laporan akhir penelitian pendekatan pool of fund approach 2011

Upload: edy-saputra

Post on 10-Jul-2015

837 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang masalah Secara teoritis ada dua pendekatan yang dapat digunakan bank dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan yaitu Pendekatan pool of fund approach dan assets allocation approach. Pendekatan pool of fund approach dan assets allocation approach digunakan bank syariah dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan. Masing masing pedekatan ini memiliki perbedaan mendasar meskipun subtansinya sama. Perbedaan mendasar terletak pada pola pendanaan saja. Sementara subtasinya bahwa kedua pendekatan itu mengunakan aqad yang sama, baik pada pendanaan maupun pembiayaan yaitu aqad-aqad yang dibenarkan dalam islam. Keputusan pemilihan terhadap salah satu dari kedua pendekatan itu sangan tergantung pada kebijakan manajerial masing-masing bank. Kecenderungan itu sangat tergantung pada kesiapan bank baik kesiapan sumber daya manuisa maupun standar operasional bank. Pedekatan pool of fund approach melakukan penghimpuna dana yang

bersumber dari berbagai pihak dengan berbagai macam aqad ke dalam satu kas, artinya semua pendanaan dikumpulkan dalam satu terminal (pool) kemudian bebas mengalokasikan ke dalam berbagai bentuk pembiayaan yang tidak dibatasi oleh modelmodel akad yang berbeda-beda baik earning (memilki hasil) maupun non earning (tidak ada hasil). Sementara pendekatan assets allocation approach tidak menggunakan sistim terminal (pool). Artinya, bank langsung dapat mengalokasikan setiap dana yang dikumpulkan ke sektor pembiayaan yang diinginkan namun dibatasi oleh kelompok aqad tertentu. Ada aqad pada pendanaan yang digunakan khusus untuk mendapatkan hasil (profitabilitas) atau earning dan ada juga aqad pendanaan yang dapat digunakan bebas, baik untuk sektor yang earning atau non earning seperti untuk siaga liquiditas, kas atau primary reserve dan aktiva tetap1. Aqad mudharabah baik yang mutlaqah maupun yang muqaiyyadah pada pendanaan misalnya harus dialokasikan kepada pembiayaan sektor yang earning tidak1

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, hal. 275

1

boleh dialokasikan pada primary reserve dan untuk aktiva tetap karena tidak earning. Sementara untuk sektor non earning dapat dialokasikan dari pendanaan yang menggunakan aqad musyarakah dan wadiah. Kedua pendekatan ini digunakan untuk meningkatkan kinerja manajerial bank syariah pada pendaaan dan pembiayaan. Meskipun masing-masing bank dapat memilih pendekatan mana yang akan digunakan. Namun demikian jika dicermati lebih dalam pada kedua pendekatan ini masih menyisakan problem mendasar ketika

diimplementasikan, diantaranya adalah benturan aqad, problem keadilan, pengabaian amanah dan perbedaan tingkat efesiensi dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah. Beturan aqad dapat dicermati pada kedua pendekatan pool of fund approach dan assets allocation approach yang digunakan bank syariah dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan. Kedua pendekatan itu tidak ada yang konsisten dengan aqad yang digunakan pada tahapan pendanaan hingga pembiayaan. Sebagai contoh, pada pendanaan mengunakan aqad mudharabah namun pada tahap pembiayaan bisa macam-macam. Dana yang dikumpulkan dengan aqad mudharabah maka pembiayaan menjadi bias, ada pembiayaan yang dilakukan bank dengan aqad mudharabah, salam, ijarah, istisna dan murabahah. Demikian juga dengan aqad wadiah, aqad ini sejatinya tidak dituntut earning namun bank juga mengolokasikannya pada aqad yang earning. Ketimpangan ini dikhawatirkan menjadi bentuk pengabaian amanah. Mudharib mengharapkan agar dananya ditempatkan pada sektor yang earning namun bank mengalokasikan ke sektor yang tidak earning seperti penempatan dana nasabah dengan aqad mudharabah pada aset tetap. Begitu juga sebaliknya dana nasabah yang diamanahkan dengan aqad wadiah dipakai bank untuk pembiayaan murabahah dengan tingkat profitabilitasnya yang tinggi. Sebab konsekwensi dari pengabaian amanah dan ketimpangan aqad tadi terjadinya ketidakadilan ekonomi yang diperankan perbankan syariah. Ketidakadilan itu terjadi bilamana bank syariah tidak proporsional dalam mengalokasikan dana yang diserap dari nasabah. Bila bank syariah terlalu banyak mengalokasikan dana nasabah ke sektor konsumtif maka dalam waktu jangka panjang akan melumpuhkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, kedua pedekatan di atas memiliki karakter yang berbeda pada sisi pengumpulan dan pengalokasian karenanya tingkat efesiensipun berbeda. Meskipun2

demikian, selain perbedaan tingkat efesiensi dari kedua pendekatan jika disandingkan (comparative), efesiensi juga dapat dilihat secara terpisah-pisah dari masing-masing pendekatan yang digunakan bank. Efektifitas model kedua dapat diukur dan dicermati dari perkembangan dan peningkatan pendanaan dan pembiayaan bank serta alasan manajerial dalam memilih salah satu pendekatan. Karena itu bagi bank syariah kedua pendekatan itu pasti memiliki tingkat efesiensi. Tingkat efesiensi itu dapat diungkapkan dengan analisis time series dan fundamentalis. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kedua pendekatan ini masih menyisakan banyak problem yang perlu ditelusuri lebih jauh dan mendalam, baik ketimpangan pengaplikasian aqad, pengabaian amanah, ketidakadilan ekonomi dan juga tingkat efesiensi masing-masing pendekatan dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan. Maka riset ini akan terfokus pada masalah tingkat efesiensi pendekatan pool of fund approach dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan bank syariah di kota Lhokseumawe.

B. Pertanyaan penelitian Riset ini akan menjawab pertanyaan bagaimana tingkat efesiensi manajemen pendanaan dan pembiayaan bank syariah dengan pendekatan pool of fund Approach pada perbankan syariah di kota lhokseumawe.

C. Tujuan dan manfaat penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengungkapkan: 1. Bagaimana tingkat efesiensi pendekatan Pool of fund approach dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah di Kota Lhokseumawe. 2. Bagaimana hubungan efesiensi pendanaan dan pembiayaan bank syariah dengan tingkat NPF (Non Performing Financing) dan FDR (Financing Deposit Ratio) pada perbankan syariah di Kota Lhokseumawe. Sementara itu riset ini diharapkan mampu memberikan kontribusi baik secara teoritis maupun praktis: 1. Secara teoritis temuan ini akan memberikan kontribusi dalam ranah ilmu manajemen tentang tingkat efesiensi pedekatan pool of fund approach3

dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah di Kota Lhokseumawe. 2. Temuan ini juga akan memberikan gambaran secara baik bagaimana hubungan NPF (Non Performing Financing) dan FDR (Financing Deposit Ratio) terhadap tingkat efesiensi pada perbankan syariah di Kota Lhokseumawe. 3. Secara praktis temuan ini akan memberikan pemahaman kepada stake holders tentang dampak dari model pendekatan manajemen tersebut terhadap kinerja perbankan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Lhokseumawe baik jangka pendeknya maupun jangka panjang.

