laporan ekoman
TRANSCRIPT
LAPORAN TURUN LAPANG
EKOLOGI MANUSIA (KPM 320)
ANALISIS PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN
(Studi Kasus Pemanfaatan Kotoran Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif dalam Bentuk Biogas di Pondok Pesantren Nurul Iman, Parung, Bogor)
Oleh Kelompok 3:
1. Euis Intan Anovani (A34090051)
2. Andari Pratiwi (G74100033)
3. Elvira Yunita (G84090006)
4. Winda Lisnawati (I34100096)
5. Adi Chandra Berampu (I34100121)
6. Fera Nur Aini (I34100122)
7. Siti Rohmawati (I34100126)
8. Ricardus Keiya (I34100159)
9. Resa Urpon (I34100160)
10. Norhamidah (E24110097)
Asisten Dosen :
Raisita, S.KPm
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MAYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan bakar akhir-akhir ini merupakan topik yang ramai diperbincangkan
di berbagai kesempatan. Hal ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan dan
semakin meningkatnya harga jual bahan bakar. Sementara itu, sumber bahan
bakar minyak dan gas semakin berkurang. Sebagai konsekuensinya maka suatu
keharusan untuk mencari sumber lain. Salah satu alternatif yaitu pemanfaatan
renewable energy atau energi yang dapat diperbaharui dan digunakan untuk
menggantikan pemakaian bahan bakar minyak atau gas alam (fossil fuels). Setelah
krisis energi minyak di era tahun 70-an, beberapa negara telah memulai program
pengembangan teknologi renewable energy guna menurunkan ketergantungan
akan impor bahan bakar minyak.
Persoalan krisis bahan bakar minyak (BBM) dan besarnya anggaran
subsidi energi pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
merupakan ancaman serius bagi ketahanan energi nasional, yaitu kondisi dinamis
terjaminnya penyediaan energi dan akses masyarakat atas energi dalam
menghadapai permasalahan dan tantangan dari dalam maupun dari luar negeri
(Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral 2011). Permintaan kebutuhan
Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia, baik itu untuk keperluan industri,
transportasi dan rumah tangga dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini
berdampak besar terhadap lingkungan. Kebutuhan dan tingginya permintaan
bahan bakar menyebabkan terjadinya pengerukan besar-besaran sumberdaya
minyak bumi dan gas alam di Indonesia. Eksploitasi berlebihan dari sumberdaya
ini sayangnya sangat sedikit sekali memperhatikan aspek lingkungan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2012) menyatakan bahwa
terdapat dua solusi penting yang dapat diaplikasikan terkait permasalahan
penyediaan energI. Pertama, intensifikasi ekplorasi cadangan minyak baru dan
peningkatan produksi minyak nasional. Kedua, pengembangan energi alternatif
dari jenis energi terbarukan, diantaranya tenaga air, panas bumi, bahan bakar
nabati, energi biomassa, energi surya dan energi laut. Sumber energi alternatif
telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya
adalah biogas.
Pemanfaatan kotoran hewan sebagai bahan energi alternatif tentu dapat
dijadikan sebagai salah satu solusi terutama jika dipandang dalam sudut pandang
ekologi manusia. Haryati (2006) menyatakan bahwa bahan bakar dari
pemanfaatan kotoran hewan berperan dalam menyelesaikan permasalahan polusi
yang ditimbulkan oleh kotoran tersebut jika tidak dimanfaatkan dan dibiarkan
mencemari lingkungan. Selain itu, bahan bakar yang dihasilkan dari makhluk
hidup berupa hewan ternak ini juga tidak menimbulkan polusi lingkungan sebesar
yang ditimbulkan oleh bahan bakar fosil.
Salah satu pondok pesantren di Indonesia yang telah menggunakan energi
biogas sebagai bahan bakar dalam kesehariannya adalah pondok pesantren Al-
Ashriyyah Nurul Iman yang terletak di parung, Bogor. Pondok pesantren yang
didirikan pada tanggal 16 Juni 1998 di atas tanah 17 hektar oleh Al Syekh Habib
Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim dan kini sudah memiliki
12.000 santri dan santriwati dan luas melebar hingga 187 hektar telah
menggunakan energi yang bersumber dari Biogas sejak kurang lebih satu tahun
yang lalu saat ada acara pengabdian dari Beasiswa Utusan Daerah Kementrian
Agama RI (BUD Kemenag RI).
