laporan akhir vg tenggilis-1

Upload: rabyatun-sallina

Post on 14-Jan-2016

167 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

yyy

TRANSCRIPT

Laporan Akhir Praktek Kerja Profesi Apotek Viva Tenggilis Kauman Periode 24 Desember 2014 24 Januari 2015

Laporan Akhir Praktek Kerja Profesi Apotek Viva Tenggilis Kauman Periode 24 Desember 2014 24 Januari 2015

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Sesuai dengan definisi tersebut, sarana kesehatan meliputi pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), rumah sakit, praktik dokter, praktik dokter gigi, apotek, pabrik farmasi, laboratorium kesehatan dan lain-lain. Dalam beberapa sarana kesehatan tersebut, dilaksanakan pekerjaan pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, yaitu dengan cara mencukupi persediaan obat dan alat kesehatan yang bermutu baik, penyebaran obat yang merata dengan harga yang terjangkau serta meningkatkan kerasionalan penggunaan obat, maka diperlukan suatu sarana pelayanan kesehatan yang dapat memberikan konseling, informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang obat yang diterima. Sarana untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah apotek dengan penanggung jawabnya adalah apoteker. Menurut Permenkes No 35 tahun 2014tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker dan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari pengelolaan obat sebagai komoditi kepelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) yang dalam pengertiannya tidak saja sebagai pengelolaobat namun juga lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaaan obat yang rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error).Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker, dan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan di bidang distribusi obat dan perbekalan farmasi memegang peranan penting dalam memperluas,meratakan, dan meningkatkan mutu pelayanan obat kepada masyarakat.Apoteker sebagai penanggung jawab kefarmasian di apotek bertugas mengawasi pelayanan resep, mutu obat yang dijual dan memberikan pelayanan informasi obat sehingga dapat menghindarkan masyarakat dari penyalahgunaan obat. Untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya maka apoteker harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang tinggi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan pelatihan bagi calon apoteker.Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 51/DIKTI/Kep/1984 dan Keputusan Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No.05907/A/SK/VII/1984 maka calon apoteker harus melaksanakan praktek kerja pada apotek yang ditunjuk. Usaha untuk mendukung tercapainya hal tersebut maka lembaga tinggipendidikan farmasi sebagai institusi yang mendidik, melatih dan mempersiapkantenaga profesional, harus mampu memberikan bekal ilmu pengetahuan yang cukupagar seorang apoteker mampu menerapkan ilmunya.Untuk menghasilkan apoteker yang bekualitas, maka Fakultas Farmasi UNAND Padang bekerja sama dengan Apotek Viva Generik Tenggilis Kauman untuk menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) apotek selama satu bulan. Program PKPA ini merupakan salah satu program dalam pendidikan profesi apoteker yang bertujuan untuk; meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek; membekali calon apoteker agar memiliki wawasan , pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek; memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek; mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmas yang profesional; memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek serta memberi gambaran yang jelas tentang apotek, administrasi, dan fungsi kefarmasian di apotek.1.2 Tujuan PKPAAdapun tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) adalah sebagai berikut:1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek.4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional.5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek.6. Memberikan gambaran yang jelas tentang apotek, administrasi dan fungsi kefarmasian dalam apotek.1.3 Manfaat PKPAAdapun manfaat dari PKPA di apotek antara lain:a. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola apotek.b. Mendapat pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek.c. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di apotek.d. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

BAB IITINJAUAN UMUM APOTEK2.1 Apotek dan Peranan ApotekMenurut Peraturan Pemerintahan No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Permenkes No 35 tahu 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Apotek adalah adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker, sedangkan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi untuk mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan dan sebagai sarana farmasi untuk melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat serta sarana penyaluran perbekalan farmasi yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Berdasarkan Kepmenkes No 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, izin apotek diajukan ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten oleh Apoteker yang telah memenuhi persyaratan sebagai pengelola apotek dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek ini berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan registrasi apotek dilakukan sekali dalam setahun, kemudian APA dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih dalam memenuhi persyaratan kerja.2.2 Sejarah Apotek di IndonesiaPelayanan apotek di Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan Belanda, dimana pelayanannya telah dipisahkan dari kedokteran medis.Tapi pada saat itu, belum ada Apoteker yang berasal dari bangsa Indonesia. Apoteker-apoteker yang ada berasal dari Belanda, Jerman, dan Australia yang telah mendapatkan pendidikan kefarmasian di Benua Eropa.Pada awal penjajahan Jepang, Apoteker yang ada ini dipulangkan ke negaranya masing-masing. Akibatnya terjadi kekosongan Apoteker di Indonesia. Untuk mengatasi keadaan ini, maka dibentuklah apotek dokter yang dipimpin oleh seorang dokter dan apotek darurat yang dipimpin oleh seorang asisten apoteker yang telah berpengalaman kerja selama 15 tahun pada perusahaan swasta atau 10 tahun pada perusahaan pemerintah. Kedua apotek ini kemudian ditutup sejak tanggal 10 Oktober 1963 dan sejak saat itu, apotek harus dipimpin oleh seorang Apoteker.Pada tahun 1964, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Keputusan yang berisi tentang kewajiban seorang apoteker yang harus bekerja penuh dan wajib kerja pada apotek-apotek yang dibuka.Tahun 1965 dikeluarkan Peraturan Pemerintah tentang apotek yang menerangkan bahwa apoteker hanya sebagai penanggung jawab teknis farmasi dan pekerjaan kefarmasian dan usaha apotek dapat dilakukan olah lembaga pemerintah, perusahaan swasta, koperasi dan sebagainya.Dengan adanya PP ini terjadi perkembangan apotek yang cukup pesat di Indonesia, dimana hampir semua Daerah Tingkat II di luar Pulau Jawa telah mempunyai apotek.Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dalam bidang obat yang meliputi :1. Pengadaan obat yang makin terjangkau oleh daya beli masyarakat.1. Menjamin pengadaan obat di seluruh Indonesia1. Menjamin khasiat, keamanan serta mutu obat yang maksimalMaka dikeluarkan Paket Deregulasi 28 Mei 1990 di bidang farmasi. Paket deregulasi ini meliputi bidang produksi obat (industri farmasi dan industri obat tradisional), bidang distribusi obat (Pedagang Besar Farmasi dan apotek), bidang pelayanan (apotek) serta bidang pendaftaran obat. Paket deregulasi di bidang kesehatan khususnya apotek dikeluarkan Permenkes No 244 tahun 1990 tentang ketentuan dan cara perizinan apotek dan kemudian diperbaharui dengan Permenkes No 922 tahun 1993, kemudian diperbaharui kembali dengan Kepmenkes No 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.Hal ini memberikan peluang untuk berkembangnya apotek di Indonesia serta menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepentingan masyarakat.2.3 Peraturan Perundang-undangan tentang ApotekPeraturan perundang-undangan tentang apotek di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan. Yang pertama kali berlaku adalah PP No 26 tahun 1965 tentang Pengelolaan dan Perizinan Apotek. Peraturan ini kemudian disempurnakan oleh PP No 25 tahun 1980 beserta petunjuk pelaksanaannya dalam Permenkes No 26 tahun 1981 dan Surat Kepmenkes 278 tahun 1981 tentang Persyaratan Apotek, serta Kepmenkes No 279 tahun 1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek. Kemudian diperbaharui kembali menjadi Permenkes No.922 tahun1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek. Selanjutnya dilakukan perubahan atas Permenkes No.922 tahun1993 dengan Kepmenkes No 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Peraturan ini dibuat agar dapat membantu masyarakat yangberpenghasilan rendah atau tidak mampu.Beberapa ketentuan umum yang perlu diketahui tentang perapotekan sesuai dengan Kepmenkes No 1332 tahun 2002, antara lain:a. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat.b. Apoteker adalah Sarjana Farmasi Yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.c. Surat Izin Apotik atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat tertentu.d. Apoteker Pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA).e. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek.f. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotik tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain.g. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

