laporan farmakologi4

12
I. PENDAHULUAN a. Judul : Efek Obat Kholinergik dan Antikolinergik pada Mata. b. Tujuan : Memahami kerja kolinergik dan antikolinergik pada hewan percobaan Mengamati efek midratik dan miosis pada pupil mata c. Prinsip : Pemberian obat kolinergik dan antikolinergik pada mata mneyebabkan terjadinya midratik dan miosis.

Upload: yosep

Post on 31-Jan-2016

544 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan farmakologi4

I. PENDAHULUAN

a. Judul :

Efek Obat Kholinergik dan Antikolinergik pada Mata.

b. Tujuan :

Memahami kerja kolinergik dan antikolinergik pada hewan percobaan

Mengamati efek midratik dan miosis pada pupil mata

c. Prinsip :

Pemberian obat kolinergik dan antikolinergik pada mata mneyebabkan terjadinya

midratik dan miosis.

Page 2: laporan farmakologi4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Teori.

Midriatik adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola mata, dapat

membesar (midrasis) atau mengecil (miosis).

Obat parasimpatis itu sendiri dibagi dalam 2 kelompok besar yakni: Kolinergik dan

Antikolinergik

Obat-obat kolinergik dan antikolinesterase

Obat otonom yang merangsang sel efektor yang dipersarafi serat dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Ester kolin dalam golongan ini termasuk asetilkolin, metakolin, karbakol, beta karbakol.

Indikasi obat kolinergik adalah iskemik perifer (penyakit Reynauld, trombofleibitis),

meteorismus, retensi urin, feokromositoma

2. Antikolinesterase, dalam golongan ini termasuk fsostigmin (eserin), prostigmin

(neostigmin) dan diisopropilfluorofosfat (DFP). Obat antikolinesterase bekerja dengan

menghambat kerja kolinesterase dan mengakibatkan suatu keadaan yang mirip dengan

perangsangan saraf kolinergik secara terus menerus. Fisostigmin, prostigmin,

piridostigmin menghambat secara reversibel, sebaliknya DFP, gas perang (tabun, sarin)

dan insektisida organofosfat (paration, malation, tetraetilpirofosfat dan

oktametilpirofosfortetramid (OMPA) menghambat secara irreversibel. Indikasi

penggunaan obat ini adalah penyakit mata (glaukoma) biasanya digunakan

fisostigmin,penyakit saluran cerna (meningkatkanperistalsis usus) basanya digunakan

prostigmin, penyakit miastenia gravis biasanya digunakan prostigmin.

3. Alkaloid termasuk didalamnya muskarin, pilokarpin dan arekolin. Golongan obat ini

yang dipakai hanyalah pilokarpin sebagai obat tetes mata untuk menimbulkan efek

miosis.

Kolinergik/ Parasimpatikomimetika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang

sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis(SP), karena melepaskan Asetilkolin( Ach ) di

ujung-ujung neuron. dimana tugas utama SP adalah mengumpulkan energi dari makanan dan

menghambat penggunaannya, singkatnya asimilasi.

Page 3: laporan farmakologi4

Efek kolinergis yang terpenting adalah:

stimulasi pencernaan, dengan cara memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan

getah lambung(HCl), juga sekresi air mata.

memperlambat sirkulasi, dengan cara mnegurangi kegiatan jantung, vasodilatasi dan

penurunan tekanan darah.

memperlambat pernafasan, dengan cara mengecilkan bronchi sedangkan sekresi dahak

diperbesar.

kontraksi otot mata, dengan cara miosis( penyempitan pupil) dan menurunnya tekanan

intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.

kontraksi kandung kemih dan ureter, dengan cara memperlancar pengeluaran urin dilatasi

pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

menekan SSP (Sistem Saraf Pusat), setelah stimulasi pada permulaan.

Reseptor-reseptor kolinergis yang merupakan tempat substrat obat menempel supaya "obat"

dapat menghasilkan efek yang kita inginkan.

Reseptor kolinergis dibagi 2 yakni:

1. Reseptor Muskarin (M)

Berada pada neuron post-ganglion dan dibagi 3 subtipe, yaitu Reseptor M1, M2, dan M3

dimana masing-masing reseptor ini memberikan efek berbeda ketika dirangsang.

Muskarin (M) merupakan derivat furan yang bersifat toksik dan terdapat pada jamur

Amanita muscaria sebagai alkaloid. Reseptor akan memberikan efek-efek seperti diatas

setelah mengalami aktivasi oleh neurotransmitter asetilkolin(Ach).