Pemanfaatan biogas ini dilakukan karena beberapa hal, diantaranya,
kebutuhan bahan bakar harian yang sangat besar tiap harinya untuk kegiatan
konsumsi penghuni pondok sebanyak 12.000 orang, adanya peternakan sapi yang
berjumlah 55 ekor yang limbah kotorannya belum termanfaatkan dan dapat
dijadikan sebagai sumber bahan baku biogas, adanya lahan pertanian luas yang
membutuhkan kebutuhan pupuk setiap harinya serta tersedianya lahan yang cukup
untuk menerapkan sistem biogas di pondok pesantren ini. Setiap 1 ekor ternak
sapi/kerbau dapat dihasilkan ± 2 m3 biogas per hari dan setiap m3 biogas dapat
digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah serta pupuk organik, baik cair
dan padat. Dengan demikian, perlu dipelajari sistem pengelolaan dan pemanfaatan
limbah kotoran hewan pada pondok pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman agar
dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar sebagai salah satu solusi krisis
energi di Indonesia.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang timbulnya gagasan pengelolaan limbah kotoran
hewan menjadi sumber energi alternatif (biogas) di pesantren Nurul Iman?
2. Bagaimana perkembangan program pemanfaatan kotoran hewan sebagai
biogas di pondok pesantren Nurul Iman?
3. Bagaimana dampak pemanfaatan kotoran hewan tersebut terhadap lingkungan
pesantren Nurul Iman dan masyarakat sekitar pesantren?
Tujuan Kegiatan Turun Lapang
1. Mengidentifikasi latar belakang pengelolaan gagasan pengelolaan limbah
kotoran hewan sebagai biogas di pesantren Nurul Iman.
2. Mengidentifikasi proses pengelolaan kotoran hewan di pesantren Nurul Iman
serta managemen terkait yang menyokong program tersebut sehingga dapat
terlihat kebermanfaatannya bagi masyarakat lingkungan.
3. Mengetahui dampak pemanfataan kotoran hewan terhadap pesantren dan
mayarakat sekitar pesantren.
Kegunaan
Kegunaan kegiatan turun lapang ini yaitu untuk melihat efektivitas
pengelolaan limbah kotoran hewan yang terdapat di pondok pesantren Al-
Ashriyyah Nurul Iman, Parung Bogor sehingga dapat dikembangkan dan dicontoh
oleh wilayah peternakan (di Indonesia) lainnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai
salah satu solusi krisis energi yang ramah lingkungan.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
Tinjauan Pustaka
Ekologi Manusia
Fakta bahwa bumi dan ruang kehidupan semakin terbatas serta derajat
konflik sumber daya alam yang semakin menajam berimplikasi pada
dibutuhkannya strategi transformasi sosial yang adil dan berkelanjutan. Ekologi
manusi hadir sebagai salah satu pendekatan dalam memahami dinamika
kehidupan dan peradaban manusia ke depan.
Unit analisis terkecil ekologi manusia adalah ekosistem yaitu organisme
dengan keseluruhan lingkungannya. Proses yang menjadi perhatian adalah
pertukaran energi, materi, dan informasi antar organisme hidup dan dengan
keseluruhan ekosistemnya. Bentuk kehidupan yang didambakan adalah stabilitas
sistem ekologi dimana proses-proses pertukaran berlangsung seimbang dan
berkelanjutan.
Studi ekologi manusia memfokuskan diri pada interaksi manusia dengan
keseluruhan lingkungannya yang terdiri dari empat komponen POET (Population,
Organization, Environment, Technology).
Konsep POET (Population, Organization, Environment, Technology)
Rumitnya ramifikasi dan ruang lingkup bidang kajian ekologi manusia
mendorong Micklin dan Poston (dalam Dhawmawan 2007) untuk mengusulkan
proses metamorfosa secara totalitas ranah keilmuan ekologi manusia menjadi the
sociology of human ecology. Menurut Micklin dan Poston, ekologi manusia
adalah bidang studi yang memfokuskan diri pada hubungan interaksional dari
empat komponen penting ekosistem manusia, yaitu Population, Organization,
Environment, Technology.
