laporan ekoman

31
LAPORAN TURUN LAPANG EKOLOGI MANUSIA (KPM 320) ANALISIS PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN (Studi Kasus Pemanfaatan Kotoran Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif dalam Bentuk Biogas di Pondok Pesantren Nurul Iman, Parung, Bogor) Oleh Kelompok 3: 1. Euis Intan Anovani (A34090051) 2. Andari Pratiwi (G74100033) 3. Elvira Yunita (G84090006) 4. Winda Lisnawati (I34100096) 5. Adi Chandra Berampu (I34100121) 6. Fera Nur Aini (I34100122) 7. Siti Rohmawati (I34100126) 8. Ricardus Keiya (I34100159) 9. Resa Urpon (I34100160) 10. Norhamidah (E24110097) Asisten Dosen : Raisita, S.KPm

Upload: idah-faujiati

Post on 11-Aug-2015

82 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ekoman

LAPORAN TURUN LAPANG

EKOLOGI MANUSIA (KPM 320)

ANALISIS PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN

(Studi Kasus Pemanfaatan Kotoran Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif dalam Bentuk Biogas di Pondok Pesantren Nurul Iman, Parung, Bogor)

Oleh Kelompok 3:

1. Euis Intan Anovani (A34090051)

2. Andari Pratiwi (G74100033)

3. Elvira Yunita (G84090006)

4. Winda Lisnawati (I34100096)

5. Adi Chandra Berampu (I34100121)

6. Fera Nur Aini (I34100122)

7. Siti Rohmawati (I34100126)

8. Ricardus Keiya (I34100159)

9. Resa Urpon (I34100160)

10. Norhamidah (E24110097)

Asisten Dosen :

Raisita, S.KPm

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MAYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: Laporan Ekoman

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahan bakar akhir-akhir ini merupakan topik yang ramai diperbincangkan

di berbagai kesempatan. Hal ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan dan

semakin meningkatnya harga jual bahan bakar. Sementara itu, sumber bahan

bakar minyak dan gas semakin berkurang. Sebagai konsekuensinya maka suatu

keharusan untuk mencari sumber lain. Salah satu alternatif yaitu pemanfaatan

renewable energy atau energi yang dapat diperbaharui dan digunakan untuk

menggantikan pemakaian bahan bakar minyak atau gas alam (fossil fuels). Setelah

krisis energi minyak di era tahun 70-an, beberapa negara telah memulai program

pengembangan teknologi renewable energy guna menurunkan ketergantungan

akan impor bahan bakar minyak.

Persoalan krisis bahan bakar minyak (BBM) dan besarnya anggaran

subsidi energi pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)

merupakan ancaman serius bagi ketahanan energi nasional, yaitu kondisi dinamis

terjaminnya penyediaan energi dan akses masyarakat atas energi dalam

menghadapai permasalahan dan tantangan dari dalam maupun dari luar negeri

(Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral 2011). Permintaan kebutuhan

Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia, baik itu untuk keperluan industri,

transportasi dan rumah tangga dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini

berdampak besar terhadap lingkungan. Kebutuhan dan tingginya permintaan

bahan bakar menyebabkan terjadinya pengerukan besar-besaran sumberdaya

minyak bumi dan gas alam di Indonesia. Eksploitasi berlebihan dari sumberdaya

ini sayangnya sangat sedikit sekali memperhatikan aspek lingkungan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2012) menyatakan bahwa

terdapat dua solusi penting yang dapat diaplikasikan terkait permasalahan

penyediaan energI. Pertama, intensifikasi ekplorasi cadangan minyak baru dan

Page 3: Laporan Ekoman

peningkatan produksi minyak nasional. Kedua, pengembangan energi alternatif

dari jenis energi terbarukan, diantaranya tenaga air, panas bumi, bahan bakar

nabati, energi biomassa, energi surya dan energi laut. Sumber energi alternatif

telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya

adalah biogas.

Pemanfaatan kotoran hewan sebagai bahan energi alternatif tentu dapat

dijadikan sebagai salah satu solusi terutama jika dipandang dalam sudut pandang

ekologi manusia. Haryati (2006) menyatakan bahwa bahan bakar dari

pemanfaatan kotoran hewan berperan dalam menyelesaikan permasalahan polusi

yang ditimbulkan oleh kotoran tersebut jika tidak dimanfaatkan dan dibiarkan

mencemari lingkungan. Selain itu, bahan bakar yang dihasilkan dari makhluk

hidup berupa hewan ternak ini juga tidak menimbulkan polusi lingkungan sebesar

yang ditimbulkan oleh bahan bakar fosil.

