laporan f6 upaya pengobatan dasar

14
Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) F6. Upaya Pengobatan Dasar ASMA BRONKIAL

Upload: abiseka-panji-baskoro

Post on 14-Dec-2015

1.562 views

Category:

Documents


311 download

DESCRIPTION

Upaya Pengobatan Dasar

TRANSCRIPT

Page 1: laporan F6 Upaya Pengobatan Dasar

Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

F6. Upaya Pengobatan Dasar

ASMA BRONKIAL

KOTA SURAKARTA

JAWA TENGAH

2015

Page 2: laporan F6 Upaya Pengobatan Dasar

A. LATAR BELAKANG

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola

hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan.

Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi dimasyarakat adalah penyakit asma. Asma

merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk,

dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma

terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik

seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk

kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir

separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke

bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma

yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA).

Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius diseluruh dunia.

Prevalensi asma menurut laporan Word Health Organization (WHO) tahun 2013, saat ini sekitar

235 juta penduduk dunia terkena penyakit asma. Behavioral Risk Factor Surveillance Survey

(BRFSS) tahun 2002 – 2007 melaporkan di Florida prevalensi asma dewasa sebanyak 10,7%.

Asma menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 menduduki urutan ke lima dari

10 penyebab kesakitan. Penderita asma Indonesia sebesar 7,7% dengan rincian laki-laki 9,2%

dan perempuan 6,6%. Prevalensi kasus asma di Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,42%

mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 0,55% dan prevalensi

tertinggi di Kota Surakarta sebesar 2,46%.

Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu

pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu

meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau

pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat

berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu

menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.

Page 3: laporan F6 Upaya Pengobatan Dasar

B. PERMASALAHAN

I. Identitas Pasien

Umur : 58 tahun

Pekerjaan : Swasta

Tanggal Periksa : 19 Maret 2015

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 19 Maret 2015

1. Keluhan Utama

Sesak Nafas

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang mulai dirasakan 4 jam

yang lalu. Keluhan dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat

maupun perubahan posisi. Pasien masih dapat berbicara dalam bentuk

kalimat, masih dapat berjalan sendiri. Pasien belum mengkonsumsi obat untuk

mengatasi keluhannya. Biasanya pasien mengkonsumsi salbutamol bila sesak

timbul.

Pasien sudah merasakan keluhan tersebut sejak kecil. Keluhan timbul

bila terpapar cuaca/udara dingin. Sudah beberapa bulan keluhan tidak timbul.

Namun dalam satu bulan terakhir keluhan beberapa kali timbul. Serangan

dapat terjadi dua kali dalam satu minggu, namun dalam satu hari hanya satu

kali.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat hipertensi : disangkal

b. Riwayat DM : disangkal

c. Riwayat asma : (+)

d. Riwayat sakit jantung : disangkal

Page 4: laporan F6 Upaya Pengobatan Dasar

e. Riwayat mondok : disangkal

f. Riwayat alergi : (+) alergi udara dingin

4. Riwayat Kebiasaan

a. Riwayat merokok : disangkal

b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat hipertensi : disangkal

b. Riwayat DM : disangkal

c. Riwayat asma/alergi : (+) ibu pasien menderita asma

d. Riwayat sakit jantung : disangkal

III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 19 Maret 2015

1. Keadaan Umum : Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital

a. Tensi : 130 / 90 mmHg

b. Nadi : 90 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.

c. Pernapasan : 28 x/menit

d. Suhu : 36,8 °C per axiler

3. Status Gizi

BB = 50 kg

TB = 150 cm

BMI =

50

(1 ,50 )2 = 22,22 kg/m2 (normoweight)

4. Kulit

Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor menurun (-), kulit kering (-).

5. Kepala

bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut

6. Wajah

Simetris, eritema (-)

Page 5: laporan F6 Upaya Pengobatan Dasar

7. Mata

Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-),

pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+) normal, oedem

palpebra (-/-), strabismus (-/-), cowong (-/-)

8. Telinga

Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran (-)

9. Hidung

Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)

10. Mulut

Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-), papil lidah

atropi (-)

11. Leher

JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran

kelenjar getah bening (-).

12. Thoraks

Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan

abdominothorakal, sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening

aksilla (-)

Jantung :

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial, epigastrium dan

parasternal tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.

Perkusi :

batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea sternalis sinistra

batas jantung kiri bawah: spatium intercostale V, 1 cm medial linea medio

clavicularis sinistra

batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea sternalis dextra

batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea sternalis dextra

pinggang jantung :spatium intercostale III, linea parasternalis

sinistra

Kesan : batas jantung kesan tidak melebar

Page 6: laporan F6 Upaya Pengobatan Dasar

Auskultasi : HR 90 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal,bising (-),

gallop (-)

Pulmo

Inspeksi

Statis : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.

Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak

melebar, retraksi intercostal (-).

Palpasi

Statis : simetris

Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

Kanan : sonor

Kiri : sonor

Auskultasi

Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (+), Wheezing (+)

saat ekspirasi minimal.

Kiri: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (+), Wheezing (+)

saat ekspirasi minimal.

13. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-),

sikatrik (-).