D. Studi terhadap penelitian terdahulu Dalam berbagai literatur yang penulis temukan selama ini berkaitan dengan riset ini hanya pada pengungkapan model pendekatan yang digunakan bank syariah dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan. Sementara analisa menejemennya dengan menjadikan pendekatan Pool of fund approach dan Assets allocationa approach

sebagai objek materil riset belum ditemukan. Sebagai contoh Muhammad dalam Manajemen Bank Syariah hanya

menjelaskan tentang dua pendekatan tersebut sebagai sumber dan alokasi pembiayaan. Tanpa menganalisisnya lebih jauh tentang pendekatan mana yang lebih efesien dalam bank syariah2. Hal yang sama juga ditulis oleh Veithzal Rivai dkk dalam Bank and Financial Institution Management. Tidak jauh berbeda dalam buku ini juga mengungkapkan tentang bagaimana pedekatan ini diperlakukan dalam bank syariah. Namun masalah efesiensi perbankan pernah diungkapkan dalam beberapa riset terdahulu. Sebab isu efesiensi perbankan ini merupakan bagian penting yang patut didalami pada negaranegara transisi.3

2

Muhammad, Manajemen bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, hal. 274.

Veithzal Rivai dkk, Bank and Financial Institution Management, Jakarta: Raja grafindo Persada, 2007, hal. 410.

3

4

Ascarya dan Yumanita menganalisis efesiensi perbankan syariah tidak hanya dilihat dari fungsinya sebagai lembaga intermediasi tetapi juga dilihat dari fungsi produksi, karena bank syariah tidak hanya dapat dilihat sebagai lembaga intermediary tetapi juga merupakan suatu production entity.4 Perbandingan efesiensi bank syariah dan bank konvensional di Indonesia oleh Aida Heralina. Dalam jurnal Eksis dia melaporkan bahwa efesiensi perbankan syariah di Indonesia dapat dihitug dengan menggunakan SFA dan DFA. Heralina meloporkan bahwa skor efesiensi rata-rata bank syariah berkisar antara 57%-94% menurut SFA, sedangkan menurut DFA berkisar antara 51%-93%. Rata-rata efesiensi bank syariah yang berbentuk Bank Umum Syariah lebih baik dari pada bank syariah yang berbentuk unit usaha syariah. Sehingga dapat dikatakan bahwa Bank Umum Syariah lebih Efesien dari pada Unit Usaha Syariah. Ia juga melaporkan bahwa scope ekonomi dan skala ekonomi berpengaruh terhadap peningkatan efesiensi.5 Analisis efesiensi perbankan juga dilakukan oleh Prionggo Suseno dalam Journal of Islamic Business and Economics, ia menyimpulkan bahwa secara umum perbankan di Indonesia tahun 1999-2004 cukup efesien dengan nilai rata-rata 7 persen. Bank syariah meningkat tingkat efesiensinya hingga 2,3 persen pertahun. Temuan ini bertolak belakang dengan temuan Heralina yang menyatakan bahwa scope ekonomi dan skala ekonomi berpengaruh terhadap peningkatan efesiensi meskipun metode analisanya sama6.

Ascarya, Diana and Yumanita, Analisis Efesiensi Perbankan Syariah di Indonesia dengan Data Envolopment Analysis, TAZKIA Islamic Finance and Busness Review, Vol. I., No. 2, 2006. Lihat juga, Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009. Hal. 11. Aida Heralina, Perbandingan Efesiensi Bank Syariah dan Bank Konvensional Di Indonesia, Journal EKBIS, Vol. 3 No. 1 Januari-Maret, Jakarta, 2007, hal. 16. Priyonggo Suseno, Anaisis Efesiensi dan Skal Ekonomi pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia dalam Journal Of Islamic Business and Economics, Vol. 2 No. 1 Juni 2008, hal. 30.6 5

4

5

BAB II LANDASAN TEORITIS

Dalam berbagai literatur dijelaskan bahwa dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan, bank syariah memiliki dua pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan manajerial pendanaan dan pembayaan. Masing-masing pendekatan itu adalah Pool of fund approach dan Assets allocationa approach. Berikut ini akan menjelaskan kedua pendekatan tersebut dan selanjutnaya mengenai teori efesiensi bank syariah. A. Pendekatan Pool of fund approach dan Assets allocationa approach. Pedekatan pool of fund approach merupakan suatu model atau sistem manajemen pendanaan dan pembiayaan pada bank. Dengan sistem ini semua dana yang bersumber dari berbagai pihak dengan berbagai macam aqad dikumpulkan ke dalam satu kas, artinya semua pendanaan dikumpulkan dalam satu terminal (pool) kemudian manajemen bank bebas mengalokasikan ke dalam berbagai bentuk pembiayaan yang tidak dibatasi oleh model-model akad yang berbeda-beda baik aqad yang earning (memilki hasil) maupun non earning (tidak ada hasil). Sementara pendekatan assets allocation approach tidak menggunakan sistim terminal (pool). Artinya, bank langsung dapat mengalokasikan setiap dana yang dikumpulkan ke sektor pembiayaan yang diinginkan namun dibatasi oleh kelompok aqad tertentu. Ada aqad pada pendanaan yang digunakan khusus untuk mendapatkan hasil (profitabilitas) atau earning dan ada juga aqad pendanaan yang dapat digunakan bebas, baik untuk sektor yang earning atau non earning seperti untuk siaga liquiditas, kas atau primary reserve dan aktiva tetap.6

Kedua pedekatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Pedekatan pool of fund approach.7

Sumber DanaWadiah

PenggunaanPrimary Reserve

Secondary Reserve

Mudharabah Mutlaqah

Qard DANA POOL Musyarakah

Mudharabah

Murabahah

Salam

Musyarakah

Istisnan

Ijarah

Aktiva tetap

Mudharabah Muqayyadah

Special Project

7

Zainal Arifin, Dasar-dasar Manajenen Bank Syariah, Jakarta: Alvabeta, 2006, hal. 55.

