laporan e1
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN KE-6
RESIN PENUKAR ION
Oleh :
Kelompok
A Ba’ist Khaerul Umam (1127040001)
Andri Nurhadis (112704000
Dedeh Nurmahmudah (11270400
Eka Nurfitrian (11270400
Tanggal Percobaan : 05 Mei 2014
Tanggal Pengumpulan : 20 Mei 2014
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2014
RESIN PENUKAR ION
I. Tujuan
1. Menentukan kapasitas kolom dan kapasitas tukar kation
2. Menentukan konsentrasi NaOH
3. Menetukan jumlah partikel Na+ yang dipertukarkan
II. Dasar Teori
Resin penukar ion dapat didefinisikan sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi,
yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional
yang mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin
mempunyai karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan
menggelembung (swelling), kapasitas penukaran dan selektivitas penukaran. Penggunaannya
dalam analisis kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar
konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air, memisahkan
ion-ion logam dalam campuran dengan kromatografi penukar ion (Mahmudi, 2008).
Penukar ion adalah pertukaran ion-ion secara reversible antara cairan dan padatan.
Pertukaran ion antar fasa yang berlangsung pada permukaan padatan tersebut merupakan
proses penyerapan yang menyerupai proses penyerapan. Dalam pengolahan air, penukar ion
dapat digunakan dalam pelunakan air, demine-ralisasi atau “recovery” ion-ion metal yang
terdapat di dalam air. Bahan penukar ion merupakan suatu struktur organik/anorganik yang
berupa gugus-gugus fungsional berpori. Kapasitas penukaran ion ditentukan oleh jumlah
gugus fungsional per-satuan massa resin. Penukar ion positif (resin kation) ialah resin yang
dapat mempertukarkan ion-ion positif dan penukar ion negatif ialah resin yang dapat
mempertukarkan ion-ion negatif. Resin kation mempunyai gugus fungsi asam, seperti
sulfonat, sementara resin anion mempunyai gugus fungsi basa, seperti Amina. Resin penukar
ion dapat digolongkan atas bentuk gugus fungsi asam kuat, asam lemah, basa kuat, dan basa
lemah (Anonim, 2007).
Suatu resin penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat dilakukan
dengan memasukkan gugus-gugus dari suatu resin yang terionkan kedalam suatu matriks
polimer organik, yang paling lazim di antaranya ialah polisterina hubungan silang yang di
atas digunakan sebagai absorben. Produk tersedia dengan berbagai derajat hubungan silang.
Suatu resin umum yang lazim ialah resin “8% terhubung silang” yang berarti kandungan
divenilbenzenanya 8 %. Resin-resin itu dihasilkan dalam bentuk manik-manik bulat, biasanya
dengan 0,1-0,5 mm, meskipun ukuran–ukuran lain juga tersedia (Svehla, 1985).
Dalam suatu proses subtituen polar dapat memberikan afinitas yang tinggi bagi air. Apabila disuspensikan dalam air partikel resin itu akan membengkak karena menyerap air, yang derajat pembengkakannya dibatasi olah jauhnya hubungan silang. Sekitar satu gugus asam sulfonat percincin aromatik kebanyakan dalam posisi para sulfonasi secara dramatis mengubah karakter polimer itu. Asam-asam arisulfonat adalah asam kuat. Jadi gugus-gugus ini akan terikat bila air menembusi manik resin itu.
R – SO3H R- SO3- H+Namun berlawanan dengan elektrolit basa, anion itu melekat secara permanen pada matriks polimernya. Anion itu tak dapat berimigrasi kedalam fase air didalam pori resin itu, juga tak dapat lolos kelarutan luar. Pengikatan ion ini selanjutnya membatasi mobilitas kationnya, H+. Kenetralan listrik dipertahankan didalam resin dan H+ tidak akan meninggalkan fase resin kecuali bila digantikan oleh suatu kation lain. Pergantian inilah yang disebut proses pertukaran ion (Underwood, 2001).
Resin dapat digunakan dalam suatu analisis jika resin itu harus cukup terangkai
silang, sehingga keterlarutan yang dapat diabaikan, resin itu cukup hidrofilik untuk
memungkinkan difusi ion-ion melalui strukturnya dengan laju yang terukur dan berguna.
Selain itu, resin juga harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat
dicapai dan harus stabil kimiawi dan resin yang sedang mengembang, harus lebih besar
rapatannya daripada air (Harjadi, 1993).
Prinsip-prinsip dasar dari pertukaran ion telah banyak menetapkan penelitian-
penelitian dalam sistem air, serta menghasilkan penetapan-penetapan yang berguna. Namun
lingkup dari pertukaran ion telah diperluas selama sekitar dekade terakhir ini, dengan
menggunakan baik sistem pelarut organik, maupun sistem pelarut campuran air-organik.
Pelarut-pelarut organik yang umum digunakan adalah senyawaan-senyawaan akso dari tipe
alkohol, keton dan karboksilat yang umumnya mempunyai tetapan dielektrik dibawah 40
(Svehla, 1985).
