laporan akhir kajian_gabung

110
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Laporan Akhir KAJIAN BIDANG KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT: SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

Upload: herry-supriyadi

Post on 28-Nov-2015

191 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

0

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Laporan Akhir

KAJIAN BIDANG KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT:

SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN ANTARA PUSAT

DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

Page 2: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

1 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, laporan

kajian mengenai Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan

Daerah ini dapat kami selesaikan. Laporan ini disusun melalui serangkaian kegiatan yang

sangat intensif seperti seminar, lokakarya, diskusi dengan pakar, pejabat pemerintah, dan

pelaku di lapangan, kunjungan lapangan, studi literatur dan dukungan beberapa kajian

lainnya.

Kajian ini dilakukan untuk menyusun rekomendasi kebijakan terkait sinkronisasi

perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah khususnya bidang kesehatan dan gizi

masyarakat. Hal ini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan

penganggaran bidang kesehatan dan gizi masyarakat. Dengan demikian diharapkan

rekomendasi kajian ini dapat memberikan kontribusi dalam perumusan arah kebijakan dan

strategi dalam perencanaan dan penganggaran kesehatan antara Pusat dan Daerah.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak baik di pusat maupun

daerah yang telah memberikan kontribusi dalam pelaksanaan kajian. Semoga laporan

kajian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca dan kepada bangsa

Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Masa Depan yang Maju, Mandiri, Adil dan

Makmur. Amin.

Jakarta, Desember 2012

Dr. Hadiat, MA

Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat – Bappenas

Page 3: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

2 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

TIM PENYUSUN

KAJIAN SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN ANTARA

PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

Penanggung Jawab : Dra.Nina Sardjunani, MA

Ketua : Dr. Hadiat, MA

Anggota :

1. Ir. Yosi Diani Tresna, MPM;

2. Sularsono, SP, ME;

3. Dra. Esti Nurhayati, MM;

4. Erwin Dimas, SE, DEA, MSi;

5. Benny Azwir, ST, MM;

6. Inti Wikanestri, SKM, MPA;

7. Dewi Amila Solikha, SKM;

8. Sidayu Ariteja, SE; dan

9. Asep Zaenal Mustofa, SKM, M.Epid.

Tim Pendukung : Nurlaily Aprilianti

Page 4: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

3 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI Halaman

Kata Pengantar ........................................................................................ 1

Tim Penyusun .......................................................................................... 2

Daftar Isi ..................................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 4

A. Latar Belakang ............................................................................. 4

B. Permasalahan .............................................................................. 5

C. Tujuan ........................................................................................... 5

D. Ruang Lingkup............................................................................. 6

E. Metodologi .................................................................................. 6

F. Manfaat yang Diharapkan............................................................ 6

BAB II KERANGKA PIKIR KAJIAN............................................................. 7

2.1. Landasan Normatif Perencanaan Nasional.............................. 7

2.2. Kerangka Pikir Kajian................................................................. 10

BAB III HASIL PELAKSANAAN DAN ANALISA KAJIAN ............................ 12

A. Siklus Perencanaan Dan Penganggaran (Musyawarah

Perencanaan Pembangunan..................................................... 12

B. Identifikasi Regulasi yang Mendukung Pelaksanaan

Perencanaan dan Penganggaran di Pusat dan Daerah........... 16

C. Analisa Situasi dan Review dalam Proses Perencanaan dan

Penganggaran Tingkat Provinsi (Jawa Barat, DI Yogyakarta,

dan Gorontalo)........................................................................... 20

D. Faktor yang Berpengaruh Dalam Sinergi dan Sinkronisasi

Perencanaan............................................................................ 33

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 37

A. Kesimpulan............................................................................... 37

B. Rekomendasi........................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Rencana Kerja K/L tahun 2012 Berdasarkan Program Per Kegiatan

UKPPD K/L

Persandingan UKPPD K/L

Alokasi Belanja Urusan Kesehatan (diluar gaji)

Kumpulan Paparan Workshop Kegiatan Kajian

Page 5: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

4 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya berkesinambungan yang

meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas

mewujudkan tujuan nasional yang termaktup dalam Pembukaan Undang-undang Dasar

1945. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional di

atas maka melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai demi mewujudkan

Indonesia sehat sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, yaitu

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia juga untuk

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasarkan kehidupan bangsa maka

diselenggarakan program pembangunan secara berkelanjutan, terencana dan terarah.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan salah satu komponen

penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia sekaligus untuk meningkatkan

daya saing bangsa. yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).Dalam RPJMN 2010—2014

pembangunan diarahkan untuk memantapkan penataan kembali Indonesia di segala

bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk

pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing

perekonomian.

Pada era desentralisasi sekarang ini, perencanaan dan penganggaran kesehatan di

daerah telah menjadi isu yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan

implementasi desentralisasi administrasi pemerintahan dan implementasi prinsip-prinsip

tata pemerintahan yang baik. Selain itu secara substantif perencanaan dan penganggaran

juga memiliki arti penting jika dikaitkan dengan penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam

alokasi sumber daya publik.

Secara umum, ada lima instrumen hukum utama yang secara langsung melandasi

kerangka desentralisasi perencanaan dan penganggaran daerah yang berlaku di Indonesia

saat ini, yaitu: 1) Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2) Undang-

undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3)

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 4) Undang-undang No.

33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah; serta 5) Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintah

antara Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota.

Page 6: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

5 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Kerangka desentralisasi merupakan peluang sekaligus tantangan bagi upaya

pembangunan kesehatan, terutama dikaitkan dengan sinkronisasi perencanaan dan

pengganggaran kesehatan di pusat dan daerah. Keberagaman serta dinamika yang terjadi

di daerah adalah potensi yang dapat mendukung ataupun melemahkan kebijakan nasional

di tingkat pusat.

Sesuai dengan Keputusan Men.PPN/Kepala Bappenas No. PER-

05/M.BAPPENAS/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas

pokok Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan penyusunan dan

evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan gizi masyarakat,

serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya. Sedangkan bidang pembangunan

yang menjadi ruang lingkup tugas pokok dan fungsi Direktorat Kesehatan dan Gizi

Masyarakat meliputi bidang kesehatan dan gizi masyarakat, serta pengawasan obat dan

makanan. Dalam rangka perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional, maka

dipandang perlu dilakukan suatu kajian khusus dan atau paper kebijakan untuk

mempertajam perencanaan pada tahap selanjutnya.

B. Permasalahan

Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam melakukan sinkronisasi perencanaan

dan penganggaran kesehatan di pusat dan daerah, antara lain:

1. Siklus perencanaan dan penganggaran pusat terkait dengan jadwal belum sesuai

dengan siklus penganggaran di daerah;

2. Penterjemahan kebijakan kesehatan di daerah yang belum sesuai kebijakan

nasional di pusat;

3. Peran pembiayaan pusat yang belum sepenuhnya mendukung kebutuhan

pembangunan kesehatan di daerah

C. Tujuan

Secara umum tujuan dari kajian ini adalah tersusunnya rekomendasi terkait dengan

sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan antara pusat dan daerah dalam

rangka meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran kesehatan di Indonesia.

Secara khusus tujuan kajian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kesesuaian siklus perencanaan dan penganggaran antara pusat

dengan daerah,

2. Untuk mengetahui kesesuaian kebijakan antara pusat dan daerah terutama dalam

menterjemahkan kebijakan pusat kedalam kebijakan daerah,

3. Untuk mengetahui peran pembiayaan kesehatan pusat dalam mendukung

kebutuhan pembiayaan kesehatan daerah

Page 7: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

6 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan kajian ini meliputi: pengumpulan dan pengolahan data dan

informasi yang terkait dengan perencanaan dan penganggaran kesehatan di pusat dan

daerah, mencakup :

1. Mempelajari siklus perencanaan yang dilakukan mulai di tingkat daerah (provinsi)

sampai tingkat pusat.

2. Mengidentifikasi peraturan yang mendukung pelaksanaan perencanaan dan

penganggaran kesehatan baik di pusat dan di daerah.

3. Mempelajari pelaksanaan forum musyawarah perencanaan pembangunan di

daerah dan nasional.

4. Menggali pendapat dari pemangku kebijakan dan para pakar, terkait pelaksanaan

proses perencanaan dan penganggaran di pusat dan di daerah.

5. Mereview kesesuaian Kebijakan RKPD pada 3 (tiga) provinsi (Jabar, DIY dan

Gorontalo) dengan kebijakan RKP (Nasional).

E. Metodologi

Kajian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Untuk pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview dengan narasumber, desk

review, workshop pusat dan daerah, kunjungan lapangan, dan konsinyasi).

Pengumpulan data dilakukan pada 3 (tiga) propinsi yaitu, Jawa Barat, Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Gorontalo. Workshop daerah dilaksanakan di Provinsi

Jawa Barat dan DI Yogyakarta, mempertimbangkan waktu pelaksanaan musrenbang

(musyawarah perencanaan pembangunan) di daerah. Sedangkan Di Provinsi Gorontalo

kunjungan lapangan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan musrenbang.

Pada tahap setelah dilakukan pengumpulan data dan informasi, dilakukan analisis

data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

F. Manfaat Yang Diharapkan

Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi unit perencana dan pelaksana di

Kementerian/Lembaga dan SKPD yang terkait dalam pembangunan kesehatan dan gizi

masyarakat dalam menyusun arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan baik di

pusat dan daerah.

Page 8: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

7 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

II. KERANGKA PIKIR KAJIAN

A. Landasan Normatif Perencanaan Nasional

Pelaksanaan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional menghendaki arah dan tujuan kebijakan pembangunan

diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan,

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan, lingkungan serta kemandirian dengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. Perencanaan pembangunan nasional

disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap

perubahan. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan

azas umum penyelenggaraan Negara.

Sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk (1) mendukung

koordinasi antarpelaku pembangunan; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi,

dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun

pusat dan daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi

masyarakat; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,

efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Alur sistem perencanaan dan penganggaran baik

di Pusat maupun di daerah (Gbr.1), yaitu memadukan Undang-Undang No.25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang No.17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengatur pengeloalan keuangan negara.

Tahapan perencanaan pembangunan nasional meliputi, (1) penyusunan rencana; (2)

penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan

rencana. Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara

keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Tahap penyusunan rencana

dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk

ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan

rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur.

Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja

dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.

Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (pemangku kepentingan) dan

menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang

pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah

keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga

mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun

2004 tentang SPPN, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/Daerah ditetapkan

sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah, dan Rencana

Page 9: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

8 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala

Daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), memuat visi, misi, dan arah

pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Dokumen ini lebih bersifat

visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar sehingga memberi keleluasaan yang

cukup bagi penyusunan rencana jangka menegah dan tahunannya. Dokumen RPJP

diperlukan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi secara perlahan sehingga tidak

terasa dalam jangka pendek, tetapi dapat menimbulkan masalah besar bagi kesejahteraan

rakyat dalam jangka panjang. Perubahan yang demikian antara lain terjadi pada demografi,

sumber daya alam, sosial, ekonomi, budaya politik, pertahanan, dan keamanan. Oleh

karena itu, pada tahap awal penyusunan RPJP Nasional pemikiran visioner yang berkaitan

dengan perubahan jangka panjang diatas perlu dihimpun dan dikaji dengan seksama.

Informasi ini digunakan sebagai bahan penyusunan visi pembangunan untuk periode

rencana yang dimaksud.

Gambar 1. Alur Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan di Pusat dan Daerah

Selanjutnya perencanaan pembangunan jangka panjang nasional diikuti dengan

penentuan pilihan arah untuk pembangunan kewilayahan, sarana dan prasarana, serta

RPJM

Daerah

RPJP

Daerah

RKP RPJM

Nasional

RPJP Nasional

(UU No.

17/2007)

RKP

Daerah

Renstra-

KL

Renja-

KL

Renstra-

SKPD

Renja-

SKPD

RAPBN

RAPBD

RKA-KL

RKA-

SKPD

APBN

Rincian

APBN

APBD

Rincian

APBD

Acuan

Pedoma

nDijabarkan Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Diperhatikan

Dijabarkan

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Acuan

Acuan

Diserasikan melalui Musrenbang

UU SPPN

Pem

erin

tah

Pu

sa

tP

em

erin

tah

Dae

rah

UU KN

Visi, Misi, Program

Presiden

Dijabarkan

Visi, Misi, Program

Kepala Daerah

Dijabarkan

Page 10: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

9 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

arah pembangunan bidang-bidang kehidupan seperti sosial, ekonomi, politik, hukum, dan

perundang-undangan, pertahanan, keamanan, dan agama. Komitmen ini, ditindaklanjuti

dengan rancangan peta penuntun penyusunan kebijakan kunci (road map) yang diperlukan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional adalah rencana

pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari visi,

misi, dan program prioritas Presiden yang disusun dengan berpedoman pada RPJP.

Dengan demikian tahap awal dari penyusunan RPJM Nasional adalah penjabaran visi-misi,

dan program prioritas Presiden ke dalam Rancangan Awal. Rancangan Awal ini dijadikan

sebagai pedoman bagi semua kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana

Strategisnya (Renstra-KL). Draft RPJM Nasional disusun dengan menggunakan Renstra-KL

dan menjadi bahan bagi Musrenbang Jangka Menengah. Rancangan akhir disusun dengan

mengakomodasi hasil Musrenbang dan kemudian ditetapkan menjadi RPJM Nasional.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) merupakan penjabaran dari RPJM Nasional,

memuat prioritas pendanaannya, rancangan kerangka ekonomi makro, rencana kerja dan

pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh

dengan mendorong partisipasi masyarakat. Walaupun bernama rencana kerja pemerintah,

namun perlu disadari bahwa pembangunan nasional utamanya dilaksanakan oleh

masyarakat itu sendiri. Yang diperlukan dari pemerintah adalah aturan agar kegiatan

masyarakat itu sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang ditetapkan dalam

pasal 33 UNDANG-UNDANGD 1945 yaitu berdasarkan demokrasi dengan prinsip

kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian

dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Di samping itu,

pemerintah juga perlu mendorong, mengkoordinasikan, dan memfasilitasi kegiatan

masyarakat. Semua kegiatan pemerintah ini dikategorikan sebagai kegiatan dalam

kerangka regulasi.

Disamping itu, untuk menjembatani komitmen-komitmen internasional terkait

pembangunan kesehatan seperti pencapaian target pembangunan Millenium (Millenium

Development Goals), Pemerintah melalui Instruksi Presiden No.3 Tahun 2010 tentang

Pembangunan Berkeadilan mengamanatkan agar daerah menyusun rencana aksi.

Dokumen rencana aksi memuat perencanaan dan penganggaran untuk periode 5 tahunan.

Saat ini terkait dengan pencapaian bidang kesehatan telah disusun Rencana Aksi Daerah

(RAD) MDGs dan RAD Pangan dan Gizi. Kedudukan dokumen rencana aksi dengan

dokumen perencanaan, sebagaimana gambar berikut (Gbr.2)

Page 11: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

10 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Gambar 2. Kedudukan RAN-PG/RAD-PG dan Roadmap MDGs/RAD-MDGs dalam Dokumen Perencanaan Nasional

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), perkembangan

perencanaan partisipatif bermula dari kesadaran bahwa kinerja sebuah prakarsa sangat

ditentukan oleh semua pihak yang terkait dengan prakarsa tersebut. Semua pihak yang

terkait selanjutnya dikenal dengan istilah pemangku kepentingan (stakeholders).

Komitmen semua pemangku kepentingan adalah kunci keberhasilan program, dan diyakini

bahwa besarnya komitmen ini tergantung kepada sejauhmana mereka terlibat dalam

proses perencanaan.

Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan partisipatif

diwujudkan antara lain melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) di

mana sebuah rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pemangku

kepentingan. Pemangku kepentingan berasal dari semua aparat penyelenggara negara

(eksekutif, legislatif, dan yudikatif), masyarakat, kaum rohaniawan, pemilik usaha,

kelompok profesional, organisasi non pemerintah, dan lain-lain.

B. Kerangka Pikir Kajian

Kerangka pikir kajian menjelaskan tentang lingkup hal yang akan menjadi bahasan

dalam kajian. Proses perencanaan dan penganggaran baik di pusat dan daerah merupakan

hal utama yang akan direview, dengan fokus pada siklus perencanaan dan penganggaran

dan menilai efektifitas pelaksanaan forum Musrenbangnas dan Musrenbangda. Hal lainnya

yang akan dikaji untuk melihat sinkronisasi perencanaan dan penganggaran ini adalah

melakukan review dokumen kebijakan pada provinsi terpilih (Jawa Barat, Daerah

Istomewa Yogyakarta, dan Gorontalo) untuk melihat penterjemahan kebijakan

perencanaan dan penganggaran pusat ke daerah. Dari hasil serangkaian tahapan tersebut

akan dianalisis secara mendalam dan terstruktur hal-hal yang menjadi bottleneck atau

faktor-faktor penghambat dalam sinkronisasi perencanaan dan penganggaran pusat dan

Page 12: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

11 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

daerah. Pada tahap akhir diharapkan dapat dirumuskan rekomendasi dalam rangka

sinkronisasi perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah.

Gambar 3. Kerangka Pikir Kajian

Proses Perencanaan &

Penganggaran (Pusat & Daerah)

- Gambaran siklus perencanaan dan penganggaran

- Gambaran efektivitas forum musrenbang

Penterjemahan Kebijakan Perencanaan & Penganggaran

(Pusat & Daerah)

- Review dokumen kebijakan

(sandingan RKP & RKPD)

Analisis terhadap Proses Perencanaan dan Penganggaran

serta Dokumen Kebijakan

(Pusat & Daerah)

Rekomendasi upaya

sinkronisasi kebijakan

(Pusat & Daerah)

Page 13: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

12 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

III. HASIL PELAKSANAAN DAN ANALISA KAJIAN

A. Siklus Perencanaan dan Penganggaran (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)

Sesuai amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, salah satu tahap yang harus dilalui dalam proses penyusunan

rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan melalui

penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).

Sebagai komponen dari komunikasi publik, Musrenbang mempunyai peranan

strategis untuk mengakomodasi semua masukan dari kementerian terkait, lembaga non

kementerian, pemerintahan daerah (provinsi dan kabupaten/Kota), dan komponen

masyarakat guna mencapai perencanaan aspiratif yang berjenjang dari tingkat lokal

sampai nasional. Tujuan pelaksanaan Musrenbang pada intinya adalah untuk menghasilkan

kesepakatan –kesepakatan antarpelaku pembangunan tentang rancangan rencana kerja

pemerintah dan rancangan kerja pemerintah daerah, yang menitik beratkan pada

pembahasan untuk sinkronisasi rencana kerja antar-kementerian/lembaga/satuan kerja

perangkat daerah dan antardaerah.

Pemerintah telah merintis langkah-langkah yang membuka peluang masyarakat

untuk turut merencanakan dan menganggarkan biaya yang diperlukan untuk

pembangunan di wilayah mereka, baik dari aspek regulasi maupun praktek di lapangan.

Secara rutin dan konsisten pelaksanaan Musrenbang ini telah diselenggarakan dalam

proses penyusunan perencanaan pembangunan baik untuk rencana pembangunan jangka

pendek, menengah, dan panjang. Sampai dengan saat ini, Pemerintah masih berkomitmen

dan berupaya untuk melakukan penyempurnaan mekanisme dan format Musrenbang baik

dari segi tingkat partisipasi, implementasi dan keluarannya.

Setiap proses penyusunan dokumen rencana pembangunan tersebut memerlukan

koordinasi antar-instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui

suatu forum yang disebut sebagai Musyawarah Perencanaan Pembangunan atau

Musrenbang. Forum Musrenbang tersebut adalah (i) Forum antarpelaku dalam rangka

menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah; (ii) Forum

pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah dimulai

dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, forum SKPD, kabupaten/kota, provinsi, dan

regional sampai tingkat nasional; dan (iii) Diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Negara

dengan mengikutsertakan masyarakat.

Alur perencanaan dan penganggaran daerah berawal dari kegiatan Musrenbang

Desa pada bulan Januari yang kemudian dilanjutkan dengan Musrenbang Kecamatan pada

bulan Februari. Pada bulan Maret dilakukan Forum SKPD untuk membahas penyusunan

Renja SKPD Kabupaten/ Kota dan pada bulan yang sama diadakan Musrenbang

Kabupaten/Kota.

Page 14: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

13 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Selanjutnya pada bulan Mei dilakukan penetapan RKPD. Pembahasan dan

kesepakatan KUA antara KDH dengan DPRD serta pembahasan dan kesepakatan PPAS

antara KDH dengan DPRD dilakukan pada bulan Juni. Penyusunan RKA-SKPD dan RAPBD

ditetapkan pada bulan Juli—September yang selanjutnya akan dibahas dan disetujui

Rancangan APBD dengan DPRD bulan Oktober—November. Evaluasi Rancangan Perda

APBD, penetapan Perda APBD dan penyusunan DPA SKPD dilakukan pada bulan

Desember. Pelaksanaan APBD dilakukan pada Januari tahun berikutnya.

Rencana Penyelenggaraan Rangkaian Musrenbang Dalam Rangka Penyusunan

RKP. Musrenbang ditujukan untuk mengefektifkan perencanaan dan penganggaran

dengan melihat berbagai kendala seperti sumber daya manusia yang terbatas dan dari segi

tataran birokratis. Pada Musrenbang 2011 telah teridentifikasi kelemahan yang terjadi ada

pada 7 titik kritis pelaksanaan musrenbang yaitu :

1. Tujuan dan sasaran yang disampaikan dari pusat ke daerah kurang tajam sehingga

diperlukan pembahasan dan kesepakatan isu strategis ada pada forum Triwulanan I

dan menjadi fokus pembahasan pada rangkaian Musrenbang.

2. Pembahasan hanya pada kegiatan dengan sumber pendanaan dekonsentrasi/Tugas

Perbantuan sehingga belum terlaksananya pembahasan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Pada Musrenbang selanjutnya diharapkan akan ada penentuan prioritas bidang DAK.

3. Arahan pusat ke daerah masih normatif. Hal ini terkait dengan kualitas isu strategis

Provinsi yang perlu lebih disempurnakan, agar dapat menjadi acuan bagi provinsi

untuk mendukung sasaran pembangunan nasional dan juga bagi Kementerian dan

Lembaga dalam mengalokasikan resource ke daerah. Maka dari itu, diharapkan

menggunakan prioritas nasional, isu strategis provinsi, dan RKA-KL sebagai arahan ke

daerah.

4. Nomenklatur kegiatan Kementerian dan Lembaga dengan daerah belum sepenuhnya

sama terutama akibat adanya Inisiatif Baru sehingga hal ini diharapkan tetap

mengikuti nomenklatur Renja K/L, melakukan pemetaan di UPPD jika terjadi

perubahan nomenklatur di Renja K/L serta integrasi aplikasi Renja dan UPPD,

5. Belum jelasnya kriteria penetapan prioritas, Berdasarkan evaluasi pada tahun 2011

diketahui bahwa isu strategis belum sepenuhnya dijadikan kriteria seleksi sehingga

diharapkan pada tahun-tahun kedepan penetapan kegiatan prioritas berdasarkan isu

strategis Provinsi.

6. Waktu pembahasan sinkronisasi program /kegiatan terbatas. Pada Pra-

Musrenbangnas pada tahun 2011 yang dilakukan satu hari untuk satu wilayah,

menggunakan format pembahasan trilateral desks (K/L, Pemprov dan Bappenas) dan

hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa waktu pembahasan relatif mencukupi.

7. Tindak lanjut dari hasil musrenbangnas tidak pasti sehingga diinginkan ada suatu

keberlanjutan dari proses yang sudah ada. Hal ini dikarenakan verifikasi oleh

Direktorat Sektoral terhadap Renja mitranya belum berjalan, sehingga diharapkan

Page 15: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

14 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

pada tahun-tahun ke depan peran dari direktorat sektoral Bappenas untuk lebih aktif

mengawal proses finalisasi Renja KL berdasarkan hasil Musrenbangnas.

Gambar 4. Tujuh Titik Kritis dalam Pelaksanaan Musrenbang

Terobosan baru yang dilakukan pada pelaksanaan Musrenbang tahun 2012 adalah

adanya penunjukkan Liasion Officer (LO) dimana perannya adalah mempelajari dan

mengawal isu strategis provinsi, memberikan arahan mengenai isu strategis provinsi,

mempelajari UPPD Provinsi, memastikan usulan kegiatan prioritas daerah sesuai dengan

isu strategis provinsi, sebagai penanggung jawab sektor dan mengarahkan mitra daerah

serta menagwasi hasil Musrenbangnas bagi provinsinya. Isu strategis pada Musrenbang

2012 akan diberi tanggapan oleh provinsi itu sendiri dan diharapkan dari isu strategis

tersebut dihasilkan output 3 sampai 5 kegiatan strategis yang dapat dibawa hingga pra

musrenbang. Mekanisme baru terkait dengan UP4B (Unit Percepatan Pembangunan

Papua dan Papua Barat) masih akan dilakukan pembahasan lebih lanjut.

Output dari Pra Musrenbang adalah keluarnya isu strategis provinsi dimana 5

kegiatan yang dapat disepakati oleh Kementerian dan Lembaga yang kemudian akan

diberikan prioritas pendanaan. Output lain yang diharapkan adalah keluarnya UKPPD

(Usulan Kegiatan dan Pendanaan Pemerintah Daerah) yang digambarkan pada gambar

berikut (Gbr. 5).

Page 16: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

15 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Gambar 5. Alur UKPPD

Dasar dari UKPPD adalah input dari K/L, Renja K/L 2011, Renja K/L 2012 sehingga akan

menghasilkan output F1 (usulan shortlist 3-5 kegiatan plus usulan untuk koordinasi

provinsi), F2 (longlist, sandingan UKPPD dengan Renja K/L) , F3 usulan UKPPD, F4 usulan

Renja KL. Format pada UKPPD (F1, F2, F3, F4) ada pada lampiran.

Dalam proses perencanaan dan penganganggaran berbagai tantangan dan

permasalahan ditemukan, baik di pusat maupun didaerah. Di tingkat pusat tantangan dan

permasalahan secara umum adalah fungsi koordinasi penyusunan perencanaan

pembangunan nasional pada Kementerian PPN/Bappenas, sedangkan fungsi

penganggaran pada di Kementerian Keuangan, sehingga hal ini menjadi tantangan yang

besar dalam proses sinkronisasi perencanaan dan penganggaran. Di tingkat Daerah, peran

Kementerian Dalam Negeri dalam proses perencanaan pembangunan daerah dan

penganggaran cukup besar yang melibatkan internal lintas Eselon I Kementerian Dalam

Negeri. Proses perencanaan pembangunan daerah dilakukan melalui Direktorat Jenderal

Bina Pembangunan Daerah, sedangkan dalam penganggaran melalui Direktorat Jenderal

Keuangan Daerah, sehingga hal ini menuntut koordinasi yang cukup intensif. Hal tersebut

berdampak (1) Belum adanya sinergitas antara perencanaan pembangunan dengan

penganggaran nasional; (2) Belum adanya sinergitas antara perencanaan pembangunan

dengan penganggaran daerah; dan (3) Belum adanya sinergitas antara perencanaan

pembangunan nasional dengan perencanaan pembangunan daerah.

Berbagai hambatan dalam perencanaan dan penganggaran yang dirasakan antara

lain (1) Menu perencanaan pusat belum dapat mengakomodir daerah; (2) SDM dalam

menyusun perencanan tidak memadai baik kualitas maupun kuantitas; (3) Dana yang

digunakan untuk melaksanakan perencanaan tidak mencukupi; (4) Menu pusat belum

mengakomodir kebutuhan daerah; (5) Waktu proses perencanaan terlalu pendek; (6)

Jadwal perencanaan belum tepat. Namun, dalam perencanaan kesehatan masih

mempunyai peluang yaitu (1) Kesehatan merupakan isu yang didukung oleh semua pihak

Page 17: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

16 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

menjadi prioritas pembangunan nasional dan (2) Adanya dukungan dari stakeholder dalam

menyusun perencanaan sesuai dengan kebutuhan program, sarana dan prasarana

kesehatan memadai dan perencanaan disusun berdasarkan RPJMD dengan mendapat

dukungan dari pemerintah, swasta, dan LSM, usulan program kesehatan bisa diajukan

melalui APBN atau APBD.

B. Identifikasi Regulasi Yang Mendukung Pelaksanaan Perencanaan Dan Penganggaran

di Pusat dan Daerah

Regulasi yang mendukung pelaksanaan perencanaan dan penganggaran di pusat

dan daerah, meliputi empat regulasi yang mengatur

mengenai perencanaan dan penganggaramn yaitu (1)

Undang-Undang No.25 tahun 2004 mengatur khusus

mengenai perencanaan yaitu Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional; (2) Undang-Undang No. 17

tahun 2003 yang mengatur pengelolaan keuangan

negara; (3) Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang

Desentralisasi; dan (4) Undang-Undang No.33 tahun

2004 tentang Keuangan Daerah, dimana undang-undang

tersebut mengatur perencanaan dan penganggaran di

pusat dan daerah (Gbr. 6).

Selain itu, juga terdapat kebijakan operasional

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara

Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Kota) dan

Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah serta Peraturan

Menteri Dalam Negeri No.54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan PP No.8 tahun 2008.

Kebijakan-kebijakan operasional tersebut secara prinsip mendukung sinkronisasi

perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah dalam satu kesatuan sistem

perencanaan pembangunan nasional, dimana dapat digambarkan pada gambar berikut

(Gbr. 7)

Gambar 6. Regulasi yang mengatur tentang

perencanaan Nasional

Page 18: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

17 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Gambar 7. Sinkronisasi Perencanaan Dan Penganggaran Pusat Dan Daerah Dalam

Satu Kesatuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Dari hasil identifikasi diatas, pemerintah telah menyusun dan menetapkan hampir

seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur desentralisasi dan otonomi

daerah. Melalui penetapan peraturan pelaksana Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tersebut maka pelaksanaan desentralisasi dan

otonomi daerah menjadi lebih tertata. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota juga telah ditetapkan (Gbr.8). Peraturan ini

menjadi acuan utama pelaksanaan pembangunan antarpelaku pembangunan. Disamping

itu PP ini diharapkan dapat menjadi pendorong bagi ketaatan prinsip anggaran

menyesuaikan fungsi (money follows function). Selain itu, ditetapkan pula PP No. 7 Tahun

2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang akan melengkapi mekanisme

dan instrumen tata hubungan pembangunan antara propinsi dan kabupaten/kota.

