laporan analisis vegetasi_2

Upload: dwi-yanti

Post on 10-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Analisis Vegetasi

TRANSCRIPT

ANALISIS VEGETASIPENDAHULUANDalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknikKurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam sinusie misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainyaMetodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan.

1. Belt transect (transek sabuk)Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya (Kershaw,1979)

2. Line transect (transek garis)Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatifdan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah (Dedy 2010) :1. Ukuran petak.2. Bentuk petak.3. Jumlah petak.4. Cara meletakkan petak di lapangan.Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya.Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :- Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.- Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.- Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.- Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.- Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.- Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.- Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :- Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.- Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.- Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis random-sampling hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai systimatic sampling, bahkan purposive sampling pun boleh digunakan pada keadaan tertentu.Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1987). Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan.Dalam analisa vegetasi ini terdapat banyak ragam metode analisa diantaranya yaitu:1. Dengan cara petak tunggal2. Dengan cara petak berganda3. Dengan cara jalur (Transek) dengan cara garis berpetak4. Dengan cara-cara tanpa petakBeberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadran.

Metode KuadranPada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.Ada dua macam metode yang umum digunakan :a. Point-quarterYaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.

b. Wandering-quarterYang berpusat pada titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif .Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90)Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah (Andre, 2009) :1) Nama jenis (lokal atau botanis)2) Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan3) Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan4) Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon.5) Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon.Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu :1. kerapatan (Density)Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhanlain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha2. DominasiDominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang ,cahaya danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran:a) Banyaknya Individu (abudance)dan kerapatan (density)b) persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar(LBD)/Basal area(BA)c) Volumed) Biomase) Indek nilai penting(importance value-IV)Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalh LBH dengan pertimbangan lebih mudah dan cepat,yaitu dengan melakukan pengukuran diameter pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter breas heigt-dbh)3. FrekuensiFrekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan.Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu: Kelas A dalam frekuensi 01 20 % Kelas B dalam frekuensi 21-40 % Kelas C dalm frekuensi 41-60% Kelas D dalam frekuensi 61-80 % Kelas E dalam frekuensi 81-100%4. Indek Nilai Penting(importance value Indeks)Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas.Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif,sehingga jumlah maksimalnya 300%.Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang oleh kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama). Kelemahan ini dapat diperkecil dengan mengajak pengenal pohon atau dengan membuat herbarium maupun foto yang nantinya dapat diruntut dengan buku pedoman atau dinyatakan keahlian pengenal pohon setempat.Analisis vegetasi dapat dilanjutkan untuk menentukan indeks keanekaragaman ,indeks kesamaan, indeks asosiasi, kesalihan, dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam pengolahan suatu kawasan, penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti tinggi tempat, pH tanah warna tanah, tekstur tanah dll diperlukan untuk membantu dalam menginterpretasikan hasil analisis.Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :1.Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda.2.Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.3.Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara.Menurut Soerianegara (1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu.Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan.Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan.Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadran.

Metode KuadranPada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.Ada dua macam metode yang umum digunakan :-a.Point-quarterYaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek.Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran.Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.b.Wandering-quarterYaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90) yang berpusat pada titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif.Analisis vegetasi hutan Lindung Aek nauli dalam kegiatan P3H dilakukan dengan metoda kombinasi antara metoda jalur dan metoda garis berpetak dengan panjang jalur minimum adalah 12.500 m yang bisa terdiri dari beberapa jalur, tergantung kondisi di lapangan. Di dalam metoda ini risalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan dengan metoda garis berpetak.Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi hutan adalah sebagai berikut:a. Semai :Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m.b. Pancang :Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.c. Pohon :Pohon berdiameter 10 cm atau lebih.d. Tumbuhan bawah :Tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput, herba dan semak belukar.Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah sebagai berikut:(a) Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m.(b) Pancang: 5 x 5 m.(c) Pohon: 10 x 10 m.Kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:a.Liat quadrat:Spesies di luar petak sampel dicatat.b.Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.c.Cover quadrat (basal area kuadrat):Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).d.Chart quadrat:Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap- tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya.

