laporan fisiologi

3
BINTIK BUTA 1. Pendahuluan Bagian retina yang mengadung fotoresptro sebenarnya adalah kelanjutan (perluasan) dari SSP dan bukan suatu oraga perifer terpisah. Selam perkembangan mudigah, sel retina “mundur” dari system saraf, sehingga lapisan-lapisan retina, yang mengejutkan, menghadapa ke belakang. Bagian saraf dari retina terdiri dari tiga lapisan sel peka rangsang, diantara lain adalah: lapisan paling luar (paling dekat dengan koroid) dan pembuluh darah berjlan disebut diskus potikus. Bagian yang mengandung sel batang dan sel kerucut , yang mana ujung-ujungnya peka saraf optic kelcahayanya menghadap ke khoroid (menjauhi sinar datang); lapisan tengah sel bipolar, dan lapisan dalam sel ganglion. Akson-akson sel ganglion menyatu untuk membentuk saraf optic, yang keluar dari retina tidak tepat dari bagian tengah. Titik di retina tempat saraf optic keluar dan pembuluh darah berjalan disebut diskus optikus. Bagian ini sering disebut sebagai bentuk buta; tidak ada bayangan yang dapat dideteksi di bagian ini karena tidak adanya sel kerucut dan sel batang. Dalam keadaan normal kita tidak menyadari adanya bintik buta ini karena pemrosesan di sentral agaknya “mengisi” kekosongan ini 1 . Secara histologist area posterior retina tempat nervus opticus meninggalkan retina tidak memiliki fotoreseptor dan dikenal sebagai bintik buta retina. Ketiadaan sel-sel fotoreseptor( sel batang dan sel kerucut) menyebabkan cahaya yang dibiaskan ke daerah diskus optikus ini tidak dapat diproses menjadi impuls saraf sehingga kita tidak dapat melihat bayangan yang dibiaskan ke daerah bintik buta ini 2 .Bintik buta dapat diketahui keberadaannya dengan percobaan praktikum yang dilakukan seperti di bawah ini. 2. Tujuan Praktikum Memahami letak bintik buta terhadap fovea sentralis di retina. Dengan tujuan khususnya adalah menjelaskan cara membuat proyeksi eksternal bintik buta dan mendemonstrasikan proyeksi eksternal bintik buta terhadap fovea sentralis. 3. Alat dan Bahan 1. Kertas putih

Upload: raynaldo-pinem

Post on 10-Nov-2015

236 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dfsdf

TRANSCRIPT

BINTIK BUTA1. PendahuluanBagian retina yang mengadung fotoresptro sebenarnya adalah kelanjutan (perluasan) dari SSP dan bukan suatu oraga perifer terpisah. Selam perkembangan mudigah, sel retina mundur dari system saraf, sehingga lapisan-lapisan retina, yang mengejutkan, menghadapa ke belakang. Bagian saraf dari retina terdiri dari tiga lapisan sel peka rangsang, diantara lain adalah: lapisan paling luar (paling dekat dengan koroid) dan pembuluh darah berjlan disebut diskus potikus. Bagian yang mengandung sel batang dan sel kerucut , yang mana ujung-ujungnya peka saraf optic kelcahayanya menghadap ke khoroid (menjauhi sinar datang); lapisan tengah sel bipolar, dan lapisan dalam sel ganglion. Akson-akson sel ganglion menyatu untuk membentuk saraf optic, yang keluar dari retina tidak tepat dari bagian tengah. Titik di retina tempat saraf optic keluar dan pembuluh darah berjalan disebut diskus optikus. Bagian ini sering disebut sebagai bentuk buta; tidak ada bayangan yang dapat dideteksi di bagian ini karena tidak adanya sel kerucut dan sel batang. Dalam keadaan normal kita tidak menyadari adanya bintik buta ini karena pemrosesan di sentral agaknya mengisi kekosongan ini1. Secara histologist area posterior retina tempat nervus opticus meninggalkan retina tidak memiliki fotoreseptor dan dikenal sebagai bintik buta retina. Ketiadaan sel-sel fotoreseptor( sel batang dan sel kerucut) menyebabkan cahaya yang dibiaskan ke daerah diskus optikus ini tidak dapat diproses menjadi impuls saraf sehingga kita tidak dapat melihat bayangan yang dibiaskan ke daerah bintik buta ini2.Bintik buta dapat diketahui keberadaannya dengan percobaan praktikum yang dilakukan seperti di bawah ini.2. Tujuan PraktikumMemahami letak bintik buta terhadap fovea sentralis di retina. Dengan tujuan khususnya adalah menjelaskan cara membuat proyeksi eksternal bintik buta dan mendemonstrasikan proyeksi eksternal bintik buta terhadap fovea sentralis.3. Alat dan Bahan1. Kertas putih 2. Pulpen 4. Cara Kerja1. Gambarlah tanda + di tengah sehelai kertas putih yang cukup lebar. Letakkan kertas itu di atas meja. 2. Instruksikan OP untuk menutup mata kirinya, menempatkan mata kanan tepat di atas tanda + pada jarak 20 cm, dan mengarahkan pandangannya pada tanda tersebut. 3. Dengan mata OP tetap diarahkan pada tanda +, gerakkan ujung pensil mulai dari tanda + tersebut ke lateral mata yang diperiksa, perlahan-lahan sampai ujung pensil tidak terlihat dan kemudian terlihat kembali. Beri tanda pada kertas dimana ujung pensil mulai tidak terlihat dan mulai terlihat kembali. Tetapkan titik tengahnya (beri tanda T). 4. Dengan titik T sebagai titik pusat, buat 8 garis sesuai dengan 8 penjuru angin. Gerakkan ujung pensil ke 8 garis dengan setiap kali melewati titik T sambil mata OP tetap difokuskan pada tanda palang. Buatlah tanda di kertas tiap kali ujung pensil mulai tidak terlihat dan mulai terlihat lagi (jumlah tanda: 8, selain titik T). 5. Hubungkan semua titik ini, maka ini merupakan proyeksi eksternal bintik buta mata kanan OP. 5. Hasil6. Pembahasan7. Daftar Pustaka1. Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC2. Mescher, Anthony L.2012. Histologi Dasar Junquerir; Teks & Atlas. Jakarta :EGC