Page 19: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

18 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Gambar 8 . Peraturan terkait Pembagian Urusan Kewenangan

Hal penting lainnya adalah tersusunnya PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang memungkinkan Pemerintah secara

tersistem memantau dan mengevaluasi kinerja pemerintahan daerah. Dengan telah

berhasil disusunnya dan ditetapkannya berbagai peraturan perundangan, pelaksanaan

desentralisasi dan otonomi daerah menjadi lebih baik dibandingkan dengan periode

pembangunan sebelumnya. Keberhasilan program dapat dilihat dengan adanya: (1) jalinan

hubungan kerja, fungsi, koordinasi, pendelegasian, dan penugasan antartingkat

pemerintahan dan (2) kejelasan pembagian urusan pemerintahan antartingkat

pemerintahan.

Disamping itu terdapat beberapa regulasi yang mengatur penganggaran belanja

daerah adalah sebagai berikut :

1. Pasal 18 PP Nomor 58 Tahun 2005. Dalam menyusun APBD, penganggaran

pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan

dalam jumlah yang cukup dan penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus

didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.

2. Pasal 26 ayat (1) PP Nomor 58 Tahun 2005 Jo. Pasal 31 ayat (1) Permendagri Nomor

13 Tahun 2006. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau Kabupaten/ Kota

yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan concurrent.

Page 20: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

19 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

3. Pasal 22 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Struktur APBD diklasifikasikan

menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab

melaksanakan urusan pemerintahan tersebut. Alokasi belanja ditentukan melalui

kebijakan penganggaran dan teknis penganggaran.

4. Kebijakan penganggaran meliputi 4 belanja pokok dan belanja lain-lain. 4 belanja

pokok tersebut yaitu belanja yang diarahkan (earmark), belanja yang bersifat

mengikat/ wajib yang belanja tersebut harus didukung oleh provinsi, belanja yang

ditentukan persentasenya sesuai amanat per Undang-Undang, belanja pemenuhan

urusan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM). Perilaku belanja yang harusnya

dilakukan oleh daerah adalah prioritas untuk pemenuhan 4 belanja pokok terlebih

dahulu yang kemudian baru memenuhi belanja lainnya, namun perilaku daerah

terkadang berbeda dengan pemenuhan belanja lainnya seperti hibah, bantuan

sosial, bantuan keuangan, belanja tidak terduga dan belanja subsidi lebih

didahulukan.

Analisa Kebijakan yang Berkaitan dengan Perencanaan dan Penganggaran

Dari hasil kajian yang dilakukan oleh Biro Hukum Bappenas menunjukkan bahwa ada

beberapa undang-undang yang isinya bertentangan. Hal ini disebabkan belum adanya

harmonisasi peraturan yang dikeluarkan oleh kementerian terkait, sehingga dalam

pelaksanaan kegiatan menimbulkan kerancuan bagi instansi terkait di daerah.

Tata cara pelaksanaan perencanaan pembangunan dan penganggaran belum

menjadi satu kesatuan yang sistemik serta diatur dalam banyak peraturan yang terpisah

bahkan di antaranya ada yang bertentangan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah mengatur pula perencanaan pembangunan dan

penganggaran (di daerah). Pengaturan perencanaan pembangunan dan penganggaran

pada Undang-Undang 32 Tahun 2004 tersebut pada beberapa ketentuannya bertentangan

dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

menggunakan pendekatan perencanaan sektoral dan regional, sedangkan Undang-

Undang No. 32 Tahun 2004 menggunakan pendekatan kewenangan/konkruensi.Terdapat

beberapa rumusan kalimat dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2004 yang menimbulkan interpretasi yang beragam (Multi

interprestasi) dan sulit dipahami oleh stakeholders. Tidak ada muatan sanksi

(administratif) bagi pihak-pihak yang tidak mengikuti Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional maupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

Kelembagaan penyusunan perencanaan dan penganggaran terpisah. Di tingkat

pusat fungsi koordinasi penyusunan perencanaan pembangunan nasional ada di

Kementerian PPN/Bappenas, sedangkan fungsi penganggaran ada di Kementerian

Page 21: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

20 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Keuangan. Apapun yang direncanakan, keputusan akhir ada di anggaran. Di tingkat

Daerah, peran Kementerian Dalam Negeri dalam proses perencanaan pembangunan

daerah dan penganggaran cukup besar. Keterlibatan perencanaan pembangunan

dilakukan melalui Ditjen Bangda, sedangkan dalam penganggaran melalui Ditjen Keuangan

Daerah. Namun antara Ditjen Bangda dan Ditjen Keuangan Daerah, belum ada koordinasi

yang baik. Tidak ada otoritas tunggal yang mengendalikan pelaksanaan perencanaan

pembangunan dan penganggaran, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian belum

maksimal dalam mengkoordinasikan lembaga perencanaan pembangunan (Kementerian

PPN/Bappenas) dan lembaga penganggaran (Kementerian Keuangan).

Tabel 1. Sandingan Regulasi yang mengatur Perencanaan Daerah dan

Perencanaan Nasional

Isu

UU 17/2003 (Keuangan Negara)

UU 33/2004 (Keuangan Daerah)

UU 32/2004 (Desentralisasi)

UU 25/2004 (SPPN)

Kementerian Keuangan

Kementerian Dalam Negeri Kementerian PPN/Bappenas

Penyusunan Renja SKPD

Berdasar prestasi kerja Yang disusun berdasar prestasi kerja dan RKA SKPD

Tidak berdasar prestasi kerja

Tidak berdasar prestasi kerja

Pedoman penyusunan Renja SKPD

Renstra SKPD Renstra SKPD dan RKPD

Pihak yang menetapkan prioritas dan plafon

DPRD dan Pemda DPRD danPemda Kepala Daerah

Prioritas dan plafon

Acuan penyusunan RKA SKPD

Acuan penyusunan RKA SKPD

Dasar penyusunan RKA SKPD

RKA SKPD Dibahas dahulu oleh DPRD lalu disampaikan ke PPKD

Dibahas dahulu oleh DPRD lalu disampaikan ke PPKD

Diserahkan ke PPKD

Perubahan RAPBD Usul DPRD Tidak ditegaskan Tidak ditegaskan

C. Analisa Situasi dan Review dalam Proses Perencanaan dan Penganggaran Tingkat

Provinsi (Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Gorontalo)

Dari hasil pengumpulan data pada beberapa daerah menunjukkan yaitu di Provinsi

Jawa Barat tantangan dan permasalahan dalam perencanaan dan penganggaran yang

ditemukan antara lain adalah (1) Perbedaan dalam penentuan prioritas program dalam

perencanaan antara pusat dan daerah; (2) Perbedaan waktu dalam proses perencanaan

mulai dari jadwal pelaksanaan musrenbang sampai dengan pengesahan anggaran; dan (3)

Implementasi kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam UNDANG-UNDANG

No.36/2009 tentang kesehatan yaitu pasal 171 yang menyebutkan alokasi anggaran

kesehatan pemerintah pusat sebesar 5% dari APBN dan pemerintah daerah 10% dari APBD

di luar gaji dengan kenyataan yang terjadi dikebanyakan daerah (provinsi dan

Page 22: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

21 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

kabupaten/kota) di Indonesia. Pada umumnya anggaran kesehatan di daerah (provinsi dan

kabupaten/kota) berkisar antara 3 persen sampai 5 persen.

Sedangkan, tantangan dan permasalahan perencanaan dan penganggaran yang

ditemukan di Provinsi Gorontalo antara lain adalah (i) Perbedaan dalam menerjemahkan

kebijakan nasional ke dalam kebijakan di daerah, ini terkait dengan anggaran kesehatan

yang tercantum dalam undang-undang No. 36 Tahun 2009, dikatakan anggaran kesehatan

untuk daerah sebesar 10% diluar gaji, pada kenyataannya anggaran kesehatan di Propinsi

Gorontalo hanya dipenuhi sebesar 2,5 % dan (ii) Pemerintah pusat masih belum optimal

dalam mengakomodasi usulan yang diajukan oleh daerah. Sedangkan, di Provinsi DI

Yogyakarta tantangan dan permasalahan yang ditemukan antara lain adalah (i) Regulasi

K/L yang berkenaan dengan perencanaan dan penganggaran kesehatan berkaitan dengan

Peraturan Kementerian Dalam Negeri, Peraturan Kementerian Kesehatan dan Peraturan

Kementerian Keuangan masih tumpang tindih dalam operasional kegiatan program di

daerah dan (ii) Menu-menu kegiatan yang diterbitkan di tingkat pusat melalui dana pusat

ke daerah belum sejalan dengan permasalahan yang ada di daerah.

Gambaran Ketidaksesuaian antara Kebutuhan Daerah dengan Dukungan Pusat.

Berdasarkan hasil evaluasi dokumen perencanaan daerah, masih terdapat beberapa

daerah yang masih belum cukup baik dalam perencanaan daerahnya. Pada tingkat pusat

terdapat fokus-fokus perencanaan namun justru pada tingkat daerah tidak mengetahui

sehingga diperlukan instrument-instrumen untuk perencanaan dan penganggaran daerah.

Perencanaan Pembangunan Daerah adalah proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan

yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

Prinsip dari perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam

sistem perencanaan pembangunan nasional yang dilakukan bersama pemangku

kepentingan sesuai dengan peran dan kewenangan yang mengintegrasikan RTRW dengan

rencana pembangunan serta dilaksanakan berdasarkan kondisi, potensi serta dinamika

daerah, nasional dan global. Pendekatan perencanaan pembangunan daerah berdasarkan

pada politik, teknokratik, partisipatif, top down & bottom up.

Dokumen RPJP Daerah berfungsi sebagai road map (peta arah) pembangunan

daerah 20 tahun ke depan dan sebagai pedoman penyusunan RPJMD yang kemudian akan

ada 4 periode RPJMD. RPJMD berfungsi sebagai pedoman pembangunan di daerah selama

5 tahun dan sebagai pedoman untuk penyusunan rencana kerja tahunan (RKPD) yang

nantinya akan menjadi instrument untuk mengoperasionalkan RPJMD dan sebagai acuan

penyusunan Rencana Kerja SKPD yang bersifat indikatif serta menjadi pedoman dalam

penyusunan KUA dan PPAS. Pendekatan penyusunan perencanaan dan penganggaran

daerah mengacu pada 14 SPM sehingga hal ini mendorong daerah untuk mengacu pada

SPM. Perlu diperhatikan untuk sinkronisasi dan konsistensi dalam SKPD karena masih

ditemukan kelemahan SKPD yang tidak tepat dalam menentukan indikator.

Page 23: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

22 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Terdapat perubahan paradigma pada Musrenbang daerah yaitu adanya klarifikasi

dan penajaman program serta usulan program terdapat pada forum SKPD. Permendagri

tentang pedoman perencanaan RKPD yang selama ini hanya berbentuk surat edaran saat

ini sedang dalam proses penyusunan.

Rekomendasi yang diberikan untuk daerah yaitu: (1) Bidang Kesehatan dan gizi

masyarakat merupakan bidang prioritas dalam pembangunan nasional dan daerah,

sehingga harus senantiasa terakomodasi dalam setiap dokumen rencana pembangunan

daerah untuk menjamin tersedianya alokasi anggaran yang sesuai kebutuhan

pembangunan kesehatan; (2) Upaya untuk mewujudkan sinkronisasi perencanaan dan

penganggaran kesehatan antarpusat dan daerah harus ditempuh dengan menyelaraskan

pendekatan dan jadwal waktu penyusunan perencanaan dan penganggaran antara

kementerian terkait dan pemerintah daerah sesuai regulasi; (3) Untuk menjamin dukungan

pendanaan APBD sesuai dengan prioritas kemampuan keuangan daerah, urgensi dan

program yang mendukung percepatan pembangunan bidang kesehatan dan gizi

masyarakat harus disosialisasikan kepada DPRD.

Permasalahan dalam Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan

Kesehatan.

Dalam sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Jawa

Barat tidak hanya dilihat antara pusat dan daerah, terdapat bottleneck yang perlu

mendapat perhatian dan perlu bersama dicarikan solusinya. Bottleneck tersebut antara

lain : (1) Perbedaan time line dari sistem perencanaan antara pusat dan daerah ; (2)

Perbedaan dalam penentuan prioritas program dalam perencanaan (e-planning vs

Musrenbang); (3) Perbedaan prioritas legislatif dengan perencanaan dan penganggaran

program yang ada; (4) Masih terdapatnya ketidakjelasan pembagian urusan pusat dan

daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota); dan (5) Masih lemahnya koordinasi lintas sektor

terutama koordinasi yang melibatkan pihak swasta dan tokoh masyarakat.

Selain itu, sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Jawa

Barat tidak hanya dilihat antara pusat dan daerah, tetapi juga dilihat dari antara Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) yang ada di Jawa Barat. Sebagai contoh, anggaran kesehatan

yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk bidang kesehatan memang sudah

mencapai batas penganggaran minimal daerah untuk kesehatan sebesar 10,4%, namun dari

jumlah tersebut sebanyak 7,5% berada pada OPD selain Dinas Kesehatan yang tidak

bergerak pada pelayanan publik. Padahal fungsi yang seharusnya dicapai untuk bidang

kesehatan adalah pelayanan publik. Oleh karena itu, perlu kerjasama antar OPD di Jawa

Barat.

Jika melihat dari penjelasan di atas, opsi yang dapat dipertimbangkan dalam langkah-

langkah untuk perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Jawa Barat adalah

sebagai berikut : (1) Sinkronisasi berbagai peraturan daerah terkait perencanaan dan

penganggaran; (2) Penyusunan isu strategis provinsi berbasis pada potret daerah (data

Page 24: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

23 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

spasial); (3) Penetapan bersama prioritas program, kegiatan, sasaran, target dan

pembiayaan; (4) Pengarusutamaan RAD MDGs ke dalam perencanaan dan penganggaran

di daerah; (5) Perencanaan harus didasarkan pada evidence based; 6)Revitalisasi

Musrenbang dengan mengangkat isu strategis daerah (termasuk isu kesehatan); dan (7)

Penguatan kerjasama lintas sektor terkait kesehatan termasuk pelibatan swasta,

organisasi profesi (kerjasama vertikal dan horizontal).

Langkah nyata yang diambil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dalam sinkronisasi

tersebut, yaitu dengan melakukan pertemuan sinkronisasi dan koordinasi kebijakan

program dan anggaran Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota pada minggu kedua bulan

Maret 2012. Pertemuan ini dilakukan di lima wilayah yang membahas evaluasi tahun 2011

dan rencana 2013. Dengan melakukan hal tersebut diharapkan dapat mengambil pelajaran

dari tahun 2011 dan mampu memperbaikinya untuk perencanaan tahun 2013. Kegiatan

tersebut terdiri dari Input, Proses, dan Output. Pada bagian input, hal-hal yang dibahas

antara lain : hasil kinerja 2011, kebijakan program kesehatan provinsi 2013, materi

sinkronisasi, protap pengusulan kegiatan dan anggaran, RKA Provinsi 2013, RKA

kabupaten/kota 2013, dan panduan diskusi kelompok. Sedangkan pada bagian proses,

kegiatan yang dillakukan terdiri dari: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok per

kabupaten/kota, pendampingan diskusi kelompok dari Provinsi. Selanjutnya output yang

diharapkan dari kegiatan ini adalah hasil identifikasi masalah dan kebutuhan

pembangunan kesehatan per kabupaten/kota, rumusan prioritas program pembangunan

kes 2013, rencana usulan kegiatan Provinsi dan kabupaten/kota dari berbagai sumber dana.

Gambar 9. Bagan Tahapan Perencanaan di Provinsi Jawa Barat

Sumber : Dinas Kesehatan Jawa Barat

Page 25: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

24 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Selain itu, langkah nyata yang dilakukan lainnya terutama untuk merevitalisasi

Musrenbang untuk memasukan isu-isu strategis antara lain dengan mensosialisasikan isu-

isu strategis kesehatan kepada masyarakat sehingga pada saat proses musrenbang isu-isu

tersebut dapat diangkat dan dimasukan dalam prioritas program atau kegiatan provinsi.

Dengan beberapa langkah nyata tersebut diharapkan terjadi sinkronisasi perencanaan dan

penganggaran antara pusat dan daerah baiksecara vertikal dan horizontal.

Perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Gorontalo terdapat beberapa

kendala terutama terkait koordinasi pelaksanaan Musrenbangda. Pelaksanaan

Musrenbangda di Provinsi Gorontalo dilakukan setelah melihat jadwal pelaksanaan

dengan Musrebangnas dari Bappenas sehingga durasi pelaksanaan dirasa kurang cukup

meskipun pelaksanaan Musrenbangda sudah dilakukan selama satu bulan di tingkat Desa,

Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Provinsi. Selain itu, kurang lengkapnya data,

lokasi pelaksanaan program/kegiatan, dan rincian pembebanan (APBN, APBD I & II) karena

forum SKPD di tingkat Provinsi belum dilaksanakan. Oleh karena itu, hasil Musrenbang

Provinsi belum seefisien yang diharapkan.

Terkait permasalahan perencanaan dan penganggaran juga mencakup antara lain:

(1) Penerjemahan kebijakan nasional kedalam kebijakan di daerah belum sesuai, misalnya

anggaran untuk kesehatan harusnya 10% hanya dipenuhi sebesar 2,5% dan (2) pemerintah

pusat masih belum optimal dalam mengakomodasi usulan yang diajukan daerah.

Koordinasi perencanaan dan penganggaran di Provinsi Gorontalo perlu perbaikan

diantaranya sebagai berikut : (1) Waktu pelaksanaan kegiatan koordinasi harus sesuai

jadwal; (2) Manajemen forum perencanaan penganggaran perlu dioptimalkan; (3)

Sosialisasi kepada SKPD perlu di tingkatkan.

Tantangan dalam Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran di Provinsi DIY. Dalam

Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran di DIY, masih didapati beberapa tantangan

yang perlu dipikirkan bersama solusi penyelesaiannya. Tantangan-tantangan tersebut

antara lain sebagai berikut : (1) Pada tahun 2012, proses perencanaan di Prov. DIY

mengalami beberapa revitalisasi khususnya pada kegiatan musrenbang daerah.

Revitalisasi yang dilakukan meliputi (a) Musrenbang lebih bersifat substansial dan terbuka

terhadap partisipasi masyarakat. Hal ini dikarenakan proses pelaksanaan dilakukan selama

1 bulan; (b) Perencanaan mengutamakan kombinasi fokus dan lokus (keterkaitan

antarsektor); (c) Musrenbang melalui trilateraldesk dalam rangka membahas

persandingan-persandingan guna mensinergikan kabupaten/kota, provinsi, dan pusat; dan

(d) Perencanaan didukung dengan aplikasi “jogjaplan”, Sistem Informasi Penataan Ruang

(SIPR), Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) dan Web Monitoring dan Evaluasi.

Kelebihan dari “jogjaplan” adalah jika program/kegiatan tidak sesuai dengan

indikator sasaran yang harus dicapai (telah ditetapkan), maka program/kegiatan yang

diusulkan akan “terpental/tertolak”/tidak bisa masuk karena tidak punya kontribusi

terhadap indikator sasaran (target yang harus dicapai). Selain itu, Prov. DIY sudah

melibatkan pihak legislatif pada rangkaian kegiatan proses musrenbang; (2) Konsistensi

Page 26: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

25 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

perencanaan dan penganggaran di daerah dapat dilihat dari dokumen Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) kemudian diterjemahkan ke dalam Kebijakan Umum Anggaran

(KUA) – Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan kemudian ditetapkan kedalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); (3) Proses sinkronisasi bidang

kesehatan di Prov. DIY dilakukan dengan sinkronisasi rencana strategis (renstra) antara

SKPD Dinas Kesehatan Prov. DIY dengan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui

rapat koordinasi antarprogram baik di tingkat pusat maupun kabupaten/kota serta rapat

kerja kesehatan daerah (Rakerkesda), yang dimana forum-forum tersebut merupakan

pendukung dari proses musrenbang daerah dan forum SKPD; dan (4) Hal-hal yang dapat

disinkronkan antara provinsi dan kabupaten/kota di DIY untuk bidang kesehatan antara

lain melalui sinkronisasi: (a) sharing dana (APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota); (b)

lokasi kegiatan; dan (c) sasaran (Jamkesmas, Jamkesos, dan Jamkesda), sebagaimana

terlihat pada Gbr. 10.

Gambar 10. Sikronisasi Perencanaan dan Penganggaran di Provinsi DIY

Berdasarkan hasil diskusi dan analisis situasi Perencanaan dan Penganggaran di

Provinsi DIY, tersusun suatu rekomendasi sebagai berikut: (1) Perlu adanya harmonisasi

regulasi K/L berkenaan dengan perencanaan dan penganggaran khususnya bidang

kesehatan untuk menghindari tumpangtindih regulasi di tingkat operasional daerah

(Peraturan Menteri Dalam Negeri – Peraturan Menteri Keuangan – Peraturan Menteri

Kesehatan) dan (2) Diharapkan menu-menu kegiatan yang diterbitkan di tingkat pusat

melalui dana pusat ke daerah, sebaiknya sejalan dengan permasalahan yang ada di daerah.

Page 27: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

26 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

Tabel 2. Matriks sandingan RKP dan RKPD Provinsi, serta RAD MDGs Jawa Barat,

Jogjakarta, dan Gorontalo terkait isu KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Dari hasil analisa dari dokumen perencanaan daerah (RKPD) tahun 2011, terlihat

penterjemahan kebijakan pusat ke daerah sebagaimana berikut :

RKP 2011 RKPD 2011 Prov. Jawa Barat

Penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4); peningkatan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani; peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintah; peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani; peningkatan cakupan kunjungan bayi;

1. Peningkatan Pelayanan KIA, UKS, dan Lansia

Pertemuan Pembahasan dan Analisa Hasil Pendampingan KIA di Tingkat Prov

Lokakarya Pemantapan Integrasi KIA dan Gizi di Provinsi

Pertemuan PWS-KIA di Provinsi

Pertemuan Kemitraan Pelayanan KIA dengan Lintas Sektor dalam Upayan Peningkatan Aksesibilitas Program Jampersal

Review dan Evaluasi Program PKRE-T di Provinsi

Review dan Evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan anak terintegrasi

Bimbingan teknis KIA dan Gizi terintegrasi

Sinergitas Pelayanan KB di Kab/Kota

Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan

Pertemuan koordinasi dalam Pembinaan Kesehatan anak usia dini holistik-integratif (PAUD,SDITK,BKB, TPA)

Sosialisasi Skrining Tumbang Anak Dengan Pengelola Program Anak Kab/Kota (SDIDTK, Skrining hipotiroid, intelegensi, Brainbooster

Penguatan sistem rujukan kelainan Tumbuh Kembang Anak

Pertemuan Kemitraan/jejaring dalam penanganan kasus KtP dan KtA

Pertemuan Sosialisasi Penanganan KtP dan KtA

Pertemuan penguatan penanganan komplikasi neonatus bagi pengelola program KIA

Pertemuan Koordinasi Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di Jawa Barat

Fasilitasi dan pembinaan program lansia di kab/kota

Pertemuan pembahasan dan Pemutahiran data Program Pembinaan usia lanjut di Provinsi

Rapat Koordinasi Hari Ulang tahun Usia Lanjut

Penggandaan buku pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Lansia

Penggandaan kohort ibu, bayi dan balita

Page 28: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

27 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

RKP 2011 RKPD 2011 Prov. Jawa Barat

Penggandaan Buku KIA

Fasilitasi pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja di 26 kab/kota

Fasilitasi tim Jambore UKS Provinsi Jawa Barat

Pertemuan Penguatan TP UKS di Provinsi

2. Kegiatan PHKI

Dukungan kegiatan gizi mayarakat

3. Kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat

Pengadaan Cetak Buku Pedoman Umum dan Teknis Program Gizi

Pendampingan dan Fasilitasi Program Gizi

Evaluasi cakupan konsumsi garam beryodium rumah tangga melalui survei cepat

Verifikasi / Validasi Gizi Buruk

Evaluasi dan Pembinaan Hasil - hasil Pelatihan di Bidang Gizi Ke Kab/Kota

Pengadaan Buku Bidang Teknis Bidang Gizi

Pengadaan Timbangan untuk Validasi data

Pengadaan alat ukur panjang badan

Konsultasi ke Pusat

4. Kegiatan Pemberian makanan Tambahan (PMT) Pemulihan bagi balita Gizi Buruk

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan

Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Pasien Maskin

Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Stroke Unit, ICCU, NICU, Stokr Unit, Renal unit dan High Care Unit Anak

Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Bedah Central

Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Radiologi, Laboratorium, Farmasi , Gizi, Rehab Medik dan Alat Medis Keperawatan

Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan IRJ, IRI & IGD

Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan IPSRS, Loundry

RKP 2011 RKPD 2011 Prov. DIY

penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu

Kebijakan KIA terbagi dalam 3 program yaitu:

1. Program Kesehatan Balita dalam Keluarga Pengembangan Keterpaduan SDIDTK Balita

Pengembangan MTBS

Page 29: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

28 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

hamil (K1 dan K4); peningkatan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani; peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintah; peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani; peningkatan cakupan kunjungan bayi;

2. Program Kesehatan Bayi dalam Keluarga

Pembinaaan Teknis Pasca Pelatihan Manajemen Asfiksia/BBLR

Pengembangan Surveillan KIA

Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan Anak 3. Program Kesehatan Ibu dalam Keluarga

Pengembangan Implementasi Deteksi Risti Bumil

Pelatihan PPGDON Nakes

Sosialisasi Pengenalan Tanda Bahaya Bumil,Bufas, Bulin

Evaluasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Ibu

Sosialisasi Pelaksanaan Sistem Mata Rantai Rujukan Penguatan Pelayanan KB

Penguatan Task Force KIA

Evaluasi RS PONEK

RKP 2011 RKPD 2011 Prov. Gorontalo

penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4); peningkatan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani; peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintah; peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani; peningkatan cakupan kunjungan bayi;

Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, antara lain melalui:

penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan

PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh

tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil (K1

dan K4); peningkatan cakupan kunjungan bayi; peningkatan

cakupan imunisasi tepat waktu pada bayi dan balita.