7

Sementara gambar pendekatan assets allocation approach adalah8:

Sumber danaWadiah

Penggunaan danaPrimary Reserve

Secondary Reserve

Qard

Mudharabah Mutlaqah

Mudharabah Salam Istisna

Musyarakah Muqayyadah

Ijarah (wa Iktina) Mudharabah

Musyarakah

Aktiva tetap

Musyarakah

Aktiva Tetap

B. Efisiensi kinerja manajemen pendanaan dan pembiayaan bank syariah Secara umum efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari suatu imput yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efesien apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan unit ouput yang sama, atau mempergunakan unit input yang sama dengan menghasilkan jumlah output yang lebih

Veithzal Rivai dkk, Bank and Financial Institution Management, Jakarta: Raja grafindo Persada, 2007, hal. 410.

8

8

besar.9 Efesiensi juga dapat didefinisikan sebagai rasio antra output dengan input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efesien: Pertama, apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar. Kedua, input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama, dan Ketiga, dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan outpun yang lebi besar lagi. Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efesiensi, yaitu efesiensi teknik dan efesiensi ekonomi. Efesiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang jangkauannya lebih luas dibandingkan dengan efesiensi teknik. Pengukuran efesiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efesiensi hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumberdaya yang optimal. Sementara efesiensi dalam lembaga keuangan adalah, Pertama, Efesiensi karena arbitrase informasi. Kedua, efesiensi karena ketepatan penilaian asset-assetnya, Ketiga adalah efesiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi resiko yang muncul dan yang kempat adalah efesiensi fungsional yaitu efesiensi berkaitan dengan administrasi dan mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan.Efesiensi bank merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisa performance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih meningkatkan efektifitas kebijakan moneter. Bagi bank syariah efesiensi dapat dilihat dari dua sisi, Pertama, sisi pendanaan (funding) dan kedua sisi pembiayaan (financing): sisi pertama berkaitan dengan biaya (cost efficiency) yang diperlukan dalam pendanaan atau dana pihak ketiga (DPK). Sisi kedua berkaitan dengan keuntugan (profit efficiency) yang diperoleh bank. Profit efesiensi sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu standard profit efficiency dan Alternatif profit efficiency. Secara umum ada tiga pendekatan konsep dasar model efisiensi sektor finansial (perbankan) yaitu cost efficiency, standard profit efficiency dan alternatif profit efficiency.Cost effeciency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best prakticebank scost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama. Profit effeciencyS. Permono, Iswardono dan Darmawan, Analisis Efisiensi Industri Perbankan di Indonesia (studi kasus bank-bank devisa di Indonesia Tahun 1991-1996). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Jgyakarta: UGM, 2000, hal 45.9

9

menyangkut tingkat efesiensi dari kemampuan bank dalam menghasilkan laba untuk setiap unit input yang digunakan. Efesiensi manajemen pendanaan dan pembiayaan bank dimaksudkan disini adalah: 1. Tingkat Realisasi pendanaan dan pembiayaan berkembang secara positif. 2. Tingkat perkembangan asset dan pembiayaan secara periodic secara positif. 3. Kemampuan bank dalam mengantisipasi risiko yang muncul dalam pembiayaan. Ketiga unsur di atas menjadi ukuran dan indicator tingkat efesiensi manajemen pendanaan dan pembiayaan bank syariah di kota Lhokseumawe. Unsur pertama diukur dengan laporan realisasi pendanaan dan pembiayaan dengan analisa perkembangan secara periodic (time series). Trend pendanaan dan pembiayaan bank syariah dalam suatu periodic akan menginformasikan tingkat efesiensi manajemen bank dalam meningkatkan pendanaan dan permintaan. Sementara yang kedua dapat diukur dengan laporan perkembangan asset bank berserta rasio FDR perbankan syariah di kota Lhokseumawe. Sementara unsur ketiga dilihat dari rasio NPF perbankan syariah. Bank dengan tingkat NPF nya di atas 5% termasuk ke dalam kategori bank yang kurang sehat. Bank dengan ferforment ini sudah masuk dalam perhatian bank Indonesia. Artinya bank itu memiliki pembiayaan yang terancam gagal (defuld) yang berimplikasi pada akan terkurasnya asset serta pengurangan rasio CAR sebagai salah satu indikasi kesehatan bank yang berbanding dengan ATMR (Aset Tertimbang Menurut Risiko). syariah yang

10

BAB III METODE PENELITIAN

Untuk

mengungkap

problem

akademik

dalam

penelitian

ini

peneliti

menggunakan metode riset yang disepakati sebagai metode untuk penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Metode disini melingkupi pendekatan yang digunakan, metode pengambilan data dan analisis. A. Lokasi penelitian Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kota Lhokseumawe. Peneliti menganggap bahwa wilayah Kota Lhokseumawe merupakan pusat aktifitas ekonomi di pantai utara Aceh. Karena itu kota Lhokseumawe dianggap cukup memadai untuk dilakukan riset ini. B. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode surve. Dimana peneliti akan terlibat langsung di lapangan untuk memperoleh data. Karena itu penelitian ini bersifat eksploratif. Sementara data penelitian yang diperoleh dijelaskan secara deskriftif, karena itu dari segi analisis data penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriftif-eksploratif. C. Sumber data dan teknik pengumpulan data Sebagai sumber data dalam penelitian akan dipilih para stake holder yang berkaitan dengan perbankan syariah. Diantaranya adalah stake holder perbankan syariah di lhokseumawe dan Bank Indonesia Lhokseumawe. Ada dua bentuk data dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Pertama, data primer dalam hal ini adalah data yang diperoleh dilapangan10, yaitu data yang deperoleh dari sumber data di lapangan yang berkaitan dengan Objek materil dalam penelitian ini yaitu pendekatan pool of fund approach yang

digunakan bank syariah dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan. Data

Mujrat Kuncoro, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi; Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis, Jakarta: Erlangga, 2003, hal. 127.

10

11

penting yang diharapkan disini adalah informasi11 tentang alasan pemilihan terhadap salah satu pendekatan dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan bank dan juga report bank seperti laporan keuangan, aseet, pendanaan dan pembiayaan. Kedua, data sekunder yaitu data yang telah tersedia12 berupa laporan penelitian yang ada kaitanya dengan penelitian ini. Data sekunder ini diperlukan untuk mendukung atau memberi informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder itu diperoleh dari journal, laporan penelitian baik yang dipublikasikan maupun tidak, buku-buku dan juga artikel-artikel yang memiliki korelasinya dengan penelitian ini. Untuk memperoleh data dimaksud penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (in dept interview) dan dokumentasi13. Wawancara mendalam dilakukan dengan santai (informal) untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut berkaitan dengan manajemen pendanaan dan pembiayaan model pool of fund approach yang digunakan bank syariah. Dokumen digunakan untuk menyerap informasi tentang pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah. Beberapa arsip penting seperti hasil penelitian terdahulu baik yang dimuat dalam journal, laporan penelitian baik yang dipublikasi atau tidak, buku-buku dan juga artikel-artikel yang memiliki kaitanya dengan penelitian ini akan ditelaah sedimikian rupa untuk meningkatkan pemahaman serta tambahan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Data akan diperoleh dengan wawancara secara informal agar suasana lebih familiar. Hasil wawancara jika memungkinkan akan direkam namun apabila intrumen rekaman akan menggangu sumber data maka instrument asing itu (rekaman recorder) tidak digunakan. D. Teknik analisa data Teknik analisa data dalam penelitian dilakukan sejak pengumpulan data berlangsung di lapangan dan juga setelah pengumpulan data berlangsung. Aktifitas11

Dalam penelitian Kualitatif tidak mengunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan social situation yang terdiri dari tiga elemen yaitu: Tempat (place), pelaku (actors), dan aktvitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial itu dinamakan dengan objek penelitian. Liaht Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Jakarta: Alfabeta, 2007, hal. 215. 12 Mujrat Kuncoro, hal. 127.13

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2008), hal.