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)

Palpasi : supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan lien tidak

teraba

14. Ekstremitas : dalam batas normal

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. DIAGNOSIS : Asma Bronkial

2. PENATALAKSANAAN

Page 7: laporan F6 Upaya Pengobatan Dasar

Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi

klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan

kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Global Initiative for Asthma (GINA, 2009) dan

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI, 2006) menganjurkan untuk melakukan

penatalaksanaan berdasarakan kontrol.

Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol terdapat dua

faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1. Medikasi (non farmakologis dan farmakologis)

2. Pengobatan berdasarkan derajat

Terapi Non-farmakologis:

Terapi non farmakologis meliputi 2 komponen utama, yaitu:

- Kontrol terhadap faktor-faktor pemicu serangan asma.

Berbagai pemicu serangan asma antara lain adalah debu, polusi, merokok, olah

raga, perubahan temperatur secara ekstrim, termasuk penyakit-penyakit yang

sering mempengaruhi kejadian sama, seperti rinitis, sinusitis, GERD, dan infeksi

virus. Untuk memastikan alergen pemicu serangan pasien, maka

direkomendasikan untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien serta uji alergi

pada kulit (skin prick test).

- Edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma.

Setelah jenis alergen telah diketahui, pasien perlu diedukasi mengenai berbagai

cara untuk mencegah dan mengatasi saat terjadi serangan asma. Edukasi juga

meliputi pengetahuan tentang patogenesis asma, bagaimana mengenal pemicu

asma dan mengenal tanda-tanda awal keparahan asma, cara penggunaan obat

yang tepat, dam bagaimana memonitor fungsi paru nya. Selain itu pasien diminta

untuk melakukan fisioterapi napas (senam asma), vibrasi dan atau perkusi toraks

dan batuk yang efisien.

Terapi famakologis:

Menurut PDPI (2006), medikasi asma dapat diberikan melalui berbagai cara

seperti inhalasi, oral dan parenteral. Dewasa ini yang lazim digunakan adalah melalui

Page 8: laporan F6 Upaya Pengobatan Dasar

inhalasi agar langsung sampai ke jalan napas dengan efek sistemik yang minimal ataupun

tidak ada. Macam–macam pemberian obat inhalasi dapat melalui inhalasi dosis terukur

(IDT), IDT dengan alat bantu (spacer), Dry powder inhaler (DPI), breath–actuated IDT,

dan nebulizer. Medikasi asma terdiri atas pengontrol (controllers) dan pelega (reliever).

Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang, terutama untuk asma persisten,

yang digunakan setiap hari untuk menjaga agar asma tetap terkontrol (PDPI, 2006).

Menurut PDPI (2006), pengontrol, yang sering disebut sebagai pencegah terdiri dari:

1. Glukokortikosteroid inhalasi dan sistemik

2. Leukotriene modifiers

3. Agonis β-2 kerja lama (inhalasi dan oral)

4. Metilsantin (teofilin)

5. Kromolin (Sodium Kromoglikat dan Nedokromil Sodium)

Pelega adalah medikasi yang hanya digunakan bila diperlukan untuk cepat

mengatasi bronkokonstriksi dan mengurangi gejala – gejala asma. Prinsip kerja obat ini

adalah dengan mendilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau

menghambat bronkokonstriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa

berat di dada, dan batuk. Akan tetapi golongan obat ini tidak memperbaiki inflamasi jalan

napas atau menurunkan hipersensitivitas jalan napas. Pelega terdiri dari:

1. Agonis β-2 kerja singkat

2. Kortikosteroid sistemik

3. Antikolinergik (Ipratropium bromide)

4. Metilsantin

Page 9: laporan F6 Upaya Pengobatan Dasar

Pengobatan Asma Berdasarkan Derajat

Terapi farmakologis dan nonfarmakologis yang diberikan adalah :

Pasien menolak dirujuk ke rumah sakit, diberikan terapi obat-obatan oral dan juga

edukasi kepada pasien.

- Terapi Oral:

R/ Dexametason tab 0,5mg No. X

S 3 dd 1 tab

R/ CTM tab 4mg No. VI

S 2 dd 1 tab

R/ Salbutamol tab 4mg No. X

S 3 dd 1 tab prn sesak

Edukasi yang diberikan kepada pasien:

1. Menghindari faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan asma, misalnya

menghindari udara dingin.

Page 10: laporan F6 Upaya Pengobatan Dasar

2. Olah raga yang mampu melatih otot-otot pernapasan seperti berenang dan senam

secara rutin 1-2 kali/ minggu.

3. Istirahat yang cukup, konsumsi makanan yang bergizi dan buah-buahan.

4. Minum obat secara teratur dan kontrol secara rutin.

5. Segera datang ke IGD rumah sakit terdekat apabila keluhan sesak nafas tidak

berkurang/bertambah dengan pemberian obat.

D. MONITORING DAN EVALUASI

Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi dan follow up mengenai

keluhan yang dialami sudah berkurang atau belum. Dilakukan pemeriksaan pada kedua

lapang paru untuk menilai apakah masih ada wheezing. Ditanyakan apakah obat masih

ada atau tidak. Pasien juga direncanakan untuk dirujuk ke rumah sakit untuk melakukan

pemeriksaan spirometri agar dapat mengetahui fungsi paru, prognosis dan penatalaksaan

selanjutnya.

Surakarta, 2015

Dokter Internsip Dokter Pendamping