RAD MDGs Jabar (2012) RKPD Jabar (2012)

Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran

1. Pelatihan APN dan Evaluasi Pasca Latih

2. Kunjungan rumah untuk meningkatkan cakupan ibu nifas

3. Advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi bumil risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di Kabupaten

4. Orientasi dan peningkatan pelaksanaan

1. Jumlah bidan yang dilatih APN (Rp. 3,5 juta)

2. Jumlah ibu nifas yang dikunjungi

3. Jumlah pertemuan advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi Bumil Risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di kabupaten

1. Pertemuan Pembahasan dan Analisa Hasil Pendampingan KIA di Tingkat Provinsi

2. Lokakarya Pemantapan Integrasi KIA dan Gizi di Provinsi

3. Pertemuan PWS-KIA di Provinsi

4. Pertemuan Kemitraan Pelayanan KIA dengan Lintas Sektor dalam

1. Terlaksanannya Pertemuan Pembahasan dan Analisa Hasil Pendampingan KIA di Tingkat Provinsi

2. Terlaksanannya Lokakarya Pemantapan Integrasi KIA dan Gizi di Provinsi

3. Terlaksanannya Pertemuan PWS-KIA di Provinsi

4. Terlaksananya Pertemuan

Page 30: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

29 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

RAD MDGs Jabar (2012) RKPD Jabar (2012)

Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran

Kemitraan Bidan dan Dukun

5. Penyediaan fasilitas pertolongan persalinan di Puskesmas

6. Fasilitasi Pembuatan SK Bupati Walikota/ Perda Persalinan, rumah tunggu dan PONED

7. Kampanye KIE persalinan di fasilitas kesehatan dan kesiapan menghadapi komplikasi persalinan

8. Orientasi Bikor dalam melaksanakan Supervisi Fasilitatif

9. Pembinaan Puskesmas dalam pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) termasuk layanan swasta

10. Pembinaan Puskesmas dalam pemanfaatan Buku KIA

11. Pendataan Ibu Hamil 12. Pengadaan Paket

Kelas Ibu untuk Puskesmas

13. Orientasi pembentukan kelas Ibu di Puskesmas

14. Orientasi ANC terpadu bagi puskesmas PONED

15. Fasilitasi perencanaan terpadu kab/kota dalam pecepatan penurunan angka kematian ibu yang responsif gender (DTPS)

16. Pembentukan mobile team untuk memberikan

4. Jumlah Dukun yang bermitra dengan Bidan

5. Jumlah Puskesmas yang mempunyai ruang bersalin dan peralatan

6. Jumlah SK Bupati Walikota/Perda tentang Persalinan, Rumah tunggu dan PONED

7. Jumlah kampanye KIE persalinan di fasilitas yang dilakukan

8. Jumlah Bidan koordinator yang melaksanakan Supervisi Fasilitatif

9. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan PWS

10. Jumlah Puskesmas yang dibina dalam pemanfaatan buku KIA

11. Jumlah desa yang melaksanakan pendataan Ibu Hamil

12. Jumlah Paket kelas ibu yang diadakan

13. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu

14. Jumlah Puskesmas PONED yang melaksanakan ANC terpadu

15. Provinsi : Jumlah kab/kota yang melaksanakan DTPS

16. Provinsi : Jumlah kabupaten DTPK yang mempunyai mobile tim

17. Jumlah Faskes dasar yang mendapat Kit Pelayanan KB

18. Jumlah dokter dan bidan yang telah

Upaya Peningkatan Aksesibilitas Program Jampersal

5. Review dan Evaluasi Program Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial- Terpadu (PKRE-T) di Provinsi

6. Review dan Evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan anak terintegrasi

7. Bimbingan teknis KIA dan Gizi terintegrasi

8. Sinergitas Pelayanan KB di Kab/Kota

9. Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan

10. Pertemuan Kemitraan/jejaring dalam penanganan kasus Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) dan Kekerasan terhadap Anak (KtA)

11. Pertemuan Sosialisasi Penanganan KtP dan KtA

12. Pertemuan penguatan penanganan komplikasi neonatus bagi pengelola program KIA

Kemitraan Pelayanan KIA dengan Lintas Sektor dalam Upaya Peningkatan Aksesibilitas Program Jampersal

5. Terlaksananya Review dan Evaluasi Program PKRE-T di Provinsi

6. Terlaksananya Review dan Evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan anak terintegrasi

7. Terlaksanannya Bimbingan teknis KIA dan Gizi terintegrasi

8. Terlaksananya Sinergitas Pelayanan KB di Kab/Kota

9. Terlaksananya Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan

10. Terlaksananya Pertemuan Kemitraan/jejaring dalam penanganan kasus KtP dan KtA

11. Terlaksananya Pertemuan Sosialisasi Penanganan KtP dan KtA

12. Terlaksananya Pertemuan penguatan penanganan komplikasi neonatus bagi

Page 31: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

30 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

RAD MDGs Jabar (2012) RKPD Jabar (2012)

Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran

pelayanan kesehatan ibu di DTPK

17. Penyediaan Kit pelayanan KB di faskes dasar yang memberikan pelayanan KB

18. Update (pemutakhiran) keterampilan pelayanan KB bagi Dokter dan Bidan di tingkat pelayanan dasar

19. Orientasi ABPK bagi Bidan Pustu/Poskesdes

20. Orientasi Pelayanan KB pasca persalinan

21. Pengadaan buffer stock alokon di tingkat Provinsi

22. Sweeping pelayanan KB bagi kab/kota dengan unmet need tinggi

23. Orientasi/pelatihan fasilitas pelayanan yang ramah remaja bagi Puskesmas di Kab/Kota

24. Pengadaan buku pedoman panduan kesehatan remaja

25. Sosialisasi buku panduan kesehatan remaja

26. Pelatihan Konselor sebaya (Peer konselor)

27. Insersi ARH dalam kurikulum

28. Pelatihan PONED termasuk evaluasi pasca latih bagi tim PONED di puskesmas

29. Pelatihan pelayanan pasca keguguran untuk tim PONED

30. Penyediaan sarana & prasarana untuk PONED, KB,

mengikuti update ketrampilan pelayanan KB

19. Jumlah bidan Pustu/Poskesdes yang telah mengikuti orientasi ABPK

20. Jumlah Puskesmas yang mengikuti orientasi pelayanan KB pasca persalinan

21. Jumlah alokon buffer stock yang diadakan di Propinsi

22. Jumlah sweeping pelayanan KB yang dilaksanakan di Kab/Kota

23. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan PKPR

24. Jumlah buku pedoman panduan kesehatan remaja yang diadakan dan didistribusikan ke puskesmas

25. Jumlah Puskesmas yang telah mengikuti sosialisasi buku panduan kesehatan remaja

26. Jumlah remaja di sekolah dan luar sekolah menjadi konselor sebaya yang mampu berbagi informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual

27. Jumlah sekolah yang melakukan insersi ARH ke dalam kurikulum

28. Jumlah puskesmas rawat inap yang dilatih PONED

29. Jumlah Puskesmas PONED yang dilatih Pelayanan Pasca

13. Penggandaan kohort ibu, bayi dan balita

14. Penggandaan Buku KIA

pengelola program KIA

13. Terlaksanannya Penggandaan kohort ibu, bayi dan balita

14. Terlaksananya Penggandaan Buku KIA

Page 32: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

31 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

RAD MDGs Jabar (2012) RKPD Jabar (2012)

Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran

Pelayanan pasca keguguran

31. Penyediaan Ambulans PONED untuk mendukung rujukan PONED

32. Orientasi PKRE terpadu di Puskesmas PONED

33. Orientasi PP-KtP terpadu di Puskesmas PONED

34. Orientasi Surveilans kematian ibu dan AMP bagi tim AMP di kab/kota

35. Pengolahan data kematian ibu di kab/kota

36. Bintek Tim PONEK RS di Kab/Kota

37. Evaluasi pasca pelatihan tim PONEK RS (On the Job Training)

38. Pembinaan 4 Puskesmas oleh Tim PONEK RS (minimal 4 kali setahunper PKM)

39. Pelatihan klinis pelayanan KB di RS kab/kota

40. Pembinaan RS dan Klinik Swasta oleh RS PONEK (RS dan klinik yang ada di sekitar PONEK)

41. Pemenuhan standar sarana dan peralatan RS PONEK di kab/kota

42. Pembuatan SK Tim PONEK Kab/kota

43. Regional sistem rujukan maternal neonatal di Kab/Kota

Keguguran (Post Abortion Care)

30. Jumlah Puskesmas PONED yang memiliki sarana dan prasarana untuk PONED, KB dan pelayanan pasca keguguran

31. Jumlah puskesmas PONED yang memiliki ambulans PONED

32. Jumlah Puskesmas PONED yang mampu memberikan PKRE terpadu

33. Jumlah Puskesmas PONED yang mampu tatalaksana PP-KtP

34. Jumlah AMP termasuk surveilans kematian ibu yang dilaksanakan

35. Jumlah rekapitulasi data kematian ibu

36. Jumlah RS yang melaksanakan PONEK sesuai standar

37. Jumlah RS yang melaksanakan PONEK sesuai standar

38. Jumlah kunjungan pembinaan Tim PONEK RS ke Pkm PONED

39. Jumlah RS yang dilatih klinis pelayanan KB sesuai standar.

40. Jumlah kunjungan pembina tim PONEK

41. Jumlah RS PONEK di kab/kota yang memiliki sarana dan peralatan sesuai standar.

Page 33: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

32 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

RAD MDGs Jabar (2012) RKPD Jabar (2012)

Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran

42. Jumlah RS yang sudah memiliki SK Tim PONEK RS

43. Jumlah kab/kota yang melaksanakan regionalisasi sistem rujukan maternal neonatal

RAD MDGs DIY (2012) RKPD DIY (2012)

Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran

1. Pelatihan APN dan Evaluasi Pasca Latih

2. Kunjungan rumah untuk meningkatkan cakupan ibu nifas

3. Advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi bumil risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di Kabupaten

4. Orientasi dan peningkatan pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun

5. Penyediaan fasilitas pertolongan persalinan di Puskesmas

6. Fasilitasi Pembuatan SK Bupati Walikota/ Perda Persalinan, rumah tunggu dan PONED

7. Kampanye KIE persalinan di fasilitas kesehatan dan kesiapan menghadapi komplikasi persalinan

8. Orientasi Bikor dalam melaksanakan Supervisi Fasilitatif

9. Pembinaan Puskesmas dalam pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

1. Jumlah bidan yang dilatih APN

2. Jumlah ibu nifas yang dikunjungi

3. Jumlah pertemuan advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi Bumil Risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di kabupaten

4. Jumlah Dukun yang bermitra dengan Bidan

5. Jumlah Puskesmas yang mempunyai ruang bersalin dan peralatan

6. Jumlah SK Bupati Walikota/Perda tentang Persalinan, Rumah tunggu dan PONED

7. Jumlah kampanye KIE persalinan di fasilitas yang dilakukan

8. Jumlah Bidan koordinator yang melaksanakan Supervisi Fasilitatif

9. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan PWS

1. Pengembangan implementasi deteksi risti bumil

2. Pelatihan PPGDON Nakes

3. Sosialisasi pengenalan tanda bahaya bumil, bufas, dan bulin

4. Evaluasi dan koordinasi pelayanan kesehatan ibu

5. Sosialisasi pelaksanaan sistem mata rantai rujukan

6. Penguatan pelayanan KB

7. Penguatan task force KIA

8. Evaluasi RS PONEK

1. Peserta mendapat pemahaman tentang deteksi risti bumil melalui forum kelas ibu

2. Peserta mendapat pemahaman tentang PPGDON

3. Peserta mendapat pemahaman tentang pengenalan tanda bahaya pada bumil, bulin, dan bufas

4. Data evaluasi dan kesepakatan pelayanan kesehatan ibu

5. Peserta mendapat pemahaman tentang pelaksanaan sistem mata rantai rujukan

Page 34: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

33 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

RAD MDGs DIY (2012) RKPD DIY (2012)

Kegiatan Keluaran Kegiatan Keluaran

termasuk layanan swasta

10. Pembinaan Puskesmas dalam pemanfaatan Buku KIA

11. Pendataan Ibu Hamil 12. Pengadaan Paket Kelas

Ibu untuk Puskesmas 13. Orientasi pembentukan

kelas Ibu di Puskesmas 14. Orientasi ANC terpadu

bagi puskesmas PONED 15. Fasilitasi perencanaan

terpadu kab/kota dalam pecepatan penurunan angka kematian ibu yang responsif gender (DTPS)

16. Pembentukan mobile team untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu di DTPK

10. Jumlah Puskesmas yang dibina dalam pemanfaatan buku KIA

11. Jumlah desa yang melaksanakan pendataan Ibu Hamil

12. Jumlah Paket kelas ibu yang diadakan

13. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu

14. Jumlah Puskesmas PONED yang melaksanakan ANC terpadu

15. Provinsi : Jumlah kab/kota yang melaksanakan DTPS

16. Provinsi : Jumlah kabupaten DTPK yang mempunyai mobile tim

6. Dokumen penguatan pelayanan KB

7. Kesepakatan untuk penguatan task force KIA

8. Data tentang Evaluasi Pelaksanaan RS mampu PONEK

D. Faktor yang Berpengaruh Dalam Sinergi Dan Sinkronisasi Perencanaan

Berbagai faktor yang memiliki pengaruh belum terwujudnya sinergi dan sinkronisasi

perencanaan antara pusat, propinsi dan kabupaten/kota antara lain:

1. Perencanaan ditinjau dari segi substansi

a. Substansi perencanaan pembangunan dan penganggaran belum tajam mengarah

pada upaya mencapai tujuan pembangunan, di mana permasalahan utama yang

muncul adalah tidak adanya prioritas yang jelas (prioritas pembangunan dalam

dokumen perencanaan poembangunan sangat banyak dan tidak fokus) serta

program Kementerian/Lembaga yang tidak mengarah pada pencapaian program

nasional.

b. Program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dapat berbeda

dengan Program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Ada Program

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang tidak

dimuat/dilaksanakan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

c. Pelaporan (dan evaluasi) masih bersifat parsial dan belum dijadikan sebagai bahan

penyusunan rencana. Kementerian/Lembaga yang memberikan laporan kepada

Kementerian PPN/Bappenas hanya sedikit.

Page 35: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

34 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

d. Muncul dokumen perencanaan yang dianggap sebagai dokumen tandingan seperti

Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-

2025, dan berbagai Rencana Aksi Nasional serta Rencana Aksi Daerah.

e. Perencanaan pembangunan, terutama jangka panjang, tidak mengakomodasi

perubahan. Belum ada ruang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk mengubah rencana

berdasarkan kebutuhan dan perubahan lingkungan strategis.

f. Periodesasi pemilihan kepala daerah berbeda/tidak bersamaan antardaerah

sehingga periodesasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah menjadi

tidak bersamaan antardaerah yang menyebabkan pula berbedanya substansi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dengan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

g. Dari sisi kelembagaan, adanya ego kelembagaan dan lemahnya koordinasi internal

lembaga pemerintah. Koordinasi Kementerian PPN/Bappenas dengan

Kementerian Keuangan yang belum terlaksana dengan baik. Bahkan koordinasi

Ditjen Bangda (Perencanaan) dan Ditjen Keuangan Daerah (APBD) yang berada

dalam satu lembaga (Kementerian Dalam Negeri) belum terlaksana dengan baik.

h. Kepentingan Politik DPR (Legislative Heavy), di mana saat ini DPR turut berperan

menentukan kebijakan teknis dan operasional, seperti turut menentukan kegiatan

dan costing.

i. Masih rendahnya kemampuan SDM perencana baik di tingkat pusat maupun daerah

yang menyebabkan kualitas perencanaan pembangunan dan penganggaran tidak

memadai dalam mencapai tujuan pembangunan.

j. Pola komunikasi antara pusat, propinsi dan kabupaten kota belum berjalan efektif.

2. Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan kab/kota

Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan kab/kota

merupakan penentu utama kelancaran dalam pencapaian tujuan dan sasaran

pembangunan di bidang kesehatan. Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat,

propinsi dan kab/kota dilakukan secara komprehensif mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi yang mencakup kebijakan atau regulasi,

anggaran, kelembagaan serta pengembangan wilayah.

Untuk mewujudkan Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan

kab/kota perlu perhatian dari berbagai perspektif antara lain:

a. Sinergi dan sinkronisasi perencanaan dari perspektif kerangka kebijakan.

Sinergi dan sinkronisasi perencanaan dari segi kebijakan antara pusat, propinsi dan

kab/kota, diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi antar pelaku perencanaan di

Page 36: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

35 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

pusat, propinsi dan kabupaten/kota; (2) menjamin tersusunnya perencanaan yang sinergi,

sinkron dan terintegrasi antara pusat, propinsi dan kabupaten/kota; (3) menjamin

keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan

pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan

pemerintahan; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya yang efektif,

efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.

Untuk mencapai sinergi dan sinkronisasi perencanaan dari segi kebijakan antara

pusat, propinsi dan kab/kota perlu upaya bersama antara pemerintah pusat, pemerintah

propinsi dan pemerintah kab/kota yang dapat dilakukan melalui antara lain: (1) Sinkronisasi

dan sinergi perencanaan melalui sinergi kebijakan (RPJP NAS, RPJPP & RPJPD, RPJPM

Nas, RPJMP & RPJMD, RKP & RKPD); (2) Sinergi dan Sinkronisasi dalam penetapan target

dan sasaran; (3) Standardisasi indikator dalam menyusun perencanaan dan nomenklatur

dalam penganggaran yang digunakan oleh K/L dan SKPD; (4) Pengembangan basis data

dan sistem informasi perencanaan yang lengkap dan akurat; dan (5) Sinergi dan

sinkronisasi dalam pengendalian kebijakan anggaran.

Selain upaya di atas sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan

kab/kota, baik 5 (lima) tahun atau tahunan dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan

pelaksanaan Musrenbang di semua level/ tingkatan pemerintahan mulai tingkat desa atau

kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi dan pusat. Dengan demikian akan

terwujud sinkronisasi perencanaan dari segi kebijakan, program dan kegiatan antara

pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Selain itu, musrenbang juga diharapkan dapat

mendorong terciptanya partisipatif semua pelaku pembangunan dan berkembangnya

transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

b. Sinergi dan sinkronisasi dari perspektif kerangka regulasi

Sinergi dan sinkronisasi dari segi kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong

harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk Undang-Undang maupun

Peraturan-peraturan pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota, sehingga dapat

mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) tahun berjalan dalam lingkup RPJMN 2010 – 2014. Selain itu sinergi dan

sinkronisasi perencanaan perlu di arahkan untuk meningkatkan kesepahaman,

kesepakatan dan ketaatan dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan.

Diharapkan setiap kebijakan peraturan perundang-undangan baik peraturan

Gubernur, peraturan Bupati/ Walikota harus harmonis dan sinkron dengan kebijakan dan

peraturan perundang-undangan pemerintah pusat. Dalam hal ini sinergi dan sinkronisasi

dapat dilakukan dengan cara : (1) Konsultasi dan Koordinasi secara lebih efektif dalam

penyusunan peraturan perundangan dan (2) Pembentukan forum koordinasi lintas instansi

dan lintas sektor dalam rangka harmonisasi peraturan perundangan yang berkaitan

dengan perencanaan dan penganggaran.

Page 37: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

36 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

c. Sinergi dan sinkronisasi dari perspektif penganggaran

Sinergi dan sinkronisasi pusat, propinsi dan kabupaten/kota dilaksanakan selaras

dengan upaya penataan dan penguatan perimbangan keuangan antara pusat, propinsi

dan kabupaten/kota.

Dalam upaya sinergi dan sinkronisasi penganggaran dapat dilakukan dengan cara : (1)

Meningkatkan efektifitas pelaksanaan penggunaan anggaran dari berbagai sumber dan

terintegrasi dan (2) Sinkronisasi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang

dikeluarkan K/L agar sesuai dengan kebutuhan daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Sinergi dan sinkronisasi dari perspektif kelembagaan dan aparatur daerah

Sinergi dan sinkronisasi dari sudut pandang kelembagaan dan aparatur, dalam

pemerintahan diarahkan untuk memperbaiki tata kelola kelembagaan pemerintah daerah

dan meningkatkan kapasitas aparatur daerah. Kedepan sinergi pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dapat dilakukan dengan cara: (1) Menata dan menyempurnakan

pengaturan kewenangan antar tingkat pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan

alokasi anggaran dengan penerapan anggaran berbasis kinerja secara bertanggungjawab;

(2) Mengendalikan pemekaran daerah dan menetapkan pengelolaan daerah otonom

dengan tetap mengutamakan harmonisasi kepentingan nasionaldan kebutuhan daerah

serta rentang kendali manajemen yang ideal; dan (3) Meningkatkan kapasitas aparatur

yang mampu menjembatani kepentingan nasional dan daerah serta kerja sama

antardaerah.

Page 38: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

37 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Dari pelaksanaan Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara

Pusat dan Daerah dapat disimpulkan beberapa hal penting yaitu:

1. Siklus perencanaan dan penganggaran antara pusat dan daerah masih belum

sepenuhnya sejalan, hal ini antara lain ditandai dengan (a) Kepatuhan daerah dalam

melaksanakan siklus perencanaan dan penganggaran sesuai dengan regulasi yang ada

masih rendah; (b) Kebijakan operasional dalam perencanaan dan penganggaran antar

Kementerian/Lembaga (Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan

Kementerian PPN/Bappenas) belum sinergi; dan (c) Dalam menyusun perencanaan

belum mengacu pada isu strategis dan prioritas nasional antara pusat dan daerah.

2. Pentejemahan kebijakan pusat kedalam kegiatan di daerah di bidang kesehatan dan

gizi masyarakat secara umum telah sejalan, namun kepastian seluruh kebijakan

tersebut diimplementasikan kedalam dokumen anggaran masih menghadapi

beberapa kendala antara lain (a) Keterbatasan anggaran yang ada di tingkat provinsi,

terutama yang bersumber dari APBD; (b) Kesesuaian dengan kebijakan politik pada

setiap daerah akibat dominasi peran legislative (DPRD); (c) Kapasitas tenaga di bidang

perencanaan dan penganggaran yang masih belum optimal; (d) Perumusan indikator

dalam penterjemahan kebijakan belum sepenuhnya menggambarkan sebagai alat ukur

kebutuhan anggaran dalam mencapai kegiatan.

3. Peran pembiayaan kesehatan pusat dalam mendukung pembangunan kesehatan

daerah sangat besar, terutama dilakukan melalui mekanisme dana dekonsentrasi,

tugas perbantuan, dana alokasi khusus, serta bantuan sosial seperti Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Persalinan (Jampersal). Selain itu

juga pembiayaan pusat juga diberikan dalam bentuk Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK) untuk mendukung upaya pembangunan kesehatan preventif dan promotif.

Bantuan pembiayaan pusat tersebut secara signifikan telah mendukung perbaikan

status kesehatan di daerah juga.

B. REKOMENDASI

1. Memperkuat sistem perencanaan dan penganggaran dengan (a) Melakukan evaluasi

terhadap sistem perencanaan dalam rangka menyempurnakan sistem yang telah ada

termasuk revitalisasi pelaksanaan Musrenbang dengan mengutamakan kombinasi

fokus dan lokus (keterkaitan antarsektor); (b) Menyempurnakan berbagai aturan

(Standar Operasional) dan mekanisme pelaksanaan perencanaan dan penganggaran;

(c) Mengembangkan sistem dan jaringan perencanaan pembangunan pelaksana

perencanaan pembangunan baik di pusat dan daerah dan mengembangkan sistem

Page 39: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

38 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

informasi publik; dan (d) Mengembangkan sistem monitoring terpadu antara pusat

dan daerah serta bersifat lintas program.

2. Memperkuat kepastian seluruh kebijakan tersebut diimplementasikan kedalam

dokumen anggaran dengan (a) Melakukan advokasi peningkatan anggaran kesehatan

yang ada di tingkat provinsi, terutama yang bersumber dari APBD; (b) Melakukan

advokasi kepada pihak legislative (DPRD) untuk meningkatkan keberpihakan pada

pembangunan kesehatan; (c) Meningkatkan kapasitas tenaga di bidang perencanaan

dan penganggaran khususnya di tingkat daerah; (d) Merumuskan indikator dalam

penterjemahan kebijakan yang sepenuhnya menggambarkan sebagai alat ukur

kebutuhan anggaran dalam mencapai kegiatan; dan (e) Optimalisasi perencanaan dan

penganggaran dalam pelaksanaan rapat koordinasi teknis yang dilaksanakan oleh

Kementerian/Lembaga.

3. Meningkatkan optimalisasi pembiayaan kesehatan pusat dalam mendukung

pembangunan kesehatan daerah dengan (a) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi

penggunaan dana dekonsentrasi, tugas perbantuan, dana alokasi khusus, serta

bantuan sosial seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan

Persalinan (Jampersal) dan (b) Meningkatkan pembiayaan pusat dalam bentuk

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk mendukung upaya pembangunan

kesehatan preventif dan promotif.

Page 40: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

39 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (2010), Penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan

Daerah, Memperkuat Sinergi Antara Pusat dan Daerah Serta AntarDaerah, Buku

Pegangan 2010.

Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (2010), Memelihara Momentum Perubahan, Evaluasi Lima

Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009.

Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (2011), Rancangan Awal Kerangka Proses dan Mekanisme

Revitalisasi Musrenbang 2011, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi

Daerah, Jakarta.

Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010—2014.

Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2004—2009.

Presentasi Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat (2012), Direktorat Kesehatan dan Gizi

Masyarakat, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta

Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005—2025.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, Jakarta.

Undang-Undang N0. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Page 41: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

40 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

LAMPIRAN 1.

FORM F4 - RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2012

BERDASARKAN PERPOGRAM PER KEGIATAN

Provinsi : Jawa Barat

No KodeKementerian/Lemba

ga Lokasi Sasaran Indikator Sasaran SatuanTarget Alokasi Dana (Juta)

2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 20151 6KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA1.1 2Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kejaksaan RI1.1.1 1091Pembangunan/

Pengadaan/ Peningkatan Sarana dan Prasarana Kejaksaan RI

Provinsi Jawa Barat

Tersedianya Sarana danPrasarana Gedung Kantor,

rumah jabatan untukaparatur Kejaksaan didaerah, Pusat Rumah

Sakit Kejaksaan, Kendaraan Operasional

roda-4, kendaraantahanan serta saranaperlengkapan gedunguntuk seluruh satuan

kerja baik di pusatmaupun di daerah guna

mendukung pelaksanaantugas-tugas penegakan

hukum

Jumlah pengadaan sarana perlengkapan

dan peralatan

unit 10 10 10 10 10 3148 5164 3148 3148

1.2 3Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas AparaturKejaksaan RI1.2.1 1097Peningkatan

Pengawasan Aparatur Kejaksaan di Daerah Baik di Kejati, Kejari dan Cabjari dan Jajaran Pengawasan di Daerah

Provinsi Jawa Barat

Terlaksananya Kegiatan Pengawasan Atas

Pelaksanaan Tugas Rutin dan Pembangunan Semua

Unsur Kejaksaan Berdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan dan Kebijaksanaan yang

Ditetapkan Oleh Jaksa Agung.

Jumlah LaporanPengaduan

Masyarakat yang Ditindaklanjuti dan

DiselesaikanTerhadap

PenyalahgunaanWewenang, Tugas-

Tugas Rutin, Pelanggaran Disiplin

dan PenangananPerkara Oleh

Aparatur Kejaksaandi Daerah.

lapdu 6 9 9 9 9 220 283 283 283

Page 42: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

41 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

FORM F3 - UKPPD KEMENTERIAN / LEMBAGA

Provi Jawa Barat

No Kode KL/Program/Kegiatan Lokasi Sasaran Indikator Sasaran Satuan

2011 2012 Realisasi 2011 Usulan 2013APBD

PendukungUsulan

BaruTargetDana (juta) Target

Dana (Juta) Target

Dana (Juta) Target

Dana (Juta) Target

Dana (Juta)

1 1MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT1.1 1Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya MPR1.1.1 1001Pengelolaan Administrasi

MPR dan Sekretariat Jenderal

Provinsi Jawa Barat

Terselenggaranya administrasi keanggotaan

dan kepegawaian, perencanaan dan

evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan

kesehatan Sekretariat Jenderal

Persentase (%) Pelayanan kesehatan

Persen (%) 0 0 0 0 2398 10000000

0

1.1.2 1001Pengelolaan Administrasi MPR dan Sekretariat Jenderal

Kab. Bekasi Terselenggaranya administrasi keanggotaan

dan kepegawaian, perencanaan dan

evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan

kesehatan Sekretariat Jenderal

Persentase (%) Pelayanan kesehatan

Persen (%) 0 0 0 0 0 0 0

1.2 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur MPR1.2.1 1007Pembangunan,

Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR

Provinsi Jawa Barat

Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam

lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal

Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan

alat tulis kantor.

Persen (%) 0 0 0 0 11 111 0

1.2.2 1007Pembangunan, Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR

Kab. Bogor Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam

lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal

Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan

alat tulis kantor.

Persen (%) 0 0 0 0 454545 0 0

1.2.3 1007Pembangunan, Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR

Kab. Bekasi Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam

lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal

Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan

alat tulis kantor.

Persen (%) 0 0 0 0 0 0 0

Page 43: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

42 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

UKPPD Format F1

Page 44: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

43 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

NO DAERAH TOTAL BELANJA U.KESEHATAN %

1 Aceh 9,511,938,653,801.00 895,106,316,693.00 9.41%

2 Sumatera Utara 7,990,721,778,191.00 263,491,978,493.00 3.30%

3 Sumatera Barat 3,121,167,223,000.00 311,674,843,729.00 9.99%

4 Riau 6,366,656,082,429.31 417,425,940,005.66 6.56%

5 Kepulauan Riau 2,387,789,580,000.00 89,850,623,290.00 3.76%

6 Jambi 1,942,503,556,205.00 189,192,565,183.00 9.74%

7 Bengkulu 1,586,154,929,122.00 194,107,937,713.00 12.24%

8 Sumatera Selatan 4,742,452,272,000.00 266,016,272,000.00 5.61%

9 Bangka Belitung 1,450,019,258,815.91 62,167,009,863.00 4.29%

10 Lampung 2,838,249,945,031.00 330,625,561,301.00 11.65%

11 DKI Jakarta 33,827,031,650,310.00 3,304,871,058,846.00 9.77%

12 Jawa Barat 15,804,296,979,395.00 532,645,838,342.00 3.37%

13 Banten 4,134,075,000,000.00 228,645,030,442.00 5.53%

14 Jawa Tengah 11,245,744,293,000.00 973,037,731,000.00 8.65%

15 DI Yogyakarta 2,124,288,709,311.00 127,525,403,864.00 6.00%

16 Jawa Timur 12,214,783,359,822.00 1,838,068,137,951.00 15.05%

17 Kalimantan Barat 2,902,408,853,315.00 231,217,889,600.00 7.97%

18 Kalimantan Tengah 2,248,744,203,500.00 149,306,083,976.00 6.64%

19 Kalimantan Selatan 3,108,943,628,560.00 486,093,162,150.00 15.64%

20 Kalimantan Timur 10,502,613,100,000.00 807,169,051,800.00 7.69%

21 Sulawesi Barat 969,008,829,760.80 39,141,198,918.00 4.04%

22 Sulawesi Utara 1,817,969,042,396.00 96,125,500,000.00 5.29%

23 Gorontalo 938,401,827,019.20 29,992,243,391.00 3.20%

24 Sulawesi Tengah 1,931,199,415,482.00 166,022,073,322.00 8.60%

25 Sulawesi Selatan 4,760,942,065,502.67 329,489,029,057.00 6.92%

26 Sulawesi Tenggara 2,021,706,570,358.00 136,587,736,217.00 6.76%

27 Bali 3,656,633,235,145.91 444,107,403,833.00 12.15%

28 Nusa Tenggara Barat 2,254,557,144,100.00 196,140,724,000.00 8.70%

29 Nusa Tenggara Timur 2,147,354,663,000.00 165,695,156,349.00 7.72%

30 Maluku 1,429,870,261,553.45 117,855,407,791.88 8.24%

31 Maluku Utara 1,170,032,917,000.00 67,475,869,000.00 5.77%

32 Papua 7,114,955,358,000.00 575,925,479,000.00 8.09%

33 Papua Barat 3,998,380,838,950.00 87,962,474,500.00 2.20%

174,261,595,224,076.00 14,150,758,731,620.50 8.12%

ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN

PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012

Total Provinsi Se- Indonesia

Page 45: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

44 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah

NO DAERAH TOTAL BELANJA U.KESEHATAN/BL %

1 Aceh 9,511,938,653,801.00 746,247,711,788.00 7.85%

2 Sumatera Utara 7,990,721,778,191.00 190,135,374,063.00 2.38%

3 Sumatera Barat 3,121,167,223,000.00 202,643,845,100.00 6.49%

4 Riau 6,366,656,082,429.31 293,717,583,295.00 4.61%

5 Kepulauan Riau 2,387,789,580,000.00 53,511,115,000.00 2.24%

6 Jambi 1,942,503,556,205.00 109,380,400,000.00 5.63%

7 Bengkulu 1,586,154,929,122.00 109,534,385,500.00 6.91%

8 Sumatera Selatan 4,742,452,272,000.00 209,223,084,000.00 4.41%

9 Bangka Belitung 1,450,019,258,815.91 31,079,005,580.00 2.14%

10 Lampung 2,838,249,945,031.00 253,919,085,000.00 8.95%

11 DKI Jakarta 33,827,031,650,310.00 2,681,095,937,777.00 7.93%

12 Jawa Barat 15,804,296,979,395.00 421,639,761,786.00 2.67%

13 Banten 4,134,075,000,000.00 213,000,000,000.00 5.15%

14 Jawa Tengah 11,245,744,293,000.00 718,461,073,000.00 6.39%

15 DI Yogyakarta 2,124,288,709,311.00 91,651,904,207.00 4.31%

16 Jawa Timur 12,214,783,359,822.00 1,422,133,831,550.00 11.64%

17 Kalimantan Barat 2,902,408,853,315.00 130,207,537,100.00 4.49%

18 Kalimantan Tengah 2,248,744,203,500.00 25,087,065,050.00 1.12%

19 Kalimantan Selatan 3,108,943,628,560.00 353,760,758,150.00 11.38%

20 Kalimantan Timur 10,502,613,100,000.00 565,239,517,800.00 5.38%

21 Sulawesi Barat 969,008,829,760.80 22,483,222,350.00 2.32%

22 Sulawesi Utara 1,817,969,042,396.00 36,105,000,000.00 1.99%

23 Gorontalo 938,401,827,019.20 13,482,560,000.00 1.44%

24 Sulawesi Tengah 1,931,199,415,482.00 102,126,451,613.00 5.29%

25 Sulawesi Selatan 4,760,942,065,502.67 36,105,000,000.00 0.76%

26 Sulawesi Tenggara 2,021,706,570,358.00 62,235,936,538.00 3.08%

27 Bali 3,656,633,235,145.91 359,256,962,293.00 9.82%

28 Nusa Tenggara Barat 2,254,557,144,100.00 103,489,530,000.00 4.59%

29 Nusa Tenggara Timur 2,147,354,663,000.00 89,644,766,349.00 4.17%

30 Maluku 1,429,870,261,553.45 41,481,525,213.18 2.90%

31 Maluku Utara 1,170,032,917,000.00 31,483,725,000.00 2.69%

32 Papua 7,114,955,358,000.00 421,833,466,000.00 5.93%

33 Papua Barat 3,998,380,838,950.00 71,022,874,500.00 1.78%

174,261,595,224,076.00 10,212,419,995,602.20 5.86%

ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN (diluar gaji)

PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012

Total Provinsi Se- Indonesia

Page 46: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

KUMPULAN PAPARAN WORKSHOP

KEGIATAN KAJIAN

Page 47: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

1

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RANCANGAN PENYELENGGARAAN RANGKAIAN MUSRENBANG 2012 DALAM RANGKA

PENYUSUNAN RKP 2013

Oleh :

DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN

Jakarta, 5 Maret 2012

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

SISTEMATIKA PAPARAN

2

MUSRENBANG 2012

o Tujuh titik kritis: Evaluasi 2011 dan Solusi 2012

o Tujuh tahap revitalisasi Musrenbang

– Pra Rakorbangpus s.d Pasca Musrenbangnas

– UKPPD

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Tujuh Titik Kritis: Evaluasi 2011 dan Solusi 2012

3

No TitikKritis

Solusi 2011 Evaluasi 2011 Solusi 2012

1 Tujuan dansasarankurang tajam

• Tujuan/sasaran nasionalsudah dipertajam(segregasi) hingga level provinsi berdasarkan IsuStrategis Provinsi;

• Program dan kegiatansudah dipertajam sampaiindikator, yang digunakanjuga dalam aplikasi UsulanPendanaan PemerintahDaerah (UPPD).