Population menjelaskan tentang jumlah kepadatan dan mobilitas
penduduk, bentuk/jenis aktivitas sesuai gender, usia, dan lapisan sosial, serta
bagaimana sistem pencarian nafkah penduduk bagi penghidupannya.
Organization menjelaskan tentang segala macam bentuk organisasi sosial,
kelembgaan pertanian, dan lainnya, pola pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungannya, sistem nilai kultural terhadap lingkungan, serta kerjasama,
ketegangan, dan konflik yang berlangsung. Environment menjelaskan tentang
sumberdaya alam, mekanisme pemanfaatan sumberdaya alam, manajemen sistem,
dan mekanisme konservasi sumberdaya alam. Technology menjelaskan tentang
bentuk dan aplikasi teknologi yang digunakan.
Pondok Pesantren Nurul Iman
Pondok pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman adalah sebuah pondok
modern yang beralamatkan di Jl. Nurul Iman Desa Soleh, Waru jaya, Kecamatan
Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pondok pesantren ini baru didirikan pada
tanggal 16 Juni 1998 diatastanah 17 hektar oleh Al Syekh Habib Saggaf Bin
Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim, kini pesantren tersebut sudah memiliki
12.000 santri dan santriwati diatas lokasiyang kini memiliki luas 187 hektar.
Semua santrinya mendapatkan fasilitas secara gratis.
Proses perkembangan jumlah santri yang semakin lama semakin banyak
ini salah satu penyebabnya karena seluruh santri dibebaskan atas biaya
pendidikan, pengobatan, makan, minum, tempat tinggal, serta sarana dan
prasarana lainnya. Di pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, para santri dan
santriwatinya tidak hanya mendapatkan pendidikan formal, akan tetapi mereka
juga memperoleh pelajaran tambahan yang bisa menjadi bekal dalam kehidupan
mereka nantinya, setelah keluar dari pesantren. Beberapa jenis kursus yang
diberikan adalah kursus bahasa, komputer, menjahit, pelatihan pertanian,
pemanfaatan sampah, peternakan ikan, peternakan ikan, dan lain sebagainya.
Pesantren Al-Ashriyyah ini tidak hanya menganggap penting pendidikan
formal dan keagaman saja untuk para santri dan santriwatinya, akan tetapi
pelatihan soft skill juga sangat penting untuk diberikan kepada santri-santrinya,
terutama pendidikan entrepreneurship atau kewirausahaan. Pesantren mengajarkan
kepada para santrinya untuk dapat hidup lebih mandiri dalam keseharian mereka.
Pesantren pernah mengumpulkan sampah-sampah yang didapat dari para santri
yang kemudian mereka jual. Dari hasil penjualan sampah tersebut, mereka
mendapat keuntungan sebesar kurang lebih Rp 20 juta. Keuntungan tersebut
mereka investasikan untuk membangun sebuah pabrik roti yang kini sudah
memproduksi sebanyak 10 hingga 15 ribu potong perhari dan sudah mampu
memberikan pemasukan tambahan bagi pesantren.
Saat ini, pihak pesantren juga sedang berusaha mengembangkan proyek
pembuatan biogas dari kotoran sapi. Kotoran sapi tersebut didapat dari peternakan
yang dikelola oleh pesantren. Melalui upaya pengembangan tersebut proyek
biogas ini mampu menjadikan pondok pesantren yang berlokasi di Parung ini
menjadi pondok pesantren yang madani dan mandiri.
Limbah Peternakan
Limbah peternakan merupakan salah satu sumber bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas, sementara perkembangan atau
pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan, karena
menumpuknya limbah peternakan . Polutan yang disebabkan oleh dekomposisi
kotoran ternak yaitu BOD dan COD (Biological/Chemical Oxygen Demand),
bakteri patogen, polusi air (terkontaminasinya air bawah tanah, air permukaan),
debu, dan polusi bau . Di banyak negara berkembang, kotoran ternak, limbah
pertanian, dan kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar. Polusi asap yang
diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut mengakibatkan masalah
kesehatan yang serius dan harus dihindarkan (Haryati 2006) . Juga yang paling
menjadi perhatian yaitu emisi metan dan karbondioksida yang menyebabkan efek
rumah kaca dan mempengaruhi perubahan iklim global . Jika dilihat dari segi
pengolahan limbah, proses anaerob juga memberikan beberapa keuntungan yaitu
menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile solid, nitrogen nitrat, dan
nitrogen organik. Bakteri coliform dan patogen lainnya, telur insek, parasit, bau
juga dihilangkan atau menurun . Di daerah pedesaan yang tidak terjangkau listrik,
penggunaan biogas memungkinkan untuk belajar dan melakukan kegiatan
komunitas di malam hari.
