rendah dan pegunungan membentuk

dua ekstrim yang berbeda baik secara geografis maupun politis. Di daerah pegunungan,

masyarakatnya terpencar, lebih religius dan hanya sedikit terpengaruh perubahan sosial

ekonomi. Karena itu mereka cenderung memilih parta-partai “kanan”. Sebaliknya, di dataran

rendah, kepdatan penduduk lebih tinggi, jalur lalu lintas dan komunikasi lebih berkembang,

perubahan sosial ekonomi lebih banyak terjadi, sehingga mereka cenderung memilih partai-

partai “kiri”.

Perkembangan studi ini terus terjadi karena adanya ketertarikan banyak ahli terhadap

kajian ini. Di Amerika pada dekade 1920-an analisis statistik korelasi yang biasa digunakan

sebagai alat dalam studi ekonomi mulai digunakan dalam studi perilaku memilih

(Roth,2008:16). Stuart A Rice tercatat sebagai orang pertama yang menggunakan analisis

korelasi dalam studi pemilu. Ia melakukan penelitian di 102 conties di negara bagian Illinois

dengan memisahkan perhitungan suara laki-laki dan perempuan. Hasil dari studi ini adalah

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

6

pemilih perempuan lebih sering memilih kandidat dari partai Republik dibandingkan laki-

laki, dimana selisih yang diamati hampir identis di semua daerah.

Di Jerman, studi pemilu masih terus berkembang. Heberle disebut sebagai peneliti yang

meneliti pemilu di Jerman dengan menggunakan analisis statistik yang disempurnakan pada

masanya. Ia menemukan ada korelasi antara lapisan sosial dengan pilihan partai. Data yang

diperolehnya menunjukan bahwa pemilih NADP kebanyakan berasal dari kelas menengah

desa ataupun kota, sedangkan pemilih SPD dan KPD mayoritas berasal dari golongan buruh

industri. Itulah masa awal munculnya studi pemilu dan beberapa ilmuan yang mengawalinya.

Pada masa berikutnya, studi pemilu yang menggunakan data-data statistik resmi hasil pemilu

itu dirasa tidak dapat digunakan untuk menarik kesimpulan mengenai perilaku individu, maka

muncul terobosan baru dalam studi pemilu yang mulai berkembang pesat pada tahun 1940an

sampai 1950-an, yaitu jajak pendapat individu yang masih sering digunakan hingga sekarang.

Beberapa studi mengenai perilaku memilih juga dilakukan banyak ilmuan politik di

berbagai belahan dunia. Sebagai contoh ada penelitian mengenai perilaku memilih pada

pemilihan presiden langsung di Brazil tahun 1989. Hasil penelitian tersebut menemukan

bahwa partai politik bukanlah prediktor yang baik untuk melihat kemenangan kandidat.

Dalam pemilihan presiden langsung, faktor figur menjadi sangat sentral(Kinzo,1993:321).

Pada dekade 1990an dilakukan sebuah penelitian di Jepang dan New Zeland mengenai

perilaku memilih di dua negara yang pada saat itu sedang mengalami perubahan politik

tersebut. hasil dari penelitian itu menyebutkan bahwa identifikasi partai politik dan

lingkungan politik interpersonal saling mempengaruhi dan berkontribusi pada konsistensi

pilihan para pemilih di dua negara itu (Ikeda,2005:521). Sementara perilaku memilih partai

politik di Inggris dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor kepemimpinan parpol,

perubahan ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap isu (Clarke,2004:315).

Di Indonesia, tonggak awal studi perilaku memilih dilakukan oleh Cliford Gertz yang

melihat pola orientasi sosio religius individu (Gaffar,1992:4). Studi politik aliran yang

dikemukakan Geertz itu kemudian menjadi landasan penting bagi studi-studi perilaku

memilih berikutnya di Indonesia seperti studi Afan Gaffar yang mengulas tentang perilaku

memilih masyarakat pedalaman Jawa pada masa Orde Baru. Gaffar menggunakan hasil

penelitian Geertz sebagai kerangka dalam penelitiannya. Hasil penelitian Gaffar menjelaskan

perilaku memilih masyarakat Jawa.

Berbeda dengan hasil studi perilaku memilih pada masa Orde Baru, studi-studi sejenis

pasca Orde Baru yang dilakukan oleh Saiful Mujani dan Liddle memperlihatkan besarnya

pengaruh Leadership dan identifikasi partai politik terhadap perilaku memilih masyarakat

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

7

Indonesia pada tahun 1999 dan 2004 (Liddle dan Mujani,2010:37). Tinjauan lain atas

perilaku memilih di Indonesia pada pemilu 1999 menemukan bahwa faktor agama dan

etnisitas tidak mempengaruhi perilaku memilih di Indonesia (Ananta,2004:376).

Perkembangan berikutnya dari studi perilaku memilih di Indonesia cukup menggembirakan,

beberapa hasil penelitian mengenai perilaku memilih di luar Jawa kian bermunculan terutama

ketika fenomena pilkada atau pemilukada mulai hadir pada tahun 2005 di berbagai wilayah di

Indonesia.

Fenomena tersebut memang dapat digolongkan baru di Indonesia. Topik ini mendapat

perhatian dari berbagai kalangan termasuk akademisi. Hasil dari perhatian para akademisi

atau ilmuan politik terhadap fenomena itu adalah lahirnya beberapa studi yang terkait dengan

pemilukada dan perilaku memilih di beberapa wilayah Indonesia. Misalnya, hasil penelitian

Ambo Upe (2008:257) di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Pada kesimpulan

penelitiannya Upe menyebutkan bahwa perilaku memilih sangat berkaitan dengan stimulus

dan pertimbangan subjektif dalam merespon faktor stimulus yang diperolehnya.

2.2. Prinsip Pilihan Rasional

Studi lainnya adalah hasil penelitian Jhonsar L. Toruan (2006:155) mengenai perilaku

politik pemilih di Sumatra Utara menyertakan faktor primordial, marga sebagai salah satu

faktor yang mempengaruhi pilihan politik masyarakat Sumatra Utara, namun di

kesimpulannya disebutkan bahwa marga bukanlah faktor yang paling dominan dalam

menentukan pilihan politik masyarakat.Penelitian yang juga terkait dengan tema pemilukada

dan perilaku memilih adalah karya Yudistira Adnyana (2006:104) yang mengkaji perilaku

memilih masyarakat Badung saat pilkada Badung tahun 2005. Penelitian Adnyana

menyebutkan faktor kasta sebagai salah satu variabel bebas, namun hasil penelitian ini

menyatakan bahwa masyarakat Badung memilih Anak Agung Gede Agung sebagai bupati

bukan karena beliau berasal dari kasta ksatria, melainkan karena faktor kepemimpinan yang

dimilikinya.

Hasil penelitian lainnya yang dipublikasikan pada tahun 2008 mengenai pilkada

langsung adalah hasil penelitian dari Lingkaran Survei Indonesia melalui kajian bulanan yang

dikeluarkan lembaga tersebut. Dalam hasil penelitian yang dipublikasikan itu,

diperbandingkan dua pemilukadaProvinsi, yaitu pemilihan Gubernur Jawa Barat dan

Gubernur Sumatra Utara pada tahun 2008. Hasil penelitian ini melihat bahwa dua wilayah itu

tergolong unik jika dibandingkan dengan wilayah lain yang telah melakukan pemilukada

yang pada umumnya mengedepankan figur dibandingkan partai. Pada dua provinsi tersebut

terbukti bahwa mesin partai justru berhasil mengangkat figur yang tidak terlalu populer

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

8

hingga berhasil memenangkan pilkada di daerah itu. Di luar pemilukada, studi terbaru

mengenai perilaku memilih juga dilakukan dalam konteks Masyarakat Adat Ternate saat

pemilu 2009. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa faktor sosiologis sangat

mempengaruhi perilaku memilih di wilayah itu saat pemilu 2009 dilaksanakan

(Agusmawanda,2011:28).

Selain studi perilaku memilih dalam pilkada di Indonesia, studi mengenai pemilu dan

perilaku memilih di berbagai negara juga harus di lihat karena topik utama dalam penelitian

ini adalah perilaku memilih. Perilaku memilih masyarakat di negara-negara yang sedang

mengalami transisi menuju demokrasi tidak sepenuhnya dapat dianalisis dengan teori-teori

yang dilahirkan di negara-negara maju. Ada kekhasan sosial masyarakat di negara yang

sedang mengalami transisi yang harus diperhatikan dalam menganalisis perilaku pemilih di

negara yang bersangkutan (Kaspin,1995:595).

Penelitian tentang perilaku memilih di negara yang mengalami transisi dilakukan di

Filipina, dan di salah satu negara di kawasan Afrika, yaitu Malawi. Dari hasil penelitian yang

berbeda tersebut dapat ditarik satu kesimpulan yang memiliki kemiripan. Perilaku memilih di

negara yang sedang mengalami transisi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh isu kebijakan

dan orientasi partai, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor isu yang berhubungan

dengan kandidat dan juga ikatan-ikatan seperti etnis, daerah asal dan hubungan klientalisme

dalam struktur sosial masyarakatnya.

Dalam pemilihan kandidat perorangan di Filipina, seperti pemilihan presiden, faktor

yang paling kuat mempengaruhi pilihan politik warganya adalah faktor kandidat. Faktor lain

yang harus dilihat adalah etnis dari kandidat yang bersangkutan dan struktur patron klien

yang masih kental dalam masyarakatnya. Masyarakat lebih suka memilih kandidat yang

berasal dari etnis yang sama dengan mereka dan dapat berkomunikasi dengan bahasa etnis

yang bersangkutan (Rood,1991:105).

Sedangkan di Malawi ditemukan fakta bahwa masyarakat menentukan pilihan

politiknya berdasarkan faktor etnis dan daerah asal mereka karena masyarakat

mengidentifikasi diri mereka sesuai dengan kekuatan politik masa lalu yang mereka hadirkan

kembali dalam perebutan kekuasaan melalui Pemilu (Kaspin,1995:617). Dengan begitu dapat

dikatakan bahwa di negara-negara yang mengalami transisi menuju demokrasi ada faktor-

faktor yang dominan mempengaruhi perilaku memilih dalam masyarakat, yaitu faktor ikatan

sosial seperti etnis dan daerah asal, serta faktor kandidat.

Melihat studi-studi yang telah ada mengenai perilaku memilih, melek huruf serta

partisipasi berdemokrasi dalam negara baik dalam pilkada di beberapa daerah seperti Sumatra

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

9

Utara, Sulawesi, dan kabupaten Badung-Bali, serta Jawa Barat, maupun di beberapa negara

lain, maka riset ini diharapkan dapat melengkapi studi tentang perilaku memilih dengan

mengkaji partisipasi pemilih, melek huruf pada masyarakat di Kabupaten-Kabupaten di Bali.

Sebelum membahas mengenai perilaku memilih, terlebih dahulu harus dipahami

mengenai voting itu sendiri.Kegiatan votingpada dasarnya tidak jauh berbeda dengan

kegiatan memilih yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti misalnya

memilih barang (Evans,2004:3). Tetapi ada satu hal yang harus dicatat dari pilihan tersebut,

Ia tidak hanya berimbas pada individu, melainkan memiliki efek kolektif. Inilah menjadi

pembeda dasar antara voting dan choice. Jika kita memilih barang di pasar untuk kita beli dan

bawa pulang, lalu kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan, maka efeknya akan kita nikmati

sendiri. Hal yang demikian tidak terjadi dalam voting.Di dalam teori perilaku memilih

terdapat tiga pendekatanyaitu pendekatan sosiologis atau sosial struktural; pendekatan

psikologis dan pendekatan pilihan rasional. Penjelasan mengenai masing-masing faktor

tersebut akan dijabarkan berikut ini.

