laporan eksekutif evaluasi dampak ... -...

8
1 LAPORAN EKSEKUTIF EVALUASI DAMPAK BANTUAN ‘BERMUTU’ KKG/MGMP TERHADAP KINERJA GURU (BASELINE STUDY) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatan mutu pendidikan, sangat diperlukan guru (pendidik) dalam jumlah yang memadai maupun standar mutu kompetensi dan profesionalisme yang terjamin. Namun demikian , pada kenyataan mutu guru kita masih sangat rendah. Pada tabel berikut disajikan hasil tes kompetensi guru yang dilakukan Puspendik dalam rangka baseline study dampak sertifikasi guru terhadap kinerja guru yang dilakukan Puslitjak pada tahun 2009. Tabel 1. Hasil tes kompetensi guru tahun 2009 Lokasi sampel Statistik SKOR kompetensi Pedagogi Kepribadian Sosial Profesional Jawa Mean 1,9 40,9 39,5 25,9 Max 5,0 50,0 50,0 40,0 N 798 798 798 798 Luar Jawa Mean 2,0 37,3 34,8 21,7 Max 6,0 50,0 50,0 39,0 N 846 846 846 846 Oleh karena masih rendahnya mutu guru, maka salah satu upaya pemerintah adalah memberdayakan KKG/MGMP melalui program Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU). Program ini memberikan Dana Bantuan Langsung (DBL) pada KKG/MGMP. Tujuan utama dari pengembangan program ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru yang diharapkan dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran siswa. B. Perumusan masalah Berkaitan dengan bantuan BERMUTU KKG/MGMP, maka efektivitasnya sangat perlu dievaluasi . Oleh karena itu rumusan masalah adalah sebagai berikut. 1. Seperti apakah dampak pemberian DBL (dan pola KKG/MGMP yang digunakan) terhadap profil, manajemen, kegiatan, dan pendanaan KKG/MGMP? 2. Seperti apakah dampak perubahan kegiatan KKG/MGMP terhadap kompetensi guru?

Upload: lamnhu

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

LAPORAN EKSEKUTIF EVALUASI DAMPAK BANTUAN ‘BERMUTU’

KKG/MGMP TERHADAP KINERJA GURU (BASELINE STUDY)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk meningkatan mutu pendidikan, sangat diperlukan guru (pendidik) dalam

jumlah yang memadai maupun standar mutu kompetensi dan profesionalisme yang

terjamin. Namun demikian , pada kenyataan mutu guru kita masih sangat rendah.

Pada tabel berikut disajikan hasil tes kompetensi guru yang dilakukan Puspendik

dalam rangka baseline study dampak sertifikasi guru terhadap kinerja guru yang

dilakukan Puslitjak pada tahun 2009.

Tabel 1. Hasil tes kompetensi guru tahun 2009

Lokasi

sampel Statistik

SKOR kompetensi

Pedagogi Kepribadian Sosial Profesional

Jawa

Mean 1,9 40,9 39,5 25,9

Max 5,0 50,0 50,0 40,0

N 798 798 798 798

Luar

Jawa

Mean 2,0 37,3 34,8 21,7

Max 6,0 50,0 50,0 39,0

N 846 846 846 846

Oleh karena masih rendahnya mutu guru, maka salah satu upaya pemerintah adalah

memberdayakan KKG/MGMP melalui program Better Education through Reformed

Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU). Program ini

memberikan Dana Bantuan Langsung (DBL) pada KKG/MGMP. Tujuan utama dari

pengembangan program ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru yang diharapkan

dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran siswa.

B. Perumusan masalah

Berkaitan dengan bantuan BERMUTU KKG/MGMP, maka efektivitasnya sangat

perlu dievaluasi . Oleh karena itu rumusan masalah adalah sebagai berikut.

1. Seperti apakah dampak pemberian DBL (dan pola KKG/MGMP yang digunakan)

terhadap profil, manajemen, kegiatan, dan pendanaan KKG/MGMP?

2. Seperti apakah dampak perubahan kegiatan KKG/MGMP terhadap kompetensi

guru?

