laporan akhir kajian_gabung
TRANSCRIPT
0
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Laporan Akhir
KAJIAN BIDANG KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT:
SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN ANTARA PUSAT
DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012
1 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, laporan
kajian mengenai Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan
Daerah ini dapat kami selesaikan. Laporan ini disusun melalui serangkaian kegiatan yang
sangat intensif seperti seminar, lokakarya, diskusi dengan pakar, pejabat pemerintah, dan
pelaku di lapangan, kunjungan lapangan, studi literatur dan dukungan beberapa kajian
lainnya.
Kajian ini dilakukan untuk menyusun rekomendasi kebijakan terkait sinkronisasi
perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah khususnya bidang kesehatan dan gizi
masyarakat. Hal ini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan
penganggaran bidang kesehatan dan gizi masyarakat. Dengan demikian diharapkan
rekomendasi kajian ini dapat memberikan kontribusi dalam perumusan arah kebijakan dan
strategi dalam perencanaan dan penganggaran kesehatan antara Pusat dan Daerah.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak baik di pusat maupun
daerah yang telah memberikan kontribusi dalam pelaksanaan kajian. Semoga laporan
kajian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca dan kepada bangsa
Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Masa Depan yang Maju, Mandiri, Adil dan
Makmur. Amin.
Jakarta, Desember 2012
Dr. Hadiat, MA
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat – Bappenas
2 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
TIM PENYUSUN
KAJIAN SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN ANTARA
PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012
Penanggung Jawab : Dra.Nina Sardjunani, MA
Ketua : Dr. Hadiat, MA
Anggota :
1. Ir. Yosi Diani Tresna, MPM;
2. Sularsono, SP, ME;
3. Dra. Esti Nurhayati, MM;
4. Erwin Dimas, SE, DEA, MSi;
5. Benny Azwir, ST, MM;
6. Inti Wikanestri, SKM, MPA;
7. Dewi Amila Solikha, SKM;
8. Sidayu Ariteja, SE; dan
9. Asep Zaenal Mustofa, SKM, M.Epid.
Tim Pendukung : Nurlaily Aprilianti
3 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI Halaman
Kata Pengantar ........................................................................................ 1
Tim Penyusun .......................................................................................... 2
Daftar Isi ..................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 4
A. Latar Belakang ............................................................................. 4
B. Permasalahan .............................................................................. 5
C. Tujuan ........................................................................................... 5
D. Ruang Lingkup............................................................................. 6
E. Metodologi .................................................................................. 6
F. Manfaat yang Diharapkan............................................................ 6
BAB II KERANGKA PIKIR KAJIAN............................................................. 7
2.1. Landasan Normatif Perencanaan Nasional.............................. 7
2.2. Kerangka Pikir Kajian................................................................. 10
BAB III HASIL PELAKSANAAN DAN ANALISA KAJIAN ............................ 12
A. Siklus Perencanaan Dan Penganggaran (Musyawarah
Perencanaan Pembangunan..................................................... 12
B. Identifikasi Regulasi yang Mendukung Pelaksanaan
Perencanaan dan Penganggaran di Pusat dan Daerah........... 16
C. Analisa Situasi dan Review dalam Proses Perencanaan dan
Penganggaran Tingkat Provinsi (Jawa Barat, DI Yogyakarta,
dan Gorontalo)........................................................................... 20
D. Faktor yang Berpengaruh Dalam Sinergi dan Sinkronisasi
Perencanaan............................................................................ 33
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 37
A. Kesimpulan............................................................................... 37
B. Rekomendasi........................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Rencana Kerja K/L tahun 2012 Berdasarkan Program Per Kegiatan
UKPPD K/L
Persandingan UKPPD K/L
Alokasi Belanja Urusan Kesehatan (diluar gaji)
Kumpulan Paparan Workshop Kegiatan Kajian
4 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya berkesinambungan yang
meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional yang termaktup dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
1945. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional di
atas maka melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai demi mewujudkan
Indonesia sehat sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia juga untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasarkan kehidupan bangsa maka
diselenggarakan program pembangunan secara berkelanjutan, terencana dan terarah.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan salah satu komponen
penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia sekaligus untuk meningkatkan
daya saing bangsa. yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).Dalam RPJMN 2010—2014
pembangunan diarahkan untuk memantapkan penataan kembali Indonesia di segala
bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian.
Pada era desentralisasi sekarang ini, perencanaan dan penganggaran kesehatan di
daerah telah menjadi isu yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan
implementasi desentralisasi administrasi pemerintahan dan implementasi prinsip-prinsip
tata pemerintahan yang baik. Selain itu secara substantif perencanaan dan penganggaran
juga memiliki arti penting jika dikaitkan dengan penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam
alokasi sumber daya publik.
Secara umum, ada lima instrumen hukum utama yang secara langsung melandasi
kerangka desentralisasi perencanaan dan penganggaran daerah yang berlaku di Indonesia
saat ini, yaitu: 1) Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2) Undang-
undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3)
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 4) Undang-undang No.
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah; serta 5) Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintah
antara Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota.
5 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Kerangka desentralisasi merupakan peluang sekaligus tantangan bagi upaya
pembangunan kesehatan, terutama dikaitkan dengan sinkronisasi perencanaan dan
pengganggaran kesehatan di pusat dan daerah. Keberagaman serta dinamika yang terjadi
di daerah adalah potensi yang dapat mendukung ataupun melemahkan kebijakan nasional
di tingkat pusat.
Sesuai dengan Keputusan Men.PPN/Kepala Bappenas No. PER-
05/M.BAPPENAS/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas
pokok Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan penyusunan dan
evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan gizi masyarakat,
serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya. Sedangkan bidang pembangunan
yang menjadi ruang lingkup tugas pokok dan fungsi Direktorat Kesehatan dan Gizi
Masyarakat meliputi bidang kesehatan dan gizi masyarakat, serta pengawasan obat dan
makanan. Dalam rangka perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional, maka
dipandang perlu dilakukan suatu kajian khusus dan atau paper kebijakan untuk
mempertajam perencanaan pada tahap selanjutnya.
B. Permasalahan
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam melakukan sinkronisasi perencanaan
dan penganggaran kesehatan di pusat dan daerah, antara lain:
1. Siklus perencanaan dan penganggaran pusat terkait dengan jadwal belum sesuai
dengan siklus penganggaran di daerah;
2. Penterjemahan kebijakan kesehatan di daerah yang belum sesuai kebijakan
nasional di pusat;
3. Peran pembiayaan pusat yang belum sepenuhnya mendukung kebutuhan
pembangunan kesehatan di daerah
C. Tujuan
Secara umum tujuan dari kajian ini adalah tersusunnya rekomendasi terkait dengan
sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan antara pusat dan daerah dalam
rangka meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran kesehatan di Indonesia.
Secara khusus tujuan kajian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kesesuaian siklus perencanaan dan penganggaran antara pusat
dengan daerah,
2. Untuk mengetahui kesesuaian kebijakan antara pusat dan daerah terutama dalam
menterjemahkan kebijakan pusat kedalam kebijakan daerah,
3. Untuk mengetahui peran pembiayaan kesehatan pusat dalam mendukung
kebutuhan pembiayaan kesehatan daerah
6 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan kajian ini meliputi: pengumpulan dan pengolahan data dan
informasi yang terkait dengan perencanaan dan penganggaran kesehatan di pusat dan
daerah, mencakup :
1. Mempelajari siklus perencanaan yang dilakukan mulai di tingkat daerah (provinsi)
sampai tingkat pusat.
2. Mengidentifikasi peraturan yang mendukung pelaksanaan perencanaan dan
penganggaran kesehatan baik di pusat dan di daerah.
3. Mempelajari pelaksanaan forum musyawarah perencanaan pembangunan di
daerah dan nasional.
4. Menggali pendapat dari pemangku kebijakan dan para pakar, terkait pelaksanaan
proses perencanaan dan penganggaran di pusat dan di daerah.
5. Mereview kesesuaian Kebijakan RKPD pada 3 (tiga) provinsi (Jabar, DIY dan
Gorontalo) dengan kebijakan RKP (Nasional).
E. Metodologi
Kajian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Untuk pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview dengan narasumber, desk
review, workshop pusat dan daerah, kunjungan lapangan, dan konsinyasi).
Pengumpulan data dilakukan pada 3 (tiga) propinsi yaitu, Jawa Barat, Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Gorontalo. Workshop daerah dilaksanakan di Provinsi
Jawa Barat dan DI Yogyakarta, mempertimbangkan waktu pelaksanaan musrenbang
(musyawarah perencanaan pembangunan) di daerah. Sedangkan Di Provinsi Gorontalo
kunjungan lapangan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan musrenbang.
Pada tahap setelah dilakukan pengumpulan data dan informasi, dilakukan analisis
data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
F. Manfaat Yang Diharapkan
Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi unit perencana dan pelaksana di
Kementerian/Lembaga dan SKPD yang terkait dalam pembangunan kesehatan dan gizi
masyarakat dalam menyusun arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan baik di
pusat dan daerah.
7 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
II. KERANGKA PIKIR KAJIAN
A. Landasan Normatif Perencanaan Nasional
Pelaksanaan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional menghendaki arah dan tujuan kebijakan pembangunan
diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan,
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan, lingkungan serta kemandirian dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. Perencanaan pembangunan nasional
disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap
perubahan. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan
azas umum penyelenggaraan Negara.
Sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk (1) mendukung
koordinasi antarpelaku pembangunan; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi,
dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun
pusat dan daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi
masyarakat; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Alur sistem perencanaan dan penganggaran baik
di Pusat maupun di daerah (Gbr.1), yaitu memadukan Undang-Undang No.25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang No.17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengatur pengeloalan keuangan negara.
Tahapan perencanaan pembangunan nasional meliputi, (1) penyusunan rencana; (2)
penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan
rencana. Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara
keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Tahap penyusunan rencana
dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk
ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan
rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur.
Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja
dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.
Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (pemangku kepentingan) dan
menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang
pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah
keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga
mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun
2004 tentang SPPN, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/Daerah ditetapkan
sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah, dan Rencana
8 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala
Daerah.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), memuat visi, misi, dan arah
pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Dokumen ini lebih bersifat
visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar sehingga memberi keleluasaan yang
cukup bagi penyusunan rencana jangka menegah dan tahunannya. Dokumen RPJP
diperlukan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi secara perlahan sehingga tidak
terasa dalam jangka pendek, tetapi dapat menimbulkan masalah besar bagi kesejahteraan
rakyat dalam jangka panjang. Perubahan yang demikian antara lain terjadi pada demografi,
sumber daya alam, sosial, ekonomi, budaya politik, pertahanan, dan keamanan. Oleh
karena itu, pada tahap awal penyusunan RPJP Nasional pemikiran visioner yang berkaitan
dengan perubahan jangka panjang diatas perlu dihimpun dan dikaji dengan seksama.
Informasi ini digunakan sebagai bahan penyusunan visi pembangunan untuk periode
rencana yang dimaksud.
Gambar 1. Alur Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan di Pusat dan Daerah
Selanjutnya perencanaan pembangunan jangka panjang nasional diikuti dengan
penentuan pilihan arah untuk pembangunan kewilayahan, sarana dan prasarana, serta
RPJM
Daerah
RPJP
Daerah
RKP RPJM
Nasional
RPJP Nasional
(UU No.
17/2007)
RKP
Daerah
Renstra-
KL
Renja-
KL
Renstra-
SKPD
Renja-
SKPD
RAPBN
RAPBD
RKA-KL
RKA-
SKPD
APBN
Rincian
APBN
APBD
Rincian
APBD
Acuan
Pedoma
nDijabarkan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Diperhatikan
Dijabarkan
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Acuan
Acuan
Diserasikan melalui Musrenbang
UU SPPN
Pem
erin
tah
Pu
sa
tP
em
erin
tah
Dae
rah
UU KN
Visi, Misi, Program
Presiden
Dijabarkan
Visi, Misi, Program
Kepala Daerah
Dijabarkan
9 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
arah pembangunan bidang-bidang kehidupan seperti sosial, ekonomi, politik, hukum, dan
perundang-undangan, pertahanan, keamanan, dan agama. Komitmen ini, ditindaklanjuti
dengan rancangan peta penuntun penyusunan kebijakan kunci (road map) yang diperlukan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional adalah rencana
pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari visi,
misi, dan program prioritas Presiden yang disusun dengan berpedoman pada RPJP.
Dengan demikian tahap awal dari penyusunan RPJM Nasional adalah penjabaran visi-misi,
dan program prioritas Presiden ke dalam Rancangan Awal. Rancangan Awal ini dijadikan
sebagai pedoman bagi semua kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana
Strategisnya (Renstra-KL). Draft RPJM Nasional disusun dengan menggunakan Renstra-KL
dan menjadi bahan bagi Musrenbang Jangka Menengah. Rancangan akhir disusun dengan
mengakomodasi hasil Musrenbang dan kemudian ditetapkan menjadi RPJM Nasional.
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) merupakan penjabaran dari RPJM Nasional,
memuat prioritas pendanaannya, rancangan kerangka ekonomi makro, rencana kerja dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat. Walaupun bernama rencana kerja pemerintah,
namun perlu disadari bahwa pembangunan nasional utamanya dilaksanakan oleh
masyarakat itu sendiri. Yang diperlukan dari pemerintah adalah aturan agar kegiatan
masyarakat itu sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang ditetapkan dalam
pasal 33 UNDANG-UNDANGD 1945 yaitu berdasarkan demokrasi dengan prinsip
kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Di samping itu,
pemerintah juga perlu mendorong, mengkoordinasikan, dan memfasilitasi kegiatan
masyarakat. Semua kegiatan pemerintah ini dikategorikan sebagai kegiatan dalam
kerangka regulasi.
Disamping itu, untuk menjembatani komitmen-komitmen internasional terkait
pembangunan kesehatan seperti pencapaian target pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals), Pemerintah melalui Instruksi Presiden No.3 Tahun 2010 tentang
Pembangunan Berkeadilan mengamanatkan agar daerah menyusun rencana aksi.
Dokumen rencana aksi memuat perencanaan dan penganggaran untuk periode 5 tahunan.
Saat ini terkait dengan pencapaian bidang kesehatan telah disusun Rencana Aksi Daerah
(RAD) MDGs dan RAD Pangan dan Gizi. Kedudukan dokumen rencana aksi dengan
dokumen perencanaan, sebagaimana gambar berikut (Gbr.2)
10 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Gambar 2. Kedudukan RAN-PG/RAD-PG dan Roadmap MDGs/RAD-MDGs dalam Dokumen Perencanaan Nasional
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), perkembangan
perencanaan partisipatif bermula dari kesadaran bahwa kinerja sebuah prakarsa sangat
ditentukan oleh semua pihak yang terkait dengan prakarsa tersebut. Semua pihak yang
terkait selanjutnya dikenal dengan istilah pemangku kepentingan (stakeholders).
Komitmen semua pemangku kepentingan adalah kunci keberhasilan program, dan diyakini
bahwa besarnya komitmen ini tergantung kepada sejauhmana mereka terlibat dalam
proses perencanaan.
Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan partisipatif
diwujudkan antara lain melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) di
mana sebuah rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pemangku
kepentingan. Pemangku kepentingan berasal dari semua aparat penyelenggara negara
(eksekutif, legislatif, dan yudikatif), masyarakat, kaum rohaniawan, pemilik usaha,
kelompok profesional, organisasi non pemerintah, dan lain-lain.
B. Kerangka Pikir Kajian
Kerangka pikir kajian menjelaskan tentang lingkup hal yang akan menjadi bahasan
dalam kajian. Proses perencanaan dan penganggaran baik di pusat dan daerah merupakan
hal utama yang akan direview, dengan fokus pada siklus perencanaan dan penganggaran
dan menilai efektifitas pelaksanaan forum Musrenbangnas dan Musrenbangda. Hal lainnya
yang akan dikaji untuk melihat sinkronisasi perencanaan dan penganggaran ini adalah
melakukan review dokumen kebijakan pada provinsi terpilih (Jawa Barat, Daerah
Istomewa Yogyakarta, dan Gorontalo) untuk melihat penterjemahan kebijakan
perencanaan dan penganggaran pusat ke daerah. Dari hasil serangkaian tahapan tersebut
akan dianalisis secara mendalam dan terstruktur hal-hal yang menjadi bottleneck atau
faktor-faktor penghambat dalam sinkronisasi perencanaan dan penganggaran pusat dan
11 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
daerah. Pada tahap akhir diharapkan dapat dirumuskan rekomendasi dalam rangka
sinkronisasi perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah.
Gambar 3. Kerangka Pikir Kajian
Proses Perencanaan &
Penganggaran (Pusat & Daerah)
- Gambaran siklus perencanaan dan penganggaran
- Gambaran efektivitas forum musrenbang
Penterjemahan Kebijakan Perencanaan & Penganggaran
(Pusat & Daerah)
- Review dokumen kebijakan
(sandingan RKP & RKPD)
Analisis terhadap Proses Perencanaan dan Penganggaran
serta Dokumen Kebijakan
(Pusat & Daerah)
Rekomendasi upaya
sinkronisasi kebijakan
(Pusat & Daerah)
12 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
III. HASIL PELAKSANAAN DAN ANALISA KAJIAN
A. Siklus Perencanaan dan Penganggaran (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)
Sesuai amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, salah satu tahap yang harus dilalui dalam proses penyusunan
rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan melalui
penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
Sebagai komponen dari komunikasi publik, Musrenbang mempunyai peranan
strategis untuk mengakomodasi semua masukan dari kementerian terkait, lembaga non
kementerian, pemerintahan daerah (provinsi dan kabupaten/Kota), dan komponen
masyarakat guna mencapai perencanaan aspiratif yang berjenjang dari tingkat lokal
sampai nasional. Tujuan pelaksanaan Musrenbang pada intinya adalah untuk menghasilkan
kesepakatan –kesepakatan antarpelaku pembangunan tentang rancangan rencana kerja
pemerintah dan rancangan kerja pemerintah daerah, yang menitik beratkan pada
pembahasan untuk sinkronisasi rencana kerja antar-kementerian/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah dan antardaerah.
Pemerintah telah merintis langkah-langkah yang membuka peluang masyarakat
untuk turut merencanakan dan menganggarkan biaya yang diperlukan untuk
pembangunan di wilayah mereka, baik dari aspek regulasi maupun praktek di lapangan.
Secara rutin dan konsisten pelaksanaan Musrenbang ini telah diselenggarakan dalam
proses penyusunan perencanaan pembangunan baik untuk rencana pembangunan jangka
pendek, menengah, dan panjang. Sampai dengan saat ini, Pemerintah masih berkomitmen
dan berupaya untuk melakukan penyempurnaan mekanisme dan format Musrenbang baik
dari segi tingkat partisipasi, implementasi dan keluarannya.
Setiap proses penyusunan dokumen rencana pembangunan tersebut memerlukan
koordinasi antar-instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui
suatu forum yang disebut sebagai Musyawarah Perencanaan Pembangunan atau
Musrenbang. Forum Musrenbang tersebut adalah (i) Forum antarpelaku dalam rangka
menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah; (ii) Forum
pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah dimulai
dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, forum SKPD, kabupaten/kota, provinsi, dan
regional sampai tingkat nasional; dan (iii) Diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Negara
dengan mengikutsertakan masyarakat.
Alur perencanaan dan penganggaran daerah berawal dari kegiatan Musrenbang
Desa pada bulan Januari yang kemudian dilanjutkan dengan Musrenbang Kecamatan pada
bulan Februari. Pada bulan Maret dilakukan Forum SKPD untuk membahas penyusunan
Renja SKPD Kabupaten/ Kota dan pada bulan yang sama diadakan Musrenbang
Kabupaten/Kota.
13 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Selanjutnya pada bulan Mei dilakukan penetapan RKPD. Pembahasan dan
kesepakatan KUA antara KDH dengan DPRD serta pembahasan dan kesepakatan PPAS
antara KDH dengan DPRD dilakukan pada bulan Juni. Penyusunan RKA-SKPD dan RAPBD
ditetapkan pada bulan Juli—September yang selanjutnya akan dibahas dan disetujui
Rancangan APBD dengan DPRD bulan Oktober—November. Evaluasi Rancangan Perda
APBD, penetapan Perda APBD dan penyusunan DPA SKPD dilakukan pada bulan
Desember. Pelaksanaan APBD dilakukan pada Januari tahun berikutnya.
Rencana Penyelenggaraan Rangkaian Musrenbang Dalam Rangka Penyusunan
RKP. Musrenbang ditujukan untuk mengefektifkan perencanaan dan penganggaran
dengan melihat berbagai kendala seperti sumber daya manusia yang terbatas dan dari segi
tataran birokratis. Pada Musrenbang 2011 telah teridentifikasi kelemahan yang terjadi ada
pada 7 titik kritis pelaksanaan musrenbang yaitu :
1. Tujuan dan sasaran yang disampaikan dari pusat ke daerah kurang tajam sehingga
diperlukan pembahasan dan kesepakatan isu strategis ada pada forum Triwulanan I
dan menjadi fokus pembahasan pada rangkaian Musrenbang.
2. Pembahasan hanya pada kegiatan dengan sumber pendanaan dekonsentrasi/Tugas
Perbantuan sehingga belum terlaksananya pembahasan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Pada Musrenbang selanjutnya diharapkan akan ada penentuan prioritas bidang DAK.
3. Arahan pusat ke daerah masih normatif. Hal ini terkait dengan kualitas isu strategis
Provinsi yang perlu lebih disempurnakan, agar dapat menjadi acuan bagi provinsi
untuk mendukung sasaran pembangunan nasional dan juga bagi Kementerian dan
Lembaga dalam mengalokasikan resource ke daerah. Maka dari itu, diharapkan
menggunakan prioritas nasional, isu strategis provinsi, dan RKA-KL sebagai arahan ke
daerah.
4. Nomenklatur kegiatan Kementerian dan Lembaga dengan daerah belum sepenuhnya
sama terutama akibat adanya Inisiatif Baru sehingga hal ini diharapkan tetap
mengikuti nomenklatur Renja K/L, melakukan pemetaan di UPPD jika terjadi
perubahan nomenklatur di Renja K/L serta integrasi aplikasi Renja dan UPPD,
5. Belum jelasnya kriteria penetapan prioritas, Berdasarkan evaluasi pada tahun 2011
diketahui bahwa isu strategis belum sepenuhnya dijadikan kriteria seleksi sehingga
diharapkan pada tahun-tahun kedepan penetapan kegiatan prioritas berdasarkan isu
strategis Provinsi.
6. Waktu pembahasan sinkronisasi program /kegiatan terbatas. Pada Pra-
Musrenbangnas pada tahun 2011 yang dilakukan satu hari untuk satu wilayah,
menggunakan format pembahasan trilateral desks (K/L, Pemprov dan Bappenas) dan
hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa waktu pembahasan relatif mencukupi.
7. Tindak lanjut dari hasil musrenbangnas tidak pasti sehingga diinginkan ada suatu
keberlanjutan dari proses yang sudah ada. Hal ini dikarenakan verifikasi oleh
Direktorat Sektoral terhadap Renja mitranya belum berjalan, sehingga diharapkan
14 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
pada tahun-tahun ke depan peran dari direktorat sektoral Bappenas untuk lebih aktif
mengawal proses finalisasi Renja KL berdasarkan hasil Musrenbangnas.
Gambar 4. Tujuh Titik Kritis dalam Pelaksanaan Musrenbang
Terobosan baru yang dilakukan pada pelaksanaan Musrenbang tahun 2012 adalah
adanya penunjukkan Liasion Officer (LO) dimana perannya adalah mempelajari dan
mengawal isu strategis provinsi, memberikan arahan mengenai isu strategis provinsi,
mempelajari UPPD Provinsi, memastikan usulan kegiatan prioritas daerah sesuai dengan
isu strategis provinsi, sebagai penanggung jawab sektor dan mengarahkan mitra daerah
serta menagwasi hasil Musrenbangnas bagi provinsinya. Isu strategis pada Musrenbang
2012 akan diberi tanggapan oleh provinsi itu sendiri dan diharapkan dari isu strategis
tersebut dihasilkan output 3 sampai 5 kegiatan strategis yang dapat dibawa hingga pra
musrenbang. Mekanisme baru terkait dengan UP4B (Unit Percepatan Pembangunan
Papua dan Papua Barat) masih akan dilakukan pembahasan lebih lanjut.
Output dari Pra Musrenbang adalah keluarnya isu strategis provinsi dimana 5
kegiatan yang dapat disepakati oleh Kementerian dan Lembaga yang kemudian akan
diberikan prioritas pendanaan. Output lain yang diharapkan adalah keluarnya UKPPD
(Usulan Kegiatan dan Pendanaan Pemerintah Daerah) yang digambarkan pada gambar
berikut (Gbr. 5).
15 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Gambar 5. Alur UKPPD
Dasar dari UKPPD adalah input dari K/L, Renja K/L 2011, Renja K/L 2012 sehingga akan
menghasilkan output F1 (usulan shortlist 3-5 kegiatan plus usulan untuk koordinasi
provinsi), F2 (longlist, sandingan UKPPD dengan Renja K/L) , F3 usulan UKPPD, F4 usulan
Renja KL. Format pada UKPPD (F1, F2, F3, F4) ada pada lampiran.
Dalam proses perencanaan dan penganganggaran berbagai tantangan dan
permasalahan ditemukan, baik di pusat maupun didaerah. Di tingkat pusat tantangan dan
permasalahan secara umum adalah fungsi koordinasi penyusunan perencanaan
pembangunan nasional pada Kementerian PPN/Bappenas, sedangkan fungsi
penganggaran pada di Kementerian Keuangan, sehingga hal ini menjadi tantangan yang
besar dalam proses sinkronisasi perencanaan dan penganggaran. Di tingkat Daerah, peran
Kementerian Dalam Negeri dalam proses perencanaan pembangunan daerah dan
penganggaran cukup besar yang melibatkan internal lintas Eselon I Kementerian Dalam
Negeri. Proses perencanaan pembangunan daerah dilakukan melalui Direktorat Jenderal
Bina Pembangunan Daerah, sedangkan dalam penganggaran melalui Direktorat Jenderal
Keuangan Daerah, sehingga hal ini menuntut koordinasi yang cukup intensif. Hal tersebut
berdampak (1) Belum adanya sinergitas antara perencanaan pembangunan dengan
penganggaran nasional; (2) Belum adanya sinergitas antara perencanaan pembangunan
dengan penganggaran daerah; dan (3) Belum adanya sinergitas antara perencanaan
pembangunan nasional dengan perencanaan pembangunan daerah.
Berbagai hambatan dalam perencanaan dan penganggaran yang dirasakan antara
lain (1) Menu perencanaan pusat belum dapat mengakomodir daerah; (2) SDM dalam
menyusun perencanan tidak memadai baik kualitas maupun kuantitas; (3) Dana yang
digunakan untuk melaksanakan perencanaan tidak mencukupi; (4) Menu pusat belum
mengakomodir kebutuhan daerah; (5) Waktu proses perencanaan terlalu pendek; (6)
Jadwal perencanaan belum tepat. Namun, dalam perencanaan kesehatan masih
mempunyai peluang yaitu (1) Kesehatan merupakan isu yang didukung oleh semua pihak
16 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
menjadi prioritas pembangunan nasional dan (2) Adanya dukungan dari stakeholder dalam
menyusun perencanaan sesuai dengan kebutuhan program, sarana dan prasarana
kesehatan memadai dan perencanaan disusun berdasarkan RPJMD dengan mendapat
dukungan dari pemerintah, swasta, dan LSM, usulan program kesehatan bisa diajukan
melalui APBN atau APBD.
B. Identifikasi Regulasi Yang Mendukung Pelaksanaan Perencanaan Dan Penganggaran
di Pusat dan Daerah
Regulasi yang mendukung pelaksanaan perencanaan dan penganggaran di pusat
dan daerah, meliputi empat regulasi yang mengatur
mengenai perencanaan dan penganggaramn yaitu (1)
Undang-Undang No.25 tahun 2004 mengatur khusus
mengenai perencanaan yaitu Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional; (2) Undang-Undang No. 17
tahun 2003 yang mengatur pengelolaan keuangan
negara; (3) Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang
Desentralisasi; dan (4) Undang-Undang No.33 tahun
2004 tentang Keuangan Daerah, dimana undang-undang
tersebut mengatur perencanaan dan penganggaran di
pusat dan daerah (Gbr. 6).
Selain itu, juga terdapat kebijakan operasional
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Kota) dan
Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah serta Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan PP No.8 tahun 2008.
Kebijakan-kebijakan operasional tersebut secara prinsip mendukung sinkronisasi
perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah dalam satu kesatuan sistem
perencanaan pembangunan nasional, dimana dapat digambarkan pada gambar berikut
(Gbr. 7)
Gambar 6. Regulasi yang mengatur tentang
perencanaan Nasional
17 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Gambar 7. Sinkronisasi Perencanaan Dan Penganggaran Pusat Dan Daerah Dalam
Satu Kesatuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Dari hasil identifikasi diatas, pemerintah telah menyusun dan menetapkan hampir
seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur desentralisasi dan otonomi
daerah. Melalui penetapan peraturan pelaksana Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tersebut maka pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah menjadi lebih tertata. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota juga telah ditetapkan (Gbr.8). Peraturan ini
menjadi acuan utama pelaksanaan pembangunan antarpelaku pembangunan. Disamping
itu PP ini diharapkan dapat menjadi pendorong bagi ketaatan prinsip anggaran
menyesuaikan fungsi (money follows function). Selain itu, ditetapkan pula PP No. 7 Tahun
2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang akan melengkapi mekanisme
dan instrumen tata hubungan pembangunan antara propinsi dan kabupaten/kota.
18 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Gambar 8 . Peraturan terkait Pembagian Urusan Kewenangan
Hal penting lainnya adalah tersusunnya PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang memungkinkan Pemerintah secara
tersistem memantau dan mengevaluasi kinerja pemerintahan daerah. Dengan telah
berhasil disusunnya dan ditetapkannya berbagai peraturan perundangan, pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah menjadi lebih baik dibandingkan dengan periode
pembangunan sebelumnya. Keberhasilan program dapat dilihat dengan adanya: (1) jalinan
hubungan kerja, fungsi, koordinasi, pendelegasian, dan penugasan antartingkat
pemerintahan dan (2) kejelasan pembagian urusan pemerintahan antartingkat
pemerintahan.
Disamping itu terdapat beberapa regulasi yang mengatur penganggaran belanja
daerah adalah sebagai berikut :
1. Pasal 18 PP Nomor 58 Tahun 2005. Dalam menyusun APBD, penganggaran
pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan
dalam jumlah yang cukup dan penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus
didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.
2. Pasal 26 ayat (1) PP Nomor 58 Tahun 2005 Jo. Pasal 31 ayat (1) Permendagri Nomor
13 Tahun 2006. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau Kabupaten/ Kota
yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan concurrent.
19 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
3. Pasal 22 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Struktur APBD diklasifikasikan
menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab
melaksanakan urusan pemerintahan tersebut. Alokasi belanja ditentukan melalui
kebijakan penganggaran dan teknis penganggaran.
4. Kebijakan penganggaran meliputi 4 belanja pokok dan belanja lain-lain. 4 belanja
pokok tersebut yaitu belanja yang diarahkan (earmark), belanja yang bersifat
mengikat/ wajib yang belanja tersebut harus didukung oleh provinsi, belanja yang
ditentukan persentasenya sesuai amanat per Undang-Undang, belanja pemenuhan
urusan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM). Perilaku belanja yang harusnya
dilakukan oleh daerah adalah prioritas untuk pemenuhan 4 belanja pokok terlebih
dahulu yang kemudian baru memenuhi belanja lainnya, namun perilaku daerah
terkadang berbeda dengan pemenuhan belanja lainnya seperti hibah, bantuan
sosial, bantuan keuangan, belanja tidak terduga dan belanja subsidi lebih
didahulukan.
Analisa Kebijakan yang Berkaitan dengan Perencanaan dan Penganggaran
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh Biro Hukum Bappenas menunjukkan bahwa ada
beberapa undang-undang yang isinya bertentangan. Hal ini disebabkan belum adanya
harmonisasi peraturan yang dikeluarkan oleh kementerian terkait, sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan menimbulkan kerancuan bagi instansi terkait di daerah.
Tata cara pelaksanaan perencanaan pembangunan dan penganggaran belum
menjadi satu kesatuan yang sistemik serta diatur dalam banyak peraturan yang terpisah
bahkan di antaranya ada yang bertentangan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah mengatur pula perencanaan pembangunan dan
penganggaran (di daerah). Pengaturan perencanaan pembangunan dan penganggaran
pada Undang-Undang 32 Tahun 2004 tersebut pada beberapa ketentuannya bertentangan
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
menggunakan pendekatan perencanaan sektoral dan regional, sedangkan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 menggunakan pendekatan kewenangan/konkruensi.Terdapat
beberapa rumusan kalimat dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 yang menimbulkan interpretasi yang beragam (Multi
interprestasi) dan sulit dipahami oleh stakeholders. Tidak ada muatan sanksi
(administratif) bagi pihak-pihak yang tidak mengikuti Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional maupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
Kelembagaan penyusunan perencanaan dan penganggaran terpisah. Di tingkat
pusat fungsi koordinasi penyusunan perencanaan pembangunan nasional ada di
Kementerian PPN/Bappenas, sedangkan fungsi penganggaran ada di Kementerian
20 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Keuangan. Apapun yang direncanakan, keputusan akhir ada di anggaran. Di tingkat
Daerah, peran Kementerian Dalam Negeri dalam proses perencanaan pembangunan
daerah dan penganggaran cukup besar. Keterlibatan perencanaan pembangunan
dilakukan melalui Ditjen Bangda, sedangkan dalam penganggaran melalui Ditjen Keuangan
Daerah. Namun antara Ditjen Bangda dan Ditjen Keuangan Daerah, belum ada koordinasi
yang baik. Tidak ada otoritas tunggal yang mengendalikan pelaksanaan perencanaan
pembangunan dan penganggaran, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian belum
maksimal dalam mengkoordinasikan lembaga perencanaan pembangunan (Kementerian
PPN/Bappenas) dan lembaga penganggaran (Kementerian Keuangan).