Biogas
Biogas, bahan bakar yang tidak menghasilkan asap merupakan suatu
pengganti yang unggul untuk menggantikan bahan bakar minyak atau gas alam.
Gas ini dihasilkan oleh suatu proses yang disebut proses pencernaan anaerobik,
merupakan gas campuran metan (CH4), karbon dioksida (C02), dan sejumlah
kecil nitrogen, amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfida dan hidrogen. Secara
alami, gas ini terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan sampah, dasar
danau atau rawa. Mamalia termasuk manusia menghasilkan biogas dalam sistem
pencernaannya, bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan biogas untuk
proses mencerna selulosa . Biomasa yang mengandung kadar air yang tinggi
seperti kotoran hewan dan limbah pengolahan pangan cocok digunakan untuk
bahan baku pembuatan biogas (Haryati 2006).
Kerangka Pemikiran
Pondok Pesantren Nurul Iman
Kebutuhan Energi
Sumber Daya Manusia
Kondisi Lingkungan
Kelangkaan Energi
Energi Alternatif (BIOGAS)
Konsep POET1. Population2. Social
Organization3. Environment4. Technology
BAB III
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Observasi
Observasi dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Iman, Kecamatan Parung,
Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian dipilih karena telah menerapkan sistem
biogas sebagai bentuk pemanfaatan limbah peternakan berupa kotoran sapi.
Biogas diterapkan si pesantren tersebut sejak tahun 2010 yang dalam proses
pembuatannya bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor. Kegiatan ini didanai
oleh Kementrian Agama RI dalam rangka program pengabdian mahasiswa peserta
PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi). Konsep Biogas sebagai energi
alternatif membantu penyediaan energi yang dibutuhkan untuk keperluan sekitar
lebih dari 10.000 santri di Pondok Pesantren Nurul Iman. Pemilihan tempat
penelitian ini diharapkan relevan dengan data yang ingin diperoleh dan tujuan
penelitian. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan pada bulan
November 2012.
Strategi Observasi Lapang
Observasi mengenai pemanfaatan limbah peternakan di Pondok Pesantren
Nurul Iman ini termasuk dalam penelitian deskriptif yang dilakuakn hanya dengan
menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Pendekatan yang
digunakan dalam observasi adalah pendekatan kualitatif dengan cara
mewawancarai subyek penelitian yaitu informan. Penentuan informan dilakukan
secara purposive (sengaja) dengan memilih pihak-pihak yang terlibat langsung
dalam pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber energi alternatif. Informan terdiri
dari dua orang : Paul (mahasiswa STAINI) dan Donny Prayodi, MBA (Santri PP.
Nurul Iman yang mengabdi pasca lulus).
Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap informan dan
pengamatan langsung di lokasi observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh
melalui literatur-literatur serta catatan-catatan instansi yang terkait serta beberapa
pihak lain yang dapat mendukung kelengkapan informasi yang kami butuhkan.
Setelah terkumpul, data akan di analisis menggunakan teori yang ada dengan
sudut pandang Ekologi Manusia. Hasil analisis kemudian di tuliskan dalam
bentuk kesimpulan.
BAB IV
Gambaran Umum
4.1 Gambaran Umum Pondok Pesantren
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia.
Dengan watak kemandirian dan corak pendidikan yang khas, lembaga ini
bertahan dan terus berkembang di Indonesia, bahkan dianggap sebagai
wujud indegonius (wajah asli) pendidikan Indonesia. Tidak terkecuali
pondok pesantren Nurul Iman.