Pendekatan sosiologis dalam perilaku memilih menyebutkan bahwa faktor yang

paling mempengaruhi pilihan masyarakat dalam pemilu adalah karakteristik dan

pengelompokan sosial. Perilaku pemilih seseorang berkenaan dengan kelompok sosial dari

mana individu itu berasal (Roth,2008:25). Hal itu berarti karakteristik sosial menentukan

kecenderungan politik seseorang. Pengelompokan sosial yang dimaksud disini adalah usia,

jenis kelamin, agama, pekerjaan, kelas sosial ekonomi, kedaerahan, latar belakang keluarga,

kegiatan-kegiatan dalam kelompok-kelompok formal dan informal. Kelompok-kelompok

sosial ini dipandang berpengaruh besar dalam keputusan memilih karena kelompok-

kelompok tersebut berperan dalam pembentukan sikap, persepsi dan orientasi seseorang.

Penerapan pendekatan sosiologis dalam perilaku memilih di Indonesia pernah dilakukan oleh

Afan Gaffar. Hasil studinya menekankan karakteristik sosial, khususnya orientasi sosio-

religius dalam melihat perilaku pemilih di pulau Jawa (Gaffar,1992:120-121).

2.3. Perilaku Memilih dalam Pemilu Indonesia

Penelitian lainnya mengenai perilaku memilih di Indonesia dilakukan dengan melihat

pemilu 1999. Hasilnya menyebutkan bahwa ikatan sosial terutama faktor etnis penting untuk

diperhatikan saat kita ingin mengamati perilaku memilih masyarakat Indonesia

(King,2003:149). Pentingnya ikatan sosial seperti etnis dalam mempengaruhi pilihan politik

rakyat juga dikemukakan oleh Benny Subianto yang meneliti Pilkada di enam kabupaten di

Kalimantan Barat. Faktor ini berpengaruh karena loyalitas masyarakat terhadap etnisnya

masih tinggi, dan mereka memandang bahwa etnis yang sama berarti memiliki nilai budaya

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

10

yang sama, karenanya perilaku sosial politik dipandang sebagai cermin identitas (Erb dan

Sulistiono,2009:335).

Pendekatan psikologis dalam teori perilaku memilih dipelopori oleh August Campbell

dari Universitas Michigan Amerika Serikat. Pendekatan ini menekankan pada pentingnya

identifikasi partai dalam mempengaruhi keputusan memilih masyarakat (Cambell,1966:133).

Dengan adanya teori identifikasi partai ini seolah-olah perilaku memilih itu tetap. Pemilih

dianggap akan selalu memilih kandidat atau partai yang sama tiap kali pemilu dilaksanakan.

Makna lainnya bahwa pemilih memiliki pilihan yang menetap tanpa dipengaruhi oleh

sosialisasi dan komunikasi politik. Kavanagh menjelaskan konsep identifikasi partai sebagai

semacam kedekatan psikologis seseorang dengan satu partai tertentu. Ia menambahkan,

konsep identifikasi partai ini mirip dengan loyalitas partai atau kesetiaan seorang pemilih

terhadap partai tertentu (Kavagh,1983:88). Seiring bertambahnya usia, identifikasi partai

menjadi bertambah stabil dan intensif. Identifikasi partai merupakan orientasi yang permanen

dan tidak berubah dari pemilu ke pemilu. Identifikasi partai hanya dapat berubah jika

seseorang mengalami perubahan pribadi yang besar atau situasi politik yang luar biasa

(Roth,2008:38). Dari hasil penelitiannya itu, Campbell menemukan bahwa ada hubungan

yang erat antara identifikasi partai dengan kehendak untuk memilih kandidat dari partai

dimana sang individu mengidentifikasi dirinya. Misalnya kaum Demokrat yang memiliki

identifikasi partai yang kuat cenderung memilih calon presiden AS yang diusung partai

Demokrat. Demikian juga dengan kaum Republik.

Mengenai orientasi isu dan kandidat, logika yang digunakan hampir mirip. Pada

orientasi isu, semakin sang pemilih menganggap penting isu-isu tertentu, maka kemungkinan

ia akan berpartisipasi dalam pemilu akan lebih besar. Apabila solusi yang diberikan oleh

sebuah partai lebih mendekati cara pandang pemilih tersebut, semakin besar pula

kemungkinan ia akan memilih partai yang bersangkutan. Dalam orientasi kandidat berlaku

hal yang serupa. Semakin sering pemilih mengambil posisi terhadap kandidat-kandidat yang

ada, semakin besar pula kemungkinan bahwa ia akan berpartisipasi dalam pemilu. Bila

pandangan pemilih semakin dekat dengan kandidat dari partai tertentu, maka semakin besar

pula kemungkinan ia akan memilih kandidat tersebut.

Kesimpulan dari pendekatan psikologi ini adalah preferensi kandidat dan orientasi isu

lebih tergantung pada perubahan dan fluktuasi dibandingkan identifikasi partai. Oleh karena

itu, peneliti Michigan (Campbell dkk) sejak tahun 1960 memandang identifikasi partai

sebagai ikatan partai psikologis dan stabil, yang tidak lagi dipengaruhi oleh faktor pengaruh

jangka pendek. Oleh sebab itu, banyak peneliti berikutnya yang mengidentikan pendekatan

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

11

psikologis dengan identifikasi partai, padahal pada mulanya pendekatan psikologis memuat

tiga faktor yaitu identifikasi partai, orientasi kandidat dan isu. Belakangan oleh beberapa

penulis dan peneliti, orientasi isu dan kandidat dimasukan ke dalam pendekatan pilihan

rasional.

Terakhir adalah pendekatan pilihan rasional. Pendekatan pilihan rasional seperti yang

telah disinggung di atas, menurut sekelompok ilmuan, pendekatan ini terutama berkaitan

dengan dua orientasi utama yaitu orientasi isu dan orientasi kandidat (Nursal,2004:64).

Orientasi kandidat mengacu pada sikap seseorang terhadap pribadi kandidat tanpa

mempedulikan label partai. Pendekatan rasional berorientasi kandidat bisa didasarkan pada

kedudukan, informasi, prestasi, dan popularitas pribadi bersangkutan dalam berbagai bidang

kehidupan. Bone dan Ranney mengatakan bahwa orientasi kandidat berarti orang memilih

calon pemimpin bedasarkan kualitas instrumental dan kualitas simbolik dari calon yang

bersangkutan. Kualitas instrumental adalah keyakinan pemilih terhadap kemampuan pribadi

kandidat dalam mewujudkan kebaikan bagi masyarakat yang akan dipimpin. Sedangkan

kualitas simbolik mengacu pada kepribadian kandidat yang seharusnya dimiliki oleh seorang

pemimpin (Bone dan Ranney,1981:9). Nursal menegaskan, kualitas figur sering kali

menentukan keputusan pilihan dibanding isu karena orang lebih mudah terinformasi oleh

fakta mengenai manusia dibandingkan fakta tentang isu.

2.4. Kriteria Pemilih Rasional

Sementara sebagian lagi memandang bahwa dua orientasi tersebut dapat dimasukan

kependekatan psikologis. Kelompok ini lebih setuju bahwa titik tekan dalam pendekatan

pilihan rasional adalah pada pertimbangan untung rugi dari individu pemilih

(Evans,2004:69). Terkait dengan itu, Evans menyebutkan adanya beberapa kriteria seorang

pemilih untuk dapat dikatakan sebagai pemilih rasional. Setidaknya ada lima kriteria yang ia

kemukakan, seperti di bawah ini:

1. Membuat keputusan jika disodorkan beberapa alternatif;

2. Mampu membuat urutan preferensi;

3. Urutan preferensi individu tidak selalu sama antara individu satu dengan yang lainnya;

4. Menjatuhkan pilihan pada sesuatu yang berada di urutan pertama preferensinya;

5. Ketika dihadapkan pada alternatif-alternatif yang sama atau seimbang sehingga ia tak

mungkin membuat urutan preferensi, maka individu itu akan cenderung menjatuhkan

pilihan pada alternatif yang pernah ia pilih sebelumnya.

Berdasarkan paparan di atas, orientasi isu dan orientasi kandidat dapat dilihat sebagai

bagian dari dua pendekatan berbeda dalam perilaku memilih. Jika pemilih memilih

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

12

berdasarkan orientasi isu atau kandidat berdasarkan informasi-informasi yang diperolehnya

dan kemudian mempertimbangkan untung rugi dari pilihannya maka dalam hal ini orientasi

isu dan kandidat dapat dimasukan ke dalam pendekatan pilihan rasional. Jadi perbedaan

utama dari pemilih rasional dan yang bukan terletak pada informasi yang dikumpulkan oleh

pemilih untuk kemudian dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menetukan pilihan.

Di akhir dari rangkaian itu, pemilih rasional biasanya mempertimbangkan untung rugi dari

pilihannya itu. Pada kriteria tersebut, ada juga penulis yang mengatakan bahwa pemilih

rasional itu sejatinya tidak pernah ada karena pemilih cenderung menerima informasi secara

pasif dan lebih mudah mencerna informasi mengenai personal kandidat dibandingkan fakta

mengenai isu tertentu (Shenkman,2008:43). Sehingga informasi yang dikumpulkan pemilih

tidak ada yang sepenuhnya lengkap.

Secara singkat, pendekatan-pendekatan dalam teori perilaku memilih dapat

digambarkan dengan bagan berikut ini:

Gambar 1.

Pendekatan-Pendekatan Teori Partisipasi Perilaku Memilih

Partisipasi Pemilih Dalam Pemilukada

D

Sosialisasi Penyelenggara

Pemilu

Perilaku Memilih dan Politik Uang

Pemahaman Aturan Main

penyelenggara Pemilu

Partisipasi Pemilih Pemula

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam memutuskan bagaimana meneliti sebuah fenomena, seorang ilmuwan politik

sebagaimana ilmuwan sosial yang lain dihadapkan dengan sejumlah besar strategi dan

metode riset. Dalam ilmu politik, tidak ada metode yang lebih unggul dan lebih baik

dibanding metode lain, karena metode-metode tersebut memiliki karakteristik tertentu dan

keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, permasalahannya bukan pada memilih metode yang

terbaik, namun pada pemilihan metode yang paling tepat dan sesuai dengan jenis dan sifat

penelitian yang dilakukan. Ada beberapa metode yang sering dipergunakan dalam ilmu

politik. metode-metode tersebut antara lain metode kualitatif, metode kuantitatif, serta

metode komparatif.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif, karena sebagaimana dikemukakan oleh Atmaja (2005), metode penelitian yang

paling tepat untuk penelitian yang menekankan pada aspek pemahaman adalah metode

penelitian kualitatif. Selain itu, metode penelitian kualitatif dirasakan paling tepat untuk

mengumpulkan data mengenai permasalahan yang diangkat pada fenomena sosial politik.

Kekuatan metode kualitatif terletak pada pemilihan narasumber yang didasarkan pada

kemampuannya dalam menjelaskan permasalahan yang ada. Selain itu, metode kualitatif

memungkinkan peneliti untuk menggali lebih dalam mengenai permasalahan yang diangkat

(Harrison, 2009:104).

Dalam penelitian ini, akan dianalisa mengenai persepsi masyarakat atas

penyelenggaraan sosialisasi kepemiluan, partisipasi dan perilaku pemilih di Kabupaten

Bangli pada tahun 2015. Penelitian ini juga akan memanfaatkan sumber tertulis yang berasal

dari dokumen, majalah, surat kabar, maupun jurnal, sedangkan sumber lisan didapatkan dari

hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, perbekel, kelian desa adat dan desa dinas, partai

politik, anggota dewan, CSO, serta warga masyarakat Bangli yang sempat menjalankan

fungsinya sebagai penyelenggara pemilu, seperti PPS, PPK dan sebagainya.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan mengambil lokasi di Kabupaten Bangli. Kabupaten ini akan

menyelenggarakan perhelatan pemilukada serentak pada tanggal 9 Desember 2015

mendatang. Objek pengamatan yang menjadi fokus kajian dalam riset ini adalahpersepsi

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

14

masyarakat atas penyelenggaraan sosialisasi kepemiluan, partisipasi dan perilaku pemilih di

Kabupaten Bangli pada tahun 2015.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lengkap dan komprehensif, pengumpulan data untuk

maka riset studi kasus ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu : wawancara mendalam

(depth interview), dan studi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian yaitu

seputar kegiatan di lapangan. Wawancara dilakukan terhadap informan kunci (key informan)

yang dianggap mengerti dan memahami berbagai isu dan masalah yang menjadi fokus

perhatian dari penelitian ini, sepertitokoh masyarakat, perbekel, kelian desa adat dan desa

dinas, partai politik, anggota dewan, CSO, serta warga masyarakat Bangli yang sempat

menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pemilu.