Tabel 1. Sandingan Regulasi yang mengatur Perencanaan Daerah dan
Perencanaan Nasional
Isu
UU 17/2003 (Keuangan Negara)
UU 33/2004 (Keuangan Daerah)
UU 32/2004 (Desentralisasi)
UU 25/2004 (SPPN)
Kementerian Keuangan
Kementerian Dalam Negeri Kementerian PPN/Bappenas
Penyusunan Renja SKPD
Berdasar prestasi kerja Yang disusun berdasar prestasi kerja dan RKA SKPD
Tidak berdasar prestasi kerja
Tidak berdasar prestasi kerja
Pedoman penyusunan Renja SKPD
Renstra SKPD Renstra SKPD dan RKPD
Pihak yang menetapkan prioritas dan plafon
DPRD dan Pemda DPRD danPemda Kepala Daerah
Prioritas dan plafon
Acuan penyusunan RKA SKPD
Acuan penyusunan RKA SKPD
Dasar penyusunan RKA SKPD
RKA SKPD Dibahas dahulu oleh DPRD lalu disampaikan ke PPKD
Dibahas dahulu oleh DPRD lalu disampaikan ke PPKD
Diserahkan ke PPKD
Perubahan RAPBD Usul DPRD Tidak ditegaskan Tidak ditegaskan
C. Analisa Situasi dan Review dalam Proses Perencanaan dan Penganggaran Tingkat
Provinsi (Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Gorontalo)
Dari hasil pengumpulan data pada beberapa daerah menunjukkan yaitu di Provinsi
Jawa Barat tantangan dan permasalahan dalam perencanaan dan penganggaran yang
ditemukan antara lain adalah (1) Perbedaan dalam penentuan prioritas program dalam
perencanaan antara pusat dan daerah; (2) Perbedaan waktu dalam proses perencanaan
mulai dari jadwal pelaksanaan musrenbang sampai dengan pengesahan anggaran; dan (3)
Implementasi kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam UNDANG-UNDANG
No.36/2009 tentang kesehatan yaitu pasal 171 yang menyebutkan alokasi anggaran
kesehatan pemerintah pusat sebesar 5% dari APBN dan pemerintah daerah 10% dari APBD
di luar gaji dengan kenyataan yang terjadi dikebanyakan daerah (provinsi dan
21 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
kabupaten/kota) di Indonesia. Pada umumnya anggaran kesehatan di daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) berkisar antara 3 persen sampai 5 persen.
Sedangkan, tantangan dan permasalahan perencanaan dan penganggaran yang
ditemukan di Provinsi Gorontalo antara lain adalah (i) Perbedaan dalam menerjemahkan
kebijakan nasional ke dalam kebijakan di daerah, ini terkait dengan anggaran kesehatan
yang tercantum dalam undang-undang No. 36 Tahun 2009, dikatakan anggaran kesehatan
untuk daerah sebesar 10% diluar gaji, pada kenyataannya anggaran kesehatan di Propinsi
Gorontalo hanya dipenuhi sebesar 2,5 % dan (ii) Pemerintah pusat masih belum optimal
dalam mengakomodasi usulan yang diajukan oleh daerah. Sedangkan, di Provinsi DI
Yogyakarta tantangan dan permasalahan yang ditemukan antara lain adalah (i) Regulasi
K/L yang berkenaan dengan perencanaan dan penganggaran kesehatan berkaitan dengan
Peraturan Kementerian Dalam Negeri, Peraturan Kementerian Kesehatan dan Peraturan
Kementerian Keuangan masih tumpang tindih dalam operasional kegiatan program di
daerah dan (ii) Menu-menu kegiatan yang diterbitkan di tingkat pusat melalui dana pusat
ke daerah belum sejalan dengan permasalahan yang ada di daerah.
Gambaran Ketidaksesuaian antara Kebutuhan Daerah dengan Dukungan Pusat.
Berdasarkan hasil evaluasi dokumen perencanaan daerah, masih terdapat beberapa
daerah yang masih belum cukup baik dalam perencanaan daerahnya. Pada tingkat pusat
terdapat fokus-fokus perencanaan namun justru pada tingkat daerah tidak mengetahui
sehingga diperlukan instrument-instrumen untuk perencanaan dan penganggaran daerah.
Perencanaan Pembangunan Daerah adalah proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan
yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan
dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
Prinsip dari perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan nasional yang dilakukan bersama pemangku
kepentingan sesuai dengan peran dan kewenangan yang mengintegrasikan RTRW dengan
rencana pembangunan serta dilaksanakan berdasarkan kondisi, potensi serta dinamika
daerah, nasional dan global. Pendekatan perencanaan pembangunan daerah berdasarkan
pada politik, teknokratik, partisipatif, top down & bottom up.
Dokumen RPJP Daerah berfungsi sebagai road map (peta arah) pembangunan
daerah 20 tahun ke depan dan sebagai pedoman penyusunan RPJMD yang kemudian akan
ada 4 periode RPJMD. RPJMD berfungsi sebagai pedoman pembangunan di daerah selama
5 tahun dan sebagai pedoman untuk penyusunan rencana kerja tahunan (RKPD) yang
nantinya akan menjadi instrument untuk mengoperasionalkan RPJMD dan sebagai acuan
penyusunan Rencana Kerja SKPD yang bersifat indikatif serta menjadi pedoman dalam
penyusunan KUA dan PPAS. Pendekatan penyusunan perencanaan dan penganggaran
daerah mengacu pada 14 SPM sehingga hal ini mendorong daerah untuk mengacu pada
SPM. Perlu diperhatikan untuk sinkronisasi dan konsistensi dalam SKPD karena masih
ditemukan kelemahan SKPD yang tidak tepat dalam menentukan indikator.
22 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Terdapat perubahan paradigma pada Musrenbang daerah yaitu adanya klarifikasi
dan penajaman program serta usulan program terdapat pada forum SKPD. Permendagri
tentang pedoman perencanaan RKPD yang selama ini hanya berbentuk surat edaran saat
ini sedang dalam proses penyusunan.
Rekomendasi yang diberikan untuk daerah yaitu: (1) Bidang Kesehatan dan gizi
masyarakat merupakan bidang prioritas dalam pembangunan nasional dan daerah,
sehingga harus senantiasa terakomodasi dalam setiap dokumen rencana pembangunan
daerah untuk menjamin tersedianya alokasi anggaran yang sesuai kebutuhan
pembangunan kesehatan; (2) Upaya untuk mewujudkan sinkronisasi perencanaan dan
penganggaran kesehatan antarpusat dan daerah harus ditempuh dengan menyelaraskan
pendekatan dan jadwal waktu penyusunan perencanaan dan penganggaran antara
kementerian terkait dan pemerintah daerah sesuai regulasi; (3) Untuk menjamin dukungan
pendanaan APBD sesuai dengan prioritas kemampuan keuangan daerah, urgensi dan
program yang mendukung percepatan pembangunan bidang kesehatan dan gizi
masyarakat harus disosialisasikan kepada DPRD.
Permasalahan dalam Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Kesehatan.
Dalam sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Jawa
Barat tidak hanya dilihat antara pusat dan daerah, terdapat bottleneck yang perlu
mendapat perhatian dan perlu bersama dicarikan solusinya. Bottleneck tersebut antara
lain : (1) Perbedaan time line dari sistem perencanaan antara pusat dan daerah ; (2)
Perbedaan dalam penentuan prioritas program dalam perencanaan (e-planning vs
Musrenbang); (3) Perbedaan prioritas legislatif dengan perencanaan dan penganggaran
program yang ada; (4) Masih terdapatnya ketidakjelasan pembagian urusan pusat dan
daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota); dan (5) Masih lemahnya koordinasi lintas sektor
terutama koordinasi yang melibatkan pihak swasta dan tokoh masyarakat.
Selain itu, sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Jawa
Barat tidak hanya dilihat antara pusat dan daerah, tetapi juga dilihat dari antara Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang ada di Jawa Barat. Sebagai contoh, anggaran kesehatan
yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk bidang kesehatan memang sudah
mencapai batas penganggaran minimal daerah untuk kesehatan sebesar 10,4%, namun dari
jumlah tersebut sebanyak 7,5% berada pada OPD selain Dinas Kesehatan yang tidak
bergerak pada pelayanan publik. Padahal fungsi yang seharusnya dicapai untuk bidang
kesehatan adalah pelayanan publik. Oleh karena itu, perlu kerjasama antar OPD di Jawa
Barat.
Jika melihat dari penjelasan di atas, opsi yang dapat dipertimbangkan dalam langkah-
langkah untuk perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Jawa Barat adalah
sebagai berikut : (1) Sinkronisasi berbagai peraturan daerah terkait perencanaan dan
penganggaran; (2) Penyusunan isu strategis provinsi berbasis pada potret daerah (data
23 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
spasial); (3) Penetapan bersama prioritas program, kegiatan, sasaran, target dan
pembiayaan; (4) Pengarusutamaan RAD MDGs ke dalam perencanaan dan penganggaran
di daerah; (5) Perencanaan harus didasarkan pada evidence based; 6)Revitalisasi
Musrenbang dengan mengangkat isu strategis daerah (termasuk isu kesehatan); dan (7)
Penguatan kerjasama lintas sektor terkait kesehatan termasuk pelibatan swasta,
organisasi profesi (kerjasama vertikal dan horizontal).
Langkah nyata yang diambil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dalam sinkronisasi
tersebut, yaitu dengan melakukan pertemuan sinkronisasi dan koordinasi kebijakan
program dan anggaran Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota pada minggu kedua bulan
Maret 2012. Pertemuan ini dilakukan di lima wilayah yang membahas evaluasi tahun 2011
dan rencana 2013. Dengan melakukan hal tersebut diharapkan dapat mengambil pelajaran
dari tahun 2011 dan mampu memperbaikinya untuk perencanaan tahun 2013. Kegiatan
tersebut terdiri dari Input, Proses, dan Output. Pada bagian input, hal-hal yang dibahas
antara lain : hasil kinerja 2011, kebijakan program kesehatan provinsi 2013, materi
sinkronisasi, protap pengusulan kegiatan dan anggaran, RKA Provinsi 2013, RKA
kabupaten/kota 2013, dan panduan diskusi kelompok. Sedangkan pada bagian proses,
kegiatan yang dillakukan terdiri dari: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok per
kabupaten/kota, pendampingan diskusi kelompok dari Provinsi. Selanjutnya output yang
diharapkan dari kegiatan ini adalah hasil identifikasi masalah dan kebutuhan
pembangunan kesehatan per kabupaten/kota, rumusan prioritas program pembangunan
kes 2013, rencana usulan kegiatan Provinsi dan kabupaten/kota dari berbagai sumber dana.
Gambar 9. Bagan Tahapan Perencanaan di Provinsi Jawa Barat
Sumber : Dinas Kesehatan Jawa Barat
24 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Selain itu, langkah nyata yang dilakukan lainnya terutama untuk merevitalisasi
Musrenbang untuk memasukan isu-isu strategis antara lain dengan mensosialisasikan isu-
isu strategis kesehatan kepada masyarakat sehingga pada saat proses musrenbang isu-isu
tersebut dapat diangkat dan dimasukan dalam prioritas program atau kegiatan provinsi.
Dengan beberapa langkah nyata tersebut diharapkan terjadi sinkronisasi perencanaan dan
penganggaran antara pusat dan daerah baiksecara vertikal dan horizontal.
Perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Gorontalo terdapat beberapa
kendala terutama terkait koordinasi pelaksanaan Musrenbangda. Pelaksanaan
Musrenbangda di Provinsi Gorontalo dilakukan setelah melihat jadwal pelaksanaan
dengan Musrebangnas dari Bappenas sehingga durasi pelaksanaan dirasa kurang cukup
meskipun pelaksanaan Musrenbangda sudah dilakukan selama satu bulan di tingkat Desa,
Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Provinsi. Selain itu, kurang lengkapnya data,
lokasi pelaksanaan program/kegiatan, dan rincian pembebanan (APBN, APBD I & II) karena
forum SKPD di tingkat Provinsi belum dilaksanakan. Oleh karena itu, hasil Musrenbang
Provinsi belum seefisien yang diharapkan.
Terkait permasalahan perencanaan dan penganggaran juga mencakup antara lain:
(1) Penerjemahan kebijakan nasional kedalam kebijakan di daerah belum sesuai, misalnya
anggaran untuk kesehatan harusnya 10% hanya dipenuhi sebesar 2,5% dan (2) pemerintah
pusat masih belum optimal dalam mengakomodasi usulan yang diajukan daerah.
Koordinasi perencanaan dan penganggaran di Provinsi Gorontalo perlu perbaikan
diantaranya sebagai berikut : (1) Waktu pelaksanaan kegiatan koordinasi harus sesuai
jadwal; (2) Manajemen forum perencanaan penganggaran perlu dioptimalkan; (3)
Sosialisasi kepada SKPD perlu di tingkatkan.
Tantangan dalam Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran di Provinsi DIY. Dalam
Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran di DIY, masih didapati beberapa tantangan
yang perlu dipikirkan bersama solusi penyelesaiannya. Tantangan-tantangan tersebut
antara lain sebagai berikut : (1) Pada tahun 2012, proses perencanaan di Prov. DIY
mengalami beberapa revitalisasi khususnya pada kegiatan musrenbang daerah.
Revitalisasi yang dilakukan meliputi (a) Musrenbang lebih bersifat substansial dan terbuka
terhadap partisipasi masyarakat. Hal ini dikarenakan proses pelaksanaan dilakukan selama
1 bulan; (b) Perencanaan mengutamakan kombinasi fokus dan lokus (keterkaitan
antarsektor); (c) Musrenbang melalui trilateraldesk dalam rangka membahas
persandingan-persandingan guna mensinergikan kabupaten/kota, provinsi, dan pusat; dan
(d) Perencanaan didukung dengan aplikasi “jogjaplan”, Sistem Informasi Penataan Ruang
(SIPR), Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) dan Web Monitoring dan Evaluasi.
Kelebihan dari “jogjaplan” adalah jika program/kegiatan tidak sesuai dengan
indikator sasaran yang harus dicapai (telah ditetapkan), maka program/kegiatan yang
diusulkan akan “terpental/tertolak”/tidak bisa masuk karena tidak punya kontribusi
terhadap indikator sasaran (target yang harus dicapai). Selain itu, Prov. DIY sudah
melibatkan pihak legislatif pada rangkaian kegiatan proses musrenbang; (2) Konsistensi
25 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
perencanaan dan penganggaran di daerah dapat dilihat dari dokumen Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) kemudian diterjemahkan ke dalam Kebijakan Umum Anggaran
(KUA) – Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan kemudian ditetapkan kedalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); (3) Proses sinkronisasi bidang
kesehatan di Prov. DIY dilakukan dengan sinkronisasi rencana strategis (renstra) antara
SKPD Dinas Kesehatan Prov. DIY dengan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui
rapat koordinasi antarprogram baik di tingkat pusat maupun kabupaten/kota serta rapat
kerja kesehatan daerah (Rakerkesda), yang dimana forum-forum tersebut merupakan
pendukung dari proses musrenbang daerah dan forum SKPD; dan (4) Hal-hal yang dapat
disinkronkan antara provinsi dan kabupaten/kota di DIY untuk bidang kesehatan antara
lain melalui sinkronisasi: (a) sharing dana (APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota); (b)
lokasi kegiatan; dan (c) sasaran (Jamkesmas, Jamkesos, dan Jamkesda), sebagaimana
terlihat pada Gbr. 10.
Gambar 10. Sikronisasi Perencanaan dan Penganggaran di Provinsi DIY
Berdasarkan hasil diskusi dan analisis situasi Perencanaan dan Penganggaran di
Provinsi DIY, tersusun suatu rekomendasi sebagai berikut: (1) Perlu adanya harmonisasi
regulasi K/L berkenaan dengan perencanaan dan penganggaran khususnya bidang
kesehatan untuk menghindari tumpangtindih regulasi di tingkat operasional daerah
(Peraturan Menteri Dalam Negeri – Peraturan Menteri Keuangan – Peraturan Menteri
Kesehatan) dan (2) Diharapkan menu-menu kegiatan yang diterbitkan di tingkat pusat
melalui dana pusat ke daerah, sebaiknya sejalan dengan permasalahan yang ada di daerah.
26 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Tabel 2. Matriks sandingan RKP dan RKPD Provinsi, serta RAD MDGs Jawa Barat,
Jogjakarta, dan Gorontalo terkait isu KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Dari hasil analisa dari dokumen perencanaan daerah (RKPD) tahun 2011, terlihat
penterjemahan kebijakan pusat ke daerah sebagaimana berikut :
RKP 2011 RKPD 2011 Prov. Jawa Barat
Penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4); peningkatan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani; peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintah; peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani; peningkatan cakupan kunjungan bayi;
1. Peningkatan Pelayanan KIA, UKS, dan Lansia
Pertemuan Pembahasan dan Analisa Hasil Pendampingan KIA di Tingkat Prov
Lokakarya Pemantapan Integrasi KIA dan Gizi di Provinsi
Pertemuan PWS-KIA di Provinsi
Pertemuan Kemitraan Pelayanan KIA dengan Lintas Sektor dalam Upayan Peningkatan Aksesibilitas Program Jampersal
Review dan Evaluasi Program PKRE-T di Provinsi
Review dan Evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan anak terintegrasi
Bimbingan teknis KIA dan Gizi terintegrasi
Sinergitas Pelayanan KB di Kab/Kota
Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Pertemuan koordinasi dalam Pembinaan Kesehatan anak usia dini holistik-integratif (PAUD,SDITK,BKB, TPA)
Sosialisasi Skrining Tumbang Anak Dengan Pengelola Program Anak Kab/Kota (SDIDTK, Skrining hipotiroid, intelegensi, Brainbooster
Penguatan sistem rujukan kelainan Tumbuh Kembang Anak
Pertemuan Kemitraan/jejaring dalam penanganan kasus KtP dan KtA
Pertemuan Sosialisasi Penanganan KtP dan KtA
Pertemuan penguatan penanganan komplikasi neonatus bagi pengelola program KIA
Pertemuan Koordinasi Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di Jawa Barat
Fasilitasi dan pembinaan program lansia di kab/kota
Pertemuan pembahasan dan Pemutahiran data Program Pembinaan usia lanjut di Provinsi
Rapat Koordinasi Hari Ulang tahun Usia Lanjut
Penggandaan buku pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Lansia
Penggandaan kohort ibu, bayi dan balita
27 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RKP 2011 RKPD 2011 Prov. Jawa Barat
Penggandaan Buku KIA
Fasilitasi pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja di 26 kab/kota
Fasilitasi tim Jambore UKS Provinsi Jawa Barat
Pertemuan Penguatan TP UKS di Provinsi
2. Kegiatan PHKI
Dukungan kegiatan gizi mayarakat
3. Kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat
Pengadaan Cetak Buku Pedoman Umum dan Teknis Program Gizi
Pendampingan dan Fasilitasi Program Gizi
Evaluasi cakupan konsumsi garam beryodium rumah tangga melalui survei cepat
Verifikasi / Validasi Gizi Buruk
Evaluasi dan Pembinaan Hasil - hasil Pelatihan di Bidang Gizi Ke Kab/Kota
Pengadaan Buku Bidang Teknis Bidang Gizi
Pengadaan Timbangan untuk Validasi data
Pengadaan alat ukur panjang badan
Konsultasi ke Pusat
4. Kegiatan Pemberian makanan Tambahan (PMT) Pemulihan bagi balita Gizi Buruk
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan
Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Pasien Maskin
Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Stroke Unit, ICCU, NICU, Stokr Unit, Renal unit dan High Care Unit Anak
Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Bedah Central
Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Radiologi, Laboratorium, Farmasi , Gizi, Rehab Medik dan Alat Medis Keperawatan
Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan IRJ, IRI & IGD
Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan IPSRS, Loundry
RKP 2011 RKPD 2011 Prov. DIY
penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu
Kebijakan KIA terbagi dalam 3 program yaitu:
1. Program Kesehatan Balita dalam Keluarga Pengembangan Keterpaduan SDIDTK Balita
Pengembangan MTBS
28 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
hamil (K1 dan K4); peningkatan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani; peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintah; peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani; peningkatan cakupan kunjungan bayi;
2. Program Kesehatan Bayi dalam Keluarga
Pembinaaan Teknis Pasca Pelatihan Manajemen Asfiksia/BBLR
Pengembangan Surveillan KIA
Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan Anak 3. Program Kesehatan Ibu dalam Keluarga
Pengembangan Implementasi Deteksi Risti Bumil
Pelatihan PPGDON Nakes
Sosialisasi Pengenalan Tanda Bahaya Bumil,Bufas, Bulin
Evaluasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Ibu
Sosialisasi Pelaksanaan Sistem Mata Rantai Rujukan Penguatan Pelayanan KB
Penguatan Task Force KIA
Evaluasi RS PONEK
RKP 2011 RKPD 2011 Prov. Gorontalo
penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4); peningkatan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani; peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintah; peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani; peningkatan cakupan kunjungan bayi;
Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, antara lain melalui:
penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan
PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh
tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil (K1
dan K4); peningkatan cakupan kunjungan bayi; peningkatan
cakupan imunisasi tepat waktu pada bayi dan balita.
RAD MDGs Jabar (2012) RKPD Jabar (2012)
Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran
1. Pelatihan APN dan Evaluasi Pasca Latih
2. Kunjungan rumah untuk meningkatkan cakupan ibu nifas
3. Advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi bumil risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di Kabupaten
4. Orientasi dan peningkatan pelaksanaan
1. Jumlah bidan yang dilatih APN (Rp. 3,5 juta)
2. Jumlah ibu nifas yang dikunjungi
3. Jumlah pertemuan advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi Bumil Risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di kabupaten
1. Pertemuan Pembahasan dan Analisa Hasil Pendampingan KIA di Tingkat Provinsi
2. Lokakarya Pemantapan Integrasi KIA dan Gizi di Provinsi
3. Pertemuan PWS-KIA di Provinsi
4. Pertemuan Kemitraan Pelayanan KIA dengan Lintas Sektor dalam
1. Terlaksanannya Pertemuan Pembahasan dan Analisa Hasil Pendampingan KIA di Tingkat Provinsi
2. Terlaksanannya Lokakarya Pemantapan Integrasi KIA dan Gizi di Provinsi
3. Terlaksanannya Pertemuan PWS-KIA di Provinsi
4. Terlaksananya Pertemuan
29 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RAD MDGs Jabar (2012) RKPD Jabar (2012)
Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran
Kemitraan Bidan dan Dukun
5. Penyediaan fasilitas pertolongan persalinan di Puskesmas
6. Fasilitasi Pembuatan SK Bupati Walikota/ Perda Persalinan, rumah tunggu dan PONED
7. Kampanye KIE persalinan di fasilitas kesehatan dan kesiapan menghadapi komplikasi persalinan
8. Orientasi Bikor dalam melaksanakan Supervisi Fasilitatif
9. Pembinaan Puskesmas dalam pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) termasuk layanan swasta
10. Pembinaan Puskesmas dalam pemanfaatan Buku KIA
11. Pendataan Ibu Hamil 12. Pengadaan Paket
Kelas Ibu untuk Puskesmas
13. Orientasi pembentukan kelas Ibu di Puskesmas
14. Orientasi ANC terpadu bagi puskesmas PONED
15. Fasilitasi perencanaan terpadu kab/kota dalam pecepatan penurunan angka kematian ibu yang responsif gender (DTPS)
16. Pembentukan mobile team untuk memberikan
4. Jumlah Dukun yang bermitra dengan Bidan
5. Jumlah Puskesmas yang mempunyai ruang bersalin dan peralatan
6. Jumlah SK Bupati Walikota/Perda tentang Persalinan, Rumah tunggu dan PONED
7. Jumlah kampanye KIE persalinan di fasilitas yang dilakukan
8. Jumlah Bidan koordinator yang melaksanakan Supervisi Fasilitatif
9. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan PWS
10. Jumlah Puskesmas yang dibina dalam pemanfaatan buku KIA
11. Jumlah desa yang melaksanakan pendataan Ibu Hamil
12. Jumlah Paket kelas ibu yang diadakan
13. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu
14. Jumlah Puskesmas PONED yang melaksanakan ANC terpadu
15. Provinsi : Jumlah kab/kota yang melaksanakan DTPS
16. Provinsi : Jumlah kabupaten DTPK yang mempunyai mobile tim
17. Jumlah Faskes dasar yang mendapat Kit Pelayanan KB
18. Jumlah dokter dan bidan yang telah
Upaya Peningkatan Aksesibilitas Program Jampersal
5. Review dan Evaluasi Program Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial- Terpadu (PKRE-T) di Provinsi
6. Review dan Evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan anak terintegrasi
7. Bimbingan teknis KIA dan Gizi terintegrasi
8. Sinergitas Pelayanan KB di Kab/Kota
9. Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
10. Pertemuan Kemitraan/jejaring dalam penanganan kasus Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) dan Kekerasan terhadap Anak (KtA)
11. Pertemuan Sosialisasi Penanganan KtP dan KtA
12. Pertemuan penguatan penanganan komplikasi neonatus bagi pengelola program KIA
Kemitraan Pelayanan KIA dengan Lintas Sektor dalam Upaya Peningkatan Aksesibilitas Program Jampersal
5. Terlaksananya Review dan Evaluasi Program PKRE-T di Provinsi
6. Terlaksananya Review dan Evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan anak terintegrasi
7. Terlaksanannya Bimbingan teknis KIA dan Gizi terintegrasi
8. Terlaksananya Sinergitas Pelayanan KB di Kab/Kota
9. Terlaksananya Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
10. Terlaksananya Pertemuan Kemitraan/jejaring dalam penanganan kasus KtP dan KtA
11. Terlaksananya Pertemuan Sosialisasi Penanganan KtP dan KtA
12. Terlaksananya Pertemuan penguatan penanganan komplikasi neonatus bagi
30 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RAD MDGs Jabar (2012) RKPD Jabar (2012)
Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran
pelayanan kesehatan ibu di DTPK
17. Penyediaan Kit pelayanan KB di faskes dasar yang memberikan pelayanan KB
18. Update (pemutakhiran) keterampilan pelayanan KB bagi Dokter dan Bidan di tingkat pelayanan dasar
19. Orientasi ABPK bagi Bidan Pustu/Poskesdes
20. Orientasi Pelayanan KB pasca persalinan
21. Pengadaan buffer stock alokon di tingkat Provinsi
22. Sweeping pelayanan KB bagi kab/kota dengan unmet need tinggi
23. Orientasi/pelatihan fasilitas pelayanan yang ramah remaja bagi Puskesmas di Kab/Kota
24. Pengadaan buku pedoman panduan kesehatan remaja
25. Sosialisasi buku panduan kesehatan remaja
26. Pelatihan Konselor sebaya (Peer konselor)
27. Insersi ARH dalam kurikulum
28. Pelatihan PONED termasuk evaluasi pasca latih bagi tim PONED di puskesmas
29. Pelatihan pelayanan pasca keguguran untuk tim PONED
30. Penyediaan sarana & prasarana untuk PONED, KB,
mengikuti update ketrampilan pelayanan KB
19. Jumlah bidan Pustu/Poskesdes yang telah mengikuti orientasi ABPK
20. Jumlah Puskesmas yang mengikuti orientasi pelayanan KB pasca persalinan
21. Jumlah alokon buffer stock yang diadakan di Propinsi
22. Jumlah sweeping pelayanan KB yang dilaksanakan di Kab/Kota
23. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan PKPR
24. Jumlah buku pedoman panduan kesehatan remaja yang diadakan dan didistribusikan ke puskesmas
25. Jumlah Puskesmas yang telah mengikuti sosialisasi buku panduan kesehatan remaja
26. Jumlah remaja di sekolah dan luar sekolah menjadi konselor sebaya yang mampu berbagi informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual
27. Jumlah sekolah yang melakukan insersi ARH ke dalam kurikulum
28. Jumlah puskesmas rawat inap yang dilatih PONED
29. Jumlah Puskesmas PONED yang dilatih Pelayanan Pasca
13. Penggandaan kohort ibu, bayi dan balita
14. Penggandaan Buku KIA
pengelola program KIA
13. Terlaksanannya Penggandaan kohort ibu, bayi dan balita
14. Terlaksananya Penggandaan Buku KIA
31 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RAD MDGs Jabar (2012) RKPD Jabar (2012)
Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran
Pelayanan pasca keguguran
31. Penyediaan Ambulans PONED untuk mendukung rujukan PONED
32. Orientasi PKRE terpadu di Puskesmas PONED
33. Orientasi PP-KtP terpadu di Puskesmas PONED
34. Orientasi Surveilans kematian ibu dan AMP bagi tim AMP di kab/kota
35. Pengolahan data kematian ibu di kab/kota
36. Bintek Tim PONEK RS di Kab/Kota
37. Evaluasi pasca pelatihan tim PONEK RS (On the Job Training)
38. Pembinaan 4 Puskesmas oleh Tim PONEK RS (minimal 4 kali setahunper PKM)
39. Pelatihan klinis pelayanan KB di RS kab/kota
40. Pembinaan RS dan Klinik Swasta oleh RS PONEK (RS dan klinik yang ada di sekitar PONEK)
41. Pemenuhan standar sarana dan peralatan RS PONEK di kab/kota
42. Pembuatan SK Tim PONEK Kab/kota
43. Regional sistem rujukan maternal neonatal di Kab/Kota
Keguguran (Post Abortion Care)
30. Jumlah Puskesmas PONED yang memiliki sarana dan prasarana untuk PONED, KB dan pelayanan pasca keguguran
31. Jumlah puskesmas PONED yang memiliki ambulans PONED
32. Jumlah Puskesmas PONED yang mampu memberikan PKRE terpadu
33. Jumlah Puskesmas PONED yang mampu tatalaksana PP-KtP
34. Jumlah AMP termasuk surveilans kematian ibu yang dilaksanakan
35. Jumlah rekapitulasi data kematian ibu
36. Jumlah RS yang melaksanakan PONEK sesuai standar
37. Jumlah RS yang melaksanakan PONEK sesuai standar
38. Jumlah kunjungan pembinaan Tim PONEK RS ke Pkm PONED
39. Jumlah RS yang dilatih klinis pelayanan KB sesuai standar.
40. Jumlah kunjungan pembina tim PONEK
41. Jumlah RS PONEK di kab/kota yang memiliki sarana dan peralatan sesuai standar.
32 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RAD MDGs Jabar (2012) RKPD Jabar (2012)
Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran
42. Jumlah RS yang sudah memiliki SK Tim PONEK RS
43. Jumlah kab/kota yang melaksanakan regionalisasi sistem rujukan maternal neonatal
RAD MDGs DIY (2012) RKPD DIY (2012)
Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran
1. Pelatihan APN dan Evaluasi Pasca Latih
2. Kunjungan rumah untuk meningkatkan cakupan ibu nifas
3. Advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi bumil risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di Kabupaten
4. Orientasi dan peningkatan pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun
5. Penyediaan fasilitas pertolongan persalinan di Puskesmas
6. Fasilitasi Pembuatan SK Bupati Walikota/ Perda Persalinan, rumah tunggu dan PONED
7. Kampanye KIE persalinan di fasilitas kesehatan dan kesiapan menghadapi komplikasi persalinan
8. Orientasi Bikor dalam melaksanakan Supervisi Fasilitatif
9. Pembinaan Puskesmas dalam pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
1. Jumlah bidan yang dilatih APN
2. Jumlah ibu nifas yang dikunjungi
3. Jumlah pertemuan advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi Bumil Risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di kabupaten
4. Jumlah Dukun yang bermitra dengan Bidan
5. Jumlah Puskesmas yang mempunyai ruang bersalin dan peralatan
6. Jumlah SK Bupati Walikota/Perda tentang Persalinan, Rumah tunggu dan PONED
7. Jumlah kampanye KIE persalinan di fasilitas yang dilakukan
8. Jumlah Bidan koordinator yang melaksanakan Supervisi Fasilitatif
9. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan PWS
1. Pengembangan implementasi deteksi risti bumil
2. Pelatihan PPGDON Nakes
3. Sosialisasi pengenalan tanda bahaya bumil, bufas, dan bulin
4. Evaluasi dan koordinasi pelayanan kesehatan ibu
5. Sosialisasi pelaksanaan sistem mata rantai rujukan
6. Penguatan pelayanan KB
7. Penguatan task force KIA
8. Evaluasi RS PONEK
1. Peserta mendapat pemahaman tentang deteksi risti bumil melalui forum kelas ibu
2. Peserta mendapat pemahaman tentang PPGDON
3. Peserta mendapat pemahaman tentang pengenalan tanda bahaya pada bumil, bulin, dan bufas
4. Data evaluasi dan kesepakatan pelayanan kesehatan ibu
5. Peserta mendapat pemahaman tentang pelaksanaan sistem mata rantai rujukan
33 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RAD MDGs DIY (2012) RKPD DIY (2012)
Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran
termasuk layanan swasta
10. Pembinaan Puskesmas dalam pemanfaatan Buku KIA
11. Pendataan Ibu Hamil 12. Pengadaan Paket Kelas
Ibu untuk Puskesmas 13. Orientasi pembentukan
kelas Ibu di Puskesmas 14. Orientasi ANC terpadu
bagi puskesmas PONED 15. Fasilitasi perencanaan
terpadu kab/kota dalam pecepatan penurunan angka kematian ibu yang responsif gender (DTPS)
16. Pembentukan mobile team untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu di DTPK
10. Jumlah Puskesmas yang dibina dalam pemanfaatan buku KIA
11. Jumlah desa yang melaksanakan pendataan Ibu Hamil
12. Jumlah Paket kelas ibu yang diadakan
13. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu
14. Jumlah Puskesmas PONED yang melaksanakan ANC terpadu
15. Provinsi : Jumlah kab/kota yang melaksanakan DTPS
16. Provinsi : Jumlah kabupaten DTPK yang mempunyai mobile tim
6. Dokumen penguatan pelayanan KB
7. Kesepakatan untuk penguatan task force KIA
8. Data tentang Evaluasi Pelaksanaan RS mampu PONEK
D. Faktor yang Berpengaruh Dalam Sinergi Dan Sinkronisasi Perencanaan
Berbagai faktor yang memiliki pengaruh belum terwujudnya sinergi dan sinkronisasi
perencanaan antara pusat, propinsi dan kabupaten/kota antara lain:
1. Perencanaan ditinjau dari segi substansi
a. Substansi perencanaan pembangunan dan penganggaran belum tajam mengarah
pada upaya mencapai tujuan pembangunan, di mana permasalahan utama yang
muncul adalah tidak adanya prioritas yang jelas (prioritas pembangunan dalam
dokumen perencanaan poembangunan sangat banyak dan tidak fokus) serta
program Kementerian/Lembaga yang tidak mengarah pada pencapaian program
nasional.
b. Program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dapat berbeda
dengan Program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Ada Program
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang tidak
dimuat/dilaksanakan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
c. Pelaporan (dan evaluasi) masih bersifat parsial dan belum dijadikan sebagai bahan
penyusunan rencana. Kementerian/Lembaga yang memberikan laporan kepada
Kementerian PPN/Bappenas hanya sedikit.
34 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
d. Muncul dokumen perencanaan yang dianggap sebagai dokumen tandingan seperti
Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-
2025, dan berbagai Rencana Aksi Nasional serta Rencana Aksi Daerah.
e. Perencanaan pembangunan, terutama jangka panjang, tidak mengakomodasi
perubahan. Belum ada ruang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk mengubah rencana
berdasarkan kebutuhan dan perubahan lingkungan strategis.
f. Periodesasi pemilihan kepala daerah berbeda/tidak bersamaan antardaerah
sehingga periodesasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah menjadi
tidak bersamaan antardaerah yang menyebabkan pula berbedanya substansi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
g. Dari sisi kelembagaan, adanya ego kelembagaan dan lemahnya koordinasi internal
lembaga pemerintah. Koordinasi Kementerian PPN/Bappenas dengan
Kementerian Keuangan yang belum terlaksana dengan baik. Bahkan koordinasi
Ditjen Bangda (Perencanaan) dan Ditjen Keuangan Daerah (APBD) yang berada
dalam satu lembaga (Kementerian Dalam Negeri) belum terlaksana dengan baik.
h. Kepentingan Politik DPR (Legislative Heavy), di mana saat ini DPR turut berperan
menentukan kebijakan teknis dan operasional, seperti turut menentukan kegiatan
dan costing.
i. Masih rendahnya kemampuan SDM perencana baik di tingkat pusat maupun daerah
yang menyebabkan kualitas perencanaan pembangunan dan penganggaran tidak
memadai dalam mencapai tujuan pembangunan.
j. Pola komunikasi antara pusat, propinsi dan kabupaten kota belum berjalan efektif.
2. Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan kab/kota
Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan kab/kota
merupakan penentu utama kelancaran dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pembangunan di bidang kesehatan. Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat,
propinsi dan kab/kota dilakukan secara komprehensif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi yang mencakup kebijakan atau regulasi,
anggaran, kelembagaan serta pengembangan wilayah.
Untuk mewujudkan Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan
kab/kota perlu perhatian dari berbagai perspektif antara lain:
a. Sinergi dan sinkronisasi perencanaan dari perspektif kerangka kebijakan.
Sinergi dan sinkronisasi perencanaan dari segi kebijakan antara pusat, propinsi dan
kab/kota, diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi antar pelaku perencanaan di
35 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
pusat, propinsi dan kabupaten/kota; (2) menjamin tersusunnya perencanaan yang sinergi,
sinkron dan terintegrasi antara pusat, propinsi dan kabupaten/kota; (3) menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan
pemerintahan; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya yang efektif,
efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.
Untuk mencapai sinergi dan sinkronisasi perencanaan dari segi kebijakan antara
pusat, propinsi dan kab/kota perlu upaya bersama antara pemerintah pusat, pemerintah
propinsi dan pemerintah kab/kota yang dapat dilakukan melalui antara lain: (1) Sinkronisasi
dan sinergi perencanaan melalui sinergi kebijakan (RPJP NAS, RPJPP & RPJPD, RPJPM
Nas, RPJMP & RPJMD, RKP & RKPD); (2) Sinergi dan Sinkronisasi dalam penetapan target
dan sasaran; (3) Standardisasi indikator dalam menyusun perencanaan dan nomenklatur
dalam penganggaran yang digunakan oleh K/L dan SKPD; (4) Pengembangan basis data
dan sistem informasi perencanaan yang lengkap dan akurat; dan (5) Sinergi dan
sinkronisasi dalam pengendalian kebijakan anggaran.
Selain upaya di atas sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan
kab/kota, baik 5 (lima) tahun atau tahunan dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan
pelaksanaan Musrenbang di semua level/ tingkatan pemerintahan mulai tingkat desa atau
kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi dan pusat. Dengan demikian akan
terwujud sinkronisasi perencanaan dari segi kebijakan, program dan kegiatan antara
pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Selain itu, musrenbang juga diharapkan dapat
mendorong terciptanya partisipatif semua pelaku pembangunan dan berkembangnya
transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
b. Sinergi dan sinkronisasi dari perspektif kerangka regulasi
Sinergi dan sinkronisasi dari segi kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong
harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk Undang-Undang maupun
Peraturan-peraturan pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota, sehingga dapat
mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) tahun berjalan dalam lingkup RPJMN 2010 – 2014. Selain itu sinergi dan
sinkronisasi perencanaan perlu di arahkan untuk meningkatkan kesepahaman,
kesepakatan dan ketaatan dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan.
Diharapkan setiap kebijakan peraturan perundang-undangan baik peraturan
Gubernur, peraturan Bupati/ Walikota harus harmonis dan sinkron dengan kebijakan dan
peraturan perundang-undangan pemerintah pusat. Dalam hal ini sinergi dan sinkronisasi
dapat dilakukan dengan cara : (1) Konsultasi dan Koordinasi secara lebih efektif dalam
penyusunan peraturan perundangan dan (2) Pembentukan forum koordinasi lintas instansi
dan lintas sektor dalam rangka harmonisasi peraturan perundangan yang berkaitan
dengan perencanaan dan penganggaran.
36 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
c. Sinergi dan sinkronisasi dari perspektif penganggaran
Sinergi dan sinkronisasi pusat, propinsi dan kabupaten/kota dilaksanakan selaras
dengan upaya penataan dan penguatan perimbangan keuangan antara pusat, propinsi
dan kabupaten/kota.
Dalam upaya sinergi dan sinkronisasi penganggaran dapat dilakukan dengan cara : (1)
Meningkatkan efektifitas pelaksanaan penggunaan anggaran dari berbagai sumber dan
terintegrasi dan (2) Sinkronisasi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang
dikeluarkan K/L agar sesuai dengan kebutuhan daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Sinergi dan sinkronisasi dari perspektif kelembagaan dan aparatur daerah
Sinergi dan sinkronisasi dari sudut pandang kelembagaan dan aparatur, dalam
pemerintahan diarahkan untuk memperbaiki tata kelola kelembagaan pemerintah daerah
dan meningkatkan kapasitas aparatur daerah. Kedepan sinergi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dapat dilakukan dengan cara: (1) Menata dan menyempurnakan
pengaturan kewenangan antar tingkat pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan
alokasi anggaran dengan penerapan anggaran berbasis kinerja secara bertanggungjawab;
(2) Mengendalikan pemekaran daerah dan menetapkan pengelolaan daerah otonom
dengan tetap mengutamakan harmonisasi kepentingan nasionaldan kebutuhan daerah
serta rentang kendali manajemen yang ideal; dan (3) Meningkatkan kapasitas aparatur
yang mampu menjembatani kepentingan nasional dan daerah serta kerja sama
antardaerah.
37 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Dari pelaksanaan Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara
Pusat dan Daerah dapat disimpulkan beberapa hal penting yaitu:
1. Siklus perencanaan dan penganggaran antara pusat dan daerah masih belum
sepenuhnya sejalan, hal ini antara lain ditandai dengan (a) Kepatuhan daerah dalam
melaksanakan siklus perencanaan dan penganggaran sesuai dengan regulasi yang ada
masih rendah; (b) Kebijakan operasional dalam perencanaan dan penganggaran antar
Kementerian/Lembaga (Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan
Kementerian PPN/Bappenas) belum sinergi; dan (c) Dalam menyusun perencanaan
belum mengacu pada isu strategis dan prioritas nasional antara pusat dan daerah.
2. Pentejemahan kebijakan pusat kedalam kegiatan di daerah di bidang kesehatan dan
gizi masyarakat secara umum telah sejalan, namun kepastian seluruh kebijakan
tersebut diimplementasikan kedalam dokumen anggaran masih menghadapi
beberapa kendala antara lain (a) Keterbatasan anggaran yang ada di tingkat provinsi,
terutama yang bersumber dari APBD; (b) Kesesuaian dengan kebijakan politik pada
setiap daerah akibat dominasi peran legislative (DPRD); (c) Kapasitas tenaga di bidang
perencanaan dan penganggaran yang masih belum optimal; (d) Perumusan indikator
dalam penterjemahan kebijakan belum sepenuhnya menggambarkan sebagai alat ukur
kebutuhan anggaran dalam mencapai kegiatan.
3. Peran pembiayaan kesehatan pusat dalam mendukung pembangunan kesehatan
daerah sangat besar, terutama dilakukan melalui mekanisme dana dekonsentrasi,
tugas perbantuan, dana alokasi khusus, serta bantuan sosial seperti Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Persalinan (Jampersal). Selain itu
juga pembiayaan pusat juga diberikan dalam bentuk Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) untuk mendukung upaya pembangunan kesehatan preventif dan promotif.
Bantuan pembiayaan pusat tersebut secara signifikan telah mendukung perbaikan
status kesehatan di daerah juga.
B. REKOMENDASI
1. Memperkuat sistem perencanaan dan penganggaran dengan (a) Melakukan evaluasi
terhadap sistem perencanaan dalam rangka menyempurnakan sistem yang telah ada
termasuk revitalisasi pelaksanaan Musrenbang dengan mengutamakan kombinasi
fokus dan lokus (keterkaitan antarsektor); (b) Menyempurnakan berbagai aturan
(Standar Operasional) dan mekanisme pelaksanaan perencanaan dan penganggaran;
(c) Mengembangkan sistem dan jaringan perencanaan pembangunan pelaksana
perencanaan pembangunan baik di pusat dan daerah dan mengembangkan sistem
38 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
informasi publik; dan (d) Mengembangkan sistem monitoring terpadu antara pusat
dan daerah serta bersifat lintas program.
2. Memperkuat kepastian seluruh kebijakan tersebut diimplementasikan kedalam
dokumen anggaran dengan (a) Melakukan advokasi peningkatan anggaran kesehatan
yang ada di tingkat provinsi, terutama yang bersumber dari APBD; (b) Melakukan
advokasi kepada pihak legislative (DPRD) untuk meningkatkan keberpihakan pada
pembangunan kesehatan; (c) Meningkatkan kapasitas tenaga di bidang perencanaan
dan penganggaran khususnya di tingkat daerah; (d) Merumuskan indikator dalam
penterjemahan kebijakan yang sepenuhnya menggambarkan sebagai alat ukur
kebutuhan anggaran dalam mencapai kegiatan; dan (e) Optimalisasi perencanaan dan
penganggaran dalam pelaksanaan rapat koordinasi teknis yang dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga.
3. Meningkatkan optimalisasi pembiayaan kesehatan pusat dalam mendukung
pembangunan kesehatan daerah dengan (a) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi
penggunaan dana dekonsentrasi, tugas perbantuan, dana alokasi khusus, serta
bantuan sosial seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan
Persalinan (Jampersal) dan (b) Meningkatkan pembiayaan pusat dalam bentuk
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk mendukung upaya pembangunan
kesehatan preventif dan promotif.
39 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (2010), Penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan
Daerah, Memperkuat Sinergi Antara Pusat dan Daerah Serta AntarDaerah, Buku
Pegangan 2010.
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (2010), Memelihara Momentum Perubahan, Evaluasi Lima
Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009.
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (2011), Rancangan Awal Kerangka Proses dan Mekanisme
Revitalisasi Musrenbang 2011, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi
Daerah, Jakarta.
Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010—2014.
Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2004—2009.
Presentasi Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat (2012), Direktorat Kesehatan dan Gizi
Masyarakat, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005—2025.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Jakarta.
Undang-Undang N0. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
40 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
LAMPIRAN 1.
FORM F4 - RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2012
BERDASARKAN PERPOGRAM PER KEGIATAN
Provinsi : Jawa Barat
No KodeKementerian/Lemba
ga Lokasi Sasaran Indikator Sasaran SatuanTarget Alokasi Dana (Juta)
2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 20151 6KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA1.1 2Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kejaksaan RI1.1.1 1091Pembangunan/
Pengadaan/ Peningkatan Sarana dan Prasarana Kejaksaan RI
Provinsi Jawa Barat
Tersedianya Sarana danPrasarana Gedung Kantor,
rumah jabatan untukaparatur Kejaksaan didaerah, Pusat Rumah
Sakit Kejaksaan, Kendaraan Operasional
roda-4, kendaraantahanan serta saranaperlengkapan gedunguntuk seluruh satuan
kerja baik di pusatmaupun di daerah guna
mendukung pelaksanaantugas-tugas penegakan
hukum
Jumlah pengadaan sarana perlengkapan
dan peralatan
unit 10 10 10 10 10 3148 5164 3148 3148
1.2 3Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas AparaturKejaksaan RI1.2.1 1097Peningkatan
Pengawasan Aparatur Kejaksaan di Daerah Baik di Kejati, Kejari dan Cabjari dan Jajaran Pengawasan di Daerah
Provinsi Jawa Barat
Terlaksananya Kegiatan Pengawasan Atas
Pelaksanaan Tugas Rutin dan Pembangunan Semua
Unsur Kejaksaan Berdasarkan Peraturan
Perundang-Undangan dan Kebijaksanaan yang
Ditetapkan Oleh Jaksa Agung.
Jumlah LaporanPengaduan
Masyarakat yang Ditindaklanjuti dan
DiselesaikanTerhadap
PenyalahgunaanWewenang, Tugas-
Tugas Rutin, Pelanggaran Disiplin
dan PenangananPerkara Oleh
Aparatur Kejaksaandi Daerah.
lapdu 6 9 9 9 9 220 283 283 283
41 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
FORM F3 - UKPPD KEMENTERIAN / LEMBAGA
Provi Jawa Barat
No Kode KL/Program/Kegiatan Lokasi Sasaran Indikator Sasaran Satuan
2011 2012 Realisasi 2011 Usulan 2013APBD
PendukungUsulan
BaruTargetDana (juta) Target
Dana (Juta) Target
Dana (Juta) Target
Dana (Juta) Target
Dana (Juta)
1 1MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT1.1 1Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya MPR1.1.1 1001Pengelolaan Administrasi
MPR dan Sekretariat Jenderal
Provinsi Jawa Barat
Terselenggaranya administrasi keanggotaan
dan kepegawaian, perencanaan dan
evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan
kesehatan Sekretariat Jenderal
Persentase (%) Pelayanan kesehatan
Persen (%) 0 0 0 0 2398 10000000
0
1.1.2 1001Pengelolaan Administrasi MPR dan Sekretariat Jenderal
Kab. Bekasi Terselenggaranya administrasi keanggotaan
dan kepegawaian, perencanaan dan
evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan
kesehatan Sekretariat Jenderal
Persentase (%) Pelayanan kesehatan
Persen (%) 0 0 0 0 0 0 0
1.2 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur MPR1.2.1 1007Pembangunan,
Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR
Provinsi Jawa Barat
Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam
lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal
Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan
alat tulis kantor.
Persen (%) 0 0 0 0 11 111 0
1.2.2 1007Pembangunan, Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR
Kab. Bogor Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam
lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal
Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan
alat tulis kantor.
Persen (%) 0 0 0 0 454545 0 0
1.2.3 1007Pembangunan, Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR
Kab. Bekasi Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam
lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal
Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan
alat tulis kantor.
Persen (%) 0 0 0 0 0 0 0
42 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
UKPPD Format F1
43 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
NO DAERAH TOTAL BELANJA U.KESEHATAN %
1 Aceh 9,511,938,653,801.00 895,106,316,693.00 9.41%
2 Sumatera Utara 7,990,721,778,191.00 263,491,978,493.00 3.30%
3 Sumatera Barat 3,121,167,223,000.00 311,674,843,729.00 9.99%
4 Riau 6,366,656,082,429.31 417,425,940,005.66 6.56%
5 Kepulauan Riau 2,387,789,580,000.00 89,850,623,290.00 3.76%
6 Jambi 1,942,503,556,205.00 189,192,565,183.00 9.74%
7 Bengkulu 1,586,154,929,122.00 194,107,937,713.00 12.24%
8 Sumatera Selatan 4,742,452,272,000.00 266,016,272,000.00 5.61%
9 Bangka Belitung 1,450,019,258,815.91 62,167,009,863.00 4.29%
10 Lampung 2,838,249,945,031.00 330,625,561,301.00 11.65%
11 DKI Jakarta 33,827,031,650,310.00 3,304,871,058,846.00 9.77%
12 Jawa Barat 15,804,296,979,395.00 532,645,838,342.00 3.37%
13 Banten 4,134,075,000,000.00 228,645,030,442.00 5.53%
14 Jawa Tengah 11,245,744,293,000.00 973,037,731,000.00 8.65%
15 DI Yogyakarta 2,124,288,709,311.00 127,525,403,864.00 6.00%
16 Jawa Timur 12,214,783,359,822.00 1,838,068,137,951.00 15.05%
17 Kalimantan Barat 2,902,408,853,315.00 231,217,889,600.00 7.97%
18 Kalimantan Tengah 2,248,744,203,500.00 149,306,083,976.00 6.64%
19 Kalimantan Selatan 3,108,943,628,560.00 486,093,162,150.00 15.64%
20 Kalimantan Timur 10,502,613,100,000.00 807,169,051,800.00 7.69%
21 Sulawesi Barat 969,008,829,760.80 39,141,198,918.00 4.04%
22 Sulawesi Utara 1,817,969,042,396.00 96,125,500,000.00 5.29%
23 Gorontalo 938,401,827,019.20 29,992,243,391.00 3.20%
24 Sulawesi Tengah 1,931,199,415,482.00 166,022,073,322.00 8.60%
25 Sulawesi Selatan 4,760,942,065,502.67 329,489,029,057.00 6.92%
26 Sulawesi Tenggara 2,021,706,570,358.00 136,587,736,217.00 6.76%
27 Bali 3,656,633,235,145.91 444,107,403,833.00 12.15%
28 Nusa Tenggara Barat 2,254,557,144,100.00 196,140,724,000.00 8.70%
29 Nusa Tenggara Timur 2,147,354,663,000.00 165,695,156,349.00 7.72%
30 Maluku 1,429,870,261,553.45 117,855,407,791.88 8.24%
31 Maluku Utara 1,170,032,917,000.00 67,475,869,000.00 5.77%
32 Papua 7,114,955,358,000.00 575,925,479,000.00 8.09%
33 Papua Barat 3,998,380,838,950.00 87,962,474,500.00 2.20%
174,261,595,224,076.00 14,150,758,731,620.50 8.12%
ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN
PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012
Total Provinsi Se- Indonesia
44 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
NO DAERAH TOTAL BELANJA U.KESEHATAN/BL %
1 Aceh 9,511,938,653,801.00 746,247,711,788.00 7.85%
2 Sumatera Utara 7,990,721,778,191.00 190,135,374,063.00 2.38%
3 Sumatera Barat 3,121,167,223,000.00 202,643,845,100.00 6.49%
4 Riau 6,366,656,082,429.31 293,717,583,295.00 4.61%
5 Kepulauan Riau 2,387,789,580,000.00 53,511,115,000.00 2.24%
6 Jambi 1,942,503,556,205.00 109,380,400,000.00 5.63%
7 Bengkulu 1,586,154,929,122.00 109,534,385,500.00 6.91%
8 Sumatera Selatan 4,742,452,272,000.00 209,223,084,000.00 4.41%
9 Bangka Belitung 1,450,019,258,815.91 31,079,005,580.00 2.14%
10 Lampung 2,838,249,945,031.00 253,919,085,000.00 8.95%
11 DKI Jakarta 33,827,031,650,310.00 2,681,095,937,777.00 7.93%
12 Jawa Barat 15,804,296,979,395.00 421,639,761,786.00 2.67%
13 Banten 4,134,075,000,000.00 213,000,000,000.00 5.15%
14 Jawa Tengah 11,245,744,293,000.00 718,461,073,000.00 6.39%
15 DI Yogyakarta 2,124,288,709,311.00 91,651,904,207.00 4.31%
16 Jawa Timur 12,214,783,359,822.00 1,422,133,831,550.00 11.64%
17 Kalimantan Barat 2,902,408,853,315.00 130,207,537,100.00 4.49%
18 Kalimantan Tengah 2,248,744,203,500.00 25,087,065,050.00 1.12%
19 Kalimantan Selatan 3,108,943,628,560.00 353,760,758,150.00 11.38%
20 Kalimantan Timur 10,502,613,100,000.00 565,239,517,800.00 5.38%
21 Sulawesi Barat 969,008,829,760.80 22,483,222,350.00 2.32%
22 Sulawesi Utara 1,817,969,042,396.00 36,105,000,000.00 1.99%
23 Gorontalo 938,401,827,019.20 13,482,560,000.00 1.44%
24 Sulawesi Tengah 1,931,199,415,482.00 102,126,451,613.00 5.29%
25 Sulawesi Selatan 4,760,942,065,502.67 36,105,000,000.00 0.76%
26 Sulawesi Tenggara 2,021,706,570,358.00 62,235,936,538.00 3.08%
27 Bali 3,656,633,235,145.91 359,256,962,293.00 9.82%
28 Nusa Tenggara Barat 2,254,557,144,100.00 103,489,530,000.00 4.59%
29 Nusa Tenggara Timur 2,147,354,663,000.00 89,644,766,349.00 4.17%
30 Maluku 1,429,870,261,553.45 41,481,525,213.18 2.90%
31 Maluku Utara 1,170,032,917,000.00 31,483,725,000.00 2.69%
32 Papua 7,114,955,358,000.00 421,833,466,000.00 5.93%
33 Papua Barat 3,998,380,838,950.00 71,022,874,500.00 1.78%
174,261,595,224,076.00 10,212,419,995,602.20 5.86%
ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN (diluar gaji)
PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012
Total Provinsi Se- Indonesia
KUMPULAN PAPARAN WORKSHOP
KEGIATAN KAJIAN
06/02/2013
1
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
RANCANGAN PENYELENGGARAAN RANGKAIAN MUSRENBANG 2012 DALAM RANGKA
PENYUSUNAN RKP 2013
Oleh :
DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN
Jakarta, 5 Maret 2012
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
SISTEMATIKA PAPARAN
2
MUSRENBANG 2012
o Tujuh titik kritis: Evaluasi 2011 dan Solusi 2012
o Tujuh tahap revitalisasi Musrenbang
– Pra Rakorbangpus s.d Pasca Musrenbangnas
– UKPPD
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Tujuh Titik Kritis: Evaluasi 2011 dan Solusi 2012
3
No TitikKritis
Solusi 2011 Evaluasi 2011 Solusi 2012
1 Tujuan dansasarankurang tajam
• Tujuan/sasaran nasionalsudah dipertajam(segregasi) hingga level provinsi berdasarkan IsuStrategis Provinsi;
• Program dan kegiatansudah dipertajam sampaiindikator, yang digunakanjuga dalam aplikasi UsulanPendanaan PemerintahDaerah (UPPD).
Kualitas Isu Strategis Provinsi perlu lebih disempurnakan, agar bisa menjadi acuan bagi provinsi untuk mendukung sasaran pembangunan nasional dan juga bagi KL dalam mengalokasikan resource ke daerah
• Isu Strategis dibahasdan disepakati di forum Triwulanan I (29 Feb)
• Isu Strategis menjadifokus pembahasan padarangkaian Musrenbang2012
Peran LO:
Mempelajari dan mengawal isu strategis provinsi
2 Hanyamembahasdana Dekon/ TP
Selain membahas D/TP, jugaakan dimulai pembahasanperkiraan kebutuhan DAK melalui penentuan prioritasDAK per bidang.
Pembahasan DAK belum terlaksana dalam Musrenbang 2011
•Penentuan prioritasbidang DAK
•Akan ditentukan lebih lanjut pada Raker II
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
4
No Titik Kritis
Solusi 2011 Evaluasi 2011 Solusi 2012
3 Arahan Pusat ke daerah masih normatif
• Isu Strategis Provinsi disiapkan oleh Bappenas, ditanggapi oleh Pemprov, disepakati dalam forum Triwulanan, dan disampaikan oleh MenPPN pada Musrenbangprov.
• Menggunakan alokasi D/TP tahun berjalan dan sebelumnya (<2012) sebagai baseline
Kualitas Isu Strategis Provinsi perlu lebih disempurnakan, agar bisa menjadi acuan bagi provinsi untuk mendukung sasaran pembangunan nasional dan juga bagi KL dalam mengalokasikan resource ke daerah
Menggunakan Prioritas Nasional, Isu Strategis Provinsi, dan RKAKL 2011 dan 2012 sebagai arahan ke daerah.
Peran LO:
Memberikan arahan mengenai Isu Strategis Provinsi
4 Nomenklatur kegiatan K/L dan daerah belum sama
Aplikasi UPPD sudah menggunakan nomenklatur Renja K/L.
Nomenklatur UPPD dan Renja K/L belum sepenuhnya sama (terutama akibat adanya Inisiatif Baru)
•Tetap mengikuti nomenklatur Renja K/L.
•Melakukan pemetaan di UPPD jika terjadi perubahan nomenklatur di Renja K/L
• Integrasi aplikasi Renja dan UPPD.
Peran LO:
Mempelajari UPPD Provinsi
Tujuh Titik Kritis: Evaluasi 2011 dan Solusi 2012
06/02/2013
2
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
5
No Titik Kritis Solusi 2011 Evaluasi 2011 Solusi 2012
5 Belum jelasnyakriteriapenetapanprioritas
Menggunakan Isu StrategisProvinsi sebagai kriteriauntuk menetapkanprogram/ kegiatan/indikator yang dibahas diPra Musrenbangnas.
Isu strategis belum sepenuhnya dijadikan kriteria seleksi
Penetapan kegiatan prioritas berdasarkan Isu StrategisProvinsi.
Peran LO:
Memastikan usulan kegiatan prioritas daerah sesuai dengan Isu Strategis Provinsi
6 Waktupembahasansinkronisasiprogram/kegiatanterbatas
Menggunakan format pembahasan trilateral desks (K/L, Pemprov danBappenas) pada PraMusrenbangnas (satu harisatu wilayah).
Waktu pembahasan relatif mencukupi
Cukup baik.
Peran LO:
• Sebagai penanggungjawab sektor
•Mengarahkan mitra daerah
7 Tindak lanjuthasilMusrenbangnastidak pasti
Melakukan verifikasi padaforum PascaMusrenbangnas untukmemastikan hasilMusrenbangnas telahdiakomodir dalam RenjaK/L dan RKP.
Verifikasi oleh Direktorat Sektoral terhadap Renja mitranya belum berjalan.
Peran direktorat sektoralBappenas untuk lebih aktifmengawal proses finalisasiRenja KL berdasarkan hasilmusrenbangnas.
Peran LO:
Mengawal hasil musrenbangnas bagi provinsinya
Tujuh Titik Kritis: Evaluasi 2011 dan Solusi 2012KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
Tujuh Tahap Revitalisasi (Plus P4B)
6
PRA-RAKORBANGPUS(<21 Mar)
Menyusun Isu Strategis Provinsisebagai basis pembahasan sinkronisasi pusat daerah
TRIWULANAN I(29 Feb)
Menetapkan Isu Strategis
RAKORBANGPUS (21 Mar)
MendiseminsikanRancangan Awal RKP 2013 dan SEB Pagu Indikatif 2013
RATEK K/L(< 21 Maret)
Menghasilkanmasukan untukRancangan Renja K/L
MUSRENBANGPROV
(21 Mar-10 Apr)
Menghasilkan UPPD
Persandingan UPPD & Renja K/L
(10-15 Apr)
Untuk masukan penajaman Renja K/L
PRA-MUSRENBANGNAS
(16-20, 25 Apr)
1. Membahas Sinkronisasi Pusat Daerah.
2. Per wilayah/hari
MUSRENBANGNAS(26 Apr)
1. Laporan hasil Pra Musren
2. Arahanpresiden
3. Dialog Pusat-Daerah
PASCA MUSRENBANGNAS (30 Apr)
Pertemuan Bappenas – K/L membahas hasil Musrenbangnas untuk penyem-purnaan RKP 2013
Rangkaian Musrenbangnas
FORUM OMS(21-30 Mar)
Menjaring aspirasi publik bagi RKP 2013
MUSRENBANGPROV KHUSUS
P4B
RAKORBANGPUS KHUSUS P4B
PRA MUSRENBANGNAS
KHUSUS P4B
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Catatan
o Hal baru dalam Musrenbang 2012
– Liasion Officer (LO)
– Isu Strategis
– UP4B
o Output Pra Musrenbangnas
– Regular (Kesepakatan UKPPD)
– Isu Strategis Provinsi ( Kesepakatan 5 Kegiatan Strategis)
7
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Rakorbangpus
8
Input Mekanisme Keluaran Tindak Lanjut
• SEB Pagu Indikatif2013
• RancanganAwal RKP2013
Sidang Pleno:
• BappenasmenyampaikanRanc. Awal RKP 2012 dan SEB paguindikatif 2013;
• Kemenkeumenyampaikankebijakan fiskaldan pelaksanaananggaran 2013;
• SEB
• Rancangan AwalRKP 2013
• Catatan rapatuntukditindaklanjutidalam penyusunanRenja K/L danUPPD
Penyusunan:
• Renja K/L oleh K/L
• UPPD oleh Pemprov melaluiMusrenbangprov
Peran LO :Berkoordinasi dengan Bappeda Provinsi yang bersangkutan
06/02/2013
3
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Musrenbangprov...(1)
9
Input Mekanisme Keluaran Tindak Lanjut
• Rancangan awalRKP 2013
• Rancangan Isu-Isu StrategisProvinsi
• Indikasi Renja KL per provinsi
• Aplikasi UPPD
• Usulan kegiatanKabupaten/Kota
• Prioritas bidangDAK
Sidang pleno dankelompok membahas:
• program, kegiatandan indikator denganmengacu tema danprioritas (konsep)Rancangan Awal RKP 2013 sertakesesuaiannyadengan Isu StrategisProvinsi dankerangka investasiwilayah
• program/kegiatanyang potensialdikerja-samakandengan sektorswasta (KPS/PPP)
• Program/kegiatanprioritas yang akandidanai oleh APBDdan diusulkan didanai APBN melalui UPPD;
• Rancangan RKPD Provinsi danRancangan RenjaSKPD yang telahdisempurnakanberdasarkan hasilMusrenbangprov.
• MenyampaikanUPPD kepadaBappenas
• Penyusunanusulan bidangdana transfer (DAK) 2013.
Peran LO:• Mendampingi
Pejabat Eselon I Bappenas ke daerah
• Memberikan pendampingan selama Musrenbangprov
• Memastikan hasil Musrenbangprov dapat dibawa ke Jakarta
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Musrenbangprov...(2)
10
Input Mekanisme Keluaran Tindak Lanjut
• UPPD (short list-F1) berdasarkan isustrategis provinsi yang akan dibahas dalamPra-Musrenbangnas
• UPPD terpilih (short list-F1) yang dipilih berdasarkan isu strategis provinsi untuk dibahas dalam Pra Musrenbangnas;
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Pra Musrenbangnas
11
Input Mekanisme Keluaran Tindak lanjut
• Rancangan AwalRKP 2013;
• Rancangan AwalRenja K/L tahun2013 yang memuat indikasikegiatan per provinsi;
• Isu StrategisProvinsi;
• UPPD hasilMusrenbangprov.
• Usulan prioritasbidang DAK.
• Trilateral desk (H1-5) antara KL, Bappeda, Bappenas:
• Membahas persandingansasaran dan prioritas nasionaldengan sasaran dan prioritasdaerah;
• Membahas daftar pendek UPPD (F1) dan bila memungkinkandilanjutkan dengan membahasdaftar panjang UPPD (F2);
• Membahas prioritas bidangDAK;
• Para pihak menandatangani berita acara kesepakatan/keputusan;
Hasilkesepakatan, program kegiatan, target, lokus, dan indikasianggarandalambentukberita acara.
RekapitulasiBerita AcaraKesepakatandilaporkan kepadaPresiden diMusrenbang-nas.
Peran LO:
•Sebagai penanggungjawab sektor/bidang
•Fasilitasi Provinsi mitra
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Musrenbangnas
12
Input Mekanisme Keluaran Tindak Lanjut
RekapitulasiKesepakatanPraMusrenbangnas
• Laporan hasilkesepakatan Pra-Musrenbangnas
• Arahan Presiden mengenai pelaksanaanpembangunan 2012 dan rencana 2013
• Paparan para menterikoordinator mengenaistrategi pelaksanaanpembangunan menurutbidang kerja masing-masing sektor
• Dialog para menteri dangubernur membahasarahan pelaksanaan dariPresiden
• Pelaporan hasilkesepakatanmengenai Program, Kegiatan Strategisdan PendanaanPusat dan Daerah;
• Arahan Presiden RI
• K/L menyempurnakanRenja K/L untukdiverifikasi padaforum PascaMusrenbangnas;
06/02/2013
4
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Pasca Musrenbangnas
13
Input Mekanisme Keluaran Tindak lanjut
• Rekapitulasi kesepakatan sinergi program, kegiatan, indikator, lokasi dan pendanaan hasil Musrenbangnas;
• Rancangan Renja K/L Tahun 2013 yang telah disempurnakan berdasarkan hasil Musrenbangnas dan arahan presiden.
Bilateral desk Bappenas-KL
• K/L menunjukkan kepadaBappenas bahwa hasilMusrenbangnas telah tercantumdalam Renja K/L.
• Direktorat teknis Bappenasmemastikan Renja K/L sudahmengakomodir hasilmusrenbangnas denganmemberikan paraf.
• Jika ada hasil kesepakatan yang belum dapat diakomodir dalam Renja K/L, K/L harusmemberikan penjelasan.
• Renja K/L yang final (sudahdiparaf) menjadi input untuk penyempurnaan RKP 2013.
• Rancangan AkhirRenja K/L tahun2013.
• Rancangan AkhirRKP tahun 2013.
• Bappenas melakukanpenyempurnaanRancangan RKP 2013.
• MenetapkanRancangan Akhir RKP 2013
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Usulan Kegiatan dan Pendanaan Pemerintah Daerah
(UKPPD)
14
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Alur UKPPD
15
KEMENTERIAN /LEMBAGA
RENJA K/L 2012
UKPPDPEMERINTAH
PROVINSI
RENJA KL 2013
INPUT
PROSES
OUT PUT
PERSANDINGAN
PRIORITAS NASIONAL (RPJMN/RKP)
PRIORITAS WILAYAH (RPJMD/RKPD)
Isu strategis, Fakta, Potensi
F1 F2 F3 F4
ShortList
Sandingan
LongList
SandinganUKPPD RENJA K/L
REKAP
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
MATERI PEMBAHASAN PRA MUSRENBANGNAS
I. UKPPD :
• F4 Format Renja KL;
• F3 Format UKPPD (usulan daerah final);
• F2 Format Persandingan UKPPD dan Renja KL –
(Long List);
• F1 Format Persandingan Prioritas Pembahasan –
(Short List).
II. ISU STRATEGIS (5 kegiatan strategis)
16
06/02/2013
5
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
UKPPD Format F4
17
FORM F4 - RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2012
BERDASARKAN PERPOGRAM PER KEGIATAN
Provinsi : Jawa Barat
No KodeKementerian/Lemba
ga Lokasi Sasaran Indikator Sasaran SatuanTarget Alokasi Dana (Juta)
2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 20151 6KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA1.1 2Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kejaksaan RI
1.1.1 1091Pembangunan/ Pengadaan/ Peningkatan Sarana dan Prasarana Kejaksaan RI
Provinsi Jawa Barat
Tersedianya Sarana danPrasarana Gedung Kantor,
rumah jabatan untukaparatur Kejaksaan didaerah, Pusat Rumah
Sakit Kejaksaan, Kendaraan Operasional
roda-4, kendaraantahanan serta saranaperlengkapan gedunguntuk seluruh satuan
kerja baik di pusatmaupun di daerah guna
mendukung pelaksanaantugas-tugas penegakan
hukum
Jumlah pengadaan sarana perlengkapan
dan peralatan
unit 10 10 10 10 10 3148 5164 3148 3148
1.2 3Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kejaksaan RI1.2.1 1097Peningkatan
Pengawasan Aparatur Kejaksaan di Daerah Baik di Kejati, Kejari dan Cabjari dan Jajaran Pengawasan di Daerah
Provinsi Jawa Barat
Terlaksananya Kegiatan Pengawasan Atas
Pelaksanaan Tugas Rutin dan Pembangunan Semua
Unsur Kejaksaan Berdasarkan Peraturan
Perundang-Undangan dan Kebijaksanaan yang
Ditetapkan Oleh Jaksa
Agung.