2.4 Tugas dan Fungsi ApotekTugas dan fungsi apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 yang tertera pada pasal 2 adalah:a. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatannya.b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, perubahan bentuk, dan penyerahan obat atau bahan obat.c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat secara luas dan merata kepada masyarakat.Apotek dalam lingkungan pelayanan kesehatan merupakan sarana pelayanan kesehatan yang berkewajiban untuk menyediakan dan menyalurkan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya yang dibutuhkan masyarakat serta dapat mendukung dan membantu pemerintah untuk menyediakan obat-obatan secara merata dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terutama masyarakat yang mempunyai ekonomi rendah.

2.5 Persyaratan Bangunan, Perlengakapan, dan Tenaga Kesehatan ApotekBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Repuplik Indonesia Nomor 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.2.5.1 Bangunana. Sarana apotekSarana apotek didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.b. Bangunan ApotekBangunan apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan khusus untuk: Ruang peracikan dan penyerahan resep Ruang administrasi dan kamar kerja apoteker WCc. Kelengakapan Bangunan Sumber air Penerangan Alat pemadam kebakaran Ventilasi Sanitasi Papan nama2.5.2 Perlengkapana Alat pembuatan pengolahan dan peracikan Timbangan milligram dengan anak timbangan yang sudah ditera Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera Perlengkapan lain disesuaikan dengan kebutuhanb. Perlengakapan dan alat perbekalan farmasi Lemari dan rak untuk penyimpanan obat Lemari pendingin Lemari untuk penyimpanan narkotika dan psikotropikac. Wadah pengemas dan pebungkus Etiket Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obatd. Alat administrasi Blanko pesanan obat Blanko kartu stok obat Balnko salinan resep Blanko faktur dan blanko nota penjualan Buku pencatatan narkotika Buku pesanan narkotika Form laporan obat narkotika Lain-lain Buku standar yang diwajibkan Kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek2.5.3 Tenaga Kesehatana. Apoteker Penegelola Apotek (APA)b. Apoteker Pendamping (Aping)c. Apoteker Penggantid. Asisten Apoteker (AA)Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari: a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker. b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang.c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.2.6 Pemberian Ijin dan Pencabutan Ijin Apotek2.6.1 Pemberian Ijin ApotekTata cara pemberian izin apotek menurut Kepmenkes No 1332 tahun 2002, sebagai berikut:1. Permohonan izin apotek diajukan oleh apoteker kepada Dinas Kesehatan kab/kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-11. Dengan menggunakan formulir APT-2, Kepala Kantor Dinas Keshetan kab/kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima permohonan, dapat meminta bantuan teknis kepada kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.1. Tim Dinkes kab/kota atau kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Dinkes kab/kota melaporkan hasil pemeriksaan setem[pat dengan menggunakan formulir APT-31. Dalam hal pemeriksaan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada kepala Dinkes kab/kota setempat dengan tembusan kepada kepala Dinkes provinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-41. Dalam jangkan 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan, kepala Dinkes kab/kota setempat mengeluarkan surat ijin apotek dengan menggunakan contoh formulir APT-51. Dalam hal hasil pemeriksaan tim Dinkes kab/kota atau kepala Balai POM masih belum memenuhi syarat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan surat penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-61. Terhadap surat penundaan, apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal surat penundaan.Izin apotek berlaku seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan apoteker pengelola apotek masih dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan. Untuk menjadi Apoteker Pengelola (APA), apoteker harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut:1. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan dan Sosial.1. Telah mengucapkan sumpah/janji apoteker.1. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Departemen Kesehatan dan Sosial.1. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker.1. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi apoteker pengelola apotek di apotek2.6.2Pencabutan Izin ApotekBerdasarkan Kepmenkes No 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, surat izin apotek dapat dicabut oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten apabila:1. Apoteker tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apoteker pengelola apotek.1. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam penyediaan, penyimpanan, dan penyerahan perbekalan farmasi.1. Apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus.1. Terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan tentang narkotika, obat keras, dan ketentuan perundang-undangan lainnya yang terjadi di apotek.1. Surat izin apoteker pengelola apotek dicabut.1. Pemilik sarana apotek terlibat pelanggaran perundang-undangan di bidang obat.1. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan.Pencabutan izin apotek dilakukan setelah peringatan tertulis sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu 6 bulan setelah penetapan pembekuan izin apotek. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan apabila apotek telah menyelesaikan seluruh persyaratan yang telah ditetapkan. Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pencairan izin, pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Balai POM. Hal ini juga dijelaskan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.Apabila surat izin apotek dicabut, apoteker pengelola apotek atau apoteker pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan tersebut dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:1. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, dan obat lainnya serta seluruh resep yang ada di apotek.2. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci.3. Apoteker pengelola apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi.2.7 Peranan Apoteker di Apotek2.7.1 Peran Apoteker sebagai ManajerialApoteker berperan sebagai manajer yang harus memiliki kemampuan managerial. Dengan demikian apoteker dituntut untuk memilki keahlian dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari :Planning, Organizing,Leading, Coordinating dan Controling.