Narasumber diperoleh dengan metode purposive sampling yaitu mewawancarai

tokoh yang dianggap kompeten dengan permasalahan. Selanjutnya untuk melengkapi data

yang ada ditemui pula narasumber lain yang diperoleh dengan metode snow ball yang

diberikan oleh narasumber utama (narasumber kunci). Pada kalangan ini, akan diberikan

pertanyaan yang telah dibuat peneliti dengan kajian persepsi terhadap penyelenggaraan

sosialisasi kepemiluan oleh KPUD, perilaku memilih terkait dengan praktek politik uang,

melek politik dan partisipasi dalam memilih khususnya yang diarahkan pada persiapan

pemilukada di Bangli.

3.4. Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun sekunder yang diperoleh

dari hasil wawancara, studi dokumen maupun observasi, kemudian disusun secara sistematis

sesuai dengan kategori atau tema-tema tertentu setelah dilakukan reduksi padanya. Hasil

reduksi tersebut kemudian didisplay sesuai dengan kategori atau tema tertentu agar mudah

difahami, sehingga akhirnya dapat diambil pemahaman-pemahaman darinya sebagai bahan

untuk membuat kesimpulan. Proses pengumpulan data, reduksi, display data dan penarikan

kesimpulan bukanlah sesuatu yang berlangsung linear melainkan sebuah siklus interaktif atau

bersifat timbal balik yang tidak terpisahkan, sebagaimana diagram berikut :

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

15

Proses analisis data sampai dengan pengambilan kesimpulan dilakukan melalui

tahapan sebagai berikut :

a. deskripsi, yaitu merentang karakteristik baik persamaan maupun perbedaan dari

masing-masing data dalam kategori tertentu.

b. formulasi, yaitu menemukan tendensi-tendensi atau pola-pola hubungan antar elemen

atau variabel dari tiap kategori.

c. interpretasi, yaitu analisis mengenai mengapa dan bagaimana karakteristik atau

tendensi-tendensi tersebut dapat terjadi, yang dalam hal ini akan dibantu dengan

penggunaan teori-teori yang relevan.

Reduksi Data

Pengumpulan Data

Penggambaran/Kesimpulan

Display Data

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Partisipasi politik adalah salah satu mekanisme pembagian kekuasaan secara vertikal

antara negara dengan warganya. Namun bukan dalam arti pembagian kekuasaan antara

eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang menjalankan kekuasaan, partisipasi politik disini

merujuk kepada aktifitas politik warga negara dengan tujuan mengawasi dan mengontrol para

penguasanya. Oleh karena itu, partisipasi politik sangat dibutuhkan karena merupakan

penanda ada tidaknya legitimasi kekuasaan negara.

Perkembangan partisipasi politik di Indonesia sangat berbeda dari periode ke periode.

Di masa pemerintahan kolonial Belanda, partisipasi politik mengambil berbagai bentuk

organisasi masa, baik serikat buruh, organisasi berbasis agama, etnisitas, kelas sosial,

ideologi, maupun profesi. Ketertutupan negara kolonial terhadap partisipasi politik membuat

gerak organisasi-organisasi tersebut terbatas dan mereka yang berupaya mengkritik

pemerintah dipenjarakan.

Namun dalam periode kepartaian selama sepuluh tahun pasca kemerdekaan,

partisipasi politik mewujud penuh, kedalam partiapasi terbuka, seperti partai politik berperan

dominan, kompetisi politik terbuka, masyarakat sangat leluasa berorganisasi, dan dapat

menggunakan prasarana sosial seperti media secara bebas. Namun, pada dua dekade

kemerdekaan, partisipasi politik dibatasi. Kekuasaan terpusat pada presiden sehingga

menyempitkan area partisipasi politik warga dari pembuatan dan pelaksanaan kebijakan

negara.

Orde Baru menjalankan mekanisme politik reperesif dan otoriter. Mulai dari

pengerdilan partai politik hingga mencabut landasan organisasi terhadap bentuk-bentuk

partisipasi politik warga. Politik masa mengambang menjadi dasar mekanisme partisipasi

politik warga. Mekanisme ini mencerabut individu dari kelompok yang mewarnai diri dengan

berbagai nilai dan pandangan hidup. Agama, etnisistas, ataupun kelas sosial dilarang dipakai

sebagai basis partiaipasi politik. Dalam periode pemerintahannya rejim ini hanya

membolehkan basis profesi sebagai pilihan politik warga.

Namun diera demokrasi sekarang ternyata pengalaman partisipasi politik dipandang dari

kesejarahan diatas perlahan mulai ditinggalkan. Partisipasi politik sekarang telah mewujud

kedalam beberapa faktor yang menjadi penanda meningkatnya partisipasi warga dalam

pemilihan umum.

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

17

Salah satu yang menjadi penanda tersebut adalah seberapa besar kesiapan dan

kemampuan para penyelenggara pemilihan umum (KPU) mempersiapkan pelaksanaan suatu

pemilihan umum dapat meningkatkan partisipasi politik warga negara. Bukan rahasia umum

lagi bahwa selama ini anggapan minimnya kemampuan pihak-pihak penyelenggara pemilu

menjadi penghalang terbesar bagi terciptanya pemilu dan pemilukada yang berkualitas.

Secara nasional menunjukkan bahwa pelaksanaan pemilu dan pemilukada selama ini

terkesan dijalankan secara acak-acakan, penuh dengan mobilisasi, politik uang, keruh dengan

intimidasi dan konflik kepentingan. Selain itu, KPU yang sejatinya mampu menjaga

independensi, tegas menjalankan aturan main, malah ikut menjadi bagian dari persoalan

tersebut.

Sejumlah persoalan tersebut ternyata tidak sepenuhnya terjadi di Kabupaten Bangli,

Provinsi Bali. Pelaksanaan pemilihan umum tahun 2014 oleh pihak KPU Kabupaten

Banglirelatif telah berjalan dengan baik. KPU Kabupaten Bangli telah melakukan tugas dan

kewajibannya sebagai penyelenggara sesuai amanat dalam undang-undang, namun ada pula

fakta yang tidak terbantahkan adanya pendapat lain, semuanya akan menjadi kajian dalam

penelitian ini sebagaimana dijelaskan kedalam beberapa kategori berikut ini.

4.1. Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu.

Secara umum, kinerja KPU Kabupaten Bangli terkait sosialisasi yang dilakukan

selama pemilu tahun 2014 sudah berjalan dengan cukup baik. Salah seorang informan

menganggap bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh pihak penyelenggara menjelang

pemilihan umum berupa pemasangan baliho, spanduk, stiker dan lain-lain, adanya bimbingan

teknis (bimtek) ke petugas-petugas lapangan atau panitia pemilu dan pemilukada. Usaha KPU

Kabupaten Bangli melakukan bimtek sebagai langkah awal untuk meningkatkan pengetahuan

yang lebih baik kepada pelaksana dibawah supaya mempermudah pelaksanaan pemilu atau

pemilukada.Bimtek ini diberikan selama kurang lebih dua minggu baru kemudian hasil

bimtek ini disosialisasikan kepada pihak lain.

Demikian pula sosialisasi di tingkat pedesaan, lembaga ini telah melakukan

semacam pelatihan-pelatihan ke petugas-petugas lapangan desa (PPS dan PPK).Langkah ini

dinilainya sebagai koordinasi awal antara penyelenggara dan pemilih sebelum atau menjelang

pemilu dilaksanakan (Wawancara Senin 1 Juli 2015. Wayan Rajen petugas PSS dan Kepala

Banjar Desa Pengodan Kabupaten Bangli).

Fakta lain yang menyatakan sosialisasi cukup bagus dan sudah jelas di mata pemilih

ditandai dengan metode penyampaian, sebagaimana penilaian yang berasal dari kalangan

orang tua (bapak ataupun ibu), mereka dipanggil oleh KPU Kabupaten Banglike desa untuk

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

18

ikut praktek memilih seperti, mencoblos, melipat dan memasukan kartu suara. KPU

Kabupaten Banglimendatangi mereka ketika mereka sedang melakukan arisan.

Demikian pula dikalangan bapak-bapak, mereka menerima metode penyampaian

sosialisasi lewat rapat adat (paruman) di balai banjar.Paruman ini diadakan sebanyak dua

kali, yaitu penyiaran hakikat pemilu dan bentuk pencoblosan, sehinggamasyarakat bisa

langsung mengetahui baik di tingkat kecamatan hingga sampai ke dusun(Wawancara, Selasa

12 Juli 2015. Wayan Sujana, Warga Desa Penatahan Kecamatan Susut).

Namun ada pula fakta yang berasal di Kecamatan Kintamani. Di daerah ini

sosialisasi yang disampaikan tidak seluruhnya dapat dilakukan secara langsung oleh aparat

KPU Kabupaten Bangli, akan tetapi diteruskan kepada masyarakat melalui aparat desa,

seperti desa pakraman dan banjar dinas. Aparat inilah yang memberikan penjelasan tentang

bagaimana pelaksanaan pemilihan umum tersebut, baik pemilihan umum kepala daerah

maupun pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden di tahun 2014. Sosialisasi yang

dilakukan aparat desa setelah mendapatkan pengarahan dari KPU itu meliputi tentang tata

cara pemilihan, partai yang ikut dalam pemilu serta calon presiden yang akan berkompetisi di

pemilu (Wawancara Rabu 8 Juli 2015, I Nyoman Karang, Nyoman Bilawan, Dewa Gde

Adiputra, Ketut Rimpin, Warga Kintamani).

Pengakuan lain yang menguatkan pernyataan diatas, bahwa KPU Kabupaten Bangli

telah melakukan sosialisasi terkait dengan pelaksanaan pemilu yang sesuai dengan jadwal.

Pernyataan tersebut berasal dari salah seorang kepala dusun yang juga PPS dan PPK. Dia

menyatakan bahwa sebelum mereka memperbaiki data, KPU Kabupaten Bangli telah

mengirimkan data valid sementara kepada mereka baru kemudian mereka melakukan

pengecekan. Pengiriman data satu bulan sebelum pengesahan data valid disahkan, cara

seperti ini mereka anggap sebagai cara KPU Kabupaten Bangli memberikan waktu kepada

mereka leluasa untuk memperbaiki data.

Demikian pula dengan sosialisasi tahapan pemilu. Menurutnya peran KPU

Kabupaten Bangli dalam sosialisasi tahapan pemilukada (tahapan pemilu, pendaftaran calon,

penetapan calon, kampanye, masa tenang, pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi

penetapan calon terpilih, penyelesaian sengketa, pengusulan pengangkatan calon) sudah

berjalan baik.Diantara sekian tahapan diatas, tahapan penetapan dan kampanye menjadi pusat

perhatian dan evaluasi masyarakat. Dua tahapan ini menurut sebagian besar narasumber

penelitian, KPU Kabupaten Banglitelah melakukan upaya sosialisasi dengan maksimal,

karena selama proses pelaksanaan kedua tahapan itu di masyarakat tidak merasakan

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

19

terjadinya kericuhan atau kekacauan (WawancaraSabtu, 11 Juli 2015, I Wayan RajenKepala

Banjar Padpahan Desa pengodan, Kecamatan Bangli).

Namun ada pula pemilih yang memiliki pendapat lain terhadap sosialisasi yang

dilaksanakan oleh pihak KPU Kabupaten Bangli. Mereka menilai KPU Kabupaten Bangli

belum sepenuhnya melakukan sosialisasi karena lembaga tersebut belum melakukan

sosialisasi sampai ke tingkat dusun terutama persiapan dalam rangka pemilihan kepala daerah

mendatang. Sosialisasi hanya sebatas pemasangan spanduk dan baliho, tentang pemilukada

serentak.