Kualitas Isu Strategis Provinsi perlu lebih disempurnakan, agar bisa menjadi acuan bagi provinsi untuk mendukung sasaran pembangunan nasional dan juga bagi KL dalam mengalokasikan resource ke daerah

• Isu Strategis dibahasdan disepakati di forum Triwulanan I (29 Feb)

• Isu Strategis menjadifokus pembahasan padarangkaian Musrenbang2012

Peran LO:

Mempelajari dan mengawal isu strategis provinsi

2 Hanyamembahasdana Dekon/ TP

Selain membahas D/TP, jugaakan dimulai pembahasanperkiraan kebutuhan DAK melalui penentuan prioritasDAK per bidang.

Pembahasan DAK belum terlaksana dalam Musrenbang 2011

•Penentuan prioritasbidang DAK

•Akan ditentukan lebih lanjut pada Raker II

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

4

No Titik Kritis

Solusi 2011 Evaluasi 2011 Solusi 2012

3 Arahan Pusat ke daerah masih normatif

• Isu Strategis Provinsi disiapkan oleh Bappenas, ditanggapi oleh Pemprov, disepakati dalam forum Triwulanan, dan disampaikan oleh MenPPN pada Musrenbangprov.

• Menggunakan alokasi D/TP tahun berjalan dan sebelumnya (<2012) sebagai baseline

Kualitas Isu Strategis Provinsi perlu lebih disempurnakan, agar bisa menjadi acuan bagi provinsi untuk mendukung sasaran pembangunan nasional dan juga bagi KL dalam mengalokasikan resource ke daerah

Menggunakan Prioritas Nasional, Isu Strategis Provinsi, dan RKAKL 2011 dan 2012 sebagai arahan ke daerah.

Peran LO:

Memberikan arahan mengenai Isu Strategis Provinsi

4 Nomenklatur kegiatan K/L dan daerah belum sama

Aplikasi UPPD sudah menggunakan nomenklatur Renja K/L.

Nomenklatur UPPD dan Renja K/L belum sepenuhnya sama (terutama akibat adanya Inisiatif Baru)

•Tetap mengikuti nomenklatur Renja K/L.

•Melakukan pemetaan di UPPD jika terjadi perubahan nomenklatur di Renja K/L

• Integrasi aplikasi Renja dan UPPD.

Peran LO:

Mempelajari UPPD Provinsi

Tujuh Titik Kritis: Evaluasi 2011 dan Solusi 2012

Page 48: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

2

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

5

No Titik Kritis Solusi 2011 Evaluasi 2011 Solusi 2012

5 Belum jelasnyakriteriapenetapanprioritas

Menggunakan Isu StrategisProvinsi sebagai kriteriauntuk menetapkanprogram/ kegiatan/indikator yang dibahas diPra Musrenbangnas.

Isu strategis belum sepenuhnya dijadikan kriteria seleksi

Penetapan kegiatan prioritas berdasarkan Isu StrategisProvinsi.

Peran LO:

Memastikan usulan kegiatan prioritas daerah sesuai dengan Isu Strategis Provinsi

6 Waktupembahasansinkronisasiprogram/kegiatanterbatas

Menggunakan format pembahasan trilateral desks (K/L, Pemprov danBappenas) pada PraMusrenbangnas (satu harisatu wilayah).

Waktu pembahasan relatif mencukupi

Cukup baik.

Peran LO:

• Sebagai penanggungjawab sektor

•Mengarahkan mitra daerah

7 Tindak lanjuthasilMusrenbangnastidak pasti

Melakukan verifikasi padaforum PascaMusrenbangnas untukmemastikan hasilMusrenbangnas telahdiakomodir dalam RenjaK/L dan RKP.

Verifikasi oleh Direktorat Sektoral terhadap Renja mitranya belum berjalan.

Peran direktorat sektoralBappenas untuk lebih aktifmengawal proses finalisasiRenja KL berdasarkan hasilmusrenbangnas.

Peran LO:

Mengawal hasil musrenbangnas bagi provinsinya

Tujuh Titik Kritis: Evaluasi 2011 dan Solusi 2012KEMENTERIAN PPN/

BAPPENAS

Tujuh Tahap Revitalisasi (Plus P4B)

6

PRA-RAKORBANGPUS(<21 Mar)

Menyusun Isu Strategis Provinsisebagai basis pembahasan sinkronisasi pusat daerah

TRIWULANAN I(29 Feb)

Menetapkan Isu Strategis

RAKORBANGPUS (21 Mar)

MendiseminsikanRancangan Awal RKP 2013 dan SEB Pagu Indikatif 2013

RATEK K/L(< 21 Maret)

Menghasilkanmasukan untukRancangan Renja K/L

MUSRENBANGPROV

(21 Mar-10 Apr)

Menghasilkan UPPD

Persandingan UPPD & Renja K/L

(10-15 Apr)

Untuk masukan penajaman Renja K/L

PRA-MUSRENBANGNAS

(16-20, 25 Apr)

1. Membahas Sinkronisasi Pusat Daerah.

2. Per wilayah/hari

MUSRENBANGNAS(26 Apr)

1. Laporan hasil Pra Musren

2. Arahanpresiden

3. Dialog Pusat-Daerah

PASCA MUSRENBANGNAS (30 Apr)

Pertemuan Bappenas – K/L membahas hasil Musrenbangnas untuk penyem-purnaan RKP 2013

Rangkaian Musrenbangnas

FORUM OMS(21-30 Mar)

Menjaring aspirasi publik bagi RKP 2013

MUSRENBANGPROV KHUSUS

P4B

RAKORBANGPUS KHUSUS P4B

PRA MUSRENBANGNAS

KHUSUS P4B

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Catatan

o Hal baru dalam Musrenbang 2012

– Liasion Officer (LO)

– Isu Strategis

– UP4B

o Output Pra Musrenbangnas

– Regular (Kesepakatan UKPPD)

– Isu Strategis Provinsi ( Kesepakatan 5 Kegiatan Strategis)

7

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Rakorbangpus

8

Input Mekanisme Keluaran Tindak Lanjut

• SEB Pagu Indikatif2013

• RancanganAwal RKP2013

Sidang Pleno:

• BappenasmenyampaikanRanc. Awal RKP 2012 dan SEB paguindikatif 2013;

• Kemenkeumenyampaikankebijakan fiskaldan pelaksanaananggaran 2013;

• SEB

• Rancangan AwalRKP 2013

• Catatan rapatuntukditindaklanjutidalam penyusunanRenja K/L danUPPD

Penyusunan:

• Renja K/L oleh K/L

• UPPD oleh Pemprov melaluiMusrenbangprov

Peran LO :Berkoordinasi dengan Bappeda Provinsi yang bersangkutan

Page 49: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

3

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Musrenbangprov...(1)

9

Input Mekanisme Keluaran Tindak Lanjut

• Rancangan awalRKP 2013

• Rancangan Isu-Isu StrategisProvinsi

• Indikasi Renja KL per provinsi

• Aplikasi UPPD

• Usulan kegiatanKabupaten/Kota

• Prioritas bidangDAK

Sidang pleno dankelompok membahas:

• program, kegiatandan indikator denganmengacu tema danprioritas (konsep)Rancangan Awal RKP 2013 sertakesesuaiannyadengan Isu StrategisProvinsi dankerangka investasiwilayah

• program/kegiatanyang potensialdikerja-samakandengan sektorswasta (KPS/PPP)

• Program/kegiatanprioritas yang akandidanai oleh APBDdan diusulkan didanai APBN melalui UPPD;

• Rancangan RKPD Provinsi danRancangan RenjaSKPD yang telahdisempurnakanberdasarkan hasilMusrenbangprov.

• MenyampaikanUPPD kepadaBappenas

• Penyusunanusulan bidangdana transfer (DAK) 2013.

Peran LO:• Mendampingi

Pejabat Eselon I Bappenas ke daerah

• Memberikan pendampingan selama Musrenbangprov

• Memastikan hasil Musrenbangprov dapat dibawa ke Jakarta

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Musrenbangprov...(2)

10

Input Mekanisme Keluaran Tindak Lanjut

• UPPD (short list-F1) berdasarkan isustrategis provinsi yang akan dibahas dalamPra-Musrenbangnas

• UPPD terpilih (short list-F1) yang dipilih berdasarkan isu strategis provinsi untuk dibahas dalam Pra Musrenbangnas;

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Pra Musrenbangnas

11

Input Mekanisme Keluaran Tindak lanjut

• Rancangan AwalRKP 2013;

• Rancangan AwalRenja K/L tahun2013 yang memuat indikasikegiatan per provinsi;

• Isu StrategisProvinsi;

• UPPD hasilMusrenbangprov.

• Usulan prioritasbidang DAK.

• Trilateral desk (H1-5) antara KL, Bappeda, Bappenas:

• Membahas persandingansasaran dan prioritas nasionaldengan sasaran dan prioritasdaerah;

• Membahas daftar pendek UPPD (F1) dan bila memungkinkandilanjutkan dengan membahasdaftar panjang UPPD (F2);

• Membahas prioritas bidangDAK;

• Para pihak menandatangani berita acara kesepakatan/keputusan;

Hasilkesepakatan, program kegiatan, target, lokus, dan indikasianggarandalambentukberita acara.

RekapitulasiBerita AcaraKesepakatandilaporkan kepadaPresiden diMusrenbang-nas.

Peran LO:

•Sebagai penanggungjawab sektor/bidang

•Fasilitasi Provinsi mitra

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Musrenbangnas

12

Input Mekanisme Keluaran Tindak Lanjut

RekapitulasiKesepakatanPraMusrenbangnas

• Laporan hasilkesepakatan Pra-Musrenbangnas

• Arahan Presiden mengenai pelaksanaanpembangunan 2012 dan rencana 2013

• Paparan para menterikoordinator mengenaistrategi pelaksanaanpembangunan menurutbidang kerja masing-masing sektor

• Dialog para menteri dangubernur membahasarahan pelaksanaan dariPresiden

• Pelaporan hasilkesepakatanmengenai Program, Kegiatan Strategisdan PendanaanPusat dan Daerah;

• Arahan Presiden RI

• K/L menyempurnakanRenja K/L untukdiverifikasi padaforum PascaMusrenbangnas;

Page 50: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

4

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Pasca Musrenbangnas

13

Input Mekanisme Keluaran Tindak lanjut

• Rekapitulasi kesepakatan sinergi program, kegiatan, indikator, lokasi dan pendanaan hasil Musrenbangnas;

• Rancangan Renja K/L Tahun 2013 yang telah disempurnakan berdasarkan hasil Musrenbangnas dan arahan presiden.

Bilateral desk Bappenas-KL

• K/L menunjukkan kepadaBappenas bahwa hasilMusrenbangnas telah tercantumdalam Renja K/L.

• Direktorat teknis Bappenasmemastikan Renja K/L sudahmengakomodir hasilmusrenbangnas denganmemberikan paraf.

• Jika ada hasil kesepakatan yang belum dapat diakomodir dalam Renja K/L, K/L harusmemberikan penjelasan.

• Renja K/L yang final (sudahdiparaf) menjadi input untuk penyempurnaan RKP 2013.

• Rancangan AkhirRenja K/L tahun2013.

• Rancangan AkhirRKP tahun 2013.

• Bappenas melakukanpenyempurnaanRancangan RKP 2013.

• MenetapkanRancangan Akhir RKP 2013

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Usulan Kegiatan dan Pendanaan Pemerintah Daerah

(UKPPD)

14

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Alur UKPPD

15

KEMENTERIAN /LEMBAGA

RENJA K/L 2012

UKPPDPEMERINTAH

PROVINSI

RENJA KL 2013

INPUT

PROSES

OUT PUT

PERSANDINGAN

PRIORITAS NASIONAL (RPJMN/RKP)

PRIORITAS WILAYAH (RPJMD/RKPD)

Isu strategis, Fakta, Potensi

F1 F2 F3 F4

ShortList

Sandingan

LongList

SandinganUKPPD RENJA K/L

REKAP

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

MATERI PEMBAHASAN PRA MUSRENBANGNAS

I. UKPPD :

• F4 Format Renja KL;

• F3 Format UKPPD (usulan daerah final);

• F2 Format Persandingan UKPPD dan Renja KL –

(Long List);

• F1 Format Persandingan Prioritas Pembahasan –

(Short List).

II. ISU STRATEGIS (5 kegiatan strategis)

16

Page 51: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

5

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

UKPPD Format F4

17

FORM F4 - RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2012

BERDASARKAN PERPOGRAM PER KEGIATAN

Provinsi : Jawa Barat

No KodeKementerian/Lemba

ga Lokasi Sasaran Indikator Sasaran SatuanTarget Alokasi Dana (Juta)

2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 20151 6KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA1.1 2Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kejaksaan RI

1.1.1 1091Pembangunan/ Pengadaan/ Peningkatan Sarana dan Prasarana Kejaksaan RI

Provinsi Jawa Barat

Tersedianya Sarana danPrasarana Gedung Kantor,

rumah jabatan untukaparatur Kejaksaan didaerah, Pusat Rumah

Sakit Kejaksaan, Kendaraan Operasional

roda-4, kendaraantahanan serta saranaperlengkapan gedunguntuk seluruh satuan

kerja baik di pusatmaupun di daerah guna

mendukung pelaksanaantugas-tugas penegakan

hukum

Jumlah pengadaan sarana perlengkapan

dan peralatan

unit 10 10 10 10 10 3148 5164 3148 3148

1.2 3Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kejaksaan RI1.2.1 1097Peningkatan

Pengawasan Aparatur Kejaksaan di Daerah Baik di Kejati, Kejari dan Cabjari dan Jajaran Pengawasan di Daerah

Provinsi Jawa Barat

Terlaksananya Kegiatan Pengawasan Atas

Pelaksanaan Tugas Rutin dan Pembangunan Semua

Unsur Kejaksaan Berdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan dan Kebijaksanaan yang

Ditetapkan Oleh Jaksa

Agung.

Jumlah LaporanPengaduan

Masyarakat yang Ditindaklanjuti dan

DiselesaikanTerhadap

PenyalahgunaanWewenang, Tugas-

Tugas Rutin,

Pelanggaran Disiplindan Penanganan

Perkara OlehAparatur Kejaksaan

di Daerah.

lapdu 6 9 9 9 9 220 283 283 283

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

UKPPD Format F3

18

FORM F3 - UKPPD KEMENTERIAN / LEMBAGA

Provi Jawa Barat

No Kode KL/Program/Kegiatan Lokasi Sasaran Indikator Sasaran Satuan

2011 2012 Realisasi 2011 Usulan 2013APBD

PendukungUsulanBaruTarget

Dana (juta) Target

Dana (Juta) Target

Dana (Juta) Target

Dana (Juta) Target

Dana (Juta)

1 1MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT1.1 1Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya MPR1.1.1 1001Pengelolaan Administrasi

MPR dan Sekretariat Jenderal

Provinsi Jawa Barat

Terselenggaranya administrasi keanggotaan

dan kepegawaian, perencanaan dan

evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan

kesehatan Sekretariat Jenderal

Persentase (%) Pelayanan kesehatan

Persen (%) 0 0 0 0 2398 10000000

0

1.1.2 1001Pengelolaan Administrasi MPR dan Sekretariat Jenderal

Kab. Bekasi Terselenggaranya administrasi keanggotaan

dan kepegawaian, perencanaan dan

evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan

kesehatan Sekretariat Jenderal

Persentase (%) Pelayanan kesehatan

Persen (%) 0 0 0 0 0 0 0

1.2 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur MPR1.2.1 1007Pembangunan,

Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR

Provinsi Jawa Barat

Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam

lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal

Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan

alat tulis kantor.

Persen (%) 0 0 0 0 11 111 0

1.2.2 1007Pembangunan, Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR

Kab. Bogor Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam

lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal

Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan

alat tulis kantor.

Persen (%) 0 0 0 0 454545 0 0

1.2.3 1007Pembangunan, Pengadaan, Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana MPR

Kab. Bekasi Pelayanan perlengkapan dan inventarisasi dalam

lingkup MPR dan Sekretariat Jenderal

Persentase (%) Ketersediaan peralatan, perlengkapan kerja dan

alat tulis kantor.

Persen (%) 0 0 0 0 0 0 0

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

UKPPD Format F2

19

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

UKPPD Format F1

20

Page 52: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

6

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Isu Strategis

21

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

TERIMA KASIH

Page 53: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

1

WORKSHOP KAJIAN SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH

HOTEL SARI PAN PACIFIC, 6 MARET 2012

Pada Acara :

2

PERENCANAAN :

1. UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan nasional

2. UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah

3. PP 08/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian danEvaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

4. PERMENDAGRI 54/2010 tentang Pelaksanaan PP 08/2008

PENGANGGARAN :

1. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara

2. UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah

4. PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

5. PERMENDAGRI 13/2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

6. PERMENDAGRI 59/2007 tentang Perubahan atas PERMENDAGRI 13/2006.

Dasar Hukum Perencanaan & Penganggaran

3

DOKUMEN PENETAPAN TAHAPANTATA CARA

PENYUSUNAN

RPJPD (20 th) PERDA Psl 20 s.d Psl 49 Lampiran II

RPJMD (5 th) PERDA Psl 50 s.d Psl 84 Lampiran III

RENSTRA SKPD (5 th) PENGESAHAN KDH Psl 85 s.d Psl 98 Lampiran IV

RKPD (1 th) PERKADA Psl 99 s.d Psl 133 Lampiran V

RENJA SKPD (1 th) PENGESAHAN KDH Psl 134 s.d Psl 154 Lampiran VI

DATA DAN INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PENGENDALIAN & EVALUASI Psl 155 s.d Psl 281

4

PEMBANGUNAN DAERAH adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraanmasyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja,lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing,

maupun peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

PERENCANAANadalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melaluiurutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkanberbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan danpengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraansosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

Page 54: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

2

5

PRINSIP & PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH(Pasal 3, Pasal 6 & Pasal 11)

Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah: Satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional Dilakukan bersama pemangku kepentingan sesuai peran dan kewenangan Mengintegrasikan RTRW dgn rencana pembangunan Dilaksanakan berdasarkan kondisi, potensi serta dinamika daerah, nasional dan global

Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah:

• Politik, (penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan KDH terpilih)• Teknokratik, (menggunakan metoda dan kerangka pikir ilmiah)• Partisipatif, (melibatkan semua pemangku kepentingan)• Top down & Bottom Up (diselaraskan melalui musyawarah nasional, provinsi, kabupaten/

kota, kecamatan dan desa)

Pendekatan Penyusunan Program, Kegiatan & Penganggaran:• Berdasarkan prestasi kerja (Performance Budgeting System)• Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework)• Perencanaan Penganggaran terpadu (Unified Budgeting System)• Pagu Indikaif & Prakiraan maju (Resource Envelope & Forward Estimate)• Mengacu pada SPM, sesuai dgn kondisi nyata dan kebutuhan masyarakat dan urusan wajib

serta urusan pilihan yang menjadi tanggungjawab SKPD.6

I P M

ASPEK GEOGRAFIS & DEMOGRAFIS

Karakteristik lokasi dan Wilayah

Potensi Pengembangan Wilayah

Wilayah rawan Bencana

Demografi

ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kesejahteraan Sosial

Seni Budaya dan olahraga

ASPEK PELAYANAN UMUMPelayanan dasar

Pelayanan Penunjang

ASPEK DAYA SAING DAERAH

Kemampuan Ekonomi Daerah

Sumber Daya Manusia

Iklim Berinvestasi

Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

TUJUAN PEMBANGUNAN DAERAH

7

IPM PROVINSI SE-INDONESIA TAHUN 2009

8

Fungsi Dokumen Rencana Pembangunan Daerah

RPJP Daerah berfungsi sebagai :

• Road map (peta arah) pembangunan daerah 20 tahun kedepan.

• pedoman bagi penyusunan RPJMD.

• acuan penyusunan visi dan misi calon kepala daerah.

• instrumen bagi mewujudkan pembangunan berkelanjutan dalam jangka 20 tahun.

• instrumen untuk meningkatkan keunggulan utama daerah (core competency).

RPJM Daerah berfungsi sebagai :

• pedoman pembangunan di daerah selama 5 (lima) tahun.

• Pedoman penyusunan rencana kerja tahunan (RKPD).

• alat atau instrumen pengendalian bagi satuan pengawas internal (SPI) dan Bappeda.

• instrumen mengukur tingkat pencapaian kinerja kepala SKPD

• pedoman evaluasi penyelenggaraan Pemda sebagaimana amanat PP 6/2008

RKP Daerah berfungsi sebagai :

• instrumen untuk mengoperasionalkan RPJMD.

• acuan penyusunan Rencana Kerja SKPD.

• pedoman dalam penyusunan KUA dan PPAS.

Page 55: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

3

9

KETERHUBUNGAN

ANTARDOKUMEN (RPJPD VS RPJMD)

V I S I & M I S I 2 0 T H

ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 20 TH

Arah

Pembangunan

5 Tahun I

Arah

Pembangunan

5 Tahun II

Arah

Pembangunan

5 Tahun IV

Arah

Pembangunan

5 Tahun III

Sasaran Pokok

5 Tahun I

Sasaran Pokok

5 Tahun II

Sasaran Pokok

5 Tahun IV

Sasaran Pokok

5 Tahun III

SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 20 TH

10

KETERHUBUNGAN

ANTARDOKUMEN (RPJMD VS RKPD)

V I S I & M I S I 5 T H

T U J U A N & S A S A R A N 5 TH

Sasaran

Tahun I

Sasaran

Tahun II

Sasaran

Tahun III

Sasaran

Tahun IV

Sasaran

Tahun V

Strategi & Arah

Kebijakan

Strategi & Arah

KebijakanStrategi & Arah

Kebijakan

Strategi & Arah

KebijakanStrategi & Arah

Kebijakan

Program

Pembangunan

Daerah

Program

Pembangunan

Daerah

Program

Pembangunan

Daerah

Program

Pembangunan

Daerah

Program

Pembangunan

Daerah

Penyelenggaraan

Urusan

Indikator

Kinerja Daerah

11

Arah Kebijakan

Pembangunan Jangka

Panjang Daerah

I

(5)

II

(10)

III

(15)

IV 20)

Kebijakan umum dan

program Pemb Daerah

Serta Indikasi Rencana

Program Prioritas Disertai

Kebutuhan Pendanaan

I II III IV V

Prirotias dan sasaran,

serta Program dan

kegiatan

1 2 3 . . 12

Program dan

kegiatan dan

indikator kinerja

SKPD

I II III IV V

Program dan keg

Pemb Daerah

1 2 3 . . 12

KONSISTENSI DAN SINKRONISASIANTAR DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

RPJPD

RPJMD

RKPD

Renstra

SKPD

Renja SKPD

12

SINKRONISASI PERENCANAAN & PENGANGGARAN PUSAT DAN DAERAH DALAM SATU KESATUAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RPJPN

DIP

ER

HA

TIK

AN

PEDOMAN

5 TAHUN

PEDOMAN

PEDOMAN DIJABARKAN

DIJABARKAN

20 TAHUN

DIACU

RPJMN RKP

RPJPDPROV

RPJMDPROV

RKPDPROV

RENSTRA SKPD PROV

RENJA SKPD PROV

DIA

CU

DIA

CU

DA

N

DIS

ER

AS

IKA

N

DIP

ER

HA

TIK

AN

PEDOMANDIJABARKAN

PEDOMAN

1 TAHUN

DIACU

RPJPDK/K

RPJMDK/K

RKPDK/K

DIA

CU

RENSTRA SKPD K/K

RENJA SKPD K/K

RENSTRA K/L

RENJA K/L

PEDOMAN

PEDOMAN

DIA

CU

DA

N

DIS

ER

AS

IKA

N

PEDOMAN DIACU

PEDOMAN

RAPBN

RAPBDPROV

RAPBDK/K

PEDOMAN

PEDOMAN

PEDOMAN

Page 56: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

4

13

11 PRIORITAS NASIONAL (RPJMN)1. Reformasi birokrasi dan tata kelola; 2. Pendidikan3. Kesehatan4. Penanggulangan kemiskinan 5. Ketahanan pangan6. Infrastruktur7. Iklim investasi dan iklim usaha8. Energi9. Lingkungan hidup dan pengelolaan bencana;10. Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan

pascakonflik;11. Kebudayaan, kreatifitas, dan Inovasi teknologi;

PROGRAM-PROGRAM26 URUSAN WAJIB & 8

URUSAN PILIHAN

3 FOKUS PROGRAM(INPRES 3/2010)

1. Program Pro Rakyat 2. Program keadilan untuk semua3. Program pencapaian tujuan

pembangunan milenium (MDG”s)

SINERGI PROGRAM JANGKA MENENGAH PUSAT DAN DAERAH

14

14 SPM1. PERMEN Kesehatan No. 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan.2. PERMEN Negara Lingkungan Hidup No. 19/2008 tentang SPM Bidang Lingkungan Hidup Daerah

Provinsi dan Daerah Kab/Kota.3. PERMEN Dalam Negeri No. 62/2008 ttg SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di Kab/Kota.4. PERMEN Sosial No. 129/HUK/2008 ttg SPM (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota.5. PERMEN Negara Perumahan Rakyat No. 22/PERMEN/M/2008 ttg SPM Bidang Bidang Perumahan

Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota.6. PERMEN Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 1/2010 ttg

SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.7. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional No: 55/Hk-010/B5/2010 ttg ttg SPM

Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera di Kab/Kota.8. PERMEN Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 15/2010 ttg SPM Bidang Pendidikan Dasar.9. PERMEN Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tgl 25 Oktober 2010 ttg SPM Bidang Pekerjaan Umum.10. PERMEN Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 15/MEN/X/2010 tgl 29 Oktober 2010 ttg SPM Bidang

Ketenagakerjaan.11. PERMEN Pertanian No. 65/Permenten/OT.140/12/2010 tgl 22 Desember 2010 ttg SPM Bidang Ketahanan

Pangan Provinsi dan Kab/Kota.12. PERMEN Informasi dan Komunikasi No. 22/PER/M.Kominfo/12/2010 tgl 20 Desember 2010 ttg SPM

Bidang Komunikasi dan Informasi.13. KEPMEN Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 106/HK.501/MKP/2010 tgl 23 Desember 2010 ttg SPM

Bidang Kesenian .14. PERMENHUB NOMOR PM.41 TAHUN 2011 tanggal 25 Agustus 2011 tentang SPM Bidang Perhubungan

Provinsi dan Kab/kota.

15

INTEGRASI SPM DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH (Pasal 9 PP 65 Tahun 2005)

(1) Pemerintah Daerah menerapkan SPM sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

(2) SPM yang telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi pemerintah daerahuntuk menyusun perencanaan dan penganggaraan penyelenggaraan pemerintahandaerah.

(3) Pemerintahan Daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunanpencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM sesuai denganPeraturan Menteri.

(4) Rencana Pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam RPJMDdan Renstra SKPD.