15.

12

analisis data dilakukan secara interaktif dan terus menerus sampai tuntas. Data yang telah dikumpulkan kemudian direduksi, yaitu dipola dan kategorikan untuk memilih dan memilah antara yang penting dan tidak. Selanjutnya setelah melihat dan memilih data yang penting dan berkaitan data itu displaykan dalam pola dan model yang lebih sistematis dalam bentuk tabel agar memudahkan dalam menganalisanya. Untuk melihat tingkat efesiensi pendanaan dan pembiayaan pada perbankan syariah suguhan data harus dimodelingkan. Untuk menganalisis data setelah dimodelingkan sedemikian rupa baru kemudian dianalisa dengan metode analisa investasi fundamentalis dan analisa times series. Meskipun demikian, semua tahapan itu juga dianalisis secara deskriptif-analitis. Pada tahap ini secara umum problem penelitian sudah dapat disimpulkan dan tergambar dalam pola dengan dukungan data-data di lapangan. Apabila semua data yang ada mendukung pola tersebut maka langkah senjutnya adalah melakukan kongklusion terhadap temuan dalam riset ini.

13

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembagan kemampuanya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil mauoun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebab itu masalah utama bank sebetulnya adalah berapa besar dana yang dapat dihimpun dan berapa lama dana akan mengendap. Tanpa dana ban tidak dapat menjalankan fungsinya. Bagi bank, dana merupakan uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank baik dalam betuk tunai maupun dalam bentuk aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai bank tidak hanya berasal dari pemilik bank, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus maupun berangsur-angsur. Berdasarkan data empiris selama ini, dana yang berasal dari pemilik bank itu sendiri ditambah denga cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanam kembali ke dalam bank, hanya sebesar 8% sampai 10% dari total aktiva bank. Mengenai manajemen pendanaan sebagai upaya menghimpun dana dari masyarakat atau pihak ketiga, bank syariah melakukan dengan bentuk: i. Titipan (wadiah), yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya (guruanteed deposit), tetapi nasabah tidak dijanjikan mendapatkan imbalan atau keuntungan. ii. Simpanan partisipasi modal (equasi modal), yaitu partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko (non-guranteed account) untuk investasi umum (general investmentccount/mudharabah mutlaqah) di mana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional kepada nasabah dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut. iii. Investasi khusus (special investment account/mudharabah muqaiyadah) dimana bank hanya bertindak sebagai manajer investasi yang hanya mendapatkan fee

14

tanpa menangung risiko dari investasiu tersebut. Risiko sepenuhnya ditanggung oleh investor. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sumber dana bank syariah berasal dari: 1. Modal inti (core capital) 2. Kuasi ekuitas (mudharabah account) 3. Titipan (wadiah) atau simpanan tanpa imbalan (non remunerated deposit). Demikian adanya pendanaan pada perbanlan syariah. Selain pendanaan, pembiayaan juga berperan penting dalam perbankan. Tanpa melakukan pembiayaan berarti bank tidak memiliki pendapatan untuk biaya operasional dan margin yang juga harus dibagikan kepada nasabah sebagai daya tarik. Tingkat keuntungan yang diperoleh suatu bank juga menjadi ukuran bagi stake horder dalam menilai bonafit tidak suatu bank. Karenanya strategi pembiayaan harus selalu ditingkatkan baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Pembiayaan yang berkualitas adalah pembiayaan dengan tingkat risikonya rendah sementara profitabilitasnya tinggi. Sementara kuantitas pembiayaan terlihat dari variasi portofolio yang semakin beragam. Berkaitan dengan pembiayaan dengan risiko rendah dan profitabilitas tinggi terlihat dari besarnya rasio pembiayaan bank syariah dengan skim murabahah. Skim murabahah adalah pembiayaan dengan aqad jual beli dimana pembiayaan yang dilakukan bank dicatat sebagai piutang. Rasio Pembiayaan Menurut Skim120 100 Axis Title 80 60 40 20 Musyarakah Mudharabah Piutang Murabahah Piutang Istisna Qard ijarah 2001 3.70 96.30 2002 3.0 97.0 2003 1.3 98.7 2004 1.2 2.8 96.0 0.1 2005 9.9 2.6 87.1 0.3 2006 14.2 0.7 84.8 0.3 2007 17.6 2.8 79.5 0.1 -

15

Grafik di atas memjelaskan tentang alokasi pembiayaan bank syariah yang masih mendominasi pada pembiayaan berbasis utang piutang (murabahah), meskipun pada kuarta 2007 trendnya menurun dari 87,1% pada tahun 2005 menjadi 84,8% pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 menjadi 79,5%. Penurunan ini disebabkan oleh adanya realisasi pembiayaa dengan skim baru seperti pembiayaan qard dan peningkatan pada pembiayaan musyarakah. Hal itu dapat diperhatikan dari garis tren yang saling berpotongan. Garis itu menunjukkan pengurangan rasio dari pembiayaan murabahah karena sudah mulai munculnya pembiayaan dengan skim baru. Namun secara nominal pembiayaan mudharabah terus mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, pada tahun 2007 total pembiayaan mencapai 79,6%. Namun pertumbuhannya tidak porposional dengan pembiayaan skim lain. Kebijakan ini perlu dikritisi karena pembiayaan semacam ini tidak banyak memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Pembiayaan murabahah cenderung konsumtif karenanya sector rill tidak terjaman. Padahal penyokong aktifitas perekonomian yang benar adalah bila sector rill berkembang. Terdapat 5 model akad pembiayaan pada bank syariah yaitu musyarakah, mudharabah, piutang murabahah, istisna dan qard. Namun pembiayaan dengan skim mudharabah yang dianggap sebagai pilot projek sebagai bank bagi hasil justru memiliki porsi yang sangat kecil dalam pembiayaan. Selain itu kelihatanya semakin lama trennya menurun. Pada tahun 2001 realisasi pembiayaan mudharabah mencapai 3.70%, 2003 menurun menjadi 1.3% dan pada 2006 pembiayaan mudharabah ini tinggal 0.7% meskipun akhir tahun 2007 naik sedikit ke posisi 2.8%. ini menunjukkan pembiayaan mudharabah yang berbasis bagi hasil memili risiko tinggi meskipun pembiayaan ini adalah pembiayaan yang memili dampak langsung ke sector rill. Hendaknya bank syariah lebih memodifikasi pembiaan model ini mengingat cita-cita awal dari pendirian bank syariah adalah agar terealisasnya bank dengan sistim bagi hasil sebagai upaya alternative menganti sistim bank yang berbasis pada bunga. Secara glogal juga dapat kita simak dari berbagai laporan penelitian bahwa pembiayaan dengan mudharabah terus tereduksi oleh pembiayaan lain yang lebih menguntungkan, baik dari segi risikonya yang sedikit dan juga keuntungan yang menjanjikan seperti pada pembiayaan yang berbasis jual beli murabahah. Sebetulnya pembiayaan mudharabah memiliki peluang yang baik dan menjajikan sebagai basis16

