laporan bab iii blok ibtkg

29
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Logam dan Alloy Logam merupakan elektropositif yakni memberi ion positif dalam larutan. Lebih dari 100 elemen dalam tabel periodik sebanyak 68 adalah logam, 8 menyerupai logam (metalloid) dalam berbagai aspek (misal silikon, arsenik, dan boron) dan sisa lainnya berupa non logam. Logam murni sangat jarang dipergunakan di kedokteran gigi. Pada umumnya logam murni terlalu lunak dan terlalu liat untuk dipergunakan dalam pemakaian di kedokteran gigi. (Combe,1992) Logam merupakan substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar panas atau listrik yang baik. Selain itu logam dapat diartikan sebagai segolongan unsur -unsur yang bersal dari galian tambang yang mempunyai kemampuan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik. Pada temperatur udara yang normal hampir semua logam berbentuk padat kecuali air raksa. Logam dapat mencair bila dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu yang biasa disebut dengan titik lebur logam. (Phillips,2003,263) Dalam kedokteran gigi, logam mewakili 1 dari 4 kelas utama bahan-bahan yang digunakan untuk restorasi gigi yang karies, rusak atau hilang. Permukaan logam yang bersih dan mengkilap yang sulit diperoleh pada bahan padat jenis lain. Dibandingkan dengan keramik, polimer, dan komposit, logam mempungai kekuatan fraktur yang tinggi, yaitu kemampuan untuk menyerap energy dibawah tekanan tarik yang meningkat sebelum terjadi fraktur. Logam umumnya tahan terhadap serangan kimia,

Upload: fatimatuz-zahroh

Post on 24-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Laporan Bab III Blok IBTKG

TRANSCRIPT

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Pengertian Logam dan AlloyLogam merupakan elektropositif yakni memberi ion positif dalam larutan. Lebih dari 100 elemen dalam tabel periodik sebanyak 68 adalah logam, 8 menyerupai logam (metalloid) dalam berbagai aspek (misal silikon, arsenik, dan boron) dan sisa lainnya berupa non logam. Logam murni sangat jarang dipergunakan di kedokteran gigi. Pada umumnya logam murni terlalu lunak dan terlalu liat untuk dipergunakan dalam pemakaian di kedokteran gigi. (Combe,1992)Logam merupakan substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar panas atau listrik yang baik. Selain itu logam dapat diartikan sebagai segolongan unsur -unsur yang bersal dari galian tambang yang mempunyai kemampuan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik. Pada temperatur udara yang normal hampir semua logam berbentuk padat kecuali air raksa. Logam dapat mencair bila dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu yang biasa disebut dengan titik lebur logam. (Phillips,2003,263)Dalam kedokteran gigi, logam mewakili 1 dari 4 kelas utama bahan-bahan yang digunakan untuk restorasi gigi yang karies, rusak atau hilang. Permukaan logam yang bersih dan mengkilap yang sulit diperoleh pada bahan padat jenis lain. Dibandingkan dengan keramik, polimer, dan komposit, logam mempungai kekuatan fraktur yang tinggi, yaitu kemampuan untuk menyerap energy dibawah tekanan tarik yang meningkat sebelum terjadi fraktur. Logam umumnya tahan terhadap serangan kimia, tetapi beberapa logam memerlukan unsur campuran untuk menahan karat/korosi dalam lingkungan mulut. Logam mulia amat tahan terhadap korosi kimia dan oksidasi serta tidak memerlukan unsur pencampur untuk tujuan ini. Namun logam mulia harus dicampur untuk memberi kekuatan yang cukup terhadap deformasi dan fraktur bila digunakan untuk restorasi cor. (Phillips,2003,263)Logam dalam bentuk tunggal biasanya jarang digunakan karena dalam pemakaiannya di bidang kedokteran gigi, sifat logam harus disesuaikan dengan keperluan dan kegunaannya. Untuk keperluan tersebut maka diperlukan mencampur berbagai macam logam agar dapat memenuhi kegunaannya sebagai bahan restorasi kedokteran gigi. Logam yang telah dicampur itu selanjutnya disebut sebagai logam campur atau alloy.Logam campur atau alloy untuk kedokteran gigi didefinisikan sebagai logam yang mengandung dua atau beberapa unsur, sekurang-kurangnya satu diantaranya adalah logam dan semuanya sama-sama larut dalam keadaan cair. Meskipun ada beberapa kemiripan antara karakteristik logam murni dengan logam campur, penambahan logam pada logam murni memperumit hasilnya dalam hubungannya dengan aspek-aspek dasar tertentu yang masih beum dipertimbangkan. Adanya lebih dari satu logam juga menyebabkan terjadinya reaksi tertentu pada keadaan padat yang tidak dapat terjadi pada logam murni dan hal ini secara langsung mempengaruhi sifat logam campur. (Phillips,2003.273)Untuk menspesifikasikan logam campur tertentu, kita harus mengetahui kandungan unsur-unsur dari logam campur tersebut. Ada dua cara yang digunakan untuk mendefinisikan komposisi yaitu persentase berat (% wt) dari tiap unsur, atau digunakan fraksi atomik atau presentase atom (% at). (Phillips, 2003.273)