Perencanaan (Planning)Dalam hal mengelola sebuah apotek, para manager sudah sejak awal harus memulai dengan perencanaan persiapan. Manajemen itu membutuhkan pengambilan keputusan (Decision Making) atau penentuan suatu pilihan dari beberapa alternatif. Jadi planning adalah suatu dasar pemikiran yang utama sebab sudah dimulainya suatu pilihan dari beberapa langkah pertama. Untuk membuka sebuah usaha apotek, sudah harus merencanakan:a. Pencarian lokasi yang tepatb. Disusul dengan mengadakan studi kelayakanc. Penyusunan budgetd. Lalu diperhitungkan modal yang akan ditanam untuk sarana-saranaPengorganisasian (Organizing)Fungsi pengorganisasian meliputi aktivitas dalam penentuan dan perhitungan kegiatan dalam mencapai tujuan perusahaan. Mengelompokan aktivitas yang sama dalam suatu kesatuan dan menempatkan seorang manajer yang bermutu dengan diberi wewenang dan tanggung jawab yang diperlukan dalam pelaksanaan mencapai tujuan.Pengarahan (Leading)Fungsi pengarahan dilakukan dengan mengarahkan karyawan agar bekerja secara efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sebagai alat utamanya adalah instruksi atau perintah-perintah.Koordinasi (Coordinating)Fungsi koordinasi adalah manajer harus berusaha menselaraskan antara tugas yang dilakukan oleh seorang dengan yang lain dan antara bagian dengan bagian yang lain, sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran atau duplikasi pekerjaan.Pengawasan (controlling)Fungsi pengawasan (controlling) merupakan evaluasi dari suatu pekerjaan yang sudah direncanakan. Fungsi pengawasan merupakan bagian fungsi yang penting sekali dalam manajemen. Pengawasan dilakukan terhadap:a. Pengawasan terhadap kualitasb. Pengawasan terhadap kuantitasc. Pengawasan penggunaan waktud. Pengawasan terhadap biaya2.7.2 Peran Apoteker sebagai Tenaga Teknis FarmasiPekerjaan keprofesian apoteker di apotek adalah rangkaian kegiatan berdasakan keilmuan, tanggung jawab dan etika profesi. Apoteker bertanggung jawab terhadap keabsahan obat atau bahan farmasi sebgai sediaan jadi atau bahan baku yanmg diperlukan dalam pembuatan dan peracikan obat bagi penderita berdasarkan ilmu farmasi yang dimilikinya. Menyediakan obat dan bahan farmasi dengan mutu yang berkualitas yang memenuhi mutu farmasetik.2.8 Tugas dan Kewajiban ApotekerSebagai pengelola apotek, apoteker mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:1. Memimpin dan mengawasi seluruh aktivitas apotek sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.1. Merencanakan dan mengatur kebutuhan barang, yaitu obat, bahan obat, alat kesehatan, perbekalan farmasi lainnya untuk satu periode tertentu.1. Mengatur dan mengawasi penjualan dalam bentuk resep, penjualan bebas, dan langganan serta menetapkan kebijakan harga.1. Berusaha meningkatkan penjualan dengan menjalin hubungan baik dengan pasien, mencari langganan baru, serta promosi dan publikasi. 1. Melakukan pengawasan terhadap obat dan bahan obat serta kualitatif dan kuantitatif, melakukan kontrol terhadap peracikan, pelayanan terhadap resep yang dibuat dan diserahkan kepada pasien serta menyelenggarakan informasi obat pada pasien dan dokter.1. Apoteker memimpin, mengatur, dan mengawasi pekerjaan tata usaha, keuangan, pelayanan, dan logistik.1. Apoteker membuat laporan-laporan, menyelenggarakan surat menyurat dan mengadakan pengawasan terhadap penggunaan dan pemeliharaan aktiva perusahaan.2.9 Pengelolaan Apotek2.9.1 Manajemen Apotek Pengelolaan apotek adalah segala upaya yang dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek dalam memenuhi tugas dan fungsi apotek yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian.Apotek dapat diusahakan oleh :1. Lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan di daerah1. Perusahaan Milik Negara yang ditunjuk oleh pemerintah1. Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan dan telah memperoleh izin kerja dari Menteri Kesehatan dan Sosial.Pengelolaan apotek menjadi tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek. Pengelolaan dilaksanakan sesuai dengan Kepmenkes No 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, meliputi :0. Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan Sediaan Farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin;0. Sediaan Farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat diigunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh MenteriUntuk itu sebagai seorang manajer, APA harus memiliki kemampuan dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.2.9.2 Ruang LingkupPengelolaan apotek ini dilaksanakan sesuai dengan Permenkes No 922 tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, meliputi:1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat dan bahan obat.1. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya.1. Pelayanan informasi mengenai obat dan perbekalan farmasi.2.9.2.1 Pemilihan Lokasi ApotekBeberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi suatu apotek adalah:1. Ada atau tidaknya apotek lain di lokasi tersebut1. Kepadatan dan jumlah penduduk1. Keadaan sosial ekonomi masyarakan setempat1. Jumlah dokter praktek1. Sarana kesehatan lain di lokasi tersebut (rumah sakit, puskesmas, poliklinik)2.9.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi2.9.3.1Perencanaan dan PembelianDalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikanpola penyakit dan kemampuan masyarakat. Ada beberapa pola pembelian di apotek, antara lain:1. Pembelian dalam jumlah terbatasPembelian dilakukan dalam jumlah terbatas sesuai dengan yang diperlukan saja dalam jangka waktu pendek, misalnya 1 minggu. Ini dilakukan bila dana terbatas dan PBF berada dalam satu kota dan selalu siap melayani serta obat dapat segera dikirim.

1. Pembelian secara spekulasiPembelian dilakukan dalam jumlah besar dari kebutuhan dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat. Cara ini dapat menimbulkan resiko.1. Pembelian berencanaCara ini erat hubungannya dengan inventory control.Pengawasan stok/barang dagangan penting sekali sebab dengan demikian dapat diketahui mana yanglaku (fast moving), dan selanjutnya dapat dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan peritem.1. Pembelian berdasarkan daftar paretoDaftar pareto berisi urutan barang-barang yang memberikan persentase penjualan yang tinggi.2.9.3.2 Penyimpanan / PergudanganRuang untuk penyimpanan hendaknya dapat dipertanggung jawabkan dari segi keamanannya, harus kering, tidak terkena cahaya matahari langsung, tidak bocor, dan bebas dari hama seperti tikus. Penyimpanan sebaiknya dilakukan menurut kelompok, misalnya kelompok obat jadi, bahan baku, dan alat kesehatan.Kemudian masing-masing kelompok ini disusun secara alphabet.Keluar masuknya barang juga diatur dengan kartu persediaan / kartu stok.Untuk menjamin kelancaran pelayanan, apotek perlu mengadakan persediaan tetap (iron stock).Dalam menentukan jumlah persediaan di apotek, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :1. Dana yang tersedia2. Kapasitas gudang3. Keadaan gudang4. Besarnya diskon dari PBF / pabrik5. Mudah tidaknya barang diperoleh2.9.3.3 PenjualanAda beberapa macam penjualan yang dilakukan di apotek, yaitu :1. Penjualan lewat resep, merupakan penjualan terbesar dan terpenting. Penjualan ini dapat dilakukan secara kontan dan kredit.2. Penjualan bebas, meliputi penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas, alat kesehatan dan kosmetika.3. Penjualan khusus kepada dokter, rumah sakit, balai pengobatan, poliklinik, dan sarana kesehatan lain.4. Penjualan alat kesehatan dan alat laboratorium, penjualan spuit injeksi, kateter, infus set dan sebagainya.2.9.3.4 Administrasi dan LaporanPengelolaan apotek perlu ditunjang dengan kelengkapan administrasi, kegiatan yang dilakukan di bagian administrasi adalah:

1. SekretariatTugas kesekretariatan meliputi surat-menyurat dan pembuatan laporan. Kelengkapan yang diperlukan adalah buku agenda, buku ekspedisi, dan blanko surat menyurat.1. Pembuatan dan pengiriman laporanLaporan-laporan yang dibuat di apotek adalah:a Laporan pemakaian narkotika tiap bulanb Laporan khusus morfin dan pethidin tiap bulanc Laporan pemakaian obat keras tertentu tiap tahund Laporan pemakaian obat generik berlogo tiap bulane Laporan tenaga farmasif Laporan tenaga kerja tiap tahun1. InventarisasiKegiatan inventarisasi meliputi pencatatan barang-barang inventaris yang dimiliki oleh apotek. Nilai barang-barang inventaris akan berkurang tiap tahun karena adanya penyusutan meskipun barang tersebut masih baik. Besarnya penyusutan tergantung pada jenis barang (berdasarkan perkiraan masa manfaat atau masa pakainya). Hal-hal yang dicatat adalah nama barang, spesifikasinya, jumlah barang, tanggal pembelian, harga pembelian, harga pembelian per unit serta nilai penyusutannya.1. Administrasi kepegawaianKegiatan adalah mencatat biodata masing-masing pegawai apotek yang meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, mulai bekerja, besarnya gaji, absensi, dan cuti pegawai.1. Administrasi pembelianKelengkapan yang diperlukan adalah buku pembelian, buku penerimaan, dan blanko surat pesanan.1. Administrasi penyimpanan atau pergudanganKelengkapan yang diperlukan adalah kartu persediaan atau kartu stok, buku pemasukan dan pengeluaran barang, serta untuk mencatat obat-obatan yang rusak.1. Administrasi penjualanPerlengkapan yang diperlukan adalah nota penjualan tunai, dan daftar penjualan harian.2.9.3.5 Evaluasi ApotekSecara berkala apotek akan dievaluasi tiap akhir tahun. Biasanya akan dievaluasi dari segi keuangan untuk mengetahui untung dan rugi dari apotek.Analisa keuangan dapat dijadikan dasar evaluasi kemajuan apotek, meliputi:1. Likuiditas, yaitu kemampuan apotek dalam memenuhi kewajiban keuangannya.1. Rentabilitas, yaitu kemampuan apotek menghasilkan laba selama periode waktu tertentu.1. Aktifitas, yaitu kemampuan untuk memutar dana yang tertanam selama periode tertentu.

2.10 Pengelolaan NarkotikaBerdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika dapat didefinisikan sebagai suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-golongan yaitu :

a. Narkotika Golongan I Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.b. Narkotika Golongan II Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.c. Narkotika Golongan III Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.Dalam rangka mempermudah pengawasan penggunaan Narkotika di wilayah Indonesia maka Pemerintah menetapkan PT. Kimia Farma sebagai satu-satunya perusahaan yang diizinkan untuk memproduksi, mengimpor dan mendistribusikan narkotika di Indonesia. Pengelolaan narkotika meliputi kegiatan: a. Pemesanan narkotika Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pesanan narkotika bagi apotek ditandatangani oleh APA dengan menggunakan surat pesanan rangkap empat, dimana tiap jenis pemesanan narkotika menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK apoteker dan stempel apotek.b. Penyimpanan narkotikaNarkotika yang berada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam UU No. 35 tahun 2009 pasal 14 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28 tahun 1978 tentang Penyimpanan Narkotika pasal 5 yaitu apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat. Harus mempunyai kunci ganda yang kuat. Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan kedua untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. Apabila tempat tersebut berukuran 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok dan lantai.Selain itu pada pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.28 tahun 1978 tentang Penyimpanan Narkotika dinyatakan bahwa: Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 1978 dan harus dikunci dengan baik. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang diberi kuasa. Lemari khusus diletakkan di tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum

c. Pelayanan resep mengandung narkotika Menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 pasal 43 ayat (3) tentang Narkotika, penyerahan narkotika dilakukan berdasarkan resep dokter. d.Pelaporan narkotikaBerdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran arkotika yang berada dalam penguasaannya. Laporan tersebut meliputi laporan pemakaian narkotika dan laporan pemakaian morfin dan petidin. Laporan narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus dikirim selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.`Laporan harus di tandatangani oleh APA dengan mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek, kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Republik Indonesia Propinsi setempat dengan tembusan kepada: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota BPOM setempat Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma Tbk Arsip Laporan yang ditandatangani oleh APA meliputi: Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika Laporan penggunaan bahan baku narkotika Laporan khusus penggunaan morfin dan petidine.Pemusnahan narkotikaMenurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28 tahun 1978 Pasal 9 tentang Penyimpanan Narkotika disebutkan bahwa pemegang izin khusus dan atau APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan bahwa pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal: Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi Kadaluarsa Tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan tindak pidana Berdasarkan Pasal 61 Undang-Undang No. 22 Tahun 1997, pemusnahan narkotika dilaksanakan oleh pemerintah, orang atau badan usaha yang bertanggung jawab atas produksi dan atau peredaran narkotika, sarana kesehatan tertentu serta lembaga ilmu pengetahuan dengan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan paling sedikit 3 rangkap. Berita acara pemusnahan tersebut memuat: Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan. Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. Cara pemusnahan. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi f.Pelanggaran terhadap ketentuan pengelolaan narkotika Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan, yang berupa: teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin.2.11 Pengelolaan PsikotropikaPsikotropika menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1997 merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan: 1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. 2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berhasiat pengobatan digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. 4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan untuk terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Tujuan dari pengaturan psikotropika ini sama dengan narkotika, yaitu: 1. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan.2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.3. Memberantas peredaran gelap psikotropika.Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi: a.Pemesanan psikotropika Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan pemesanan obat lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh APA yang dikirim ke pedagang besar farmasi (PBF). Pemesanan psikotropika tidak memerlukan surat pemesanan khusus dan dapat dipesan apotek dari PBF atau pabrik obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 pasal 12 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pelayanan resep. Satu lembar surat pesanan psikotropika dapat terdiri dari satu jenis obat psikotropika. b.Penyimpanan psikotropika Penyimpanan obat-obatan golongan psikotropika belum diatur dengan suatu perundang-undangan. Namun karena obat-obatan psikotropika ini cenderung untuk disalahgunakan, maka disarankan agar menyimpan obat-obatan psikotropika tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus yang terpisah dengan obat-obat lain, tidak harus dikunci dan membuat kartu stok psikotropika. c.Penyerahan psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pasien berdasarkan resep dokter.d.Pelaporan psikotropika Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997, pabrik obat, PBF, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan wajib melaporkannya kepada Menteri Kesehatan secara berkala. Pelaporan psikotropika dilakukan setahun sekali dengan ditandatangani oleh APA dilakukan secara berkala yaitu setiap tahun kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan setempat dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan.e.Pemusnahan psikotropika Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997 pasal 53 tentang psikotropika, pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses psikotropika, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian. Berita acara pemusnahan tersebut memuat: 1. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan.2. Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek.3. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek 4. Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan.5. Cara pemusnahan.6. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi

BAB IIITINJAUAN KHUSUS APOTEK VIVA GENERIK TENGGILIS KAUMANSejarah Apotek Viva Generik Apotek Viva Generik melakukan Grand Opening tanggal 5 Oktober 2012 tapi apotek pertama memiliki SIA pada Februari 2012.Apotek Viva Generik berada dibawah naungan PT. Sumber Hidup Sehat yang permodalannya berasal dari saham-saham yang ditanamkan pemodal ke PT. Sumber Hidup Sehat ini. CEO dari Apotek Viva Generik adalah pak Abay. Apotek Viva Generik membuka cabang di banyak daerah, salah satu cabangnya berada di Tenggilis Kauman, Surabaya.Lokasi Apotek Viva Generik Tenggilis KaumanApotek Viva Generik mempunyai lokasi yang strategis yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Jogjakarta.Untuk Apotek Viva Generik Tenggilis Kauman sendiri terletak di daerah perumahan masyarakat serta dekat dengan tempat praktek dokter umum, yaitu di Jalan Tenggilis Kauman No. 25, Tenggilis Mejoyo, Surabaya.Bangunan apotek ini terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ruang tunggu, ruang penjualan obat OTC, penyerahan resep serta tempat kasir, ruang peracikan dan lemari obat ethical, ruang konseling, ruang prakter dokter, serta kamar mandi. Apotek ini juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana listrik, alarm kemanan yang langsung terhubung dengan handphone apoteker pengelola, kamera CCTV, air ledeng, telepon, kipas angin, komputer kasir serta fasilitas untuk pasien di ruang tunggu seperti tempat duduk, serta memiliki area parkir.Kondisi Apotek Viva Generik Tenggilis KaumanApotek Viva Generik Tenggilis Kauman memulai kegiatan perapotekan dari pukul 07.00 21.30 WIB setiap hari.Akan tetapi, apotek dibuka mulai dari jam 7.30 WIB karena 30 menit digunakan untuk membersihkan apotek.Sistem kerja di Apotek Viva Generik dibagi berdasarkan shifting. Dimana shift pagi mulai dari pukul 7.00-15.00 WIB, sedangkan shift sore pukul 13.30-21.30 WIB. Masing-masing shift harus ada 1 apoteker dan 1 asisten apoteker. Setiap pergantian shift dilakukan briefing untuk melaporkan hal-hal yang terjadi pada shift pagi kepada shift sore serta untuk memberi tahu apa yang harus dikerjakan pada shift sore agar tidak terjadi mis komunikasi. Saat briefing, semua personil juga melakukan pembacaan tekad kami yang berisi tentang visi misi Apotek Viva Generik.Struktur Apotek Viva Generik Tenggilis KaumanApotek Viva Generik Tenggilis Kauman terdiri dari 1 Apoteker Pengelola Apotek : Desi Rahmanita, S.Farm, Apt; 1 Apoteker Pendamping : M. Ashar Muslimin, S.Farm, Apt; 2 asisten apoteker : Rossalia Dewi dan Novita.

APAPSAPelayananAdministrasiPelayananResepPelayananObat bebasPembelianKeuanganTugas dan Tanggung Jawab Personalia ApotekPelayanan yang berorientasi pada pasien dapat dilaksanakan jika apotek mempunyai manajemen yang baik.Hal ini berarti ada pembagian tugas, fungsi dan tanggung jawab kerja yang jelas dan diketahui oleh setiap karyawan apotek. Dengan adanya pembagian tugas yang jelas ini, tidak ada satu karyawan pun yang akandirugikan, semua karyawan akan mendapat tugas secara adil dan sesuai dengan fungsinya masing-masing.Apoteker Pengelola ApotekApoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan kefarmasian di Apotek. Tugas Apoteker Pengelola Apotek sendiri antara lain :1. Melakukan pemesanan obat ke pusat2. Memastikan obat yang yang masuk sama dengan obat yang dipesan3. Mengontrol serta mengkoordinasikan semua personil apotek4. Memeriksa stok obata. Real time/ sales per dayb. Stok mingguanc. Stok Opname / Stok bulanan5. Bertanggung jawab terhadap mutu obat yang dijual, pelayanan resep dan informasi obat (konseling) yang diberikan kepada pasien (pharmaceutical care).

Apoteker PendampingApoteker pendamping bertugas menggantikan Apoteker Pengelola Apotek jika berhalangan hadir. Karena di Apotek Viva Generik menggunakan sistem shifting, jadi jika apoteke pengelola apotek masuk shift pagi maka apoteker pendamping masuk shift sore.Tugas dari apoteker pendamping sama seperti dengan apoteker pengelola apotek yaitu:1. Melakukan pemesanan obat ke pusat2. Memastikan obat yang yang masuk sama dengan obat yang dipesan3. Mengontrol serta mengkoordinasikan semua personil apotek4. Memeriksa stok obata. Real time/ sales per dayb. Stok mingguanc. Stok Opname / Stok bulanan5. Bertanggung jawab terhadap mutu obat yang dijual, pelayanan resep dan informasi obat (konseling) yang diberikan kepada pasien (pharmaceutical care).

Asisten ApotekerAsisten apoteker bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan teknis di apotek, antara lain :a. Peracikan dan pengubahan bentuk obat, seperti membuat puyerb. Mencatat dan merinci jumlah keluar masuknya obat keras dan obat generic untuk dibuat laporan pemakaiannya oleh Apoteker Pengelola Apotekc. Menyusun obat-obat, mencatat dan memeriksa alur masuknya obat dengan menggunakan kartu stok manual dan secara sistem komputerd. Merangkap sebagai juru kasir Menerima uang berdasarkan harga yang telah dihitung secara komputerisasi Memberi nomor pada resep serta memberikan pada pasien nomor pengambilan resep yang bersangkutan. Menyerahkan resep pada apoteker atau asisten apoteker.