2

3. Seperti apakah dampak perubahan kompetensi guru terhadap kinerja guru (job

performance) dan prestasi siswa?

C. Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui dampak program Bermutu terhadap

kinerja guru yang diindikasikan oleh job performance guru dan prestasi siswa. Untuk

mencapai tujuan tersebut maka dirumuskan tujuan operasional sebagai berikut.

1. Mengetahui dampak pemberian DBL (dan pola KKG/MGMP yg digunakan)

terhadap profil, manajemen, kegiatan, dan pendanaan KKG/MGMP

2. Mengetahui dampak perubahan kegiatan KKG/MGMP terhadap kompetensi guru

3. Mengetahui dampak perubahan kompetensi guru terhadap kinerja guru (job

performance) dan prestasi siswa

KAJIAN LITERATUR

A. Definisi Kinerja

Menurut Janawi (2007:53) kinerja guru dapat dirumuskan: (i) menyelenggarakan

kegiatan pembelajaran yang mendidik, (ii) menyelenggarakan kegiatan penelitian dan

pengembangan ilmu secara terus menerus, (iii) menyelenggarakan kegiatan

pengabdian kepada masyarakat atas dasar keikhlasan sebagai wujud pengamalan ilmu

dan teknologi yang telah dikuasai, (iv) beradaptasi dan berkomunikasi dengan

komunitas profesi untuk meningkatkan sinergi dalam pengembangan ilmu dan kinerja

profesional, (v) bersikap inklusif, bertindak obyektif dan berkomunikasi secara

empatik dan santun dengan masyarakat luas.

B. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Faktor-faktor yang mempengaruhui kinerja guru dikelompokkan menjadi dua macam

faktor (Mangkunegara, 2000; Sukadi, 2001; Usman, 2003).

1. Faktor dari dalam diri sendiri (internal), mencakup: (i) Kecerdasan, (ii)

Keterampilan dan kecakapan, (iii) Bakat, (iv) Kemampuan dan minat, (v) Motif,

(vi) Kesehatan, (vii) Kepribadian, (viii) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja

2. Faktor dari luar diri sendiri (eksternal): (i) Lingkungan keluarga, (ii) Lingkungan

kerja, (ii) Komunikasi dengan kepala sekolah, (iii) Sarana dan prasarana, dan (iv)

Kegiatan guru di kelas.

3

METODOLOGI

Studi ini merupakan studi longitudinal sehingga pada tahun pertama dilakukan base

line study. Studi ini dilakukan secara bersama-sama antara Puslitjaknov, dan

Puspendik, Perusahaan Konsultan (PT Sascon dari Bandung), dengan koordinatornya

Puslitjaknov. Sampel studi ini adalah 40 kabupaten/kota terdiri atas 20 kabupaten/kota

BERMUTU yang dipilih di antara 75 kabupaten/kota BERMUTU dan 20

kabupaten/kota non-BERMUTU. Di kabupaten/kota BERMUTU dikunjungi 77 KKG,

138 MGMP, 154 SD dan 149 SMP, sedangkan di kabupaten/kota non BERMUTU

dikunjungi 20 KKG, 20 MGMP, 40 SD dan 40 SMP. Responden studi ini adalah

ketua KKG/MGMP, kepala sekolah, guru kelas di SD, guru mata pelajaran UN di

SMP, siswa kelas II - VI SD, dan siswa kelas VII - IX SMP.

Instrumen yang dikembangkan untuk mengumpulkan data adalah tes, pedoman

wawancara, pedoman observasi kelas, dan pedoman diskusi kelompok. Pengumpulan

data dengan cara wawancara dilakukan dengan responden ketua KKG/MGMP,

Kepala Sekolah, dan Guru. Pengumpulan data dengan wawancara di 12 dari 20

kabupaten/kota BERMUTU dilakukan oleh PT Sascon. Sisanya di 8 kabupaten/kota

dan di 20 kabupaten/kota non BERMUTU dilakukan oleh Puslitjaknov. Puslitjaknov

juga melakukan observasi kelas dan diskusi kelompok. Tes dilakukan Puspendik di 20

kabupaten/kota BERMUTU.