Salah satu pondok pesantren di Indonesia yang telah menggunakan energi

biogas sebagai bahan bakar dalam kesehariannya adalah pondok pesantren Al-

Ashriyyah Nurul Iman yang terletak di parung, Bogor. Pondok pesantren yang

didirikan pada tanggal 16 Juni 1998 di atas tanah 17 hektar oleh Al Syekh Habib

Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim dan kini sudah memiliki

12.000 santri dan santriwati dan luas melebar hingga 187 hektar telah

menggunakan energi yang bersumber dari Biogas sejak kurang lebih satu tahun

yang lalu saat ada acara pengabdian dari Beasiswa Utusan Daerah Kementrian

Agama RI (BUD Kemenag RI).

Pemanfaatan biogas ini dilakukan karena beberapa hal, diantaranya,

kebutuhan bahan bakar harian yang sangat besar tiap harinya untuk kegiatan

konsumsi penghuni pondok sebanyak 12.000 orang, adanya peternakan sapi yang

berjumlah 55 ekor yang limbah kotorannya belum termanfaatkan dan dapat

dijadikan sebagai sumber bahan baku biogas, adanya lahan pertanian luas yang

membutuhkan kebutuhan pupuk setiap harinya serta tersedianya lahan yang cukup

untuk menerapkan sistem biogas di pondok pesantren ini. Setiap 1 ekor ternak

sapi/kerbau dapat dihasilkan ± 2 m3 biogas per hari dan setiap m3 biogas dapat

digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah serta pupuk organik, baik cair

Page 4: Laporan Ekoman

dan padat. Dengan demikian, perlu dipelajari sistem pengelolaan dan pemanfaatan

limbah kotoran hewan pada pondok pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman agar

dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar sebagai salah satu solusi krisis

energi di Indonesia.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang timbulnya gagasan pengelolaan limbah kotoran

hewan menjadi sumber energi alternatif (biogas) di pesantren Nurul Iman?

2. Bagaimana perkembangan program pemanfaatan kotoran hewan sebagai

biogas di pondok pesantren Nurul Iman?

3. Bagaimana dampak pemanfaatan kotoran hewan tersebut terhadap lingkungan

pesantren Nurul Iman dan masyarakat sekitar pesantren?

Tujuan Kegiatan Turun Lapang

1. Mengidentifikasi latar belakang pengelolaan gagasan pengelolaan limbah

kotoran hewan sebagai biogas di pesantren Nurul Iman.

2. Mengidentifikasi proses pengelolaan kotoran hewan di pesantren Nurul Iman

serta managemen terkait yang menyokong program tersebut sehingga dapat

terlihat kebermanfaatannya bagi masyarakat lingkungan.

3. Mengetahui dampak pemanfataan kotoran hewan terhadap pesantren dan

mayarakat sekitar pesantren.

Kegunaan

Kegunaan kegiatan turun lapang ini yaitu untuk melihat efektivitas

pengelolaan limbah kotoran hewan yang terdapat di pondok pesantren Al-

Ashriyyah Nurul Iman, Parung Bogor sehingga dapat dikembangkan dan dicontoh

oleh wilayah peternakan (di Indonesia) lainnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai

salah satu solusi krisis energi yang ramah lingkungan.

Page 5: Laporan Ekoman

BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL

Tinjauan Pustaka

Ekologi Manusia

Fakta bahwa bumi dan ruang kehidupan semakin terbatas serta derajat

konflik sumber daya alam yang semakin menajam berimplikasi pada

dibutuhkannya strategi transformasi sosial yang adil dan berkelanjutan. Ekologi

manusi hadir sebagai salah satu pendekatan dalam memahami dinamika

kehidupan dan peradaban manusia ke depan.

Unit analisis terkecil ekologi manusia adalah ekosistem yaitu organisme

dengan keseluruhan lingkungannya. Proses yang menjadi perhatian adalah

pertukaran energi, materi, dan informasi antar organisme hidup dan dengan

keseluruhan ekosistemnya. Bentuk kehidupan yang didambakan adalah stabilitas

sistem ekologi dimana proses-proses pertukaran berlangsung seimbang dan

berkelanjutan.

Studi ekologi manusia memfokuskan diri pada interaksi manusia dengan

keseluruhan lingkungannya yang terdiri dari empat komponen POET (Population,

Organization, Environment, Technology).

