laporan cod cyril
DESCRIPTION
Analisis COD dalam Sampel Air Metode Refluks TerbukaTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM TPPA
PENGUJIAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)
METODE REFLUKS TERBUKA
Disusun oleh :
Cyrilla Oktaviananda
14/376450/PTK/10153
MAGISTER TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
I. Tujuan Percobaan
Menguji nilai Chemical Oxygen Demand (COD) dengan metode refluks terbuka
menggunakan oksidator kalium dikromat (K2Cr2O7).
II. Landasan Teori
II.1 Pengertian Chemical Oxygen Demand (COD)
COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah
banyaknya kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk menguraikan senyawa organik secara
kimia. Bahan organik yang diuraikan adalah semua bahan organik, baik yang biodegradable
maupun non biodegradable. Pada COD hampir semua zat teroksidasi sedangkan BOD hanya
bahan yang biodegradable saja. COD baik untuk tes terhadap limbah industri, yang
mengandung racun karena toksik tidak mengganggu pengukuran.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organik yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses kimiawi, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD
namun perbandingan antara angka COD dan BOD dapat ditetapkan (Alaerts, 1987).
II.2 Prinsip dan Metode Analisa
Salah satu cara menganalisa kadar COD dalam air yaitu dengan titrimetri.
Pengukuran COD dengan titrimetri didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan
organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat
(kalium bikromat/K2Cr2O7) dalam suasana asam. Dengan menggunakan kalium bikromat
sebagai oksidator, diperkirakan sekitar 95% - 100% bahan organik dapat dioksidasi.
Reaksi tersebut perlu pemanasan dan penambahan katalisator perak sulfat (Ag2SO4)
untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan ada unsur
klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk
menghilangkan gangguan tersebut.
Klorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bikromat sesuai
dengan reaksi berikut:
Dengan penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada sampel, sebelum penambahan
reagen lainnya, ion merkuri bergabung dengan ion klorida membentuk merkuri klorida,
sesuai reaksi (Effendi, 2003):
Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil dan tidak
mengganggu oksidasi zat organik dalam tes COD.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat
pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa di dalam
larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa
K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro amomium sulfat (FAS), dimana
reaksi yang berlangsung sebagai berikut (Effendi,2003):
6 Fe2+ + Cr2O72- + 14 H+ 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O
Indikator feroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu di saat warna
hijau-biru larutan berubah menjadi coklat-merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah
K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organik yang dapat
dioksidasi oleh K2Cr2O7 (Effendi, 2003).
III. Pelaksanaan Percobaan
III.1 Alat
1. Kondensor refluks dan
perlengkapannya
2. Batu didih
3. Buret 50 mL
4. Beker glass 100 mL, 1000mL
5. Pipet Volume 5mL, 10mL,
25mL
6. PipetUkur 5mL, 10mL
7. GelasArloji
8. Gelas Ukur 50mL, 100mL
9. Spatula
10. Pro pipet
11. PipetTetes
12. Beker Glass 100mL, 1000mL
III.2 Bahan
1. Larutan Standar Kalium Dikromat (K2CrO7)
2. Reagen Asam Sulfat
3. Indikator Fenantrolin Sulfat (Feroin)
4. Larutan Standar Ferro Amonium Sulfat (FAS) 0,25N
5. Larutan Standar Kalium Hydrogen Phtalat (KHP)
6. Kristal atau bubuk Merkury Sulfat (HgSO4)
7. Sampel
8. Aquades
3.3 Cara Kerja
1. Standardisasi Larutan Standar Ferro Amonium Sulfat (FAS) 0,25N
- Penambahan 50mL air suling dengan menggunakan gelas ukur
- Penambahan 15mL H2SO4 pekat kemudian dilakukan pendinginan
- Penambahan 3 tetes indikator feroin
- Penitrasian larutan dengan larutan standar FAS
- Pencatatan volume larutan FAS yang digunakan untuk menitrasi larutan
K2Cr2O7 hingga terjadi perubahan warna dari hijau ke kecoklatan.
- Perlakuan yang sama untuk larutan K2Cr2O7 yang lain (duplo)
2. Pengukuran COD dalam Sampel
10 mL Larutan Standar K2Cr2O7 0,25 N
Erlenmeyer
25 mL sampel dan 25 mL akuades
Erlenmeyer
Hasil
- Penambahan 0,5gram HgSO4 dan 4 pecahan gelas sebagai batu didih,
penghomogenan perlahan
- Penambahan 15mL larutan K2Cr2O7 0,25N
- Perefluksan dengan aliran air pendingin pada kondensor dan pemanasan
dengan kompor pemanas
- Penetesan tetes demi tetes reagen asam sulfat sebanyak 35mL melalui bagian
atas kondensor
- Perefluksan selama 2 jam
- Pendinginan dan pencucian bagian dalam kondensor dengan 25mL air suling
- Pengenceran campuran dengan penambahan 50mL air suling
- Penambahan 3 tetes indikator feroin
- Penitrasian kelebihan K2Cr2O7 dengan larutan FAS yang sudah di standardisasi
- Pencatatan volume titran FAS dan penghitungan nilai COD
IV. Hasil Percobaan dan Pembahasan
IV.1 Standardisasi Larutan Standar Ferro Amonium Sulfat (FAS) 0,25N
Standardisasi Larutan FAS dilakukan dengan penitrasian larutan standar K2Cr2O7 (titrat)
dengan menggunakan larutan FAS yang akan di standardisasi sebagai titran, dimana volume
K2Cr2O7 adalah 10mL dan normalitas larutan standar K2Cr2O7 adalah 0,25N. Titrasi
menggunakan 3 tetes indikator feroin. Indikator ini berfungsi untuk menentukan titik akhir
titrasi, yaitu kondisi dimana titrasi harus dihentikan pada saat terjadi perubahan warna.