BAHAN DAN METODEPercobaan Analisis Vegetasi dilaksanakan pada bulan Desember 2009 pada area hutan Universitas Jambi. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung seberapa luas penyebaran populasi vegetasi suatu tumbuhan yang terdapat di suatu lahan. Percobaan dilakukan dengan membuat plot berukuran 10x10 meter. Setiap kelompok melakukan pengamatan terhadap dua buah plot membentuk pola berseberangan, sehingga antara plot satu dan plot lainnya membentuk arah diagonal dengan vegetasi yang berbeda-beda tiap plot. Didalam tiap plot yang telah dibuat diamati vegetasi yang ada, kemudian dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel dengan catatan diameter vegetasi yang dipilih memiliki diameter lebih dari 10 cm. Sampel yang didapat di identifikasi jenisnya berdasarkan strutur morfologi yang terlihat seperti daun, dahan, buah,n dan biji.Keseluruhan data vegetasi yang diperoleh dari setiap kelompok dikumpulkan untuk di identifikasi apakah terdapat spesies yang serupa. Sampel yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel data kelas dan dihitung jumlah spesies vegetasi yang berhasil di identifikasi. Dilakukan pula penghitungan terhadap kerapatan, frekuensi, dominansi dan Indeks Nilai Penting (INP).

Indeks Nilai Penting (INP)Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-Dombois dan ellenberg, 1974 dalam Soerianegara dan Indrawan, 2005).

DATA PENGAMATANLEMBAR PENGAMATAN BELT TRANSECTNO. PLOTSPECIESKELILING DBH (cm)DIAMETER DBH (cm)JARI-JARI DBH (cm)BA (cm)

1sp.15617,8348,917249,682

sp.148,515,4467,723187,281

sp.214746,81523,4081720,462

sp.366,521,17810,589352,090

2sp.17423,56711,783435,987

sp.36420,38210,191326,115

sp.197,531,05115,525756,867

3sp.615649,68224,8411937,580

sp.68627,38913,694588,854

sp.655,517,6758,838245,243

sp.693,529,77714,889696,039

sp.848,515,4467,723187,281

sp.312840,76420,3821304,459

4agatis alba60,519,2689,634291,421

agatis alba12439,49019,7451224,204

agatis alba8025,47812,739509,554

agatis alba9831,21015,605764,650

LEMBAR PENGAMATAN METODE LINE INTERCEPTno lineSpeciespanjang intercept (cm)

1.Fabaceae8

Sp.53

2.Sp.52

Sp.56

Paku A1

Paku A6

Sp.45

3--

4Sp.55

Sp.66

Paku B1

Sp.35

LEMBAR PENGAMATAN METODE POINT CENTER QUARTEDtitik sampelnomor kuadratjarak (cm)species pohondiameter (cm)basal area (cm2)

11365Sp.3211384,74

2523Sp.411379,94

3630Sp.1201256

4554Sp.5211384,74

21310Sp.4353846,5

2558Agatis alba12,5490,625

3692Agatis alba16803,84

4270Sp.5250

PERHITUNGAN BELT TRANSECT1. FrekuensiA. frekuensi (A) = B. frekuensi (B) C. frekuensi (C) D. frekuensi (D) E. frekuensi (E) = F. frekuensi (F)=

Frekuensi RelatifA. Frekuensi Relatif (A)B. Frekuensi Relatif (B)C. Frekuensi Relatif (C)D. Frekuensi Relatif (D)E. Frekuensi Relatif (E)F. Frekuensi Relatif (E)

2. KerapatanA. Kerapatan (A)B. Kerapatan (B)C. Kerapatan (C)D. Kerapatan (D)E. Kerapatan (E)F. Kerapatan (F) Kerapatan RelatifA. Kerapatan Relatif (A)B. Kerapatan Relatif (B)C. Kerapatan Relatif (C)D. Kerapatan Relatif (D)E. Kerapatan Relatif (E)F. Kerapatan Relatif (E)

3. INPA. INP (A) = FR(A) + KR(A) = 0,23 + 0,23= 0,46B. INP (B) = FR(B) + KR(B) = 0,05 + 0,058= 0,108C. INP (C) = FR(C) + KR(C) = 0,17 + 0,17= 0,34D. INP (D) = FR(D) + KR(D) = 0,23 + 0,23 = 0,46E. INP (E) = FR(E) + KR(E) = 0,05 + 0,058 = 0,108F. INP (F) = FR(F) + KR(F) = 0,23 + 0,023 = 0,256