Jumlah LaporanPengaduan
Masyarakat yang Ditindaklanjuti dan
DiselesaikanTerhadap
PenyalahgunaanWewenang, Tugas-
Tugas Rutin,
Pelanggaran Disiplindan Penanganan
Perkara OlehAparatur Kejaksaan
di Daerah.
lapdu 6 9 9 9 9 220 283 283 283
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
UKPPD Format F3
18
FORM F3 - UKPPD KEMENTERIAN / LEMBAGA
Provi Jawa Barat
No Kode KL/Program/Kegiatan Lokasi Sasaran Indikator Sasaran Satuan
2011 2012 Realisasi 2011 Usulan 2013APBD
PendukungUsulanBaruTarget
Dana (juta) Target
Dana (Juta) Target
Dana (Juta) Target
Dana (Juta) Target
Dana (Juta)
1 1MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT1.1 1Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya MPR1.1.1 1001Pengelolaan Administrasi
MPR dan Sekretariat Jenderal
Provinsi Jawa Barat
Terselenggaranya administrasi keanggotaan
dan kepegawaian, perencanaan dan
evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan
kesehatan Sekretariat Jenderal
Persentase (%) Pelayanan kesehatan
Persen (%) 0 0 0 0 2398 10000000
0
1.1.2 1001Pengelolaan Administrasi MPR dan Sekretariat Jenderal
Kab. Bekasi Terselenggaranya administrasi keanggotaan
dan kepegawaian, perencanaan dan
evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan
kesehatan Sekretariat Jenderal
Persentase (%) Pelayanan kesehatan
Persen (%) 0 0 0 0 0 0 0
1.2 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur MPR1.2.1 1007Pembangunan,
Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR
Provinsi Jawa Barat
Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam
lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal
Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan
alat tulis kantor.
Persen (%) 0 0 0 0 11 111 0
1.2.2 1007Pembangunan, Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR
Kab. Bogor Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam
lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal
Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan
alat tulis kantor.
Persen (%) 0 0 0 0 454545 0 0
1.2.3 1007Pembangunan, Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR
Kab. Bekasi Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam
lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal
Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan
alat tulis kantor.
Persen (%) 0 0 0 0 0 0 0
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
UKPPD Format F2
19
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
UKPPD Format F1
20
06/02/2013
6
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Isu Strategis
21
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
TERIMA KASIH
1
WORKSHOP KAJIAN SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH
HOTEL SARI PAN PACIFIC, 6 MARET 2012
Pada Acara :
2
PERENCANAAN :
1. UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan nasional
2. UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
3. PP 08/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian danEvaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
4. PERMENDAGRI 54/2010 tentang Pelaksanaan PP 08/2008
PENGANGGARAN :
1. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara
2. UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
5. PERMENDAGRI 13/2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
6. PERMENDAGRI 59/2007 tentang Perubahan atas PERMENDAGRI 13/2006.
Dasar Hukum Perencanaan & Penganggaran
3
DOKUMEN PENETAPAN TAHAPANTATA CARA
PENYUSUNAN
RPJPD (20 th) PERDA Psl 20 s.d Psl 49 Lampiran II
RPJMD (5 th) PERDA Psl 50 s.d Psl 84 Lampiran III
RENSTRA SKPD (5 th) PENGESAHAN KDH Psl 85 s.d Psl 98 Lampiran IV
RKPD (1 th) PERKADA Psl 99 s.d Psl 133 Lampiran V
RENJA SKPD (1 th) PENGESAHAN KDH Psl 134 s.d Psl 154 Lampiran VI
DATA DAN INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
PENGENDALIAN & EVALUASI Psl 155 s.d Psl 281
4
PEMBANGUNAN DAERAH adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraanmasyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja,lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing,
maupun peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
PERENCANAANadalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melaluiurutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkanberbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan danpengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraansosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
2
5
PRINSIP & PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH(Pasal 3, Pasal 6 & Pasal 11)
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah: Satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional Dilakukan bersama pemangku kepentingan sesuai peran dan kewenangan Mengintegrasikan RTRW dgn rencana pembangunan Dilaksanakan berdasarkan kondisi, potensi serta dinamika daerah, nasional dan global
Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah:
• Politik, (penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan KDH terpilih)• Teknokratik, (menggunakan metoda dan kerangka pikir ilmiah)• Partisipatif, (melibatkan semua pemangku kepentingan)• Top down & Bottom Up (diselaraskan melalui musyawarah nasional, provinsi, kabupaten/
kota, kecamatan dan desa)
Pendekatan Penyusunan Program, Kegiatan & Penganggaran:• Berdasarkan prestasi kerja (Performance Budgeting System)• Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework)• Perencanaan Penganggaran terpadu (Unified Budgeting System)• Pagu Indikaif & Prakiraan maju (Resource Envelope & Forward Estimate)• Mengacu pada SPM, sesuai dgn kondisi nyata dan kebutuhan masyarakat dan urusan wajib
serta urusan pilihan yang menjadi tanggungjawab SKPD.6
I P M
ASPEK GEOGRAFIS & DEMOGRAFIS
Karakteristik lokasi dan Wilayah
Potensi Pengembangan Wilayah
Wilayah rawan Bencana
Demografi
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Kesejahteraan Sosial
Seni Budaya dan olahraga
ASPEK PELAYANAN UMUMPelayanan dasar
Pelayanan Penunjang
ASPEK DAYA SAING DAERAH
Kemampuan Ekonomi Daerah
Sumber Daya Manusia
Iklim Berinvestasi
Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
TUJUAN PEMBANGUNAN DAERAH
7
IPM PROVINSI SE-INDONESIA TAHUN 2009
8
Fungsi Dokumen Rencana Pembangunan Daerah
RPJP Daerah berfungsi sebagai :
• Road map (peta arah) pembangunan daerah 20 tahun kedepan.
• pedoman bagi penyusunan RPJMD.
• acuan penyusunan visi dan misi calon kepala daerah.
• instrumen bagi mewujudkan pembangunan berkelanjutan dalam jangka 20 tahun.
• instrumen untuk meningkatkan keunggulan utama daerah (core competency).
RPJM Daerah berfungsi sebagai :
• pedoman pembangunan di daerah selama 5 (lima) tahun.
• Pedoman penyusunan rencana kerja tahunan (RKPD).
• alat atau instrumen pengendalian bagi satuan pengawas internal (SPI) dan Bappeda.
• instrumen mengukur tingkat pencapaian kinerja kepala SKPD
• pedoman evaluasi penyelenggaraan Pemda sebagaimana amanat PP 6/2008
RKP Daerah berfungsi sebagai :
• instrumen untuk mengoperasionalkan RPJMD.
• acuan penyusunan Rencana Kerja SKPD.
• pedoman dalam penyusunan KUA dan PPAS.
3
9
KETERHUBUNGAN
ANTARDOKUMEN (RPJPD VS RPJMD)
V I S I & M I S I 2 0 T H
ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 20 TH
Arah
Pembangunan
5 Tahun I
Arah
Pembangunan
5 Tahun II
Arah
Pembangunan
5 Tahun IV
Arah
Pembangunan
5 Tahun III
Sasaran Pokok
5 Tahun I
Sasaran Pokok
5 Tahun II
Sasaran Pokok
5 Tahun IV
Sasaran Pokok
5 Tahun III
SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 20 TH
10
KETERHUBUNGAN
ANTARDOKUMEN (RPJMD VS RKPD)
V I S I & M I S I 5 T H
T U J U A N & S A S A R A N 5 TH
Sasaran
Tahun I
Sasaran
Tahun II
Sasaran
Tahun III
Sasaran
Tahun IV
Sasaran
Tahun V
Strategi & Arah
Kebijakan
Strategi & Arah
KebijakanStrategi & Arah
Kebijakan
Strategi & Arah
KebijakanStrategi & Arah
Kebijakan
Program
Pembangunan
Daerah
Program
Pembangunan
Daerah
Program
Pembangunan
Daerah
Program
Pembangunan
Daerah
Program
Pembangunan
Daerah
Penyelenggaraan
Urusan
Indikator
Kinerja Daerah
11
Arah Kebijakan
Pembangunan Jangka
Panjang Daerah
I
(5)
II
(10)
III
(15)
IV 20)
Kebijakan umum dan
program Pemb Daerah
Serta Indikasi Rencana
Program Prioritas Disertai
Kebutuhan Pendanaan
I II III IV V
Prirotias dan sasaran,
serta Program dan
kegiatan
1 2 3 . . 12
Program dan
kegiatan dan
indikator kinerja
SKPD
I II III IV V
Program dan keg
Pemb Daerah
1 2 3 . . 12
KONSISTENSI DAN SINKRONISASIANTAR DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
RPJPD
RPJMD
RKPD
Renstra
SKPD
Renja SKPD
12
SINKRONISASI PERENCANAAN & PENGANGGARAN PUSAT DAN DAERAH DALAM SATU KESATUAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
RPJPN
DIP
ER
HA
TIK
AN
PEDOMAN
5 TAHUN
PEDOMAN
PEDOMAN DIJABARKAN
DIJABARKAN
20 TAHUN
DIACU
RPJMN RKP
RPJPDPROV
RPJMDPROV
RKPDPROV
RENSTRA SKPD PROV
RENJA SKPD PROV
DIA
CU
DIA
CU
DA
N
DIS
ER
AS
IKA
N
DIP
ER
HA
TIK
AN
PEDOMANDIJABARKAN
PEDOMAN
1 TAHUN
DIACU
RPJPDK/K
RPJMDK/K
RKPDK/K
DIA
CU
RENSTRA SKPD K/K
RENJA SKPD K/K
RENSTRA K/L
RENJA K/L
PEDOMAN
PEDOMAN
DIA
CU
DA
N
DIS
ER
AS
IKA
N
PEDOMAN DIACU
PEDOMAN
RAPBN
RAPBDPROV
RAPBDK/K
PEDOMAN
PEDOMAN
PEDOMAN
4
13
11 PRIORITAS NASIONAL (RPJMN)1. Reformasi birokrasi dan tata kelola; 2. Pendidikan3. Kesehatan4. Penanggulangan kemiskinan 5. Ketahanan pangan6. Infrastruktur7. Iklim investasi dan iklim usaha8. Energi9. Lingkungan hidup dan pengelolaan bencana;10. Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan
pascakonflik;11. Kebudayaan, kreatifitas, dan Inovasi teknologi;
PROGRAM-PROGRAM26 URUSAN WAJIB & 8
URUSAN PILIHAN
3 FOKUS PROGRAM(INPRES 3/2010)
1. Program Pro Rakyat 2. Program keadilan untuk semua3. Program pencapaian tujuan
pembangunan milenium (MDG”s)
SINERGI PROGRAM JANGKA MENENGAH PUSAT DAN DAERAH
14
14 SPM1. PERMEN Kesehatan No. 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan.2. PERMEN Negara Lingkungan Hidup No. 19/2008 tentang SPM Bidang Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi dan Daerah Kab/Kota.3. PERMEN Dalam Negeri No. 62/2008 ttg SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di Kab/Kota.4. PERMEN Sosial No. 129/HUK/2008 ttg SPM (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota.5. PERMEN Negara Perumahan Rakyat No. 22/PERMEN/M/2008 ttg SPM Bidang Bidang Perumahan
Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota.6. PERMEN Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 1/2010 ttg
SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.7. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional No: 55/Hk-010/B5/2010 ttg ttg SPM
Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera di Kab/Kota.8. PERMEN Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 15/2010 ttg SPM Bidang Pendidikan Dasar.9. PERMEN Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tgl 25 Oktober 2010 ttg SPM Bidang Pekerjaan Umum.10. PERMEN Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 15/MEN/X/2010 tgl 29 Oktober 2010 ttg SPM Bidang
Ketenagakerjaan.11. PERMEN Pertanian No. 65/Permenten/OT.140/12/2010 tgl 22 Desember 2010 ttg SPM Bidang Ketahanan
Pangan Provinsi dan Kab/Kota.12. PERMEN Informasi dan Komunikasi No. 22/PER/M.Kominfo/12/2010 tgl 20 Desember 2010 ttg SPM
Bidang Komunikasi dan Informasi.13. KEPMEN Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 106/HK.501/MKP/2010 tgl 23 Desember 2010 ttg SPM
Bidang Kesenian .14. PERMENHUB NOMOR PM.41 TAHUN 2011 tanggal 25 Agustus 2011 tentang SPM Bidang Perhubungan
Provinsi dan Kab/kota.
15
INTEGRASI SPM DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH (Pasal 9 PP 65 Tahun 2005)
(1) Pemerintah Daerah menerapkan SPM sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
(2) SPM yang telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi pemerintah daerahuntuk menyusun perencanaan dan penganggaraan penyelenggaraan pemerintahandaerah.
(3) Pemerintahan Daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunanpencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM sesuai denganPeraturan Menteri.
(4) Rencana Pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam RPJMDdan Renstra SKPD.
(5) Target tahunan pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan kedalam RKPD, Renja SKPD, KUA, RKA-SKPD sesuai klasifikasi belanja daerah denganmempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.
16
TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
1•PERSIAPAN PENYUSUNAN
2•PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL
3•PELAKSANAAN MUSRENBANG
4•PERUMUSAN RANCANGAN AKHIR
5•PENETAPAN
5
17
RPJPD(Pasal 20 s.d Pasal 49)
RPJPD provinsi memuat visi, misi dan arahpembangunan daerah dengan mengacu pada RPJPNasional.
RPJPD kabupaten/kota memuat visi, misi dan arahpembangunan daerah dengan mengacu pada RPJPNasional dan RPJPD provinsi.
18
SISTEMATIKA DOKUMEN RPJPD(Pasal 40 ayat (1) PP 8/2008)
Pendahuluan
Gambaran umum kondisi daerah
Analisa isu–isu strategis
Visi & misi daerah
Arah kebijakan
Kaidah pelaksanaan
19
Persiapan Penyusunan RPJPD
Pengolahan data dan informasi
PerumusanPermasalahanPembangunan
Daerah
Masukan dari SKPD
Pelaksanaan Forum Konsultasi
Publik
Penelaahan RTRW kab/kota & RTRW kab/kota Lainnya
Perumusan visi dan misi
daerah
Perumusan sasaran pokok
dan arah kebijakan
Analisis isu-isu strategis
Rancangan Awal RPJPD
Musrenbang RPJPD
Konsultasi rancangan akhirRPJPD dengan
GUBERNUR
Rancangan Akhir RPJPD
Pembahasan dan penetapan
Perda RPJPD
TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RPJPD KAB/KOTA(Lampiran II Permendagri No 54/2010)
Penelaahan RPJPN & RPJPD prov & kab/kota lainnya
Analisis Gambaran
umum kondisi daerah
Penyelarasan visi, misi dan arah
kebijakan RPJPD kab/kota
12
3
5
4
20
ARAH KEBIJAKAN JANGKA PANJANG DAERAH
VISI DAERAH
MISI DAERAH
Sasaran Pokok 20 Tahun
Arah Kebijakan Lima Tahun ke-1
(...... - ......)
Indikator Target 5 th
Arah Kebijakan Lima Tahun ke-2
(...... - ......)
Indikator Target 5 th
Arah Kebijakan Lima Tahun ke-3
(...... - ......)
Indikator Target 5 th
Arah Kebijakan Lima Tahun ke-4
(...... - ......)
Indikator Target 5 th
6
21
VISI MISI
Sasaran Pokok 20 Tahun Arah Kebijakan
Pembangunan
(20 Tahun)Uraian Indikator dan
Target
Visi 1............
....................
....................
....................
Misi 1……Sasaran Pokok 1
....................
.......................(KAIDAH PELAKSANAAN)
Arah Kebijakan Pembangunan
Lima Tahun I
Arah Kebijakan PembangunanLima Tahun II
Arah Kebijakan PembangunanLima Tahun III
Arah Kebijakan PembangunanLima Tahun IV
...........................
Dst ......
Misi 2……Sasaran Pokok 2
....................
.......................
.......................
Dst ......
Misi dst …… dst .................
.......................
.......................
Dst .......
Visi dst....... Misi dst …… dst ................. dst ..........
Arah Kebijakan
Pembangunan
Lima Tahun I
Arah Kebijakan
Pembangunan
Lima Tahun II
Arah Kebijakan
Pembangunan
Lima Tahun III
Arah Kebijakan
Pembangunan
Lima Tahun IV
SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJPD KABUPATEN/KOTA
(Tabel T-II.C.49 Lampiran II Permendagri No 54/2010)
22
RPJMD(Pasal 50 s.d Pasal 84)
RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakanpenjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yangpenyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah denganmemperhatikan RPJM nasional.
RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategipembangunan daerah, kebijakan umum, program SKPD danlintas SKPD, serta program kewilayahan disertai dengan rencanakerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yangbersifat indikatif;
23
SISTEMATIKA DOKUMEN RPJMD(Pasal 40 ayat (2) PP 8/2008)
Pendahuluan
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah & KerangkaPendanaan
Analisa Isu–isu Strategis
Visi, Misi, Tujuan & Sasaran
Strategi & Arah Kebijakan
Kebijakan Umum & Program Pembangunan Daerah
Indikasi Program Prioritas & Pendanaan
Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Kaidah Pelaksanan24
TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RPJMD KABUPATEN/KOTA(Lampiran III Permendagri No 54/2010)
Persiapan Penyusunan
RPJMD
Pengolahandata dan informasi
Perumusan Permasalahan Pembangunan
Daerah
Rancangan Awal
RPJMD
Musrenbang RPJMD
Konsultasi rancangan akhirRPJMD dengan
GUBERNUR
Rancangan Akhir RPJMD
Pembahasan dan penetapan Perda
RPJMD
VISI, MISI dan Program
KDH
Penelaahan RPJPD Kab/Kota
Penelaahan RPJMN, RPJMD Provinsi dan
kab/kota lainnya
PerumusanIndikasi rencana
program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan
Hasil evaluasi capaianRPJMD
Penelaahan RTRW Kab/kota & RTRW daerah
lainnya
Penyusunan Rancangan
Renstra SKPD
Rancangan RPJMD
Analisis isu-isu strategis
1 2
3
5
4
Perumusan Kebijakan umum dan program
pembangunan daerah
Perumusan Strategi dan arah kebijakan
Analisis Gambaran
umum kondisidaerah &
pengelolaan keuangan
daerah serta kerangka
pendanaan
PerumusanPenjelasan
visi dan misiserta Tujuan dan Sasaran
Pembahasan dengan DPRD
Penyelarasanprogram prioritas
dan pendanaan
Pelaksanaan Forum Konsultasi Publik
7
25
No SasaranStrategi
dan ArahKebijakan
IndikatorKinerja
(outcome)
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah
BidangUrusan
SKPDPenanggung
JawabKondisi
AwalKondisiAkhir
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
KEBIJAKAN UMUM & PROGRAM PEMBANGUNAN RPJMD KABUPATEN/KOTA(Tabel T-III.C.90 Lampiran III Permendagri No 54/2010)
26
Kode
Bidang Urusan Pemerintahandan Program
Prioritas Pembangunan
IndikatorKinerja
Program(outcome)
Kondisi Kinerja
pada Awal RPJMD
(Tahun 0)
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
SKPDPenanggung Jawab
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5Kondisi Kinerja
pada akhir periode RPJMD
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
1
1 01 Kesehatan
1 01 01 Program ..........
1 01 02 Program.........
1 01 03 Dst .....
2 Urusan Pilihan
2 01 Pertanian
2 01 01 Program.........
2 01 02 Dst .....
2 02 Dst .......
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN RPJMD KABUPATEN/KOTA
(Tabel T-III.C.91 Lampiran III Permendagri No 54/2010)
27
RENSTRA SKPD(Pasal 85 s.d Pasal 98)
Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi,kebijakan, program, dan kegiatan pembangunansesuai dengan tugas dan fungsi SKPD.
Penyusunan Renstra-SKPD berpedoman padaRPJMD dan bersifat indikatif.
28
SISTEMATIKA DOKUMEN RENSTRA-SKPD(Pasal 40 ayat (4) PP 8/2008)
Pendahuluan
Gambaran Pelayanan SKPD
Isu–isu Strategis Tugas dan Fungsi SKPD
Visi, Misi, Tujuan & Sasaran, Strategi dan Kebijakan
Rencana Program & Kegiatan, Indikator Kinerja, Keluaran Sasaran & Pedanaan Indikatif
Indikator Kinerja SKPD mengacu ke RPJMD
8
29
sesuai
BAGAN ALIR TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RENSTRA SKPD KABUPATEN/KOTA (Lampiran IV Permendagri No 54/2010)
Persiapan Penyusunan Rentra-SKPD
Musrenbang RPJMD
Rancangan Akhir RPJMD
Perda RPJMD
Rancangan RPJMD
Pengolahan data dan informasi
Perumusan sasaran
Perumusan Tujuan
Perumusan visi dan misi
SKPDPerumusan
Isu-isu strategis
berdasarkan tupoksi
Analisis Gambaran pelayanan
SKPD
SPM
Penelaahan RTRW & KLHS
Renstra-KL & Renstra SKPD
Provinsi
PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJMD
SE KDH ttg Penyusunan Rancangan
Renstra-SKPD
Perumusan rencana program, kegiatan,
indikator kinerja, kelompok sasaran dan
pendanaan indikatif
Perumusan indikator kinerja SKPD yang
mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD
Rancangan RENSTRA-SKPD
VERIFIKASI
sesuai
Penyesuaian Rancangan
Renstra-SKPD
Tdk sesuai
Rancangan akhir RENSTRA-SKPD
PenyempurnaanRancangan
Renstra-SKPD
Penetapan Renstra SKPD
RENSTRA-SKPD
VERIFIKASI
Tdk sesuai
Perumusan Strategi dan Kebijakan
1
2
3
4
Forum SKPD Kab/Kota
30
Tujuan SasaranIndikator
SasaranKode
Program dan
Kegiatan
Indikator
Kinerja
Program
(outcome)
dan
Kegiatan
(output)
Data
Capaian
pada
Tahun
Awal
Perenca
naan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Unit Kerja
SKPD
Penanggu
ngjawab
Lokasi
2011 2012 2013 2014 2014
Kondisi
Kinerja pada
akhir periode
Renstra
SKPD
target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
Tujuan
1
Sasaran
1Program ................
Kegiatan................
Tujuan
1
Sasaran
2Program ................
Kegiatan................
Dst .......................
Kegiatan................
Program ................
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, LOKASI & PENDANAAN INDIKATIF RENSTRA SKPD KABUPATEN/KOTA
(Tabel T-IV.C.28 Lampiran IV Permendagri No 54/2010)
31
KERANGKA WAKTU & SIKLUS PERENCANAAN & PENGANGGARAN TAHUNAN
Jan Juli
Musrenbang Desa/kel
Feb Mrt Apr Mei Jun Agt Sept Nov DesOkt
Musrenbang Kecamatan
Forum SKPDK/K
Rancangan Renja SKPD
Penetapan Renja SKPD
Musrenbang RRKPD K/K
Musrenbang RRKPD PROV
Rancangan Awal RKPD
P/K/K
MusrenbangRKP NAS
Penetapan RKPD P/K/K/Desa
RKP(PP 20/2004)
Kesepakatan KUA/PPAS
RKA-SKPD
Pengajuan RAPBD
Penetapan APBD
Rancangan Interim RKP(PP 40/2006)
Forum SKPDPROV
EVALUASI RAPERDA APBD
32
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (Pasal 99 s.d Pasal 133)
RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan
mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari APBD maupun
sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
9
33
SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD(Pasal 40 ayat (3) PP 8/2008)
Pendahuluan
Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu
Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Beserta Kerangka Pendanaan
Prioritas dan Sasaran Pembangunan
Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah
34
TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RKPD KAB/KOTA(Lampiran V Permendagri No 54/2010)
Rancangan Awal RKPD
Musrenbang RKPD kab/kota
Rancangan Akhir RKPD
Perumusan prioritas dan
sasaran pembangunan
Forum Konsultasi
Publik
PerumusanKerangka
Ekonomi & Kebijakan
Keuda
Pengolahan data dan
informasi
Analisis Ekonomi &
keuda
PerumusanPermasalahanPembangunan
Daerah
Telaahan kebijakan
nasional (RKP) &provinsi (RKPD
PROV)
SE Penyusunan Renja-SKPD
Penyusunan Rancangan Renja SKPD
kab/kota
Rancangan RKPD
VERIFIKASIBappeda
Persiapan Penyusunan
RKPD
Pokok-pokok pikiran DPRD
Kab/Kota
Berita AcaraMusrenbang kecamatan
Analisis Gambaran
Umum Kondisi Daerah
Evaluasi Kinerja RKPD Tahun Lalu
Dok RKPD kab/kota tahun
berjalan
Perumusan program prioritas
daerah beserta pagu indikatif
Penyelarasan Rencana programprioritas daerah
beserta pagu indikatif
PENYUSUNAN KUA & PPAS
Penetapan PERBUP/PERWAL
ttg RKPD
1
2
3
4
5
ReviewRPJMD
35
IndikasI rencana program prioritas
yang disertai kebutuhanpendanaan
RPJMD (5 Thn)
KesepakatanKDH dgn DPRD
PERDA RPJMD
Pokok-pokok pikiran DPRD
Kab/Kota
Hasil Jaring Asmara/Kunker/
Reses Dapil/
RANCANGAN AWALRKPD
Analisis Ekonomi &
keuda
Analisis Gambaran
Umum Kondisi Daerah
Evaluasi Kinerja RKPD Tahun Lalu
Penyusunan Rancangan Renja SKPD
kab/kota
Rancangan RKPD
Musrenbang RKPD kab/kota
RKPD
KESEPAKATANKUA & PPAS
PERDA APBD
Fungsi Legislasi, Budget& Pengawasan
RANCANGANAKHIR RKPD
PERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PENYUSUNAN RKPD
36
1. Inventarisasi jenis program/kegiatan yang diusulkan DPRD dalamdokumen rumusan hasil penelaahan pokok-pokok pikiran DPRDtahun lalu dan dikelompokkan kedalam urusan SKPD.
2. Kaji pandangan dan pertimbangan yang disampaikan berkaitandengan usulan program/kegiatan hasil penelaahan.
3. Indikator kinerja yang diusulkan serta lokasi yang diusulkan.
4. Lakukan pengecekan dan validasi oleh tim penyusun RKPD yangberasal dari SKPD terkait terhadap kebutuhan riil di lapangandengan mempertimbangkan asas manfaat, kemendesakan,efisiensi dan efektivitas.
5. Rumuskan usulan program dan kegiatan yang dapatdiakomodasikan dalam rancangan awal RKPD
Penelaahan Pokok-Pokok Pikiran DPRD
10
37
KodeUrusan/Bidang Urusan
Pemerintahan Daerah & Program/Kegiatan
IndikatorKinerja
Program/Kegiatan
Rencana Tahun ............ (tahun rencana)
Catatan Penting
Prakiraan Maju Rencana Tahun .........
LokasiTarget Capaian
Kinerja
KebutuhanDana/ Pagu
indikatif (Rp)
Target Capaian Kinerja
KebutuhanDana/ Pagu
indikatif (Rp)
RENCANA PROGRAM & KEGIATAN SERTA PRAKIRAAN MAJU RKPD KAB/KOTA(Tabel T-V.C.67 Lampiran V Permendagri No 54/2010)
38
Rencana Kerja SKPD
Renja-SKPD merupakan dokumen
perencanaan SKPD untuk periode
(1) satu tahun
39
SISTEMATIKA DOKUMEN RENJA-SKPD(Pasal 40 ayat (5) PP 8/2008)
Pendahuluan
Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu
Tujuan, Sasaran Program & Kegiatan
indikator kinerja & kelompok sasaran yangmenggambarkan Pencapaian Renstra SKPD
Dana indikatif beserta sumbernya & prakiraanmaju berdasarkan pagu indikatif
Sumber dana
Penutup40
TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RENJA SKPD KABUPATEN/KOTA(Lampiran VI Permendagri No 54/2010)
Rancangan Renja-SKPD
kab/kota
Pembahasan Renja SKPD pada Forum
SKPD Kabupaten/Kota
Pengesahan Renja-SKPD oleh
KDH
Perumusan program dan
kegiatan, indikator kinerja,
dana indikatif
Pengolahan data dan
informasi
Isu-isu penting penyelenggara
an tugas dan fungsi SKPD
Analisis Gambaran Pelayanan
SKPD
Penyempurnaan Rancangan Renja
SKPD kab/kota
Persiapan Penyusunan Renja SKPD
hasil evaluasi capaian
Renstra SKPD kab/kota
hasil evaluasi pelaksanaan Renja-
SKPD kab/kota tahun lalu
Perumusan Sasaran
Perumusan Tujuan
Telaahan Rancangan Awal RKPD kab/kota
Usulan program & kegiatan dari masyarakat
SE KDHperihal penyampaian
rancangan awal RKPD sebagai bahan penyusunan rancangan
Renja-SKPD kab/kota
Sinkronisasi Kebijakan
Nasional dan Provinsi
Musrenbang Kecamatan
Musrenbang Desa
Penyesuaian Rancangan Renja
SKPD kab/kota
Penyesuaian Rancangan Renja
SKPD kab/kota
Penyusunan Rancangan
RKPD
Musrenbang RKPD
Perumusan Ranc. akhir
RKPD
Per KDH RKPD
kab/kota
Penetapan Renja-SKPD oleh
Kepala SKPD
RENJA-SKPDKab/Kota
1
2
3
4
11
41
KodeUrusan/Bidang Urusan
Pemerintahan Daerah & Program/Kegiatan
IndikatorKinerja
Program/Kegiatan
Rencana Tahun ........... (tahun rencana)
Catatan Penting
Prakiraan Maju Rencana Tahun .........
LokasiTarget Capaian
Kinerja
KebutuhanDana/ Pagu
Indikatif
Target Capaian Kinerja
KebutuhanDana/ Pagu
Indikatif
RENCANA PROGRAM & KEGIATAN SERTA PRAKIRAAN MAJU RENJA SKPD KAB/KOTA(Tabel T-VI.C.10 Lampiran VI Permendagri No 54/2010)
42
PENGENDALIAN DAN
EVALUASI
43
DASAR HUKUM SINKRONISASI RKPD-KUA - PPAS & RAPBD
Pasal 17 ayat (2) UU 17/2003
Penyusunan RAPBD berpedoman pada RKPD dalamrangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Pasal 18 ayat (1) UU 17/2003
Pemerintah Daerah menyampaikan KUA tahun anggaranberikutnya sejalan dengan RKPD, sebagai landasanpenyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnyapertengahan Juni tahun berjalan.
Pasal 18 ayat (3) UU 17/2003
Berdasarkan KUA yang telah disepakati dengan DPRD,Pemerintah Daerah bersama DPRD membahas PPASuntuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.
Pasal 25 ayat (2) UU 25/2004
RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD.
Pasal 16 PP 58/2005
Penyusunan APBD berpedoman pada RKPD dalamrangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakatuntuk tercapainya tujuan bernegara.
44
RKPD
RENJA SKPD
KUA PPAS
RKA-SKPD
RAPBD
DPRDRPJMD
TUJUAN SINKRONISASI RKPD-KUA-PPAS & RAPBD(UTK MENCAPAI TUJUAN BERNEGARA)
TUJUAN BERNEGARA(UUD 1945)
EPPD
DPA-SKPD LAKIP
LPKD & LKPJ
KEWENANGAN PEMERINTAHAN
DAERAH
12
45
RKPD : DAFTAR RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH PROV/KAB/KOTA.Memuat : Program, Kegiatan Lokasi, IndikatorKinerja (Hasil Program, Keluaran Kegiatan, HasilKegiatan), Pagu indikif, Prakiraan Maju (TargetCapaian & Pagu Indikatif TA Berikutnya), sertaSKPD penanggungjawab.
RENJA SKPD : DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATANPRIORITAS SKPD PROV/KABUPATEN/KOTA,Memuat : Indikator Kinerja Program dan Kegiatan,Lokasi, Target Capaian Kinerja, KebutuhanDana/Pagu Indikatif dan Prakiraan Maju
KUA & PPAS (Kesepakatan KDH dgn DPRD)
Lampiran RAPERDA ttg APBD
Lampiran RAPERKADA ttg Penjabaran APBD
Memuat : Judul Program dan Kegiatan, Waktu Pelaksanaan, Lokasi, Sumber dana,
Indikator capaian, Tolok ukur kinerja, Target Kinerja atas capaian program,
masukan dan keluaran serta hasil kegiatan.
EVALUASI KONSISTENSI/SINKRONISASIRKPD, KUA, PPAS DAN RAPBD
46
TUGAS DAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DAERAH (Pasal 155 s.d Pasal 281)
PELAKSANA FOKUS HASIL DAN TINDAK LANJUT
MENDAGRI(DITJEN BINA
BANGDA)RPJPD, RPJMD,RKPD PROV
Melaporkan kpd MDN dan rekomendasi perbaikan/ penyempurnaan RPJPD, RPJMD dan RKPD oleh Gubernur
GUBERNUR(BAPPEDA PROVINSI)
RPJPD, RPJMD, RENSTRA SKPD, RKPD & RENJA SKPD PROV
Gub melaporkan kpd MDN (RPJPD, RPJMD & RKPD)dan rekomendasi kpd Gubernur :• Perbaikan dan penyempurnaan RPJPD, RPJMD & RKPD prov• Perbaikan dan penyempurnaan Renstra SKPD& Renja SKPD • Tindak lanjut pelaksanaan Renja SKPD
RPJPD, PJMD,RKPD KAB/KOTA
Melaporkan kpd Gubernur dan rekomendasi perbaikan / penyempurnaan RPJPD, RPJMD dan RKPD oleh Bupati/Walikota
KEPALA SKPD PROV
RENSTRA SKPD & RENJA SKPD PROV
• Laporan triwulan capaian Renja SKPD kpd Bappeda Prov• Menindaklanjuti rekomendasi Gub atas pelaksanaan Renja SKPD
BUPATI/WALIKOTA(BAPPEDA KAB/KOTA)
RPJPD, RPJMD, RENSTRASKPD, RKPD & RENJA SKPDKAB/KOTA
Bup/Walikota melaporkan kpd Gub (RPJPD, RPJMD & RKPD)dan rekomendasi kpd Bupati/Walikota :• Perbaikan dan penyempurnaan RPJPD, RPJMD & RKPD kab/kota• Perbaikan dan penyempurnaan Renstra SKPD& Renja SKPD• Tindak lanjut pelaksanaan Renja SKPD
KEPALA SKPD KAB/KOTA
RENSTRA SKPD & RENJASKPD KAB/ KOTA
• Laporan triwulan capaian Renja SKPD kpd Bappeda kab/kota• Menindaklanjuti rekomendasi Bup/Walikota atas pelaksanaan Renja
SKPD
47
RKPD KUA PPASPERDA
APBD
DPA-
SKPD
PRKPD PKUA PPPASPERDAPAPBD
DPPA SKPD
Pengendalian
Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah
Evaluasi Hasil Rencana Pembangunan Daerah
Pengendalian Prumusan Kebijakan
perencanaan Pembangunan
Daerah
KERANGKA PENGENDALIAN DAN EVALUASI SINKRONISASI KEBIJAKAN PERENCANAAN, PENGANGGARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH
Penatausahaan/Akuntansi Keuda
LAPORAN REALISASI
ANGGARANNERACA
LAPORAN ARUS KAS
catatan atas laporan
keuangan
Review
RPJMD
RPJPD
LaporanTriwulan
Laporan Smesteran
laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMD/perusahaan daerah.