pemberdayaan ekonomi ummat namun sayang bank syariah tidak sunggung-sungung dalam memodifikasi pembiayaan yang berisiko ini. Selama ini bank cenderung memilih pembiayaan tanpa risiko sehingga perbankan terjebak pada pembiayaan pada sector konsumtif yang akan berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Ketidaksungguhan itu dapat dipahami dari terus merosotnya pembiayaan dengan skim PLS (profit and loss sharing) ini, Sementara manajemen risiko sebagai upaya penanggulangan kerugian tidak dimodifikasi. Sampai sekarang bank syariah belum memiliki standar operasional prosedur (SOP) tersendiri dalam manajemen risiko pembiayaan. Bank syariah mengunakan standar manajemen risiko bank konvensional turunan dari BASEL II, padahal terdapat banyak perbedaan risiko antara bank konvensional dengan bank syariah. Diantaranya adalah risiko bawaan atau risiko aqad dan risiko kepatuhan. Kerena itu bank syariah harus memiliki regulasi sendiri menginagt keunikan model pendanaan dan pembiayaan. Upaya ini harus segera dilakukan agar setiap masalah yang akan muncul dalam upaya ekselerasi pengembangan bank syariah dapat diselesaikan dengan baik. Sampai sekarang belum ada lembaga penjamin investasi bank syariah padahal menurut hemat kami itu penting sebagai gurantee (jaminan) terhadap pembiayaan investasi dengan skim PLS. lembaga ini berfungsi sebagai ansurance aktif yang juga ikut mengevaluasi, memonitor usaha-usaha yang pembiayaanya berbasis syirkah. Lembaga ini adalah lembaga bersama yang disuport oleh perbankan, Bank Indonesia (BI) dan juga pemerintah dalam bentuk subsidi. Subsidi ini penting sebagai biaya penggerak pertumbuhan ekonomi sector rill. Lembaga inilah yang diperlukan agar bank lebih ekpansif dalam merealisasikan pembiayaan mudharabah yang natabaneya sebagai pembiayan soktor rill yang memberdayakan.

A. Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan pada Perbankan Syariah Perbankan syariah di kota Lhokseumawe tidak membuat opsi dalam memilih salah satu model pendekatan dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan. Mengenai dengan teori pendekatan dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan bank syariah, manajemen bank tidak mendalaminya. Bank melakukan perencanaan (planning) pendanaan dan pembiayaan setiap akhir tahun berjalan untuk tahun yang akan datang17

secara natural tanpa melihat pada model manajemen pendanaan dan pembiayaan, untuk kemudian mengalokasikan pada sector yang menguntungkan. Semua dana pihak ketiga (DPK) dikumpulkan dan dicampur dalam satu akun dan kemudian didistribusikan dalam bentuk pembiayaan. Dari penjelasan di atas dapat diduga bahwa perbankan syariah mengunakan pendekatan Pool Fund Approach dalam manajemen pendanaan dan pembiayaanya. Dugaan ini terindikasi dari model pengalokasiaan pendanaan dan pembiayaan yang sangat elastis. Dugaan diperkuat dengan tidak adanta alur pebiayaan yang pasti menurut akaq pada masing-masing pendanaan. Sebab jikan bank syariah memakai pendekatan asset alokation approach bank mesti memiliki alur pebiayaan dengan masing-masing akad yang pasti dan tidak boleh bercampur. Sebagai contoh, manajemen bank tidak boleh mengalokasikan dana DPK yang pada awal pendanaa ditampung untuk dialokasikan pada sector earning (produktif) kemudian dialokasikan ke tempat yang nonearning seperti membeli pengadaan asset tetap. Keputusan percampuran seperti ini akan menyalahi maksud akad. Barangkali untuk menghindari kesalahan dalam percampuran ini yang memungkinkan cacatnya amanah maka bank memilih pedekatan pool fund approach dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan. Kata-kata barangkali pada kalimat di atas sebagai penekanan dari tidak ditemukan jawaban pasti dari informen berkaitan dengan pedekatan asset allocation approach pada perbankan syariah. B. Tingkat Efesiensi Pendekatan Pool Fund Approach pada Perbankan Syariah. Mengenai tingkat efesiensi pendekatan pool fund approach dalam manajemen pendanaan dan pembiayaan bank syariah kita dapat melihatnya dari: 1. Elastisitas pengalokasiaan DPK. Pengalokasiaan dana pihak ketiga dalam berbagai bentuk pembiayaan dapat dilakukan dengan bebas tanpa terikat dengan perencanaan spesifik menurut masing-masing akad. Perencanaan spesifik yang dimasudkan adalah apabila perencanaa mengunakan pendekatan asset allocation approach. Pedekatan tersebut akan mengikat bank sebagai konsekwensi dari akad yang digunakan dalam pendanaan dengan akaq pada pembiayaan. Bila dana direkrut (pendanaan)

18

mengunakan aqad earning maka financingnya juga harus ke portofolio earning asset (memiliki hasil) pula. 2. Realisasi pendanaan dan pembiayaan.