Bahkan terdapat pengakuan lain dari narasumber penelitian yang menyatakan bahwa

sosialisasi justru banyak dijalankan sendiri oleh para calon. Pernyataan ini didasari

pengalaman beberapa warga selama pelaksanaan pemilu legislatif 2014.Mereka melihat

bahwa para calon mendatangi mereka saat selesai persembahyangan di Pura. Pemahaman

kami sosialisasi dari para calon dilakukan saat usai persembahyangan di Pura. Memang yang

datang adalah para bapak-bapak. Kalangan istri perbekel hanya diundang satu kali ke kantor

bupati. Pada kegiatan tersebut kami diberikan sosialisasi cara untuk memilih yang

benar(Wawancara, Senin 20 Juli 2015,Ni Wayan Suniasih, warga desa Tembuku Kecamatan

Tembuku).

Pendapat narasumber lain yang kontradiktif dengan pernyataan diatas, justru berasal

dari pedagang yang berjualan di Pasar Umum Daerah Kabupaten Bangli. Menurut dia,

sosialisasi yang dilakukan oleh KPU tidak pernah sampai ke mereka. Dirinya lebih mengerti

dan memahami sosialisasi berasal dari televisi dari pada pemasangan spanduk dan baliho.

Tidak ada upaya KPU Kabupaten Bangliyang masuk ke pedagang-pedagang pasar.

Mereka justru mendapatkan informasi pelaksanaan pemilu berasal dari pecalang yang datang

ke pasar dan membagi-bagikan uang. Pecalang mendatangi mereka memberi tahu informasi

mengenai pelaksanaan pemilu sambil membagi-bagikan uang atau stiker dari calon-calon

tertentu (Wawancara Senin 11 Juli 2015. Samroni, pedagang pasar Kabupaten Bangli).

Pernyataan yang sama sebagaimana dikatakan oleh seorang penyandang disabilitas

Kabupaten Bangli. Baginya justru mendapatkan sosialisasi dari media televisi dan radio.

Menurutnya penyelenggara tidak berpihak kepada penyandang disabilitas dalam pemungutan

suara seperti kertas suara dengan huruf braile, atau bilik suara khusus.Pada saat pemilihan

dirinya lebih memilih diantar anaknya termasuk dicobloskan dan ikut masuk ke bilik suara,

(Wawancara Senin11Juli 2015. Wayan Suhartika, penyandang disabilitas Desa Temuku).

Variabel lain yang menjadi pusat perhatian masyarakat dalam sosialisasi terkait

dengan model penyampaian sosialisasi yang paling efektif kepada masyarakat. Sebagian

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

20

besar pemilih menyampaikan pendapatnya bahwa media penyampaian sosialisasi pemilu

yang paling mereka sukai adalah melalui spanduk, baliho, atau stiker.

Alasannya karena media spanduk, baliho dan lain-lain yang dipasang di tempat-

tempat strategis lebih muda dipahami dan lebih lama dibandingkan dengan penyampaian

melalui televisi. Model penyampaian seperti itu menurut mereka mudah mengerti dan

memahami apa yang disampaikan oleh KPU Kabupaten Bangli dalam sosialisasi pemilihan

umum(Wawancara Senin 11 Juli 2015. I Wayan Rata Warga Desa Demulih Kecamatan

Susut).

Namun ada pula yang paling dikehendaki oleh warga yaitu model penyampaian lewat

hiburan tradisional misalnya bondres dan gerak jalan sehat dimana didalamnya ada unsur

hiburan dan door prize atau undian sehingga gebyarnya terasa di masyarakat. Langkah ini

bisa melibatkan massa dengan cukup besar sehingga target sosialisasi bisa sampai,

(Wawancara, Sabtu 11 Juli 2005, Nengah Pasti dan Nengah Dharma warga kecamatan

Bangli).

Pilihan lain dalam model penyampaian sosialisasi agar tepat sasaran adalah dengan

mengadakan sosialisasi lewat panggung hiburan dengan menampilkan wayang. Alasannya,

wayang lebih menarik perhatian banyak orang karena sebagian besar warga merupakan

masyarakat petani yang berusia tua dan minim pendidikan, sehingga sosialisasi melalui media

tontonan wayang ini dianggap efektif(Wawancara Selasa 12 Juli 2015. Putu Windu Eka

Suryantini dan Sang Kompyang Mangku, warga Desa Taman Kecamatan Bangli).

Dari segi sosialisasi atau penyampaian informasi saat perhelatan pemilu legislatif

tahun 2014 lalu dianggap sebagian besar narasumber penelitian ini tidak begitu banyak

persoalan. Hanya saja dari segi teknispelaksanaan justru tidak pernah sepi dari persoalan,

beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

4.1.1. Data Pemilih

Persoalan klasik yang selalu dihadapi penyelenggara pemilu dalam setiap kali

pelaksanaan pemilu adalah persoalan data pemilih tetap atau DPT. Persoalannya KPU

Kabupaten Bangli tidak mampu menyiapkan data pemilih yang akurat. Data pemilih justru

menjadi persoalan yang tidak dapat diselesaikan dari ke pemilu ke pemilu. Sejumlah

persoalan tersebut misalnya, munculnya peserta pemilu ganda (misalnya pemilih dengan

alamat dan tanggal lahir sama, tetapi mempunyai dua sampai lima nomor induk (NIK) juga

adanya pemilih yang diduga fiktif.

Persoalan ini selalu menjadi sumber persoalan yang seringkali dipersoalkan oleh

peserta pemilu (Parpol) karena dianggap sebagai pintu masuk pihak tertentu untuk melakukan

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

21

kejahatan dalam pemilu. Kekhawatiran seperti ini seringkali muncul dari penyelenggara di

daerah karena daerah dianggap tidak mampu bekerja sesuai prosedur penetapan daftar

pemilih di daerahnya masing-masing. Beberapa problem tersebut diantaranya fasilitas

tahapan penentuan DPT yang tidak tepat waktu. Ketidaktepatan waktu bisa terjadi karena

anggaran yang terlambat, juga bisa pula faktor alam. Jika itu terjadi, maka kemungkinan

besar data-data tidak bisa terkirim.

Fakta tersebut ternyata dihadapi pula oleh KPU Kabupaten Bangli. Menurut beberapa

narasumber penelitian, masih ada sejumlah persoalan terkait data pemilih. Persoalannya pada

pemutakhiran data pemilih seperti persoalan nama, daftar nama ganda daftar pemilih

meninggal,masih mewarnai usaha KPU Kabupaten Bangli mengatasi persoalan data

pemilih.Bahkan masih terkait persoalan data pemilih bagi orang yang sudah meninggal

menurut pengakuan salah seorang perbekel merupakan persoalan yang sulit diatasi, karena

selalu muncul dalam data basedKPU Kabupaten Banglidan Dinas Catatan Sipil dan

Kependudukan walaupun sudah beberapa kali dilakukan pemutakhiran data.Kendala

pemutakhiran data pemilih datang dari daftar pemilih yang sudah meninggal selalu muncul

kembali dalam data KPU dan catatan sipil, padahal kami sudah melakukan validasi data

(Wawancara dengan Perbekel Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Senin 20 Juli 2015). Hal

tersebut dikuatkan dengan pengakuan sumber lain, yang mengatakan persoalan data pemilih

untuk orang meninggal selalu tidak tuntas, bahkan orang yang sudah pindah pun menjadi

bagian dari persoalan ini. Bahkan orang yang sudah pindah domisili pun, ternyata tetap

muncul kembali pada saat pengesahan daftar pemilih tetap.

Berikut dibawah ini adalah contoh gambar pemutakhiran data pemilih yang

diperlihatkan oleh Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) kepada peneliti. Gambar

diambil pada waktu peneliti melakukan wawancara di rumahnya.

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

22

Gambar 2.

Contoh Kartu Pemutakhiran Data Pemilih

Sementara itu, terdapat pula form A3-KWK.KPU yang sering dikeluhkan oleh

petugas-petugas diatas terkait data pemilih yang meninggal maupun yang pindah

domisili. Hal ini seperti yang tampak pada foto di bawah ini.

Gambar 3.

Gambar coretan daftar pemilih yang sudah tidak terdaftar dalam pemutakhiran

data pemilih.

Memang diakui bahwa persoalan Daftar Pemilih Tetap(DPT) masih tidak

sinkron. Seringkali kami sudah mencoret data penduduk yang pindah atau meninggal

ternyata masih muncul kembali. Kami tidak tahu bagaimana proses yang berjalan

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

23

sehingga data seperti ini (Wawancara dengan Ketua KPPS Dusun Antugan, Desa Jehem

Kecamatan Tembuku, senin 20 Juli 2015).

Bahkan ada salah satu petugas Panitia Pemungutan Suara (PPS) dibuat kesal

dengan persoalan pemutahiran data pemilih. Mereka seolah tidak dihargai hasil kerja

selama mereka melakukan pendataan di lapangan. Jika hal ini tidak diantisipasi dengan

baik, menurut narasumber ini berpotensi pada munculnya kecurangan.

Mengenai pemutakhiran data pemilih diakui sudah ada PPS dan PPDS.

Kendalanya kami seringkali dibuat kesal. Kami yang ada di desa sudah pontang-panting

mendata penduduk satu per satu termasuk yang meninggal atau pindah tempat. Namun

saat data disetor, nama-nama yang sudah meninggal atau dicoret ternyata ditampilkan

kembali.Kami menjadi kesan seolah tidak ada penghargaan kerja kerasa kami di

lapangan. Seolah kami para kelian tidak ada kerjaannya. Padahal kami mendata satu

persatu. Ini apabila tidak diantisipasi maka akan berpotensi adanya kecurangan,

(Wawancara, Selasa 12 Juli 2014. Sang Kompyang Mangku, Guru Warga Desa Taman

Kecamatan Bangli).

Namun ada pula narasumber penelitian yang mengapresiasi kinerja KPU

Kabupaten Bangli dalam hal pemutakhiran data pemilih. Menurutnya KPU Kabupaten

Bangli menetapkan data pemilih sudah dilakukan sesuai dengan prosedur pemutakhiran,

karena sebelum data valid diumumkan terlebih dahulu telah ada beberapa petugas yang

berusaha melakukan pemutakhiran data dengan masuk ke rumah-rumah.

Pada pendataan pemutakhiran data pemilih memang sekarang sudah ada PPDP

yang diangkat dari PPS atau PPK. PPDP ini selanjutnya mengadakan pendataan dan

kemudian memasang sticker pada setiap rumah yang sudah di data. Data inilah yang

kemudian di-update menjadi data pemilih yang mutakhir, (Wawancara, Senin 11 Juli

2015, Nengah Pasti dan Nengah Dharma warga Kecamatan Bangli).

Pemutakhiran data pemilih sudah bisa terjamin karena ada peran dari PPDP

yang datang dari PPS. PPDP ini yang akan melakukan cross check data pemilih langsung

ke rumah-rumah warga termasuk para kelian (Wawancara Selasa 12 Juli 2015, Anak

Agung Ketut Anggradiguna Perbekel Desa Susut Kecamatan Susut).Ketidakberesan DPT

menjadi tanggungjawab penyelenggara pemilu menyelesaikan masalah tersebut.

Keterbukaan KPU untuk terus memperbaiki DPT, termasuk membuka DPT adalah

bentuk keinginan KPU melibatkan partisipasi publik.Munculnya masalah DPT bisa jadi

disebabkan oleh KPU sendiri karena ada pandangan praktis penyelenggara untuk

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

24

memasukan semua data pemilih wilayah terkait, karena mereka berpikir yang terpenting

memasukan semua daftar pemilih dulu baru dilakukan verifikasi.

Hanya saja persoalan muncul justru dari Panitia Pendaftar Pemilih (pantarlih)

terutama yang terjadi disejumlah daerah yang tidak bekerja maksimal. Tidak sedikit pula

KPU Kabupaten maupun Kotayang hanya sekedar mencocokan data diatas kertas,

padahal, daftar pemilih seharusnya merupakan data sesungguhnya yang merupakan hasil

pemutakhiran riil di masyarakat.

