laporan atp

8
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit dunia selain Malaysia dan Nigeria. Permintaan kelapa sawit yang meningkat menyebabkan produksi dan perluasan areal pertanaman kelapa sawit semakin meningkat. Dengan bertambahnya luas areal pertanaman kelapa sawit tersebut maka diperlukan pengadaan bibit dalam jumlah besar dan berkualitas. Dalam usaha membudidayakan kelapa sawit, masalah pertama yang dihadapi oleh pengusaha atau petani yang bersangkutan adalah pengadaan bibit. Kualitas bibit sangat menentukan produksi jenis komoditas ini. Kesehatan tanaman pada masa pembibitan akan mempengaruhi pertumbuhan dan tingginya produksi selanjutnya setelah di lapangan. Pembibitan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya kelapa sawit. Dalam pembibitan kelapa sawit dikenal dengan adanya pembibitan “double stage”. Pembibitan awal dilakukan selama 3 bulan dan membutuhkan naungan. Pembibitan awal bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang pertumbuhannya seragam saat dipindahkan ke pembibitan

Upload: hikmatul-afifah

Post on 27-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan agronomi tanaman perkebunan kelapa sawit mahasiswa universitas islam negeri sultan syarif kasim riau jurusan agroteknologi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Atp

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena

merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit

memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan

sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu

produsen utama minyak sawit dunia selain Malaysia dan Nigeria.

Permintaan kelapa sawit yang meningkat menyebabkan produksi dan perluasan areal

pertanaman kelapa sawit semakin meningkat. Dengan bertambahnya luas areal pertanaman

kelapa sawit tersebut maka diperlukan pengadaan bibit dalam jumlah besar dan berkualitas.

Dalam usaha membudidayakan kelapa sawit, masalah pertama yang dihadapi oleh pengusaha

atau petani yang bersangkutan adalah pengadaan bibit. Kualitas bibit sangat menentukan

produksi jenis komoditas ini. Kesehatan tanaman pada masa pembibitan akan mempengaruhi

pertumbuhan dan tingginya produksi selanjutnya setelah di lapangan.

Pembibitan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya kelapa sawit.

Dalam pembibitan kelapa sawit dikenal dengan adanya pembibitan “double stage”.

Pembibitan awal dilakukan selama 3 bulan dan membutuhkan naungan. Pembibitan awal

bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang pertumbuhannya seragam saat dipindahkan ke

pembibitan utama. Pembibitan utama dilakukan untuk menyiapkan tanaman agar cukup kuat

sebelum dipindahkan kelapangan.

1. 2 Tujuan

1. Setelah menyelesaikan kunjungan lapangan, mahasiswa diharapkan mengetahui dan

mampu menerapkan kultur teknis pembibitan di tahap pre nursery.

2. Mahasiswa diharapkan mengetahui dan mampu menerapkan kultur teknis pembibitan di

tahap main nursery.

3. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan melakukan teknik pemupukan serta

penyiraman di pembibitan kelapa sawit.

4. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan dan mengetahui metode pengendalian hama,

penyakit dan gulma di pembibitan kelapa sawit.

5. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan dan mengetahui metode seleksi serta mampu

menentukan gejala defisiensi hara di pembibitan kelapa sawit.

Page 2: Laporan Atp

1. 3 Manfaat

Page 3: Laporan Atp

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknologi Pembibitan di Pre Nursery

Pembibitan awal (pre nursery) pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh

pertumbuhan bibit yang merata sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Pembibitan Pre

Nursery diawali dengan menanam kecambah kelapa sawit hingga umur 3 bulan (Ginting,

2009). Media persemaian biasanya dipilih pasir atau tanah berpasir. Pembibitan awal dapat

dilakukan dengan menggunakan polibag kecil atau bedengan yang telah diberi naungan.

Sedikit demi sedikit naungan dalam persemaian dikurangi dan akhirnya dihilangkan sama

sekali. Akan tetapi di daerah yang sangat terik, naungan tetap di pertahankan sesuai

kebutuhannya (Anonim, 2001)

Kecambah yang dipindahkan ke pembibitan awal adalah kecambah yang normal. Ciri-

ciri kecambah yang normal adalah : radikula (bakal akar) berwarna kekuning-kuningan dan

plumula (bakal batang) keputih-putihan, radikula lebih tinggi dari plumula, radikula dan

plumula tumbuh lurus serta berlawanan arah, panjang maksimum radikula adalah 5 cm dan

plumula 3 cm (Chairani, 1991).