Grafik Aset, Pendanaan dan pembiayaan Bank Syariah Lhokseumawe 2008120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Tahun 2008 Asset Pendanaan Pembiayaan

Pada grafik di atas terlihat peningkatan drastis terhadap pertumbuhan asset bank syariah pada kuartal ketiga. Peningkatan ini disebabkan oleh pembukaan unit baru bank syariah pada kuartal ketiga tahun 2008. Peningkatan asset terjadi pada juli dari 34.936 juta menjadi 52.545 juta terjadi pertumbuhan sebesar 66.4%. Pertumbuhan ini disebabkan oleh pembukaan unit baru bank syariah seperti pembukaan CIMB Niaga di Lokseumawe dan Mandiri Syariah. Namun pertumbuhan itu tidak diiringi oleh ekspansi pembiayaan. Pembiayaan masih bekisar pada 31.176 juta yang sebelumnya pada bulan juni pembiayaan sebesar 27.333, Cuma selisih tiga digit yaitu 3.843 juta. Hal ini disebabkan oleh kebijakan internal bank yang cenderung menempatkan dananya pada SBI ketimbang melakukan pembiayaan. Kebijakan ini disebabkan iklim investasi pada sector ril yang kurang mengntungkan dan juga isu krisis global yang menerpa eropa. Stagnasi pembiayaan ini masih bertahan hingga akhir tahun meskipun pada desember 2008 aset bank syariah mencapai 109.678 juta. Hal seperti ini19

masih berlanjut hingga awal tahun 2009. Karenanya kita pernah mendengar statemen ketua BPK Anwar Nasution yang menyatakan bahwa rakyat aceh makan riba. Statemen ini muncul karena perbabkan di Aceh terlalu banyak menempatkan dananya pada SBI.

Grafik Aset, Pendanaan dan Pembiayaan Bank Syariah di Lhokseumawe 2009200,000 150,000 100,000 50,000 1 2 3 Asset 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pendanaan

Pembiayaan

Pendanaan dan pembiayaan pada tahun 2009 ini lerlihat sangat landai, tidak ada yang ekstrim. Malah pada pertengahan tahun pendanaanya terlihat menurun dari 90.514 juta pada juni 2009 menjadi 80.691 pada agustus 2009, artinya pertumbuhan minus sebasar -0.89 %. Penurunan pendanaa ini disebabkan beberapa simpanan wadiah jatuh tempo dan juga terjadi penuruna DPK disebabkan banyak proyek LSM dan NGO mulai berakhir di pantai utara Aceh ini. Selain itu juga akibat sentimental bunga acuan BI (BI rate) yang sudah diturunkan pada 2008 sehingga bunga deposito menurun. Sentimental ini berpengaruh secara macro hingga ke perbankan syariah. Sehingga kebijakan itu berimbas pada berkurangnya dana DPK pada bank syariah. Nasabah cenderung berinvestasi sendiri dengan membeli emas.

20

Grafik: Aset, Pendanaan, Pembiayaan Bank Syariah di Lhokseumawe 2010350,000 300,000 250,000 200,000 Asset 150,000 100,000 50,000 jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt des Pendanaan Pembiayaan

Pada tahun 2010 ini ekspansi pembiayaan bank syariah sangat ekstrim. Bank syariah sangat ekpasif dalam mengeluarkan pembiayaan. Hal ini ditandai dengan grafik pembiayaan sangat curam melapaui pendanaan. Ekspansi pembiayaan secara besar-besaran ini trerjadi disebabkan penurunan bunga acuan BI (BI rate) sebelumnya pada 2008 yang berimbas pada penekanan bunga dan profit margin pada bank pada perbankan pertengahan tahun 2010. Penurunan BI rate memicu pembiayaan konsumtif yang banyak didistribusikan kepada PNS dengan skim pembiayaan murabahah perbankan syariah. Penurunan BI rate menyebabkan menurunnya dana DPK disebabkan sentimentil profitabilitas masyarakat yang cenderung berinvestasi langsun pada sector rill, emas dan tanah ketimbang menempatkan dananya pada bank. Reaksi ini sesuai dengan harapan pemerintah ketikan menurunkan BI rate agar dana masyarakat tidak banyak yang parker pada SBI. Bagi perbankan syariah di Lhokseumawe efek ini terlihat pada penurunan pendanaan akibat penurunan DPK pada periode april, mei dan juni 2009 dan 2010.

21

Grafik:Aset, Pendanaan, Pembiayaan Perbankan Syariah Kota Lhokseumawe 2011600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 1 2 Asset 3 4 Pendanaan 5 6 7 8

Pembiayaan

Pembiayaan stabil pada periode awal tahun hingga pertengahan tahun sangat stabil. Meskipun grafik pendanaan pada mei terlihat menuru dari 156.776 pada maret menjadi 149.782 pada mei 2011. Sementara pembiayaan melaju secara positif. Secara keseluruhan pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah berjalan normal dan mengalami pertumbuhan secara positif. Jika dibandingkan pertumbuhan pendanaan dan pembiyaan sejak 2008 hingga pertengahan 2011 bank syariah mengalami pertumbuhan sampai 41% pertahun. 3. Tingkat perkembangan asset Grafik Aset dan Realisasi Pendanaan dan Pembiayaan Bank Syariah di Lhokseumawe600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Tahun 2008 Asset Tahun 2009 Pendanaan Tahun 2010 Pembiayaan Tahun 2011

22

Secara umum grafik di atas menginformasikan bahwa asset perbankan syariah di Kota Lhokseumawe mengalami peningkatan. Secara keseluruhan pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah berjalan normal dan mengalami pertumbuhan secara positif. Jika dibandingkan pertumbuhan pendanaan dan pembiyaan sejak 2008 hingga pertengahan 2011 bank syariah mengalami pertumbuhan sampai 41% pertahun. Peningkatan pendanaan dan pembiayaan akan menyumbangkan terhadap pertumbuhan asset bank syariah. Asset bank syariah pada awal tahun 2008 sebesar 14.578 juta meningkat menjadi 501.431 pada agustus 2011. Artinya, sejak 3 tahun terakhir terjadi lonjakan asset bank syariah sebesar 486.853 juta, atau terjadi pertumbuhan sebesar 34.4 kali. Karena pertumbuhan asset bank syariah berbanding lurus dengan tingkat efesiensi, maka tingkat efesiensi manajemen pendanaan dan pembiayaan bank syaria berjalan dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan asset, pembiayaan dan pendanann serta penurunan NPF, khususnya pada pembiayaan murabahah meskipun pada awalnya pembiayaan ini juga mengalami tingkat NPF yang tinggi. Namun perkembangan terakhir NPF bank syariah sudah di bawah garis toleransi Bank Indonesia yaitu di bawah 5%. Bersaran NPF bank syariah secara berturut-turut dapat dilihat dari grafik dibawah ini.