Konsep POET (Population, Organization, Environment, Technology)

Rumitnya ramifikasi dan ruang lingkup bidang kajian ekologi manusia

mendorong Micklin dan Poston (dalam Dhawmawan 2007) untuk mengusulkan

proses metamorfosa secara totalitas ranah keilmuan ekologi manusia menjadi the

sociology of human ecology. Menurut Micklin dan Poston, ekologi manusia

adalah bidang studi yang memfokuskan diri pada hubungan interaksional dari

Page 6: Laporan Ekoman

empat komponen penting ekosistem manusia, yaitu Population, Organization,

Environment, Technology.

Population menjelaskan tentang jumlah kepadatan dan mobilitas

penduduk, bentuk/jenis aktivitas sesuai gender, usia, dan lapisan sosial, serta

bagaimana sistem pencarian nafkah penduduk bagi penghidupannya.

Organization menjelaskan tentang segala macam bentuk organisasi sosial,

kelembgaan pertanian, dan lainnya, pola pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungannya, sistem nilai kultural terhadap lingkungan, serta kerjasama,

ketegangan, dan konflik yang berlangsung. Environment menjelaskan tentang

sumberdaya alam, mekanisme pemanfaatan sumberdaya alam, manajemen sistem,

dan mekanisme konservasi sumberdaya alam. Technology menjelaskan tentang

bentuk dan aplikasi teknologi yang digunakan.

Pondok Pesantren Nurul Iman

Pondok pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman adalah sebuah pondok

modern yang beralamatkan di Jl. Nurul Iman Desa Soleh, Waru jaya, Kecamatan

Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pondok pesantren ini baru didirikan pada

tanggal 16 Juni 1998 diatastanah 17 hektar oleh Al Syekh Habib Saggaf Bin

Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim, kini pesantren tersebut sudah memiliki

12.000 santri dan santriwati diatas lokasiyang kini memiliki luas 187 hektar.

Semua santrinya mendapatkan fasilitas secara gratis.

Proses perkembangan jumlah santri yang semakin lama semakin banyak

ini salah satu penyebabnya karena seluruh santri dibebaskan atas biaya

pendidikan, pengobatan, makan, minum, tempat tinggal, serta sarana dan

prasarana lainnya. Di pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, para santri dan

santriwatinya tidak hanya mendapatkan pendidikan formal, akan tetapi mereka

juga memperoleh pelajaran tambahan yang bisa menjadi bekal dalam kehidupan

mereka nantinya, setelah keluar dari pesantren. Beberapa jenis kursus yang

diberikan adalah kursus bahasa, komputer, menjahit, pelatihan pertanian,

pemanfaatan sampah, peternakan ikan, peternakan ikan, dan lain sebagainya.

Page 7: Laporan Ekoman

Pesantren Al-Ashriyyah ini tidak hanya menganggap penting pendidikan

formal dan keagaman saja untuk para santri dan santriwatinya, akan tetapi

pelatihan soft skill juga sangat penting untuk diberikan kepada santri-santrinya,

terutama pendidikan entrepreneurship atau kewirausahaan. Pesantren mengajarkan

kepada para santrinya untuk dapat hidup lebih mandiri dalam keseharian mereka.

Pesantren pernah mengumpulkan sampah-sampah yang didapat dari para santri

yang kemudian mereka jual. Dari hasil penjualan sampah tersebut, mereka

mendapat keuntungan sebesar kurang lebih Rp 20 juta. Keuntungan tersebut

mereka investasikan untuk membangun sebuah pabrik roti yang kini sudah

memproduksi sebanyak 10 hingga 15 ribu potong perhari dan sudah mampu

memberikan pemasukan tambahan bagi pesantren.

Saat ini, pihak pesantren juga sedang berusaha mengembangkan proyek

pembuatan biogas dari kotoran sapi. Kotoran sapi tersebut didapat dari peternakan

yang dikelola oleh pesantren. Melalui upaya pengembangan tersebut proyek

biogas ini mampu menjadikan pondok pesantren yang berlokasi di Parung ini

menjadi pondok pesantren yang madani dan mandiri.