3.2 Sifat dan Syarat Logam3.2.1 Sifat Logam Campur atau AlloyPada umumnya logam campur yang digunakan pada kedokteran gigi memiliki kekuatan, kekerasan yang sesuai dengan penggunaannya. Secara umum logam mempunyai beberapa sifat yaitu :1. Malleability (mampu tempa)Maksudnya bahwa logam itu mempunyai suatu sifat yang mampu dibentuk dengan suatu gaya, baik dalam keadaan dingin maupun panas tanpa terjadi retak pada permukaannya, misalnya dengan hammer (palu). 2. Ductility (mampu tarik)Maksudnya bahwa suatu logam itu dapat dibentuk dengan tarikan sejumlah gaya tertentu tanpa menunjukan gejala-gejala putus. Contoh dari gejala putus yakni adanya pengecilan permukaan penampang pada salah satu sisi.3. Toughness (sifat Ulet)Yakni kemampuan suatu logam untuk dibengkokan beberapa kali tanpa mengalami retak. 4. Hardness (kekerasan)Yakni ketahanan suatu logam terhadap penetrasi atau penusukan indentor yang berupa bola baja, intan piramida, dll. 5. Strenght (kekuatan)Yakni : Kemampuan suatu logam untuk menahan deformasi. 6. WeldabilityMerupakan kemampuan suatu logam untuk dapat dilas, baik dengan menggunakan las listrik maupun dengan las karbit (gas).7. Corrosion resistance (tahan korosi)Yakni : kemampuan suatu logam untuk menahan korosi atau karat akibat kelembaban udara, zat-zat kimia, dll.8. Tahan ImpactMaksudnya sifat yang dimiliki oleh suatu logam untuk dapat tahan terhadap beban kejut. 9. MachinibilityKemampuan suatu logam untuk dikerjakan dengan mesin, misalnya : denganmesin bubut.

3.2.2 Sifat Unsur Unsur Logam3.2.2.1. Noble Alloy atau Logam MuliaLogam mulia mempunyai permukaan yang baik sehingga tahan trhadap udara kering. Logam mulia mudah bereaksi dengan sulfur untuk membentuk sulfide, namun tahan terhadap oksidasi, tarnish, dan korosi selama masa pemanasan, casting dan dalam mulut. a. Gold (Au) Gold atau emas mempunyai permukaan yang halus, dapat ditempa, metal ductile berwarna kuning dan berkilau. Meski memiliki sifat pure gold yang paling ductile dan mudah ditempa dibandingkan dengan metal lainnya tapi gold mempunyai kekuatan yang paling rendah. Udara atau air pada suhu apapun tidak mempengaruhi tarnish emas. Emas tidak larut pada sulfuric, nitric, atau asam hidrocloric, meski demikian emas dapat larut pada kombinasi nitric dan asam hidrocloric membentuk trichloride pada emas (AuCl3). Karena emas memiliki sifat yang lunak, maka emas dicampur dengan copper, silver, platinum, dan metal lain yang dapat meningkatkan kekerasan, ketahanan, dan elastisitasnya.

b. Platinum (Pt)Platinum merupakan jenis metal yang berwarna putih kebiruan. Mempunyai sifat keras, ductile, malleable, dapat berbentuk foil atau fine-wire. Kekerasan dari platinum hampir sama dengan copper. Platinum banyak digunakan di bidang kedokteran gigi karena high-fusing point dan tahan terhadap kondisi serta temperatur rongga mulut. Platinum dalam bentuk fol memiliki titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan porcelain dan koefisien ekspansinya mendekati porcelain. Platinum merupakan komponen utama pada alloy sebagai precisin attachment pada crown dan bridge karena memiliki sifat wear yang baik dan titik lebur yang tinggi.