RASIO NPF 20100.7 0.6 0.5 Axis Title 0.4 0.3 0.2 0.1 0 NPF (%) Mar 0.58 Mei 0.54 Jun 0.47 Jul 0.43 Ags 0.41 Sep 0.4 Okt 0.44 Nov 0.41 Des 0.36

23

RATIO NPF 201110

Axis Title

5

0

Feb

Mar 0.25

Apr 0.25

Mei 0.25

Jun 0.23

Jul 0.22

Ags 0.23

Sep 0.23

Okt

Nov

Des

NPF (%) 0.29

4. Rasio Financing Deposit Ratio (FDR) Bank Syariah. Berkaitan dengan tingkat keefesiensi pembiayaan dengan pendekatan Pool of Fund Approach, riset ini menggunakan rasio FDR (finacing deposit ratio) sebagai ukuran untuk mengukur tingkat efesiensi pendekatan tersebut sebagai manajemen pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah. Bila FDR nya memiliki trend yang positif maka pendekatan manajemen yang digunakan bank syariah sudah efesien. Namun bila FDR nya rendah sampai di bawah kewajaran maka manajemen pembiayaanya tidak efesien. Dari data yang diperoleh mengenai tingkat FDR bank syariah di kota Lhokseumawe menunjukkan angka yang positif. Rasio FDR pada bank syariah sudah melampaui 400%. Di satu segi pertumbuhan ini sangat mengembirakan, sebab rasio FDR yang positif menunjukkan peyaluran kembali dana nasabah kepada masyarakat sebagai salah satu peran penting bank sudah berjalan baik. Namun FDR nya terlalu tinggi juga meresahkan. Keresahan ini desebabkan oleh beberapa alasan: a. FDR yang terlalu tinggi menyebabkan bank sangat terbuka terhadap risiko defuld (gagal pembiayaan) akibat pembiayaan macet. b. FDR yang tinggi menjadi salah satu faktor terjadinya inflasi. c. FDR yang terlalu tinggi untuk pembiayaan konsumtif menyebabkab pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melemah.24

Kekhawatiran terhadap inflasi dan melemahnya daya beli masyarakat yang berimbas pada melemahnya perekonomian jangka panjang dipicu oleh tiadanya filter yang tegas dari pengasa moneter (BI). Beberapa kebijakan yang sejatinya menjadi intrumen devaluasi juga sudah tidak lagi diefektifkan. Beberapa kebijakan penting itu adalah: a. Politik diskonto, yaitu penetapan tingkat bunga kredit. b. Penetapan pagu kredit, yaitu melalui penetapan batas maksimum kredit. c. Selected credit control, yaitu melalui pembastasan pemberian kredit secara sektoral. Namun sayang ketiga kebijakan strategis itu ditak lagi diefektifkan sejak 1 juni 1983. Bank sentral hanya melihat tingkat perkembangan pembiayaan hanya dengan FDR. Sementara menurut ketentuan Bank Indonesia (bank sentral) batas aman FDR adalah 90-100%.14 FDR PERBANKAN SYARIAH DI LSM (2009 s/d 2011)500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 2009 2010 2011 FDR (%)

Bacruddin, Manajemen Dana Bank Syariah; Konsep dan Analisis, Bahan Kuliah tidak dipublikasi, Yogyakarta, 2008. Hal 21.

14

25

C. Kemampuan bank dalam mengantisipasi risiko pembiayaan Grafik NPF Pembiayaan menurut skimAxis Title 1000 100 10 1 Mudharabah Musyarakah Piutang Murabahah Piutang Istisna Qard Ijarah 974 200 2373 450 1550 270 3.731 250 1.317 340 1.221 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 301 1.204 3.831

Pada grafik di atas terlihat bahwa pada awalnya NPF pada pembiayaa murabahah sangat tinggi.Tingginya NPF pada pembiayaan murabahah ini disebabkan karena memang pembiayaa in sangat mendominasi. Namun setelah bererapa tahun trennya menurun sampai batas normal di bawah 5%. Namun bagi pembiyaan musyarakah yang berbasis PLS NPFnya sangat tingi dan tidak ada penurunan pada tahun-tahun selanjutnya. Trend ini menunjukkan bahwa pembiayaan ini berisiko tinggi yaitu risiko defuld nari nasabah, meskipun rasio pembiayaan sangat kecil dibandingkan dengan pembiayaan murabahah. Mudharabah juga memiliki kontribusi terhadap NPF sejak awal pembiayaan dilakukan.

Grafik NPF menurut jenis alokasi3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Modal Kerja Investasi Konsumsi

Axis Title

2001 784 98 92

2002 1701 465 407

2003 1290 252 458

2004 398 330 2.153

2005 1082 132 353

2006 1042 160 359

2007 3194 658 1.484

26

Dari segi jenis pembiayaan, pada grafik di atas juga menginformasikan bahwa pembiayaan modal kerja berkontribusi dominan bagi NPF pada perbankan syariah. Sementara NPF dalam pembiayaan investasi juga sangat besar bila dibandingkan dengan jumlah pembiayaanya yang relatif kecil.

Grafik Rasio NPF pada pembiayaa menurut Skim10 Axis Title 5 0 Mudharabah Musyarakah Piutang Murabahah Piutang Istisna Qard Ijarah 0 0 0 6 40 14.8 100 4.4 14.2 5.7 15.3 2.4 37.2 1.2

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007 0.8 19.6 2.2

Musyarakah dan pembiayaan murabahah memiliki kontribusi besar bagi NPF pada perbankan syariah. Namun besaran rasio NPF pada pembiayaan murabahah diimbangi oleh besaran pembiayaan yang signifikan. Meskipun demikian trend NPFnya menurun. Jadi bagi bank syariah ketika mengalokasikan pembiayaanya ke skim murabahah adalah sebagai upaya untuk efesiensi dan efektifitas pembiayaan serta untu maksimasi profitabilitas bank.

Grafik Rasio NPF menurut lokasi pembiayaan35 30 25 20 15 10 5 0 Modal Kerja Investasi Konsumsi

Axis Title

1 10.8 4.5 1.3

2 27.3 32.2 4.6

3 22 7.6 1.7

4 2.3 7.8 4.6

5 8.2 2.7 0.8

6 2.9 1.2 0.5

7 4.2 2.4 1.2

27

Secara umum bank syariah memiliki tantangan besar dalam memilih skim pembiayaan. Jika bank hanya berkutat hanya pada pembiayaan murabahah maka bank tidak berperan maksimal untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat, sebab pembiayaan murabahah cenderung konsumtif. Dalam grafik dapat kita cermati tentang penurunan terhadap pembiayan investasi dan modal kerja. Bila sector ini dihindari oleh bank maka pertumbuhan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak terjadi.Mengenai tingginya risiko pada pembiayaan berbasi PLS yang menyebabkan tingga NPF bank syariah harus berperan aktif memperbaiki manajerial, baik majemen operasional dan juga peningkatan SDM nya. Upaya ini penting agar perbankan syariah lebih inovatif.