Pada mulanya para santri menetap di asrama belakang rumah beliau,
rumah itu adalah hibah dari Bapak Gembong. Dengan semakin
bertambahnya santri dari waktu ke waktu, tepatnya pada tanggal 16 Juni
1998 Abah (Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim),
beserta istrinya Ummi Waheeda binti Abdurrahman merintis pembangunan
dengan mendirikan kobong bambu (asrama pertama) yang hanya berukuran
3x4 m (tiga kali empat meter). Dengan disaksikan para Pejabat
Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor dan para duta besar dari beberapa
negara tetangga, yaitu; Duta Besar Negara-Negara Arab, Brunei
Darussalam, Singapura dan Malaysia di atas lahan 17 hektar, peletakan batu
pertama pendirian Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
dilaksanakan. Dengan izin dari Kepala Desa Waru Jaya dan Camat
Kecamatan Parung Kabupaten
Bogor tertanggal 10 Maret 1999, serta telah didaftarkan pada kantor
Departemen Agama Kabupaten Bogor sejak tanggal 12 Maret 1999 dengan
nomor : MI-10/1/PP/007/825/1999. Dan tericatatlah akte pendirian Pondok
Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman tanggal 25 Maret 1999 No. 7 dihadapan
Notaris Lasmiati Sadikin, SH.
Visi pesantren Nurul Iman adalah“Membangun manusia seutuhnya
serta menciptakan generasi masa depan yang Islami, cerdas, unggul,
percaya diri dan berjiwa mandiri”. Sedangkan misinya adalah sebagai
berikut :
1. Membekali santri dengan pengetahuan agama Islam sehingga santri
memiliki kualitas spiritual yang tinggi
2. Menginternalisasi nilai-nilai budi pekerti yang luhur bagi santri, sehingga
santri memiliki kepekaan sosial yang baik dan mampu menciptakan solusi
di tengah masyarakat
3. Membekali santri dengan berbagai ilmu pengetahuan umum dengan
sebaik-baiknya sehingga santri dapat menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mebangun daya intelektualitas yang tangguh
4. Menggali talenta dan jiwa kepemimpinan santri melalui berbagai kegiatan
ekstrakurikuler sehingga santri menjadi agent of change yang unggul di
masa mendatang
5. Membekali santri dengan berbagai keterampilan berproduksi untuk
membangun jiwa kewirausahaan agar santri dapat menjadi motor
penggerak kehidupan sosial-ekonomi yang baik di masa mendatang
Fasilitas untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar baik
jalur pendidikan formal maupun kepesantrenan, di Pondok Pesantren Al
Ashriyyah Nurul Iman tersedia beberapa fasilitas, sebagai berikut : Masjid,
Asrama putra, Asrama putri, Ruang kelas untuk belajar / mengaji, Ruang
ustadz/guru, Ruang administrasi (Keuangan, Kesiswaan, Penerimaan Siswa,
Personalia), Ruang perpustakaan, Ruang PRAKTIKUM Kehakiman,
Fasilitas MCK, Gedung olahraga, Sanggar Seni dan Budaya, Laboratorium
(komputer dan Bahasa), Lapangan olahraga (Basket, Sepak Bola, Futsall
dan Volly), Ruang POKESTREN, Ruang stockroom, Ruang Konsumsi,
Koperasi, Rumah Asatidz, Loker Santri, Budi Daya Jamur, Daur Ulang
sampah, Pengelolaan Pupuk Organik, Budi daya perikanan (Hias dan
Tawar), Peternakan (Ayam, Kambing dan Sapi), Lahan Pertanian, Konveksi
(KONI), Percetakan, Studio ( Broadcasting TV dan Radio ), Ruang Redaksi,
Pabrik air minum Hexagonal (OINTIKA), Pabrik Tahu, Pabrik Tempe,
Pabrik Roti.
Gambar 1. Peta Lokasi Pondok Pesantren Nurul Iman
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Latar belakang timbulnya gagasan pengelolaan limbah kotoran hewan
menjadi sumber energi alternatif (biogas) di pesantren Nurul Iman.
Banyaknya jumlah santri Pondok Pesantren Nurul Iman berimplikasi
pada semakin banyaknya jumlah pemenuhan kebutuhan santri. Terutama
makanan sebagai bahan pokok. Untuk membuat makanan ini diperlukan
energi yang sangat besar pula. Selama ini pihak pesantren hanya
mengandalkan energi dari batubara untuk memenuhi semua kebutuhan santri
baik listrik, memasak, dan lain sebagainya.