c. Palladium (Pd)Palladium merupakan metal berwarna putih namun lebih gelap dari platinum. Palladium tidak digunakan dalam bentuk pure tetapi digunakan bersama-sama dengan logam lain.

d. Iridium (Ir), Ruthenium (Ru), Rhodium (Rh)Ketiga unsur ini digunakan dalam konsentrasi yang sangat kecil sebagai penyuling butir. Campuran memiliki karakteristik yang lebih baik jika struktur butiran kecil. Penambahan jumlah kecil salah satu dari tiga unsur membantu untuk menghasilkan ukuran butir kecil ketika pencampuran. Ketiga logam tersebut memiliki titik lebur yang cukup tinggi dan cenderung menjadi yang pertama untuk membentuk kristal dalam matriks cair. Konsentrasi rendah ketiga logam ini memungkinkan atomnya untuk memisah dan menyebar merata dalam lelehan. Sebagai butir dari unsur-unsur bentuk, mereka tetap sangat kecil karena konsentrasi rendah mereka di seluruh larutan. Karena mereka mengkristal pertama, bentuk butiran kecil inti sekitar unsur-unsur lain yang mulai terbentuk butir yang lebih besar. Distribusi bahkan pembentukan biji-bijian di seluruh larutan membatasi ukuran butir lebih besar juga. Iridium mempunyai titik lebur pada suhu 2420C dan ruthenium pada suhu 2310C. Rhodium melebur pada suhu 1966C. rhodium digunakan bersama platinum sehingga membentuk wire untuk thermocouple, digunakan untuk membantu mengukur suhu pada pembakaran porcelain.

e. Osmium (Os)Osmium tidak digunakan sebagai dental casting alloy, karena memiliki titik lebur yang tinggi dan biaya yang mahal.

3.2.2.2. Base Metal atau Logam Dasara. Silver (Ag)Mempunyai sifat lunak, merupakan lgam putih yang elastis. Silver dikenal sebagi konduktor panas dan listrik yang paling baik. Silver lebih kuat dan keras dibandingkan dengan emas namun lebih lunak daripada copper. Silver memiiki titik lebur 961,9C. Makanan yang memiliki kandungan sulfur dapat menyebabkan tarnish. Silver murni menangkap banyak oksigen sehingga menyulitkan pada proses casting karena timbulnya gas pada solidification sehingga akan terbentuk permukaan casting yang kasar. Silver murni tidak digunakan dalam restorasi gigi. Untuk mencegah korosi dalam rongga mulut, silver dicampur dengan sedikit palladium. Silver membentuk solod solution dengan palladium dan emas sehingga terbentuk gold dan palladium based alloys. Pada gold-based alloy, perak efektif untuk menetralisir warna kemerahan pada alloy yang mengandung copper. Pada palladium based alloy, perak dapat meningkatkan warna putih dari alloy.

b. Copper (Co)Copper merupakan logam yang lunak dan elastic, yang memiliki konduktivitas panas dan listrik yang tinggi, dan berwarna merah. Copper membentuk seri solid solution bersama dengan emas dan palladium. Pada palladium based alloy, Co berfungsi untuk menurunkan titik lebur dan menguatkan alloy.

c. Zinc (Zn)Zinc merupakan jenis logam yang berwarna putih kebiruan. Pada udara yang lembab memungkinkan terbentuknya tarnish. Dalam bentuk murni, zinc mempunyai struktur halus, brittle, dan low strength. Bila dipanaskan diudara, zinc akan membentuk oksida putih yang denitasnya rendah.

d. Indium (In)Indium mempunyai struktur yang halus, merupakan logam berwarna putih keabu-abuan. Indium mempunyai titik lebur yang rendah yaitu 156,6C. Tidak terbentuk tarnish pada udara atau air. Indium digunakan pada gold based alloy sebagai pengganti zinc dan komponen minor pada noble keramik dan dental alloy.

e. Tin (Sn)Tin atau timah mempunyai stuktur halus dan berkilau. Merupakan logam yang berwarna putih. Tin dapat dikombinasikan dengan platinum dan palladium sehingga tampak keras tetapi akan meningkatkan brittleness.