2. Reseptor Nikotin (N)

Berada pada pelat ujung-ujung myoneural dan pada ganglia otonom. Stimulasi reseptor

ini oleh kolinergik (neostigmin dan piridostigmin) yang akan menimbulkan efek

menyerupai adrenergik, berlawanan sama sekali. Misalnya vasokonstriksi dengan

naiknya tensi, penguatan kegiatan jantung, stimulasi SSP ringan. Efek Nikotin dari ACh

juga terjadi pada perokok, yang disebabkan oleh jumlah kecil nikotin yang diserap ke

dalam darah melalui mukosa mulut.

Penggolongan

Page 4: laporan farmakologi4

Kolinergika dapat pula dibagi menurut cara kerjanya, dibagi menjadi zat-zat bekerja langsung

dan zat-zat bekerja tak langsung.

a) Bekerja langsung: karbachol, pilokarpin, muskarin dan arekolin. Zat-zat ini bekerja

langsung terhadap organ ujung dengan kerja utama seperti efek muskarin dari ACh.

b) Bekerja tak-langsung: zat-zat antikolinesterase seperti fisostigmin, neostigmin,

piridostigmin. Obat-obat ini menghambat penguraian ACh secara reversibel, yakni hanya

untuk sementara. Setelah habis teruraikan oleh kolinesterase, ACh akan segera dirombak

kembali.

Ada pula zat-zat yang mengikat enzim secara ireversibel, misalnya parathion dan organofosfat

lain. Kerjanya cukup panjang dengan cara membuat enzim baru lagi dan membuat enzim baru

lagi.

Obat antikolinergik (dikenal juga sebagai obat antimuskatrinik, parasimpatolitik, penghambat

parasimpatis). Saat ini terdapat antikolinergik yang digunakan untuk

(1). mendapatkan efek perifer tanpa efek sentral misalnya antispasmodik

(2). Penggunaan lokal pada mata sebagai midriatikum

(3). Memperoleh efek sentral, misalnya untuk mengobati penyakit parkinson.

Contoh obat-obat antikolinergik adalah atropin, skopolamin, ekstrak beladona, oksifenonium

bromida dan sebagainya. Indikasi penggunaan obat ini untuk merangsang susunan saraf pusat

(merangsang nafas, pusat vasomotor dan sebagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan

sikloplegia), saluran nafas (mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan bronkus, sistem

kardiovaskular (meningkatkan frekuensi detak jantung, tak berpengaruh terhadap tekanan darah),

saluran cerna (menghambat peristaltik usus/antispasmodik, menghambat sekresi liur dan

menghambat sekresi asam lambung)

Obat antikolinergik sintetik dibuat dengan tujuan agar bekerja lebih selektif dan mengurangi efek

sistemik yang tidak menyenangkan. Beberapa jenis obat antikolinergik misalnya homatropin

metilbromida dipakai sebagai antispasmodik, propantelin bromida dipakai untuk menghambat

ulkus peptikum, karamifen digunakan untuk penyakit parkinson.

Page 5: laporan farmakologi4

Obat-obat Golongan Midriatik-Miatik

Atropin sulfas

Atropin sulfat menyebabkan midrasis dan termasuk kedalam golongan obat

antikolinergik yang bekerja pada reseptor muskarinik. Antimuskarinik ini

memperlihatkan efek sentral terhadap susunan syaraf pusat yaitu merangsang pada dosis

kecil dan mendepresi pada dosis toksik.

Pilokarpin HCL

Digunakan secara topikal pada kantung konjungtiva sebagai larutan tetes mata. Kelebihan

larutan di sekitar mata harus dibuang dengan tissue dan obat yang terkena tangan harus

segera dicuci.

III. PERCOBAAN DAN HASIL PENGAMATAN

Page 6: laporan farmakologi4

a. Alat dan Bahan

Alat :

Pipet tetes

Alat pengukur diameter pupil mata

Senter

Bahan :

Larutan pilokarpin HCL 4%

Larutan atropine sulfas 1%

Hewan percobaan : Kelinci

b. Prosedur Kerja

1) Amati, ukur dan catat diameter pupil mata pada cahaya suram dan pada

penyinaran dengan senter.

2) Teteskan larutan pilokarpin HCL 1 tetes pada mata kiri dan atropine sulfas pada

mata kanan 1 tetes.