(5) Target tahunan pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan kedalam RKPD, Renja SKPD, KUA, RKA-SKPD sesuai klasifikasi belanja daerah denganmempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

16

TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

1•PERSIAPAN PENYUSUNAN

2•PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL

3•PELAKSANAAN MUSRENBANG

4•PERUMUSAN RANCANGAN AKHIR

5•PENETAPAN

Page 57: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

5

17

RPJPD(Pasal 20 s.d Pasal 49)

RPJPD provinsi memuat visi, misi dan arahpembangunan daerah dengan mengacu pada RPJPNasional.

RPJPD kabupaten/kota memuat visi, misi dan arahpembangunan daerah dengan mengacu pada RPJPNasional dan RPJPD provinsi.

18

SISTEMATIKA DOKUMEN RPJPD(Pasal 40 ayat (1) PP 8/2008)

Pendahuluan

Gambaran umum kondisi daerah

Analisa isu–isu strategis

Visi & misi daerah

Arah kebijakan

Kaidah pelaksanaan

19

Persiapan Penyusunan RPJPD

Pengolahan data dan informasi

PerumusanPermasalahanPembangunan

Daerah

Masukan dari SKPD

Pelaksanaan Forum Konsultasi

Publik

Penelaahan RTRW kab/kota & RTRW kab/kota Lainnya

Perumusan visi dan misi

daerah

Perumusan sasaran pokok

dan arah kebijakan

Analisis isu-isu strategis

Rancangan Awal RPJPD

Musrenbang RPJPD

Konsultasi rancangan akhirRPJPD dengan

GUBERNUR

Rancangan Akhir RPJPD

Pembahasan dan penetapan

Perda RPJPD

TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RPJPD KAB/KOTA(Lampiran II Permendagri No 54/2010)

Penelaahan RPJPN & RPJPD prov & kab/kota lainnya

Analisis Gambaran

umum kondisi daerah

Penyelarasan visi, misi dan arah

kebijakan RPJPD kab/kota

12

3

5

4

20

ARAH KEBIJAKAN JANGKA PANJANG DAERAH

VISI DAERAH

MISI DAERAH

Sasaran Pokok 20 Tahun

Arah Kebijakan Lima Tahun ke-1

(...... - ......)

Indikator Target 5 th

Arah Kebijakan Lima Tahun ke-2

(...... - ......)

Indikator Target 5 th

Arah Kebijakan Lima Tahun ke-3

(...... - ......)

Indikator Target 5 th

Arah Kebijakan Lima Tahun ke-4

(...... - ......)

Indikator Target 5 th

Page 58: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

6

21

VISI MISI

Sasaran Pokok 20 Tahun Arah Kebijakan

Pembangunan

(20 Tahun)Uraian Indikator dan

Target

Visi 1............

....................

....................

....................

Misi 1……Sasaran Pokok 1

....................

.......................(KAIDAH PELAKSANAAN)

Arah Kebijakan Pembangunan

Lima Tahun I

Arah Kebijakan PembangunanLima Tahun II

Arah Kebijakan PembangunanLima Tahun III

Arah Kebijakan PembangunanLima Tahun IV

...........................

Dst ......

Misi 2……Sasaran Pokok 2

....................

.......................

.......................

Dst ......

Misi dst …… dst .................

.......................

.......................

Dst .......

Visi dst....... Misi dst …… dst ................. dst ..........

Arah Kebijakan

Pembangunan

Lima Tahun I

Arah Kebijakan

Pembangunan

Lima Tahun II

Arah Kebijakan

Pembangunan

Lima Tahun III

Arah Kebijakan

Pembangunan

Lima Tahun IV

SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJPD KABUPATEN/KOTA

(Tabel T-II.C.49 Lampiran II Permendagri No 54/2010)

22

RPJMD(Pasal 50 s.d Pasal 84)

RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakanpenjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yangpenyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah denganmemperhatikan RPJM nasional.

RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategipembangunan daerah, kebijakan umum, program SKPD danlintas SKPD, serta program kewilayahan disertai dengan rencanakerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yangbersifat indikatif;

23

SISTEMATIKA DOKUMEN RPJMD(Pasal 40 ayat (2) PP 8/2008)

Pendahuluan

Gambaran Umum Kondisi Daerah

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah & KerangkaPendanaan

Analisa Isu–isu Strategis

Visi, Misi, Tujuan & Sasaran

Strategi & Arah Kebijakan

Kebijakan Umum & Program Pembangunan Daerah

Indikasi Program Prioritas & Pendanaan

Penetapan Indikator Kinerja Daerah

Kaidah Pelaksanan24

TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RPJMD KABUPATEN/KOTA(Lampiran III Permendagri No 54/2010)

Persiapan Penyusunan

RPJMD

Pengolahandata dan informasi

Perumusan Permasalahan Pembangunan

Daerah

Rancangan Awal

RPJMD

Musrenbang RPJMD

Konsultasi rancangan akhirRPJMD dengan

GUBERNUR

Rancangan Akhir RPJMD

Pembahasan dan penetapan Perda

RPJMD

VISI, MISI dan Program

KDH

Penelaahan RPJPD Kab/Kota

Penelaahan RPJMN, RPJMD Provinsi dan

kab/kota lainnya

PerumusanIndikasi rencana

program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan

Hasil evaluasi capaianRPJMD

Penelaahan RTRW Kab/kota & RTRW daerah

lainnya

Penyusunan Rancangan

Renstra SKPD

Rancangan RPJMD

Analisis isu-isu strategis

1 2

3

5

4

Perumusan Kebijakan umum dan program

pembangunan daerah

Perumusan Strategi dan arah kebijakan

Analisis Gambaran

umum kondisidaerah &

pengelolaan keuangan

daerah serta kerangka

pendanaan

PerumusanPenjelasan

visi dan misiserta Tujuan dan Sasaran

Pembahasan dengan DPRD

Penyelarasanprogram prioritas

dan pendanaan

Pelaksanaan Forum Konsultasi Publik

Page 59: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

7

25

No SasaranStrategi

dan ArahKebijakan

IndikatorKinerja

(outcome)

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah

BidangUrusan

SKPDPenanggung

JawabKondisi

AwalKondisiAkhir

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

KEBIJAKAN UMUM & PROGRAM PEMBANGUNAN RPJMD KABUPATEN/KOTA(Tabel T-III.C.90 Lampiran III Permendagri No 54/2010)

26

Kode

Bidang Urusan Pemerintahandan Program

Prioritas Pembangunan

IndikatorKinerja

Program(outcome)

Kondisi Kinerja

pada Awal RPJMD

(Tahun 0)

Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

SKPDPenanggung Jawab

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5Kondisi Kinerja

pada akhir periode RPJMD

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

1

1 01 Kesehatan

1 01 01 Program ..........

1 01 02 Program.........

1 01 03 Dst .....

2 Urusan Pilihan

2 01 Pertanian

2 01 01 Program.........

2 01 02 Dst .....

2 02 Dst .......

INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN RPJMD KABUPATEN/KOTA

(Tabel T-III.C.91 Lampiran III Permendagri No 54/2010)

27

RENSTRA SKPD(Pasal 85 s.d Pasal 98)

Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi,kebijakan, program, dan kegiatan pembangunansesuai dengan tugas dan fungsi SKPD.

Penyusunan Renstra-SKPD berpedoman padaRPJMD dan bersifat indikatif.

28

SISTEMATIKA DOKUMEN RENSTRA-SKPD(Pasal 40 ayat (4) PP 8/2008)

Pendahuluan

Gambaran Pelayanan SKPD

Isu–isu Strategis Tugas dan Fungsi SKPD

Visi, Misi, Tujuan & Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Rencana Program & Kegiatan, Indikator Kinerja, Keluaran Sasaran & Pedanaan Indikatif

Indikator Kinerja SKPD mengacu ke RPJMD

Page 60: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

8

29

sesuai

BAGAN ALIR TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RENSTRA SKPD KABUPATEN/KOTA (Lampiran IV Permendagri No 54/2010)

Persiapan Penyusunan Rentra-SKPD

Musrenbang RPJMD

Rancangan Akhir RPJMD

Perda RPJMD

Rancangan RPJMD

Pengolahan data dan informasi

Perumusan sasaran

Perumusan Tujuan

Perumusan visi dan misi

SKPDPerumusan

Isu-isu strategis

berdasarkan tupoksi

Analisis Gambaran pelayanan

SKPD

SPM

Penelaahan RTRW & KLHS

Renstra-KL & Renstra SKPD

Provinsi

PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJMD

SE KDH ttg Penyusunan Rancangan

Renstra-SKPD

Perumusan rencana program, kegiatan,

indikator kinerja, kelompok sasaran dan

pendanaan indikatif

Perumusan indikator kinerja SKPD yang

mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD

Rancangan RENSTRA-SKPD

VERIFIKASI

sesuai

Penyesuaian Rancangan

Renstra-SKPD

Tdk sesuai

Rancangan akhir RENSTRA-SKPD

PenyempurnaanRancangan

Renstra-SKPD

Penetapan Renstra SKPD

RENSTRA-SKPD

VERIFIKASI

Tdk sesuai

Perumusan Strategi dan Kebijakan

1

2

3

4

Forum SKPD Kab/Kota

30

Tujuan SasaranIndikator

SasaranKode

Program dan

Kegiatan

Indikator

Kinerja

Program

(outcome)

dan

Kegiatan

(output)

Data

Capaian

pada

Tahun

Awal

Perenca

naan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Unit Kerja

SKPD

Penanggu

ngjawab

Lokasi

2011 2012 2013 2014 2014

Kondisi

Kinerja pada

akhir periode

Renstra

SKPD

target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)

Tujuan

1

Sasaran

1Program ................

Kegiatan................

Tujuan

1

Sasaran

2Program ................

Kegiatan................

Dst .......................

Kegiatan................

Program ................

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, LOKASI & PENDANAAN INDIKATIF RENSTRA SKPD KABUPATEN/KOTA

(Tabel T-IV.C.28 Lampiran IV Permendagri No 54/2010)

31

KERANGKA WAKTU & SIKLUS PERENCANAAN & PENGANGGARAN TAHUNAN

Jan Juli

Musrenbang Desa/kel

Feb Mrt Apr Mei Jun Agt Sept Nov DesOkt

Musrenbang Kecamatan

Forum SKPDK/K

Rancangan Renja SKPD

Penetapan Renja SKPD

Musrenbang RRKPD K/K

Musrenbang RRKPD PROV

Rancangan Awal RKPD

P/K/K

MusrenbangRKP NAS

Penetapan RKPD P/K/K/Desa

RKP(PP 20/2004)

Kesepakatan KUA/PPAS

RKA-SKPD

Pengajuan RAPBD

Penetapan APBD

Rancangan Interim RKP(PP 40/2006)

Forum SKPDPROV

EVALUASI RAPERDA APBD

32

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (Pasal 99 s.d Pasal 133)

RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,

program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan

mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari APBD maupun

sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Page 61: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

9

33

SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD(Pasal 40 ayat (3) PP 8/2008)

Pendahuluan

Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Beserta Kerangka Pendanaan

Prioritas dan Sasaran Pembangunan

Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah

34

TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RKPD KAB/KOTA(Lampiran V Permendagri No 54/2010)

Rancangan Awal RKPD

Musrenbang RKPD kab/kota

Rancangan Akhir RKPD

Perumusan prioritas dan

sasaran pembangunan

Forum Konsultasi

Publik

PerumusanKerangka

Ekonomi & Kebijakan

Keuda

Pengolahan data dan

informasi

Analisis Ekonomi &

keuda

PerumusanPermasalahanPembangunan

Daerah

Telaahan kebijakan

nasional (RKP) &provinsi (RKPD

PROV)

SE Penyusunan Renja-SKPD

Penyusunan Rancangan Renja SKPD

kab/kota

Rancangan RKPD

VERIFIKASIBappeda

Persiapan Penyusunan

RKPD

Pokok-pokok pikiran DPRD

Kab/Kota

Berita AcaraMusrenbang kecamatan

Analisis Gambaran

Umum Kondisi Daerah

Evaluasi Kinerja RKPD Tahun Lalu

Dok RKPD kab/kota tahun

berjalan

Perumusan program prioritas

daerah beserta pagu indikatif

Penyelarasan Rencana programprioritas daerah

beserta pagu indikatif

PENYUSUNAN KUA & PPAS

Penetapan PERBUP/PERWAL

ttg RKPD

1

2

3

4

5

ReviewRPJMD

35

IndikasI rencana program prioritas

yang disertai kebutuhanpendanaan

RPJMD (5 Thn)

KesepakatanKDH dgn DPRD

PERDA RPJMD

Pokok-pokok pikiran DPRD

Kab/Kota

Hasil Jaring Asmara/Kunker/

Reses Dapil/

RANCANGAN AWALRKPD

Analisis Ekonomi &

keuda

Analisis Gambaran

Umum Kondisi Daerah

Evaluasi Kinerja RKPD Tahun Lalu

Penyusunan Rancangan Renja SKPD

kab/kota

Rancangan RKPD

Musrenbang RKPD kab/kota

RKPD

KESEPAKATANKUA & PPAS

PERDA APBD

Fungsi Legislasi, Budget& Pengawasan

RANCANGANAKHIR RKPD

PERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PENYUSUNAN RKPD

36

1. Inventarisasi jenis program/kegiatan yang diusulkan DPRD dalamdokumen rumusan hasil penelaahan pokok-pokok pikiran DPRDtahun lalu dan dikelompokkan kedalam urusan SKPD.

2. Kaji pandangan dan pertimbangan yang disampaikan berkaitandengan usulan program/kegiatan hasil penelaahan.

3. Indikator kinerja yang diusulkan serta lokasi yang diusulkan.

4. Lakukan pengecekan dan validasi oleh tim penyusun RKPD yangberasal dari SKPD terkait terhadap kebutuhan riil di lapangandengan mempertimbangkan asas manfaat, kemendesakan,efisiensi dan efektivitas.

5. Rumuskan usulan program dan kegiatan yang dapatdiakomodasikan dalam rancangan awal RKPD

Penelaahan Pokok-Pokok Pikiran DPRD

Page 62: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

10

37

KodeUrusan/Bidang Urusan

Pemerintahan Daerah & Program/Kegiatan

IndikatorKinerja

Program/Kegiatan

Rencana Tahun ............ (tahun rencana)

Catatan Penting

Prakiraan Maju Rencana Tahun .........

LokasiTarget Capaian

Kinerja

KebutuhanDana/ Pagu

indikatif (Rp)

Target Capaian Kinerja

KebutuhanDana/ Pagu

indikatif (Rp)

RENCANA PROGRAM & KEGIATAN SERTA PRAKIRAAN MAJU RKPD KAB/KOTA(Tabel T-V.C.67 Lampiran V Permendagri No 54/2010)

38

Rencana Kerja SKPD

Renja-SKPD merupakan dokumen

perencanaan SKPD untuk periode

(1) satu tahun

39

SISTEMATIKA DOKUMEN RENJA-SKPD(Pasal 40 ayat (5) PP 8/2008)

Pendahuluan

Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu

Tujuan, Sasaran Program & Kegiatan

indikator kinerja & kelompok sasaran yangmenggambarkan Pencapaian Renstra SKPD

Dana indikatif beserta sumbernya & prakiraanmaju berdasarkan pagu indikatif

Sumber dana

Penutup40

TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RENJA SKPD KABUPATEN/KOTA(Lampiran VI Permendagri No 54/2010)

Rancangan Renja-SKPD

kab/kota

Pembahasan Renja SKPD pada Forum

SKPD Kabupaten/Kota

Pengesahan Renja-SKPD oleh

KDH

Perumusan program dan

kegiatan, indikator kinerja,

dana indikatif

Pengolahan data dan

informasi

Isu-isu penting penyelenggara

an tugas dan fungsi SKPD

Analisis Gambaran Pelayanan

SKPD

Penyempurnaan Rancangan Renja

SKPD kab/kota

Persiapan Penyusunan Renja SKPD

hasil evaluasi capaian

Renstra SKPD kab/kota

hasil evaluasi pelaksanaan Renja-

SKPD kab/kota tahun lalu

Perumusan Sasaran

Perumusan Tujuan

Telaahan Rancangan Awal RKPD kab/kota

Usulan program & kegiatan dari masyarakat

SE KDHperihal penyampaian

rancangan awal RKPD sebagai bahan penyusunan rancangan

Renja-SKPD kab/kota

Sinkronisasi Kebijakan

Nasional dan Provinsi

Musrenbang Kecamatan

Musrenbang Desa

Penyesuaian Rancangan Renja

SKPD kab/kota

Penyesuaian Rancangan Renja

SKPD kab/kota

Penyusunan Rancangan

RKPD

Musrenbang RKPD

Perumusan Ranc. akhir

RKPD

Per KDH RKPD

kab/kota

Penetapan Renja-SKPD oleh

Kepala SKPD

RENJA-SKPDKab/Kota

1

2

3

4

Page 63: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

11

41

KodeUrusan/Bidang Urusan

Pemerintahan Daerah & Program/Kegiatan

IndikatorKinerja

Program/Kegiatan

Rencana Tahun ........... (tahun rencana)

Catatan Penting

Prakiraan Maju Rencana Tahun .........

LokasiTarget Capaian

Kinerja

KebutuhanDana/ Pagu

Indikatif

Target Capaian Kinerja

KebutuhanDana/ Pagu

Indikatif

RENCANA PROGRAM & KEGIATAN SERTA PRAKIRAAN MAJU RENJA SKPD KAB/KOTA(Tabel T-VI.C.10 Lampiran VI Permendagri No 54/2010)

42

PENGENDALIAN DAN

EVALUASI

43

DASAR HUKUM SINKRONISASI RKPD-KUA - PPAS & RAPBD

Pasal 17 ayat (2) UU 17/2003

Penyusunan RAPBD berpedoman pada RKPD dalamrangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Pasal 18 ayat (1) UU 17/2003

Pemerintah Daerah menyampaikan KUA tahun anggaranberikutnya sejalan dengan RKPD, sebagai landasanpenyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnyapertengahan Juni tahun berjalan.

Pasal 18 ayat (3) UU 17/2003

Berdasarkan KUA yang telah disepakati dengan DPRD,Pemerintah Daerah bersama DPRD membahas PPASuntuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.

Pasal 25 ayat (2) UU 25/2004

RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD.

Pasal 16 PP 58/2005

Penyusunan APBD berpedoman pada RKPD dalamrangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakatuntuk tercapainya tujuan bernegara.

44

RKPD

RENJA SKPD

KUA PPAS

RKA-SKPD

RAPBD

DPRDRPJMD

TUJUAN SINKRONISASI RKPD-KUA-PPAS & RAPBD(UTK MENCAPAI TUJUAN BERNEGARA)

TUJUAN BERNEGARA(UUD 1945)

EPPD

DPA-SKPD LAKIP

LPKD & LKPJ

KEWENANGAN PEMERINTAHAN

DAERAH

Page 64: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

12

45

RKPD : DAFTAR RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH PROV/KAB/KOTA.Memuat : Program, Kegiatan Lokasi, IndikatorKinerja (Hasil Program, Keluaran Kegiatan, HasilKegiatan), Pagu indikif, Prakiraan Maju (TargetCapaian & Pagu Indikatif TA Berikutnya), sertaSKPD penanggungjawab.

RENJA SKPD : DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATANPRIORITAS SKPD PROV/KABUPATEN/KOTA,Memuat : Indikator Kinerja Program dan Kegiatan,Lokasi, Target Capaian Kinerja, KebutuhanDana/Pagu Indikatif dan Prakiraan Maju

KUA & PPAS (Kesepakatan KDH dgn DPRD)

Lampiran RAPERDA ttg APBD

Lampiran RAPERKADA ttg Penjabaran APBD

Memuat : Judul Program dan Kegiatan, Waktu Pelaksanaan, Lokasi, Sumber dana,

Indikator capaian, Tolok ukur kinerja, Target Kinerja atas capaian program,

masukan dan keluaran serta hasil kegiatan.

EVALUASI KONSISTENSI/SINKRONISASIRKPD, KUA, PPAS DAN RAPBD

46

TUGAS DAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DAERAH (Pasal 155 s.d Pasal 281)

PELAKSANA FOKUS HASIL DAN TINDAK LANJUT

MENDAGRI(DITJEN BINA

BANGDA)RPJPD, RPJMD,RKPD PROV

Melaporkan kpd MDN dan rekomendasi perbaikan/ penyempurnaan RPJPD, RPJMD dan RKPD oleh Gubernur

GUBERNUR(BAPPEDA PROVINSI)

RPJPD, RPJMD, RENSTRA SKPD, RKPD & RENJA SKPD PROV

Gub melaporkan kpd MDN (RPJPD, RPJMD & RKPD)dan rekomendasi kpd Gubernur :• Perbaikan dan penyempurnaan RPJPD, RPJMD & RKPD prov• Perbaikan dan penyempurnaan Renstra SKPD& Renja SKPD • Tindak lanjut pelaksanaan Renja SKPD

RPJPD, PJMD,RKPD KAB/KOTA

Melaporkan kpd Gubernur dan rekomendasi perbaikan / penyempurnaan RPJPD, RPJMD dan RKPD oleh Bupati/Walikota

KEPALA SKPD PROV

RENSTRA SKPD & RENJA SKPD PROV

• Laporan triwulan capaian Renja SKPD kpd Bappeda Prov• Menindaklanjuti rekomendasi Gub atas pelaksanaan Renja SKPD

BUPATI/WALIKOTA(BAPPEDA KAB/KOTA)

RPJPD, RPJMD, RENSTRASKPD, RKPD & RENJA SKPDKAB/KOTA

Bup/Walikota melaporkan kpd Gub (RPJPD, RPJMD & RKPD)dan rekomendasi kpd Bupati/Walikota :• Perbaikan dan penyempurnaan RPJPD, RPJMD & RKPD kab/kota• Perbaikan dan penyempurnaan Renstra SKPD& Renja SKPD• Tindak lanjut pelaksanaan Renja SKPD

KEPALA SKPD KAB/KOTA

RENSTRA SKPD & RENJASKPD KAB/ KOTA

• Laporan triwulan capaian Renja SKPD kpd Bappeda kab/kota• Menindaklanjuti rekomendasi Bup/Walikota atas pelaksanaan Renja

SKPD

47

RKPD KUA PPASPERDA

APBD

DPA-

SKPD

PRKPD PKUA PPPASPERDAPAPBD

DPPA SKPD

Pengendalian

Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah

Evaluasi Hasil Rencana Pembangunan Daerah

Pengendalian Prumusan Kebijakan

perencanaan Pembangunan

Daerah

KERANGKA PENGENDALIAN DAN EVALUASI SINKRONISASI KEBIJAKAN PERENCANAAN, PENGANGGARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

Penatausahaan/Akuntansi Keuda

LAPORAN REALISASI

ANGGARANNERACA

LAPORAN ARUS KAS

catatan atas laporan

keuangan

Review

RPJMD

RPJPD

LaporanTriwulan

Laporan Smesteran

laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMD/perusahaan daerah.

48

PERUBAHAN RPJPD dan RPJMD(Pasal 282 s.d Pasal 284)

Perubahan RPJPD dan RPJMD hanya dapat dilakukan apabila:

a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa prosesperumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara penyusunanrencana pembangunan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri ini;

b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yangdirumuskan, tidak sesuai dengan Peraturan Menteri ini;

c. terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau

d. merugikan kepentingan nasional.

RPJPD dan RPJMD perubahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Dalam hal pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terjadi perubahan capaiansasaran tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhirpembangunan jangka panjang dan menengah, penetapan perubahanRPJPD dan RPJMD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Page 65: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

13

49

PERUBAHAN RKPD(Pasal 285 s.d Pasal 286)

RKPD dapat diubah dalam hal tidak sesuai dengan perkembangankeadaan dalam tahun berjalan, meliputi :

a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangkaekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaranpembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah;

b. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaransebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; dan/atau

c. keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkandalam perturan perundang-undangan.

• Perubahan RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

50

REKOMENDASI

1. Bidang kesehatan dan gizi masyarakat merupakan bidang prioritasdalam pembangunan nasional dan daerah, sehingga harussenantiasa terakomodasi dalam setiap dokumen rencanapembangunan daerah (RPJPD, RPJMD dan RKPD) untuk menjamintersedianya alokasi anggaran yang sesuai kebutuhanpembangunan kesehatan.

2. Upaya untuk mewujudkan sinkronisasi perencanaan danpenganggaran kesehatan antar pusat dan daerah harus ditempuhdengan menyelaraskan pendekatan dan jadwal waktu penyusunanperencanaan dan penganggaran antara kementerian terkait danpemerintah daerah sesuai regulasi.

3. Untuk menjamin dukungan pendanaan APBD sesuai denganprioritas kemampuan keuangan daerah, urgensi dan program yangmendukung percepatan pembangunan bidang kesehatan dan gizimasyarakat harus disosialisasikan kepada DPRD.

51

Page 66: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

1

11

PETA HASIL EVALUASI ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

2012

Drs. HAMDANI, MM, M.Si, Ak

Direktur Anggaran Daerah

DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

Disampaikan dalam Acara Workshop Sinkronisasi Perencanaan dan

Penganggaran Kesehatan Antara Pusat dan Daerah

2222

Pembahasan & Kesepakatan

KUA antara KDH dgn DPRD (Juni)

Pembahasan dan Kesepakatan PPASantara KDH dgn DPRD (Juni)

Penyusunan RKA-SKPD & RAPBD (Juli-September)

Pembahasan dan persetujuan Rancangan

APBD dgn DPRD(Oktober-November)

Penetapan Perda APBD

(Desember)

Penetapan RKPD

(Mei)

MusrenbangKab/Kota

(Maret)

Forum SKPD

Penyusunan Renja SKPD Kab/Kota

(Maret)

Musrenbang Kecamatan

(Februari)

Musrenbang Desa

(Januari)

SKEDUL PERENCANAAN & PENGANGGARAN

Penyusunan DPA SKPD

(Desember)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

11

12

10

13Pelaksanaan APBD

Januari thn berikutnya

Evaluasi Rancangan

Perda APBD (Desember)

3333

BELANJA DAERAH

Pasal 18 PP Nomor 58 Tahun 2005

Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan

adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup danpenganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus didukung dengan dasarhukum yang melandasinya.

Pasal 26 ayat (1) PP Nomor 58 Tahun 2005 Jo. Pasal 31 ayat (1) PermendagriNomor 13 Tahun 2006

Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusanpemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kab/kota yang terdiridari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan concurrent.

Pasal 22 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah danorganisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahantersebut.

4444

ALOKASI

BELANJA

DITENTUKAN TEKNIS PENGANGGARAN

KEBIJAKAN PENGANGGARAN

Page 67: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

2

5555

KEBIJAKAN PENGANGGARAN

MELIPUTI :

BELANJA YG DIARAHKAN (EARMARK)

BELANJA YANG BERSIFAT MENGIKAT/WAJIB

BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI AMANAT PER UU

BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM

BELANJA LAIN-LAIN

6666

BELANJA YG

DIARAHKAN

(EARMARK)

DAK

DBH - DR

DBH CUKAI TEMBAKAU

DANA OTSUS (Untuk Program)

DANA BOS

DANA INSENTIF DAERAH (DID)

DANA PENYESUAIAN (Tunj. Fungsional, Tambahan Penghasilan Guru Pns, Sertifikasi Guru)

BANTUAN KEUANGAN YG BERSIFAT KHUSUS

BELANJA YANG

BERSIFAT

MENGIKAT/WAJIB :

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BUNGA

KEGIATAN DPA - L

DUKUNGAN PROGRAM

PRIORITAS NASIONAL

7777

BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI AMANAT

PER UU :

BELANJA FUNGSI PENDIDIKAN 20% DARI TOTAL BELANJA

BELANJA URUSAN KESEHATAN 10% (DARI TOTAL BELANJA DILUAR

GAJI)

DBH PAJAK KEPADA KAB/KOTA

BANTUAN PARPOL

INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK

BELANJA MODAL

.