f. Gallium (Ga)Gallium merupakan logam yang berwarna keabu-abuan yang stabil pada udara kering namun tarnish pada udara lembab. Titik lebur gallium sangat rendah yaitu 29,8C. Gallium digunakan sebagai komponen pada gold based alloy dan palladium based alloy. Oxida dari gallium penting untuk ikatan antara keramik dengan metal.

g. Nickel (Ni)Nickel dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan dan memutihkan alloy. Nickel mempunyai titik lebur 1453C. Penggunaannya terbatas pada gold dan palladium based alloy

h. CobaltDalam alloy mempunyai sifat keras, kuat, dan kakui. CromMenambah ketahanan terhadap korosij. Tembaga (Cu)Memberikan warna kemerah merahan serta mengurangi kekerasan pada alloy(Combe,1992)

3.2.3 Syarat Logam Campur atau Alloya. Sifat KimiaTahan terhadap korosi, tidak larut dalam cairan rongga mulut atau dalam segala macam cairan yang dikonsumsi dan tidak luntur dan berkarat atau korosi

b. Sifat BiologiTidak beracun terhadap pasien, dokter gigi, perawat maupun tekniker, tidak mengiritasi rongga mulut dan jaringan pendukungnya, tidak menghasilkan reaksi alergi dan tidak bersifat mutagen maupun karsinogen. c. BiokompatibleTidak mengandung substansi toksik yang dapat larut dalam saliva, tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak, bebas dari bahan yang berpotensi dalam menimbulkan sensitifitas atau respon alergi dan tidak memiliki potensi karsinogen.Uji biokompatibilitas dikelompokkan menjadi 3 kelompok: Uji primer, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara uji invitro yang dilakukan dalam laboratorium Uji sekunder, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara uji invivo yang dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan bahan coba sel atau hewan coba atau kultur jaringan. Uji penggunaan pra-klinis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara uji invivo tetapi menggunakan hewan secara sistemik.d. Syarat mekanike. Syarat estetik

3.3 Klasifikasi AlloyLogam campur atau alloy diklasifikasikan menjadi beberapa macam. 3.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Konstitusi atau Bahan Dasara. BinaryAlloy binary adalah alloy yang tersusun atas dua konstitusi dasar. Sifat beberapa binary alloy sangat penting karena menggantikan mayoritas massa pada noble alloy. Ada 6 kombinasi binary yaitu : Au-Cu Pd-Cu Au-Ag Pd-Ag Au-Pd Au-Ptb. TernaryAlloy ternary adalah alloy yang tersusun atas tiga konstitusi dasar.c. QuaternaryAlloy quaternary adalah alloy yang tersusun atas empat konstitusi dasar.

3.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Kekerasan dan Fungsia. Tipe I (lunak) angka kekerasan Vickers (VNH) 50-90. Digunakan untuk restorasi yang hanya terkena sedikit tekanan, contohnya: inlay kecil.b. Tipe II (sedang) angka kekerasan Vickers (VNH) 90-120. Digunakan untuk restorasi yang terkena tekanan sedang, contohnya: mahkota , abutment, pontik, dan mahkota penuh.c. Tipe III (keras) angka kekersan Vickers (VNH) 120-150. Digunakan untuk restorasi dengan tekanan besar, contohnya: mahkota yang tipis, abutment, pontik, mahkota penuh, basis gigi tiruan, gigi tiruan sebagian cekat yang pendek.d. Tipe IV (ekstra keras) angka kekerasan Vickers (VNH)>150. Digunakan untuk keadaan dengan tekanan yang sangat besar, contohnya: inlay yang terkena tekanan sangat besar, termasuk lempeng basis dan cengkram gigi tiruan, gigi tiruan sebagian rangka logam, dan gigi tiruan sebagian cekat yang panjang.e. Alloy untuk mahkota dan jembatan.

3.3.3 Klasifikasi Berdasarkan Unsur Utamaa. Emasb. Paladiumc. Perakd. Nikele. Kobaltf. Titanium

3.3.4 Klasifikasi Berdasarkan Sistem Fase yang Dominana. Logam Campur Eutetikb. Logam Campur Peritetik

3.4 Cara Manipulasi Alloy dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Casting Alloy3.4.1 Cara Manipulasi AlloyTahapan pre investment adalah tahapan persiapan yang dilakukan sebelum melakukan investment dengan menggunakan investment material. Bahan yang dipergunakan adalah wax dengan tujuan dapat di burning out atau dibakar habis sehingga menghasilkan mould space yang diinginkan. Alat yang akan dibentuk dari wax untuk persiapan investment adalah:1. Pattern former Pattern atau pola dibuat dari inlay wax atau malam cor atu malam biru. Yang dipanaskan kemudian dibentuk sesuai model yang diinginkan. Pemilihan inlay wax sebagai bahan dikarenakan wax ini memiliki tingkat flow yang tinggi. Sehingga dapat membentuk detail yang halus. Proses manipulasinya seperti memanipulasi wax normal dengan cara heating ( pemanasan ) kemudian dibentuk sesuai yang dibutuhkan.