4.1.2. Pendistribusian Logistik

Menjelang pemilu dilaksanakan seringkali publik mengkhawatirkan

ketidakmampuan penyelenggara mempersiapkan kelengkapan pemilihan umum berupa

pendistribusian alat-alat logistik menjelang pemilu. Publik lebih sering pesimis dengan

kemampuan KPU dapat mendistribusikan logistik pemilu yang sesuai jadwal karena

terkait dengan beberapa kendala alam yang sering dihadapi penyelenggara yang

mengakibatkan tertundanya pelaksanaan pemilu.

Permasalahan lain menyangkut pendistribusian surat suara. Pengalaman

pemilu 2014 persiapan pengadaan logistik khususnya surat, biasanyaKPUmelakukan

tender pengadaan logistik Pemilu 2014 yang dilakukan secara terdesentralisasi ke KPU

Kabupaten dan Provinsi. Desentralisasi tender pengadaan logistik dilakukan untuk

meminimalisasi penyimpangan dan memudahkan pengontrolan, efisiensi, dan efektifitas.

Namun kenyataannya sering terjadi persoalan distribusi yang menyebabkan surat suara

tertukar. Pihak KPU sendiri mencatat sedikitnya 770 TPS yang tersebar di 107

kabupaten/kota di 30 provinsi harus menggelar pemungutan suara ulang karena surat

suara pada pemilihan anggota legislatif tertukar. Sebagian dari 770 TPS itu telah

menggelar pemilu ulang (Kompas.com, 15/4/14).

Ternyata berdasarkan keterangan para narasumber penelitian, kondisi ini tidak

terjadi di Kabupaten Bangli. Pendapat pemilih terkait pendistribusin alat-alat logistik

pemilu seperti kotak suara, kertas suara, kertas dan tinta selama pemilihan umum

legislatif dan pemilihan presiden tahun 2014 dianggap sudah tidak ada masalah. Jika

dibandingkan dengan pemilu sebelumnya pendistribusian logistik pemilu 2014sudah ada

kemajuan. Pendistribusian logistik dibandingkan dengan pemilu tahun 2009 pemilu

tahun 2014 sudah ada kemajuan (wawancara, Senin 27 Juli 2015 Nyoman Basma,

Komang Charles,Madya Yani, Nyoman Gede, anggota DPRD Kabupaten Bangli).

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

25

Pendapat tersebut dibuktikan dengan pendistribusian logistik pemilu di tingkat

desa yang dianggap sudah berjalan baik. Kalau di daerah saya belum pernah terjadi apa-

apa, terkait kinerja KPU Kabupaten Bangli dalam pendistribusian logistik. KPU

Kabupaten Bangli sudah melaksanakanan tugasnya dengan baik (Wawancara Senin

11Juli 2015 I Wayan Rata Warga Desa Demulih Kec. Susut, Bangli).Demikian pula yang

terjadi di Desa Jehem pendistribusian logistik, semua berjalan aman dan tidak ada lagi

hambatan (Wawancara senin 20 Juli 2015. Made Rencana Perbekel Desa Jehem

Kecamatan Tembuku).

Kinerja KPU dalam distribus logistik pemilu 2014 sudah sangat baik dan

berjalan lancar. Menurut salah seorang informan karenaKPU Kabupaten Bangli sudah

dipersiapkan alat-alat logistik pemilu sehari sebelum pencoblosan (H-1). Selain itu KPU

sudah mempersipkan tenaga-tenaga yang cukup kompoten dibidangnya, (Wawancara

Wayan Suniasih, Senin 20 Juli 2014).

Terkait distribusi logistik pemilu yang cukup baik ini, diakui pula seorang

narasumber penelitian. Persiapan KPU Kabupaten Banglimengenai pendistribusian

logistik pemilu cukup matang. Hal ini dinilai dari peran KPU Kabupaten Bangliuntuk

mengecek dengan membuka terlebih dahulu dan dilakukan cross check oleh masing-

masing petugas PPS, dan kalau selesai digembok kembali dan didrop di masing-masing

desa. Hal ini tujuannya adalah untuk mengecek agar tidak terjadi kerusakan atau

kekurangan logistik yang bisa menghambat proses pemilihan (Wawancara, Senin 11 juli

2015. Nengah Dharma Warga Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli).

4.2. Perilaku Memilih dan Politik Uang

Antara perilaku memilih dan tingkat partisipasi memilih seseorang dalam

pemilihan umum memiliki hubungan yang sangat erat. Oleh karena itu, salah satu

indikator dari tingginya perilaku memilih warga dapat diukur dari tingginya tingkat

partisipasi politik pada saat pemilihan umum diselenggarakan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku memilih warga pertama, sikap

penyelenggara pemilu yang bersih dan profesional. Kedua, sikap para peserta pemilu

yang bisa menampilkan wajah pemilu yang lebih ramah jauh dari konflik kepentingan.

Ketiga kemasan kampanye politik untuk menarik minat pemilih. Ketiga faktor tersebut

diharapkan dapat menciptakan iklim demokrasi yang kondusif, sehat dan dinamis.

Sikap penyelenggara pemilu yang bersih dan profesional dapat diukur dari

seberapa besar usaha penyelenggara pemilu membuka akses ke masyarakat, seperti

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

26

efektifitas pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan pemilu. Sementara bagi peserta

pemilu (partai politik dan calon) seberapa besar tingkat kepercayaan dan elektabilitas

mereka dihadapan masyarakat.

Kampanye politik dapat mendorong sikap dan perilaku politik warga karena

kampanye dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan organisasi politik atau

calon yang bersaing untuk meraih dukungan massa dalam pemungutan suara. Pada

umumnya, penyampaian pesan politik dalam kampanye menjadi perhatian warga.

Selain itu pilihan kampanye yang menggunakan media rapat akbar,

penyebaran brosur, pemasangan spanduk, hingga memanfaatkan jasa internet, jejaring

media sosial, dan bertatap muka langsung dengan publik untuk menyampaikan

gagasanmasih dianggap menjadi daya tarik bagi pemilih untuk menentukan pilihan.

Artinya, efektifitas pilihan kampanye dengan masyarakat turut memberikan kontribusi

besar bagi perilaku memilih warga. Pada saat kampanye digelar, biasanya warga juga

menentukan pilihan politiknya, karena pada forum ini warga dapat langsung melihat

harapan maupun janji-janji dari masing-masing calon.

Kampanye memang sejak dari dulu menarik perhatian dalam pemilu. Hal ini

mengingat kampanyemasih dipandang bermanfaat dari beberapa aspek. Pertama, dalam

terminologi komunikasi tatap muka, kampanye bersifat dinamis karena terjadi interaksi

langsung. Kedua, adalah adanya umpan balik secara langsung. Kelebihan lainnya adalah

menghilangkan jarak atau batas antara kontestan dengan masyarakat.

Selain faktor kampanye,faktor figur juga merupakan salah satu pertimbangan

yang sangat menentukan bagi masyarakat dalam menentukan pilihan

politiknya.Beberapa program yang diusung figurcalon biasanya menjadi pertimbangan

(referensi) bagi masyarakat untuk menentukan pilihan saat pemilu dilaksanakan.

Pertimbangan lain yang juga menguat menjadi pertimbangan pilihan warga adalah asal

tempat tinggal (domisili), partai politik dan agama.

Sikap politik pemilih di Kabupaten Bangli didominasi oleh beberapa faktor

tersebut diatas.Sebagian besar perilaku pemilih di Kabupaten Bangli masih dipengaruhi

perilaku pemilih yang mudah termobilisasi. Hal tersebut ditunjukkan oleh sikap

fanatisme mereka terhadap salah satu partai politik. Sikap fanatisme mereka masih

banyak,dan sangat resisten terhadap partai atau calon lain ketika ada yang mencoba

mengacaukan pilihan politik mereka.

Narasumber lain menyatakan selain fanatisme terhadap partai politik tertentu

perilaku memilih masyarakat Bangli juga termasuk perilaku pemilih yang menyandarkan

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

27

pilihan politiknya pada hati nurani. Hanya saja yang patut dicatat bahwa Bangli masih

pemilih yang mendasadarkan pada partai politiknya masih kuat bahkan militan

(Wawancara 20 Juli 2015. I.B Made Rencana, Perbekel Desa Jehem Kecamatan

Tembuku).

Preferensi lain sikap memilih masyarakat Bangli ternyata lebih kepada

ketokohanatau kader partai politik dengan penguasaan ideologinya yang baik. Definisi

ketokohan disini bisa saja merujuk pada figur. Figur disini adalah tokoh masyarakat –

ataupun pejabat-- yang selalu datang aktif ke masyarakat.(Wawancara, Selasa 12 Juli

2015. Anak Agung Ketut Anggradiguna Perbekel Desa Susut Kecamatan Susut).

Bahkan ada pemilih yang memilih figur yang mempunyai kepedulian pada

revitalisasi pasar modern. Figur yang kami pilih adalah figur yang dekat dan sering

mengunjungi masyarakatnya. Beberapa hal yang kami direkomendasi adalah figur yang

mampu merevitalisasi pasar tradisional kami yang baru habis kebakaran. Diharapkan

dengan perbaikan pasar ini menjadi daya tarik buat pertumbuhan ekonomi warga

(Wawancara, Senin 11 Juli 2015, Nengah Dharma Warga Kelurahan Kawan,

Kecamatan Bangli).

Hal yang tidak kalah penting adalah perilaku memilih dari golongan

disabilitas, baginya memilih pemimpin lebih baik memilih program bukan partai.

Terutama program pada kepala daerah yang akan memberikan fasilitas kepada kepada

mereka. Bukan memilih calon pemimpin yang akan memberikan uang tetapi pemimpin

yang akan memberikan mereka fasilitas seperti tempat untuk pijat tuna netra, pelatihan

pembuatan dupa wangi dan keterampilan lainnya.Ada pula preferensi untuk memilih

berdasarkan tempat tinggal yang sama atau se-daerah. Alasannya memilih orang seperti

ini karena mereka tahu persoalan yang dihadapi masyarakatnya. (Wawancara Selasa 12

Juli 2015, Wayan Sujana Warga Desa Penatahan, Kecamatan Susut).

Berdasarkan sejumlah preferensi perilaku memilih, ternyata ada beberapa

pertimbangan yang dipakai masyarakat untuk menjatuhkan pilihan, baik terhadap calon

legislatif maupun calon pemimpin (bupati). Pertama, adalah asal partainya. Ini

disebabkan karena masyarakat pemilih berasal dari partai tersebut dan merupakan

pendukung dari partai itu. Kandidat dipandang sebagai orang terbaik yang ada di partai

itu sehingga wajib didukung dalam pemilihan umum. Akan tetapi, dia tidak memaksakan

masyarakat lain untuk memilihnya.

Kedua, adalah berdasarkan kedekatan dengan masyarakat. Kedekatan ini

memberikan harapan akan kebijakan-kebijakan yang dilakukannya setelah menduduki

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

28

posisi dan menduduki jabatan, sesuai dengan apa yang ada di masyarakat. Dalam

pandangan masyarakat, kedekatan juga dipandang akan mampu dipakai untuk

menyampaikan keluhan dan usulan yang ada sehingga dapat mengetahui bagaimana

sesungguhnya kondisi di masyarakat. Semakin dekat dengan masyarakat akan semakin

tahu dengan kondisi sosial yang sesungguhnya.

Ketiga agama dan gender cenderung juga diungkapkan sebagai bahan

pertimbangan. Pertimbangan ini seperti yang terjadi perilaku memilih warga di

Kecamatan Kintamani.Pertimbangan memilih selain disandarkan pada alasan asal tempat

tinggal, juga lebih banyak didasarkan pada pilihan atas kesamaan gender dan agama.

Hanya saja faktor ini harus ada pada figur yang menonjol dalam pergaulannya.

Hal yang menarik dalam perhelatan pemilu dan pemilukada terkait dengan

permasalahan politik uang. Hasil temuan Indonesian Corruption Watch (ICW) mencatat

praktek politik uang pada pemilu legislatif 2014 sebanyak 313 kasus. Angka ini

melonjak 100 persen dari pemilu legislatif 2009. Catatan ICW lainnya menjelaskan

terdapat empat isu yang menjadi fokus pemantauannya selama masa kampanye terbuka,

masa tenang, dan hari pencoblosan Pemilihan Legislatif Tahun 2014. Keempat hal

tersebut adalah pemberian barang, jasa, uang, dan penggunaan sumber daya negara

(Suaramerdeka.com, 21/4).