Arus BarangArus barang di apotek terdiri dari barang masuk dan barang keluar.Barang keluar merupakan hasil dari penjualan dan barang tersebut harus diisi kembali agar tidak terjadi stok kosong di apotek.Pemesanan BarangPemesanan barang di apotek cabang (outlet) dapat dilakukan jika barang yang tersedia di outlet kurang ( 60% dari jumlah barang). Pemesanan barang dilakukan dengan sistem komputerisasi yang dikenal dengan Recommendation Order (RO) Jumlah maksimal barang yang dapat dipesan telah tercantum di komputer.Outlet tidak dapat memesan barang lebih dari jumlah maksimal pemesanan.Jumlah barang yang disediakan di outlet tergantung dari kecepatan pergerakan barang (very fast moving, fast moving, slow moving, ataupun no moving).Dimana semakin cepat pergerakan barang maka jumlah barang yang boleh tersedia semakin banyak.Pemesanan barang oleh Viva Generik diatur secara sistem yang terpusat, untuk apotek Viva generik yang berada di Jawa Timur terpusat di Kantor Pusat Viva Generik Rungkut Jl. Kalirungkut No. 70B Surabaya. RO dari masing-masing outlet di Jawa Timur dikirim ke kantor pusat provinsi, kemudian dikirim ke pusat utama yang terletak di Jakarta. Kantor pusat Jakarta inilah yang akan melakukan pemesanan barang ke PBF serta melakukan transaksi pembayaran ke PBF.Pembelian barang harus disesuaikan dengan kondisi apotek, biasanya berdasarkan analisa kebutuhan, jenis kebutuhan, pola penyakit didaerah lokasi apotek, jumlah kebutuhan stok, ruang penyimpanan yang tersedia dan tentu saja kondisi keuangan.Penerimaan BarangBarang yang dipesan ke PBF akan dikirim ke kantor pusat di masing-masing provinsi untuk dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu meliputi pemeriksaan kualitas dan kuantitas. Barang yang masuk dicocokkan dengan faktur serta Surat Pemesanan (SP). Kemudian barang akan dikirim ke outlet cabang sesuai dengan RO yang dikirim. Sebelum barang dikirim dilakukan pemeriksaan kualitas dan kuantitas untuk memastikan bahwa barang yang dikirim sesuai dengan RO.Barang yang diterima disertai dengan copy faktur serta tanda terima barang. Pada saat penerimaan barang dilakukan pengecekan terhadap nama, jenis dan jumlah barang,batas kadaluarsa, dan nomor batch. Jika sesuai dengan persyaratan di atas maka faktur diberi stempel dan diparaf oleh asisten apoteker yang menerima barang.Barang yang diterima dicatat pada buku penerimaan barang.Selanjutnya barang disusun pada tempatnya sambil dilakukan pencatatan ke dalam buku stok barang. Jika ada kelebihan atau kekurangan atau ketidaksesuaian barang yang datang maka harus segera di laporkan dalam 48 jam ke pusat di Surabaya.

Penyimpanan BarangPenyimpanan barang bertujuan untuk memudahkan dalam pencarian, pengambilan, pengawasan dan terlindung dari kerusakan. Barang disimpan pada tempat yang bersih, aman, tidak terkena cahaya matahari langsung, dan tidak lembab. Barang disusun dengan cara mengelompokkan barang berdasarkan bentuk sediaan, kemudian disusun menurut kelas terapi kemudian disusun menurut abjad. Penyusunan barang adalah sebagai berikut :a. Obat ethical disusun dibagian belakang dan diletakkan di dalam rak berdasarkan bentuk sediaan.b. Obat oral di rak tersendiri berdasarkan kelas terapi dan kemudian disusun berdasarkan abjad.c. Obat tetes mata, tetes telinga, salep, krim dan injeksi disimpan dalam kemasannya masing-masing dan disusun pada rak berdasarkan abjad.d. Obat tetes mata disusun terpisah dengan obat tetes lainnya untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan.e. Obat-obat yang penyimpanannya memerlukan kondisi khusus seperti suppositoria disimpan dalam lemari es.f. Bahan baku untuk keperluan peracikan, alat-alat peracikan dan wadahnya disimpan tersendiri dekat dengan meja peracikan.g. Obat-obat bebas dan peralatan kesehatan disusun dalam etalase pada bagian penerimaan resep.h. Perlengkapan lainnya seperti plastik dan pipet diletakkan dalam kotak dekat dengan tempat peracikan. Penjualan BarangPenjualan barang diapotek ini ada beberapa jenis yaitu :1. Penjualan obat dengan resep dokter.Prosedur penerimaan resep dengan penjualan tunai adalah sebagai berikut:1. Periksa kelengkapan resep, yaitu: tanggal, nama, alamat pasien, signa resep, jumlah, cara pembuatan, cara pakai, informasi ulang dan tandatangan dokter.1. Perhitungan harga, dan konfirmasi kepada pasien. Bila pasien menyetujui, lanjut dengan penomoran resep dan peracikan.1. Untuk resep racikan dilakukan perhitungan, penimbangan bahan obat dan pembuatannya. 1. Obat yang telah selesai diracik dikemas dan diberi etiket yang sesuai kemudian diperiksa ulang oleh asisten apoteker mengenai nama pasien, nomor resep, nama dan jumlah obat serta aturan pakai sesuai petunjuk dokter.1. Obat diserahkan pada pasien dengan memanggil pasien. Pasien diminta membayar sesuai harga obat pada kasir dan kasir dapat memberikan bukti pembayaran kepada pasien. Jika dalam resep dokter terdapat obat narkotika maka alamat jelas pasien diperlukan. 1. Dalam penyerahan obat kepada pasien diberikan informasi yang diperlukan mengenai obat.1. Obat-obat yang tidak diambil seluruhnya oleh pasien atau resep yang diulang (iter) dibuat salinan resepnya dan diserahkan bersama obat, salinan resep dapat juga dibuatkan jika diminta oleh pasien yang bersangkutan. Setiap hari resep obat yang masuk dikumpulkan dan dibundel kemudian diberi tanggal. Untuk resep narkotika dibundel secara terpisah dari resep umum biasa.1. Penjualan BebasPelayanan terhadap obat bebas ini lebih sederhana dibandingkan dengan pelayanan terhadap resep dokter.Tetapi tetap dilakukan penilaian pasien terhadap obat yang dia beli (apakah obat tepat dengan penyakit yang diderita pasien), setelah APA menyetejui obat yang sesuai baru petugas dapat mengambilkan obat yang diminta oleh pasien setelah harga disetujui, kemudian langsung dibayar pada kasir dan dicatat pada buku penjualan bebas oleh kasir. Sewaktu penyerahan obat ke pasien di Apotek Viva Generik pasien diberikan konseling tentang obat yang dibeli. Arus UangTerjadinya arus uang disebabkan oleh karena adanya pertukaran uang menjadi barang dan sebaliknya, yaitu berupa uang masuk dan uang keluar.