2. Sprue formerSprue adalah jalan masuk logam menuju mold space model pattern. Sama halnya dengan pattern former sprue juga dibentuk dari inlay wax. Diameter sprue yang ideal adalah 1-1,5 mm. Apabila lebih dari ukuran tersebut maka logam cair akan dibutuhkan lebih banyak. Apabila lebih kecil maka logam cair akan kesulitan untuk memasuki mould space. Diujung sprue juga diberi bentukan reservoir yang berfungsi sebagai cadangan logam. Bentukannya berupa bulatan mempat berujung kerucut.3. Ventilator formerVentilator adalah bentukan sebagai jalan keluar udara dari investment material saat proses casting. Udara harus disalurkan keluar dengan tujuan logam cair dapat masuk sempurna pada mould space model pattern. Bentukannya mirip gagang paying dimana ujung dari ventilator berjarak 2-3 mm diatas model pattern. Apabila lebih dari jarak tersebut maka udara tidak tersalurkan keluar. Apabila kurang dari jarak tersebut maka ketebalan model yang terbentuk akan berkurang disebabkan keterbatasan proses ekspansi.

4. Crossible formerCrossible former adalah bentukan kawah sebagai pintu masuk cairan logam saat proses casting. Dibentuk dari base plate wax yang dimanipulasi menyerupai kerucut. Selain sebagai pintu masuk saat casting crossible former berfungsi sebagai penutup casting ring saat proses penanaman.

5. Assembling Proses perakitan, setelah dibentuk alat-alat dari wax maka proses selanjutnya adalah perakitan. Pattern dilekatkan pada ujung sprue dengan sudut tumpul yang memudahkan logam cair memasuki mould space model pattern. Sprue dilekatkan dipuncak crossible former. Sedangkan ventilator dilekatkan pada crossable former dengan jarak terjauh dari sprue dan tidak terlalu dekat dengan lereng crossible former. Tujuan dari peletakan tersebut, agar logam cair tidak memasuki ventilator dan masuk dalam sprue.

6. WettingWetting adalah proses wax dengan sabun,bertujuan agar tegangan permukaan dari wax akan turun dan memudahkan investment material membentuk detail, tanpa adanya space yang terbentuk akibat tegangan permukaan wax.

7. PaintingPengolesan wax dengan cairan hasil manipulasi investment material, hal tersebut dilakukan agar mould space terbentuk dengan detail yang sempurna saat proses investment. Sehingga model akan terlapisi dengan investment material dan membentuk mould yang dibutuhkan.

8. PowderingPowdering adalah satu rangkaian dengan proses painting, powdering adalah penaburan investment material pada wax yang telah dilakukan proses painting.

9. Asbestos LiningPemberian pita asbestos untuk menyelimuti casting ring adalah cara yang dilakukan untuk member space yang memungkinkan ekspansi pada investment material,Ekspansi sangat dibutuhkan karena alloy atau logam akan mengalami konstraksi sehingga ekspansi yang dialami oleh investment material merupakan penyeimbang dari kontraksi alloy.

10. Investment atau penanamanSeluruh model malam yang telah diulasi dengan selapis bahan tanam, kemudian dimasukkan ke dalam casting ring. Bahan tanam dituang sedikit demi sedikit di atas vibrator. Setelah bahan tanam mengeras, dilakukan pembakaran/pemanasan dalam oven untuk menghilangkan model malam.

11. CastingSegera dilakukan casting setelah pemanasan dalam oven. Proses casting dilakukan di dalam mesin cor atau casting machine. Pencairan logam dilakukan pada centrifugal casting machine. Pencairan logam dilakukan dengan dua cara yaitu pencairan logam dengan blow torch dan pencairan logam secara elektrik. Kemudian casting machine diputar untuk memasukkan logam cair ke dalam bumbung tuang.