Berdasarkan analisis POET dilihat dari sisi populasinya santri Pondok
Pesantren Nurul Iman mempunyai bentuk aktifitas yang disesuaikan dengan
gender dan usia. Mengingat santri di pondok pesantren tersebut berusia dari
tingkat PAUD sampai dengan mahasiswa. Perempuan juga mempunyai
aktifitas yang lebih terbatas mengingat adanya sistem pesantren yang
cenderung lebih ketat dalam melindungi perempuan. Sementara berdasarkan
lapisan sosial tidak ada pembedaan aktifitas untuk para santri semua
diperlakukan sama. Jumlah santri Nurul Iman saat ini mencapai sekitar
20.000 santri, tentu saja jumlah ini tergolong sangat padat. Kamar-kamar
yang disediakan tidak lagi memenuhi carrying capacity-nya. Mobilitas santri
terjadi ketika tahun ajaran baru maupun saat ada yang keluar atau dikeluarkan
dari pondok pesantren. Sistem nafkah bagi penghidupan santri ditanggung
sepenuhnya oleh pihak pesantren. Baik dalam hal pendidikan maupun
pemenuhan kebutuhan hidup lainnya. Semua diberikan secara gratis oleh
pihak pesantren.
Berdasarkan social organization-nya, pesantren Nurul Iman
menerapkan ketentuan-ketentuan untuk mengatur kehidupan sehari-hari
santri. Pesantren dengan banyak usaha (termasuk pertanian) ini membagi
santri-santrinya dalam berbagai bidang keahlian. Mahasiswa-mahasiswa dari
sekolah tinggi di pondok pesantren tersebut langsung mengamalkan ilmunya
di lahan-lahan usaha yang telah disediakan. Mereka membentuk kelompok-
kelompok untuk mengelola usaha tersebut. Untuk menjaga keserasian dengan
lingkungan mereka menerapkan sistem piket untuk menjaga kebersihan dan
peraturan lainnya yang bersifat menjaga kondisi alam. Kerjasama
berlangsung dengan baik diantara santri, seperti halnya kebiasaan santri pada
umumnya yang sangat mengutamakan kerjasama. Ketegangan dan konflik‐
konflik yang berlangsung tidak terlalu berarti hanya sekedar kesalahpahaman.
Teknologi yang digunakan oleh pondok pesantren Nurul Iman sebagai
sumber energi khususnya, masih bertumpu pada batubara yang membuat
biaya sangat membengkak yaitu sekitar 75 juta. Namun setelah adanya
program pengabdian dari peserta PBSB IPB (Program Beasiswa Santri
Berprestasi Institut Pertanian Bogor) yang membuat biogas, pesantren ini
mempunyai sumber energi alternatif lain dari pemanfaatan kotoran sapi.
Namun sayangnya jumlah gas yang diinginkan masih belum bisa terpenuhi
karena semakin sedikitnya jumlah sapi yang mereka miliki. Selain itu sumber
daya manusia yang dapat dijadikan sebagai tenaga ahli juga sangat minim.
Lingkungan pondok pesantren Nurul Iman terdiri dari pemukiman,
tambak, lahan pertanian, pabrik-pabrik, dll. Sumber daya alam yang ada
dikelola untuk dimanfaatkan kembali dalam memenuhi kebutuhan santri.
Pembuatan biogas dilakukan dnegan melihat potensi kotoran sapi yang cukup
banyak di peternakan pesantren. Selain itu polusi bau dari kotoran sapi juga
cukup menganggu. Ini merupakan salah satu dampak negatif jika kotoran sapi
tidak dikelola menjadi biogas. Ditambah lagi dengan fakta banyaknya jumlah
energi yang dibutuhkan pesantren untuk memenuhi kebutuhan santri. Biogas
dinilai sangat cocok untuk menjadi solusi permasalahan ini oleh peserta
PBSB pada saat melakukan pengabdian.
5.2 Perkembangan program pemanfaatan kotoran hewan sebagai biogas di
pondok pesantren Nurul Iman.