48
PERUBAHAN RPJPD dan RPJMD(Pasal 282 s.d Pasal 284)
Perubahan RPJPD dan RPJMD hanya dapat dilakukan apabila:
a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa prosesperumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara penyusunanrencana pembangunan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri ini;
b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yangdirumuskan, tidak sesuai dengan Peraturan Menteri ini;
c. terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau
d. merugikan kepentingan nasional.
RPJPD dan RPJMD perubahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Dalam hal pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terjadi perubahan capaiansasaran tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhirpembangunan jangka panjang dan menengah, penetapan perubahanRPJPD dan RPJMD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
13
49
PERUBAHAN RKPD(Pasal 285 s.d Pasal 286)
RKPD dapat diubah dalam hal tidak sesuai dengan perkembangankeadaan dalam tahun berjalan, meliputi :
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangkaekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaranpembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah;
b. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaransebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; dan/atau
c. keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkandalam perturan perundang-undangan.
• Perubahan RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
50
REKOMENDASI
1. Bidang kesehatan dan gizi masyarakat merupakan bidang prioritasdalam pembangunan nasional dan daerah, sehingga harussenantiasa terakomodasi dalam setiap dokumen rencanapembangunan daerah (RPJPD, RPJMD dan RKPD) untuk menjamintersedianya alokasi anggaran yang sesuai kebutuhanpembangunan kesehatan.
2. Upaya untuk mewujudkan sinkronisasi perencanaan danpenganggaran kesehatan antar pusat dan daerah harus ditempuhdengan menyelaraskan pendekatan dan jadwal waktu penyusunanperencanaan dan penganggaran antara kementerian terkait danpemerintah daerah sesuai regulasi.
3. Untuk menjamin dukungan pendanaan APBD sesuai denganprioritas kemampuan keuangan daerah, urgensi dan program yangmendukung percepatan pembangunan bidang kesehatan dan gizimasyarakat harus disosialisasikan kepada DPRD.
51
1
11
PETA HASIL EVALUASI ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2012
Drs. HAMDANI, MM, M.Si, Ak
Direktur Anggaran Daerah
DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH
Disampaikan dalam Acara Workshop Sinkronisasi Perencanaan dan
Penganggaran Kesehatan Antara Pusat dan Daerah
2222
Pembahasan & Kesepakatan
KUA antara KDH dgn DPRD (Juni)
Pembahasan dan Kesepakatan PPASantara KDH dgn DPRD (Juni)
Penyusunan RKA-SKPD & RAPBD (Juli-September)
Pembahasan dan persetujuan Rancangan
APBD dgn DPRD(Oktober-November)
Penetapan Perda APBD
(Desember)
Penetapan RKPD
(Mei)
MusrenbangKab/Kota
(Maret)
Forum SKPD
Penyusunan Renja SKPD Kab/Kota
(Maret)
Musrenbang Kecamatan
(Februari)
Musrenbang Desa
(Januari)
SKEDUL PERENCANAAN & PENGANGGARAN
Penyusunan DPA SKPD
(Desember)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
12
10
13Pelaksanaan APBD
Januari thn berikutnya
Evaluasi Rancangan
Perda APBD (Desember)
3333
BELANJA DAERAH
Pasal 18 PP Nomor 58 Tahun 2005
Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup danpenganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus didukung dengan dasarhukum yang melandasinya.
Pasal 26 ayat (1) PP Nomor 58 Tahun 2005 Jo. Pasal 31 ayat (1) PermendagriNomor 13 Tahun 2006
Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusanpemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kab/kota yang terdiridari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan concurrent.
Pasal 22 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah danorganisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahantersebut.
4444
ALOKASI
BELANJA
DITENTUKAN TEKNIS PENGANGGARAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN
2
5555
KEBIJAKAN PENGANGGARAN
MELIPUTI :
BELANJA YG DIARAHKAN (EARMARK)
BELANJA YANG BERSIFAT MENGIKAT/WAJIB
BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI AMANAT PER UU
BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM
BELANJA LAIN-LAIN
6666
BELANJA YG
DIARAHKAN
(EARMARK)
DAK
DBH - DR
DBH CUKAI TEMBAKAU
DANA OTSUS (Untuk Program)
DANA BOS
DANA INSENTIF DAERAH (DID)
DANA PENYESUAIAN (Tunj. Fungsional, Tambahan Penghasilan Guru Pns, Sertifikasi Guru)
BANTUAN KEUANGAN YG BERSIFAT KHUSUS
BELANJA YANG
BERSIFAT
MENGIKAT/WAJIB :
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BUNGA
KEGIATAN DPA - L
DUKUNGAN PROGRAM
PRIORITAS NASIONAL
7777
BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI AMANAT
PER UU :
BELANJA FUNGSI PENDIDIKAN 20% DARI TOTAL BELANJA
BELANJA URUSAN KESEHATAN 10% (DARI TOTAL BELANJA DILUAR
GAJI)
DBH PAJAK KEPADA KAB/KOTA
BANTUAN PARPOL
INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK
BELANJA MODAL
.
7
BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM :
26 URUSAN WAJIB
8 URUSAN PILIHAN
Dikaitkan dengan urusan yang menjadi
kewenangan daerah (provinsi atau
kab/kota) sesuai tugas dan fungsi
SKPD
8888
BELANJA
LAIN - LAIN
BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA BANTUAN
KEUANGAN
BELANJA TIDAK TERDUGA
BELANJA SUBSIDI
3
9
Pengesahan
MDN
(30 Hari)
DPRDDibahas bersama
DPRD & Pemda
Penyampaian
RAPERDA APBD &
RAPERGUB
APBD
(3 hari)
Membuat RAPERGUB
SebesarPagu APBD Tahun Lalu
(15 hari)
MDN(15 hari)
Hasil
Evaluasi
Sesuai
dgn UU
Tdk
Disempurnakan
MDN membatalkan
Berlaku Pagu APBD
Sebelumnya
GUBERNUR
menetapkan
PER-GUB
PROSES EVALUASI PERDA APBD PROVINSI & PERATURAN GUBERNUR TTG PENJABARAN APBD
Setuju
RAPERDA
APBD
RAPERGUB
PENJABARAN APBD
GUBERNUR
menetapkan
PERDA &
PER-GUB
Penyempurnaan
(7 Hari)Melewati
Batas WKT
Evaluasi
Tidak
Setuju
Tdk Sesuai
Dgn UU
Pemberitahuan
Penyempurnaan
10
DPRDDibahas bersama
DPRD & Pemda
Penyampaian
RAPERDA APBD &
RAPERBUP/WAL
APBD
(3 hari)
Membuat RAPERBUP/WAL
SebesarPagu APBD Tahun Lalu
(15 hari)
Pengesahan
Gubernur(30 Hari)
Hasil
Evaluasi
Sesuai
dgn UU
Tdk
Disempurnakan
GUB membatalkan
Berlaku Pagu APBD
Sebelumnya
Bupati/Walikota
menetapkan
PER-BUP/WAL
PROSES EVALUASI PERDA APBD KAB/KOT &PERATURAN BUP/WAL TTG PENJABARAN APBD
Setuju
RAPERDA
APBD
RAPERBUP/WAL
PENJABARAN APBD
Bupati/Walikota
menetapkan
PERDA &
PER-BUP/WALPenyempurnaan
(7 Hari)Melewati
Batas waktu
Evaluasi
Laporan kpd
MDN
GUBERNUR(15 hari)
Tidak Setuju
Tdk Sesuai
Dgn UU
Pemberitahuan
Penyempurnaan
11111111
Jumlah Provinsi Yang Menetapkan
Perda APBD Tepat Waktu (2008-2012)
10
15
21
2830
0
5
10
15
20
25
30
35
2008 2009 2010 2011 2012 *)
12121212
Dalam Trilliun Rupiah
Catatan:TA 2012 Belum termasuk Provinsi Aceh dan Papua
4
13131313
PROVINSI YANG MEMILIKI PORSI
PAD TERENDAH
PROVINSITOTAL
PENDAPATAN
PAD
NOMINAL PROSENTASE
Papua Barat 3,385,707 98,962 2,92%
Papua 5,369,147 304,175 5,67%
Maluku Utara 724,624 80,678 11,13%
PROVINSI YANG MEMILIKI PORSI
PAD TERTINGGI
PROVINSITOTAL
PENDAPATAN
PAD
NOMINAL PROSENTASE
Jawa Timur 9,907,001 7,615,043 76,87%
Jawa Barat 8,424,710 6,316,400 74,97%
Jawa Tengah 5,872,245 4,182,627 71,23%
PROVINSI YANG MEMILIKI PORSI
PAD TERENDAH
PROVINSITOTAL
PENDAPATAN
PAD
NOMINAL PROSENTASE
Maluku Utara 1.117.567 93.648 8,38%
Sulawesi Barat 952.008 134.984 14,18%
Gorontalo 893.9640 142.2020 15,91%
PROVINSI YANG MEMILIKI PORSI
PAD TERTINGGI
PROVINSITOTAL
PENDAPATAN
PAD
NOMINAL PROSENTASE
Jawa Timur 11.523.016 9.068.160 78,70%
Jawa Barat 10.397.494 8.173.341 78,61%
Banten 3.902.075 2.981.553 76,41%
20122011
(dalam juta rupiah)
14141414
PORSI PAD, DANA PERIMBANGAN DAN
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
URAIAN
PROPORSI
NOMINAL %
PAD 66,59 51,20%
DANA PERIMBANGAN 49,60 38,13%
LAIN-LAIN PENDPTAN YG SAH 13,88 10,67%
TOTAL 130,07
2011
URAIAN
PROPORSI
NOMINAL %
PAD 74,00 54,28%
DANA PERIMBANGAN 50,27 36,87%
LAIN-LAIN PENDPTAN YG SAH 12,07 8,85%
TOTAL 136,34
2012
15151515
Struktur Belanja APBD Provinsi
5 Tahun Terakhir (2008-2012)
TahunTotal Belanja
Daerah
Belanja
Pegawai% Hibah*) % Bansos %
Belanja
Barang &
Jasa
%Belanja
Modal%
2008 96,12 26,18 27,2 5,57 5,80 3,43 3,60 21,25 22,11 23,73 24,68
2009 105,59 27,18 25,7 3,22 3,00 4,08 3,90 24,49 23,19 25,80 24,43
2010 113,13 29,84 26,4 3,41 3,00 3,45 3,00 26,95 23,83 26,30 23,24
2011 146,30 31,55 21,57 6,30 4,30 3,55 2,42 33,79 26,42 26,43 18,07
2012 146.95 33.68 22,92 13.35 9,09 1.58 1,07 35.69 24,29 30.72 20,91
(dalam trilyun rupiah)
Catatan:
1. Diolah dari Data APBD Ditjen Keuangan Daerah
2. Data Tahun 2012 dengan jumlah 31 Provinsi
*) Hibah dalam bentuk uang dan untuk Tahun 2012 belum termasuk Hibah Bos kepada satuan pendidikan
dasar
16161616
PROVINSI YANG MEMILIKI
BELANJA PEGAWAI TERTINGGI
PROVINSITOTAL
BELANJA
BELANJA PEGAWAI
NOMINAL PROSENTASE
DKI Jakarta 30,922,361 9,242,941 29,89%
Jawa Barat 11,313,886 1,614,556 14,27%
Jawa Timur 12,305,791 1,470,200 11,94%
PROVINSI YANG MEMILIKI
BELANJA PEGAWAI TERTINGGI
PROVINSITOTAL
BELANJA
BELANJA PEGAWAI
NOMINAL PROSENTASE
DKI Jakarta 33,827,031 10,053,911 29,72%
Jawa Timur 12,214,783 1,673,665 13,70%
Jawa Barat 11,560,297 1,650,063 14,27%
20122011
(dalam juta rupiah)
PROVINSI YANG MEMILIKI
BELANJA PEGAWAI TERENDAH
PROVINSITOTAL
BELANJA
BELANJA PEGAWAI
NOMINAL PROSENTASE
Sulawesi Barat 776,007 108,801 14,02%
Maluku Utara 730,840 184,827 23,81%
Gorontalo 768,346 203,973 26,54%
PROVINSI YANG MEMILIKI
BELANJA PEGAWAI TERENDAH
PROVINSITOTAL
BELANJA
BELANJA PEGAWAI
NOMINAL PROSENTASE
Sulawesi Barat 969,008 160,474 16,56%
Kepulauan Riau 2,188,418 205,838 9,41%
Maluku Utara 1,162,567 216,010 18,58%
5
17171717
PROVINSI YANG MEMILIKI
BELANJA MODAL TERTINGGI
PROVINSITOTAL
BELANJA
BELANJA MODAL
NOMINAL PROSENTASE
DKI Jakarta 30,922,36 9,707,23 31.39%
Kalimantan Timur
9,452,22 2,224,26 23.70%
Aceh 7,974,70 1,610,31 20.19%
PROVINSI YANG MEMILIKI
BELANJA MODAL TERTINGGI
PROVINSITOTAL
BELANJA
BELANJA MODAL
NOMINAL PROSENTASE
DKI Jakarta 33,827,03 11,196,56 33,10%
Kalimantan Timur
10,100,00 2,835,10 28,07%
Riau 6,367,55 1,627,54 25,56%
20122011
(dalam milyar rupiah)
PROVINSI YANG MEMILIKI
BELANJA MODAL TERENDAH
PROVINSITOTAL
BELANJA
BELANJA MODAL
NOMINAL PROSENTASE
Gorontalo 768,35 148,00 19,26%
DI Yogyakarta 1.708,87 160.78 9,41%
Sulawesi Tengah 1.526,68 219.91 14,40%
PROVINSI YANG MEMILIKI
BELANJA MODAL TERENDAH
PROVINSITOTAL
BELANJA
BELANJA MODAL
NOMINAL PROSENTASE
Gorontalo 893,96 130,53 14,60%
Maluku 1.429,41183,41
12,83%
Nusa Tenggara Timur
1.408,95 216,22 15,35%
18181818
URAIAN 2011 2012
Dana Bagi Hsl Pjk/Bkn Pjk 25,74 24,80
Dana Alokasi Umum 22,55 23,60
Dana Alokasi Khusus 1,31 1,07
TOTAL 49,60 49,47
DANA PERIMBANGAN PROVINSI SE INDONESIA
TAHUN ANGGARAN 2011-2012
(dalam trilyun rupiah)
Catatan:
1. Diolah dari Data APBD Ditjen Keuangan Daerah
2. Data Tahun 2012 dengan jumlah 30 Provinsi
19191919
SINKRONISASI ANGGARAN PROGRAM/KEGIATAN PROVINSI
MENDUKUNG 11 PRIORITAS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2012
19
NO DAERAH TOTAL BELANJA U.KESEHATAN %
1 Aceh 9,511,938,653,801.00 895,106,316,693.00 9.41%
2 Sumatera Utara 7,990,721,778,191.00 263,491,978,493.00 3.30%
3 Sumatera Barat 3,121,167,223,000.00 311,674,843,729.00 9.99%
4 Riau 6,366,656,082,429.31 417,425,940,005.66 6.56%
5 Kepulauan Riau 2,387,789,580,000.00 89,850,623,290.00 3.76%
6 Jambi 1,942,503,556,205.00 189,192,565,183.00 9.74%
7 Bengkulu 1,586,154,929,122.00 194,107,937,713.00 12.24%
8 Sumatera Selatan 4,742,452,272,000.00 266,016,272,000.00 5.61%
9 Bangka Belitung 1,450,019,258,815.91 62,167,009,863.00 4.29%
10 Lampung 2,838,249,945,031.00 330,625,561,301.00 11.65%
11 DKI Jakarta 33,827,031,650,310.00 3,304,871,058,846.00 9.77%
12 Jawa Barat 15,804,296,979,395.00 532,645,838,342.00 3.37%
13 Banten 4,134,075,000,000.00 228,645,030,442.00 5.53%
14 Jawa Tengah 11,245,744,293,000.00 973,037,731,000.00 8.65%
15 DI Yogyakarta 2,124,288,709,311.00 127,525,403,864.00 6.00%
16 Jawa Timur 12,214,783,359,822.00 1,838,068,137,951.00 15.05%
17 Kalimantan Barat 2,902,408,853,315.00 231,217,889,600.00 7.97%
18 Kalimantan Tengah 2,248,744,203,500.00 149,306,083,976.00 6.64%
19 Kalimantan Selatan 3,108,943,628,560.00 486,093,162,150.00 15.64%
20 Kalimantan Timur 10,502,613,100,000.00 807,169,051,800.00 7.69%
21 Sulawesi Barat 969,008,829,760.80 39,141,198,918.00 4.04%
22 Sulawesi Utara 1,817,969,042,396.00 96,125,500,000.00 5.29%
23 Gorontalo 938,401,827,019.20 29,992,243,391.00 3.20%
24 Sulawesi Tengah 1,931,199,415,482.00 166,022,073,322.00 8.60%
25 Sulawesi Selatan 4,760,942,065,502.67 329,489,029,057.00 6.92%
26 Sulawesi Tenggara 2,021,706,570,358.00 136,587,736,217.00 6.76%
27 Bali 3,656,633,235,145.91 444,107,403,833.00 12.15%
28 Nusa Tenggara Barat 2,254,557,144,100.00 196,140,724,000.00 8.70%
29 Nusa Tenggara Timur 2,147,354,663,000.00 165,695,156,349.00 7.72%
30 Maluku 1,429,870,261,553.45 117,855,407,791.88 8.24%
31 Maluku Utara 1,170,032,917,000.00 67,475,869,000.00 5.77%
32 Papua 7,114,955,358,000.00 575,925,479,000.00 8.09%
33 Papua Barat 3,998,380,838,950.00 87,962,474,500.00 2.20%
174,261,595,224,076.00 14,150,758,731,620.50 8.12%
ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN
PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012
Total Provinsi Se- Indonesia
6
NO DAERAH TOTAL BELANJA U.KESEHATAN/BL %
1 Aceh 9,511,938,653,801.00 746,247,711,788.00 7.85%
2 Sumatera Utara 7,990,721,778,191.00 190,135,374,063.00 2.38%
3 Sumatera Barat 3,121,167,223,000.00 202,643,845,100.00 6.49%
4 Riau 6,366,656,082,429.31 293,717,583,295.00 4.61%
5 Kepulauan Riau 2,387,789,580,000.00 53,511,115,000.00 2.24%
6 Jambi 1,942,503,556,205.00 109,380,400,000.00 5.63%
7 Bengkulu 1,586,154,929,122.00 109,534,385,500.00 6.91%
8 Sumatera Selatan 4,742,452,272,000.00 209,223,084,000.00 4.41%
9 Bangka Belitung 1,450,019,258,815.91 31,079,005,580.00 2.14%
10 Lampung 2,838,249,945,031.00 253,919,085,000.00 8.95%
11 DKI Jakarta 33,827,031,650,310.00 2,681,095,937,777.00 7.93%
12 Jawa Barat 15,804,296,979,395.00 421,639,761,786.00 2.67%
13 Banten 4,134,075,000,000.00 213,000,000,000.00 5.15%
14 Jawa Tengah 11,245,744,293,000.00 718,461,073,000.00 6.39%
15 DI Yogyakarta 2,124,288,709,311.00 91,651,904,207.00 4.31%
16 Jawa Timur 12,214,783,359,822.00 1,422,133,831,550.00 11.64%
17 Kalimantan Barat 2,902,408,853,315.00 130,207,537,100.00 4.49%
18 Kalimantan Tengah 2,248,744,203,500.00 25,087,065,050.00 1.12%
19 Kalimantan Selatan 3,108,943,628,560.00 353,760,758,150.00 11.38%
20 Kalimantan Timur 10,502,613,100,000.00 565,239,517,800.00 5.38%
21 Sulawesi Barat 969,008,829,760.80 22,483,222,350.00 2.32%
22 Sulawesi Utara 1,817,969,042,396.00 36,105,000,000.00 1.99%
23 Gorontalo 938,401,827,019.20 13,482,560,000.00 1.44%
24 Sulawesi Tengah 1,931,199,415,482.00 102,126,451,613.00 5.29%
25 Sulawesi Selatan 4,760,942,065,502.67 36,105,000,000.00 0.76%
26 Sulawesi Tenggara 2,021,706,570,358.00 62,235,936,538.00 3.08%
27 Bali 3,656,633,235,145.91 359,256,962,293.00 9.82%
28 Nusa Tenggara Barat 2,254,557,144,100.00 103,489,530,000.00 4.59%
29 Nusa Tenggara Timur 2,147,354,663,000.00 89,644,766,349.00 4.17%
30 Maluku 1,429,870,261,553.45 41,481,525,213.18 2.90%
31 Maluku Utara 1,170,032,917,000.00 31,483,725,000.00 2.69%
32 Papua 7,114,955,358,000.00 421,833,466,000.00 5.93%
33 Papua Barat 3,998,380,838,950.00 71,022,874,500.00 1.78%
174,261,595,224,076.00 10,212,419,995,602.20 5.86%
ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN (diluar gaji)
PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012
Total Provinsi Se- Indonesia
22222222
SEKIAN
dan
TERIMA KASIH
06/02/2013
1
GAMBARAN PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN DI INDONESIA
BY: DELINA HASAN
DIPRESENTASIKAN PADA PERTEMUAN DI BANDUNG
7 Maret 2012
DH-BP-BDG-070312 DH-BP-BDG-070312
Perencanaan
Salah satu fungsi dalam fungsi manajemen yang terdiri dari
- Planning, Organizing, Actuating, Controling, Evaluation
Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan mempertimbangkan sumber daya yang
tersedia (UU No 25/2004)
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, semua kegiatan
manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan.
DH-BP-BDG-070312
Perencanaan suatu langkah awal dalam prosesmemecahkan masalah yang terdiri dari analisis situasi,perumusan masalah, penentuan tujuan, penentuan kegiatanuntuk mencapai tujuan, dan penentuan sumber daya untukmelaksanakannya.
Dari batasan diatas dapat disimpulkan:
a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis danpemahaman sistem dengan baik.
b. Perencanaan pada hakikatnya menyusun konsep dankegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapaitujuan dan misi organisasi.
c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasiuntuk mencapai hari depan yang lebih baik.
Ascobat G/P2KT-III/05
LANGKAH POKOK PERENCANAAN &
PENGANGGARAN TERPADU
1. Analisis situasi & perumusan masalah
2. Penentuan tujuan
3. Identifikasi & perumusan kegiatan
5. Penyusunan Rencana Operasional
4. Integrasi rencana
6. Estimasi kebutuhan biaya (A&I Based Costing)
7. Integrasi Anggaran
8. Konversi Mata Anggaran SK Mendagri
06/02/2013
2
Analisis
Situasi &
Identifikasi
masalah
Penentuan
Tujuan
Penentuan
Kegiatan
Penentuan
Sumberdaya/
biaya
Pelaksanaan/
Monitoring &
Cotroling
Evaluasi
P O
A
CE
Peng-
organisasian
Siklus pemecahan masalah & fungsi manajemen
Sumber PKEKK
Analisis situasi adalah proses untuk mengenali masalah kesehatandan determinan masalah tersebut serta analisis hal-hal umum yang diperkirakan bermanfaat untuk program kesehatan.
Analisis situasi sangat “critical” dalam perencanaan kesehatan
Perlu data yg akurat dan “up to date” tentang:
- Data geografi
- Data demografi
- Epidemiologi masalah kesehatan
- Faktor resiko lingkungan
- Faktor resiko perilaku
- Pencapaian kinerja program
- Sarana dan prasarana
- Sumberdaya pembiayaan
DH-BP-BDG-070312
Identifikasi Masalah
DH-BP-BDG-070312
Deskripsi masalah:
1. Morbiditas (Prev/Insidens), Mortalitas
2. Distribusinya menurut klpok pddk
3. Distribusinya mnrt tempat
4. Disribusinya mnrt waktu
5. Sumber penyakit
Resiko lingkungan:
1. Fisik
2. Biologis
3. Sosial
Resiko perilaku:
1. Health belief
2. Health Seeking Behavior
3. Kebiasaan-2,dll
Kinerja Program
DH-BP-BDG-070312
1. Essential Clinical Services (WB 1993)(1) KIA(2) KB(3) Pengobatan Tbc(4) Pengobatan PMS(5) Pengobatan kurang gizi pada anak
2. Essential Services for the poor (SEARO/Tokyo 1998)(1) Maternal Child Health, Family Planning(2) Immunisasi(2) Th/ infectious diseases (Tb, malaria, DHF, etc)(4) Th/ of undernutrition(5) Health Promotion(6) Referal to hospital for MCH and communicable diseases
06/02/2013
3
DH-BP-BDG-070312
3. Lima Program Terpadu (Posyandu)
(1) Diare
(2) ISPA
(3) Gizi/penimbangan
(4) Immunisasi
(5) PKM
4. Basic Six
(1) KIA / KB
(2) P2M
(3) PKL
(4) Perbaikan Gizi Masyarakat
(5) Promkes
(6) Pengobatan
5. SPM, Permekes no. 741/Menkes/Per/VII/2008
DH-BP-BDG-070312
2010 2015
1 Pelayanan kesehatan dasar 1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95%
2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80%
3. Cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan
90%
4. Cakupan pelayanan nifas 90%
5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80%
6. Cakupan kunjungan bayi 90%
7. Cakupan desa/kelurahan UCI 100%
8. Cakupan pelayanan anak balita 90%
9. Cakupan pemberian MP-ASI anak usia 6 - 24 bulan
keluarga miskin
100%
10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100%
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100%
12. Cakupan peserta KB aktif 70%
13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100%
14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100%
2 Pelayanan kesehatan rujukan 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin 100%
16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus
diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten/kota
100%
3 Penyelidikan epidemiologi dan
penanggulangan Kejadian
17. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan
penyelidikan epidemiologi < 24 jam
100%
Biasa (KLB)
4 Promosi kesehatan dan
Pemberdayaan masyarakat
18. Cakupan desa siaga aktif 80%
Tabel-2 Daftar SPM, Permenkes Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008
TargetNo Jenis Pelayanan Indikator Kinerja
Penentuan tujuan
• Yang ditentukan adalah tujuan tahun depan (target program tahun depan)
• Tujuan bisa bersifat “output”, bisa bersifat “outcome”
• Biasanya rencana tahunan, sulit mengukur perubahan “outcome”
• Biasanya cukup menentukan “output” program (misal: cakupan2)
• Tujuan harus punya indikator
• Indikator tsb harus memenuhi kriteria “SMART”
- Specific (jelas sasarannya, mudah dipahami oleh pelaksana)
- Measurable (dapat diukur kemajuannya)
- Appropriate (sesuai dg kebijakan, dan strategi nasional, tujuan program, visi dan misi institusi)
- Time bound (ada batas waktu pencapaiannya)
DH-BP-BDG-070312
Langkah-langkah Penentuan Tujuan
DH-BP-BDG-070312
Target/tujuan global
Target/tujuan nasional
Target Renstrakes Daerah
Keadaan Masalah
Tujuan
(Rumusan I) Trend kinerja masa lalu
Faktor internal
Faktor eksternal
Tujuan (Rumusan akhir)
Kualitatif
Kuantitatif
Sasaran penduduk
Sasaran lokasi
Sasaran waktu
Tujuan:
1, Berkaitan dgn outcome (masalah)
2, Berkaitan dengan output (kinerja program)
06/02/2013
4
Penentuan kegiatan
• Kegiatan program kesehatan sudah baku
• Ada dalam pedoman-pedoman program
• Prinsipnya: kegiatan tersebut harus yg sudah terbukti “cost effective”
• Contoh kegiatan baku dlm program malaria:
- Case detection & pengobatan
- Vector control
- Pembagian kelambu
- Promkes
DH-BP-BDG-070312 Ascobat G/P2KT-III/05
Kegiatan
Manajemen
Pelayanan
individu
Kegiatan di
masyarakat
a. Temuan kasus
b. Pengobatan
a. Intervensi lingk.
b,.Intervensi
perilaku c.
Mobilisasi sosial
Tujuan outcome
Tujuan output
Kegiatan tak langsung Kegiatan langsung
IDENTIFIKASI & PERUMUSAN
KEGIATAN
Pengembangan/
investasi
Pengembangan/
investasi
Pengembangan/
investasi
Penentuan Sumber Daya
• Sumber daya termasuk sarana, tenaga, biaya• Namun dalam penganggaran semua sumberdaya diukur dalam nilai uang• Sumber-sumber pembiayaan kesehatan didaerah termasuk:
- DBH - DAU- DAK- PAD- TP- Jamkes- Dekon- PHLN- Dll
DH-BP-BDG-070312
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah mengatur personel atau staf yangada dalam institusi tesebut agar kegiatan yang telahditetapkan dalam rencana tersebut dapat berjalan denganbaik yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai.
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
5
Pengawasan dan Pengarahan
Pengawasan dan PengarahanPengawasan dan pengarahan adalah suatu proses untuk mengukurpenampilan kegiatan atau pelaksanaan kegiatan suatu program yangselanjutnya memberikan pengarahan-pengarahan sehingga tujuan yangtelah ditetapkan dapat tercapai.Agar pengawasan dapat berjalan dengan baik minimal ada 3 hal yangperlu diperhatikan yaitu;1. Objek Pengawasan
- Kuantitas dan kualitas program- Biaya program- Pelaksanaan program
2. Metode Pengawasan- Melalui kunjungan langsung atau observasi terhadap objek
yang diawasi- Melalui analisis terhadap laporan-laporan yang ada- Melalui pengumpulan data atau informasi
3. Proses pengawasan
DH-BP-BDG-070312
Pelaksanaan
Elemen-elemen dalam pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan
- Input
- Proses
- Out-Put
- Out come
Monitoring dan Evaluasi Program Kesehatan
Yang perlu di lakukan dalam evaluasi adalah;
1. Efektifitas Perencanaan
2. Relevansi Perencanaan
3. Adekuasi perencanaan
4. Kualitas Perencanaan
DH-BP-BDG-070312
1. UNDANG-UNDANG NO 25/2004 TENTANG SISTEM
PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN) ;
UU NO 25/2004 MENGATUR TENTANG PERANAN DAN
TANGGUNG JAWAB KEPALA SKPD UNTUK MENYIAPKAN RENJA
SKPD, KETERKAITANNYA DENGAN VISI DAN MISI RENSTRA
SKPD DAN RPJMD . UNDANG-UNDANG INI JUGA MENEKANKAN
KETERKAITAN ERAT ANTARA PENYUSUNAN RKPD DENGAN
RENJA SKPD.
DH-BP-BDG-070312
Peraturan Perundang-undangan
berkaitan dgn perencanaan tahunan1. UNDANG-UNDANG NO 12 / 2008 PERUBAHAN KEDUA ATAS UU
32/2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.
UNDANG-UNDANG TERSEBUT MENGEMUKAKAN TENTANG
RENCANA KERJA (RENJA) SKPD SEBAGAI PENJABARAN DARI
RENSTRA SKPD UNTUK JANGKA WAKTU 1 (SATU) TAHUN YANG
MEMUAT KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN BAIK YANG DILAKSANAKAN LANGSUNG OLEH
PEMERINTAH DAERAH MAUPUN YANG DITEMPUH DENGAN
MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT.
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
6
1. UNDANG-UNDANG NO 33/2004 TENTANG PERIMBANGAN
KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH ;
UU 33 / 2004 MENYEBUTKAN TENTANG RKPD SEBAGAI DASAR
PENYUSUNAN RAPBD DAN RKA SKPD. UNDANG-UNDANG INI
JUGA MENEKANKAN TENTANG PERLUNYA PENYUSUNAN
RENJA SKPD DAN RKA SKPD BERBASIS PENGANGGARAN
KINERJA. INI MENUNJUKKAN TENTANG PERLUNYA RKPD JUGA
MENGGAMBARKAN TARGET CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH SEHINGGA MUDAH UNTUK DITRANSFORMASIKAN
KEDALAM RENJA SKPD DAN RKA SKPD.
DH-BP-BDG-070312
1. UNDANG-UNDANG NO 17/2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA .
UNDANG UNDANG 17/2003 INI TIDAK MENGATUR SECARA
EKSPLISIT TENTANG RENJA SKPD, NAMUN MENGATUR
TENTANG PERANAN DAN KEDUDUKAN RKPD DALAM
KAITANNYA DENGAN PERUMUSAN KUA APBD DAN RAPBD.
UNDANG- UNDANG INI MENEKANKAN TENTANG
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA (PERFORMANCE
BUDGETING) DAN SERTA PRINSIP- PRINSIP PENGELOLAAN
KEUANGAN YANG MELIPUTI AKUNTABILITAS,
PROFESIONALITAS, PROPORSIONALITAS, KETERBUKAAN
DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PEMERIKSAAN
KEUANGAN OLEH BADAN PEMERIKSA YANG BEBAS DAN
MANDIRI.
DH-BP-BDG-070312
1. PERATURAN PEMERINTAH NO 58/2005 TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH .
PP 58/2005 INI MENYEBUTKAN BAHWA RENJA SKPD
MERUPAKAN PENJABARAN DARI RENSTRA SKPD YANG
DISUSUN BERDASARKAN EVALUASI PENCAPAIAN
PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN-TAHUN
SEBELUMNYA.
DH-BP-BDG-070312
6. PERATURAN PEMERINTAH NO 59/2007 TENTANG PEDOMAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO 59/2007 YANG
MERUPAKAN PENJABARAN PERATURAN PEMERINTAH NO
58/2005 TELAH MENGATUR SECARA RINCI MEKANISME, PROSES,
DAN PROSEDUR PENYUSUNAN PENGANGGARAN TAHUNAN
DAERAH, TERMASUK DIDALAMNYA RKPD, KUA, PPAS, RKA-
SKPD, RAPBD, DAN APBD. MENGINGAT PENYUSUNAN RENJA
SKPD MENGACU PADA RKPD, MAKA RENJA SKPD JUGA PERLU
MENCERMINKAN KERANGKA PENGANGGARAN YANG DIATUR
DALAM PERMENDAGRI TERSEBUT. UNTUK ITU, RENJA SKPD
PERLU MENGGUNAKAN KERANGKA FUNGSI, URUSAN WAJIB,
DAN URUSAN PILIHAN PEMERINTAHAN DAERAH DALAM
MENGANALISIS ISU STRATEGIS, MERUMUSKAN STRATEGI,
KEBIJAKAN, DAN MENETAPKAN PRIORITAS PROGRAM DAN
KEGIATANNYA, SETIAP PROGRAM DAN KEGIATAN PERLU
MEMPUNYAI TOLOK UKUR DAN TARGET KINERJA CAPAIAN
PROGRAM YANG JELAS.
PERMENDAGRI 59/2008 TELAH MENETAPKAN PROGRAM
DENGAN KODE PROGRAMNYA SERTA KODE REKENING SETIAP
KEGIATAN YANG PERLU DIIKUTI OLEH SETIAP SKPD .
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
7
7. PERATURAN PEMERINTAH NO 38 / 2007 TENTANG
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA
PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN
PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN / KOTA .