3) Amati yang terjadi setelah 1 menit. Catat dan ukur diameter pupil mata.

c. Pengamatan

Kelinci Cahaya Suram

Cahaya Terang

Reaksi setelah diteteskan Pilokarpin HCL 4%

Reaksi setelah diteteskan

Atropin Sulf 1%

Mata Kanan 0,7 cm 0,5 cm - 1 cm

Mata Kiri 0,7 cm 0,5 cm 0,5 cm -

IV. PEMBAHASAN

Page 7: laporan farmakologi4

Pada praktikm kali ini di lakukan percobaan Midriatik dan Miotik. Midriatik adalah golongan

obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola mata dapat membesar (midriasis).

Sedangakan miotik adalah golongan obat yang mempengaruhi kontraksi atau ukuran pupil bola

mata dapat mengecil (miosis).

Pada percobaan ini menggunakan dua macam obat yaitu Atropin Sulfat dan Pilokarpin HCl.

Hewan yang digunakan untuk percobaan ini adalah kelinci. Pada percobaan ini langkah pertama

yang di lakukan adalah menentukan letak pupil bola mata kelinci terlebih dahulu. Kemudian di

ukur dengan menggunakan penggaris diameter pupil terhadap cahaya gelap (tidak menggunakan

senter), kemudian di lakukan uji reflex pupil terhadap cahaya terang (dengan menggunakan

senter). Kemudian di bandingkan ukuran pupil pada saat sebelum di beri cahahaya dan setelah di

beri cahaya.

Setelah di amati keadaan pupil awal, kemudian larutan obat di teteskan ke cairan konjungtival,

dengan cara di pegang matanya supaya terbuka dan tahan kira-kira 1 menit supaya obat nya

masuk. Setelah itu diamati reaksi yang terjadi pada pupil mata tikus tadi, dengan cara

dibandingkan keadaan pupil awal sebelum ditetesi dengan cairan obat dengan setelah di tetesi

dengan cairan obat.

Pada pemberian cairan obat dengan Atropin sulfat, terlihat pupil mata dari kelinci membesar

setelah di beri cairan obat (Atropin Sulfat). Setelah di ukur, pada kelompok kami di dapatkan

hasil pengamatan pupil mata tikus membesar dari ukuran pupil normalnya dari 0,7 cm menjadi

1cm.

Pada pemberian cairan obat dengan pilokarpin HCL, terlihat mata pupil kelinci terlihat mengecil.

Dari ukuran normalnya 0,7 cm ke 0,5 cm. Hal ini, membuktikan pemberian pilokarpin HCL

terjadi miosis.

Pertanyaan :

Page 8: laporan farmakologi4

1. Sebutkan tujuan penggunaan pilokarpin, fisostigmin dan atropine pada

optalmologi !

Tujuan penggunaan fisostigmin : bila diteteskan pada mata akan timbul

miosis dan kekuatan akomodasi dan penurunan bola mata. Obat ini

digunakan untuk mengobati glaucoma dan dapat digunakan untuk

mengobati kerja antikolinergikyang berlebihan.

Tujuan penggunaan pilokarpin : untuk menimbulkan miosis dengan cepat

dan kontraksi otot siliaris.

Tujuan penggunaan atropine : untuk menimbulkan midriasi.

2. Sebutkan kontraindikasi masing – masing – masing pemakaian obat diatas dalam

optalmologi. Jika ada, jelaskan!

Jawab :

Atropin sulfas : Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran

pencernaan dan saluran kemih, atoni (tidak adanya ketegangan atau

kekuatan otot) saluran pencernaan, ileus paralitikum, asma, miastenia

gravis, kolitis ulserativa, hernia hiatal, penyakit hati dan ginjal yang serius.

Pilokarpin : radang iris akut, radang uve akut, beberapa bentuk glaucoma

sekunder, radang akut segmen mata depan.

Fisostigmin : penderita yang tidak memerlukan kontriksi seperti pada

iritasi akut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Page 9: laporan farmakologi4

Midriatik adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola mata

dapat membesar (midriasis).

Miotik adalah golongan obat yang mempengaruhi kontraksi atau ukuran pupil bola mata

dapat mengecil (miosis).

Pilokarpin adalah golongan obat kolinergik yang bekerja pada reseptor antimuskarinik.

Atropine adalah alkaloid derivat solanasid dari Atropa belladonna yaitu suatu ester

organik asam tropik dan tropin.

Saran

Ukur diameter pupil mata kelinci dengan benar. Ikuti petunjuk yang sudah diberikan oleh

pembimbing agar tidak terjadi kesalahan/kecelakaan.