Limbah Peternakan

Limbah peternakan merupakan salah satu sumber bahan yang dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas, sementara perkembangan atau

pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan, karena

menumpuknya limbah peternakan . Polutan yang disebabkan oleh dekomposisi

kotoran ternak yaitu BOD dan COD (Biological/Chemical Oxygen Demand),

bakteri patogen, polusi air (terkontaminasinya air bawah tanah, air permukaan),

debu, dan polusi bau . Di banyak negara berkembang, kotoran ternak, limbah

pertanian, dan kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar. Polusi asap yang

diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut mengakibatkan masalah

kesehatan yang serius dan harus dihindarkan (Haryati 2006) . Juga yang paling

menjadi perhatian yaitu emisi metan dan karbondioksida yang menyebabkan efek

rumah kaca dan mempengaruhi perubahan iklim global . Jika dilihat dari segi

Page 8: Laporan Ekoman

pengolahan limbah, proses anaerob juga memberikan beberapa keuntungan yaitu

menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile solid, nitrogen nitrat, dan

nitrogen organik. Bakteri coliform dan patogen lainnya, telur insek, parasit, bau

juga dihilangkan atau menurun . Di daerah pedesaan yang tidak terjangkau listrik,

penggunaan biogas memungkinkan untuk belajar dan melakukan kegiatan

komunitas di malam hari.

Biogas

Biogas, bahan bakar yang tidak menghasilkan asap merupakan suatu

pengganti yang unggul untuk menggantikan bahan bakar minyak atau gas alam.

Gas ini dihasilkan oleh suatu proses yang disebut proses pencernaan anaerobik,

merupakan gas campuran metan (CH4), karbon dioksida (C02), dan sejumlah

kecil nitrogen, amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfida dan hidrogen. Secara

alami, gas ini terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan sampah, dasar

danau atau rawa. Mamalia termasuk manusia menghasilkan biogas dalam sistem

pencernaannya, bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan biogas untuk

proses mencerna selulosa . Biomasa yang mengandung kadar air yang tinggi

seperti kotoran hewan dan limbah pengolahan pangan cocok digunakan untuk

bahan baku pembuatan biogas (Haryati 2006).

Kerangka Pemikiran

Pondok Pesantren Nurul Iman

Kebutuhan Energi

Sumber Daya Manusia

Kondisi Lingkungan

Kelangkaan Energi

Energi Alternatif (BIOGAS)

Konsep POET1. Population2. Social

Organization3. Environment4. Technology

Page 9: Laporan Ekoman

BAB III

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Observasi

Observasi dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Iman, Kecamatan Parung,

Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian dipilih karena telah menerapkan sistem

biogas sebagai bentuk pemanfaatan limbah peternakan berupa kotoran sapi.

Biogas diterapkan si pesantren tersebut sejak tahun 2010 yang dalam proses

pembuatannya bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor. Kegiatan ini didanai

oleh Kementrian Agama RI dalam rangka program pengabdian mahasiswa peserta

PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi). Konsep Biogas sebagai energi

alternatif membantu penyediaan energi yang dibutuhkan untuk keperluan sekitar

lebih dari 10.000 santri di Pondok Pesantren Nurul Iman. Pemilihan tempat

penelitian ini diharapkan relevan dengan data yang ingin diperoleh dan tujuan

penelitian. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan pada bulan

November 2012.

Strategi Observasi Lapang

Observasi mengenai pemanfaatan limbah peternakan di Pondok Pesantren

Nurul Iman ini termasuk dalam penelitian deskriptif yang dilakuakn hanya dengan

menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Pendekatan yang

digunakan dalam observasi adalah pendekatan kualitatif dengan cara

mewawancarai subyek penelitian yaitu informan. Penentuan informan dilakukan

secara purposive (sengaja) dengan memilih pihak-pihak yang terlibat langsung

dalam pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber energi alternatif. Informan terdiri

dari dua orang : Paul (mahasiswa STAINI) dan Donny Prayodi, MBA (Santri PP.

Nurul Iman yang mengabdi pasca lulus).

Page 10: Laporan Ekoman

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap informan dan

pengamatan langsung di lokasi observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh

melalui literatur-literatur serta catatan-catatan instansi yang terkait serta beberapa

pihak lain yang dapat mendukung kelengkapan informasi yang kami butuhkan.

Setelah terkumpul, data akan di analisis menggunakan teori yang ada dengan

sudut pandang Ekologi Manusia. Hasil analisis kemudian di tuliskan dalam

bentuk kesimpulan.

Page 11: Laporan Ekoman

BAB IV

Gambaran Umum

4.1 Gambaran Umum Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia.

Dengan watak kemandirian dan corak pendidikan yang khas, lembaga ini

bertahan dan terus berkembang di Indonesia, bahkan dianggap sebagai

wujud indegonius (wajah asli) pendidikan Indonesia. Tidak terkecuali

pondok pesantren Nurul Iman.