Setelah program pengabdian dari peserta PBSB selesai, program
biogas diteruskan oleh santri Nurul Iman yang telah mendapatkan pelatihan
saat pembinaan. Namun mereka mengalami kesulitan dalam mendapatkan
sumber kotoran sapi. Peternakan mereka mengalami penurunan jumlah sapi
terutama untuk kurban pada hari raya Idul Adha. Dengan jumlah kotoran sapi
yang sedikit otomatis jumlah gas yang dihasilkan juga sedikit. Sementara
jumlah santri tidak berkurang, hal ini berimplikasi pada penggunaan sumber
energi yang masih tetap banyak atau bahkan bertambah. Selain itu kelompok
santri yang mampu mengoperasikan biogas juga masih sedikit dan hanya itu-
itu saja.
Beruntung pesantren ini mempunyai sistem pengabdian untuk santri
pasca lulus. Sehingga tidak sulit untuk mencari tenaga kerja dalam mengelola
biogas yang mampu bekerja dengan penuh rasa pengabdian. Untuk mengatasi
kelangkaan bahan baku sebenarnya santri yang mengelola biogas sudah
meminta tambahan jumlah sapi kepada pimpinan pondok pesantren. Namun
belum ada respon sampai saat ini. Peternakan sapi yang sekarang ini berskala
kecil memang memerlukan konsep pengembangan yang jelas jika jumlah
sapinya akan ditambah. Pastinya tidak hanya dimanfaatkan kotorannya saja.
Namun sapinya juga harus termanfaatkan secara jelas.
Sebanyak Sembilan ekor sapi dimanfaatkan untuk menghasilkan
biogas. Teknologi yang digunakan berupa mesin, pipa penyambung dan batch
sebagai tempat fermentasi untuk menghasilkan biogas. Prosesnya diawali
dengan pengumpulan kotoran sapi pada sebuah wadah berbentuk persegi.
Wadah tersebut berfungsi sebagai tempat penampungan kotoran sapi sebelum
dialirkan ke tabung fermentasi yang berukuran (4 x 5) m. Proses fermentasi
dalam pembuatan biogas ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan
hingga pada akhirnya menghasilkan gas normal. Hasil fermentasi tersebut
ditampung dalam tiga wadah berbeda. Wadah pertama berupa cairan yang
masih tercampur kotoran sapi. Wadah kedua berupa cairan yang masih
tercampur dengan kotoran sapi, hanya saja kandungan kotoran sapinya lebih
sedikit. Wadah ketiga, cairan yang dihasilkan berupa cairan murni tanpa
bercampur dengan kotoran sapi sedikitpun, Cairan inilah yang biasanya
dikomersialkan atau dijual dalam bentuk pupuk cair dan bermanfaat terutama
untuk sektor pertanian. Namun pupuk cair ini tidak diperjual-belikan karena
ajaran pesantren melarang jual-beli untuk barang najis.
Kegiatan ini tidak berefek buruk pada lingkungan, berdasarkan apa
yang dikemukakan salah para santri. Biogas justru mampu mengurangi bau
yang dihaslkan oleh kotoran sapi dan membuatnya jadi barang-barang yang
bermanfaat. Karena seperti yang teah disebutkan sebelumnya selain
menghasilkan gas, biogas juga mampu menghasilkan pupuk cair. Jadi semua
yang diproses dalam teknologi biogas ini dapat dimanfaatkan oleh santri dan
tidak menganggu keseimbangan lingkungan.
5.3 Dampak pemanfaatan kotoran hewan terhadap lingkungan pesantren
Nurul Iman dan masyarakat sekitar pesantren.
Penggunaan teknologi biogas mulai merubah sistem penghidupan
santri. Batubara tidak lagi menjadi satu-satunya sumber energi. Kotoran sapi
dengan gas yang dihasilkannya mampu menjadi sumber energi untuk pabrik
donat. Selain itu pupuk cair sebagai limbah dari proses pembuatan gas juga
dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian di Pondok Pesantren tersebut. Jenis
tanaman yang dikembangkan antara lain adalah singkong, jagung, pepaya,
kacang, kangkung serta varietas tanaman lainnya.
Biogas hasil pengabdian peserta PBSB IPB ini menambah organisasi
baru yaitu kelompok yang mengelola biogas itu sendiri. Teknologi biogas
juga terhitung baru dan terbukti bermanfaat sebagai sumber energi dan pupuk
pertanian. Efek buruk terhadap lingkungan akibat pembuatan biogas belum
ditemukan oleh para santri hingga saat ini.