12. Membersihkan tuanganSetelah casting selesai, bumbung tuang dikeluarkan dari casting machine, kemudian bumbung tuang direndam dalam air segera setelah logam pada sprue berkilau merah gelap.

13. Finishing- Grinding : memotong bintil dan sayap, kemudian dihaluskan.- Polishing : Mengkilapkan permukaan logam

3.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Casting AlloyFaktor-faktor yang mempengaruhi casting alloy antara lain : Tinggi sprue Jarak antara sprue dengan pola Kontaminasi pada tuangan Rasio IM Jenis sprue yang digunakan Pengadukan yang tidak merata

3.4.3 Kegagalan Kegagalan pada Proses CastingCacat pengecoran dapat di klasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu :a) Distorsi atau perubahan bentuk. Distorsi pada proses penuangan logam terjadi saat manipulasi malam inlay, sehingga pencegahan terjadinya distorsi tergantung pada proses manipulasi malam inlay. Distorsi terjadi akibat stress release, yaitutekanan yang sangat besar pada material akibat malam di cetak tanpa pemanasan yang cukup hingga diatas suhu transisi solid-solid. Distorsi dapat terjadi sewaktu membentuk dan melepas model malam dari mulut atau die. Keadaan ini terjadi karena perubahan suhu dan pelepasan stress yang muncul sewaktu terjadinya kontraksi saat pendinginan, udara yang terjebak serta temperatur selama penyimpanan.Menurut Phillips, (1982), penyebab terjadinya distorsi adalah sebagai berikut : terjadinya perubahan temperatur yang besar manipulasi bahan tidak benar teknik pembuatan malam tidak benarPenyebab ini terjadi pada pembuatan pola malam. Adapun penyebab terjadinya distorsi pada hasil cor, karena pengambilan hasil casting dan dalam invesmen. Misalnya masih dalam keadaan panas Iangsung diambil, sehingga pada waktu logam dingin akan mengkerut dan pengkerutan ini tidak ada yang menahan, akibatnya terjadi distorsi. Metode paling praktis untuk menghindari distorsi adalah menanam model sesegera mungkin setelah dikeluarkan dari mulut atau die. Die dan model malam dipasang pada saluran tertutup yang mempunyai piston dan mengandung air, dengan temperatur 380 (1000F). Bila piston ditekan, tekanan hidrostatik akan teraplikasikan secara merata pada model yang sudah selesai dibuat. (Craig.2002.pg.438)