7

BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM :

26 URUSAN WAJIB

8 URUSAN PILIHAN

Dikaitkan dengan urusan yang menjadi

kewenangan daerah (provinsi atau

kab/kota) sesuai tugas dan fungsi

SKPD

8888

BELANJA

LAIN - LAIN

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BANTUAN

KEUANGAN

BELANJA TIDAK TERDUGA

BELANJA SUBSIDI

Page 68: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

3

9

Pengesahan

MDN

(30 Hari)

DPRDDibahas bersama

DPRD & Pemda

Penyampaian

RAPERDA APBD &

RAPERGUB

APBD

(3 hari)

Membuat RAPERGUB

SebesarPagu APBD Tahun Lalu

(15 hari)

MDN(15 hari)

Hasil

Evaluasi

Sesuai

dgn UU

Tdk

Disempurnakan

MDN membatalkan

Berlaku Pagu APBD

Sebelumnya

GUBERNUR

menetapkan

PER-GUB

PROSES EVALUASI PERDA APBD PROVINSI & PERATURAN GUBERNUR TTG PENJABARAN APBD

Setuju

RAPERDA

APBD

RAPERGUB

PENJABARAN APBD

GUBERNUR

menetapkan

PERDA &

PER-GUB

Penyempurnaan

(7 Hari)Melewati

Batas WKT

Evaluasi

Tidak

Setuju

Tdk Sesuai

Dgn UU

Pemberitahuan

Penyempurnaan

10

DPRDDibahas bersama

DPRD & Pemda

Penyampaian

RAPERDA APBD &

RAPERBUP/WAL

APBD

(3 hari)

Membuat RAPERBUP/WAL

SebesarPagu APBD Tahun Lalu

(15 hari)

Pengesahan

Gubernur(30 Hari)

Hasil

Evaluasi

Sesuai

dgn UU

Tdk

Disempurnakan

GUB membatalkan

Berlaku Pagu APBD

Sebelumnya

Bupati/Walikota

menetapkan

PER-BUP/WAL

PROSES EVALUASI PERDA APBD KAB/KOT &PERATURAN BUP/WAL TTG PENJABARAN APBD

Setuju

RAPERDA

APBD

RAPERBUP/WAL

PENJABARAN APBD

Bupati/Walikota

menetapkan

PERDA &

PER-BUP/WALPenyempurnaan

(7 Hari)Melewati

Batas waktu

Evaluasi

Laporan kpd

MDN

GUBERNUR(15 hari)

Tidak Setuju

Tdk Sesuai

Dgn UU

Pemberitahuan

Penyempurnaan

11111111

Jumlah Provinsi Yang Menetapkan

Perda APBD Tepat Waktu (2008-2012)

10

15

21

2830

0

5

10

15

20

25

30

35

2008 2009 2010 2011 2012 *)

12121212

Dalam Trilliun Rupiah

Catatan:TA 2012 Belum termasuk Provinsi Aceh dan Papua

Page 69: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

4

13131313

PROVINSI YANG MEMILIKI PORSI

PAD TERENDAH

PROVINSITOTAL

PENDAPATAN

PAD

NOMINAL PROSENTASE

Papua Barat 3,385,707 98,962 2,92%

Papua 5,369,147 304,175 5,67%

Maluku Utara 724,624 80,678 11,13%

PROVINSI YANG MEMILIKI PORSI

PAD TERTINGGI

PROVINSITOTAL

PENDAPATAN

PAD

NOMINAL PROSENTASE

Jawa Timur 9,907,001 7,615,043 76,87%

Jawa Barat 8,424,710 6,316,400 74,97%

Jawa Tengah 5,872,245 4,182,627 71,23%

PROVINSI YANG MEMILIKI PORSI

PAD TERENDAH

PROVINSITOTAL

PENDAPATAN

PAD

NOMINAL PROSENTASE

Maluku Utara 1.117.567 93.648 8,38%

Sulawesi Barat 952.008 134.984 14,18%

Gorontalo 893.9640 142.2020 15,91%

PROVINSI YANG MEMILIKI PORSI

PAD TERTINGGI

PROVINSITOTAL

PENDAPATAN

PAD

NOMINAL PROSENTASE

Jawa Timur 11.523.016 9.068.160 78,70%

Jawa Barat 10.397.494 8.173.341 78,61%

Banten 3.902.075 2.981.553 76,41%

20122011

(dalam juta rupiah)

14141414

PORSI PAD, DANA PERIMBANGAN DAN

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

URAIAN

PROPORSI

NOMINAL %

PAD 66,59 51,20%

DANA PERIMBANGAN 49,60 38,13%

LAIN-LAIN PENDPTAN YG SAH 13,88 10,67%

TOTAL 130,07

2011

URAIAN

PROPORSI

NOMINAL %

PAD 74,00 54,28%

DANA PERIMBANGAN 50,27 36,87%

LAIN-LAIN PENDPTAN YG SAH 12,07 8,85%

TOTAL 136,34

2012

15151515

Struktur Belanja APBD Provinsi

5 Tahun Terakhir (2008-2012)

TahunTotal Belanja

Daerah

Belanja

Pegawai% Hibah*) % Bansos %

Belanja

Barang &

Jasa

%Belanja

Modal%

2008 96,12 26,18 27,2 5,57 5,80 3,43 3,60 21,25 22,11 23,73 24,68

2009 105,59 27,18 25,7 3,22 3,00 4,08 3,90 24,49 23,19 25,80 24,43

2010 113,13 29,84 26,4 3,41 3,00 3,45 3,00 26,95 23,83 26,30 23,24

2011 146,30 31,55 21,57 6,30 4,30 3,55 2,42 33,79 26,42 26,43 18,07

2012 146.95 33.68 22,92 13.35 9,09 1.58 1,07 35.69 24,29 30.72 20,91

(dalam trilyun rupiah)

Catatan:

1. Diolah dari Data APBD Ditjen Keuangan Daerah

2. Data Tahun 2012 dengan jumlah 31 Provinsi

*) Hibah dalam bentuk uang dan untuk Tahun 2012 belum termasuk Hibah Bos kepada satuan pendidikan

dasar

16161616

PROVINSI YANG MEMILIKI

BELANJA PEGAWAI TERTINGGI

PROVINSITOTAL

BELANJA

BELANJA PEGAWAI

NOMINAL PROSENTASE

DKI Jakarta 30,922,361 9,242,941 29,89%

Jawa Barat 11,313,886 1,614,556 14,27%

Jawa Timur 12,305,791 1,470,200 11,94%

PROVINSI YANG MEMILIKI

BELANJA PEGAWAI TERTINGGI

PROVINSITOTAL

BELANJA

BELANJA PEGAWAI

NOMINAL PROSENTASE

DKI Jakarta 33,827,031 10,053,911 29,72%

Jawa Timur 12,214,783 1,673,665 13,70%

Jawa Barat 11,560,297 1,650,063 14,27%

20122011

(dalam juta rupiah)

PROVINSI YANG MEMILIKI

BELANJA PEGAWAI TERENDAH

PROVINSITOTAL

BELANJA

BELANJA PEGAWAI

NOMINAL PROSENTASE

Sulawesi Barat 776,007 108,801 14,02%

Maluku Utara 730,840 184,827 23,81%

Gorontalo 768,346 203,973 26,54%

PROVINSI YANG MEMILIKI

BELANJA PEGAWAI TERENDAH

PROVINSITOTAL

BELANJA

BELANJA PEGAWAI

NOMINAL PROSENTASE

Sulawesi Barat 969,008 160,474 16,56%

Kepulauan Riau 2,188,418 205,838 9,41%

Maluku Utara 1,162,567 216,010 18,58%

Page 70: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

5

17171717

PROVINSI YANG MEMILIKI

BELANJA MODAL TERTINGGI

PROVINSITOTAL

BELANJA

BELANJA MODAL

NOMINAL PROSENTASE

DKI Jakarta 30,922,36 9,707,23 31.39%

Kalimantan Timur

9,452,22 2,224,26 23.70%

Aceh 7,974,70 1,610,31 20.19%

PROVINSI YANG MEMILIKI

BELANJA MODAL TERTINGGI

PROVINSITOTAL

BELANJA

BELANJA MODAL

NOMINAL PROSENTASE

DKI Jakarta 33,827,03 11,196,56 33,10%

Kalimantan Timur

10,100,00 2,835,10 28,07%

Riau 6,367,55 1,627,54 25,56%

20122011

(dalam milyar rupiah)

PROVINSI YANG MEMILIKI

BELANJA MODAL TERENDAH

PROVINSITOTAL

BELANJA

BELANJA MODAL

NOMINAL PROSENTASE

Gorontalo 768,35 148,00 19,26%

DI Yogyakarta 1.708,87 160.78 9,41%

Sulawesi Tengah 1.526,68 219.91 14,40%

PROVINSI YANG MEMILIKI

BELANJA MODAL TERENDAH

PROVINSITOTAL

BELANJA

BELANJA MODAL

NOMINAL PROSENTASE

Gorontalo 893,96 130,53 14,60%

Maluku 1.429,41183,41

12,83%

Nusa Tenggara Timur

1.408,95 216,22 15,35%

18181818

URAIAN 2011 2012

Dana Bagi Hsl Pjk/Bkn Pjk 25,74 24,80

Dana Alokasi Umum 22,55 23,60

Dana Alokasi Khusus 1,31 1,07

TOTAL 49,60 49,47

DANA PERIMBANGAN PROVINSI SE INDONESIA

TAHUN ANGGARAN 2011-2012

(dalam trilyun rupiah)

Catatan:

1. Diolah dari Data APBD Ditjen Keuangan Daerah

2. Data Tahun 2012 dengan jumlah 30 Provinsi

19191919

SINKRONISASI ANGGARAN PROGRAM/KEGIATAN PROVINSI

MENDUKUNG 11 PRIORITAS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2012

19

NO DAERAH TOTAL BELANJA U.KESEHATAN %

1 Aceh 9,511,938,653,801.00 895,106,316,693.00 9.41%

2 Sumatera Utara 7,990,721,778,191.00 263,491,978,493.00 3.30%

3 Sumatera Barat 3,121,167,223,000.00 311,674,843,729.00 9.99%

4 Riau 6,366,656,082,429.31 417,425,940,005.66 6.56%

5 Kepulauan Riau 2,387,789,580,000.00 89,850,623,290.00 3.76%

6 Jambi 1,942,503,556,205.00 189,192,565,183.00 9.74%

7 Bengkulu 1,586,154,929,122.00 194,107,937,713.00 12.24%

8 Sumatera Selatan 4,742,452,272,000.00 266,016,272,000.00 5.61%

9 Bangka Belitung 1,450,019,258,815.91 62,167,009,863.00 4.29%

10 Lampung 2,838,249,945,031.00 330,625,561,301.00 11.65%

11 DKI Jakarta 33,827,031,650,310.00 3,304,871,058,846.00 9.77%

12 Jawa Barat 15,804,296,979,395.00 532,645,838,342.00 3.37%

13 Banten 4,134,075,000,000.00 228,645,030,442.00 5.53%

14 Jawa Tengah 11,245,744,293,000.00 973,037,731,000.00 8.65%

15 DI Yogyakarta 2,124,288,709,311.00 127,525,403,864.00 6.00%

16 Jawa Timur 12,214,783,359,822.00 1,838,068,137,951.00 15.05%

17 Kalimantan Barat 2,902,408,853,315.00 231,217,889,600.00 7.97%

18 Kalimantan Tengah 2,248,744,203,500.00 149,306,083,976.00 6.64%

19 Kalimantan Selatan 3,108,943,628,560.00 486,093,162,150.00 15.64%

20 Kalimantan Timur 10,502,613,100,000.00 807,169,051,800.00 7.69%

21 Sulawesi Barat 969,008,829,760.80 39,141,198,918.00 4.04%

22 Sulawesi Utara 1,817,969,042,396.00 96,125,500,000.00 5.29%

23 Gorontalo 938,401,827,019.20 29,992,243,391.00 3.20%

24 Sulawesi Tengah 1,931,199,415,482.00 166,022,073,322.00 8.60%

25 Sulawesi Selatan 4,760,942,065,502.67 329,489,029,057.00 6.92%

26 Sulawesi Tenggara 2,021,706,570,358.00 136,587,736,217.00 6.76%

27 Bali 3,656,633,235,145.91 444,107,403,833.00 12.15%

28 Nusa Tenggara Barat 2,254,557,144,100.00 196,140,724,000.00 8.70%

29 Nusa Tenggara Timur 2,147,354,663,000.00 165,695,156,349.00 7.72%

30 Maluku 1,429,870,261,553.45 117,855,407,791.88 8.24%

31 Maluku Utara 1,170,032,917,000.00 67,475,869,000.00 5.77%

32 Papua 7,114,955,358,000.00 575,925,479,000.00 8.09%

33 Papua Barat 3,998,380,838,950.00 87,962,474,500.00 2.20%

174,261,595,224,076.00 14,150,758,731,620.50 8.12%

ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN

PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012

Total Provinsi Se- Indonesia

Page 71: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

6

NO DAERAH TOTAL BELANJA U.KESEHATAN/BL %

1 Aceh 9,511,938,653,801.00 746,247,711,788.00 7.85%

2 Sumatera Utara 7,990,721,778,191.00 190,135,374,063.00 2.38%

3 Sumatera Barat 3,121,167,223,000.00 202,643,845,100.00 6.49%

4 Riau 6,366,656,082,429.31 293,717,583,295.00 4.61%

5 Kepulauan Riau 2,387,789,580,000.00 53,511,115,000.00 2.24%

6 Jambi 1,942,503,556,205.00 109,380,400,000.00 5.63%

7 Bengkulu 1,586,154,929,122.00 109,534,385,500.00 6.91%

8 Sumatera Selatan 4,742,452,272,000.00 209,223,084,000.00 4.41%

9 Bangka Belitung 1,450,019,258,815.91 31,079,005,580.00 2.14%

10 Lampung 2,838,249,945,031.00 253,919,085,000.00 8.95%

11 DKI Jakarta 33,827,031,650,310.00 2,681,095,937,777.00 7.93%

12 Jawa Barat 15,804,296,979,395.00 421,639,761,786.00 2.67%

13 Banten 4,134,075,000,000.00 213,000,000,000.00 5.15%

14 Jawa Tengah 11,245,744,293,000.00 718,461,073,000.00 6.39%

15 DI Yogyakarta 2,124,288,709,311.00 91,651,904,207.00 4.31%

16 Jawa Timur 12,214,783,359,822.00 1,422,133,831,550.00 11.64%

17 Kalimantan Barat 2,902,408,853,315.00 130,207,537,100.00 4.49%

18 Kalimantan Tengah 2,248,744,203,500.00 25,087,065,050.00 1.12%

19 Kalimantan Selatan 3,108,943,628,560.00 353,760,758,150.00 11.38%

20 Kalimantan Timur 10,502,613,100,000.00 565,239,517,800.00 5.38%

21 Sulawesi Barat 969,008,829,760.80 22,483,222,350.00 2.32%

22 Sulawesi Utara 1,817,969,042,396.00 36,105,000,000.00 1.99%

23 Gorontalo 938,401,827,019.20 13,482,560,000.00 1.44%

24 Sulawesi Tengah 1,931,199,415,482.00 102,126,451,613.00 5.29%

25 Sulawesi Selatan 4,760,942,065,502.67 36,105,000,000.00 0.76%

26 Sulawesi Tenggara 2,021,706,570,358.00 62,235,936,538.00 3.08%

27 Bali 3,656,633,235,145.91 359,256,962,293.00 9.82%

28 Nusa Tenggara Barat 2,254,557,144,100.00 103,489,530,000.00 4.59%

29 Nusa Tenggara Timur 2,147,354,663,000.00 89,644,766,349.00 4.17%

30 Maluku 1,429,870,261,553.45 41,481,525,213.18 2.90%

31 Maluku Utara 1,170,032,917,000.00 31,483,725,000.00 2.69%

32 Papua 7,114,955,358,000.00 421,833,466,000.00 5.93%

33 Papua Barat 3,998,380,838,950.00 71,022,874,500.00 1.78%

174,261,595,224,076.00 10,212,419,995,602.20 5.86%

ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN (diluar gaji)

PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012

Total Provinsi Se- Indonesia

22222222

SEKIAN

dan

TERIMA KASIH

Page 72: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

1

GAMBARAN PERENCANAAN DAN

PENGANGGARAN PEMBANGUNAN

KESEHATAN DI INDONESIA

BY: DELINA HASAN

DIPRESENTASIKAN PADA PERTEMUAN DI BANDUNG

7 Maret 2012

DH-BP-BDG-070312 DH-BP-BDG-070312

Perencanaan

Salah satu fungsi dalam fungsi manajemen yang terdiri dari

- Planning, Organizing, Actuating, Controling, Evaluation

Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,

melalui urutan pilihan, dengan mempertimbangkan sumber daya yang

tersedia (UU No 25/2004)

Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, semua kegiatan

manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan.

DH-BP-BDG-070312

Perencanaan suatu langkah awal dalam prosesmemecahkan masalah yang terdiri dari analisis situasi,perumusan masalah, penentuan tujuan, penentuan kegiatanuntuk mencapai tujuan, dan penentuan sumber daya untukmelaksanakannya.

Dari batasan diatas dapat disimpulkan:

a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis danpemahaman sistem dengan baik.

b. Perencanaan pada hakikatnya menyusun konsep dankegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapaitujuan dan misi organisasi.

c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasiuntuk mencapai hari depan yang lebih baik.

Ascobat G/P2KT-III/05

LANGKAH POKOK PERENCANAAN &

PENGANGGARAN TERPADU

1. Analisis situasi & perumusan masalah

2. Penentuan tujuan

3. Identifikasi & perumusan kegiatan

5. Penyusunan Rencana Operasional

4. Integrasi rencana

6. Estimasi kebutuhan biaya (A&I Based Costing)

7. Integrasi Anggaran

8. Konversi Mata Anggaran SK Mendagri

Page 73: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

2

Analisis

Situasi &

Identifikasi

masalah

Penentuan

Tujuan

Penentuan

Kegiatan

Penentuan

Sumberdaya/

biaya

Pelaksanaan/

Monitoring &

Cotroling

Evaluasi

P O

A

CE

Peng-

organisasian

Siklus pemecahan masalah & fungsi manajemen

Sumber PKEKK

Analisis situasi adalah proses untuk mengenali masalah kesehatandan determinan masalah tersebut serta analisis hal-hal umum yang diperkirakan bermanfaat untuk program kesehatan.

Analisis situasi sangat “critical” dalam perencanaan kesehatan

Perlu data yg akurat dan “up to date” tentang:

- Data geografi

- Data demografi

- Epidemiologi masalah kesehatan

- Faktor resiko lingkungan

- Faktor resiko perilaku

- Pencapaian kinerja program

- Sarana dan prasarana

- Sumberdaya pembiayaan

DH-BP-BDG-070312

Identifikasi Masalah

DH-BP-BDG-070312

Deskripsi masalah:

1. Morbiditas (Prev/Insidens), Mortalitas

2. Distribusinya menurut klpok pddk

3. Distribusinya mnrt tempat

4. Disribusinya mnrt waktu

5. Sumber penyakit

Resiko lingkungan:

1. Fisik

2. Biologis

3. Sosial

Resiko perilaku:

1. Health belief

2. Health Seeking Behavior

3. Kebiasaan-2,dll

Kinerja Program

DH-BP-BDG-070312

1. Essential Clinical Services (WB 1993)(1) KIA(2) KB(3) Pengobatan Tbc(4) Pengobatan PMS(5) Pengobatan kurang gizi pada anak

2. Essential Services for the poor (SEARO/Tokyo 1998)(1) Maternal Child Health, Family Planning(2) Immunisasi(2) Th/ infectious diseases (Tb, malaria, DHF, etc)(4) Th/ of undernutrition(5) Health Promotion(6) Referal to hospital for MCH and communicable diseases

Page 74: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

3

DH-BP-BDG-070312

3. Lima Program Terpadu (Posyandu)

(1) Diare

(2) ISPA

(3) Gizi/penimbangan

(4) Immunisasi

(5) PKM

4. Basic Six

(1) KIA / KB

(2) P2M

(3) PKL

(4) Perbaikan Gizi Masyarakat

(5) Promkes

(6) Pengobatan

5. SPM, Permekes no. 741/Menkes/Per/VII/2008

DH-BP-BDG-070312

2010 2015

1 Pelayanan kesehatan dasar 1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95%

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80%

3. Cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan

90%

4. Cakupan pelayanan nifas 90%

5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80%

6. Cakupan kunjungan bayi 90%

7. Cakupan desa/kelurahan UCI 100%

8. Cakupan pelayanan anak balita 90%

9. Cakupan pemberian MP-ASI anak usia 6 - 24 bulan

keluarga miskin

100%

10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100%

11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100%

12. Cakupan peserta KB aktif 70%

13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100%

14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100%

2 Pelayanan kesehatan rujukan 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin 100%

16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus

diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten/kota

100%

3 Penyelidikan epidemiologi dan

penanggulangan Kejadian

17. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan

penyelidikan epidemiologi < 24 jam

100%

Biasa (KLB)

4 Promosi kesehatan dan

Pemberdayaan masyarakat

18. Cakupan desa siaga aktif 80%

Tabel-2 Daftar SPM, Permenkes Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008

TargetNo Jenis Pelayanan Indikator Kinerja

Penentuan tujuan

• Yang ditentukan adalah tujuan tahun depan (target program tahun depan)

• Tujuan bisa bersifat “output”, bisa bersifat “outcome”

• Biasanya rencana tahunan, sulit mengukur perubahan “outcome”

• Biasanya cukup menentukan “output” program (misal: cakupan2)

• Tujuan harus punya indikator

• Indikator tsb harus memenuhi kriteria “SMART”

- Specific (jelas sasarannya, mudah dipahami oleh pelaksana)

- Measurable (dapat diukur kemajuannya)

- Appropriate (sesuai dg kebijakan, dan strategi nasional, tujuan program, visi dan misi institusi)

- Time bound (ada batas waktu pencapaiannya)

DH-BP-BDG-070312

Langkah-langkah Penentuan Tujuan

DH-BP-BDG-070312

Target/tujuan global

Target/tujuan nasional

Target Renstrakes Daerah

Keadaan Masalah

Tujuan

(Rumusan I) Trend kinerja masa lalu

Faktor internal

Faktor eksternal

Tujuan (Rumusan akhir)

Kualitatif

Kuantitatif

Sasaran penduduk

Sasaran lokasi

Sasaran waktu

Tujuan:

1, Berkaitan dgn outcome (masalah)

2, Berkaitan dengan output (kinerja program)

Page 75: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

4

Penentuan kegiatan

• Kegiatan program kesehatan sudah baku

• Ada dalam pedoman-pedoman program

• Prinsipnya: kegiatan tersebut harus yg sudah terbukti “cost effective”

• Contoh kegiatan baku dlm program malaria:

- Case detection & pengobatan

- Vector control

- Pembagian kelambu

- Promkes

DH-BP-BDG-070312 Ascobat G/P2KT-III/05

Kegiatan

Manajemen

Pelayanan

individu

Kegiatan di

masyarakat

a. Temuan kasus

b. Pengobatan

a. Intervensi lingk.

b,.Intervensi

perilaku c.

Mobilisasi sosial

Tujuan outcome

Tujuan output

Kegiatan tak langsung Kegiatan langsung

IDENTIFIKASI & PERUMUSAN

KEGIATAN

Pengembangan/

investasi

Pengembangan/

investasi

Pengembangan/

investasi

Penentuan Sumber Daya

• Sumber daya termasuk sarana, tenaga, biaya• Namun dalam penganggaran semua sumberdaya diukur dalam nilai uang• Sumber-sumber pembiayaan kesehatan didaerah termasuk:

- DBH - DAU- DAK- PAD- TP- Jamkes- Dekon- PHLN- Dll

DH-BP-BDG-070312

Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah mengatur personel atau staf yangada dalam institusi tesebut agar kegiatan yang telahditetapkan dalam rencana tersebut dapat berjalan denganbaik yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai.

DH-BP-BDG-070312

Page 76: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

5

Pengawasan dan Pengarahan

Pengawasan dan PengarahanPengawasan dan pengarahan adalah suatu proses untuk mengukurpenampilan kegiatan atau pelaksanaan kegiatan suatu program yangselanjutnya memberikan pengarahan-pengarahan sehingga tujuan yangtelah ditetapkan dapat tercapai.Agar pengawasan dapat berjalan dengan baik minimal ada 3 hal yangperlu diperhatikan yaitu;1. Objek Pengawasan

- Kuantitas dan kualitas program- Biaya program- Pelaksanaan program

2. Metode Pengawasan- Melalui kunjungan langsung atau observasi terhadap objek

yang diawasi- Melalui analisis terhadap laporan-laporan yang ada- Melalui pengumpulan data atau informasi

3. Proses pengawasan

DH-BP-BDG-070312

Pelaksanaan

Elemen-elemen dalam pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan

- Input

- Proses

- Out-Put

- Out come

Monitoring dan Evaluasi Program Kesehatan

Yang perlu di lakukan dalam evaluasi adalah;

1. Efektifitas Perencanaan

2. Relevansi Perencanaan

3. Adekuasi perencanaan

4. Kualitas Perencanaan

DH-BP-BDG-070312

1. UNDANG-UNDANG NO 25/2004 TENTANG SISTEM

PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN) ;

UU NO 25/2004 MENGATUR TENTANG PERANAN DAN

TANGGUNG JAWAB KEPALA SKPD UNTUK MENYIAPKAN RENJA

SKPD, KETERKAITANNYA DENGAN VISI DAN MISI RENSTRA

SKPD DAN RPJMD . UNDANG-UNDANG INI JUGA MENEKANKAN

KETERKAITAN ERAT ANTARA PENYUSUNAN RKPD DENGAN

RENJA SKPD.

DH-BP-BDG-070312

Peraturan Perundang-undangan

berkaitan dgn perencanaan tahunan1. UNDANG-UNDANG NO 12 / 2008 PERUBAHAN KEDUA ATAS UU

32/2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

UNDANG-UNDANG TERSEBUT MENGEMUKAKAN TENTANG

RENCANA KERJA (RENJA) SKPD SEBAGAI PENJABARAN DARI

RENSTRA SKPD UNTUK JANGKA WAKTU 1 (SATU) TAHUN YANG

MEMUAT KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN

PEMBANGUNAN BAIK YANG DILAKSANAKAN LANGSUNG OLEH

PEMERINTAH DAERAH MAUPUN YANG DITEMPUH DENGAN

MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT.

DH-BP-BDG-070312

Page 77: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

6

1. UNDANG-UNDANG NO 33/2004 TENTANG PERIMBANGAN

KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH ;

UU 33 / 2004 MENYEBUTKAN TENTANG RKPD SEBAGAI DASAR

PENYUSUNAN RAPBD DAN RKA SKPD. UNDANG-UNDANG INI

JUGA MENEKANKAN TENTANG PERLUNYA PENYUSUNAN

RENJA SKPD DAN RKA SKPD BERBASIS PENGANGGARAN

KINERJA. INI MENUNJUKKAN TENTANG PERLUNYA RKPD JUGA

MENGGAMBARKAN TARGET CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN

DAERAH SEHINGGA MUDAH UNTUK DITRANSFORMASIKAN

KEDALAM RENJA SKPD DAN RKA SKPD.

DH-BP-BDG-070312

1. UNDANG-UNDANG NO 17/2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA .

UNDANG UNDANG 17/2003 INI TIDAK MENGATUR SECARA

EKSPLISIT TENTANG RENJA SKPD, NAMUN MENGATUR

TENTANG PERANAN DAN KEDUDUKAN RKPD DALAM

KAITANNYA DENGAN PERUMUSAN KUA APBD DAN RAPBD.

UNDANG- UNDANG INI MENEKANKAN TENTANG

PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA (PERFORMANCE

BUDGETING) DAN SERTA PRINSIP- PRINSIP PENGELOLAAN

KEUANGAN YANG MELIPUTI AKUNTABILITAS,

PROFESIONALITAS, PROPORSIONALITAS, KETERBUKAAN

DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PEMERIKSAAN

KEUANGAN OLEH BADAN PEMERIKSA YANG BEBAS DAN

MANDIRI.

DH-BP-BDG-070312

1. PERATURAN PEMERINTAH NO 58/2005 TENTANG

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH .

PP 58/2005 INI MENYEBUTKAN BAHWA RENJA SKPD

MERUPAKAN PENJABARAN DARI RENSTRA SKPD YANG

DISUSUN BERDASARKAN EVALUASI PENCAPAIAN

PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN-TAHUN

SEBELUMNYA.

DH-BP-BDG-070312

6. PERATURAN PEMERINTAH NO 59/2007 TENTANG PEDOMAN

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO 59/2007 YANG

MERUPAKAN PENJABARAN PERATURAN PEMERINTAH NO

58/2005 TELAH MENGATUR SECARA RINCI MEKANISME, PROSES,

DAN PROSEDUR PENYUSUNAN PENGANGGARAN TAHUNAN

DAERAH, TERMASUK DIDALAMNYA RKPD, KUA, PPAS, RKA-

SKPD, RAPBD, DAN APBD. MENGINGAT PENYUSUNAN RENJA

SKPD MENGACU PADA RKPD, MAKA RENJA SKPD JUGA PERLU

MENCERMINKAN KERANGKA PENGANGGARAN YANG DIATUR

DALAM PERMENDAGRI TERSEBUT. UNTUK ITU, RENJA SKPD

PERLU MENGGUNAKAN KERANGKA FUNGSI, URUSAN WAJIB,

DAN URUSAN PILIHAN PEMERINTAHAN DAERAH DALAM

MENGANALISIS ISU STRATEGIS, MERUMUSKAN STRATEGI,

KEBIJAKAN, DAN MENETAPKAN PRIORITAS PROGRAM DAN

KEGIATANNYA, SETIAP PROGRAM DAN KEGIATAN PERLU

MEMPUNYAI TOLOK UKUR DAN TARGET KINERJA CAPAIAN

PROGRAM YANG JELAS.

PERMENDAGRI 59/2008 TELAH MENETAPKAN PROGRAM

DENGAN KODE PROGRAMNYA SERTA KODE REKENING SETIAP

KEGIATAN YANG PERLU DIIKUTI OLEH SETIAP SKPD .

DH-BP-BDG-070312

Page 78: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

7

7. PERATURAN PEMERINTAH NO 38 / 2007 TENTANG

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA

PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN / KOTA .

PP 38 / 2007 INI SECARA NYATA MENYEBUTKAN TENTANG

URUSAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA MELIPUTI

URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN. URUSAN

PEMERINTAHAN YANG WAJIB DISELENGGARAKAN OLEH

PEMERINTAH DAERAH ADALAH ERAT KAITANNYA DENGAN

PELAYANAN DASAR, SEDANGKAN UNTUK URUSAN PILIHAN

ADALAH URUSAN PEMERINTAHAN YANG SECARA NYATA ADA

DAN BERPOTENSI SERTA MENJADI UNGGULAN DAERAH

TERSEBUT. KONSEKUENSI DARI ADANYA URUSAN WAJIB DAN

PILIHAN TERSEBUT DAERAH WAJIB MENGALOKASIKAN

ANGGARANNYA UNTUK OPERASIONAL PELAYANAN DASAR

TERSEBUT MELALUI MEKANISME PERENCANAAN DAN

PENGANGGARAN SEBAGAIMANA DIATUR DENGAN UU 25/2004

DAN PP 8/2008..

DH-BP-BDG-070312

8. PERATURAN PEMERINTAH NO 8/ 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA

PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN

RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH.

PP 8/2008 MENGEMUKAKAN BAHWA KEWAJIBAN SKPD UNTUK MENYUSUN

RENSTRA DAN RENJA SKPD YANG BERPEDOMAN PADA RPJMD DAN

BERSIFAT INDIKATIF SERTA DISUSUN DENGAN MENGGUNAKAN DATA

DAN INFORMASI. RENJA SKPD DIBAHAS DALAM FORUM SKPD YANG

DISELENGGARAKAN BERSAMA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN UNTUK

MENENTUKAN PRIORITAS KEGIATAN PEMBANGUNAN . PROGRAM

PRIORITAS URUSAN WAJIB DAN PILIHAN MENGACU PADA STANDAR

PELAYANAN MINIMAL SESUAI KONDISI NYATA DAERAH DAN

KEBUTUHAN MASYARAKAT.