PP 38 / 2007 INI SECARA NYATA MENYEBUTKAN TENTANG
URUSAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA MELIPUTI
URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN. URUSAN
PEMERINTAHAN YANG WAJIB DISELENGGARAKAN OLEH
PEMERINTAH DAERAH ADALAH ERAT KAITANNYA DENGAN
PELAYANAN DASAR, SEDANGKAN UNTUK URUSAN PILIHAN
ADALAH URUSAN PEMERINTAHAN YANG SECARA NYATA ADA
DAN BERPOTENSI SERTA MENJADI UNGGULAN DAERAH
TERSEBUT. KONSEKUENSI DARI ADANYA URUSAN WAJIB DAN
PILIHAN TERSEBUT DAERAH WAJIB MENGALOKASIKAN
ANGGARANNYA UNTUK OPERASIONAL PELAYANAN DASAR
TERSEBUT MELALUI MEKANISME PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN SEBAGAIMANA DIATUR DENGAN UU 25/2004
DAN PP 8/2008..
DH-BP-BDG-070312
8. PERATURAN PEMERINTAH NO 8/ 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA
PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN
RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH.
PP 8/2008 MENGEMUKAKAN BAHWA KEWAJIBAN SKPD UNTUK MENYUSUN
RENSTRA DAN RENJA SKPD YANG BERPEDOMAN PADA RPJMD DAN
BERSIFAT INDIKATIF SERTA DISUSUN DENGAN MENGGUNAKAN DATA
DAN INFORMASI. RENJA SKPD DIBAHAS DALAM FORUM SKPD YANG
DISELENGGARAKAN BERSAMA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN UNTUK
MENENTUKAN PRIORITAS KEGIATAN PEMBANGUNAN . PROGRAM
PRIORITAS URUSAN WAJIB DAN PILIHAN MENGACU PADA STANDAR
PELAYANAN MINIMAL SESUAI KONDISI NYATA DAERAH DAN
KEBUTUHAN MASYARAKAT.
DH-BP-BDG-070312
9. INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 7 TAHUN
1999 TENTANG AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
(AKIP)
INPRES TERSEBUT MEWAJIBKAN SETIAP SKPD/INSTANSI PEMERINTAH
SEBAGAI UNSUR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN NEGARA UNTUK
MEMPETANGGUNGJAWABKAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN
FUNGSINYA SERTA KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA
DENGAN DIDASARKAN PADA SUATU PERENCANAAN STRATEGIK
(RENSTRA) YANG DITETAPKAN OLEH MASING-MASING SKPD/INSTANSI
PEMERINTAH. PERTANGGUNGJAWABAN TERSEBUT BERUPA LAPORAN
YANG DIDSAMPAIKAN KEPADA ATASAN MASING-MASING, LEMBAGA –
LEMBAGA PENGAWAS DAN PENILAI AKUNTABILITAS DAN AKHIRNYA
DISAMPAIKAN KEPADA PRESIDEN. LAPORAN TERBUT DISEBUT DENGAN
ISTILAH LAKIP.
DH-BP-BDG-070312
10. PP 41 / 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
SECARA EXPLISIT PP 41 / 2007 TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN
PENYUSUNAN RENJA TAHUNAN SKPD, TETAPI PADA PP 41 TERSEBUT PADA
PASAL 25 DISEBUTKAN BAHWA UNTUK ORGANISASI DINAS DAERAH
TERDIRI DARI (1) SATU SEKRETARIAT DAN PALING BANYAK 4 (EMPAT)
BIDANG . SEKRETARIAT MEMBAWAHI 3 (TIGA) SUB.BAGIAN, DAN BIDANG
MEMBAWAHI 3 (TIGA) SEKSI.
DARI 4 (EMPAT) BIDANG YANG DIREKOMENDASIKAN TENTUNYA
MEMPERKECIL PELUANG TERBENTUK BIDANG BINA PROGRAM YANG
MENGKOORDINIR PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
PROGRAM . BILA HAL TERSEBUT TERJADI AKAN MEMPERLEMAH DINAS
KESEHATAN DALAM HAL PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN PROGRAM DIKARENAKAN KEWENANGAN UNTUK
MELAKUKAN KOORDINASI IDEALNYA OLEH BIDANG BINA PROGRAM
SETINGKAT ESSELON III.
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
8
Masalah Dalam Perencanaan dan Penganggaran
Pembangunan Kesehatan
- Langkah-langkah dan Jadwal kegiatan Perencanaan dan penganggaran antara pusat
dan daerah belum dilaksanakan dengan baik.
- Daerah belum sepenuhnya mengikuti kebijakan dan regulasi dari pusat, demikian
juga pusat harus dapat membaca kesulitan daerah.
- Belum ada sinkronisasi dalam perencanaan dan penganggaran antara pusat dan
daerah.
- Anggaran lebih banyak dipergunakan untuk kegiatan tidak langsung seperti
manajerial.
- Untuk program-program kesehatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat
seperti KIA, Immunisasi pembiayaannya sangat kecil (sumber data DHA ),
demikian juga untuk program Promotif dan Preventif sangat kecil, akibatnya
pembiayaan untuk kuratif menjadi besar.
DH-BP-BDG-070312
Bbrp kelemahan perencanaan (atas dasar pegamatan)
* Kaku, rule driven (sulit dirubah karena terikat peraturan)- Program, kegiatan, sumberdana terikat pada peraturan baku- Isinya sulit dirubah/disesuaikan dengan perubahan yg bisa
terjadi sepanjang tahun.Contoh: Alokasi anggaran bersumber pemerintah seperti DAKperuntukannya tidak fleksibel sesuai kebutuhan daerah, DAKpenggunaannya hanya diperbolehkan untuk fisik. Untuk daerah yangfisiknya sudah mencukupi, menjadi tdk efektif kalau anggaran tsbdigunakan lagi untuk fisik, disisi lain untuk operasional masih sangatkurang.
*Tidak “evidence based”- Kelemahan dalam melakukan analisis situasi- Kelemahan sistem informasi kesehatan- Kelemahan informasi/pengetahuan ttg faktor-faktor ygberkaitan dengan suatu masalah kesehata
DH-BP-BDG-070312
* Historical planning - rencana tahun lalu ditambah-tambah sedikit, 10%,15%, dll
* Target tahun depan tidak realistis- Sering mengikuti saja target emosional - Tidak didasarkan pada trend pencapaian masa lalu- Tidak didasarkan pada prospek ketersediaan sumberdaya
thn yad
* Fragmented- tidak ada kordinasi antara program, apalagi integrasi- sering disebut karena “egoisme program”- tapi bisa juga karena perencanaan top-down (sudah
terfragmentasi dari atas)
*
DH-BP-BDG-070312
• Budget driven:- target dan kegiatan didasarkan pada flafond anggaran yg tersedia
(budget based targeting)- perencana pasif, tidak mau menghitung besaran masalah, trend kinerja
dll
• Benang merah logika “problem solving” tidak jelas- perencanaan dilakukan tanpa mind-set tentang siklus pemecahan masalah- tidak ada konsisten antara masalah dan tujuan dan kegiatan dan alokasi
sumberdaya
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
9
Kelemahan penganggaran Kesehatan Daerah
• Anggaran kesehatan terlalu kecil
• Realisasi terlambat
• Terfragmentasi
• Kecenderungan belanja fisik
• Biaya operasional tidak cukup
• Fenomena pyramida terbalik (banyak diatas)
• Lemah kaitan antara anggaran dengan kinerja
• Cenderung untuk kuratif
• Peruntukan kaku
• “Bocor”
DH-BP-BDG-070312
Anggaran kesehatan terlalu kecil
• Dibandingkan dengan kebutuhan normatif (US$ 12/capita, nilai tahun 1993, menurut World Development Report 1993)
• Kebutuhan rill setelah dihitung dgn P2KT, hasilnya 3 – 4 kali dari ketersediaan anggaran selama ini
• Juga ada “kekurangan relatif”, artinya program P2PL dan Promkes relatif lebih kecil dibanding anggaran RS
DH-BP-BDG-070312
Realisasi Terlambat
• Karena proses birokrasi anggaran berkepanjangan
• Sinyalemen: penggunaan hak budget oleh legislatif berlebihan
• Dampaknya: waktu pelaksanaan program sangat pendek
• Pelaksana program bergulat dengan urusan SPJ
• Akhirnya: kinerja program tidak mencapai target
• Atau: kalaupun mencapai target, mutunya rendah (misal: UCI campak tercapai, tapi KLB campak tetap terjadi karena lemahnya manajmen “cold chain”
Kecenderungan FisikIni biasa terjadi karena sdh diantisipasi realisasi akan terlambat, lebih baik diusulkan sarana fisik, bisa selesai dlm waktu relatif pendek
DH-BP-BDG-070312
Kurang Biaya Operasional
- Biaya operasional sangat menentukan kinerja program
- Kekurangan biaya operasional akibat kecenderungan belanja fisik
- Bisa juga karena kelemahan data ttg biaya satuan kegiatan operasional
(UC kunjungan lapangan, UC fogging, dll)
Fenomena Pyramida terbalik
- Anggaran terpakai banyak untuk kegiatan “capacity building”,
pelatihan, pertemuan kordinatif
- Sebagai contoh: anggaran dekon membengkak, PK-nya ada di
propinsi, sering mengundang org kabupaten ke propinsi
- Pekerjaan di kabupaten/kota terganggu
Kinerja dan Anggaran
- Pengaggaran cenderung berorientasi pada belanja faktor input (belanja barang)
- Lemah dalam mengkaitan anggaran dengan output
- Ini akibat kelemahan dalam perencanaan
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
10
Cenderung Kuratif
- Kewajiban memberikan jaminan kepada penduduk miskin
anggaran untuk rawat jalan dan rawat inap naik
- Anggaran untuk promotif dan preventif mendapat
dampaknya
- Bisa juga karena eksekutif pemerintah memiliki persepsi tidak
tepat ttg pembangunan kesehatan:
- Kesehatan identik dengan RS, alat canggih, tenaga spesialis,
dll
DH-BP-BDG-070312
Peuruntukan Kaku
• Mau tidak mau harus ikuti nomenklatur program dan mata anggaran sesuai peraturan (SPM dan Permendagri No. 59/2007)
• Daftar SPM ternyata tidak memasukkan program tertentu secara spesifik (misal malaria dan tbc)
• Mata anggaran dalam Permendagri No. 59/2007 tidak mencakup mata anggaran yang diperlukan dalam program kesehatan
DH-BP-BDG-070312
Bocor
• Tidak usah dibahas
• Semua sudah tahu apa maksudnya
• Kalau mau “sharing” pengalaman boleh sampaikan
DH-BP-BDG-070312
Solusi
1). Siklus pemecahan masalah perlu dilakukan dimulai dari
- Analisis situasi
- Identifikasi masalah
- Penentuan Tujuan
- Penentuan Kegiatan
- Penentuan Sumber daya
- Pengorganisasian
- Pelaksanaan
- Monitoring
- Evaluasi
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
11
2). Anggaran Berbasis Kinerja
DH-BP-BDG-070312
Anggaran berbasis kinerja menjaga agar anggaran operasional untuk kegiatan langsung tercukupi
Anggaran operasional kegiatan langsung adalah penentu kinerja
Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran
Pusat dan Daerah
RPJM
Daerah
RPJP
Daerah
RKP RPJM
Nasional
RPJP
Nasional
Renstra
KL
Renja -
KL
Renstra
SKPD
Renja -
SKPD
RAPBN
RAPBD
RKA-KL
RKA -SKPD
APBN
Keppes Rincian APBN
APBD
Kep KDH tentangRincian APBD
Diacu
PedomanDijabar
kanPedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Diperhatikan
Dijabar
kan
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Diacu
Diacu
Diselaraskan melalui Musrenbang
UU SPPN
Pem
erintah
Pu
sat
Pem
erintah
Daerah
UU KN/PERMENDAGRI 59/07
RKP
daerah
= Terdapat penyelarasan Renja KL dan kegiatan Dekon/TP dengan rancangan RKPD (PP 20/2004 Pasal 6)
= Terdapat penyelarasan Renja KL menjadi RKA-KL yang dirinci menurut unit organisasi/kegiatan, termasuk
alokasi sementara untuk Dekon/TP (PP 21/2004 Pasal 10)
DH-BP-BDG-070312
No Kegiatan Unit pelaksana Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 Analisis situasi
a. Persiapan perencanaan Dinkes x
b. Analisis situasi & kebijakan kesehatan Dinkes x
2 Rapat Kerja Perencanaan (I) Arahan oleh Dinkes x
3 Musrenbang desa Puskesmas + Desa x
4 Unit-unit Dinkes menyusun RKT Unit-2 Dinkes x x
5 Musrenbang kecamatan Puskesmas + Camat x
6 Puskesmas menyusun RKT Puskesmas x x
7 Rapat Kerja Perencanaan (II) Dinkes + Puskesmas x
8 Forum SKPD (ekpos oleh Kadinkes) SKPD + Bappeda x
9 Musrenbang Kabupaten/Kota SKPD + Bappeda + DPRD x x
10 Jaring asmara DPRD x x
11 Kebijakan Umum Anggaran DPRD & Pemda x x
12 Asistensi anggaran (pembahasan usulan) Dinkes + Bappeda x x x x x x
13 Keputusan anggaran DPRD + Pemda x
RKT = Rencana Kerja Tahunan
Jaring asmara= menjaring aspirasi masyarakat
Langkah &Jadwal perencanaan daerah
Jadwal perencanaan sangat ketat
PKEKK - FKMUI DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
1
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARATDINAS KESEHATAN
SINKRONISASI
PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN KESEHATAN
PUSAT PROVINSI DAN
KAB/KOTA
TUGAS DAN FUNGSI DINKES Berdasarkan :Pergub 32 Tahun 2009
Tugas Pokok Dinkes Provinsi : melaksanakan urusan Pemda bidang kesehatan berdasarkan azasotonomi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
Fungsi :1. Perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan kesehatan.2. Penyelenggaraan Urkes meliputi : regulasi dan kebijakan
kesehatan; pelayanan kesehatan; penyehatan lingkungan danpencegahan penyakit; serta sumber daya kesehatan.
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas kesehatan meliputi : regulasidan kebijakan kesehatan; pelayanan kesehatan; penyehatanlingkungan dan pencegahan penyakit; serta sumber dayakesehatan.
4. Penyelenggaraan tugas kesekretariatan.5. Pengkoordinasian dan pembinaan UPTD.
LANDASAN HUKUM
• PP RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
• Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan
Minimal.
• PP RI Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaran Pemerintah Daerah.
• Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah,• Pemenkes RI Nomor 741/MENKES/ PER/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota.
SINERGITAS PUSAT, PROVINSI DAN KAB/KOTA
DALAM PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN SESUAI URUSAN
URUSAN PROVINSI PADA PP 38 TAHUN 2007, PERDA 10/2009 DAN PERDA 11/2010 TTG SKP
UPAYA KES
MANAJEMEN
KES
PEMBERDAYAAN MASY
KEMITRAAN
SDM KES
FARMASI,
ALKES DAN MAK
SPM BIDANG KESEHATAN KAB/KOTA ( 18 INDIKATOR )
PELAYANAN KES DASAR 14
INDIKATOR
PELAYANAN KES RUJUKAN 2 INDIKATOR
PENYEL EPIDEMIO & PENANGG KLB
PROMOSI KES & PEMBERD MASY
ANGKA / JUMLAH KESAKITAN DAN STATUS GIZI
AKB, AKABA, AKI, AKK
UHHMDGs
17 SASARAN DEPKES
EKPOD 8 INDIK
IK
LIT BANG
& IPTEK
REGU LASI KES
PEMBIA -YAAN
KES
NORMA STANDAR PROSEDUR KRITERIA (NSPK)(URUSAN PEMERINTAH PUSAT PP 38 TAHUN 2007, KEPMENKES 922 TAHUN 2008)
06/02/2013
2
5
MDG 2015
Poverty & Hunger
EDUCATION
GENDER
CHLD HEALTH
Maternal Health
Comm. Diseases
ENVIRONMENT
PARTNERSHIP
8 Tujuan(Jabar 67,62
tahun)Meningkatnya UHH menjadi
72,0 thnTA
34 per 1000 KH
(Jabar39/1000 KH)
Menurunnya AKB menjadi 24 per
1000 KH
23 per 1000 KH(Menurunkan 2/3 nya dari tahun
1999)
228 per 100.000 KH
( Jabar 321,1/ 100.000 KH thn 2003)
Menurunnya AKI menjadi 118 per
100.000 kh
102 per 100.000 KH
(Menurunkan 3/4 nya dari tahun
1999)
18,4% padaanak balita
(Jabar11,45% anak
balita)
Menurunnya prevalensi gizi-kurang pada anak balita
menjadi 15%.
18,8%
RPJMN 2010 – 2014PEPRES No: 5/2010CAPAIAN 2007
TARGETMDG 2015 TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN
PROVINSI JAWA BARAT RPJMD 2008-2013
No Indikator KinerjaKondisi Awal
(Tahun 2007)
Capaian
Tahun 2009
Target Midterm
(2011)Target 2013
MISI PERTAMA : Mewujudkan Sumberdaya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan
Berdaya Saing
1 Angka Rata-rata Lama
Sekolah
7,5 tahun 7,58 tahun***) 9 - 9,5 tahun 10 - 10,5 tahun
2 Angka Melek Huruf 95,32% 95,60%***) 95 - 96% 97 – 98%
3 Angka Kematian Bayi
(Kelahiran Hidup/KH)
40,26/1.000
KH (2006)
38/1.000 KH5) 35-36/1.000 KH 33-34/1.000 KH
4 Angka Kematian Ibu
(Kelahiran Hidup/KH)
321/100.000
KH (2003)
321,15/100.000
KH5)
215-220/100.000
KH
205-210/100.000
KH
5 Indeks Pembangunan
Gender
60,8 (2006) 61,81 (2008)10) 63-64 65-66
6 Indeks Pemberdayaan
Gender
54,4 (2006) 55,51 (2008)10) 61-63 64-65
SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DGN NASIONAL
RPJPN
DIPERHATIKAN
PEDOMAN
5 TAHUN
PEDOMAN
PEDOMAN DIJABARKAN
DIJABARKAN
20 TAHUN
DIACU
RPJMN RKP
RPJPD PROV RPJMD PROVRKPDPROV
RENSTRA SKPDPROV
RENJA SKPDPROV
DIACU
DIA
CU
DA
N
DIS
ER
ASI
KA
N
DIPERHATIKAN
PEDOMAN DIJABARKAN
PEDOMAN
1 TAHUN
DIACU
RPJPD K/K RPJMD K/K RKPD K/K
DIACU
RENSTRA SKPD K/K
RENJA SKPD K/K
RENSTRA K/L
RENJA K/L
DIACU
PEDOMAN
PEDOMAN
DIA
CU
DA
N
DIS
ER
ASI
KA
N
PEDOMAN
DIACU
PEDOMAN
Skema Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Daerah
06/02/2013
3
PPKD mengesahkan ranc. DPA SKPD dg persetujuan Sekda
RPJMRPJMD prov.Ranc. Awal RKP
PenyRanc Awal RKPD
Dokumen Rancangan Awal RKPD
PenyusunanRancangan RKPD
Dokumen Rancangan RKPD
Dok BAHasil Musren-bangprov
Pelaks Pra Musren-bangprov & Musrenbang prov.
Dok. Ranc Akhir RKPD& Rapergub
Penetapan Pergubttg RKPD
Pergub ttg RKPD
Peny Ranc Akhir Renja SKPD
Dok Ranc Akhir Renja SKPD
Pelaksanaan Forum SKPD
Peny.Ranc. Renja SKPD
Renstra SKPD, Tupoksi SKPD & hsl forum SKPD kab/kota, hsl Musrenbang kab/kota
Pembahasan ranc. KU APBD antara kepala daerah bersama DPRD
Pembahasan bersama ranc. PPAS antara DPRD dan kepala daerah
KU APBD yg telah disepa-kati bersama antara kepala daerah bersama DPRD
Penyusunan ranc. KU APBD
Dokumen ranc. KU APBD
Kepala SKPD menyusun RKA SKPD
Dokumen RKA SKPD
Dok Ranc Renja-SKPD
Evaluasi Mendagri
3
4
5
8
9
10
12
14
15
16 17
18
19
26
27
21
22
31
32
28
35
30
42
43
Pembahasan dg Tim Anggaran Pemda ttg kesesuaian dg KU APBD, PPAS, prakiraan maju, capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga & SPM
45
Pembahasan di DPRD, untuk memperoleh persetujuan bersama sesuai peraturan tata tertib DPRD, yang menitikberat-kan kesesuaian antara KU APBD dan PPAS dg program dan kegiatan yg diusulkan dalam Raperda ttg APBD
49
55
- Ranc. RKP & Ranc. Renja KL
- Ranc. RKPD kab/kota- Hasil forum SKPD
kab/kota- Renstra/RPJMD kab/kota
Penyusunan ranc. Akhir RKPD &Rapergub
20
Penelaahan/ asistensi ranc. Akhir Renja SKPD
Kesepakatan hasil forum SKPD
13
23
Penyempurnaan ranc. Renja SKPD& penetapan peraturan kepala SKPD ttg Renja SKPD
24
Dok Renja SKPD
25
Pedoman penyusunan APBD dari Mendagri setiap tahun
29
Ranc. PPAS yg tlh disepakati
36Dokumen KU APBD & PPAS yg tlh disepakati bersama
37
Penetapan KU APBD & PPAS kedalam Nota Kesepakatan antara kepala daerah dg pimpinan DPRD
38
Nota Kesepakatan kepala daerah dg pimpinan DPRD ttg KU APBD dan PPAS
39
Penyusunan ranc. PPAS
33
Dokumen ranc. PPAS
34
Penyu dok pedoman peny.RKA SKPD
40
Dok. pedoman peny. RKA SKPD
41
Penyampaian RKA SKPD kpd PPKD untuk dibahas oleh Tim Anggaran Pemda
44
Raperda ttg APBD, nota keuangan, ranc. APBD
48
Peny. Raperda ttg APBD & dokpendukungnya oleh PPKD
47
RKA SKPD yg telah ditelaah oleh Tim Anggaran Pemda
46
Dokumen persetujuan Raperda ttg APBD antara kepala daerah bersama DPRD
50
Kepala daerah menyi -apkan/menyusun Raperkada ttg penja-baran APBD
51
52Dokumen Raperkada ttg penjabaran APBD
Penyampaian persetujuan bersama thd Raperda ttg APBD & Raperkada ttg penjabaran APBD
53
54Dok Persetujuan bersama thd Raperda ttg APBD & Raperkada ttg penjabaran APBD
58Perda ttg APBD & Perkada ttg penjabaran APBD
Penetapan kepala daerah thd Raperda APBD dan Raperkada ttg penjabaran APBD menjadi Perda ttg APBD & Perkada ttg penjabaran APBD
57
56
Keputusan Mendagri ttg hasil evaluasi Raperda APBD & Raperkada penjabaran APBD
61
62
Kepala SKPD menyusunranc. DPA SKPD & menyampaikan kpd PPKD utk verifikasi oleh Tim Anggaran Pemda
Rancangan DPA SKPD
65
64
63
Ranc. DPA SKPD hasil verifikasi oleh Tim Anggaran Pemda
Verifikasi ranc. DPA SKPD oleh Tim Anggaran Pemda
66DPA SKPD yg telah disah-kan oleh PPKD
67Penyampaian DPA SKPD kpd kepala SKPD
66DPA SKPD sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD
Hasil forum SKPD kab/kota, hasil Musren kab/kota
11
59
60
PPKD menyiapkan surat pemberitahuan kpd SKPD utk menyusun ranc. DPA SKPD
Surat Pemberitahuan
Peny.Evaluasi Kinerja
Hasil Evaluasi
Peny eval. kinerja SKPD
Hasil Evaluasi
1
2
6
7
JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
3). TAHAPAN PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUNAN DAERAH (RKPD)
KETERKAITAN PROGRAM PUSAT & PROVINSI
Program Dukungan Manajemen& Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian Kesehatan
Program Bina Gizi & KIA
Program Pembinaan UpayaKesehatan
Program Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan
Program Kefarmasian dan Alkes
Program Pengembangan danPemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan
Program Sumber DayaKesehatan
Program Upaya Kesehatan
Program Peningkatan Sarana & Prasarana Pelayanan Kesehatan
Program Pencegahan & Penanggulangan Penyakit
Menular dan Tidak Menular
Program Manajemen PelayananKesehatan
APBN APBD
Sinkronisasi
???
INTERVENSI SINKRONISASI DALAM ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN DARI BERBAGAI SUMBER DANA
Musrenbangnas
(April – Mei)
MUSRENBANG
PROVINSI
(AWAL APRIL)
MUSRENBANG
KAB/KOTA
(AWAL MARET)
MUSRENBANG
KECAMATAN
(februari)
MUSRENBANG
DESA/KEL (januari)
INFORMASI KEBIJAKAN PROGRAM PUSAT DAN
PROVINSI IDENTIFIKASI MASALAH DAN
KEBUTUHAN KAB/KOTA SP KE
DESA
SINKRONISASI & KOORD PERENC PUSAT PROVINSI
DAN KAB/KOTADI KAB/KOTA
KONSULTASI DGN PUSAT TTG SINKRONISASI &
KOORD PERENC PUSAT PROVINSI DAN
KAB/KOTA DI PROVINSI
PRAMUSRENBANG
PROVINSI
(AKHIR MARET)
SINKRONISASI & KOORD PERENC PUSAT PROVINSI
DAN KAB/KOTA DI PROVINSI
RUMUSAN 1 KEBIJAKAN DAN PROGRAM DARI BERBAGAI
SUMBER DANA
RUMUSAN 2 KEBIJAKAN DAN PROGRAM DARI BERBAGAI
SUMBER DANA
RUMUSAN 3 KEBIJAKAN DAN PROGRAM DARI BERBAGAI
SUMBER DANA
KEBIJAKAN DAN PROGRAM PROVINSI DAN KAB/KOTA DARI BERBAGAI
SUMBER DANA
INFORMASI KEBIJAKAN PROGRAM KAB/KOTA
TAHAPAN PERENCANAAN DI PROVINSI1. HARMONISASI RENSTRA KAB/KOTA, PROVINSI DAN PUSAT (critical issue)2. MENGINFORMASIKAN TENTANG KEBIJAKAN PROGRAM TAHUN YANG DATANG
BERDASARKAN URUSAN PROVINSI MAKSIMAL PADA BULAN JANUARI (YANG EVIDANCE BASE)
3. PERTEMUAN SINKRONISASI DAN KOORDINASI PERENCANAAN PROGRAM DARI BERBAGAI SUMBER DANA DENGAN KABUPATEN/KOTA MAXIMAL PADA BULAN FEBRUARI
4. MENELAAH USULAN KAB/KOTA MENJADI RUMUSAN USULAN PADA MUSRENBANG KAB/KOTA PADA MG 1 BULAN MARET
5. PERTEMUAN SINKRONISASI DAN KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN PUSAT, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PADA MG 2 MARET
6. DRAFT KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN SERTA DESK PROGRAM DAN ANGGARAN PADA PRAMUSRENBANG PERWILAYAH MG KE 3 DAN MG KE 4 BULAN MARET
7. KONSULTASI DENGAN PUSAT TTG PROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA
8. PENENTUAN PROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA
9. KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PADA MUSRENBANG PROVINSI AWAL BULAN APRIL
10. MUSRENBANGNAS
11. PROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA
12. MELAKSANAKAN PEMBAGIAN KEGIATAN DAN ANGGARAN KAB/KOTA
13. MELAKSANAKAN MONEV PELAKSANAAN KEGIATAN DI PROVINSI DAN KAB/KOTA
06/02/2013
4
HARMONISASI RENSTRA KAB/KOTA, PROVINSI DAN
PUSAT
MENGINFORMASIKAN TENTANG KEBIJAKAN
PROGRAM TAHUN YANG DATANG BERDASARKAN
URUSAN PROVINSI MAKSIMAL PADA BULAN JANUARI
PERTEMUAN SINKRONISASI DAN KOORDINASI
PERENCANAAN PROGRAM DARI BERBAGAI SUMBER DANA
DENGAN KABUPATEN/KOTA MAXIMAL PADA BULAN
FEBRUARI
MENELAAH USULAN KAB/KOTA MENJADI RUMUSAN USULAN
PADA MUSRENBANG KAB/KOTA PADA MG 1 BULAN
MARET
PERTEMUAN SINKRONISASI DAN KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN
PUSAT, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PADA MG 2
MARET
DRAFT KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN SERTA DESK PROGRAM DAN ANGGARAN
PADA PRAMUSRENBANG PERWILAYAH MG KE 3 DAN
MG KE 4 BULAN MARET
KONSULTASI DENGAN PUSAT TTG PROGRAM DAN
ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA
PENENTUAN PROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN
KAB/KOTA
KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN PADA MUSRENBANG PROVINSI
AWAL BULAN APRIL
MUSRENBANGNASPROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA
MELAKSANAKAN PEMBAGIAN KEGIATAN DAN ANGGARAN
KAB/KOTA
MELAKSANAKAN MONEV PELAKSANAAN KEGIATAN DI
PROVINSI DAN KAB/KOTA
TAHAPAN PERENCANAAN DI PROVINSI
PERTEMUAN DI 5 WILAYAH EVALUASI 2011
DAN RENCANA 201322 SD 28 MARET 2012
PERTEMUAN DI 5 WILAYAH EVALUASI 2011 DAN RENCANA 2013
22 SD 28 MARET 2012
INPUT
•HASIL KINERJA 2011
•KEBIJAKAN PROGRAM KES PROV 2013
•MATERI SINKRONISASI
•PROTAP PENGUSULAN KEGIATAN DAN ANGGARAN
•RKA PROV 2013
•RKA KAB/KOTA 2013
•PENDUAN DISKUSI KELOMPOK
PROSES
•CERAMAH TANYA JAWAB
•DISKUSI KELOMPOK PER KAB/KOTA
•PENDAMPINGAN DISKUSI KELOMPOK DARI PROVINSI
OUTPUT
•HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN KEBUTUHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PER KAB/KOTA
•RUMUSAN PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN KES 2013
•RENCANA USULAN KEGIATAN PROVINSI DAN KAB/KOTA DARI BBG SUMBER DANA
TAHAPAN PERENCANAAN KAB/KOTA sesuai pergub No 79 tahun 2010
• IDENTIFIKASI PERMASALAH KAB/KOTA SAMPAI KE TINGKAT DESA
• INFORMASI KEBIJAKAN PROGRAM KAB/KOTA
• KONSULTASI PROGRAM DAN KEGIATAN DENGAN PROVINSI
• INFORMASI KEBIJAKAN PROGRAM PUSAT DAN PROVINSI KEPADA KECAMATAN (PUSKESMAS)
• RUMUSAN AWAL KEBIJAKAN DAN PROGRAM DARI BERBAGAI SUMBER DANA
LOKASI PRIORITAS INTERVENSI
NO
KOTAJMLMAS
Prev
Gi
rang
Prev
Gibur
ImM
Cam-
pak
KN1
KN
LENG-
KAP
PN K4 K1 HIVAPI
MAL
CDR
TBC
AK
TBCAB JAGA
1 Kota Bogor8.09 0.38 92.8 83.62 76.23 78.0
87,24 91.92
99,54 96,55 - 0
2 Kota Sukabumi7.01 0.65 95.2 76.31 78.49 95.4
91,63 98.15
97,55 98,38 77,05 0
3 Kota Bandung8.72 0.81 92.0 59.26 69.76 76.9
83,83 96.47
50,98 98,96 46,85 4
4 Kota Cirebon15.33 1.48 88.3 46.31 68.16 90.0
88,35 95.17
124,39 99,38 92,75 4
5 Kota Bekasi#DIV/0! #DIV/0! 105.4 98.46 79.21 98.6
98,19 99.35
56,15 99,66 91,89 1
6 Kota Depok5,13 0,70 90.4 89.90 73.95 98.3
102,6
8 89.31 57,72 99,12 96,44 1
7 Kota Tasikmalaya10.43 0.91 93.1 79.41 83.09 83.5
85,86 99.82
67,07 98,75 3,45 2
8 Kota Cimahi10,43 0,91 89.4 79.25 74.04 87.7
84,76 81.45
57,37 94,24 50,14 2
9 Kota Banjar1.87 0.23 86.2 79.98 78.37 75.7
72,88 85.98
72,51 85,01 82,15 3
JAWA BARAT 8.09 0.94 88.01 48.07 82.02 75.9 81.01 85.60 8.6 67,2 74,53 51,35
NASIONAL 11,3 3,7 92.09 80.6 69.7 84.38 85.45 94 8.7 1.85 73.1 80 52
DATA SPATIAL MASALAH KESEHATAN SESUAI INDIKATOR DAN TARGET MDGs BIDANG KESEHATAN JAWA BARAT TAHUN 2010
31KETERANGAN : ≥ angka nas ≥ angka Jabar < angka Nas < angka JabarBila angka jabar lebih tinggi dp angka nasional maka angka jabar jadi patokan tertinggi
NO KABUPATENJML
MASPrev
Gi
rang
Prev
Gibur
ImM
Cam-
pak
KN1
KN
LENG-
KAP
PN K4 K1 HIVAPI
MAL
CDR
TBC
AK
TBCAB JAGA
1 Kab. Bogor8.84 1.03 95.1 73.72 86.11 72.2 82,40 88.88
82,88 80,55 13,74(5X1)+(2x2)=
9
2 Kab. Sukabumi8.55 0.89 87.1 46.07 73.18 67.7 77,34 95.14
0,59 65,13 66,70 - 4
3 Kab. Cianjur10.15 1.35 94.3 57.80 78.37 63.2 77,67 91.19