Kualitas api yang di hasilkan dari tabung gas juga terbukti lebih baik
daripada gas elpiji , karena nyala api yang lebih biru, serta menghasilkan
nyala api yang lebih tinggi. Namun ada beberapa kendala yang dihadapi
terkait pembuatan energi dari biogas tersebut, antara lain :
1. Jumlah sapi yang sedikit sehingga suplai kotoran yang dihasilkan pun juga
sedikit, akibatnya tidak banyak gas yang dihasilkan.
2. Kurangnya sumber daya manusia yang benar benar terampil karena hanya
terdiri dari 4 mahasiswa yang mengelola limbah tersebut.
3. Jumlah sapi yang selalu berkurang misal karena adanya penyembelihan
untuk Qurban.
4. Mahalnya harga sapi dipasaran mengakibatkan sulitnya biaya untuk
membeli sapi karena selama ini sapi yang dihasilkan berasal dari
sumbangan para donator.
Secara umum pengelolaan biogas telah berkontribusi memberikan
dampak yang positif berupa sumber energi di Ponpes tersebut. Meski
hanya berkisar 10% tetapi secara nyata telah mampu memberikan
alternatif energi, selain gas elpiji ataupun batu bara. Dimasa yang akan
datang direncanakan pengelolaan biogas bersumber dari buangan
manusia(human waste),tetapi masih perlu pengelolaan yang lebih efektif
karena pada umumnya gas buangan tersebut bercampur dengan bahan
kimia seperti sabun. Bahan kimia tersebut dapat mematikan sel sel bakteri
dan mikroba sehingga akan menghambat proses fermentasi biogas.
Sementara dampaknya untuk masyarakat sekitar pesantren masih
belum terasa, mengingat untuk memenuhi kebutuhan pesantren saja hasil
dari biogas ini masih belum bisa memenuhi secara keseluruhan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Latar belakang timbulnya gagasan pengelolaan limbah kotoran hewan
menjadi sumber energi alternatif (biogas) di pesantren Nurul Iman adalah
dari inisiatif mahasiswa peserta PBSB IPB yang melaksanakan pengabdian
di pondok pesantren tersebut.
2. Perkembangan program pemanfaatan kotoran hewan sebagai biogas di
pondok pesantren Nurul Iman berjalan kurang lancar karena terbatasnya
sumber daya manusia yang mengelola dan semakin sedikitnya jumlah sapi
yang dimiliki peternakan pesantren.
3. Dampak pemanfaatan kotoran hewan terhadap lingkungan pesantren Nurul
Iman terbukti positif dengan energi alternatif dan pupuk cair yang
dihasilkan. Sementara untuk masyarakat sekitar pesantren belum ada
dampak yang bisa dirasakan
5.2 Saran
Pondok Pesantren Nurul Iman harus mengadakan kerjasama
dengan pihak-pihak yang mampu mengembangkan biogas disana. Baik
untuk menyuplai sapi maupun mengembangkan kemampuan sumber daya
manusia yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Dharmawan, A.H. 2007. Dinamika Sosio-Ekologi Pedesaan: Perspektif dan
Pertautan Keilmuan Ekologi Manusia, Sosiologi Lingkungan dan Ekologi
Politik. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia.
01:01:hal 4-5.
Haryati T. 2006. Biogas: limbah peternakan yang menjadi sumber energi
alternatif. Wartazoa. Vol: 16 (3).
Kementerian ESDM. 2011. Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan.
[terhubung berkala]: http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/5212-
energi-untuk-pembangunan-berkelanjutan-22.html. 10 November 2012.
Kementerian ESDM. 2012. Solusi Non-BBM untuk meningkatkan Ketahanan
Energi Nasional. [terhubung berkala]:
http://www.esdm.go.id/berita/listrik/39-listrik/5628-solusi-non-bbm-untuk-
meningkatkan-ketahanan-energi-nasional-melalui-revitalisasi-program-
energi-laut-nasional.html. 10 November 2012.
LAMPIRAN
1. Komponen Biogas
No Komponen %
1 Metana (CH4) 55-75
2 Karbon dioksida (CO2) 25-45
3 Nitrogen (N2) 0-0.3
4 Hidrogen (H2) 1-5
5 Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
6 Oksigen (O2) 0.1-0.5
2. Pengelolaan Biogas di PP. Nurul Iman