28

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Bank syariah tidak memiliki pedekatan khusus dalam pendanaan dan pembiayaan seperti dalam teori manajemen bank syariah. Mengenai pendekatan Pool Fund Approach dan Asset Allocation Approach bank syariah tidak mengetahuinya. Namun dari penjelasan tentang operasional manajemen pendanaan dan pembiayaan dapat dipahami bahwa bank syariah di Lhokseumawe memakai pendekatan Pool Fund Approach. Berkaitan dengan tingkat efesiensi, bank syariah perlu meningkatkan sistim manajerial dan SDM bank syariah agar ekspansi pendanaan dan pembiayaan lebih luas sehingga bank juga dapat berperan untuk menigkatkan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat di kawasan utara aceh. 2. Dari laporan tahunan asset bank syariah positif dan baik. Namun inovatif dalam pendanaan dan pembiayaan perlu ditingkatkan agar skim pembiayaan lebih bervariatif agar pembiayaan bank syariah tidak hanya berkonsentrai pada pembiayan konsumtif. Bila bank memiliki banyak model dalam pendanaan dan pembiayaan maka DPK dan asset bank dapat ditingkatkan lebih cepat. Sebab peningkatan DPK berbanding lurus dengan inovasi bank dalam pendanaan dan pembiayaan, sehingga nasabah memiliki banyak pilihan baik untuk menabung maupun untuk pembiayaan. Hal itu bermakna pada tingginya tingkat efesiensi bank syariah dalam manajemen pendanan dan pembiayaan. 3. Dilihat dari rasio Non Ferforming Ratio (NPF) bank syariah sudah efesien. Namun bank syariah juga perlu meningkatkan inovasi dalam pembiayaan. Inovasi ini penting agar pembiayaan tidak hanya terkonsentrasi pada pembiayaan konsumtif yang berakibat buruk bagi perekonomian dalam jangka panjang.29

B. Saran 1. Diharapkan kepada stake horder bank syariah agar dapat meningkat inovasi produk baik pendanaan maupun untuk pembiayaan. Inovasi ini penting agar bank syariah lebih kompetitif dalam meningkatkan market sharenya secara nasional. 2. Penelitian ini mengunakan metode time series pendekatan ekonomi dalam menganalisa data. Analisa itu masih memiliki kekurangan tentang keakuratan dan ketepatan serta konsistensi garis trend pada grafik. Untuk itu penelitian ini dapat disempurnakan dengan metode time series namun pendekatannya disarankan menggunakan pendekatan statistik dan matematik.

30

DAFTAR PUSTAKA

Ascarya, Diana and Yumanita, Analisis Efesiensi Perbankan Syariah di Indonesia dengan Data Envolopment Analysis, TAZKIA Islamic Finance and Busness Review, Vol. I., No. 2, 2006. Aida Heralina, Perbandingan Efesiensi Bank Syariah dan Bank Konvensional Di Indonesia, Journal EKBIS, Vol. 3 No. 1 Januari-Maret, Jakarta, 2007. Bank Indonesia, Perkembangan Perbankan Syariah 2007 NAD. Bacruddin, Manajemen Pendanaan Bank Syariah, Bahan Kuliah tidak dipublikasi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008. Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009. Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Mujrat Kuncoro, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi; Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis, Jakarta: Erlangga, 2003. Priyonggo Suseno, Anaisis Efesiensi dan Skal Ekonomi pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia dalam Journal Of Islamic Business and Economics, Vol. 2 No. 1 Juni 2008. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2007. Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1984. S. Permono, Iswardono dan Darmawan, Analisis Efisiensi Industri Perbankan di Indonesia (studi kasus bank-bank devisa di Indonesia Tahun 1991-1996). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Yogyakarta: UGM, 2000. Veithzal Rivai dkk, Bank and Financial Institution Management, Jakarta: Raja grafindo Persada, 2007. Zainal Arifin, Dasar-dasar Manajenen Bank Syariah, Jakarta: Alvabeta, 2006.

31

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

No Alokasi 1 Peralatan Riset: Buku tulis Bollpoin Kertas A4 2 Referensi: Pengadaan Literatur berkaitan Literatur paket Foto copy bahan dan referensi Pelaporan: Penjilidan Honorarium: Tranportasi Computing Tinta Printer Jumlah Terbilang: Enam Juta Rupiah

Satuan 5 5 2 Buah Buah Rim

Harga Satuan Jumlah Harga 5,000 5,000 40,000 25,000 25,000 80,000

16 buah 1 paket 20 eks

65,000 1,160,000 7,000

1,040,000 1,160,000 140,000

3

7 3 3 3

Eks Bulan Bulan Buah

50,000 800,000 200,000 60,000

350,000 2,400,000 600,000 180,000 6,000,000

4 5

32

CURRICULUM VITAENama TTGL/Lahir Alamat Email : Iskandar, SH.I,. M.SI : Sigli, 02 Maret 1978 : Jln. Tgk Syareef No. 37 Kmp Kramat Kota Lhokseumawe : [email protected]

PENDIDIKAN 1. Sekolah Dasar SD Pangge Pilok, selesai tahun 1991 2. MTsS Ulumuddin Lhokseumawe, selesai tahun 1994 3. MAS Ulumuddin Lhokseumawe, selesai tahun 1997 4. S1. Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh selesai 1997- 2002 5. S2. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Magister Keuangan dan Perbankan Syariah, selesai 2009. PENGALAMAN KERJA 1. Staf pengajar pada Kopma Computer Curs (KCC) IAIN Ar-Raniry 1999-2001. 2. Dayah Ulumuddin sampai sekarang. 3. Sekretaris Jurusan Syariah 2005-2007 4. Sekretaris komisi E MPU Kota Lhokseumawe 2005-2006 5. Anggota Komisi D MPU Kota Lhokseumawe 2007-2008. PENGALAMA ORGANISASI 1. Ketua Koperasi Mahasiswa IAIN Ar-Raniry tahun 2000-2002 2. Pengurus BEMA IAIN Ar-Raniry tahun 2001-2002. 3. Sekjen FORMASI D.I Aceh tahun 1999 4. Pengurus PD PT PII tahun 2000 5. Ketua Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Aceh Yogyakarta (HIMPASAY), tahun 20082009. KARYA TULIS 1. Mekanisme Pasar dalam Perpektif Ekonomi Islam, skripsi IAIN Ar-Raniry 2002 2. Ekonomi Politik Islam (kajian History) Jurnal SARWAH STAIN Malikussaleh 2005. 3. Ayat-ayat ahkam, dalam An-Nadwah MPU tahun 2007. 4. THE TOA of ISLAM, Resensi dalam An-Nadwah MPU 2008. 5. Mulailah dengan Bismillah, dalam An-Nadwah MPU 2008. 6. Kepemimpina Syaidah Ainsyah, dalam An-Nadwah MPU 2008. 7. Ekselerasi Bank Syariah di Aceh dalam Buku Merajut Aceh dari Yogyakarta 2009. 8. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah pada BPD Aceh Syariah cab. Lhokseumawe, thesis, 2009. 9. Politik APBN dalam Ekonomi Islam, Jurnal Syariah IAIN Ar-Raniry, 2010.

33