Pada mulanya para santri menetap di asrama belakang rumah beliau,

rumah itu adalah hibah dari Bapak Gembong. Dengan semakin

bertambahnya santri dari waktu ke waktu, tepatnya pada tanggal 16 Juni

1998 Abah (Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim),

beserta istrinya Ummi Waheeda binti Abdurrahman merintis pembangunan

dengan mendirikan kobong bambu (asrama pertama) yang hanya berukuran

3x4 m (tiga kali empat meter). Dengan disaksikan para Pejabat

Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor dan para duta besar dari beberapa

negara tetangga, yaitu; Duta Besar Negara-Negara Arab, Brunei

Darussalam, Singapura dan Malaysia di atas lahan 17 hektar, peletakan batu

pertama pendirian Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman

dilaksanakan. Dengan izin dari Kepala Desa Waru Jaya dan Camat

Kecamatan Parung Kabupaten

Bogor tertanggal 10 Maret 1999, serta telah didaftarkan pada kantor

Departemen Agama Kabupaten Bogor sejak tanggal 12 Maret 1999 dengan

nomor : MI-10/1/PP/007/825/1999. Dan tericatatlah akte pendirian Pondok

Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman tanggal 25 Maret 1999 No. 7 dihadapan

Notaris Lasmiati Sadikin, SH.

Visi pesantren Nurul Iman adalah“Membangun manusia seutuhnya

serta menciptakan generasi masa depan yang Islami, cerdas, unggul,

Page 12: Laporan Ekoman

percaya diri dan berjiwa mandiri”. Sedangkan misinya adalah sebagai

berikut :

1. Membekali santri dengan pengetahuan agama Islam sehingga santri

memiliki kualitas spiritual yang tinggi

2. Menginternalisasi nilai-nilai budi pekerti yang luhur bagi santri, sehingga

santri memiliki kepekaan sosial yang baik dan mampu menciptakan solusi

di tengah masyarakat

3. Membekali santri dengan berbagai ilmu pengetahuan umum dengan

sebaik-baiknya sehingga santri dapat menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam mebangun daya intelektualitas yang tangguh

4. Menggali talenta dan jiwa kepemimpinan santri melalui berbagai kegiatan

ekstrakurikuler sehingga santri menjadi agent of change yang unggul di

masa mendatang

5. Membekali santri dengan berbagai keterampilan berproduksi untuk

membangun jiwa kewirausahaan agar santri dapat menjadi motor

penggerak kehidupan sosial-ekonomi yang baik di masa mendatang

Fasilitas untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar baik

jalur pendidikan formal maupun kepesantrenan, di Pondok Pesantren Al

Ashriyyah Nurul Iman tersedia beberapa fasilitas, sebagai berikut : Masjid,

Asrama putra, Asrama putri, Ruang kelas untuk belajar / mengaji, Ruang

ustadz/guru, Ruang administrasi (Keuangan, Kesiswaan, Penerimaan Siswa,

Personalia), Ruang perpustakaan, Ruang PRAKTIKUM Kehakiman,

Fasilitas MCK, Gedung olahraga, Sanggar Seni dan Budaya, Laboratorium

(komputer dan Bahasa), Lapangan olahraga (Basket, Sepak Bola, Futsall

dan Volly), Ruang POKESTREN, Ruang stockroom, Ruang Konsumsi,

Koperasi, Rumah Asatidz, Loker Santri, Budi Daya Jamur, Daur Ulang

sampah, Pengelolaan Pupuk Organik, Budi daya perikanan (Hias dan

Tawar), Peternakan (Ayam, Kambing dan Sapi), Lahan Pertanian, Konveksi

(KONI), Percetakan, Studio ( Broadcasting TV dan Radio ), Ruang Redaksi,

Page 13: Laporan Ekoman

Pabrik air minum Hexagonal (OINTIKA), Pabrik Tahu, Pabrik Tempe,

Pabrik Roti.

Gambar 1. Peta Lokasi Pondok Pesantren Nurul Iman

Page 14: Laporan Ekoman

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Latar belakang timbulnya gagasan pengelolaan limbah kotoran hewan

menjadi sumber energi alternatif (biogas) di pesantren Nurul Iman.

Banyaknya jumlah santri Pondok Pesantren Nurul Iman berimplikasi

pada semakin banyaknya jumlah pemenuhan kebutuhan santri. Terutama

makanan sebagai bahan pokok. Untuk membuat makanan ini diperlukan

energi yang sangat besar pula. Selama ini pihak pesantren hanya

mengandalkan energi dari batubara untuk memenuhi semua kebutuhan santri

baik listrik, memasak, dan lain sebagainya.