Data tes dientry dan dianalisis secara deskriptif oleh Puspendik. Data survey non tes

dientry dan dianalisis oleh Puslitjaknov untuk kabupaten/kota yang menjadi tanggung

jawabnya dan PT Sascon untuk kabupaten/kota yang menjadi tanggung jawabnya.

Data yang sudah dientry dan sudah dibersihkan dikumpulkan oleh Puslitjaknov untuk

dianalisis secara deskriptif untuk penyusunan laporan studi. Lebih lanjut

dibandingkan pula kinerja guru di kabupaten/kota Bermutu dan kabupaten/kota non

Bermutu.

HASIL DAN BAHASAN

A. Pengaruh Pemberian DBL terhadap KKG/MGMP

4

Pengaruh sentuhan Program BERMUTU diukur pada lima indikator manajemen yaitu

terkait kepemilikan: (i) AD/ART, (ii) rencana kerja tahun 2009/2010, (iii) laporan

pelaksanaan kegiatan tahun 2009/2010, (iv) banyaknya pertemuan yang dilaksanakan,

dan (v) keaktifan anggota dalam kegiatan KKG/MGMP.

Tabel 2. Karakteristik KKG/MGMP menurut Keterlibatan dalam Program Bermutu

Bermutu non-DBL Bermutu DBL

Persentase KKG/MGMP memiliki AD/ART 89 94

Persentase KKG/MGMP memiliki rencana

kerja 2009/ 2010

69 96

Persentase KKG/MGMP mempunyai laporan

kegiatan 2009/2010

48 88

Median jumlah pertemuan 2009/2010 16 16

Rerata proporsi anggota yang aktif 89 78

KKG/MGMP yang sudah menerima DBL pada tahun 2009 secara meyakinkan

administrasinya jauh lebih baik dibanding dengan KKG/MGMP yang belum

menerimanya. Kelebihbaikan administrasi itu ditunjukkan oleh jauh lebih besarnya

proporsi KKG/MGMP yang memiliki AD/ART, menyusun rencana kerja 2009/2010,

dan menyusun laporan kegiatan 2009/2010. Namun demikian kelebihbaikan

administrasi KKG/MGMP tersebut belum terlihat dampaknya pada jumlah pertemuan.

Hal ini diindikasikan oleh median jumlah pertemuan yang sama. Lebih lanjut dampak

dari kelebihbaikan administrasi tersebut justru berbanding terbalik dengan proporsi

anggota KKG/MGMP yang aktif. Setelah mendapat sentuhan Bermutu melalui

pemberian DBL yang disertai dengan acuan pelaksanaan KKG/MGMP dan acuan

pengunaan DBL ternyata persentase anggota yang aktif dalam KKG/MGMP justru

menjadi lebih rendah. Terdapat dua kemungkinan tentang hal-hal yang dapat

dikaitkan dengan menjadi lebih rendahnya proporsi guru yang aktif dalam

KKG/MGMP. Kemungkinan pertama adalah adanya tugas-tugas (atau dikenal

dengan tagihan-tagihan) yang harus dilaksanakan atau diserahkan oleh setiap anggota

KKG/MGMP. Bertambahnya tugas-tugas itu, bagi anggota KKG/MGMP yang

belum menyadari bahwa itu semua demi kebaikan proses pembelajaran mereka

sendiri, maka mereka menganggap bahwa tagihan-tagihan tersebut sebagai beban

semata. Kemungkinan ke dua, adalah tidak dialokasikannya dana perjalanan (transport

lokal) bagi guru-guru untuk mengikuti kegiatan KKG/MGMP. Sebelum menerima

DBL, para guru menerima dana perjalanan setiap kali mengikuti KKG/MGMP.

5

Dampak tidak diberikannya dana perjalanan ini cukup terasa bagi para guru karena

sebelumnya mereka menerimanya.