Semua penukar ion yang bernilai dalam analisis, memilih beberapa kesamaan sifat:
mereka hampir-hampir tak dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan mengandung ion-
ion katif dan ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel dengan ion-ion lain dalam
larutan yang mengelilinginya tanpa terjadi perubahan-perubahan fisika yang berarti dalam
bahan tersebut. Penukaran ion bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimerik.
Polimer ini membawa suatu muatan listrik yang tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada
ion-ion lawannya (ion aktif). Ion-ion aktif ini berupa kation-kation dalam penukar kation, dan
berupa anion-anion dalam penukar anion (Bassett, 1994).
Larutan yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar kolom
disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran ion adalah
desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai ke bentuk semula disebut
regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom dengan reagent yang sesuai disebut
elusi dan pereaksinya disebut eluent. Yang disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah
jumlah gugusan-gugusan yang dapat dipertukarkan di dalam kolom, dinyatakan dalam
miliekivalen. Kapasitas penerobosan (break through capacity) didefinisikan sebagai
banyaknya ion yang dapat diambil oleh kolom pada kondisi pemisahan; dapat juga dikatakan
sebagai banyaknya miliekivalen ion yang dapat ditahan dalam kolom tanpa ada kebocoran
yang dapat teramati. Kapasitan penerobosan lebih kecil dari kapasitas total pertukaran kolom
dan tidak tergantung terhadap sejumlah variabel, seperti tipe resin, afinitas penukaran ion,
komposisi larutan, ukuran partikel, dan laju aliran (Khopkar, 1990).
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat :
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kolom resin, gelas ukur, labu
takar 250 ml, pipet volume 10ml, erlenmeyer, pipet tetes dan buret.
3.2 Bahan :
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan HCl 6 M, aquades, NaOH, NaCl jenuh, dan asam oksalat.
IV. CARA KERJA
Standarisasi NaOH :
Larutan asam oksalat dimasukan dalam erlenmeyer, kemudian ditambah indikator PP,
dan dititrasi dengan NaOH.
Pemisahan
Diameter dan tinggi kolom resin diukur dengan menggunakan penggaris.
Ditambahkan 2 mL NaCl lalu didiamkan. Larutan dikeluarkan lalu dielusikan dengan
menggunakan 100 mL aquades dan dicek sampai netral. Diambil 10 mL larutan. Dititrasi
dengan menggunakan larutan NaOH.
V. DATA PENGAMATAN
Perlakuan Hasil
Resin kation aktif
Padatan NaCl
Larutan NaCl
Padatan NaOH
Larutan NaOH
Serbuk oksalat dilarutkan
NaCl + air dalam kolom
Akuades + PP
Dititrasi dengan NaOH
Berwarna cokelat kekuningan
Serbuk berwarna putih
Larutan jenuh tak berwarna
Padatan berwarna putih
Larutan tidakk berwarna
Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna
Larutan berwarna merah muda
Tabel standarisasi NaOH dengan oksalat 0,1 M
Titrasi ke- Volume NaOH
Volume awal(mL) Volume akhir(mL) V pemakaian(mL)
1 0 29,30 29,30
2 0 28,60 28,60
V rata-rata 28,95
Tabel titrasi sampel dengan NaOH
Titrasi ke- Volume NaOH
Volume awal(mL) Volume akhir(mL) V pemakaian(mL)
1 0 42,40 42,40
TAT : hijau muda- merah muda
VI. PERSAMAAN REAKSI
2NaOH + H2C2O4 → Na2C2O4 + 2H2O
H+ + NaOH → Na+ + H2O
RSO3 H+ + NaCl → RSO3 Na+ + HCl
VII. PERHITUNGAN
Pembuatan larutan
Asam oksalat 0,1 M 200 mL
M= gMr×
1000mL
0,1M= g120g /mol
×1000200
gram = 2,52 gram
2,52 gram oksalat dilarutkan sampai 200 mL
NaCl 0,1 M 50 mL
M= gMr×
1000mL
0,1M= g58,5g /mol
×1000
50
gram = 0,2925 gram
0,2925 g NaCl dilarutkan sampai 50 mL
NaOH 0,1 M 250 mL
M= gMr×
1000mL
0,1M= g
40 g/mol×
1000250
Gram = 1 gram1 gram NaOH dilarutkan sampai 250 mL
Standarisasi NaOH dengan as. oksalat
Mol NaOH = mol OksalatV 1M 1=V 2M 2 28,95mL×M 1=10mL×0,1M M 1=0,0345M
Titrasi sampel dengan NaOH
Mol NaOH = mol OksalatV 1M 1=V 2M 2 10mL×M 1=42,40mL×0,0345M
M 1=0,00014628M Mol H+ = mol Na+
¿VNaOH ×MNaOH
¿2mL×0,176N
Mol H+¿0,0014628mol Jumlah partikel Na+ yang dipertukarkan
Jumlah partikel Na+ = mol H+ × 6,02e-23
= 8,8e-20 partikel