Berdasarkan analisis POET dilihat dari sisi populasinya santri Pondok

Pesantren Nurul Iman mempunyai bentuk aktifitas yang disesuaikan dengan

gender dan usia. Mengingat santri di pondok pesantren tersebut berusia dari

tingkat PAUD sampai dengan mahasiswa. Perempuan juga mempunyai

aktifitas yang lebih terbatas mengingat adanya sistem pesantren yang

cenderung lebih ketat dalam melindungi perempuan. Sementara berdasarkan

lapisan sosial tidak ada pembedaan aktifitas untuk para santri semua

diperlakukan sama. Jumlah santri Nurul Iman saat ini mencapai sekitar

20.000 santri, tentu saja jumlah ini tergolong sangat padat. Kamar-kamar

yang disediakan tidak lagi memenuhi carrying capacity-nya. Mobilitas santri

terjadi ketika tahun ajaran baru maupun saat ada yang keluar atau dikeluarkan

dari pondok pesantren. Sistem nafkah bagi penghidupan santri ditanggung

sepenuhnya oleh pihak pesantren. Baik dalam hal pendidikan maupun

pemenuhan kebutuhan hidup lainnya. Semua diberikan secara gratis oleh

pihak pesantren.

Berdasarkan social organization-nya, pesantren Nurul Iman

menerapkan ketentuan-ketentuan untuk mengatur kehidupan sehari-hari

santri. Pesantren dengan banyak usaha (termasuk pertanian) ini membagi

santri-santrinya dalam berbagai bidang keahlian. Mahasiswa-mahasiswa dari

Page 15: Laporan Ekoman

sekolah tinggi di pondok pesantren tersebut langsung mengamalkan ilmunya

di lahan-lahan usaha yang telah disediakan. Mereka membentuk kelompok-

kelompok untuk mengelola usaha tersebut. Untuk menjaga keserasian dengan

lingkungan mereka menerapkan sistem piket untuk menjaga kebersihan dan

peraturan lainnya yang bersifat menjaga kondisi alam. Kerjasama

berlangsung dengan baik diantara santri, seperti halnya kebiasaan santri pada

umumnya yang sangat mengutamakan kerjasama. Ketegangan dan konflik‐

konflik yang berlangsung tidak terlalu berarti hanya sekedar kesalahpahaman.

Teknologi yang digunakan oleh pondok pesantren Nurul Iman sebagai

sumber energi khususnya, masih bertumpu pada batubara yang membuat

biaya sangat membengkak yaitu sekitar 75 juta. Namun setelah adanya

program pengabdian dari peserta PBSB IPB (Program Beasiswa Santri

Berprestasi Institut Pertanian Bogor) yang membuat biogas, pesantren ini

mempunyai sumber energi alternatif lain dari pemanfaatan kotoran sapi.

Namun sayangnya jumlah gas yang diinginkan masih belum bisa terpenuhi

karena semakin sedikitnya jumlah sapi yang mereka miliki. Selain itu sumber

daya manusia yang dapat dijadikan sebagai tenaga ahli juga sangat minim.

Lingkungan pondok pesantren Nurul Iman terdiri dari pemukiman,

tambak, lahan pertanian, pabrik-pabrik, dll. Sumber daya alam yang ada

dikelola untuk dimanfaatkan kembali dalam memenuhi kebutuhan santri.

Pembuatan biogas dilakukan dnegan melihat potensi kotoran sapi yang cukup

banyak di peternakan pesantren. Selain itu polusi bau dari kotoran sapi juga

cukup menganggu. Ini merupakan salah satu dampak negatif jika kotoran sapi

tidak dikelola menjadi biogas. Ditambah lagi dengan fakta banyaknya jumlah

energi yang dibutuhkan pesantren untuk memenuhi kebutuhan santri. Biogas

dinilai sangat cocok untuk menjadi solusi permasalahan ini oleh peserta

PBSB pada saat melakukan pengabdian.

5.2 Perkembangan program pemanfaatan kotoran hewan sebagai biogas di

pondok pesantren Nurul Iman.