Manfaat umum KKG/MGMP yang paling dirasakan oleh guru adalah terkait dengan

penyusunan pembelajaran dan metode pengajaran inovatif. Temuan survai konsisten

dengan hasil FGD. Hal ini menunjukkan bahwa KKG/MGMP merupakan media

yang tepat dan “realistis” bagi peningkatan kompetensi guru. Untuk itu maka rencana

pemberian sertifikat kepada guru yang ikut kegiatan KKG/MGMP merupakan solusi

yang tepat, karena memberikan manfaat peningkatan karier guru.

B. Pengaruh DBL terhadap kompetensi guru

1. Keragaman kompetensi guru-guru SD anggota KKG penerima dan bukan

penerima DBL

Pada tiga kompetensi (yaitu profesional, kepribadian, dan sosial) ditemukan

adanya perbedaan antara guru-guru SD yang KKG-nya sudah mendapat DBL dan

yang belum, walaupun hanya sekitar 1,43 sampai 2,67 persen saja, sementara itu

untuk kompetensi pedagogik tidak terdapat perbedaan sama sekali. Penafsiran

sederhana dari temuan ini adalah bahwa, guru-guru anggota KKG penerima DBL

mempunyai kompetensi kemampuan, kepribadian, dan sosial yang sedikit lebih

tinggi dibanding dengan guru-guru yang KKG-nya belum menerima DBL,

sementara kompetensi pedagogiknya sama saja.

2. Keragaman kompetensi guru-guru SMP anggota MGMP penerima dan bukan

penerima DBL

Perbedaan kompetensi antara guru-guru anggota MGMP yang mendapat DBL

terhadap kompetensi guru-guru anggota MGMP yang belum mendapat DBL

beragam antar-jenis kompetensinya. Untuk Guru Bahasa Indonesia, Bahasa

Inggris dan Matematika: perbedaan hanya terjadi pada kompetensi profesional

dimana guru anggota MGMP yang mendapat DBL sedikit lebih baik daripada

yang belum mendapat DBL, sedangkan untuk guru Biologi dan Fisika (Guru

IPA): Kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional guru-guru anggota

MGMP yang sudah mendapat DBL secara meyakinkan lebih tinggi dibanding

dengan guru-guru anggota MGMP yang belum mendapat DBL.

C. Pengaruh Perubahan Kompetensi Guru Terhadap Kinerja Guru

6

Karena studi tahun pertama ini merupakan baseline, maka analisis tahun ini belum

dapat dilakukan untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan yang signifikan antara

kompetensi dan kinerja guru. Namun demikian dicoba untuk dideskripsikan

bagaimana kinerja guru antara KKG/MGMP yang mendapat DBL dan yang belum

mendapat DBL.

Kinerja guru diukur lewat observasi kelas (job performance) dan prestasi siswa. Via

observasi kelas ditemukan bahwa sekor kinerja guru dalam pelaksanaan KBM pada

SMP-SMP MGMP DBL sedikit lebih baik dibanding non-DBL, namun demikian

terjadi sebaliknya untuk SD. Selanjutnya dari prestasi siswa: (i) untuk SD: hasil tes

Bahasa Indonesia dan IPA tidak menunjukkan adanya perbedaan prestasi antara siswa

yang gurunya ikut KKG yang mendapatkan DBL dengan non DBL, sebaliknya hasil

tes Matematika menunjukkan adanya perbedaan yaitu prestasi siswa yang gurunya

ikut KKG yang mendapatkan DBL sedikit lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

gurunya ikut KKG non DBL, (ii) untuk SMP: Hasil tes IPA tidak menunjukan adanya

perbedaan prestasi antara siswa yang gurunya ikut MGMP yang mendapatkan DBL

dengan siswa yang gurunya ikut MGMP non DBL, sebaliknya hasil tes Matematika,

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris memperlihatkan adanya perbedaan prestasi

yaitu prestasi siswa yang gurunya ikut MGMP yang mendapatkan DBL sedikit lebih

baik dibandingkan dengan siswa yang gurunya ikut MGMP non DBL

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Sentuhan BERMUTU mempunyai beberapa dampak positif. Dampak tersebut adalah

membuat KKG/MGMP : (i) lebih partisipatif, sebagaimana diindikasikan oleh

keterlibatan lebih banyak anggota dan lebih seringnya terjadi penggiliran tempat

pertemuan yang tidak hanya pada sekolah induk, (ii) terkelola dengan lebih baik,

sebagaimana diindikasikan dengan lebih besarnya proprosi KKG/MGMP BERMUTU

yang memiliki AD/ART, menyusun rencana kerja, dan menyusun laporan tahunan.