0 78,49 80,83 39,63 3
4 Kab. Bandung7.56 0.91 91.8 42.90 59.60 58.3 70,52 94.21
76,17 94,55 51,54 3
5 Kab. Garut7.12 1.01 93.9 69.93 93.87 74.1
82,74 82.32
0,56 42,46 78,55 - 5
6 Kab.Tasikmalaya6,51 1,01 87.3 90.19 96.04 79.8
79,71 85.48
0,11 60,44 65,22 18,21 4
7 Kab. Ciamis5.85 0.46 79.3
63.0073.74 69.2
69,76 96.81
0,92 63,93 88,13 74,65 2
8 Kab. Kuningan7.68 1.26 86.3 66.64 78.38 79.3
73,57 89.06
74,10 90,15 4,18 1
9 Kab. Cirebon11.54 1.68 88.8 72.56 85.59 81.2 84,72 98.27
80,56 92,34 22,65 2
10 Kab. Majalengka9.45 1.13 82.1 29.71 28.46 68.2
64,53 82.57
80,26 94,03 100 8
11 Kab. Sumedang8.85 0.88 89.0
82.6889.42 84.9
87,61 88.53
62,92 83,80 31,41 2
12 Kab. Indramayu7.75 0.52 92.2
55.7182.13 79.0
79,76 91.78
45,28 94,94 46,4 2
13 Kab. Subang6.22 0.58 88.3
64.3860.45 59.2
64,33 97.08
73,70 95,98 78,87 3
14 Kab. Purwakarta5.63 0.86 100.5
51.8678.46 81.4
86,50 92.22
53,31 51,97 83,06 3
15 Kab. Karawang7.83 1.04 95.4
73.9486.62 82.9
84,95 99.89
80,50 96,30 69,89 3
16 Kab. Bekasi5.48 0.48 95.5
53.7658.12 74.2
77,03 93.47
54,23 98,26 49,83 5
17 Kab Bandung Brt10.81 1.06
86.45 19.2867.99 81.3
81,43 41.10
56,06 87,30 - 7
JAWA BARAT 8.28 0.92 88.01 48.07 82.02 75.9 81.01 85.60 8.6 0,36 67,2 74,53 51,35
NASIONAL 11,3 3,7 92.09 80.6 69.7 84.38 85.45 94 8.7 1.85 73.1 80 52
NO KABUPATEN JUMLAH
MASALAH
KATAGORI MASALAH
1 Kab. Bogor (5X1)+(2x2)= 9 SEDANG
2 Kab. Sukabumi (3X1)+(6x2)=17 BERAT
3 Kab. Cianjur (5x1)+(3x2)= 11 SEDANG
4 Kab. Bandung (2X1)+(4x2)=10 SEDANG
5 Kab. Garut (5x1)+(3x2)= 11 SEDANG
6 Kab.Tasikmalaya (2X1)+(6x2)=14 BERAT
7 Kab. Ciamis (3X1)+(4X2)=11 SEDANG
8 Kab. Kuningan (4X1)+(3X2)= 11 SEDANG
9 Kab. Cirebon (4X1)+(3X2)= 11 SEDANG
10 Kab. Majalengka (2X1)+(6x2)=13 BERAT
11 Kab. Sumedang (3X1)+(2X2)=7 SEDANG
12 Kab. Indramayu (3X1)+(3x2)=9 SEDANG
13 Kab. Subang (2x1)+(3x2)=8 SEDANG
14 Kab. Purwakarta (4X1)+(2X2)= 8 SEDANG
15 Kab. Karawang (4X1)=4 RINGAN
16 Kab. Bekasi (2X1)+(5x2)=12 SEDANG
17 Kab Bandung Brt (4X1)+(5x2)=14 BERAT
18 Kota Bogor 3X1 = 3 RINGAN
19 Kota Sukabumi 3X1=3 RINGAN
20 Kota Bandung (5X1)+(2x2)= 9 SEDANG
21 Kota Cirebon (3X1)+(2X2)=7 SEDANG
22 Kota Bekasi (1X1)+(1X2)=3 RINGAN
23 Kota Depok (3X1)+(1X2)=5 RINGAN
24 Kota Tasikmalaya (3X1)+(2X2)=7 SEDANG
25 Kota Cimahi (5X1)+(3X2)= 11 SEDANG
26 Kota Banjar (4X1)+(3X2)= 10 SEDANG
SKORE
JUMLAH 238
RATA2 : 9,33
BERAT : > 12
SEDANG : 6-12
RINGAN : <6
PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN KATAGORI MASALAH
BERAT SEDANG RINGAN1. Kab Sukabumi 1. Kab Bogor 1. Kab Karawang
2. Kab Tasikmalaya 2. Kab Cianjur 2. Kt Bogor
3. Kab Majalengka 3. Kab Bandung 3. Kota Sukabumi
4. Kab Bandung Barat 4. Kab Garut 4. Kota Bekasi
5. Kab Ciamis 5. Kota Depok
6. Kab Kuningan
7. Kab Cirebon
8. Kab Sumedang
9. Kab Indramayu
10. Kab Subang
11. Kab Purwakarta
12. Kab Bekasi
13. Kota Bandung
14. Kota Cirebon
15. Kota Tasikmalaya
16. Kota Cimahi
17. Kota Banjar
PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASAR KATAGORI
MASALAH TAHUN 2010
Kab. Karawang
Kab. CiamisKab. Tasikmalaya
Kab. Cirebon
Kab.Bogor
Kab. Sukabumi
Kab. Cianjur
Kab. BandunG
Kab. Garut
Kab. Kuningan
Kab. MajalengkaKab. Sumedang
Kab. IndramayuKab. SubanG
Kab. Purwakarta
Kab. Bekasi
Kota Bogor
Kota SukabumI
Kota Cirebon
Kota Bekasi
Kota Depok
Kota Tasikmalaya Kota Banjar
Sumber: Dinas Kesehatan
Kota Cimahi
Kota BandungKab. Bandung Barat
berat
sedang
ringan
Ket :
06/02/2013
5
SUMBER DANA JUMLAH %
APBN 1,089,268,169,000 39.33
APBD PROV 933,503,043,350 33.70
APBD KAB KOTA 746,907,369,683 26.97
TOTAL 2,769,678,582,033 100
39%
34%
27%
PROPORSI BESAR ANGGARAN PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN
SUMBER DANA TAHUN 2011
APBN APBD PROV APBD KAB KOTA
DANA APBN (TP &DAK) TAHUN 2012DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
TUGAS PEMBANTUAN DANA ALOKASI KHUSUS NO KABUPATEN/KOTA (TP) (DAK) TOTAL
BOK YANDAS YANDAS OBAT GENERIK1 2 3 4 5 6
1 KAB. BOGOR 8,656,050,000 - 3,754,070,000 16,464,340,000 28,874,460,000
2 KAB. SUKABUMI 4,998,900,000 9,000,000,000 3,515,200,000 10,322,530,000 27,836,630,000
3 KAB. CIANJUR 3,893,250,000 - 4,021,860,000 10,371,460,000 18,286,570,000
4 KAB. BANDUNG BARAT 2,702,550,000 - - 5,559,350,000 8,261,900,000
5 KAB. BANDUNG 5,169,000,000 - 3,641,000,000 14,856,590,000 23,666,590,000
6 KAB. SUMEDANG 2,787,600,000 - 2,364,560,000 4,998,910,000 10,151,070,000
7 KAB. GARUT 5,509,200,000 - 4,804,330,000 9,085,480,000 19,399,010,000
8 KAB. TASIKMALAYA 3,468,000,000 - 4,305,980,000 6,942,200,000 14,716,180,000
9 KAB. CIAMIS 4,488,600,000 - 1,782,410,000 6,956,080,000 13,227,090,000
10 KAB. MAJALENGKA 2,702,550,000 2,000,000,000 2,504,420,000 3,722,980,000 10,929,950,000
11 KAB. KUNINGAN 3,212,850,000 - 1,690,520,000 4,925,820,000 9,829,190,000
12 KAB. CIREBON 4,828,800,000 - 6,562,880,000 7,734,930,000 19,126,610,000
13 KAB. INDRAMAYU 4,233,450,000 - 3,503,100,000 7,331,810,000 15,068,360,000
14 KAB. SUBANG 3,468,000,000 - - 6,322,270,000 9,790,270,000
15 KAB. PURWAKARTA 1,767,000,000 - 4,010,780,000 3,447,480,000 9,225,260,000
16 KAB. KARAWANG 4,148,400,000 - 4,305,050,000 7,341,840,000 15,795,290,000
17 KAB. BEKASI 3,382,950,000 - - 13,145,410,000 16,528,360,000
18 KOTA DEPOK 2,787,600,000 1,000,000,000 5,878,280,000 7,678,150,000 17,344,030,000
19 KOTA BOGOR 2,107,200,000 - 2,961,960,000 3,647,730,000 8,716,890,000
20 KOTA SUKABUMI 1,341,750,000 - 1,652,120,000 1,200,520,000 4,194,390,000
21 KOTA CIMAHI 1,160,850,000 - 2,792,770,000 1,878,980,000 5,832,600,000
22 KOTA BANDUNG 6,104,550,000 - - - 6,104,550,000
23 KOTA TASIKMALAYA 1,767,000,000 10,000,000,000 2,156,300,000 2,973,460,000 16,896,760,000
24 KOTA BANJAR 905,700,000 - 1,787,120,000 1,006,340,000 3,699,160,000
25 KOTA CIREBON 1,852,050,000 5,000,000,000 1,625,300,000 1,482,660,000 9,960,010,000
26 KOTA BEKASI 2,702,550,000 - 10,281,290,000 9,932,110,000 22,915,950,000
JUMLAH 90,146,400,000 27,000,000,000 79,901,300,000 169,329,430,000 366,377,130,000
DANA APBN (TP & DAK) TAHUN 2012RSUD, LABKESDA KAB/KOTA & RSJ PROVINSI
NO KABUPATEN/ NO RUMAH SAKIT TUGAS DANA ALOKASI
KOTA RS PEMBANTUAN KHUSUS
1KAB. BOGOR 1 RSUD CIBINONG - -
2 RSUD CIAWI - -
3 UPTD LABKESDA - -
4 RSUD LEUWILIANG (B) - -
2KAB. SUKABUMI 5 RSUD SEKARWANGI - 1,705,880,000
6 RSUD PELABUHAN RATU - -
7 RSUD JAMPANG KULON - 1,705,880,000
3KAB. CIANJUR 8 RSUD CIANJUR - 1,628,611,000
9 RSUD CIMACAN - 1,861,269,000
10 UPTD LABKESDA - -
4KAB. BANDUNG BARAT 11 RSUD CILILIN (B) - -
5KAB. BANDUNG 12 RSUD SOREANG - 1,633,424,000
13 RSUD MAJALAYA - 933,385,000
14 RSUD CICALENGKA - 1,166,731,000
6KAB. SUMEDANG 15 RSUD SUMEDANG - 2,799,760,000
7KAB. GARUT 16 RSUD Dr. SLAMET - 2,824,600,000
17 RSUD PAMEUNGPEUK (B) - -
8KAB. TASIKMALAYA 18 RSUD KAB. TASIK (B) - -
9KAB. CIAMIS 19 RSUD CIAMIS - 2,257,710,000
10KAB. MAJALENGKA 20 RSUD MAJALENGKA - 1,245,604,000
21 RSUD CIDERES 5,000,000,000 1,743,846,000
11KAB. KUNINGAN 22 RSUD "45" KUNINGAN - 3,020,480,000
12KAB. CIREBON 23 RSUD ARJAWINANGUN 8,000,000,000 -
24 RSUD WALED - -
13KAB. INDRAMAYU 25 RSUD INDRAMAYU - 1,627,195,000
26 RSUD PATROL 12,750,000,000 1,830,595,000
14KAB. SUBANG 27 RSUD SUBANG - 3,207,890,000
15KAB. PURWAKARTA 28 RSUD BAYUASIH - 2,208,620,000
16KAB. KARAWANG 29 RSUD KARAWANG - 3,843,040,000
30
UPTD LABKESDA - -
17KAB. BEKASI 31 RSUD KAB. BEKASI - -
32
UPTD LABKESDA -
18KOTA DEPOK 33 RSUD DEPOK - -
19KOTA BOGOR - -
20KOTA SUKABUMI 34 RSUD R.SYAMSUDIN,SH - 2,704,320,000
21KOTA CIMAHI 35 RSUD CIBABAT CIMAHI - 2,562,930,000
22KOTA BANDUNG 36 RSUD KOTA BANDUNG 4,000,000,000 -
37 RSKIA KOTA BANDUNG 3,500,000,000 -
38 RSJ BANDUNG - -
23KOTA TASIKMALAYA 39 RSUD KOTA TASIKMALAYA - 3,302,010,000
24KOTA BANJAR 40 RSUD BANJAR - -
25KOTA CIREBON 41 RSUD GUNUNG JATI - -
42 UPTD LABKESDA - -
26KOTA BEKASI 43 RSUD KOTA BEKASI - -
JUMLAH 33,250,000,000 45,813,780,000
REKAPITULASI ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN KOTAPROVINSI JAWA BARAT
No Kab Kota
APBD2 2010 2011
APBD KesMurni
JamkesdaKabkota
Total APBD2 Kabkota
% APBD Kes/Kab/Kot
a
APBD KesMurni
JamkesdaKabkota
Total APBD2 Kabkota
% APBD Kes/Kab/K
ota1 KAB. BOGOR 286,156,401,000 20,982,580,000 2,785,944,410,000 10.27 96,806,115,000 44,378,166,000 1,974,966,230,000 4.90
2 KAB. SUKABUMI 63,539,670,300 8,566,472,005 1,746,046,122,500 3.64 61,655,392,189 10,000,000,000 1,978,099,760,000 3.12
3 KAB. CIANJUR 85,670,607,086 5,136,703,000 1,393,613,225,758 6.15 38,457,234,836 9,160,459,146 - #DIV/0!
4 KAB. BANDUNG 160,903,097,860 43,532,855,923 2,441,781,556,958 6.59 52,055,942,931 35,540,063,676 2,350,772,521,066 2.21
5 KAB. GARUT 74,264,692,893 6,369,412,183 1,665,875,885,147 4.46 18,843,814,900 1,500,000,000 1,832,463,473,662 1.03
6 KAB. TASIKMALAYA 63,941,140,897 1,900,000,000 1,342,089,983,271 4.76 6,147,475,000 500,000,000 #DIV/0!
7 KAB. CIAMIS 65,542,772,157 250,000,000 1,236,606,774,284 5.30 11,964,400,000 2,000,000,000 383,519,676,830 3.12
8 KAB. KUNINGAN 39,750,915,300 - 827,592,637,362 4.80 15,783,033,000 - 1,200,000,000,000 1.32
9 KAB. CIREBON 85,453,429,441 4,600,000,000 1,591,701,620,365 5.37 51,587,904,372 3,300,000,000 1,750,302,860,000 2.95
10 KAB. MAJALENGKA 114,130,171,667 - 1,192,088,022,071 9.57 5,544,000,000 1,600,000,000 #DIV/0!
11 KAB. SUMEDANG 4,318,707,827 400,000,000 1,016,429,659,368 0.42 17,549,700,930 400,000,000 1,349,582,304,646 1.30
12 KAB. INDRAMAYU 17,771,313,000 - 1,439,190,040,114 1.23 16,705,467,864 1,389,200,500 1,576,200,193,194 1.06
13 KAB. SUBANG 8,759,371,006 2,800,000,000 1,293,739,284,956 0.68 7,417,513,961 884,100,000 1,108,990,916,867 0.67
14 KAB. PURWAKARTA 11,548,123,377 4,000,000,000 982,736,717,710 1.18 46,003,685,850 5,000,000,000 1,072,194,036,367 4.29
15 KAB. KARAWANG 80,569,489,450 15,000,000,000 1,478,725,476,378 5.45 12,577,846,150 26,004,237,000 2,205,774,874,684 0.57
16 KAB. BEKASI 32,717,279,296 7,583,200,000 2,123,018,173,785 1.54 42,813,963,642 12,000,000,000 1,926,031,272,393 2.22
17 KAB. BANDUNG BARAT 2,567,364,980 4,500,000,000 1,198,403,512,438 0.21 7,601,889,000 #DIV/0!
18 KOTA BOGOR 46,834,091,267 480,000,000 1,052,577,506,898 4.45 22,120,841,000 6,000,000,000 1,036,822,288,204 2.13
19 KOTA SUKABUMI 124,773,699,000 20,000,000,000 576,630,173,000 21.64 9,519,677,000 4,000,000,000 35,661,840,000 26.69
20 KOTA BANDUNG 171,455,715,695 14,000,000,000 2,855,133,555,022 6.01 96,360,498,868 73,095,216,827 2,855,133,555,022 3.37
21 KOTA CIREBON 50,050,991,151 2,946,199,885 681,527,570,174 7.34 16,481,817,575 5,066,062,950 770,097,368,591 2.14
22 KOTA BEKASI 32,457,336,457 6,387,858,750 1,748,528,532,388 1.86 27,943,331,174 16,300,000,000 1,906,125,172,825 1.47
23 KOTA DEPOK 56,048,326,026 7,000,000,000 1,112,835,746,825 5.04 47,636,020,561 18,000,000,000 1,107,225,262,605 4.30
24 KOTA CIMAHI 107,407,188,977 4,000,000,000 739,757,920,820 14.52 14,149,840,250 1,500,000,000 693,473,409,783 2.04
25 KOTA TASIKMALAYA 25,351,071,000 2,398,000,000 903,640,934,000 2.81 4,452,455,000 7,000,000,000 903,640,934,000 0.49
26 KOTA BANJAR 1,351,157,100 1,599,800,000 403,445,951,450 0.33 3,762,032,650 1,898,000,000 400,343,561,448 0.94
TOTAL 1,813,334,124,210 184,433,081,746 35,829,660,993,042 5.06 744,340,004,703 294,117,395,099 30,417,421,512,186 2.45
06/02/2013
6
Bantuan Keuangan Gubernur untuk RSUD Tahun 2010 dan Tahun 2012
NAMA KEGIATAN NAMA RSUD 2010 2012
Pemenuhan dan 1 Kota Bekasi 1,5 Milyar -
Peningkatan Sarana 2 Cimacan – Kab. Cianjur 6 Milyar -
Prasarana RSUD 3 Kab. Cianjur 1 Milyar -
4 Pelabuhan Ratu 1,5 Milyar -
5 Kab. Sumedang 7 Milyar -
6 Kab. Tasikmalaya 2 Milyar -
7 Cideres 1,5 Milyar -
8 Kab. Indramayu 1 Milyar -
9 Pameungpeuk 3,5 Milyar -
10 Arjawinangun 5 Milyar -
Perencanaan dan 11 Kota Tasikmalaya - 8.730.458.000
Pembangunan Gedung 12 Kab. Bekasi - 8.730.458.000
Layanan Gakin 13 Gunung Jati Cirebon - 8.730.458.000
14 Sekarwangi Kab. Sukabumi - 13.808.626.000
TOTAL 30.000.000.000 40.000.000.000
SUMBER
DANA
TAHUN
2011 2012
DAK 214,058,100 295,044,510
DEKON 20,145,660 29,926,417
TP 179,625,000 164,211,650
JUMLAH 413,828,760 489,182,577
PERMASALAHAN DAN RUMUSAN SOLUSI
NO PERMASALAHAN RUMUSAN SOLUSI
1. Belum terintegrasinyaperencanaan;
Penetapan bersama prioritas program, kegiatan, sasaran, target dan pembiayaanantara pusat dan daerah ;
2. Belum terlaksananya proses perencanaan yang formal dansistematis berdasarkan rasa tanggung jawab;
Menetapkan tindakan berdasarkanpilihan,tujuan,tanggung jawab dankewenangan;
3. Lemah dalam menganalisa danmenelaah keputusan yang telahdiambil dan yang akan timbul;
Merancang pengendalian Strategi danLangkah dengan Sistem Rasional , berpikirsecara analisis;
Perencanaan melakukan penataanproblematika.
29 Juni 2012
11 Juni 201214 - 31 Mei 2012
7 - 11 Mei 2012 30 April - 1 Mei 2012 23 – 30 April 201216 – 20 April 2012
14–29 Febr 2012
Penetapan RenjaOPD/Biro Tahun
2013 melaluiPeraturan Kepala
OPD
5
8
17
20
21 22
Renstra OPD/Biro
PenyusunanRancangan
Renja OPD/Biro 2013
Forum OPD/ Gabungan
OPD
PenyampaianSurat
Edaran Gubernurtentang Rancangan
Awal RKPD 2013
PenyampaianRancangan
Awal Renja KeBappeda
Verifikasi RenjaOPD oleh Bidang
Bappeda
PenyempurnaanRenja
OPD HasilVerifikasi
RancanganAkhir Renja
OPD
Verifikasi RenjaOPD oleh Bidang
Bappeda
PenyempurnaanRancangan Akhir
Renja OPD
PengesahanRenja OPD/
Biro Tahun 2013 melalui
PeraturanGubernur
19 – 22 Maret 2012 26 Maret – 2 April 201210 Februari 2012
7–22 Febr 2012
16 – 23 April 2012
29 Juni 2012
23 April - 24 April 2012
14 - 31 Mei 2012
JADWAL PENYUSUNAN RENJA DISKES JABAR 2013
06/02/2013
7
MATERI“SINKRONISASI DAN SHARING ACTIVITIES”
KEGIATAN UTAMA BIDANG KESEHATAN ANTARADEPKES RI DINKES PROV DAN KAB/KOTA DI JAWA BARAT
PERTEMUAN FORUM KORRDINASI BIRO PERENCANAAN DEPKESDENGAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI/KABUPATEN/KOTADAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN/KOTA
SE JAWA BARATLEMBANG 12 S/D 14 NOVEMBER 2008
Menjamin kesinambungan pelaksanaankegiatan pembangunan kesehatan antarpusat dan daerah
Tujuan
KONSEP
• Operasionalisasi dari PP 38 (2007)
• Membangun kemitraan dimana pusat. Provinsi and kab/kota saling mengisi/melengkapi dalam mencapaitujuan bersama berfokus pada kesehatan ibu dan anakserta intervensi terkait yang berdampak langsung padaAKI, AKB and AK Balita :
– gizi
– Penyakit infeksi pada anak
– Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi
– Malaria
– TB, HIV/AIDS dan lainnya sesuai dengan epidemiologi setempat
• Target untuk outcomes dan intervensi perlu ditentukan, kegiatan dijabarkan, tanggung jawab diidentifikasi, implikasi sumber daya ditentukan dan
• Masalah spesifik akan diidentifikasi di mana diperlukanupaya kerjasama utk menyelesaikannya
1. RUANG LINGKUP
2. NORMA (Apa yang seharusnya)
3. ANALISIS
4. PEMBERLAKUAN KHUSUS
5. PERUMUSAN KERJASAMA “MOU”
HAL-HAL DIPERHATIKAN:
06/02/2013
8
RUANG LINGKUP
NASIONAL
REGIONAL
LOKAL (KAB/KOTA)
NORMA
Kes. Ibu AKI …%
ANC NAKESIndikatorAntara
NORMA Selected sensitive Proxy indicators
untuk penurunan AKB, AKI dan prev Gizi Kurang
• ASI dan MPASI
• Vit A
• Imunisasi
• Tatalaksana
kasus
• Linakes
• Kn1
• ANC
• TT2+
• Suplementasi
Gizi Mikro
(MMN/Fe)
WUS HAMIL LAHIR BAYI/BALITA
• KB (CU)
Air bersih, sanitasi, higiene
Pemberantasan malaria/Pengendalian Penyakit
Analisis
• Fiscal capacity
• Besaran masalah
• Faktor pendukung
* Unit Cost
PENATAAN ALOKASI DAN UTILISASI
DANA PEMERINTAH
Pro-equity
Basis
Formula
MEMENUHI PRINSIP“HOW TO ALLOCATETHE SCARCITY OF
RESOURCES”
I. UMUM:a. Fiscal Capacity daerahb. Alokasi APBD unt Kesc. Manajemen Kes Daerah
II.KHUSUS:EppidemiologicalBurden of Disease
KAYA MISKIN
BESAR
I.•Capacity
Building
• Pengendalian
III.• Peningkatan
Alokasi APBN
• Cap. Build
KECIL
II.
ADVOKASI
IV.•Peningkatan
Alokasi APBN
• Pendampingan
FISCAL CAPACITY
ALOKASI
APBD
UNT
KES
Indikator
• Kesehatan Anak
Layanan Inti Indikator
Nasional
SPM Indikator daerah
• layanan neonatus
• Immunisasi – campak,
DPT3
• MTBS (penanganan
pneumonia, diarrhea)
• Gizi esensial (gizi konsulkehamilan & kehamilan,
menyusui, makanan
tambahan, micro-
nutrients)
MDGs
• Angka Kematian
Balita
• Angka Kematian
Bayi
• Cakupanimunisasi sebelum
usia 1 tahun
(campak)
• 80% komplikasi
neonatal tertangani
(2010)
• 90% bayi mendapat
kunjungan post-natal
(2010)
• 100% cakupan layanan
vaksinasi di masyarakat
(2010)
• 100% anak dengan ASI mendapat makanan
tambahan (2010)
• 100% anak gizi buruk
ditangani (2010)
HARUS
DISEPAKATI
RENSTRA DINKES
06/02/2013
9
Indikator
• Kesehatan Ibu
Layanan Inti Indikator
Nasional
SPM Indikator
Daerah
• Antenatal care
•Pertolongan Persalinan oleh
NAKES
•Layanan PONED/K
•KB
•STI (deteksi, pengobatan)
MDGs
• AKI
• Cakupan persalinan
ditilong Nakes
• Ankga Prevalensi
Konstrasepsi
• Angka Kelahiran paaRemaja (Adolescent
birth rate)
• Cakupan Antenatal
care
(K1, K4)• Unmet needs for
family planning
• 90% persalinan ditolong oleh
Nakes (2015)
• 80% kehamilan berisiko tinggi
mendapat penanganan layak
(2015)
• 100% akses thdp layanan
gawat darurat di tiap kab/kota
(2015)
• Angka prevalensi KB
mencapai 70% pada 2010
• Cakupan K4 mecapai 95%
pada 2015
• 90% Ibu mendapatkan akses
layanan post-partum pada2015
HARUS
DISEPAKATI
RENSTRA
DINKES
Indikator
• Malaria
Layanan Inti Indikator
Nasional
SPM Indikator Daerah
• Mencari Pengobatan
segera
• Diagnosis danPenanganan yang efektif
• Profilaksis bagi Ibu
Hamil
• Kleambua berinsektisida
dan materi lainnya
MDGs
•Angka insiden
dan kematianterkiat malaria
•Proporsi balita
yang tidur dengan
kelambu
berinsektisida
(insecticide-bed
nets)
•Proporsi balita
mendapat
pengobatan
malaria secara
tepat
•100% deteksi dan
penanganan malaria
pada 2010
HARUS
DISEPAKATI
RENSTRA DINKES
Indikator
• TB
Layanan Inti Indikator
Nasional
SPM Indikator Daerah
• DOTS MDGs
• Angka insidens,
prevalensi, kematian terkait TB
• Cakupan deteksi
TB dna
pengobatan
melalui program
DOTS
•100% deteksi dan
penanganan kasus pada
2010
HARUS
DISEPAKATI
RENSTRA DINKES
Indikator
• HIV/AIDS
Layanan IntiIndikator
NasionalSPM
Indikator
Daerah
- Blood safety
-Surveilens
-- Perubahan Perilaku melalui
Komunikasi
- Penggunaan Kondom
- Uji & Konseling Sukarela(VCT)
-Pencagahan transmisi dari
Ibu dan anak
- Aksese thdp Obat
- ProgramTB terpadu
- Diagnosis & manajemen
pasien
- Pelayanan bg anak yatim
dan anak rentan lainnya
MDGs
Cakupan populasi
dengan infeksi lanjutHIV mendapat akses
thdp obat retrovial
(ARV)
•100% deteksi dan
penanganan kssus pada
2010
HARUS
DISEPAKATI
RENSTRA
DINKES
06/02/2013
10
Penyakit Menular–Indikator SekilasPenykait Menular pada
Anak2 (ISPA , campak, malaria)
Outcome/evaluation: Angka
Kematian Balita, AngkaKematian Bayi
Monitoring Pelaksanaan:
• % Balita tidur dengan kelambu ber-insektisida
• % Balita dengan akses MTBS
• % Balita Sakit yang mencapat perawatan layak di rumah
• % Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif selama 6 bulan
Penyakit Menular pada
Anak2 yang dapat Dicegah dengan
Vaksinasi
Outcome/evaluation:
Penurunan angka kesakitanpenyakit menular yang dapat
dicegah dengan Vaksinasi
Monitoring Pelaksanaan:
• % Bayi yang mendapat imunisasi Campak
• % Bayi yang mendapat imunisasi DPT3 lengkap
Malaria Outcome/evaluation:
Penurunan angka kematianakibat Malaria(kelompok umu
rbalita dan kelompok umur
lainnya)
Monitoring Pelaksanaan:
• % Ibu hamil yang mendapat pengobatan malaria intermiten
• % fasilitas yang menyediakan lobat anti malaria ini
pertama dan kedua
• % Penduduk berisiko tinggi terserang malaria
mendapatkan pengobatan dalam waktu kurang dari 24 jam
TB Outcome/evaluation: Angka
Kejadian TB: Jumlah kasus baru pada tiap 100.000
penduduk
Monitoring Pelaksanaan:
• % Kasus TB terdeteksi mengikuti program DOTS yang
dilaporkan
• % Kasus TB terdeteksi yang diobati
HIV/AIDS Outcome/evaluation:
seroprevalence HIV pada usia15 -24
Monitoring Pelaksanaan:
• % akses thd Kondom
• % Kasus IMS yang ditangani scr benar
• % donasi darah yang aman (terskrining)
• % Penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik yang
mendapat akses obat
CONTOH SINKRONISASIDAN PEMBAGIAN PERAN
INDIKATOR YANG DIPANTAUDalam penurunan AKI
Cakupan Pelayanan Antenatal (K1, K4)
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Nakes (PN)
Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri Neonatal (KD)
Cakupan Kunjungan Nifas (KF)
Jumlah Kematian Ibu
Jumlah Bidan di Desa
Jumlah Bidan yang Terlatih APN
Jumlah Puskesmas PONED berfungsi
Jumlah RS PONEK (Yanmedik) berfungsi
CPR
NORMA PERCEPATAN PENURUNAN AKI
CAKUPAN PELAYANAN K-4
CAKUPAN KUNJUKAN KN-2
CAKUPAN LINAKES
1. Strandar dan Regulasi
2. Pemenuhan dan Pelatihan SDM
3. Pemberdayaan Masyarakat
4. Promosi Kesehatan
5. Perbaikan Gizi
6. Penyediaan Obat dan vaksin
7. Peningkt. Alkes Yankes Dasar dan Rujukan
8. Peningkt. Kualitas Yankes Dasar dan Rujukan
9. Penyediaan Biaya Operasional
10. Penelitian/Kajian Survei
11. Penguatan R/R
12. Pembinaan
13. Dll
Indikator AntaraINTERVENSI / KEGIATAN
06/02/2013
11
KEGIATAN UTAMA UPAYA PENURUNAN AKI
P4K dng stiker di Seluruh Puskesmas
PONED / PONEK
Kemitraan Bidan – Dukun
Unit Transfusi Darah di RS Kabupaten
Pelayanan KB Berkualitas
Pemenuhan SDM Kesehatan
NO. KEGIATAN/SUBKEGIATAN SASARAN
PEMBAGIAN PERAN
PUSAT PRO
VINSI
KAB/
KOTA
KEC/
PUSK
DESA
A P4K DI SETIAP PUSKESMAS
1. Pengadaan Stiker Bumil V
2. Sosialisasi Ormas V V V
3. Kampanye Ormas V V V
4. Re-orientasi di Pusat, Provinsi, Kabupaten
dan Puskesmas
Ormas V V V
5. Kunjungan Rumah : Bumil V V
6. Peningkatan Fasilitasi V V V
7. Monitoring dan evaluasi V V V V
8 Pengadaan Buku KIA Bumil V
B PUSKESMAS PONED
1. Peningkatan Sarana dan Fasilitas Puskesmas V V
Puskes.
Perawatan
V V
2. Pelatihan Petugas PONED Dokter V
Bidan V
Perawat V
3. Fasilitasi Kab/Kota V V
3. Biaya Operasional Puskesmas V V
3.1. Dalam GedungPuskesmas
V
3.2. Luar Gedung
PEMBAGIAN PERAN KEGIATAN DAN SUBKEGIATAN UPAYA PERCEPATAN PENURUNAN AKI
CONTOHNO. KEGIATAN/SUBKEGIATAN SASARAN
PEMBAGIAN PERAN
PUSAT PRO
VINSI
KAB/
KOTA
KEC/
PUSK
DESA
C RS PONEK 24 JAM
1. Peningkatan Sarana dan Fasilitas RS V
RS Kab V
2. Pelatihan Petugas PONEK DSOG V
Dokter V
Bidan V
3. On The Job Training DSOG V
Dokter V
Bidan V
4. Audit Pelayanan DSOG V
Dokter V
Bidan V
5. Fasilitasi RS Kab V V
RS Pemda V V
5. Biaya Operasional RS PONEK RS Kab V
D BERFUNGSINYA UTD / UTD RS UTD
1. Peningkatan Sarana V
2. Pelatihan Tenaga UTD V V
3. Fasilitasi V V
4. Biaya Operasional V
5. Monitoring dan Evaluasi V V
Kelompok Calon donor darah Desa :
Fasiltasi
Fasilitasi pembentukan
pembentukan
V
V
V
Donor darah V V V
NO. KEGIATAN/SUBKEGIATAN SASARAN
PEMBAGIAN PERAN
PUSAT PRO
VINSI
KAB/
KOTA
KEC/
PUSK
Desa
E KEMITRAAN BIDAN - DUKUN … Desa
1. Sosialisasi Provinsi V
Kab V V
Puskesmas V
Desa V V
2. Biaya Pertemuan Rutin di Puskesmas Bidan & Dukun V
3. FasilitasI Kab V
Puskesmas V
Desa V V
4. Monitoring dan Evaluasi Kab V
Puskesmas V
Desa V
F. PELAYANAN KB BERKUALITAS
1. Pengadaan Alakon Aseptor V V
2. Pelatihan Petugas Dokter V V
Bidan V
3. Audit Medik Pelayanan KB Dokter V V
Bidan V V
4 Pelayanan Alkon Dokter /Bidan V V V
G. PEMENUHAN SDM KESEHATAN
1. Pemetaan SDM Kesehatan Kabupaten V V
2. Pengadaan Perawat V V V
3. Bidan di Desa Bidan v V v
4. Dokter Umum Dr. v V v
5. DSOG DSOg V V
NO
.KEGIATAN/SUBKEGIATAN SASARAN
PEMBAGIAN PERAN
PUSAT PRO
VINSI
KAB/
KOTA
1 2 3 4 5 6
H. DISTRICT TEAM PROBLEM
1. Lokakarya DTPS Kab/Kota V
2. Pendampingan Penyempurnaan Hasil Kab/Kota V
3. Advokasi Kab/Kota V V
TUGAS MASING MASING PROGRAM
1. Menetapkan Masalah Utama Program2. Menetapkan Norma untuk program dalam mencapai tujuan
program3. Menetapkan Upaya untuk mengatasi masalah utama4. Menetapkan Kegiatan Utama dari upaya tersebut5. Menetapkan sub kegiatan untuk mencapai tujuan dari
kegiatan utama6. Menetapkan Kewajiban peran masing2 tingkatan dalam
setiap sub kegiatan7. Menetapkan kebutuhan sumber daya yang diperlukan (
biaya, tenaga, sarana dan prasarana) dan siapa penanggungjawab / sumber keuangannya serta siapa pelaksanapengadaan
MATRIX PEMBIAYAAN DAN SUMBER PEMBIAYAAN
Sub-sub Program dan Kegiatan
Intervensi
Komponen Sasaran Total
Dana
Jumlah dan Sumber Pembiayaan
APBN APBD
Dekon TP DAK Prov Kab/
Kota
1 2 3 4 5 6 7
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
1. IMMUNISASI Vaksin
Alat Suntik
Cold chain
Pelatihan
Operasional
Sos-mob
06/02/2013
12
Sub-sub
Program dan
Kegiatan
dan sub
kegiatan
Intervensi
Target Total
Dana
Tngkt
Peren
canaa
n
Sumber Pembiayaan
APBN APBD APD
Dekon TP DA
K
Prov Kab/
Kota
Kec/
Pusk
Desa
2 3 4 5 6 7 8 9
KEBUTUHAN PEMBIAYAAN BIDANG ……… TAHUN 2010
KABIDANG ………………………………ttd
PEMBAGIAN PERAN PUSAT PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA DALAM PENCAPAIAN IPM DAN MDGs
NO KEGIATAN SASARANPEMBAGIAN PERAN
PUSAT PROVINSI KAB/KOTA1 2 3 4 5 6I PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN APembiayaan yankes maskin
1 Jamkesmas maskin BPS 100%2 jamkes Provinsi maskin non
kuotajamkesmas
40%
3 jamkesda Kab/Kota maskin non kuota jamkesmas
60%
BPembiayaan persalinan1. jaminan ibu bersalin ibu bersalin 100%
II PENINGKATAN KESEHATAN IBUAP4K DI SETIAP PUSKESMAS
1 Pengadaan Stiker Bumil 100%2 Sosialisasi Ormas 100%3 Kampanye Ormas 100%4 Re-orientasi di Pusat, Provinsi, Kabupaten dan
PuskesmasOrmas 100%
5 Kunjungan Rumah Bumil 100%6 Peningkatan Fasilitasi7 Monitoring dan evaluasi
PEMBAGIAN PERAN PUSAT PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA DALAM PENCAPAIAN IPM DAN MDGs
NO.