Setelah program pengabdian dari peserta PBSB selesai, program

biogas diteruskan oleh santri Nurul Iman yang telah mendapatkan pelatihan

Page 16: Laporan Ekoman

saat pembinaan. Namun mereka mengalami kesulitan dalam mendapatkan

sumber kotoran sapi. Peternakan mereka mengalami penurunan jumlah sapi

terutama untuk kurban pada hari raya Idul Adha. Dengan jumlah kotoran sapi

yang sedikit otomatis jumlah gas yang dihasilkan juga sedikit. Sementara

jumlah santri tidak berkurang, hal ini berimplikasi pada penggunaan sumber

energi yang masih tetap banyak atau bahkan bertambah. Selain itu kelompok

santri yang mampu mengoperasikan biogas juga masih sedikit dan hanya itu-

itu saja.

Beruntung pesantren ini mempunyai sistem pengabdian untuk santri

pasca lulus. Sehingga tidak sulit untuk mencari tenaga kerja dalam mengelola

biogas yang mampu bekerja dengan penuh rasa pengabdian. Untuk mengatasi

kelangkaan bahan baku sebenarnya santri yang mengelola biogas sudah

meminta tambahan jumlah sapi kepada pimpinan pondok pesantren. Namun

belum ada respon sampai saat ini. Peternakan sapi yang sekarang ini berskala

kecil memang memerlukan konsep pengembangan yang jelas jika jumlah

sapinya akan ditambah. Pastinya tidak hanya dimanfaatkan kotorannya saja.

Namun sapinya juga harus termanfaatkan secara jelas.

Sebanyak Sembilan ekor sapi dimanfaatkan untuk menghasilkan

biogas. Teknologi yang digunakan berupa mesin, pipa penyambung dan batch

sebagai tempat fermentasi untuk menghasilkan biogas. Prosesnya diawali

dengan pengumpulan kotoran sapi pada sebuah wadah berbentuk persegi.

Wadah tersebut berfungsi sebagai tempat penampungan kotoran sapi sebelum

dialirkan ke tabung fermentasi yang berukuran (4 x 5) m. Proses fermentasi

dalam pembuatan biogas ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan

hingga pada akhirnya menghasilkan gas normal. Hasil fermentasi tersebut

ditampung dalam tiga wadah berbeda. Wadah pertama berupa cairan yang

masih tercampur kotoran sapi. Wadah kedua berupa cairan yang masih

tercampur dengan kotoran sapi, hanya saja kandungan kotoran sapinya lebih

sedikit. Wadah ketiga, cairan yang dihasilkan berupa cairan murni tanpa

bercampur dengan kotoran sapi sedikitpun, Cairan inilah yang biasanya

dikomersialkan atau dijual dalam bentuk pupuk cair dan bermanfaat terutama

Page 17: Laporan Ekoman

untuk sektor pertanian. Namun pupuk cair ini tidak diperjual-belikan karena

ajaran pesantren melarang jual-beli untuk barang najis.

Kegiatan ini tidak berefek buruk pada lingkungan, berdasarkan apa

yang dikemukakan salah para santri. Biogas justru mampu mengurangi bau

yang dihaslkan oleh kotoran sapi dan membuatnya jadi barang-barang yang

bermanfaat. Karena seperti yang teah disebutkan sebelumnya selain

menghasilkan gas, biogas juga mampu menghasilkan pupuk cair. Jadi semua

yang diproses dalam teknologi biogas ini dapat dimanfaatkan oleh santri dan

tidak menganggu keseimbangan lingkungan.

5.3 Dampak pemanfaatan kotoran hewan terhadap lingkungan pesantren

Nurul Iman dan masyarakat sekitar pesantren.

Penggunaan teknologi biogas mulai merubah sistem penghidupan

santri. Batubara tidak lagi menjadi satu-satunya sumber energi. Kotoran sapi

dengan gas yang dihasilkannya mampu menjadi sumber energi untuk pabrik

donat. Selain itu pupuk cair sebagai limbah dari proses pembuatan gas juga

dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian di Pondok Pesantren tersebut. Jenis

tanaman yang dikembangkan antara lain adalah singkong, jagung, pepaya,

kacang, kangkung serta varietas tanaman lainnya.

Biogas hasil pengabdian peserta PBSB IPB ini menambah organisasi

baru yaitu kelompok yang mengelola biogas itu sendiri. Teknologi biogas

juga terhitung baru dan terbukti bermanfaat sebagai sumber energi dan pupuk

pertanian. Efek buruk terhadap lingkungan akibat pembuatan biogas belum

ditemukan oleh para santri hingga saat ini.