KKG/MGMP pun dirasakan oleh guru merupakan media yang tepat dan “realistis”

bagi peningkatan kompetensi guru karena melalui media ini mereka dapat belajar

menyusun pembelajaran dan metode pengajaran inovatif.

7

Guru yang berasal dari KKG/MGMP yang mendapatkan DBL memiliki kemampuan

profesional yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan guru yang berasal dari

KKG/MGMP yang tidak mendapatkan DBL. Hal itu merupakan indikasi bahwa DBL

berdampak positif terhadap kemampuan profesional guru, tetapi belum terlihat

dampaknya terhadap aspek pedagogik, kepribadian dan sosial. Kuat dugaan bahwa

dampak tersebut dipicu oleh KKG/MGMP yang menjadi lebih aktif dan terorganisir

setelah mendapatkan DBL.

Meskipun perbedaannya tidak besar, dan tidak berlaku di semua mata pelajaran,

namun demikian prestasi siswa yang gurunya ikut KKG/MGMP yang mendapatkan

DBL sedikit lebih baik dibandingkan dengan siswa yang gurunya ikut KKG/MGMP

non DBL. Diduga, hal itu merupakan dampak kemampuan guru yang ikut

KKG/MGMP dengan DBL yang lebih baik dibandingkan non DBL. Hasil observasi

kelas (job performance) tidak sejalan dengan dugaan ini, karena memang di SMP

hasil observasi menunjukkan bahwa sekor kinerja pembelajaran guru di SMP untuk

guru yang ikut MGMP DBL sedikit lebih baik daripada non DBL, namun demikian

di SD justru yang terjadi adalah sebaliknya.

B. Saran

1. Perlu memperkuat pemahaman bahwa KKG/MGMP merupakan alat (untuk

meningkatkan kualitas/kompetensi guru), bukan tujuan, sehingga berbagai

program untuk membantu KKG/MGMP harus berdampak pada kompetensi dan

kinerja guru

2. Kegiatan KKG/MGMP sebaiknya dianggap sebagai kegiatan peningkatan

kompetensi sebagaimana pelatihan, sehingga pesertanya dapat diberi sertifikat

keikutsertaan. Sertifikat yang bernilai pada sertifikasi dan angka kredit guru

inilah imbalan yang tampak bagi kehadiran di KKG/MGMP.

3. Perlu ditemukan solusi agar kehadiran guru pada kegiatan KKG/MGMP tidak

mengganggu KBM di kelas manapun. Alternatif yg mungkin: (i) menetapkan hari

KKG/MGMP sehingga kehadiran guru pada jam mengajar tidak mengganggu

KBM, atau (ii) melaksanakan kegiatan KKG/MGMP setelah jam mengajar dengan

bantuan biaya transportasi dari sekolah ke lokasi kegiatan KKG/MGMP

menggunakan dana BOS.

8

PUSTAKA ACUAN

1. Janawi, 2007. Kompetensi Guru “Citra Guru Professional” , Shiddiq Press.

2. Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: PT Refika

Aditema, Cet. Ke-10, 2006.

3. Puslitjaknov, Studi Dampak Sertifikasi Guru terhadap kinerja Guru, Jakarta, 2009.

(Belum diterbitkan).

4. Sukadi, Guru Powerfull Guru Masa Depan, Bandung: Kholbu, 2001.

5. Usman, Uzer, Menjadi Guru Professional, Bandung: PT Rosdakarya, 2002.