DH-BP-BDG-070312

9. INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 7 TAHUN

1999 TENTANG AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

(AKIP)

INPRES TERSEBUT MEWAJIBKAN SETIAP SKPD/INSTANSI PEMERINTAH

SEBAGAI UNSUR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN NEGARA UNTUK

MEMPETANGGUNGJAWABKAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN

FUNGSINYA SERTA KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA

DENGAN DIDASARKAN PADA SUATU PERENCANAAN STRATEGIK

(RENSTRA) YANG DITETAPKAN OLEH MASING-MASING SKPD/INSTANSI

PEMERINTAH. PERTANGGUNGJAWABAN TERSEBUT BERUPA LAPORAN

YANG DIDSAMPAIKAN KEPADA ATASAN MASING-MASING, LEMBAGA –

LEMBAGA PENGAWAS DAN PENILAI AKUNTABILITAS DAN AKHIRNYA

DISAMPAIKAN KEPADA PRESIDEN. LAPORAN TERBUT DISEBUT DENGAN

ISTILAH LAKIP.

DH-BP-BDG-070312

10. PP 41 / 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

SECARA EXPLISIT PP 41 / 2007 TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN

PENYUSUNAN RENJA TAHUNAN SKPD, TETAPI PADA PP 41 TERSEBUT PADA

PASAL 25 DISEBUTKAN BAHWA UNTUK ORGANISASI DINAS DAERAH

TERDIRI DARI (1) SATU SEKRETARIAT DAN PALING BANYAK 4 (EMPAT)

BIDANG . SEKRETARIAT MEMBAWAHI 3 (TIGA) SUB.BAGIAN, DAN BIDANG

MEMBAWAHI 3 (TIGA) SEKSI.

DARI 4 (EMPAT) BIDANG YANG DIREKOMENDASIKAN TENTUNYA

MEMPERKECIL PELUANG TERBENTUK BIDANG BINA PROGRAM YANG

MENGKOORDINIR PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PROGRAM . BILA HAL TERSEBUT TERJADI AKAN MEMPERLEMAH DINAS

KESEHATAN DALAM HAL PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN

PENGANGGARAN PROGRAM DIKARENAKAN KEWENANGAN UNTUK

MELAKUKAN KOORDINASI IDEALNYA OLEH BIDANG BINA PROGRAM

SETINGKAT ESSELON III.

DH-BP-BDG-070312

Page 79: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

8

Masalah Dalam Perencanaan dan Penganggaran

Pembangunan Kesehatan

- Langkah-langkah dan Jadwal kegiatan Perencanaan dan penganggaran antara pusat

dan daerah belum dilaksanakan dengan baik.

- Daerah belum sepenuhnya mengikuti kebijakan dan regulasi dari pusat, demikian

juga pusat harus dapat membaca kesulitan daerah.

- Belum ada sinkronisasi dalam perencanaan dan penganggaran antara pusat dan

daerah.

- Anggaran lebih banyak dipergunakan untuk kegiatan tidak langsung seperti

manajerial.

- Untuk program-program kesehatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat

seperti KIA, Immunisasi pembiayaannya sangat kecil (sumber data DHA ),

demikian juga untuk program Promotif dan Preventif sangat kecil, akibatnya

pembiayaan untuk kuratif menjadi besar.

DH-BP-BDG-070312

Bbrp kelemahan perencanaan (atas dasar pegamatan)

* Kaku, rule driven (sulit dirubah karena terikat peraturan)- Program, kegiatan, sumberdana terikat pada peraturan baku- Isinya sulit dirubah/disesuaikan dengan perubahan yg bisa

terjadi sepanjang tahun.Contoh: Alokasi anggaran bersumber pemerintah seperti DAKperuntukannya tidak fleksibel sesuai kebutuhan daerah, DAKpenggunaannya hanya diperbolehkan untuk fisik. Untuk daerah yangfisiknya sudah mencukupi, menjadi tdk efektif kalau anggaran tsbdigunakan lagi untuk fisik, disisi lain untuk operasional masih sangatkurang.

*Tidak “evidence based”- Kelemahan dalam melakukan analisis situasi- Kelemahan sistem informasi kesehatan- Kelemahan informasi/pengetahuan ttg faktor-faktor ygberkaitan dengan suatu masalah kesehata

DH-BP-BDG-070312

* Historical planning - rencana tahun lalu ditambah-tambah sedikit, 10%,15%, dll

* Target tahun depan tidak realistis- Sering mengikuti saja target emosional - Tidak didasarkan pada trend pencapaian masa lalu- Tidak didasarkan pada prospek ketersediaan sumberdaya

thn yad

* Fragmented- tidak ada kordinasi antara program, apalagi integrasi- sering disebut karena “egoisme program”- tapi bisa juga karena perencanaan top-down (sudah

terfragmentasi dari atas)

*

DH-BP-BDG-070312

• Budget driven:- target dan kegiatan didasarkan pada flafond anggaran yg tersedia

(budget based targeting)- perencana pasif, tidak mau menghitung besaran masalah, trend kinerja

dll

• Benang merah logika “problem solving” tidak jelas- perencanaan dilakukan tanpa mind-set tentang siklus pemecahan masalah- tidak ada konsisten antara masalah dan tujuan dan kegiatan dan alokasi

sumberdaya

DH-BP-BDG-070312

Page 80: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

9

Kelemahan penganggaran Kesehatan Daerah

• Anggaran kesehatan terlalu kecil

• Realisasi terlambat

• Terfragmentasi

• Kecenderungan belanja fisik

• Biaya operasional tidak cukup

• Fenomena pyramida terbalik (banyak diatas)

• Lemah kaitan antara anggaran dengan kinerja

• Cenderung untuk kuratif

• Peruntukan kaku

• “Bocor”

DH-BP-BDG-070312

Anggaran kesehatan terlalu kecil

• Dibandingkan dengan kebutuhan normatif (US$ 12/capita, nilai tahun 1993, menurut World Development Report 1993)

• Kebutuhan rill setelah dihitung dgn P2KT, hasilnya 3 – 4 kali dari ketersediaan anggaran selama ini

• Juga ada “kekurangan relatif”, artinya program P2PL dan Promkes relatif lebih kecil dibanding anggaran RS

DH-BP-BDG-070312

Realisasi Terlambat

• Karena proses birokrasi anggaran berkepanjangan

• Sinyalemen: penggunaan hak budget oleh legislatif berlebihan

• Dampaknya: waktu pelaksanaan program sangat pendek

• Pelaksana program bergulat dengan urusan SPJ

• Akhirnya: kinerja program tidak mencapai target

• Atau: kalaupun mencapai target, mutunya rendah (misal: UCI campak tercapai, tapi KLB campak tetap terjadi karena lemahnya manajmen “cold chain”

Kecenderungan FisikIni biasa terjadi karena sdh diantisipasi realisasi akan terlambat, lebih baik diusulkan sarana fisik, bisa selesai dlm waktu relatif pendek

DH-BP-BDG-070312

Kurang Biaya Operasional

- Biaya operasional sangat menentukan kinerja program

- Kekurangan biaya operasional akibat kecenderungan belanja fisik

- Bisa juga karena kelemahan data ttg biaya satuan kegiatan operasional

(UC kunjungan lapangan, UC fogging, dll)

Fenomena Pyramida terbalik

- Anggaran terpakai banyak untuk kegiatan “capacity building”,

pelatihan, pertemuan kordinatif

- Sebagai contoh: anggaran dekon membengkak, PK-nya ada di

propinsi, sering mengundang org kabupaten ke propinsi

- Pekerjaan di kabupaten/kota terganggu

Kinerja dan Anggaran

- Pengaggaran cenderung berorientasi pada belanja faktor input (belanja barang)

- Lemah dalam mengkaitan anggaran dengan output

- Ini akibat kelemahan dalam perencanaan

DH-BP-BDG-070312

Page 81: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

10

Cenderung Kuratif

- Kewajiban memberikan jaminan kepada penduduk miskin

anggaran untuk rawat jalan dan rawat inap naik

- Anggaran untuk promotif dan preventif mendapat

dampaknya

- Bisa juga karena eksekutif pemerintah memiliki persepsi tidak

tepat ttg pembangunan kesehatan:

- Kesehatan identik dengan RS, alat canggih, tenaga spesialis,

dll

DH-BP-BDG-070312

Peuruntukan Kaku

• Mau tidak mau harus ikuti nomenklatur program dan mata anggaran sesuai peraturan (SPM dan Permendagri No. 59/2007)

• Daftar SPM ternyata tidak memasukkan program tertentu secara spesifik (misal malaria dan tbc)

• Mata anggaran dalam Permendagri No. 59/2007 tidak mencakup mata anggaran yang diperlukan dalam program kesehatan

DH-BP-BDG-070312

Bocor

• Tidak usah dibahas

• Semua sudah tahu apa maksudnya

• Kalau mau “sharing” pengalaman boleh sampaikan

DH-BP-BDG-070312

Solusi

1). Siklus pemecahan masalah perlu dilakukan dimulai dari

- Analisis situasi

- Identifikasi masalah

- Penentuan Tujuan

- Penentuan Kegiatan

- Penentuan Sumber daya

- Pengorganisasian

- Pelaksanaan

- Monitoring

- Evaluasi

DH-BP-BDG-070312

Page 82: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

11

2). Anggaran Berbasis Kinerja

DH-BP-BDG-070312

Anggaran berbasis kinerja menjaga agar anggaran operasional untuk kegiatan langsung tercukupi

Anggaran operasional kegiatan langsung adalah penentu kinerja

Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran

Pusat dan Daerah

RPJM

Daerah

RPJP

Daerah

RKP RPJM

Nasional

RPJP

Nasional

Renstra

KL

Renja -

KL

Renstra

SKPD

Renja -

SKPD

RAPBN

RAPBD

RKA-KL

RKA -SKPD

APBN

Keppes Rincian APBN

APBD

Kep KDH tentangRincian APBD

Diacu

PedomanDijabar

kanPedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Diperhatikan

Dijabar

kan

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Diacu

Diacu

Diselaraskan melalui Musrenbang

UU SPPN

Pem

erintah

Pu

sat

Pem

erintah

Daerah

UU KN/PERMENDAGRI 59/07

RKP

daerah

= Terdapat penyelarasan Renja KL dan kegiatan Dekon/TP dengan rancangan RKPD (PP 20/2004 Pasal 6)

= Terdapat penyelarasan Renja KL menjadi RKA-KL yang dirinci menurut unit organisasi/kegiatan, termasuk

alokasi sementara untuk Dekon/TP (PP 21/2004 Pasal 10)

DH-BP-BDG-070312

No Kegiatan Unit pelaksana Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 Analisis situasi

a. Persiapan perencanaan Dinkes x

b. Analisis situasi & kebijakan kesehatan Dinkes x

2 Rapat Kerja Perencanaan (I) Arahan oleh Dinkes x

3 Musrenbang desa Puskesmas + Desa x

4 Unit-unit Dinkes menyusun RKT Unit-2 Dinkes x x

5 Musrenbang kecamatan Puskesmas + Camat x

6 Puskesmas menyusun RKT Puskesmas x x

7 Rapat Kerja Perencanaan (II) Dinkes + Puskesmas x

8 Forum SKPD (ekpos oleh Kadinkes) SKPD + Bappeda x

9 Musrenbang Kabupaten/Kota SKPD + Bappeda + DPRD x x

10 Jaring asmara DPRD x x

11 Kebijakan Umum Anggaran DPRD & Pemda x x

12 Asistensi anggaran (pembahasan usulan) Dinkes + Bappeda x x x x x x

13 Keputusan anggaran DPRD + Pemda x

RKT = Rencana Kerja Tahunan

Jaring asmara= menjaring aspirasi masyarakat

Langkah &Jadwal perencanaan daerah

Jadwal perencanaan sangat ketat

PKEKK - FKMUI DH-BP-BDG-070312

Page 83: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

1

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARATDINAS KESEHATAN

SINKRONISASI

PERENCANAAN DAN

PENGANGGARAN KESEHATAN

PUSAT PROVINSI DAN

KAB/KOTA

TUGAS DAN FUNGSI DINKES Berdasarkan :Pergub 32 Tahun 2009

Tugas Pokok Dinkes Provinsi : melaksanakan urusan Pemda bidang kesehatan berdasarkan azasotonomi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.

Fungsi :1. Perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan kesehatan.2. Penyelenggaraan Urkes meliputi : regulasi dan kebijakan

kesehatan; pelayanan kesehatan; penyehatan lingkungan danpencegahan penyakit; serta sumber daya kesehatan.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas kesehatan meliputi : regulasidan kebijakan kesehatan; pelayanan kesehatan; penyehatanlingkungan dan pencegahan penyakit; serta sumber dayakesehatan.

4. Penyelenggaraan tugas kesekretariatan.5. Pengkoordinasian dan pembinaan UPTD.

LANDASAN HUKUM

• PP RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

• Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan

Minimal.

• PP RI Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaran Pemerintah Daerah.

• Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah,• Pemenkes RI Nomor 741/MENKES/ PER/VII/2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota.

SINERGITAS PUSAT, PROVINSI DAN KAB/KOTA

DALAM PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN SESUAI URUSAN

URUSAN PROVINSI PADA PP 38 TAHUN 2007, PERDA 10/2009 DAN PERDA 11/2010 TTG SKP

UPAYA KES

MANAJEMEN

KES

PEMBERDAYAAN MASY

KEMITRAAN

SDM KES

FARMASI,

ALKES DAN MAK

SPM BIDANG KESEHATAN KAB/KOTA ( 18 INDIKATOR )

PELAYANAN KES DASAR 14

INDIKATOR

PELAYANAN KES RUJUKAN 2 INDIKATOR

PENYEL EPIDEMIO & PENANGG KLB

PROMOSI KES & PEMBERD MASY

ANGKA / JUMLAH KESAKITAN DAN STATUS GIZI

AKB, AKABA, AKI, AKK

UHHMDGs

17 SASARAN DEPKES

EKPOD 8 INDIK

IK

LIT BANG

& IPTEK

REGU LASI KES

PEMBIA -YAAN

KES

NORMA STANDAR PROSEDUR KRITERIA (NSPK)(URUSAN PEMERINTAH PUSAT PP 38 TAHUN 2007, KEPMENKES 922 TAHUN 2008)

Page 84: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

2

5

MDG 2015

Poverty & Hunger

EDUCATION

GENDER

CHLD HEALTH

Maternal Health

Comm. Diseases

ENVIRONMENT

PARTNERSHIP

8 Tujuan(Jabar 67,62

tahun)Meningkatnya UHH menjadi

72,0 thnTA

34 per 1000 KH

(Jabar39/1000 KH)

Menurunnya AKB menjadi 24 per

1000 KH

23 per 1000 KH(Menurunkan 2/3 nya dari tahun

1999)

228 per 100.000 KH

( Jabar 321,1/ 100.000 KH thn 2003)

Menurunnya AKI menjadi 118 per

100.000 kh

102 per 100.000 KH

(Menurunkan 3/4 nya dari tahun

1999)

18,4% padaanak balita

(Jabar11,45% anak

balita)

Menurunnya prevalensi gizi-kurang pada anak balita

menjadi 15%.

18,8%

RPJMN 2010 – 2014PEPRES No: 5/2010CAPAIAN 2007

TARGETMDG 2015 TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN

PROVINSI JAWA BARAT RPJMD 2008-2013

No Indikator KinerjaKondisi Awal

(Tahun 2007)

Capaian

Tahun 2009

Target Midterm

(2011)Target 2013

MISI PERTAMA : Mewujudkan Sumberdaya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan

Berdaya Saing

1 Angka Rata-rata Lama

Sekolah

7,5 tahun 7,58 tahun***) 9 - 9,5 tahun 10 - 10,5 tahun

2 Angka Melek Huruf 95,32% 95,60%***) 95 - 96% 97 – 98%

3 Angka Kematian Bayi

(Kelahiran Hidup/KH)

40,26/1.000

KH (2006)

38/1.000 KH5) 35-36/1.000 KH 33-34/1.000 KH

4 Angka Kematian Ibu

(Kelahiran Hidup/KH)

321/100.000

KH (2003)

321,15/100.000

KH5)

215-220/100.000

KH

205-210/100.000

KH

5 Indeks Pembangunan

Gender

60,8 (2006) 61,81 (2008)10) 63-64 65-66

6 Indeks Pemberdayaan

Gender

54,4 (2006) 55,51 (2008)10) 61-63 64-65

SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DGN NASIONAL

RPJPN

DIPERHATIKAN

PEDOMAN

5 TAHUN

PEDOMAN

PEDOMAN DIJABARKAN

DIJABARKAN

20 TAHUN

DIACU

RPJMN RKP

RPJPD PROV RPJMD PROVRKPDPROV

RENSTRA SKPDPROV

RENJA SKPDPROV

DIACU

DIA

CU

DA

N

DIS

ER

ASI

KA

N

DIPERHATIKAN

PEDOMAN DIJABARKAN

PEDOMAN

1 TAHUN

DIACU

RPJPD K/K RPJMD K/K RKPD K/K

DIACU

RENSTRA SKPD K/K

RENJA SKPD K/K

RENSTRA K/L

RENJA K/L

DIACU

PEDOMAN

PEDOMAN

DIA

CU

DA

N

DIS

ER

ASI

KA

N

PEDOMAN

DIACU

PEDOMAN

Skema Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan

Nasional dan Daerah

Page 85: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

3

PPKD mengesahkan ranc. DPA SKPD dg persetujuan Sekda

RPJMRPJMD prov.Ranc. Awal RKP

PenyRanc Awal RKPD

Dokumen Rancangan Awal RKPD

PenyusunanRancangan RKPD

Dokumen Rancangan RKPD

Dok BAHasil Musren-bangprov

Pelaks Pra Musren-bangprov & Musrenbang prov.

Dok. Ranc Akhir RKPD& Rapergub

Penetapan Pergubttg RKPD

Pergub ttg RKPD

Peny Ranc Akhir Renja SKPD

Dok Ranc Akhir Renja SKPD

Pelaksanaan Forum SKPD

Peny.Ranc. Renja SKPD

Renstra SKPD, Tupoksi SKPD & hsl forum SKPD kab/kota, hsl Musrenbang kab/kota

Pembahasan ranc. KU APBD antara kepala daerah bersama DPRD

Pembahasan bersama ranc. PPAS antara DPRD dan kepala daerah

KU APBD yg telah disepa-kati bersama antara kepala daerah bersama DPRD

Penyusunan ranc. KU APBD

Dokumen ranc. KU APBD

Kepala SKPD menyusun RKA SKPD

Dokumen RKA SKPD

Dok Ranc Renja-SKPD

Evaluasi Mendagri

3

4

5

8

9

10

12

14

15

16 17

18

19

26

27

21

22

31

32

28

35

30

42

43

Pembahasan dg Tim Anggaran Pemda ttg kesesuaian dg KU APBD, PPAS, prakiraan maju, capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga & SPM

45

Pembahasan di DPRD, untuk memperoleh persetujuan bersama sesuai peraturan tata tertib DPRD, yang menitikberat-kan kesesuaian antara KU APBD dan PPAS dg program dan kegiatan yg diusulkan dalam Raperda ttg APBD

49

55

- Ranc. RKP & Ranc. Renja KL

- Ranc. RKPD kab/kota- Hasil forum SKPD

kab/kota- Renstra/RPJMD kab/kota

Penyusunan ranc. Akhir RKPD &Rapergub

20

Penelaahan/ asistensi ranc. Akhir Renja SKPD

Kesepakatan hasil forum SKPD

13

23

Penyempurnaan ranc. Renja SKPD& penetapan peraturan kepala SKPD ttg Renja SKPD

24

Dok Renja SKPD

25

Pedoman penyusunan APBD dari Mendagri setiap tahun

29

Ranc. PPAS yg tlh disepakati

36Dokumen KU APBD & PPAS yg tlh disepakati bersama

37

Penetapan KU APBD & PPAS kedalam Nota Kesepakatan antara kepala daerah dg pimpinan DPRD

38

Nota Kesepakatan kepala daerah dg pimpinan DPRD ttg KU APBD dan PPAS

39

Penyusunan ranc. PPAS

33

Dokumen ranc. PPAS

34

Penyu dok pedoman peny.RKA SKPD

40

Dok. pedoman peny. RKA SKPD

41

Penyampaian RKA SKPD kpd PPKD untuk dibahas oleh Tim Anggaran Pemda

44

Raperda ttg APBD, nota keuangan, ranc. APBD

48

Peny. Raperda ttg APBD & dokpendukungnya oleh PPKD

47

RKA SKPD yg telah ditelaah oleh Tim Anggaran Pemda

46

Dokumen persetujuan Raperda ttg APBD antara kepala daerah bersama DPRD

50

Kepala daerah menyi -apkan/menyusun Raperkada ttg penja-baran APBD

51

52Dokumen Raperkada ttg penjabaran APBD

Penyampaian persetujuan bersama thd Raperda ttg APBD & Raperkada ttg penjabaran APBD

53

54Dok Persetujuan bersama thd Raperda ttg APBD & Raperkada ttg penjabaran APBD

58Perda ttg APBD & Perkada ttg penjabaran APBD

Penetapan kepala daerah thd Raperda APBD dan Raperkada ttg penjabaran APBD menjadi Perda ttg APBD & Perkada ttg penjabaran APBD

57

56

Keputusan Mendagri ttg hasil evaluasi Raperda APBD & Raperkada penjabaran APBD

61

62

Kepala SKPD menyusunranc. DPA SKPD & menyampaikan kpd PPKD utk verifikasi oleh Tim Anggaran Pemda

Rancangan DPA SKPD

65

64

63

Ranc. DPA SKPD hasil verifikasi oleh Tim Anggaran Pemda

Verifikasi ranc. DPA SKPD oleh Tim Anggaran Pemda

66DPA SKPD yg telah disah-kan oleh PPKD

67Penyampaian DPA SKPD kpd kepala SKPD

66DPA SKPD sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD

Hasil forum SKPD kab/kota, hasil Musren kab/kota

11

59

60

PPKD menyiapkan surat pemberitahuan kpd SKPD utk menyusun ranc. DPA SKPD

Surat Pemberitahuan

Peny.Evaluasi Kinerja

Hasil Evaluasi

Peny eval. kinerja SKPD

Hasil Evaluasi

1

2

6

7

JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

3). TAHAPAN PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUNAN DAERAH (RKPD)

KETERKAITAN PROGRAM PUSAT & PROVINSI

Program Dukungan Manajemen& Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Kementerian Kesehatan

Program Bina Gizi & KIA

Program Pembinaan UpayaKesehatan

Program Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan

Program Kefarmasian dan Alkes

Program Pengembangan danPemberdayaan Sumber Daya

Manusia Kesehatan

Program Sumber DayaKesehatan

Program Upaya Kesehatan

Program Peningkatan Sarana & Prasarana Pelayanan Kesehatan

Program Pencegahan & Penanggulangan Penyakit

Menular dan Tidak Menular

Program Manajemen PelayananKesehatan

APBN APBD

Sinkronisasi

???

INTERVENSI SINKRONISASI DALAM ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN DARI BERBAGAI SUMBER DANA

Musrenbangnas

(April – Mei)

MUSRENBANG

PROVINSI

(AWAL APRIL)

MUSRENBANG

KAB/KOTA

(AWAL MARET)

MUSRENBANG

KECAMATAN

(februari)

MUSRENBANG

DESA/KEL (januari)

INFORMASI KEBIJAKAN PROGRAM PUSAT DAN

PROVINSI IDENTIFIKASI MASALAH DAN

KEBUTUHAN KAB/KOTA SP KE

DESA

SINKRONISASI & KOORD PERENC PUSAT PROVINSI

DAN KAB/KOTADI KAB/KOTA

KONSULTASI DGN PUSAT TTG SINKRONISASI &

KOORD PERENC PUSAT PROVINSI DAN

KAB/KOTA DI PROVINSI

PRAMUSRENBANG

PROVINSI

(AKHIR MARET)

SINKRONISASI & KOORD PERENC PUSAT PROVINSI

DAN KAB/KOTA DI PROVINSI

RUMUSAN 1 KEBIJAKAN DAN PROGRAM DARI BERBAGAI

SUMBER DANA

RUMUSAN 2 KEBIJAKAN DAN PROGRAM DARI BERBAGAI

SUMBER DANA

RUMUSAN 3 KEBIJAKAN DAN PROGRAM DARI BERBAGAI

SUMBER DANA

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PROVINSI DAN KAB/KOTA DARI BERBAGAI

SUMBER DANA

INFORMASI KEBIJAKAN PROGRAM KAB/KOTA

TAHAPAN PERENCANAAN DI PROVINSI1. HARMONISASI RENSTRA KAB/KOTA, PROVINSI DAN PUSAT (critical issue)2. MENGINFORMASIKAN TENTANG KEBIJAKAN PROGRAM TAHUN YANG DATANG

BERDASARKAN URUSAN PROVINSI MAKSIMAL PADA BULAN JANUARI (YANG EVIDANCE BASE)

3. PERTEMUAN SINKRONISASI DAN KOORDINASI PERENCANAAN PROGRAM DARI BERBAGAI SUMBER DANA DENGAN KABUPATEN/KOTA MAXIMAL PADA BULAN FEBRUARI

4. MENELAAH USULAN KAB/KOTA MENJADI RUMUSAN USULAN PADA MUSRENBANG KAB/KOTA PADA MG 1 BULAN MARET

5. PERTEMUAN SINKRONISASI DAN KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN PUSAT, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PADA MG 2 MARET

6. DRAFT KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN SERTA DESK PROGRAM DAN ANGGARAN PADA PRAMUSRENBANG PERWILAYAH MG KE 3 DAN MG KE 4 BULAN MARET

7. KONSULTASI DENGAN PUSAT TTG PROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA

8. PENENTUAN PROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA

9. KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PADA MUSRENBANG PROVINSI AWAL BULAN APRIL

10. MUSRENBANGNAS

11. PROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA

12. MELAKSANAKAN PEMBAGIAN KEGIATAN DAN ANGGARAN KAB/KOTA

13. MELAKSANAKAN MONEV PELAKSANAAN KEGIATAN DI PROVINSI DAN KAB/KOTA

Page 86: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

4

HARMONISASI RENSTRA KAB/KOTA, PROVINSI DAN

PUSAT

MENGINFORMASIKAN TENTANG KEBIJAKAN

PROGRAM TAHUN YANG DATANG BERDASARKAN

URUSAN PROVINSI MAKSIMAL PADA BULAN JANUARI

PERTEMUAN SINKRONISASI DAN KOORDINASI

PERENCANAAN PROGRAM DARI BERBAGAI SUMBER DANA

DENGAN KABUPATEN/KOTA MAXIMAL PADA BULAN

FEBRUARI

MENELAAH USULAN KAB/KOTA MENJADI RUMUSAN USULAN

PADA MUSRENBANG KAB/KOTA PADA MG 1 BULAN

MARET

PERTEMUAN SINKRONISASI DAN KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN

PUSAT, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PADA MG 2

MARET

DRAFT KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN SERTA DESK PROGRAM DAN ANGGARAN

PADA PRAMUSRENBANG PERWILAYAH MG KE 3 DAN

MG KE 4 BULAN MARET

KONSULTASI DENGAN PUSAT TTG PROGRAM DAN

ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA

PENENTUAN PROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN

KAB/KOTA

KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN

KESEHATAN PADA MUSRENBANG PROVINSI

AWAL BULAN APRIL

MUSRENBANGNASPROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA

MELAKSANAKAN PEMBAGIAN KEGIATAN DAN ANGGARAN

KAB/KOTA

MELAKSANAKAN MONEV PELAKSANAAN KEGIATAN DI

PROVINSI DAN KAB/KOTA

TAHAPAN PERENCANAAN DI PROVINSI

PERTEMUAN DI 5 WILAYAH EVALUASI 2011

DAN RENCANA 201322 SD 28 MARET 2012

PERTEMUAN DI 5 WILAYAH EVALUASI 2011 DAN RENCANA 2013

22 SD 28 MARET 2012

INPUT

•HASIL KINERJA 2011

•KEBIJAKAN PROGRAM KES PROV 2013

•MATERI SINKRONISASI

•PROTAP PENGUSULAN KEGIATAN DAN ANGGARAN

•RKA PROV 2013

•RKA KAB/KOTA 2013

•PENDUAN DISKUSI KELOMPOK

PROSES

•CERAMAH TANYA JAWAB

•DISKUSI KELOMPOK PER KAB/KOTA

•PENDAMPINGAN DISKUSI KELOMPOK DARI PROVINSI

OUTPUT

•HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN KEBUTUHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PER KAB/KOTA

•RUMUSAN PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN KES 2013

•RENCANA USULAN KEGIATAN PROVINSI DAN KAB/KOTA DARI BBG SUMBER DANA

TAHAPAN PERENCANAAN KAB/KOTA sesuai pergub No 79 tahun 2010

• IDENTIFIKASI PERMASALAH KAB/KOTA SAMPAI KE TINGKAT DESA

• INFORMASI KEBIJAKAN PROGRAM KAB/KOTA

• KONSULTASI PROGRAM DAN KEGIATAN DENGAN PROVINSI

• INFORMASI KEBIJAKAN PROGRAM PUSAT DAN PROVINSI KEPADA KECAMATAN (PUSKESMAS)