Kualitas api yang di hasilkan dari tabung gas juga terbukti lebih baik

daripada  gas elpiji , karena nyala api yang lebih biru, serta menghasilkan

nyala api yang lebih tinggi. Namun ada beberapa kendala yang dihadapi

terkait pembuatan  energi dari biogas tersebut,  antara lain :

Page 18: Laporan Ekoman

1. Jumlah sapi yang sedikit sehingga suplai kotoran yang dihasilkan pun juga

sedikit, akibatnya tidak banyak   gas yang dihasilkan.

2. Kurangnya sumber daya manusia yang benar benar terampil karena hanya

terdiri dari 4 mahasiswa yang mengelola limbah tersebut.

3. Jumlah sapi yang selalu berkurang misal karena adanya penyembelihan

untuk Qurban.

4. Mahalnya harga sapi dipasaran mengakibatkan sulitnya biaya untuk

membeli sapi karena selama ini sapi yang dihasilkan berasal dari

sumbangan  para donator.

            Secara umum pengelolaan biogas telah berkontribusi memberikan

dampak yang positif berupa sumber energi di Ponpes tersebut. Meski

hanya berkisar  10% tetapi secara nyata telah mampu memberikan

alternatif energi, selain gas elpiji ataupun batu bara. Dimasa yang akan

datang direncanakan pengelolaan biogas bersumber dari buangan

manusia(human waste),tetapi masih perlu pengelolaan yang lebih efektif

karena pada umumnya gas buangan tersebut bercampur dengan bahan

kimia seperti sabun. Bahan kimia tersebut dapat mematikan sel sel bakteri

dan  mikroba sehingga akan menghambat proses fermentasi biogas.

Sementara dampaknya untuk masyarakat sekitar pesantren masih

belum terasa, mengingat untuk memenuhi kebutuhan pesantren saja hasil

dari biogas ini masih belum bisa memenuhi secara keseluruhan.

           

Page 19: Laporan Ekoman

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Latar belakang timbulnya gagasan pengelolaan limbah kotoran hewan

menjadi sumber energi alternatif (biogas) di pesantren Nurul Iman adalah

dari inisiatif mahasiswa peserta PBSB IPB yang melaksanakan pengabdian

di pondok pesantren tersebut.

2. Perkembangan program pemanfaatan kotoran hewan sebagai biogas di

pondok pesantren Nurul Iman berjalan kurang lancar karena terbatasnya

sumber daya manusia yang mengelola dan semakin sedikitnya jumlah sapi

yang dimiliki peternakan pesantren.

3. Dampak pemanfaatan kotoran hewan terhadap lingkungan pesantren Nurul

Iman terbukti positif dengan energi alternatif dan pupuk cair yang

dihasilkan. Sementara untuk masyarakat sekitar pesantren belum ada

dampak yang bisa dirasakan

5.2 Saran

Pondok Pesantren Nurul Iman harus mengadakan kerjasama

dengan pihak-pihak yang mampu mengembangkan biogas disana. Baik

untuk menyuplai sapi maupun mengembangkan kemampuan sumber daya

manusia yang ada.

Page 20: Laporan Ekoman

DAFTAR PUSTAKA

Dharmawan, A.H. 2007. Dinamika Sosio-Ekologi Pedesaan: Perspektif dan

Pertautan Keilmuan Ekologi Manusia, Sosiologi Lingkungan dan Ekologi

Politik. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia.

01:01:hal 4-5.

Haryati T. 2006. Biogas: limbah peternakan yang menjadi sumber energi

alternatif. Wartazoa. Vol: 16 (3).

Kementerian ESDM. 2011. Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan.

[terhubung berkala]: http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/5212-

energi-untuk-pembangunan-berkelanjutan-22.html. 10 November 2012.

Kementerian ESDM. 2012. Solusi Non-BBM untuk meningkatkan Ketahanan

Energi Nasional. [terhubung berkala]:

http://www.esdm.go.id/berita/listrik/39-listrik/5628-solusi-non-bbm-untuk-

meningkatkan-ketahanan-energi-nasional-melalui-revitalisasi-program-

energi-laut-nasional.html. 10 November 2012.

Page 21: Laporan Ekoman

LAMPIRAN

1. Komponen Biogas

No Komponen %

1 Metana (CH4) 55-75

2 Karbon dioksida (CO2) 25-45

3 Nitrogen (N2) 0-0.3

4 Hidrogen (H2) 1-5

5 Hidrogen sulfida (H2S) 0-3

6 Oksigen (O2) 0.1-0.5

2. Pengelolaan Biogas di PP. Nurul Iman