KEGIATAN SASARANPEMBAGIAN PERAN
PUSAT PROVINSI KAB/KOTA
1 2 3 4 5 6
B PUSKESMAS PONED
1 Peningkatan Sarana dan Fasilitas bangunan 50% 50%
alat kesehatan 100%
pemeliharaan 100%
2 Pengadaan Tenaga Kesehatan dokter 100%
bidan Puskesmas 100%
Bidan desa 100%
perawat 100%
2 Pelatihan Petugas PONED Dokter 100%
Bidan 100%
Perawat 100%
3 Fasilitasi Provinsi 100%
Kab/Kota 100%
Puskesmas 100%
3 Biaya Operasional Puskesmas 100%
3.1. Dalam Gedung Puskesmas
100%
3.2. Luar Gedung 100%
PEMBAGIAN PERAN PUSAT PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA DALAM PENCAPAIAN IPM DAN MDGs
NO. KEGIATAN SASARANPEMBAGIAN PERAN
PUSAT PROVINSI KAB/KOTA1 2 3 4 5 6C RS PONEK 24 JAM
1 Peningkatan Sarana dan Fasilitas RS vertikal 100%RS Provinsi 50% 50%RS Kab 50% 50%
2 Pelatihan Petugas PONEK DSOG 50% 50%Dokter 50% 50%Bidan 50% 50%
3 On The Job Training DSOG 100%Dokter 100%Bidan 100%
4 Audit Pelayanan DSOG 100%Dokter 100%Bidan 100%
5 Fasilitasi RS Provinsi 100%RS Pemda 100%
D BERFUNGSINYA UTD / UTD RS1 Peningkatan Sarana UTD2 Pelatihan Tenaga UTD V3 Fasilitas V4 Biaya Operasional 5 Monitoring dan Evaluasi
F. PELAYANAN KB BERKUALITAS1 Pengadaan Alakon PUS Maskin 100%2 Pelatihan Petugas Dokter 100%
Bidan 100%3 Audit Medik Pelayanan KB Dokter V
Bidan VH. DISTRICT TEAM PROBLEM
1 Lokakarya DTPS Kab/Kota 100%2 Pendampingan Penyempurnaan Hasil Kab/Kota 100%3 Advokasi Kab/Kota 100%
DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN KESEHATAN YANG
AKAN DIKERJASAMAKAN DEPKES,
DISKES PROVINSI DAN KAB/KOTA SE JAWA BARAT TAHUN 2009-2013
EXCELL
DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN YANG AKAN
DIKERJASAMAKAN DEPKES, DISKES PROVINSI DAN KAB/KOTA SE JAWA BARAT
TAHUN 2009-2010
SUB
BIDA
NG
SUB-
SUB
BIDA
NG
PROG
RAM
KEGI
ATAN
SUB
KEGIAT
AN
TARGE
T
KINERJ
A
JUM
LAH
BIA
YA
200
9-
201
3
JUMLAH PERSENTASE
DAN SUMBER BIAYA 2009-
2013
JUM
LAH
BIA
YA
200
9
JUMLAH PERSENTASE
DAN SUMBER BIAYA
2009
JUMLAH PERSENTASE
DAN SUMBER BIAYA 2010
JUMLAH PERSENTASE
DAN SUMBER BIAYA
2011
JUMLAH PERSENTASE
DAN SUMBER BIAYA
2012
JUMLAH
PERSENTASE DAN
SUMBER BIAYA 2013
APBN/P
HLN
APBD
PROVIN
SI
APBD
KAB/KO
TA
APBN/P
HLN
APBD
PROVIN
SI
APBD
KAB/KO
TA
APBN/P
HLN
APBD
PROVIN
SI
APBD
KAB/KO
TA
APBN/P
HLN
APBD
PROVIN
SI
APBD
KAB/KO
TA
APBN/P
HLN
APBD
PROVIN
SI
APBD
KAB/KO
TA
APBN/P
HLN
APBD
PROVIN
SI
APBD
KAB/
KOTA
ABS % ABS % ABS %AB
S% ABS % ABS %
AB
S% ABS % ABS %
AB
S%
AB
S% ABS %
AB
S%
AB
S% ABS %
AB
S%
AB
S%
AB
S%
1.
Upaya
Kes.
1.
Pence
gahan
dan
Pemb
eranta
san
Penya
kit
Pence
gahan
dan
Pena
nggul
angan
Penya
kit
Menul
ar
Bantu
an
Peng
adaan
Alat
suntik
dan
Safet
y box
Immu
nisasi
Pengad
aan alat
suntik
0,05 ml
Desa
UCI
9,19
5,51
7,50
0.00
4,59
7,75
8,75
0.00 50
1,83
9,10
3,50
0.00 20
2,75
8,65
5,25
0.00 30
1,83
9,10
3,50
0.00
919
,55
1,7
50.
00 50
367,
820,
700.
00 20
551,
731,
050.
00 30
1,83
9,10
3,50
0.00
919,
551,
750.
00 50
367,
820,
700.
00 20
551,
731,
050.
00 30
1,83
9,10
3,50
0.00
919,
551,
750.
00 50
367,
820,
700.
00 20
551,
731,
050.
00 30
1,83
9,10
3,50
0.00
919
,55
1,7
50.
00 50
367,
820,
700.
00 20
551,
731,
050.
00 30
1,83
9,10
3,50
0.00
919
,55
1,7
50.
00 50
367
,82
0,7
00.
00 20
551
,73
1,0
50.
00 30
Pengad
aan alat
suntik
0,5 ml
Cakupa
n
101,
368,
431,
500.
00
50,6
84,2
15,7
50.0
0 50
20,2
73,6
86,3
00.0
0 20
30,4
10,5
29,4
50.0
0 30
20,2
73,6
86,3
00.0
0
10,
136
,84
3,1
50.
00 50
4,05
4,73
7,26
0.00 20
6,08
2,10
5,89
0.00 30
20,2
73,6
86,3
00.0
0
10,1
36,8
43,1
50.0
0 50
4,05
4,73
7,26
0.00 20
6,08
2,10
5,89
0.00 30
20,2
73,6
86,3
00.0
0
10,1
36,8
43,1
50.0
0 50
4,05
4,73
7,26
0.00 20
6,08
2,10
5,89
0.00 30
20,2
73,6
86,3
00.0
0
10,
136
,84
3,1
50.
00 50
4,05
4,73
7,26
0.00 20
6,08
2,10
5,89
0.00 30
20,2
73,6
86,3
00.0
0
10,
136
,84
3,1
50.
00 50
4,0
54,
737
,26
0.0
0 20
6,0
82,
105
,89
0.0
0 30
Pengad
aan alat
suntik 5
ml5,87
7,90
3,12
0.00
2,93
8,95
1,56
0.00 50
1,17
5,58
0,62
4.00 20
1,76
3,37
0,93
6.00 30
1,17
5,58
0,62
4.00
587
,79
0,3
12.
00 50
235,
116,
124.
80 20
352,
674,
187.
20 30
1,17
5,58
0,62
4.00
587,
790,
312.
00 50
235,
116,
124.
80 20
352,
674,
187.
20 30
1,17
5,58
0,62
4.00
587,
790,
312.
00 50
235,
116,
124.
80 20
352,
674,
187.
20 30
1,17
5,58
0,62
4.00
587
,79
0,3
12.
00 50
235,
116,
124.
80 20
352,
674,
187.
20 30
1,17
5,58
0,62
4.00
587
,79
0,3
12.
00 50
235
,11
6,1
24.
80 20
352
,67
4,1
87.
20 30
Safety
Box
721,
760,
745.
00
360,
880,
372.
50 50
144,
352,
149.
00 20
216,
528,
223.
50 30
144,
352,
149.
00
72,
176
,07
4.5
0 50
28,8
70,4
29.8
0 20
43,3
05,6
44.7
0 30
144,
352,
149.
00
72,1
76,0
74.5
0 50
28,8
70,4
29.8
0 20
43,3
05,6
44.7
0 30
144,
352,
149.
00
72,1
76,0
74.5
0 50
28,8
70,4
29.8
0 20
43,3
05,6
44.7
0 30
144,
352,
149.
00
72,
176
,07
4.5
0 50
28,8
70,4
29.8
0 20
43,3
05,6
44.7
0 30
144,
352,
149.
00
72,
176
,07
4.5
0 50
28,
870
,42
9.8
0 20
43,
305
,64
4.7
0 30
TOTAL
117,
163,
612,
865.
00
58,5
81,8
06,4
32.5
0 50
23,4
32,7
22,5
73.0
0 20
35,1
49,0
83,8
59.5
0 30
23,4
32,7
22,5
73.0
0
11,
716
,36
1,2
86.
50 50
4,68
6,54
4,51
4.60 20
7,02
9,81
6,77
1.90 30
23,4
32,7
22,5
73.0
0
11,7
16,3
61,2
86.5
0 50
4,68
6,54
4,51
4.60
7,02
9,81
6,77
1.90
23,4
32,7
22,5
73.0
0
11,7
16,3
61,2
86.5
0 50
4,68
6,54
4,51
4.60 20
7,02
9,81
6,77
1.90 30
23,4
32,7
22,5
73.0
0
11,
716
,36
1,2
86.
50 50
4,68
6,54
4,51
4.60 20
7,02
9,81
6,77
1.90 30
23,4
32,7
22,5
73.0
0
11,
716
,36
1,2
86.
50 50
4,6
86,
544
,51
4.6
0 20
7,0
29,
816
,77
1.9
0 30
06/02/2013
13
Kegiatan & Tanggungjawab
KEGIATANTANGGUNG JAWAB
KEUANGAN
PELAKSANAN
PENGADAAN
Staff
• Pegawai Negeri
• Pegawai PTT
• PegawaiKontrak
Pusat /prov/kb/kt
Pusat
Provi/kab/kota
Pusat /prov/kb/kt
Pusat
Provi/kab/kota
Promotion
Training
• Pre-service
• In-service
Biaya Operasional
• Sewa
• Utilities
• Pemeliharaan rutin
Kegiatan & Tanggungjawab
KEGIATAN TJ KEUANGAN PELAKSANA PENGADAAN
Konstruksi
• Pembangunan baru
• Rehabilitasi, rekonstruksi
Peralatan
Kendaraan
Material dan Barang Habis
Pakai
• Vaccines
• Obat TB
• Obat lainnya
• Suplemen Gizi
• Bahan habis pakai
kesehatan/kedokteran
• Bahan habis pakai
Public-private contracting
Tantangan• Target setting
– Apa implikasi dari sumber daya?• Tenaga, Fisik, Keuangan• Pembangunan, Rutin
– Di mana sumber daya ini bisa didapatkan?• Siapa yang bertanggung jawab untuk menjamin input yang dibutuhkan?
• Epidemiologi– Permasalahan kesehatan apa yang spesifik di daerah?– Bagaimana daerah menyikapinya?
• Monitoring dan Pelaporan– Manajemen Informasi Kesehatan yang Adekuat– Sistem Manajemen Keuangan dan Administrasi yang adekuat
* * *Butuh bantuan teknis, layanan konsultasi dari Pusat?
• Untuk kinerja manajemen• Untuk penyediaan layanan kesehatan
Wass…….Terima kasihHaturNuhun
1
Unlimited Learning Experience
1
Mekanisme
Perencanaan dan
Penganggaran Provinsi
& Kabupaten/Kota
Oleh : Kabid Renstik Bappeda Provinsi DIY
Unlimited Learning Experience
Siklus Utama Aktivitas Perencanaan
Unlimited Learning Experience
PROSES PERENCANAAN
1. Proses Politik
Pemilihan Presiden/kepala Daerah menghasilkan rencana
pembangunan hasil proses politik, khususnya penjabaran Visi,
Misi dalam RPJM/D
2. Proses Teknokratik
Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga
atau satuan kerja secara fungsional bertugas untuk itu
3. Proses Partisipatif
Perencanaan yang melibatkan para pemangku kepentingan
pembangunan (stake holder), al. Melalui musrenbang.
4. Proses Bottom-Up dan Top Down
Perencanaan yang aliran prosesnya dari atas kebawah, atau dari
bawah ke atas menurut jenjang pemerintahan.
Unlimited Learning Experience
1.Proses Politik
2
Unlimited Learning Experience
Proses konsultasi yang dilakukan dengan DPRD
Arahan Awal Sekda, Ka. Bappeda &
TAPD
Arahan Pusat (Bappenas,
Kemendagri,
Kemenkeu)
Usulan SKPD
Rancangan Awal RKPD
Pembukaan Musrenbang
Forum SKPD
Forum Gabungan
SKPD
Telaah atas hasil Forum SKPD &
Rencana tindak lanjut
dari Bidang2 sektoral Bappeda dikombinasi dengan konsep Expert
Top Down Top Down
Buttom Up
Top Down
9 Maret
29 Feb
12-20 Maret
27 Maret
Forum Gabungan Kab/Kota
Usulan Kab/kota
Buttom Up
Penyaji Kab/Kota
Penyaji Kabid
Bappeda
Penyaji Kepala SKPD
Penyaji Bappenas,
Kemendagri, Kemenkeu
Trilateral Desk
28 Maret
Pimpinan Desk Kabid
Bappeda
Penutupan Musrenbang
Rancangan Akhir RKPD
2-9 April
12 April
Short List Usulan Kab/Kota
Entry di Aplikasi
Jogjaplan
Long list Usulan
Kab/Kota
Verifikasi: long list menjadi
short list
Penyaji Ka. Bappeda Prov. DIY
19-26 Maret
Pokok-pokok pikiran DPRD Provinsi DIY
Rangkaian Panjang Acara Musrenbang RKPD (1 bulan)
Unlimited Learning Experience
2. Proses Teknokratik
Unlimited Learning Experience
Penggunaan data dan informasi, serta kapasitas SDM dan institusi dalam proses penyusunan prioritas pembangunan RKPD Provinsi Tahun 2012
Rancangan Awal RKPD
Perumusan prioritas dan
sasaran pembangunanbeserta pagu
Perumusan Kerangka
Ekonomi & Kebijakan
Keuda
Pengolahan data dan informasi
Analisis Ekonomi &
keuda
Perumusan Permasalahan Pembangunan
Daerah
Telaahan kebijakan nasional
Persiapan Penyusunan
RKPD
Analisis Gambaran
Umum Kondisi Daerah
Evaluasi Kinerja RKPD Tahun
Lalu
RPJMDDok RKPD
kab/kota tahun berjalan
Perumusan program
prioritas daerahbeserta pagu
indikatif
Penyelarasan Rencana program prioritas daerah
beserta pagu indikatif
Tim Penyusun RKPD
3
Unlimited Learning ExperienceInterface www.jogjaplan.com yang berbasis web
Unlimited Learning Experience
Tema 10 Prioritas 23 Sasaran
Jika program/kegiatan tidak sesuai dengan indikator sasaran yang harus dicapai (telah ditetapkan), maka program/kegiatan
yang diusulkan akan “terpental/tertolak”/tidak bisa masuk karena tidak punya kontribusi terhadap Indikator Sasaran (target
yg hrs dicapai).
144 Indikator
Sasaran
(target yg
hrs dicapai)
244
Program
Unlimited Learning Experience
3. Proses Partisipatif
Unlimited Learning Experience
Perumusan prioritas dan
sasaran pembangunanbeserta pagu
Forum Konsultasi
Publik
Perumusan Kerangka
Ekonomi & Kebijakan
Keuda
Pengolahan data dan informasi
Analisis Ekonomi &
keuda
Perumusan Permasalahan Pembangunan
Daerah
Telaahan kebijakan nasional
Persiapan Penyusunan
RKPD
Pokok-pokok pikiran DPRD
provinsi
Analisis Gambaran
Umum Kondisi Daerah
Evaluasi Kinerja RKPD Tahun Lalu
RPJMDDok RKPD
kab/kota tahun berjalan
Perumusan program prioritas
daerah beserta pagu indikatif
Penyelarasan Rencana program
prioritas daerahbeserta pagu
indikatif
Rancangan Awal RKPD
Proses konsultasi yang dilakukan dengan masyarakat sipil
4
Pra Musrenbang
Pembukaan Musrenbang9 Mar 2012
Forum SKPD12-20 Mar 2012
Forum Gab SKPD27 Mar 2012
Forum Kab/Kota28 Mar 2012
Trilateral Desk2-10 April 2012
Penutupan Musrenbang12 April 2012
Pasca Musrenbang
Rangkaian Acara Musrenbang Provinsi DIY Tahun 2012
Entry Aplikasi Perencanaan
19-26 Mar 2012
Foru
m L
inta
s Se
kto
r &
Lin
tas
Wila
yah
Masyarakat dapat berpartisipasi pada setiap tahapan Musrenbang terutama di Forum SKPD dan Gabungan (baik sektoral maupun kewilayahan), serta melalui surat, telepon, ataupun website Bappeda
Proses konsultasi yang dilakukan dengan masyarakat sipil
Unlimited Learning Experience
4. Proses Buttom-Up
Unlimited Learning Experience
Proses konsultasi yang dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota
Forum Gabungan Kewilayahan
Kab/Kota
Usulan Kab/kota
Buttom Up
Trilateral Desk
28 Maret
Pimpinan Desk Kabid Bappeda
Penutupan Musrenbang
2-9 April 12 April
Short List Usulan Kab/Kota
Long list Usulan Kab/Kota
Verifikasi: long list menjadi short list
Unlimited Learning Experience
5. Proses Top-Down
5
Unlimited Learning Experience
Forum
Gabungan Kab/Kota
Proses konsultasi yang dilakukan dengan Pemerintah Pusat
Arahan Pusat (Bappenas,
Kemendagri,
Kemenkeu)
Usulan SKPD
Pembukaan Musrenbang
Forum SKPD
Forum Gabungan
SKPD
Telaah atas hasil Forum SKPD &
Rencana tindak lanjut
dari Bidang2 sektoral Bappeda dikombinasi dengan konsep Expert
Top Down
Buttom Up
Top Down
12-20 Maret
27 Maret
Penyaji Kab/Kota
Penyaji Kabid
Bappeda
Penyaji Kepala SKPD
Entry di Aplikasi
Jogjaplan
19-26 Maret
28 Maret
Rancangan RKPD
Konsultasi Triwulanan
maupun
konsultasi lain
UKPPD
Top Down Top Down
Unlimited Learning Experience
Hirarki Perencanaan
Unlimited Learning Experience
RPJM
NASIONAL RKP RAPBN APBN
RPJM
DAERAHRKPD RAPBD APBD
RENSTRA
SKPD
RENJA
SKPDRKA
SKPD
PENJABARAN
APBD
RENSTRA
KL
RENJA
KLRKA - KL
RINCIAN
APBN
dijabarkan
Ped
om
an
Pedoman
diacu dijabarkan
dia
cu
Pedoman
PedomanPedoman
Ped
om
an
Pe
me
rinta
h
Pu
sa
t
Pe
me
rinta
h
Da
era
h
PERENCANAAN PENGANGGARAN
ped
om
an
dip
erh
atik
an
Diserasikan melalui MUSRENBANG
Pedoman
Pedoman
Pedoman
RPJP
NASIONALpedoman
KUA
PPAS
RPJP
DAERAHggaran
Hirarki Perencanaan dan Penganggaran
UU 25/2004
Unlimited Learning Experience
HIRARKI PENYUSUNAN RENCANA &
ANGGARAN
RKPD
2012
RPJMD 2009-2013
dijabarkan
RPJPD 2005-2025
dijadikan pedoman
PPAS 2012
KUA
dijadikan acuan
APBD 2012
dijadikan dasar
PERDA No. 2/2009
PERDA No. 4/2009
PERDA &
PERGUB penjabaran
PERGUB
NOTA KESEPAKATAN
6
Unlimited Learning Experience
Pentingnya Keterkaitan
Unlimited Learning Experience
a. Keterkaitan antara RKPD Provinsi dengan RPJMD Provinsi
RKPD Provinsi Th
2012 merupakan
penjabaran dari
RPJMD Provinsi
Th 2009-2013
Unlimited Learning Experience
b. Keterkaitan antara RKPD Provinsi dengan RKP 2012
Pendidikan dan Kebudayaan
Kesehatan
Pariwisata
Ketahanan Pangan & Agro Industri
Iklim Investasi dan Usaha
Infrastruktur
Penanggulangan Kemiskinan
Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana
Reformasi Birokrasi
Pengarusutamaan Gender
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
Pendidikan
Ketahanan Pangan
Kesehatan
Penanggulangan Kemiskinan
Infrastruktur
Iklim Investasi dan Usaha
Energi
Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluas, dan Pasca Konflik
Lingkungan Hidup dan Bencana
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Bidang Kesejahteraan Rakyat
Bidang Perekonomian
RKP
RKPD
Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi
Unlimited Learning Experience
7
Unlimited Learning Experience
Visi RPJPD
Misi 1: Pendidikan
Misi 2: Budaya
Misi 3: Pariwisata
Misi 4: Kesra
Visi RPJMD
Misi 1: SDM & Budaya
Misi 2: Pariwisata
Misi 3: Good Governance
Misi 4: Sarana &
Prasarana
Tema RKPD
Prioritas 1: Pendidikan & Kebudayaan
Prioritas 2: Kesehatan
Prioritas 3: Pariwisata
Prioritas 4: Ketahanan Pangan & Agro Industri
Prioritas 5: Iklim Investasi & Usaha
Prioritas 6: Infrastruktur
Prioritas 7: Penanggulangan Kemiskinan
Prioritas 8: Lingk. Hidup & Mitigasi Bencana
Prioritas 9: Reformasi Birokrasi & Tata Kelola
Prioritas 10: Pengarusutamaan Gender
Katalisator
Penyelarasan dengan Prioritas NasionalUnlimited Learning Experience
“Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan
Kesejahteraan Rakyat”
“Perluasan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan kembali akibat bencana guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat”
RKP
RKPD DIY
Sleman
Peningkatan kesejahteraan dan percepatan pemulihan pasca bencana melalui pemberdayaan masyarakat dan peningkatan pelayanan yang berkualitas
Kulon Progo
Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Kemiskanan
Kota Yk
Mewujudkan visi kota yogyakarta dengan jiwa dan gerakan segoro
amarto
Bantul
Mengembangkan kualitas sumber daya manusia dan IPTEK, mengoptimalkan sumber daya alam berwawasan lingkungan serta mengembangkan daya saing ekonomi lokal berbasis penanggulangan bencana
Gunungkidul
Pengembangan Usaha Masyarakat dan Daya Dukung Pariwisata Serta Peningkatan Pelayanan Dasar
Penyelarasan Tema Tahun 2012
Unlimited Learning Experience
Pentingnya Konsistensi
Unlimited Learning Experience
Konsistensi Perencanaan & Penganggaran
8
Unlimited Learning Experience
29
Perencanaan dan Penganggaran Tahunan Daerah
Dalam evaluasi APBD oleh Kemendagri:
RKPD_KUA PPAS_RAPBD harus konsisten Unlimited Learning Experience
Gambaran Kesesuaian RKPD 2012 dengan RAPBD 2012
Jumlah
SKPD
Jumlah
Program
Jumlah
KegiatanPagu Anggaran
34 244 2.364 1.692.470.668.382
Kondisi RKPD 2012
Jumlah
SKPD
Jumlah
Program
Jumlah
KegiatanPlafon Anggaran
34 244 2.364 1.715.172.040.257
Kondisi KUA PPAS 2012
Jumlah
SKPD
Jumlah
Program
Jumlah
KegiatanAnggaran
34 244 2.364 2.124.288.709.311
Kondisi APBD 2012
Unlimited Learning Experience
Ranc. Awal RKPD
Ranc RKPD
Musrenbang
Ranc. Awal Renja-SKPD
Ranc. Akhir RKPD
RKPD
Renja-SKPD
RKA - SKPD
RAPBD
APBD
KUA - PPAS
SINKRONISASI
PERENCANAAN DAN
PENGANGGARANUnlimited Learning Experience
Skenario Musrenbang Tahun
2010
Pra
Musrenban
g
Forum
SKPD
Forum
Gabungan
Musrenban
gSidang
Kelompok
Pasca
Musrenban
g
9
Unlimited Learning Experience
Rangkaian Musrenbang Tahun
2010Arahan
Gubernu
r
Sinkronisasi
tema,
prioritas dan
program
strategis
dengan
kab/kotaRakor
Teknis
SKPD Prov
Usulan
Kab/Kota
Rancanga
n awal
RKPD
Forum
SKPD
Forum
Gabungan
Musrenban
g
Rancanga
n Akhir
RKPD
RKPD
Sidang
Kelompok
Unlimited Learning Experience
Skenario Musrenbang Tahun
2011
Pra
Musrenbang
Forum
SKPD
Forum
Gabungan
MusrenbangSidang
Kelompok
Pasca
Musrenbang
Unlimited Learning Experience
Rangkaian Musrenbang Tahun
2011Arahan
Gubernu
r
Rakor
Teknis
SKPD Prov
Usulan
Kab/Kota
Rancanga
n awal
RKPD
Forum
SKPD
Forum
Gabungan
Musrenban
g
Rancanga
n Akhir
RKPD
RKPD
Sidang
Kelompok
Unlimited Learning Experience
Pra
Musrenba
ng
Pembukaan
MusrenbangForum SKPD
Forum Gab
SKPD
Forum
Kab/KotaTrilateral Desk
Penutupan
Musrenbang
Pasca
Musrenbang
Rangkaian Acara Musrenbang Provinsi DIY Tahun 2012
Entry Aplikasi
Perencanaan
Foru
m L
inta
s Se
kto
r &
Lin
tas
Wila
yah
Skenario Musrenbang Tahun
2012
Masyarakat dapat berpartisipasi pada setiap tahapan
Musrenbang
10
Unlimited Learning Experience
Arahan
Awal
Sekda, Ka.
Bappeda &
TAPD
Arahan
Pusat
(Bappenas,
Kemendagri
,
Kemenkeu)
Usula
n
SKPD
Rancang
an Awal RKPD
Pembukaa
n Musrenban
g
Forum
SKPD
Forum
Gabungan SKPD
Telaah atas hasil
Forum SKPD &
Rencana tindak
lanjut dari Bidang2
sektoral Bappeda
dikombinasi
dengan konsep
ExpertTop Down Top Down
Buttom
Up
Top Down
Forum
Gabungan
Kab/Kota
Usulan
Kab/kot
a
Buttom
Up
Trilateral
Desk
Penutupan
Musrenbang
Rancanga
n Akhir RKPD
Short List
Usulan
Kab/Kota
Entry di
Aplikasi Jogjapla
n
Long list
Usulan
Kab/Kota
Verifikasi:
long list menjadi
short list Pokok-
pokok
pikiran
DPRD
Provinsi DIY
Rangkaian Musrenbang Tahun 2012
Unlimited Learning Experience
Kombinasi Fokus dan
Lokus (Keterkaitan antar
sektor)
Trilateral Desk
(membahas persandingan-
persandingan guna
mensinergikan kab/kota,
prov, dan pusat)
Lebih substansial &
terbuka terhadap
partisipasi masyarakat
(waktu 1 bulan)
Didukung Aplikasi
Jogjaplan, SIPR, SIPD dan
Web Monev
Revitalisasi Musrenbang Provinsi Tahun
2012
Hanya terfokus pada
sudut pandang
Sektoral saja
Tidak ada Trilateral
Desk
Hanya Event
Ceremonial
(waktu hanya 1-2 hari)
Belum didukung
Aplikasi yang memadai
untuk menyajikan data
Sebelumnya Menjadi
Unlimited Learning Experience
Terima kasih
2/6/2013
1
SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
PROVINSI DAN KABUPATEN / KOTA BIDANG KESEHATAN
KEPALA DINAS KESEHATAN PROV DIY
Dr. SARMINTO, M.KES
PERLU SINKRONISASI PENYELENGGARAAN Pembangunan Kesehatan
SKPD/ Unit2
Antar level – Antar fungsi - Antar unit seluruhnya menyatu
Pusat
Daerah
SINKRONISASI Sinkronisasi
Kebijakan
Perencanaan
Penganggaran
Pusat – Provinsi – Kab/kota
Renja KL –SKPD Prov –SKPD Kab
APBN – APBD Prov – APBD Kab
2/6/2013
2
KebijakanPemb.KesProvinsi
DIY
KebijakanNasional
KebijakanProvinsi
Regulasi &
Sistem Kes.
Kebijakn
Kab/kota
RPJPN
RPJMN
Renstra KL
RPJPD
RPJMD
Renstra SKPD
Kerangka Pikir Sinkronisasi Dinkes Prov. DIY
Renja SKPD
Renja KL
Permasalahan Kesehatan Prioritas DIY
d
Kematian IbuKematian BayiKematian BalitaUmur Harapan Hidup
1. kematian akibat penyakit degeneratif ; kardiovaskuler, diabetes dll
2. kematian & Kesakitan akibat akibat kecelakaandan rudakpaksa
3. gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih4. prevalensi penyakit TB5. prevalensi HIV/AIDS6. kematian & Kesakitan DBD, dan malaria7. penyakit akibat penyalahgunaan Napza dan IMS8. aksesibilitas terhadap yankes yg berkualitas9. Belum terlindunginya masyarakat secara
maksimal terhadap beban pembiayaankesehatan.
1. d
DERAJAT KESEHATAN
MASALAH PRIORITAS
Hubungan Masalah Prioritas Dg UHH
MA
SALA
HP
RIO
RIT
AS
DER
AJA
DK
ESEH
ATA
N
Kematian Balita
Umur Harapan Hidup
Penyakit Tidak menular• CVD - Jantung,
Stroke, Hipertensi dll• Diabetes Mellitus
Kematian
Um
umKematian IbuKematian Bayi
• Status Gizi
• Kecelakaan
Penyakit Menular• TB, • HIV/ AIDS, • DBD, • Malaria
• NAPZA
Renstra SKPDDinkes DIY
Kebijakan Pokok DInkes
Rakerkesda
Forum SKPD
Musrenbang
Rakor Program2 dg Kab/kota
Rakor Program2 di PusatSintesa & Usulan
Usulan APBD Prov Usulan APBN ProvSinkronisasi
Usulan Kab/kota Usulan ProvSinkronisasi
Usulan Prov PusatSinkronisasi
Rencana Kinerja
Renstra Kota Renstra Bantul RenstraKlprogoRenstra GnkidulRenstra Sleman
RenstraDepkes
RPJMD
Sinkronisasi
2/6/2013
3
Program Kerja Dinkes Prov.DIY
• Manajemen Kesehatan• Sistem Informasi• Penelitian Pengembangan
• Sediaan farmasi per bekalan kes &makanan
• Pendidikan Kesehatan dan SDM
• Pembiayaan kesehatan
• Pencegahan &pengendalianpenyakit
• Pelayanan Kesehatan• Promosi dan pemberdayaan• Kesehatan keluarga• Perbaikan Gizi Masyarakat• Pengembangan Lingkungan
Sehat
• Status Gizi• Kematian Ibu• Kematian Bayi• Kematian Balita
• Renstra Dinkes DIY
• Penyakit Tidak menular• Penyakit Menular• Kecelakaan• NAPZA
Kegiatan untuk Sinkronisasi (DinkesDIY-2012)
• Kebijakan– Review Renstra– Penyusunan Renja– Rakor dengan Kabupaten/kota– Sinkronisasi Perencanaan dan Anggaran– Sinkronisasi Perencanaan dan Anggaran –Provinsi dan Kab/kota– Rakor Sinrkonisasi Pusat & Daerah – Forum Sinkronisasi Prov & Kab/kota– Forum SKPD (Lintas Fungsi oleh Pemprov)– Musrenvang Provinsi
• Perencanaan dan Penganggaran– Rakerkesda– Forum Renja Lintas Fungsi dan Lintas Kab/kota– Forum di tingkat unit lintas fungsi dan lintas kab/kota– Koordinasi dan Konsultasi Daerah dan Pusat
Harapan
• Sinkronisasi dalam permasalahan pokok• Sinkronisasi dalam arah kebijakan• Sinkronisasi dalam manajemen
– Perencanaan– Penganggaran– Evaluasi
• Implementasi : – Pusat - Provinsi – kab/kota– Pemerintah – Swasta – Masyarakat – LSM– Lintas Sektoral (horisontal – vertikal di DIY)– Lintas Program – Unit termasuk UPT– Lintas Penyandang Dana (BHLN-Donor dll)
Contoh…Program / kegiatan yang berhasil disinkronkan
melalui sharing dana (2012)
• Malaria (APBD Provinsi >< APBD Kab Kulon Progo)• TFC(APBD Prov >< APBD G Kidul dan K Progo)• Penanganan Gizi Buruk/Gizi Kurang (APBN >< APBD)• UKBM / Desa Siaga (APBN versus APBD Prov >< APBD Kab/kota)• Kab/kota Sehat (APBD Prov >< APBD kab/kota)• Pengembangan Pasar Sehat (APBD Prov >< WHO)• Audit Maternal Perinatal ( APBD Prov ><APBD kab/kota)• Survailance Penyakit ( APBN >< BBTKL><APBD Prov ><APBD
kab/kota)• Pengendalian Penyakit dan KLB ( APBN >< BBTKL><APBD Prov
><APBD kab/kota)• dll
2/6/2013
4
• Promosi Kesehatan (Provinsi dan Kab/kota)
UPAYA SINKRONISASI MASIH PERLUDITINGKATKAN
Contoh…Program / kegiatan yang berhasil disinkronkan dg LOKASI (2012)
• Jamkesmas , Jamkesos, dan Jamkesda(walaupun masih perlu upaya lebih lanjut)
• STBM (APBN versus APBD Prov >< APBDKab/kota)
• Pengawasan dan Keamanan Pangan (APBNversus APBD Prov >< APBD Kab/kota)
• dll
Contoh….Program / kegiatan yang berhasil disinkronkan
melalui sasaran (2012)
Contoh Program / kegiatan yang berhasil disinkronkan untuk Tahun
2013
• PROSES 2013\rekap rinci per kab diambil dari sheet renja dinkes 2013 pasca quality.xlsx
Permasalahan Sinkronisasi
• Jenis
– Dis-sinkron antar Level (Pusat – Daerah)
– Dis-sinkron antar Fungsi (Lintas Sektor)
– Dis-sinkron antar Program (internal)
• Ancaman
– Outcome : Pencapaian tujuan Pembangunan nasional dandaerah
– Impact : inefisiensi – inefektifitas
– Output : kekacauan sistem pembangunan kes.
2/6/2013
5