PERHITUNGAN POINT CENTERED QUARTED1. FrekuensiA. Frekuensi (A)= = = 0,5B. Frekuensi (B) = = = 0,5C. Frekuensi (C) = = = 1D. Frekuensi (D) = = = 1E. Frekuensi (E) = = = 1

Frekuensi RelatifA. Frekuensi Relatif (A)0,125B. Frekuensi Relatif (B)C. Frekuensi Relatif (C)D. Frekuensi Relatif (D)E. Frekuensi Relatif (E)

2. KerapatanA. Kerapatan (A)B. Kerapatan (B)C. Kerapatan (C)D. Kerapatan (D)E. Kerapatan (E)

Kerapatan RelatifA. Kerapatan Relatif (A)B. Kerapatan Relatif (B)C. Kerapatan Relatif (C)D. Kerapatan Relatif (D)E. Kerapatan Relatif (E)

3. DominasiA. Dominasi (A)B. Dominasi (B)C. Dominasi (C)D. Dominasi (D)E. Dominasi (E)

Dominasi RelatifA. Dominasi Relatif (A)B. Dominasi Relatif (B)C. Dominasi Relatif (C)D. Dominasi Relatif (D)E. Dominasi Relatif (E)

4. INPA. INP (A) = FR(A) + KR(A) + DR(A) = 0,125 + 0,125 + 0,109 = 0,359B. INP (B) = FR(B) + KR(B) + DR(B) = 0,125 + 0,125 + 0,120 = 0,37C. INP (C) = FR(C) + KR(C) + DR(C) = 0,25 + 0,25 + 0,367= 0,867D. INP (D) = FR(D) + KR(D) + DR(D) = 0,25 + 0,25 + 0,290= 0,79E. INP (E) = FR(E) + KR(E) + DR(E) = 0,25 + 0,25 + 0,112= 0,612

PERHITUNGAN LINE INTERCEPTDOMINANSIDominansi Tiap Spesies

1. Fabaceae2. Sp.3 0,001253. Sp.4 0,001254. Sp.5 0,0045. Sp.6 0,00156. Paku A 0,001757. Paku B 0,00025Total = 0,12

Dominansi Relatif x 100%1. Fabaceae 2. Sp.33. Sp.44. Sp.55. Sp.66. Paku A7. Paku B%

KERAPATANKerapatan Tiap Spesies

1. Fabaceae = 0,0252. Sp.3 0,0253. Sp.4 0,0254. Sp.5 0,15. Sp.60,0256. Paku A0,057. Paku B0,025Total = 0,275

Kerapatan Relatif

1. Fabaceae2. Sp.33. Sp.44. Sp.55. Sp.66. Paku A7. Paku B%

FREKUENSIFrekuensi tiap spesies

1. Fabaceae = 0,252. Sp.3 0,253. Sp.4 0,254. Sp.5 15. Sp.60,256. Paku A0,57. Paku B0,25Total = 2,75

Frekuensi relatif

1. Fabaceae2. Sp.33. Sp.44. Sp.55. Sp.66. Paku A7. Paku B%

INDEKS NILAI PENTINGINP = Dr + Kr + Fr1. Fabaceae = 1,66 + 9,09 + 9,09 = 19,842. Sp.3= 1,04 + 9,09 + 9,09= 19,223. Sp.4= 1,04 + 9,09 + 9,09= 19,224. Sp.5= 3,33 + 36,36 + 36,36= 10,055. Sp.6= 1,25 + 9,09 + 9,09= 19,436. Paku A= 1,45 + 18,18 + 18,18= 37,817. Paku B= 0,20 + 9,09 + 9,09= 18,38

SUMMED DOMINANCE RATIO (SDR)SDR = INP/31. Fabaceae = 19,84/3 = 6,612. Sp.3= 19,22/3 = 6,403. Sp.4= 19,22/3 = 6,404. Sp.5= 10,05/3 = 3,355. Sp.6= 19,43/3 = 6,476. Paku A= 37,81/3 = 12,607. Paku B= 18,38/3 = 6,12