b) Kekasaran dan ketidak-teraturan permukaanPermukaan hasil cor seharusnya meruakan reproduksi yang akurat dai permukaan model malam asalnya. Kasarny atau tidak beraturannya ermukaan luar dari tuangan memerlukan tindakan penyelesaian dan pemolesan tambahan, sedangkan ketidak-teraturan pada permukaan dalam dari tuangan akan mengganggu duduknya tuangan pada gigi. Kekasaran permukaan dirumuskan sebagai ketidak-sempurnaan permukaan dominan dari seluruh permukaan. Kekasara permukaan dari tuangan gigi akan lebih besar daripada model malamnya. Ketidakteraturan permukaan mengacu pada ketidak-sempurnaan yang terisolasi, misalnya suatu bulatan kecil, yang bukan menjadi area karakteristik dari seluruh area permukaan. Perbedaaan ini mungkin berkaitan dengan ukuran partikel dari bahan tanam dan kemampuannya untuk memproduksi model malam dalam rincian mikroskopik.Dengan teknik pengerjaan yang benar, bertambahnya kekasaran permukaan pada tuangan seharusnya tidak menjadi faktor utama di dalam keakuratan dimensi. Tetapi, teknik yang tidak benar dapat menjurus ke kasaran permukaan yang sangat menjol serta ketidak-teraturan permukaan. Air bubbler (gelembung - gelembung udara).Hal ini terjadi akibat pada waktu investing masih terdapat gelembung-gelembung udara yang terperangkap di dalam adonan invesmen dan menempel pada permukaan pola malam. Pada waktu casting, maka bekas-bekas gelembung udara ini akan diisi oleh lelehan logam. Too rapid heating (pemasanan yang terlalu cepat) W / p ratio (perbandingan antara air dan bahan invesmen) W / p ratio ini adalah sangat penting. Apabila w/p ratio tidak tepat, misalnya terlalu kecil atau terlalu besar dapat menimbulkan permukaan kasar dan flash casting. Prolonged healing (pemanasan yang terlalu lama) Casting pressure (tekanan pada waktu casting yang kurang benar) Composition of the invesment (komposisi bahan invesmen)Misalnya bahan invesmen yang sudah lama atau sudah kadaluwarsa, sehingga terjadi kerusakan dan salah satu komponen bahan invesmennya. Foreign body (benda-benda asing)Adanya benda- benda asing yang masuk ke dalam mould space, misalnya pasir atau debu, dapat menimbulkan surface roughness pada permukaan hasil casting.c) PorositasEfek gelembung (bubbling) pada casting muncul sebagai tombak dari kelebihan bahan yang melekat pada permukaan casting. Ini mencerminkan adanya permukaan yang porositas dalam penanaman model, masalah yang mungkin bisa diatasi oleh vacuum investing. Bubbling pada casting muncul sebagai bulatan-bulatan banyak yang menempel pada permukaan dari casting. Ini mencerminkan adanya porositas pada saat investment (penanaman model). Suatu masalah dimana dapat terisi alloy cair pada investment yang kosong tadi. (Mc.cabe,2008,pg.82). Porositas dapat terjadi pada permukaan dalam maupun luar dari hasil casting. Porositas di permukaan luar adalah suatu faktor dari kekasaran permukaan, tetapi umumnya juga merupakan manifestasi dari porositas bagian dalam. Porositas internal tidak saja memperlemah tuangan tetapi juga meluas ke permukaan, dan menyebabkan perubahan warna. Jika parah, dapat menyebabkan kebocoran pada pertemuan gigi dengan restorasi dan karies sekunder. Meskipun porositas di dalam tuangan tidak dapat dihindari sepenuhnya, tetapi dapat dikurangi dengan penggunaan teknik yang benar. (Annusavice, 2003. Pg342). Porositas bisa terlihat sebagai pemukaan lubang pada casting. Bagian pecah pada investment atau partikel kotor dimana bisa menjatuhkan sprue, mungkin menjadi perlekatan di dalam casting dan menghasilkan lubang pada permukaan. Untuk alasan ini, semua mould pada casting dapat diatasi dengan sprue yang lebih ke bawah. (Mc.cabe, 2008,pg.82).Pada proses pengerasan dibagi menjadi dua, yaitu localized shrinkage porosity dan microporosity. Porositas karena gas yang terjebak dibagi menjadi : pinhole porosity cas inclusions subsurface porosity Entrapped air porosity. (Annusavice, 2003,pg.342). Localized shrinkage porosity terjadi pada persimpangan saat pemasangan sprue dan mungkin terjadi dimana saja diantara dendrite, dimana itu merupakan bagian terakhir dari casting pada titik lebur logam yang rendah yang dapat memperkuat percabangan dari dendrite. (Annusavice,2003,pg 343). Microporosity juga terjadi akibat dari penyusutan pada saat pengerasan tetapi umumnya hadir dalam casting fine-grain saat proses pengecoran ini terlalu cepat. Fenomena seperti ini dapat terjadi ketika pengerasan alloy terlalu cepat karena suhu mould terlalu rendah (Annusaavice, 2003,pg.343) Pinhole dan inklusi gas dapat terjadi karena adanya gas yang terjebak saat proses pengerasan. Porositas akibat inklusi gas lebih besar daripada