Hasil
Perubahan warna pada titrasi ini adalah dari kehijauan kemudian menjadi biru. Titrasi
dihentikan tepat pada saat warna larutan berubah menjadi kecoklatan.
Hasil percobaan menunjukkan data sesuai dengan tabel 1 berikut:
Tabel 1. Volume Titran untuk Standardisasi FAS
Perhitungan Normalitas larutan FAS
1. N. FAS1 = (Vol. K 2CrO 7 ) x (N K 2CrO7)
Vol. FAS1
= 10 mL x0,25 N
10,10 mL
= 0,2475 N
2. N.FAS2 =(Vol. K 2CrO 7 ) x (N K 2CrO7)
Vol. FAS2
= 10 mL x0,25 N
10,00 mL
= 0,2500 N
N. FAS = 0,2475+0 ,2500
2=0,2487 N
Normalitas larutan FAS yang sudah distandardisasi ini yaitu sebesar 0,2487N kemudian
akan digunakan untuk menentukan nilai COD dalam sampel air.
IV.2 Pengukuran COD dalam Sampel
Prinsip analisis COD dari percobaan ini adalah bahwa zat organik dioksidasi dengan
campuran mendidih asam sulfat dan kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam suatu refluks selama
2 jam, kelebihan kalium dikromat yang tidak tereduksi dititrasi dengan ferro ammonium
sulfat (FAS) dengan indikator ferroin.
Titrasi K2Cr2O7 (duplo) Volume FAS (mL)
1 10,102 10,00
Reaksi oksidasi senyawa organik oleh kalium dikromat:
Reduksi: Cr2O72- + 14 H+ + 6 e- Cr3+ + 7 H2O
Oksidasi: CaHbOc x CO2 + y H2O + e-
Reaksi reduksi kelebihan kalium dikromat oleh FAS:
Reduksi: Cr2O72- + 14 H+ + 6 e- Cr3+ + 7 H2O x 1
Oksidasi: Fe2+ Fe3+ + e- x 6
Cr2O72- + Fe2+ + 14 H+ Cr3+ + Fe3+
Berdasarkan reaksi di atas terlihat bahwa banyaknya bahan organik yang bereaksi
(COD) sebanding dengan banyaknya kalium dikromat yang dibutuhkan dalam reaksi
tersebut. Banyaknya kalium dikromat yang diperlukan dalam reaksi sama dengan selisih
kalium dikromat yang ditambahkan dengan kalium dikromat sisa setelah reaksi. Oleh
karena itu dengan mengetahui selisih kalium dikromat yang ditambahkan dan kalium
dikromat sisa setelah reaksi maka nilai COD dalam sempel dapat dihitung.
Hasil percobaan menunjukkan data sebagai berikut:
Tabel 2. Data Volume Titran Hasil Pengukuran COD dalam Sampel
dengan data percobaan sebagai berikut:
B =mL FAS pada blanko = 14,60 mL
S =mL FAS pada sampel = 11,40 mL
N = N FAS = 0,2487 N
Nilai COD dalam sampel dapat dihitung dari :
Larutan Volume FAS (mL)
Sampel air 11,40Blanko 14,60
COD, mg/L =
( B−S ) xN FASx 8000
mL sampel
COD, mg/L = (14,60−11,40)mL x0,2487 N x 8000
25 mL
= 254,6688 mg/L
Nilai COD dalam sampel air yang diuji adalah sebesar 254,6688 mg/L. Hasil ini
menunjukkan nilai yang tidak sesuai dengan standar baku mutu yang telah ditetapkan
Menteri Lingkungan Hidup pada Kepmen LH no 112 tahun 2003 yaitu sebesar
100mg/L, maka sampel air tersebut tidak layak untuk dibuang ke lingkungan.
V. Kesimpulan
Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) dalam sampel air yang diuji dengan metode
refluks terbuka adalah sebesar 254,6688 mg/L, dimana nilai tersebut tidak sesuai dengan
standar baku mutu yang telah ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup pada Kepmen LH no
112 tahun 2003 yaitu sebesar 100mg/L.
VI. Daftar Pustaka
Alaerts, G. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Team, 2015. Modul Praktikum 2015 Teknik Pengendalian Pencemaran Air. Magister of
Engineering Environmental Pollution Control. Instrumental Analysis Laboratory.
Chemical Engineering Department. Gadjah Mada University. Yogyakarta