Tanggapan warga Kabupaten Bangli terhadap politik uang sangat variatif.

Salah satunya seperti yang diungkapkan salah satu narasumber, Ida Bagus

Artha.Menurutnya,politik uang bisa masuk segala celah, tetapi pembuktiannya susah,

seringkali saya mengamati politik uang terjadi pada saat warga yang diundang

simakrama di Balai Banjar. Warga diundangdan diajak mengajukan proposal.

Terkadang, calon meminta warga membuat proposal terkait dengan perbaikan

pura.jika proposal dibuat warga biasanya calon memberikan bantuan lewat sesari dan

dana punia. Karena dana punia menurut mereka bukan bagian dari politik uang, karena

siapa pun yang menyumbang dengan dana punia dianggap sebagai keikhlasan

penyumbang. Penyalahgunaan dana punia oleh calon sempat terjadi ketika menjelang

pemilihan gubernur. Ada pula pengakuan narasumber yang melihat kandidat

tertentuberbicara dengan kelihan di banjar adat tertentu, sambil memberikan bantuan

sebanyak 2,5 juta.Kondisi tersebut terus berlanjut sampai pada pemilu legislatif tahun

2014 laludimana pelaku-pelakunya kebanyakan adalah para calonincumbent. Selain dana

punia, forum simakrama,pelaksanaan festival ogoh-ogoh, sering pula digunakan sebagai

media calon peserta politik untuk merangkul simpati wargatertentu dalam memilih.

Page 34: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

29

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut di atas, perilaku memilih dalam

konteks politik uang di Kabupaten Bangli selalu memang ada. Hanya saja

pembuktiannya susah diungkapkan kebenarannya karena tidak bisa didukung oleh data

yang akurat. Politik uang berjalan tataran rumor saja,hanya saja tidak menutup terjadinya

peluang-peluang yang bisa memunculkan politik uang, seperti pada forum simakrama,

dimana para calon biasanya menawarkan proposal pembangunanfasilitas tertentu pada

warga (Wawancara Selasa 12 Juli2015, Ketut Andrawiguna, Warga Desa Jehem,

Kabupaten Bangli).

Pada penelitian ini, terdapat pula narasumber yang menyatakan bahwa politik

uang terjadi secara terang-terangan. Hal ini seperti diungkapkan pedagangdi Pasar

Daerah Bangli. Menurutnya politik uang terjadi di pasar-pasar melalui perantara

perangkat keamanan lokal dengan cara membagi-bagikan amplop berisikan uang kepada

para pedagang. Amplop tersebut biasanya disertai dengan gambar partai tertentu. Melalui

simbol partai politik tersebut pedagang mengerti akan memberikan suaranya pada calon

dari partai politik bersangkutan. Bahkan ironisnya, pedagang pasar telah menganggap

pemberian uang semacam ini adalah sebagai kompensasi kedatangan mereka ke TPS.

Kompensasi berupa imbal jasa berupa uang yang diterima sebagai pengganti waktu

bekerja mereka yang tersita karena aktifitas memberikan pilihan dalam pemilu ataupun

pemilukada.

Narasumber lain menyatakan bahwa pembuatan proposal tidak hanya

perbaikan sarana umum melainkan juga kebutuhan bagi persembahyangan keluarga,

seperti perbaikan sanggah atau pemerajan. Karena proposal sudah terlanjur dianggap

selalu berisi bantuan berupa uang, maka masyarakat yang mengajukan proposal selalu

mengharapkan adanya uang dari calon bersangkutan(Wayan Santiasih,Warga Desa

Demulih Kecamatan Susut).

Fakta lain yang terungkap dari penelitian ini bahwa saat setiap narasumber

penelitian ditanyakan terkait politik uang, hampir semua narasumber tidak bersedia

menjawab.Hal ini memperkuat asumsi bahwa politik uang memang lumrah terjadi

meskipun sulit dibuktikan.Menurut pernyataan beberapa anggota dewan, politik uang

selalu sulit dibuktikan karena hampir semua transaksi tidak dilakukan secara terbuka.

Masing-masing calon mempunyai cara untuk melakukan politik uang. Hanya saja setelah

pemilu berakhir muncul pengakuan sendiri dari anggota dewan bahwaongkos politiknya

ada yang memakan biaya dengan kisaran sebesar 1 hingga 2 miliyar rupiah.

Page 35: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

30

Hal ini merupakan bukti bahwa politik uang benar-benar terjadi dalam pemilu.

Selain itu menurut para narasumber penelitian, persoalan maraknya praktik politik uang

merupakan konsekuensi atas berjalannya sistem proporsional terbuka dimana

menyertakan proses pemilihan yang sangat ketat diantara para calon(Wawancara, senin

27 Juli 2015. Nyoman Basma, Komang Charles, Madya Yani, Nyoman Gede, anggota

DPRD Kabupaten Bangli).

Persoalan perilaku politik uang selama pemilu maupun pemilukada memang

tidak terlepas dari lemahnya fungsi kontrol KPU,baik di level pusat maupun daerah. Hal

ini sejalan pula dengan lemahnya pencegahan, pengawasan dan penindakan dari Badan

Pengawas Pemilu (Bawaslu). Selain itu minimnya kesadaran dari partai politik untuk

mendisiplinkan para calonnya agar tidak melakukan pelanggaran menjadi catatan

dominan dari penyelenggaraan pemilihan umum legislatif maupun pemilihan kepala

daerah tahun lalu.

4.3. Pemahaman Pemilih terhadap Aturan Main Pemilu

Kekhawatiran lain yang diungkapkan para narasumber penelitian terhadap keberadaan

KPU Kabupaten Bangli pada saat pemilihan umum tahun 2014 adalah lemahnya kemampuan

lembaga tersebut menegakan aturan main dalam penyelenggaraan pemilihan umum. Jaminan

independensi, sikap non-partisan yang ditunjukkan dan sikap profesionalitas para

personelnya, selalu menjadi pusat perhatian masyarakat secara keseluruhan.

Beberapa aturan main yang dicoba diimplementasikan KPU selama pemilu tahun

2014 dan pemilu presiden misalnya terkait dengan aturan integritas kandidat seperti;

a. Aturan yang mewajibkan kandidat melaporkan harta kekayaannya sebelum pemilu

diadakan;

b. Aturan yang melarang seseorang yang pernah dihukum karena pidana di atas lima tahun

untuk mencalonkan diri dalam pemilu;

c. Aturan yang mewajibkan kandidat untuk melaporkan dana kampanye;

d. Aturan yang membatasi jumlah sumbangan kampanye baik perorangan maupun

korporasi;

e. Aturan yang melarang kandidat, parpol dan atau tim kampanye menjanjikan dan atau

memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih;

f. Aturan yang dapat membatalkan seseorang sebagai kandidat karena diketahui

menjanjikan dan atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi

pemilih.

Page 36: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

31

Ketika semua aturan main tersebut ditanyakan, hampir semua responden menyatakan

persetujuannya, kecuali aturan yang dapat membatalkan seseorang sebagai kandidat karena

diketahui menjanjikan dan atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi

pemilih. Alasan ketidaksetujuan terhadap aturan ini karena biaya pemilu sangat mahal, maka

disayangkan apabila benar-benar pembatalan dilakukan sama saja dengan membuang-buang

anggaran.Menurut salah seorang narasumber,solusi bijak untuk menyelesaikan terjadinya

kasus seperti ini adalah pelantikan tetap dilaksanakan sembari menunggu hasil proses hukum

yang berjalan(Wawancara Senin 27 Juli 2015, Nyoman Basma Anggota Legislatif Kabupaten

Bangli Periode 2014-2019).

Di antara beberapa aturan main tersebut, terdapat satu hal aturan main yang saat ini

sedang dipersiapkan oleh KPU pada pemilu dan pemilukada mendatang,yaitu terkait aturan

main penyelenggraan pemilu yang akan dipusatkan di KPU/KPUD. Misalnya aturan main

pemasangan atribut kampanye seperti baliho, spanduk, stiker, serta media lain yang ditangani

langsung oleh KPU.

Aturan seperti ini mendapatkan apresiasi positif dari warga karena pengaturan satu

pintu dianggap lebih efisien dan semua akan mendapatkan akses yang sama. Harapan dari

para narasumber penelitian menyatakan bahwa dengan adanya aturan pemasangan atribut

kampanye maka prinsip keadilan dapat tercipta, karena tidak semua peserta pemilu (partai

politik maupun calon) memiliki kemampuan finansial yang sama.

Selain itu aturan pemasangan atribut kampanye yang dipusatkan di tangan KPU ini

akan menghindari zona larangan pemasangan baliho termasuk kemungkinan terjadinya

pemasangan baliho di zona yang salah. Seperti pemasangan di fasilitas umum, antara lain

sekolah,Pura,maupun rumah sakit.

Bahkan pada kasus ini, beberapa narasumber penelitian mengaitkan dengan kasus

pemasanganbaliho calon pada tempat yang berbeda pilihan politiknya. Akibat keberadaan

baliho ini akhirnya memancing kemarahan warga setempatdan terjadi pengrusakan baliho.

Hal ini sebagaimana diungkapkan salah satu narasumber A.A Anggara Wiguna (Perbekel

Desa Susut) yang menyatakan bahwa di wilayahnya pernah terjadi aksi ini yang berujung

kepada kemarahan warga.

Hal yang sama dikemukakan seorang perbekelselaku narasumber penelitian ini.

Menurutnya jika semua aturan main seperti pemasangan baliho dipusatkan di KPU akan

menghindari gesekan di bawah. Pada waktu pemilihan legislatif sempat terjadi gesekan antar

pendukung dari Partai Demokrat dan Partai PDI-Perjuangan di kawasan PDI-P. Sumber

pertikaian dipicu pemasangan baliho dari calon dari Partai Demokrat ditebang dan disobek

Page 37: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

32

dengan parang oleh pendukung partai PDI-Perjuangan. Pelakunya tidak dapat ditelusuri dan

tidak berani mengusutnya (Wawancara Senin 20 Juli 2015,Made Rencana Perbekel Desa

Jehem Kecamatan Tembuku).

Terkait aturan main dengan uji publik dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum

(PKPU) yang saat ini dihapuskan, semua narasumber penelitian ini menyesalkankondisi ini.

Aturan main mengenai uji publik ini masih dipandang penting karena melalui sistem suara

terbanyak seharusnya pemilih tidak lagi melihat calonberdasarkan kehebatan atau nomor

urut, melainkan harus dipastikan apakah mereka adalah orang-orang yang dipandang cerdas

yang secara kebetulan mendominasi pencalonan.Menurut para narasumber, kondisi perlu

pengaturan lebih lanjut dalam Undang-Undang tentang Partai Politik yang menetapkan calon

legislatif (Wawancara senin 27 Juli 2015, Nyoman Basman, Komang Charles, Madya Yani,

dan Nyoman Gede, anggota DPRD Kabupaten Bangliperiode 2014-2019).

4.4. Partisipasi Politik Pemilih Pemula

Terdapat lima kelompok masyarakat atau segmen yang menjadi target utama dalam

sosialisasi yang diselengggarakan oleh penyelenggara pemilihan umum (KPU). Pertama,

segmen pemilih pemula dan pemuda. Kedua, pemilih penyandang disabilitas. Ketiga, pemilih

perempuan. Keempat,pemilih golongan keagamaan. Kelima, pemilih dari golongan/kaum

marginal.

Pada segmen pertama, saat ini jumlah pemilih realitasnya masih menjadi pusat

perhatian pemerhati pemilu. Hal ini karenajumlah mereka yang secara terus menerus

meningkat dari pemilu ke pemilu. Berangkat dari kondisi inilah maka diyakini bahwa

kapasitas suara pemilih pemula memiliki pengaruh siginifikan bagi perolehan suara dalam

pemilu. Pemilih pemula dan pemuda di Indonesia diperkirakan mencapai 51 juta pemilih dan

mereka berusia sekitar 17 hingga 23 tahun.