pinhole. Inhole dihasilkan ketika alloy mencair sedangkan inklusi gas disebabkan oleh penggunaan api mixing zone atau zona oksidasi. (Annusavice, 2003,pg 344)Subsurface porosity disebabkan oleh nukleasi stimultaneous butiran padat dan gelembung gas pada saat pertama ketika alloy membeku pada dinding cetakan. Namun jenis porositas ini dapat diatasi dengan mengontrol tingkat dimana logam cair memasuki cetakan. Porositas pada casting tidak dapat dihindari secara keseluruhan, namun porositas mampu di minimalisasi dengan menggunakan teknik yang tepat. (Annusavice,2003,pg.346)Entrapped air porosity atau disebut juga back pressure porosity ini dapat menghasilkan cekunganyang besar akibat depresi. Hal ini disebabkan akibat udara dalam mould tidak dapat keluar melalui pori-pori dari investment atau karena gradient tekanan pada saat pemasangan sprue (Annusavice,2003,pg, 346). Dan adanya back pressure yang menyebabkan adanya celah pada marginal. (Mc.cabe,2008,pg82).Gaseous porosity di dalam casting dihasilkan oleh gas dimana menjadi penghancur pada alloy cair. Copper, gold, silver, platinum dan partikel palladium, semua melarutkan oksigen di dalam bagian cair. Saat mendingin, alloy membebaskan gas yang terabsorbsi tapi beberapa sisa gas terjebak ketika alloy menjadi rigid. Tipe porositas dapat terjadi di seluruh casting. Hal ini dapat dikurangi dengan menghindari pemanasan berlebih dari alloy atau casting di dalam atmosfer dari gas yang tidak aktif. (Mc.cabe,2008,pg.82).Untuk meminimalisir porosity maka ditambahkan flux. Zat yang disebut fluks biasanya ditambahkan untuk meminimalkan pembentukan oksida yang mempengaruhi pemanasan dan molding paduan dan mempengaruhi kualitas akhir dari casting. Jenis flux yang digunakan tergantung pada suhu aliran, jenis sumber panas yang di gunakan, jenis pengecoran paduan dan jenis investment. (Powers,2008,pg.276). Salah satunya adalah Borax, atau sodium tetraborate ((Na2, B4)7 . 10 H20). (Craig,2002,pg.545) d) Tidak adanya atau tidak sempurnanya rincianKadang-kadang ditemukan tuangan yang tidak utuh atau mungkin sama sekali tidak ditemukan tuangan. Penyebab yang jelas dari keadaan ini adalah terhalangnya logam cair untuk mengisi mold secara utuh. Paling sedikit ada dua factor yang dapat menghambat jalannya logam cair, yaitu : Mold yang kurang didinginkanPenganginan yang kurang berhubungan langsung dengan tekanan balik yang dikeluarkan oleh udara di dalam mold. Jika udara tidak dapat dikeluarkan dengan cepat, logam cair tidak dapat memasuki mold sebelum memadat. Dalam keadaan ini, harus dipertimbangkan besarnya tekanan cor. Jika tekanan cornya kurang, tekanan balik tidak dapat di atasi. Lebih jauh lagi, tekanan cor harus ditahan paling sedikit 4 detik. Mold akan terisi logama memadat dalam waktu 1 detikatau kurang, meski logam masih cukup lunak selama tahap awal. Kekentalan yang tinggi dari logam cairPembuangan sisa-sisa malam yang tidak sempurna dari dalam mold merupakan penyebab tuangan yang tidak utuh. Jika ada terlalu banyak produk pembakaran yang tertinggal di dalam mold, pori-pori dari bahan tanam dapat terisi penuh sehingga udara tidakk dapat keluar seluruhnya. Jika ada cairan atau partikel malam yang tertinggal, kontak antara logam cair dengan benda asing menghasilkan ledakan yang dapat menimbulkan tekanan balik akibat pembuangan malam yang tidak sempurna.e) Incomplete casting (hasil casting yang tidak lengkap)Penyebabnya antara lain : Wax elimination yang tidak sempurna sehingga masih terdapat sisa malam di dalam mould space. Hal ini terjadi apabila waktu wax elimination tergesa-gesa atau terlalu cepat. Benda asing yang menyumbat sprue, misalnya sprue kemasukkan debu atau pasir atau terjadi kerontokan dan bahan invesmen yang membatasi mould space. Pemutaran casting machine yang lambat, sehingga gaya centri fugal kecil, lelehan logam tidak dapat memasuki seluruh permukaan mould space. 3.5 Aplikasi AlloyAplikasi alloy di kedokteran gigia. Mahkota stainless steel

b. Restorasi Mahkota : Inlay dan Onlay Inlay dan Onlay (WMDS,Inc, 2006)c. Gigi Tiruan Kerangka Logam

Gigi tiruan berkerangka logam ( Lans.2007)d. Dental Implant Anatomi of Dental Implant Screw Dental Implant (nipa shet.2007)(WMDS,Inc.2007)

Penanaman Logam Pada Tulang Alveolar sebagai langkah Awal Dental Implantasi dan Proses Pemasangan Mahkota Gigi Pada Proses Dental Implan (dentistry2day.blogspot.com/ ;oleh Hafizah Iszahanid.2008)e. Bracket Titanium Breket ( Behel ) pada gigiBagian alat orthodontik cekatf. Amalgama. Alloy konvensionalb.Alloy yang Kaya KuprumTambalan amalgam Tambalan Amalgam (http://www.ada.org/)

Kebocoran marginal pada amalgam (H.W. Gilmore, 2004)