Pemeliharan selanjutnya adalah konsolidasi bibit.  Periksa semua kondisi polybag, jika

ada tanah yang kurang segera di tambah lagi supaya polibag kokoh dan tegak

2.2 Teknologi Pembibitan di Main Nursery

Pembibitan utama (main-nursery) yaitu bibit dari pembibitan awal (pre-nursery)

dipindahkan ke dalam polibag dengan ukuran 40x50 cm atau 40x60 cm setebal 0,11 mm

yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Pada fase pembibitan utama naungan

tidak lagi dibutuhkan.

Bibit yang telah dipindahkan kedalam polibag besar di susun dengan jarak tanam

90x90cm atau 70x70cm. Penyiangan gulma dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau

disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

Pada fase pembibitan utama (main-nursery) bibit tidak dapat langsung ditanam di

lapangan karena bibit masih terlalu kecil sehingga mudah terganggu pertumbuhannya oleh

hama penyakit. Selain itu, pertumbuhan bibit tidak seragam terutama untuk bibit yang sangat

muda. Pembibitan dapat dilakukan di lapangan maupun dengan memakai polibag besar

(Sutanto, dkk 2002).

Page 4: Laporan Atp

2.3 Pemupukan dan Penyiraman

2.3.1 Pemupukan dan Penyiraman di Pre Nursery

1. Pemupukan

Pemupukan segera dilakukan setelah umur bibit sepuluh hari.  Pupuk diberikan adalah

urea dan majemuk NPK.  Dosis pupuk urea 2 gram/lt air untuk 100 bibit, dan pupuk

majemuk 2,5 gr/polybag.  Frekuensi pemberian pupuk seminggu sekali. 

2. Penyiraman

Pada tahapan Pre Nursery, hal yang sangat diperhatikan adalah penyiraman.  Penyiraman

kecambah yang telah ditanam di polybag harus disiram dua kali sehari, karena setiap bibit

memerlukan 0,1 – 0,25 liter/penyiraman

2.3.2 Pemupukan dan Penyiraman di Main Nursery

1. Pemupukan

Pemupukkan kelapa sawit di pembibitan utama lebih dianjurkan menggunakan pupuk

majemuk, karena lebih menurunkan biaya transportasi dan biaya pemupukan yang lebih

rendah serta pemberian beberapa unsur sekaligus akan efektif dibandingkan dengan

pemberian pupuk tunggal. Komposisi pupuk majemuk (N:P:K:Mg) yang digunakan

dengan perbandingan 12:12:17:2 sebanyak 230 gram/bibit (Fauzi dkk,2004).

2. Penyiraman

Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha

menghasilkan kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan

karena siraman. Pemeliharaan pada pembibitan utama meliputi penyiraman dilakukan dua

kali sehari pada pagi dan sore hari. Kebutuhan air sekitar 2 liter untuk setiap polibag.

2.4 Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma

2.4.1 Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma di Pre Nursery

Pengamatan terhadap hama dan penyakit di pembibitan Pre Nursery dilaksanakan

setiap hari. Hama utama di Pre Nursery adalah semut, jangkrik, belalang, tikus, untuk

Page 5: Laporan Atp

penyakit pada umumnya yang menyerang adalah penyakit : Helminthosporium, Antrachnosa,

blast. Selanjutnya adalah penyiangan gulma, penyiangan dilakukan untuk menjaga kodisi

bibit bebas dari gulma.  Penyiangan dilakukan di dalam polybag dan luar polybag.  Pada saat

umur kecambah masih muda penyiangan sebaiknya secara manual untuk membuang rumput

atau gulma lain.  Rotasi penyiangan dua minggu sekali.

2.4.2 Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma di Main Nursery

Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan,

dikored atau disemprot dengan herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali

dalam sebulan, atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

Page 6: Laporan Atp

III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu, 6 Desember 2015 di CV. Agro Lestari

Persada Jln. Azzuriat, Kel. Tuah Karya, Kec. Tampan, Pekanbaru pada pukul 08.30 sampai

dengan selesai.

3.2 Bahan dan Alat

Alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera, hand out. Bahan yang digunakan adalah

bibit pre nursery dan main nursery.

3.3 Metode Praktikum

1. Praktikum dilaksanakan dengan metode kunjungan lapangan (field trip) ke instansi

sesuai jadwal yang disepakati.

2. Lakukan pengamatan, tanya jawab langsung ke narasumber serta mengisi form

ceklist. Mahasiswa tidak hanya berpatokan pada form yang diberikan akan tetapi

mahasiswa dapat bertanya apabila merasa masih ada data yang perlu dikonfirmasi.

3. Selanjutkan dilakukan pengambilan gambar pada bibit di pre nursery dan main

nursery sebagai dokumentasi.

4. Ucapkan terima kasih pada narasumber yang telah bersedia membantu berjalannya

praktikum.