Jumlah ini signifikan dari segi politik pemungutan suara (electoral politics).

Berdasarkan Jajak Pendapat Kompas 18 November 2014, bila jumlah pemilih pemula

digabung dengan jumlah pemilih muda lain yang berusia dibawah 30 tahun besarannya

mencapai dua kali lipat atau seebsar 34%.

Fakta ini menyiratkan dua hal pokok dan perlu mendapatkan pusat perhatian. Pertama

pemilih pemula dewasa ini banyak memandang sinis atas istilah politik. Bagi kalangan ini

politik merupakan permainan kotor. Politik menurut mereka hanyalah ajang para elit politik

untuk memperebutkan (bagi-bagi/dan mempertahankan) kekuasaan tanpa memperhatikan

nasib rakyat.

Page 38: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

33

Sejalan dengan pandangan tersebut, para pemilih pemula menganggap partai politik

yang seharusnya melahirkan kader politisi yang mengabdi pada kepentingan masyarakat,

justru menghasilkan kader politisi yang justru terjerat dalam berbagai kasus korupsi, kolusi

dan nepotisme (KKN). Isu keterlibatan sejumlah kader partai politik dalam kasus korupsi

berdampak lebih jauh kepada masyarakat. Selain penurunan citra politik, berbagai identitas

positif yang dilekatkan publik kepada partai politik turut terpengaruh.Kenyataan ini

menegaskan kegelisahan tentang rendahnya minat mereka terhadap pemilu semakin berada

dititik nadir.

Kedua, kewaspadaan jumlah mereka yang besar apabila tidak diantisipasi dengan

pendidikan politik yang benar, justru hanya menjadi rebutan partai politik maupun para

politisi untuk mendongkrak perolehan suara. Artinya partisipasi mereka hanya sebatas

partisipasi parokial tanpa kontribusi untuk proses demokratisasi.

Partisipasi memilih dari kalangan ini masih hanya sekedar mencoba-coba disamping

melihat momentumbahwa pemilu hanya sebagai ajang partisipasi dengan memberikan suara

mereka kepada partai atau tokoh yang mereka sukai/gandrungi. Antusiasme mereka datang ke

TPS tidak bisa langsung diterjemahkan bahwa kesadaran politik mereka sudah tinggi.

Kesadaran politik di kalangan pemilih pemula diatas, ternyata ditemukan pula di

Kabupaten Bangli. Walaupun tidak semua kategori diatas terjadi, pemilih pemula yang ikut

serta dalam pemilihan umum cukup variatif. Hal ini terjadi karena faktor pendidikan dan

pengalaman di luar karakter mereka masing-masing. Sebagian besar kalangan pemilih

pemula di Kabupaten Bangli masuk kategori pemilih pemula yang partisan.

Pemilih pemula di Kabupaten Bangli masih banyak yang memilih berdasarkan

panutan. Ketika orang tua sempat berbicara dirumahnya, baik karena alasan obyektif maupun

pragmatis, akan cenderung menurut pada orang tuanya.

Dilihat dari tingkat partisipasi pada pemilu, pemilih pemula di Bangli tergolong

tinggi. Menurut beberapa narasumber pemilih pemula pada penelitian, terdapat beberapa

catatan khusus yang perlu dipertimbangkan terkait kesadaran mereka ikut memilih pada

pemilihan umum. Temuan penelitian ini menyatakan keikutsertaan pemilih pemula pada

pemilu rata-rata menginginkan perubahan, meskipun mereka tidak memiliki pengalaman

yang matang tentang apa yang dimaksud dengan perubahan itu sendiri. Dorongan ini lebih

banyak karena interaksi kalangan pemilih pemula sendiri dengan faktor-faktor pendorong

dari luar dirinya, seperti kelompok pergaulan dan media sosial (Wawancara senin 27 Juli

2015. Nyoman Basma wakil ketuad DPRD Bangli periode 2015-2019).

Page 39: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

34

Pada penelitian ini ditemukan fakta bahwa kesukarelaan mereka dalam memilih masih

sangat tinggi. Hanya saja kondisi ini masih seringkali terbatasi oleh adanya kendala-kendala

teknis yang menyebabkan mereka tidak bisa ikut dalam pemilihan umum. Hal tersebut terjadi

karena sebagian besar dari pemilih pemula ini sudah banyak yang bekerja atau studi di luar

Bangli atau alasan tidak memiliki kartu suara dari penyelenggara pemilihan umum.

Para pemilih pemula ini rata-rata masih aktif dan punya semangat untuk ikut

mencoblos, hanya saja karena rata-rata mereka diluar Bangli sehingga mereka enggan ikut

memilih. Seharusnya mereka ikut memilih tetapi kondisi seperti itu membuat mereka enggan

untuk ikut memilih (Wawancara Senin 27 Juli 2015, Nyoman Basma, Komang Charles,

Madya Yani, dan Komang Gede, anggota legislatif Bangli periode 2014-2019).

Satu hal yang tidak dapat ditinggalkan dari tingginya semangat pemilih pemula di

Kabupaten Bangli ternyata memiliki kontribusi besar bagi perkembangan demokrasi. Hal itu

tersebut ditunjukkan dengan sumbangan mereka menjadi relawan bagi pemilih usia lanjut

yang belum paham dengan prosedur (tata cara) pemilihan.Semangat yang tinggi mendorong

mereka menjadi relawanuntuk menjelaskan tata cara pemilihan karena pemilihan umum yang

diselenggarakan pada pemilu 2014 tergolong rumit dari pemilu sebelumnya.

Rata-rata lebih 90 % pemilih pemula lebih cerdas dan berpengalaman. Karena

rumitnya pemilu yang diselenggarakan tahun 2014 pemilih pemula justru banyak menjadi

relawan, mengajarkan ke orang tua pada saat pencoblosan,hal itu sangat membantu kerja

KPUD(Wawancara, Senin 27 Juli 2015, Komang Charles anggota DPRD Bangli periode

2015-2019).

Kondisi ini tentunya menjadi sangat penting dan memberikan manfaat bagi

penyelenggara pemilihan umum terutama dalam mensosialisasikan prosedur dan tata cara

pemilihan. Kenyataan ini tentu memiliki nilai yang sangat berarti karena KPU Kabupaten

Bangli bisa lebih mendorong masyarakat untuk menggunakan hak politiknya dalam pemilu.

Page 40: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan, antara lain sebagai berikut :

1. Sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Bangli sudah berjalan baik. Hanya saja

ada sebagian warga menginginkan adanya relawan yang dipersiapkan bekerja bisa masuk

sampai ke rumah-rumah warga, sehingga warga memiliki informasi lengkap mengenai

pelaksanaan pemilu. Sosialisasi menurut kalangan pemilih pemula masih perlu diperluas

dan ditingkatkan medianya. Bagi kalangan ini, sosialisasi pemilu tidak hanya cukup

dengan pemasangan melalui media baliho,pamflet, leaflet atau stiker, melainkan

diperlukan pula penambahan pemanfaatan melalui media online. Media ini bagi mereka

lebih cepat diakses dan sejalan dengan kondisi saat ini.

2. Pelaksanaan sosialisasi KPU Kabupaten Banglibelum sampai kepada kelompok-kelompok

marginal, seperti penyandang disabilitas maupun kalangan khalayak yang berada di tempat

fasilitas umum, seperti pasar. Hal itu terbukti dari beberapa narasumber penelitian yang

menyatakan bahwa mereka tidak pernah mendapatkan sosialisasi mengenai pemilu.

Narasumber ini mendapatkan sosialisasi mengenai pemilu justru berasal dari pihak lain.

Pedagang mendapat informasi dari pecalang, sementara penyandang disabilitas

mendapatkan informasi pemilu berasal dari televisi dan keluarganya.

3. Strategi sosialisasi yang diharapkan oleh pemilih sangat bervariasi. Pertama, bagi

kalangan pemilih masyarakat umum (awam), sosialisasi disampaikan dengan menyertakan

media hidburan seperti pertunjukkan bondres, wayang atau jalan sehat yang disertai

undian doorprize.Terdapat pula upaya sosialisasi yang disampaikan melalui media

spanduk, baliho, iklan radio, dan televisi. Kedua, bagi kalangan pemilih pemula strategi

sosialisasi lebih banyak yang tersampaikan melalui media massa, koran, iklan radio dan

televisi, bahkan media online KPU Kabupaten Bangli.

4. Secara keseluruhan, terkait dengan semua aturan main penyelenggaraan pemilu seperti

aturan main integritas calon, semua narasumber penelitian setuju. Hanya saja, aturan main

yang memenangkan pemilihan tetapi dibatalkan karena ketahuan memberikan sesuatu

kepada pemilih lebih banyak narasumber yang menyatakan keberatan.Sementara aturan

main yang akan dipersiapkan pada pemilu dan pemilukada yang akan datang, semuanya

akan dikembalikan/dipusatkan ditangan KPU semua narasumber menyatakan setuju. Hal

ini karena menjamin adanya prinsip keadilan.

Page 41: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

36

Perilaku memilih masyarakat Kabupaten Bangli sangat variatif. Preferensi dalam memilih

lebih banyak disandarkan pada figur, partai politik, kesamaan tempat tinggal, gender dan

agama.Pilihan atas partai politik lebih banyak disandarkan pada figur calon bersangkutan,

tidak hanya ideologis melainkan lebih kepada kredibilitas figur yang peka terhadap

tuntutan perubahan. Khusus untuk pertimbangan kesamaan tempat tinggal karena

mayoritas pemilih masih menganggap bahwa figur yang berasal dari daerahnya paham

akan persoalan yang dihadapi oleh daerahnya.

5. Partisipasi politik pemilih pemula di Kabupaten Bangli masih tergolong tinggi. Karena

kebanyakan dari mereka baru pertama kali ikut mencoblos. Selain itu mereka terlihat lebih

banyak menjadi relawan yang memberitahu cara memilih kepada orang tua. Hal ini

tentunya dapat membantu kinerja KPU Kabupaten Banglidalam memberikan pemahaman

kepada kelompok pemilih lanjut usia untuk terlibat dalam pemilihan umum.

6. Pada penelitian ini terungkap pula mengenai perilaku politik uang yang terdapat pada

kalangan pemilih pemula. Hal tersebut seperti pada adanya preferensi pilihan suara

mereka kepada figur yang berasal dari wilayah asal dengan beragam usulan program

perbaikan yang dilontarkan pada saat aktifitas adat dan keagamaan berlangsung. Pada

konteks ini biasanya figur tersebut diharapkan dapat menyumbang atau menjanjikan

sesuatu kepada mereka.

5.2. Saran

Berdasarkan temuan penelitian diatas terdapat beberapa saran yang diajukan pada

penelitian ini. Saran tersebut antara lainsebagai berikut:

1. Pada pemilukada mendatang, sebaiknya KPU Kabupaten Bangli bersinergi dengan

relawan yang akan membantu aktifitas sosialisasi hingga ke tingkat dusun, terutama

sosialisasi tahapan pemilukada, penjadwalan sampai pelaksanaan.

2. Pada pemilukada mendatang, KPU Kabupaten Bangli lebih memperhatikan kalangan

pemilih kelompok marginal, seperti penyandang disabilitas dan kelompok pedagang kecil

di pasar, agar hak politiknya masih tetap bisa terjamin sebagaimana tercantum dalam

amanat konstitusi.

3. Terkait perilaku pemilih yang diwakilkan sangat penting untuk diperhatikan oleh KPU

Kabupaten Bangli karena hal ini akan menimbulkan maraknya praktek jual beli suara.