3.7.1. Arus Uang MasukUang masuk berasal dari penjualan obat dengan resep dokter dan penjualan bebas. Uang hasil penjualan tersebut dicatat pada buku penjualan harian kemudian dijumlahkan dan dicocokkan dengan uang yang tersedia setelah dikurangi dengan pengeluaran yang kemudian akan disetorkan secara berkala ke Bank BCA.3.7.2. Arus Uang KeluarUang keluar pada Apotek Viva Generik terjadi karena adanya keperluan pembelian listrik, air galon, alat kebersihan dan biaya operasional lainnya.Di Apotek Viva generik telah ada ketentuan untuk penggunaan uang tiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan operasional. Setiap uang keluar harus disertai dengan nota ataupun kwitansi sehingga ada bukti tentang penggunaan uang tersebut.Pembukuan dan PelaporanPembukuanPembukuan merupakan bagian dari administrasi yang diperlukan untuk mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan apotek. Ada beberapa jenis pembukuan yang dapat ditemukan di Apotek Viva Generik TenggilisKauman meliputi :1. Buku daftar harga1. Buku penjualan obat bebas dan obat keras1. Daftar penerimaan barang masuk1. Rekap resep1. Kartu stok barang1. Blanko kwitansi1. Buku member1. Kartu rekam medis pasien 1. Buku daftar rekam medis pasien 1. Buku pasien 1. Buku Follow up 1. Buku keuangan apotek PelaporanApotek Viva Generik TenggilisKauman belum melayani penggunaan obat narkotika, psitropika, dan precursor.Akan tetapi untuk pelaporan obat generik, generik berlogo dan obat keras lainnya laporannya dikirim ke Dinas Kesehatan setiap bulannya.Laporan yang dibuat ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan mengisi blanko yang tersedia.Laporan ini dibuat rangkap empat, satu rangkap dikirim ke Balai POM, satu rangkap ke Dinas Kesehatan Tk.I Jawa Timur, satu rangkap ke Dinas Kesehatan KotaSurabaya dan satu rangkap sebagai arsip di apotek.Pemusnahan ResepApotek Viva Generik TenggilisKauman belum pernah melakukan pemusnahanan resep, resep tiap bulannya disatukan dan dibundel kemudian disimpan dan akan diserahkan kepada kantor pusat Viva Generik Surabaya.

BAB IVPEMBAHASANPraktek kerja profesi di apotek pada program studi profesi apoteker sangat bermanfaat bagi calon apoteker. Praktek ini dapat menambah pengalaman serta dapat mempraktekkan teori-teori yang telah diperoleh selama kuliah dan berguna dalam menghadapi dunia kerja nanti.Dalam pendirian apotek banyak hal yang harus dipertimbangkan, salah satunya adalah pemilihan lokasi. Pemilihan lokasi yang tepat akan mendukung berkembangnya usaha apotek. Ditinjau dari segi lokasi, apotek Viva Generik Tenggilis Kauman terletak pada lokasi yang cukup strategis. Apotek ini terletak di tengah-tengah perumahan masyarakat, dekat dengan beberapa tempat praktek dokter serta tidak ada apotek lain disekitarnya. Apotek Viva Generik Tenggilis Kauman memiliki tempat parkir yang cukup memadai. Selain itu pelayanan dan hubungan yang baik dengan beberapa dokter menjadikan apotek Viva Generik TenggilisKauman menjadi apotek yang ramai dan dipercaya pasien dalam menebus resep, di apotek Viva Generik sendiri juga tersedia praktek dokter. Hal ini menguntungkan bagi apotek karena pasien yang datang dapat membeli obat di apotek tersebut dan tentu saja dapat membantu dalam peningkatan pendapatan apotek.Apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat harus menjalankan fungsi ekonomi dan fungsi sosial dengan baik. Fungsi ekonomi direalisasikan dengan usaha apotek untuk memperoleh keuntungan, kelangsungan, dan perkembangan apotek. Sedangkan fungsi sosial dilakukan dengan memberikan informasi mengenai obat kepada pasien, pelayanan langsung kepada pasien di Apotek Viva Generik TenggilisKauman ini sudah benar-benar berjalan karena Apoteker Pengelola Apotek selalu saat berada diapotek (no pharmacist no service).Tata letak dari ruangan apotek Viva Generik TenggilisKaumanini dirancang sedemikian rupa sehingga memberikan nilai tambah tersendiri bagi apotek, dimana ruangan dibagi atas beberapa bagian yaitu ruangan tunggu yang dilengkapi 3kursi tunggu, ruang pelayanan obat, ruang peracikan dan penyimpanan obat, ruang administrasi, ruang konseling, dan ruang praktek dokter.Dari segi struktur organisasinya apotek Viva Generik telah mempunyai susunan organisasi yang cukup baik.Semua karyawan mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas dan dapat dikerjakan dengan baik.Hal ini dapat dilihat dengan melihat setiap resep yang masuk dapat dilayani dengan pelayanan yang cepat dan memuaskan pasien.Pengadaan barang/obat di apotek Viva Generik TenggilisKauman telah dilakukan dengan tata cara pemesanan barang yang terpusat dimana pemesanan dilakukan dengan cara sistem komputer. Tetapi pada keadaannya tetap dijumpai masalah karena barang lama datang sehingga sering terjadi barang kosong di apotek. Dan untuk Viva Generik TenggilisKauman sendiri belum menyediakan produk narkotika dan psikotropika sehingga jika ada resep yang datang berisi obat narkotika atau psikotropika, resep tersebut tidak bisa dilayani.Dalam hal penyusunan (Planogram) dan penyimpanan obat, karyawan apotek telah melakukan dengan baik. Sistem penyimpanan persediaan perbekalan farmasi di apotek ini yaitu dikelompokkan berdasarkan kelas terapi, golongan obat, bentuk sediaan dan kemudian disusun berdasarkan abjad. Sistem penyimpanan berdasarkan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Sediaan suppositoria disimpan dalam lemari pendingin sedangkan sediaan narkotika dan psikotropika belum ada tapi lemari untuk sediaan ini sudah ada di Apotek. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan syarat-syarat penyimpanan suatu obat serta untuk memudahkan pengambilan dan pencarian obat demi efisiensi kerja.Apotek Viva Generik TenggilisKauman telah melakukan langkah-langkah pelayanan obat yang baik, berupa: (1) penerimaan resep, (2) pembacaan resep, (3) pengkonfirmasian harga resep, (4) penyiapan resep, (5) pemeriksaan kembali resep, (6) penyerahan resep, (7) pemberian informasi obat. Informasi obat yang diberikan pada pasien terdiri dari penerangan indikasi, kontraindikasi, aturan pakai, lama pemakaian, cara penyimpanan, tanda-tanda toksistas dan penanganannya, peringatan khusus dan lain-lain tentang obat yang dianggap perlu.Untuk pembelian obat secara bebas perlu diberikan informasi tentang obat dan logonya sehingga pasien lebih mengerti mana obat yang boleh dibeli bebas dan mana yang harus dengan resep dokter. Selama praktek di apotek Viva Generik TenggilisKauman ada beberapa pertanyaan yang sering diajukan pasien pada waktu pasien datang dan penyerahan obat yaitu:a. Apa sakit yang diderita pasien b. Apa keluhan yang dirasakan pasien c. Memilihkan obat yang paling efektif dan sesuai untuk pasien d. Cara penggunaan obat yang baik seperti pemakaian antibiotik, obat maag, suppositoria, dan lain-lain.e. Perbedaan obat generik dan obat paten.f. Komposisi obat.g. Efek samping obat.h. Cara penyimpanan obat yang baik dan benar.i. Cara pembuangan obat Dalam pemberian informasi kepada pasien, sesuai dengan fungsi apotek sebagai pusat informasi, maka petugas harus dapat memberikan informasi yang benar dan jelas kepada pasien sehingga obat dapat dipakai secara baik dan rasional.Disini dituntut peran apoteker supaya lebih meningkatkan perannya dalam pelayanan informasi mengenai obat sebagaimana telah digariskan oleh menteri kesehatan RI dalam Permenkes no 922/Menkes/X/1993 dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang oiptimal.Apotek Viva Generik TenggilisKauman melayani obat bebas tanpa resep dokter dan dengan resep dokter.Resep-resep yang diterima, dikumpulkan, dan dibundel berdasarkan bulannya.Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa apotek Viva Generik Tenggilis Kauman sudah menjalankan fungsinya sebagai sarana pelayanan obat dan informasi dengan baik sesuai aturan kefarmasian yang ada.Ini sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat saat ini yang membutuhkan informasi obat dan pelayanan yang bermutu dan bersahabat.BAB VKESIMPULAN dan SARAN5.1 KesimpulanDari hasil pelaksanaan praktek kerja lapangan di Apotek Viva Generik TenggilisKauman, dapat disimpulkan:1. Apotek Viva Generik TenggilisKauman melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tempat pengabdian profesi dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.2. Apotek Viva Generik TenggilisKauman sebagai sarana pelayanan kesehatan yang menyediakan, menyimpan dan menyerahkan obat serta perbekalan farmasi kepada masyarakat dalam pelaksanaannya berjalan dengan baik.3. Sistem manajemen di Apotek Viva Generik TenggilisKauman terorganisir dengan baik dan pengelolaan administrasi berjalan lancar yang ditunjang oleh karyawan dengan jumlah dan pengalaman yang memadai.4. Praktek kerja lapangan di apotek sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi para calon apoteker yang akan terjun ke masyarakat untuk memberikan pengabdian dan pelayanan dibidang kesehatan terutama sebagai Apoteker Pengelola Apotek. 5.2 SaranAgar tercapai tujuan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional diharapkan pada waktu penyerahan obat kepada pasien disertai dengan pelayanan informasi obat yang tepat dan jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 51/DIKTI/Kep/1984.JakartaKeputusan Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan KebudayaanNo.05907/A/SK/VII/1984. JakartaKeputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 Tahun 1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. JakartaPeraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922 Tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. JakartaPeraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 1980 tentang Apotek. Jakarta.Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. JakartaUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta

Lampiran 1. Alur Perizinan Apotek Viva Generik Tenggilis Kauman

Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Viva Generik Tenggilis Kauman

Keterangan :1. Tepat parkir9. Kasir1. Ruang tunggu10. Wall Display1. Ruang pelayanan obat11. Wall Display1. Ruang peracikan obat12. Rak ethical obat luar1. Ruang apoteker13. Rak ethical oral1. Ruang dokter14. Meja racik1. Toilet15. Lemari es (di bawah meja)1. EtalaseLaporan Akhir Praktek Kerja Profesi Apotek Viva Tenggilis Kauman Periode 24 Desember 2014 24 Januari 2015

43

Lampiran 3. Bangunan Apotek Viva Generik Tenggilis KaumanBagian Luar

Bagian Dalam

Lampiran 3. LanjutanRuang Konsultasi Apoteker

Lampiran 3. LanjutanPenataan Obat Ethical

Lampiran 4. Blanko Surat Pemesanan Obat

Lampiran 5. Etiket dan Kemasan

Lampiran 6. Blanko Copy Resep

Lampiran 7. Kwitansi Pembayaran

Lampiran 8. Kartu Persediaan Barang

Lampiran 9. Kartu Monitoring Exipred Date

Lampiran 10. Kartu Data Pasien

Lampiran 11. Kartu Data Member Card Pasien

Lampiran 12.Form Cek Suhu Lemari Es

Lampiran 13. Contoh Skrining Resep

Kelengkapan Resep1. Inscriptio: Tidak lengkap1. Signatura: Lengkap1. Prescriptio: Lengkap1. Subscripto: Lengkap1. Nama, Alamat, dan Umur: Alamat dan umur pasien tidak ada

Informasi Obat1. SimvastatinIndofarma Komposisi : Simvastatin20 mg/tablet Indikasi: Menurunkan jumlah kolesterol total dan LDL pada hiperkolesterolemia primer dan sekunder, meningkatkan HDL Kontaindikasi: Penyakit hati atau peningkatan persisten serum transaminase idiopatik, hamil, dan laktasiLampiran 13. Lanjutan Dosis: Awal 10 mg/hari dosis tunggal pada malam hari. Dosis dapat disesuaikan dengan interval tidak < 4 minggu. Maksimal 40mg/ hari dosis tunggal (malam hari) Efek samping :Nyeri abdomen, konstipasi, dan kembung1. GemfibrozilIndofarma1. Komposisi : Gemfibrozil 300 mg/tablet 1. Indikasi: Hiperkolesterolemia, dislipidemia gabungan, hiperlipidemiua disertai dengan diabetes1. Kontaindikasi: Disfungsi ginjal dan hepatik berat, penyakit kandung empedu1. Dosis: Dewasa: 600-1200 mg terbagi dalam 2 dosis. Maksimal 1500mg/hari 1. Efek samping : Gangguan GI, nyeri abdomen, appendisitis akut, malaise, urtikaria, vertigo, sakit kepala

Perkiraan PenyakitHiperkolesterolemia/ dislipidemiaDrug Related ProblemPenggunaan bersama simvastatin dan gemfibrozil dapat meningkatkan terjadinya resiko rhabdomyolisis, myalgia/ kelemahan otot (Medscape, 2015)Informasi Untuk Pasien1. Monitoring kolesterol 6 minggu setelah pengobatan1. Monitoring kolesterol setelah 6 minggu dicapai treatment goal1. Monitoring 6-12 bulan setelah itu1. Monitoring kolesterol melalui keadaan klinis: berat badan, faktor resiko CAD1. Dianjurkan untuk mengukur liver transaminase sebelum dan 3 bulan setelah pengobatan1. Monitoring efek samping (Myalgia/kelemahan otot, Rhabdomyolysis)

Lampiran 13. Lanjutan 1. Olahraga ringan 30 menit 4-6 x seminggu (ex: jalan pagi, bersepeda, membersihkan rumput di halaman 1. Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan segar, sayuran yang dimasak, biji-bijian, ikan, daging, putih telur 1. Menghindari makanan yang dimasak dengan mentega dan makanan yang digoreng, kuning telur, susu, yoghurt, keju, krim, es krim 1. Disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang direbus dan dikukus(AACE Guidelines, 2012; ESC/EAS Guidelines, 2011)

Lampiran 14. Contoh Copy Resep

13-12- 14det 15det 15Simvastatin 20 mg No XXX 0-0-1R/Gemfibrozil No XXX 0-0-1Ny. Kasmi13-12-14dr. Dlorifudin Zuhri13-12-14

59