KPU Kabupaten Bangli harus lebih tegas menegakkan aturan main dalam penyelengaraan

pemilihan umum. Salah satunya adalah melalui peningkatan pendidikan politik pemilih

supaya lebih sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Page 42: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Laporan Hasil Penelitian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli & FISIP Universitas Udayana

37

4. Aturan main kepemiluan terkait sosialisasi calon khususnya pemasangan atribut yang

terpusat di KPU pada pemilukada mendatang benar-benar bisa ditegakan. Hal ini karena

terkait dengan prinsip keadilan bagi peserta pemilihan. Penghindaran zona-zona larangan

pemasangan baliho, spanduk termasuk kemungkinan zona-zona yang salah, seperti di

tempat fasilitas umum, seperti, sekolah, tempat ibadah dan sarana kesehatan perlu

diantisipasi dengan aturan baru tersebut. Hal ini sekaligus bisa mereduksi tingkat

kesalahan terkait pemasangan atribut calon yang pernah terjadi sebelumnya di Kabupaten

Bangli.

5. KPU Kabupaten Bangli harus bisa mengambil tindakan tegas dan jelas terhadap potensi

terjadinya peraturan yang salingkontradiktif, seperti antara aturan KPU dengan Peraturan

Bupati, maupun kesepakatan wargasetempat terutama dalam pemanfaatan zona-zona

pemasangan alat peraga kampanye.

6. Terkait perilaku politik uang yang berpotensi dengan beragam media, menuntut upaya

yang lebih tegas dari pihak penyelenggara mengklasifikasikan jenis-jenis pelanggaran

politik uang dalam pemilu maupun pemilukada. Hal ini seperti terdapatnya indikasi

penggunaan dana punia sebagai salah satu bentuk penyalahgunaan politik uang yang

sebagian besar ditolak oleh calon dalam pemilu.

Page 43: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ananta, Aris et.al., 2004 Indonesian Electoral Behaviour: A Statistical Perspective,

Singapore: ISEAS

Bone, Hugh A dan Austin Ranney, 1981, Politics and Voters, USA: McGraw-Hill

Cambell, Angus et. al., 1966 The American Voter USA: Jhon Wiley and Sons, Inc

Clarke, Harold D. et.al., 2004Political Choice in Britain, New York: Oxford University Press

Erb, Maribeth dan Priyambudi Sulistiyanto (Ed.), 2009 Deepening Democracy in Indonesia:

Direct Election for Local Leaders, Singapura: Institute of Southeast Asian Studies

Evans, Jocelyn A. J., 2004, Voting and Voters: An Introduction, London: SAGE Publications

Fitriyah, 2005, “Menggagas Akuntabilitas Politik Lokal Menuju Kepengelolaan yang Baik di

Daerah,” dalam Jamil Gunawan, et. al. (Eds.), Desentralisasi, Globalisasi dan

Demokrasi LokalJakarta: LP3ES

Gaffar, Afan, 1992 Javanese Voters: A Case Study of Election Under a Hegemonic Party

System, Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Harison, Lisa, 2009, Metode Penelitian Politik, terj. Jakarta: Kencana

Kavanagh, Denis, 1983, Political Science and Political Behaviour, London: George Allen &

Unwin

King, Dwight Y., 2003, Half Harted Reform: Electoral Institution and Strugle for Democracy

in Indonesia, USA: Praeger Publishers

Henk Schulte Nordholt, 2010,Bali: Benteng Terbuka 1995-2005 (terj.), Jakarta: KITLV

Nursal, Adman, 2004, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta Gramedia

Nuryanti, Sri, 2006, “Pilkada Langsung Memperkuat Demokrasi Lokal?,” Pusat Penelitian

Politik: Year Book 2006

Roth, Dieter, 2008, Studi Pemilu Empiris: Sumber, Teori, Instrumen, dan Metode, terj.

Jakarta: Friedrich-Naumann Stiftung fur die Freiheit

Shenkman, Rick, 2008, Just How Stupid Are We?: Facing the Truth about American Voter,

New Yosrk: Basic Book

Upe, Ambo, 2008, Sosiologi Politik Kontemporer: Kajian Tentang Rasionalitas Perilaku

Politik Pemilih diEra Otonomi Daerah, Jakarta: Prestasi Pustaka

Jurnal

Eriyanto et.al., “Mesin Partai atau Popularitas Kandidat?”, dalam Kajian Bulanan Lingkaran

Survei Indonesia, No 12, (April 2008)

Page 44: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Ikeda, Ken’ichi et.al, “Dynamics of interpersonal Political Environment and Party

Identificatin: Longitudinal Studies of Voting in Japan and New Zeland”, dalam

Political Psycology, Vol 26 No 4, (Aug. 2005)

Kaspin, Deborah, “The Politics of Ethnicity in Malawi’s Democratic Transition”, dalam

Journal of Modern Afrikan Studies, Vol. 33 No. 4 (Desember, 1995)

Kinzo,Maria D’Alva Gin, “The 1989 Presidential Election: Electoral Behaviour in Brazilian

City”, dalam Journal of Latin American Studies, Vol. 25 No. 3 (May, 1993)

Liddle, R.William dan Saiful Mujani,“Leaderships, Party,and Religion: Explaining Voting

Behavior In Indonesia” dalam Journal Of Democrcy,Vol. 21 No. 2 (April 2010)

Rood, Steven, “Perspective on the Electorals Behaviour of Baguio City (Philipines) Voters in

Transition Era”, dalam Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 22 No. 1, (Maret 1991)

Tesis

Agusmawanda, Perilaku Memilih Masyarakat Adat Ternate dalam Pemilihan Legislatif Kota

Ternate 2009, Tesis Magister, (Jakarta: FISIP UI, 2011)

Adnyana, Yudistira, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Memilih dalam Pilkada

Badung 2005, Tesis Magister, (Jakarta: FISIP UI, 2006)

Toruan, Jhonsar L., Perilaku Memilih Pada Pemilihan Kepala Daerah 2005: Studi Kasus

Kemenangan Mardin Sihombing/Marganti Manullang Sebagai Bupati/Wakil Bupati

Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatra Utara, Tesis Magister, (Jakarta:

FISIP UI, 2006)

Dokumen

Berita Acara Nomor 900/1569/KPU tentang Rapat Pleno Penetapan Pasangan Calon Terpilih

dalam Pilkada Provinsi Bali Tahun 2008

Artikel

Kompas, Kamis 16 Mei 2013, Puspayoga dan Pastika Imbang: Setiap Kubu Klaim

Kemenangan”

http://jogja.okezone.com/read/2013/03/27/340/782195/dikeroyok-banyak-partai-pdip-pede-

di-pilgub-bali

Page 45: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

Nama Narasumber Penelitian

No Nama Narasumber, Usia dan

Foto

Jabatan dan No

HP

Alamat Tanggal

Wawancara

1. Nengah Pasti (Usia 47 tahun)

Petugas

Pemutakhiran

Data Pemilih

(PPDP), Mantan

Panitia

Pemilihan Suara

(PPS) No HP.

081338549521

Desa Landih,

Kecamatan

Bangli

11 Juli 2015

2. Nengah Darma (Usia 50

tahun)

Petugas

Pemutakhiran

Data Pemilih

(PPDP) HP.

081338078743

Kelurahan

Kawan,

Kecamatan

Bangli

11 Juli 2015

3. I Wayan Rajen (Usia 48 tahun) Petugas

Pemutakhiran

Data Pemilih

(PPDP) Desa

Pengotan

Kecamatan

Bangli

Kecamatan

Bangli

11 Juli 2015

4. Samroni (Usia 52 tahun) Pedagang di

Pasar Bangli

Kecamatan

Bangli

11 Juli 2015

5. I Wayan Suartika (Usia 34

tahun)

Pengurus

Yayasan Bunga

Bali Cabang

Bangli . HP.

085738255008

Desa Tembuku,

Kecamatan

Tembuku

11 Juli 2015

6. I Wayan Rata (Usia 43 tahun) PNS Pemkab

Bangli

Kecamatan Susut 11 Juli 2015

7. I Ketut Carem Kepala Dusun

Pengotan,

Bangli. No HP.

08123960058

Desa Pengotan,

Kecamatan

Bangli

11 Juli 2015

8.. Wayan Sujana (Usia 50) Warga Desa

Penatahan. HP.

082340322232

Desa Penatahan,

Kecamatan Susut

12 Juli 2015

9. Anak Agung Ketut

Anggradiguna (Usia 57 tahun)

Perbekel Desa

Susut. HP.

081337797672

Desa Susut,

Kecamatan Susut

12 Juli 2015

Page 46: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

10. Putu Windu Eka Suryantini

(Usia 30 tahun)

Sekretaris

Perbekel Desa

Taman,

Kecamatan

Bangli. HP.

082340322181

Desa Taman Bali,

Kecamatan

Bangli

12 Juli 2015

11. Sang Kompyang Mangku

(Usia 65 tahun)

Pensiunan Guru.

Hp.

085238169989

Desa Taman Bali,

Kecamatan

Bangli

12 Juli 2015

12. Wayan Suniasih (Usia 43

tahun)

Istri Perbekel

Desa Tembuku,

Kecamatan

Tembuku

Desa Tembuku,

Kecamatan

Tembuku

20 Juli 2015

13. I.B Made Rencana (Usia 51

tahun)

Perbekel Desa

Jehem

Kecamatan

Tembuku

HP.

081337030722

Desa Jehem,

Kecamatan

Tembuku

20 Juli 2015

14. I Nengah Darmada (Usia 40

tahun)

Ketua KPPS dan

Ketua Dusun

Antugan, Desa

Jehem

Kecamatan

Tembuku.

HP.

08124603544

Desa Jehem,

Kecamatan

Tembuku

20 Juli 2015

15. Ni Wayan Santiasih (Usia 19

tahun)

Pemilih Pemula

Warga Demulih,

Kecamatan

Susut. HP.

085738221971

Desa Demulih,

Kecamatan Susut

29 Juli 2015

16. Manggala (Usia 21 tahun) Pemilih Pemula

Warga Desa

Bebalang,

Kecamatan

Bangli.

Desa Bebalang,

Kecamatan

Bangli

29 Juli 2015

17. Nama : Ida Bagus Restu Surya

(Usia 19 tahun)

Pemilih Pemula

Warga Desa

Kubu,

Kecamatan

Bangli. No. HP

081937781770

Desa Kubu,

Kecamatan

Bangli

29 Juli 2015

Page 47: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

18. I Nyoman Basma, S.H Wakil Ketua

DPRD Bangli,

DPC Partai

Golkar. No HP.

081938383430

Kecamatan

Kintamani

27 Juli 2015

19. I Komang Charles, S.E Wakil Ketua

DPRD Bangli,

Ketua DPC

Partai Demokrat

Bangli. No HP.

08123960058

Kecamatan

Kintamani

27 Juli 2015

20. Ni Nengah Dwi Madya Yani DPRD Bangli,

DPC PDI-P. No.

HP.

085237488999

Kecamatan

Bangli

27 Juli 2015

21. I Dewa Gede Oka, S.H DPRD Bangli,

DPC Partai

Gerindra Bangli

Kecamatan Susut,

Bangli

27 Juli 2015

22. I Nyoman Karang Guru Kecamatan

Kintamani

Desa Katung,

Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

23. Nyoman Bilawan Kelian Adat

Desa Katung

Desa Katung,

Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

24. Dewa Gde Adiputra Kelian Dinas

Desa Katung

Desa Katung,

Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

25. Ketut Rimpin Pedagang Toko Desa Belancan,

Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

26. Putu Sepi Pedagang Bakso Br. Desa Kuta

Dalem, Desa

Sukawana,

Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

27. Wayan Serana Petani dan

Bebotoh

Br. Desa Kuta

Dalem, Desa

Sukawana,

Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

28. Made Sukradani Pedagang Br. Desa Kuta

Dalem, Desa

Sukawana,

Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

29. Wayan Dirka Pedagang, Caleg

DPRD Bangli

2014

Banjar Pangkung,

Desa Belantih,

Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

Page 48: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN

30. Ni Made Ratni Petani Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

31. Luh Gde Ardhani Mahasiswi Desa Belancan,

Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

32. Ketut Belawan Petani Banjar

Kintamani, Desa

Kintamani

Kecamatan

Kintamani

8 Juli 2015

Page 49: LAPORAN HASIL PENELITIAN - repositori.unud.ac.id · Ilmu Politik Universitas Udayana Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGLI 2015 . ii . RINGKASAN