• RUMUSAN AWAL KEBIJAKAN DAN PROGRAM DARI BERBAGAI SUMBER DANA

LOKASI PRIORITAS INTERVENSI

NO

KOTAJMLMAS

Prev

Gi

rang

Prev

Gibur

ImM

Cam-

pak

KN1

KN

LENG-

KAP

PN K4 K1 HIVAPI

MAL

CDR

TBC

AK

TBCAB JAGA

1 Kota Bogor8.09 0.38 92.8 83.62 76.23 78.0

87,24 91.92

99,54 96,55 - 0

2 Kota Sukabumi7.01 0.65 95.2 76.31 78.49 95.4

91,63 98.15

97,55 98,38 77,05 0

3 Kota Bandung8.72 0.81 92.0 59.26 69.76 76.9

83,83 96.47

50,98 98,96 46,85 4

4 Kota Cirebon15.33 1.48 88.3 46.31 68.16 90.0

88,35 95.17

124,39 99,38 92,75 4

5 Kota Bekasi#DIV/0! #DIV/0! 105.4 98.46 79.21 98.6

98,19 99.35

56,15 99,66 91,89 1

6 Kota Depok5,13 0,70 90.4 89.90 73.95 98.3

102,6

8 89.31 57,72 99,12 96,44 1

7 Kota Tasikmalaya10.43 0.91 93.1 79.41 83.09 83.5

85,86 99.82

67,07 98,75 3,45 2

8 Kota Cimahi10,43 0,91 89.4 79.25 74.04 87.7

84,76 81.45

57,37 94,24 50,14 2

9 Kota Banjar1.87 0.23 86.2 79.98 78.37 75.7

72,88 85.98

72,51 85,01 82,15 3

JAWA BARAT 8.09 0.94 88.01 48.07 82.02 75.9 81.01 85.60 8.6 67,2 74,53 51,35

NASIONAL 11,3 3,7 92.09 80.6 69.7 84.38 85.45 94 8.7 1.85 73.1 80 52

DATA SPATIAL MASALAH KESEHATAN SESUAI INDIKATOR DAN TARGET MDGs BIDANG KESEHATAN JAWA BARAT TAHUN 2010

31KETERANGAN : ≥ angka nas ≥ angka Jabar < angka Nas < angka JabarBila angka jabar lebih tinggi dp angka nasional maka angka jabar jadi patokan tertinggi

NO KABUPATENJML

MASPrev

Gi

rang

Prev

Gibur

ImM

Cam-

pak

KN1

KN

LENG-

KAP

PN K4 K1 HIVAPI

MAL

CDR

TBC

AK

TBCAB JAGA

1 Kab. Bogor8.84 1.03 95.1 73.72 86.11 72.2 82,40 88.88

82,88 80,55 13,74(5X1)+(2x2)=

9

2 Kab. Sukabumi8.55 0.89 87.1 46.07 73.18 67.7 77,34 95.14

0,59 65,13 66,70 - 4

3 Kab. Cianjur10.15 1.35 94.3 57.80 78.37 63.2 77,67 91.19

0 78,49 80,83 39,63 3

4 Kab. Bandung7.56 0.91 91.8 42.90 59.60 58.3 70,52 94.21

76,17 94,55 51,54 3

5 Kab. Garut7.12 1.01 93.9 69.93 93.87 74.1

82,74 82.32

0,56 42,46 78,55 - 5

6 Kab.Tasikmalaya6,51 1,01 87.3 90.19 96.04 79.8

79,71 85.48

0,11 60,44 65,22 18,21 4

7 Kab. Ciamis5.85 0.46 79.3

63.0073.74 69.2

69,76 96.81

0,92 63,93 88,13 74,65 2

8 Kab. Kuningan7.68 1.26 86.3 66.64 78.38 79.3

73,57 89.06

74,10 90,15 4,18 1

9 Kab. Cirebon11.54 1.68 88.8 72.56 85.59 81.2 84,72 98.27

80,56 92,34 22,65 2

10 Kab. Majalengka9.45 1.13 82.1 29.71 28.46 68.2

64,53 82.57

80,26 94,03 100 8

11 Kab. Sumedang8.85 0.88 89.0

82.6889.42 84.9

87,61 88.53

62,92 83,80 31,41 2

12 Kab. Indramayu7.75 0.52 92.2

55.7182.13 79.0

79,76 91.78

45,28 94,94 46,4 2

13 Kab. Subang6.22 0.58 88.3

64.3860.45 59.2

64,33 97.08

73,70 95,98 78,87 3

14 Kab. Purwakarta5.63 0.86 100.5

51.8678.46 81.4

86,50 92.22

53,31 51,97 83,06 3

15 Kab. Karawang7.83 1.04 95.4

73.9486.62 82.9

84,95 99.89

80,50 96,30 69,89 3

16 Kab. Bekasi5.48 0.48 95.5

53.7658.12 74.2

77,03 93.47

54,23 98,26 49,83 5

17 Kab Bandung Brt10.81 1.06

86.45 19.2867.99 81.3

81,43 41.10

56,06 87,30 - 7

JAWA BARAT 8.28 0.92 88.01 48.07 82.02 75.9 81.01 85.60 8.6 0,36 67,2 74,53 51,35

NASIONAL 11,3 3,7 92.09 80.6 69.7 84.38 85.45 94 8.7 1.85 73.1 80 52

NO KABUPATEN JUMLAH

MASALAH

KATAGORI MASALAH

1 Kab. Bogor (5X1)+(2x2)= 9 SEDANG

2 Kab. Sukabumi (3X1)+(6x2)=17 BERAT

3 Kab. Cianjur (5x1)+(3x2)= 11 SEDANG

4 Kab. Bandung (2X1)+(4x2)=10 SEDANG

5 Kab. Garut (5x1)+(3x2)= 11 SEDANG

6 Kab.Tasikmalaya (2X1)+(6x2)=14 BERAT

7 Kab. Ciamis (3X1)+(4X2)=11 SEDANG

8 Kab. Kuningan (4X1)+(3X2)= 11 SEDANG

9 Kab. Cirebon (4X1)+(3X2)= 11 SEDANG

10 Kab. Majalengka (2X1)+(6x2)=13 BERAT

11 Kab. Sumedang (3X1)+(2X2)=7 SEDANG

12 Kab. Indramayu (3X1)+(3x2)=9 SEDANG

13 Kab. Subang (2x1)+(3x2)=8 SEDANG

14 Kab. Purwakarta (4X1)+(2X2)= 8 SEDANG

15 Kab. Karawang (4X1)=4 RINGAN

16 Kab. Bekasi (2X1)+(5x2)=12 SEDANG

17 Kab Bandung Brt (4X1)+(5x2)=14 BERAT

18 Kota Bogor 3X1 = 3 RINGAN

19 Kota Sukabumi 3X1=3 RINGAN

20 Kota Bandung (5X1)+(2x2)= 9 SEDANG

21 Kota Cirebon (3X1)+(2X2)=7 SEDANG

22 Kota Bekasi (1X1)+(1X2)=3 RINGAN

23 Kota Depok (3X1)+(1X2)=5 RINGAN

24 Kota Tasikmalaya (3X1)+(2X2)=7 SEDANG

25 Kota Cimahi (5X1)+(3X2)= 11 SEDANG

26 Kota Banjar (4X1)+(3X2)= 10 SEDANG

SKORE

JUMLAH 238

RATA2 : 9,33

BERAT : > 12

SEDANG : 6-12

RINGAN : <6

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN KATAGORI MASALAH

BERAT SEDANG RINGAN1. Kab Sukabumi 1. Kab Bogor 1. Kab Karawang

2. Kab Tasikmalaya 2. Kab Cianjur 2. Kt Bogor

3. Kab Majalengka 3. Kab Bandung 3. Kota Sukabumi

4. Kab Bandung Barat 4. Kab Garut 4. Kota Bekasi

5. Kab Ciamis 5. Kota Depok

6. Kab Kuningan

7. Kab Cirebon

8. Kab Sumedang

9. Kab Indramayu

10. Kab Subang

11. Kab Purwakarta

12. Kab Bekasi

13. Kota Bandung

14. Kota Cirebon

15. Kota Tasikmalaya

16. Kota Cimahi

17. Kota Banjar

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASAR KATAGORI

MASALAH TAHUN 2010

Kab. Karawang

Kab. CiamisKab. Tasikmalaya

Kab. Cirebon

Kab.Bogor

Kab. Sukabumi

Kab. Cianjur

Kab. BandunG

Kab. Garut

Kab. Kuningan

Kab. MajalengkaKab. Sumedang

Kab. IndramayuKab. SubanG

Kab. Purwakarta

Kab. Bekasi

Kota Bogor

Kota SukabumI

Kota Cirebon

Kota Bekasi

Kota Depok

Kota Tasikmalaya Kota Banjar

Sumber: Dinas Kesehatan

Kota Cimahi

Kota BandungKab. Bandung Barat

berat

sedang

ringan

Ket :

Page 87: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

5

SUMBER DANA JUMLAH %

APBN 1,089,268,169,000 39.33

APBD PROV 933,503,043,350 33.70

APBD KAB KOTA 746,907,369,683 26.97

TOTAL 2,769,678,582,033 100

39%

34%

27%

PROPORSI BESAR ANGGARAN PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN

SUMBER DANA TAHUN 2011

APBN APBD PROV APBD KAB KOTA

DANA APBN (TP &DAK) TAHUN 2012DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

TUGAS PEMBANTUAN DANA ALOKASI KHUSUS NO KABUPATEN/KOTA (TP) (DAK) TOTAL

BOK YANDAS YANDAS OBAT GENERIK1 2 3 4 5 6

1 KAB. BOGOR 8,656,050,000 - 3,754,070,000 16,464,340,000 28,874,460,000

2 KAB. SUKABUMI 4,998,900,000 9,000,000,000 3,515,200,000 10,322,530,000 27,836,630,000

3 KAB. CIANJUR 3,893,250,000 - 4,021,860,000 10,371,460,000 18,286,570,000

4 KAB. BANDUNG BARAT 2,702,550,000 - - 5,559,350,000 8,261,900,000

5 KAB. BANDUNG 5,169,000,000 - 3,641,000,000 14,856,590,000 23,666,590,000

6 KAB. SUMEDANG 2,787,600,000 - 2,364,560,000 4,998,910,000 10,151,070,000

7 KAB. GARUT 5,509,200,000 - 4,804,330,000 9,085,480,000 19,399,010,000

8 KAB. TASIKMALAYA 3,468,000,000 - 4,305,980,000 6,942,200,000 14,716,180,000

9 KAB. CIAMIS 4,488,600,000 - 1,782,410,000 6,956,080,000 13,227,090,000

10 KAB. MAJALENGKA 2,702,550,000 2,000,000,000 2,504,420,000 3,722,980,000 10,929,950,000

11 KAB. KUNINGAN 3,212,850,000 - 1,690,520,000 4,925,820,000 9,829,190,000

12 KAB. CIREBON 4,828,800,000 - 6,562,880,000 7,734,930,000 19,126,610,000

13 KAB. INDRAMAYU 4,233,450,000 - 3,503,100,000 7,331,810,000 15,068,360,000

14 KAB. SUBANG 3,468,000,000 - - 6,322,270,000 9,790,270,000

15 KAB. PURWAKARTA 1,767,000,000 - 4,010,780,000 3,447,480,000 9,225,260,000

16 KAB. KARAWANG 4,148,400,000 - 4,305,050,000 7,341,840,000 15,795,290,000

17 KAB. BEKASI 3,382,950,000 - - 13,145,410,000 16,528,360,000

18 KOTA DEPOK 2,787,600,000 1,000,000,000 5,878,280,000 7,678,150,000 17,344,030,000

19 KOTA BOGOR 2,107,200,000 - 2,961,960,000 3,647,730,000 8,716,890,000

20 KOTA SUKABUMI 1,341,750,000 - 1,652,120,000 1,200,520,000 4,194,390,000

21 KOTA CIMAHI 1,160,850,000 - 2,792,770,000 1,878,980,000 5,832,600,000

22 KOTA BANDUNG 6,104,550,000 - - - 6,104,550,000

23 KOTA TASIKMALAYA 1,767,000,000 10,000,000,000 2,156,300,000 2,973,460,000 16,896,760,000

24 KOTA BANJAR 905,700,000 - 1,787,120,000 1,006,340,000 3,699,160,000

25 KOTA CIREBON 1,852,050,000 5,000,000,000 1,625,300,000 1,482,660,000 9,960,010,000

26 KOTA BEKASI 2,702,550,000 - 10,281,290,000 9,932,110,000 22,915,950,000

JUMLAH 90,146,400,000 27,000,000,000 79,901,300,000 169,329,430,000 366,377,130,000

DANA APBN (TP & DAK) TAHUN 2012RSUD, LABKESDA KAB/KOTA & RSJ PROVINSI

NO KABUPATEN/ NO RUMAH SAKIT TUGAS DANA ALOKASI

KOTA RS PEMBANTUAN KHUSUS

1KAB. BOGOR 1 RSUD CIBINONG - -

2 RSUD CIAWI - -

3 UPTD LABKESDA - -

4 RSUD LEUWILIANG (B) - -

2KAB. SUKABUMI 5 RSUD SEKARWANGI - 1,705,880,000

6 RSUD PELABUHAN RATU - -

7 RSUD JAMPANG KULON - 1,705,880,000

3KAB. CIANJUR 8 RSUD CIANJUR - 1,628,611,000

9 RSUD CIMACAN - 1,861,269,000

10 UPTD LABKESDA - -

4KAB. BANDUNG BARAT 11 RSUD CILILIN (B) - -

5KAB. BANDUNG 12 RSUD SOREANG - 1,633,424,000

13 RSUD MAJALAYA - 933,385,000

14 RSUD CICALENGKA - 1,166,731,000

6KAB. SUMEDANG 15 RSUD SUMEDANG - 2,799,760,000

7KAB. GARUT 16 RSUD Dr. SLAMET - 2,824,600,000

17 RSUD PAMEUNGPEUK (B) - -

8KAB. TASIKMALAYA 18 RSUD KAB. TASIK (B) - -

9KAB. CIAMIS 19 RSUD CIAMIS - 2,257,710,000

10KAB. MAJALENGKA 20 RSUD MAJALENGKA - 1,245,604,000

21 RSUD CIDERES 5,000,000,000 1,743,846,000

11KAB. KUNINGAN 22 RSUD "45" KUNINGAN - 3,020,480,000

12KAB. CIREBON 23 RSUD ARJAWINANGUN 8,000,000,000 -

24 RSUD WALED - -

13KAB. INDRAMAYU 25 RSUD INDRAMAYU - 1,627,195,000

26 RSUD PATROL 12,750,000,000 1,830,595,000

14KAB. SUBANG 27 RSUD SUBANG - 3,207,890,000

15KAB. PURWAKARTA 28 RSUD BAYUASIH - 2,208,620,000

16KAB. KARAWANG 29 RSUD KARAWANG - 3,843,040,000

30

UPTD LABKESDA - -

17KAB. BEKASI 31 RSUD KAB. BEKASI - -

32

UPTD LABKESDA -

18KOTA DEPOK 33 RSUD DEPOK - -

19KOTA BOGOR - -

20KOTA SUKABUMI 34 RSUD R.SYAMSUDIN,SH - 2,704,320,000

21KOTA CIMAHI 35 RSUD CIBABAT CIMAHI - 2,562,930,000

22KOTA BANDUNG 36 RSUD KOTA BANDUNG 4,000,000,000 -

37 RSKIA KOTA BANDUNG 3,500,000,000 -

38 RSJ BANDUNG - -

23KOTA TASIKMALAYA 39 RSUD KOTA TASIKMALAYA - 3,302,010,000

24KOTA BANJAR 40 RSUD BANJAR - -

25KOTA CIREBON 41 RSUD GUNUNG JATI - -

42 UPTD LABKESDA - -

26KOTA BEKASI 43 RSUD KOTA BEKASI - -

JUMLAH 33,250,000,000 45,813,780,000

REKAPITULASI ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN KOTAPROVINSI JAWA BARAT

No Kab Kota

APBD2 2010 2011

APBD KesMurni

JamkesdaKabkota

Total APBD2 Kabkota

% APBD Kes/Kab/Kot

a

APBD KesMurni

JamkesdaKabkota

Total APBD2 Kabkota

% APBD Kes/Kab/K

ota1 KAB. BOGOR 286,156,401,000 20,982,580,000 2,785,944,410,000 10.27 96,806,115,000 44,378,166,000 1,974,966,230,000 4.90

2 KAB. SUKABUMI 63,539,670,300 8,566,472,005 1,746,046,122,500 3.64 61,655,392,189 10,000,000,000 1,978,099,760,000 3.12

3 KAB. CIANJUR 85,670,607,086 5,136,703,000 1,393,613,225,758 6.15 38,457,234,836 9,160,459,146 - #DIV/0!

4 KAB. BANDUNG 160,903,097,860 43,532,855,923 2,441,781,556,958 6.59 52,055,942,931 35,540,063,676 2,350,772,521,066 2.21

5 KAB. GARUT 74,264,692,893 6,369,412,183 1,665,875,885,147 4.46 18,843,814,900 1,500,000,000 1,832,463,473,662 1.03

6 KAB. TASIKMALAYA 63,941,140,897 1,900,000,000 1,342,089,983,271 4.76 6,147,475,000 500,000,000 #DIV/0!

7 KAB. CIAMIS 65,542,772,157 250,000,000 1,236,606,774,284 5.30 11,964,400,000 2,000,000,000 383,519,676,830 3.12

8 KAB. KUNINGAN 39,750,915,300 - 827,592,637,362 4.80 15,783,033,000 - 1,200,000,000,000 1.32

9 KAB. CIREBON 85,453,429,441 4,600,000,000 1,591,701,620,365 5.37 51,587,904,372 3,300,000,000 1,750,302,860,000 2.95

10 KAB. MAJALENGKA 114,130,171,667 - 1,192,088,022,071 9.57 5,544,000,000 1,600,000,000 #DIV/0!

11 KAB. SUMEDANG 4,318,707,827 400,000,000 1,016,429,659,368 0.42 17,549,700,930 400,000,000 1,349,582,304,646 1.30

12 KAB. INDRAMAYU 17,771,313,000 - 1,439,190,040,114 1.23 16,705,467,864 1,389,200,500 1,576,200,193,194 1.06

13 KAB. SUBANG 8,759,371,006 2,800,000,000 1,293,739,284,956 0.68 7,417,513,961 884,100,000 1,108,990,916,867 0.67

14 KAB. PURWAKARTA 11,548,123,377 4,000,000,000 982,736,717,710 1.18 46,003,685,850 5,000,000,000 1,072,194,036,367 4.29

15 KAB. KARAWANG 80,569,489,450 15,000,000,000 1,478,725,476,378 5.45 12,577,846,150 26,004,237,000 2,205,774,874,684 0.57

16 KAB. BEKASI 32,717,279,296 7,583,200,000 2,123,018,173,785 1.54 42,813,963,642 12,000,000,000 1,926,031,272,393 2.22

17 KAB. BANDUNG BARAT 2,567,364,980 4,500,000,000 1,198,403,512,438 0.21 7,601,889,000 #DIV/0!

18 KOTA BOGOR 46,834,091,267 480,000,000 1,052,577,506,898 4.45 22,120,841,000 6,000,000,000 1,036,822,288,204 2.13

19 KOTA SUKABUMI 124,773,699,000 20,000,000,000 576,630,173,000 21.64 9,519,677,000 4,000,000,000 35,661,840,000 26.69

20 KOTA BANDUNG 171,455,715,695 14,000,000,000 2,855,133,555,022 6.01 96,360,498,868 73,095,216,827 2,855,133,555,022 3.37

21 KOTA CIREBON 50,050,991,151 2,946,199,885 681,527,570,174 7.34 16,481,817,575 5,066,062,950 770,097,368,591 2.14

22 KOTA BEKASI 32,457,336,457 6,387,858,750 1,748,528,532,388 1.86 27,943,331,174 16,300,000,000 1,906,125,172,825 1.47

23 KOTA DEPOK 56,048,326,026 7,000,000,000 1,112,835,746,825 5.04 47,636,020,561 18,000,000,000 1,107,225,262,605 4.30

24 KOTA CIMAHI 107,407,188,977 4,000,000,000 739,757,920,820 14.52 14,149,840,250 1,500,000,000 693,473,409,783 2.04

25 KOTA TASIKMALAYA 25,351,071,000 2,398,000,000 903,640,934,000 2.81 4,452,455,000 7,000,000,000 903,640,934,000 0.49

26 KOTA BANJAR 1,351,157,100 1,599,800,000 403,445,951,450 0.33 3,762,032,650 1,898,000,000 400,343,561,448 0.94

TOTAL 1,813,334,124,210 184,433,081,746 35,829,660,993,042 5.06 744,340,004,703 294,117,395,099 30,417,421,512,186 2.45

Page 88: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

6

Bantuan Keuangan Gubernur untuk RSUD Tahun 2010 dan Tahun 2012

NAMA KEGIATAN NAMA RSUD 2010 2012

Pemenuhan dan 1 Kota Bekasi 1,5 Milyar -

Peningkatan Sarana 2 Cimacan – Kab. Cianjur 6 Milyar -

Prasarana RSUD 3 Kab. Cianjur 1 Milyar -

4 Pelabuhan Ratu 1,5 Milyar -

5 Kab. Sumedang 7 Milyar -

6 Kab. Tasikmalaya 2 Milyar -

7 Cideres 1,5 Milyar -

8 Kab. Indramayu 1 Milyar -

9 Pameungpeuk 3,5 Milyar -

10 Arjawinangun 5 Milyar -

Perencanaan dan 11 Kota Tasikmalaya - 8.730.458.000

Pembangunan Gedung 12 Kab. Bekasi - 8.730.458.000

Layanan Gakin 13 Gunung Jati Cirebon - 8.730.458.000

14 Sekarwangi Kab. Sukabumi - 13.808.626.000

TOTAL 30.000.000.000 40.000.000.000

SUMBER

DANA

TAHUN

2011 2012

DAK 214,058,100 295,044,510

DEKON 20,145,660 29,926,417

TP 179,625,000 164,211,650

JUMLAH 413,828,760 489,182,577

PERMASALAHAN DAN RUMUSAN SOLUSI

NO PERMASALAHAN RUMUSAN SOLUSI

1. Belum terintegrasinyaperencanaan;

Penetapan bersama prioritas program, kegiatan, sasaran, target dan pembiayaanantara pusat dan daerah ;

2. Belum terlaksananya proses perencanaan yang formal dansistematis berdasarkan rasa tanggung jawab;

Menetapkan tindakan berdasarkanpilihan,tujuan,tanggung jawab dankewenangan;

3. Lemah dalam menganalisa danmenelaah keputusan yang telahdiambil dan yang akan timbul;

Merancang pengendalian Strategi danLangkah dengan Sistem Rasional , berpikirsecara analisis;

Perencanaan melakukan penataanproblematika.

29 Juni 2012

11 Juni 201214 - 31 Mei 2012

7 - 11 Mei 2012 30 April - 1 Mei 2012 23 – 30 April 201216 – 20 April 2012

14–29 Febr 2012

Penetapan RenjaOPD/Biro Tahun

2013 melaluiPeraturan Kepala

OPD

5

8

17

20

21 22

Renstra OPD/Biro

PenyusunanRancangan

Renja OPD/Biro 2013

Forum OPD/ Gabungan

OPD

PenyampaianSurat

Edaran Gubernurtentang Rancangan

Awal RKPD 2013

PenyampaianRancangan

Awal Renja KeBappeda

Verifikasi RenjaOPD oleh Bidang

Bappeda

PenyempurnaanRenja

OPD HasilVerifikasi

RancanganAkhir Renja

OPD

Verifikasi RenjaOPD oleh Bidang

Bappeda

PenyempurnaanRancangan Akhir

Renja OPD

PengesahanRenja OPD/

Biro Tahun 2013 melalui

PeraturanGubernur

19 – 22 Maret 2012 26 Maret – 2 April 201210 Februari 2012

7–22 Febr 2012

16 – 23 April 2012

29 Juni 2012

23 April - 24 April 2012

14 - 31 Mei 2012

JADWAL PENYUSUNAN RENJA DISKES JABAR 2013

Page 89: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

7

MATERI“SINKRONISASI DAN SHARING ACTIVITIES”

KEGIATAN UTAMA BIDANG KESEHATAN ANTARADEPKES RI DINKES PROV DAN KAB/KOTA DI JAWA BARAT

PERTEMUAN FORUM KORRDINASI BIRO PERENCANAAN DEPKESDENGAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI/KABUPATEN/KOTADAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN/KOTA

SE JAWA BARATLEMBANG 12 S/D 14 NOVEMBER 2008

Menjamin kesinambungan pelaksanaankegiatan pembangunan kesehatan antarpusat dan daerah

Tujuan

KONSEP

• Operasionalisasi dari PP 38 (2007)

• Membangun kemitraan dimana pusat. Provinsi and kab/kota saling mengisi/melengkapi dalam mencapaitujuan bersama berfokus pada kesehatan ibu dan anakserta intervensi terkait yang berdampak langsung padaAKI, AKB and AK Balita :

– gizi

– Penyakit infeksi pada anak

– Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi

– Malaria

– TB, HIV/AIDS dan lainnya sesuai dengan epidemiologi setempat

• Target untuk outcomes dan intervensi perlu ditentukan, kegiatan dijabarkan, tanggung jawab diidentifikasi, implikasi sumber daya ditentukan dan

• Masalah spesifik akan diidentifikasi di mana diperlukanupaya kerjasama utk menyelesaikannya

1. RUANG LINGKUP

2. NORMA (Apa yang seharusnya)

3. ANALISIS

4. PEMBERLAKUAN KHUSUS

5. PERUMUSAN KERJASAMA “MOU”

HAL-HAL DIPERHATIKAN:

Page 90: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

8

RUANG LINGKUP

NASIONAL

REGIONAL

LOKAL (KAB/KOTA)

NORMA

Kes. Ibu AKI …%

ANC NAKESIndikatorAntara

NORMA Selected sensitive Proxy indicators

untuk penurunan AKB, AKI dan prev Gizi Kurang

• ASI dan MPASI

• Vit A

• Imunisasi

• Tatalaksana

kasus

• Linakes

• Kn1

• ANC

• TT2+

• Suplementasi

Gizi Mikro

(MMN/Fe)

WUS HAMIL LAHIR BAYI/BALITA

• KB (CU)

Air bersih, sanitasi, higiene

Pemberantasan malaria/Pengendalian Penyakit

Analisis

• Fiscal capacity

• Besaran masalah

• Faktor pendukung

* Unit Cost

PENATAAN ALOKASI DAN UTILISASI

DANA PEMERINTAH

Pro-equity

Basis

Formula

MEMENUHI PRINSIP“HOW TO ALLOCATETHE SCARCITY OF

RESOURCES”

I. UMUM:a. Fiscal Capacity daerahb. Alokasi APBD unt Kesc. Manajemen Kes Daerah

II.KHUSUS:EppidemiologicalBurden of Disease

KAYA MISKIN

BESAR

I.•Capacity

Building

• Pengendalian

III.• Peningkatan

Alokasi APBN

• Cap. Build

KECIL

II.

ADVOKASI

IV.•Peningkatan

Alokasi APBN

• Pendampingan

FISCAL CAPACITY

ALOKASI

APBD

UNT

KES

Indikator

• Kesehatan Anak

Layanan Inti Indikator

Nasional

SPM Indikator daerah

• layanan neonatus

• Immunisasi – campak,

DPT3

• MTBS (penanganan

pneumonia, diarrhea)

• Gizi esensial (gizi konsulkehamilan & kehamilan,

menyusui, makanan

tambahan, micro-

nutrients)

MDGs

• Angka Kematian

Balita

• Angka Kematian

Bayi

• Cakupanimunisasi sebelum

usia 1 tahun

(campak)

• 80% komplikasi

neonatal tertangani

(2010)

• 90% bayi mendapat

kunjungan post-natal

(2010)

• 100% cakupan layanan

vaksinasi di masyarakat

(2010)

• 100% anak dengan ASI mendapat makanan

tambahan (2010)

• 100% anak gizi buruk

ditangani (2010)

HARUS

DISEPAKATI

RENSTRA DINKES

Page 91: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

9

Indikator

• Kesehatan Ibu

Layanan Inti Indikator

Nasional

SPM Indikator

Daerah

• Antenatal care

•Pertolongan Persalinan oleh

NAKES

•Layanan PONED/K

•KB

•STI (deteksi, pengobatan)

MDGs

• AKI

• Cakupan persalinan

ditilong Nakes

• Ankga Prevalensi

Konstrasepsi

• Angka Kelahiran paaRemaja (Adolescent

birth rate)

• Cakupan Antenatal

care

(K1, K4)• Unmet needs for

family planning

• 90% persalinan ditolong oleh

Nakes (2015)

• 80% kehamilan berisiko tinggi

mendapat penanganan layak

(2015)

• 100% akses thdp layanan

gawat darurat di tiap kab/kota

(2015)

• Angka prevalensi KB

mencapai 70% pada 2010

• Cakupan K4 mecapai 95%

pada 2015

• 90% Ibu mendapatkan akses

layanan post-partum pada2015

HARUS

DISEPAKATI

RENSTRA

DINKES

Indikator

• Malaria

Layanan Inti Indikator

Nasional

SPM Indikator Daerah

• Mencari Pengobatan

segera

• Diagnosis danPenanganan yang efektif

• Profilaksis bagi Ibu

Hamil

• Kleambua berinsektisida

dan materi lainnya

MDGs

•Angka insiden

dan kematianterkiat malaria

•Proporsi balita

yang tidur dengan

kelambu

berinsektisida

(insecticide-bed

nets)

•Proporsi balita

mendapat

pengobatan

malaria secara

tepat

•100% deteksi dan

penanganan malaria

pada 2010

HARUS

DISEPAKATI

RENSTRA DINKES

Indikator

• TB

Layanan Inti Indikator

Nasional

SPM Indikator Daerah

• DOTS MDGs

• Angka insidens,

prevalensi, kematian terkait TB

• Cakupan deteksi

TB dna

pengobatan

melalui program

DOTS

•100% deteksi dan

penanganan kasus pada

2010

HARUS

DISEPAKATI

RENSTRA DINKES

Indikator

• HIV/AIDS

Layanan IntiIndikator

NasionalSPM

Indikator

Daerah

- Blood safety

-Surveilens

-- Perubahan Perilaku melalui

Komunikasi

- Penggunaan Kondom

- Uji & Konseling Sukarela(VCT)

-Pencagahan transmisi dari

Ibu dan anak

- Aksese thdp Obat

- ProgramTB terpadu

- Diagnosis & manajemen

pasien

- Pelayanan bg anak yatim

dan anak rentan lainnya

MDGs

Cakupan populasi

dengan infeksi lanjutHIV mendapat akses

thdp obat retrovial

(ARV)

•100% deteksi dan

penanganan kssus pada

2010

HARUS

DISEPAKATI

RENSTRA

DINKES

Page 92: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

10

Penyakit Menular–Indikator SekilasPenykait Menular pada

Anak2 (ISPA , campak, malaria)

Outcome/evaluation: Angka

Kematian Balita, AngkaKematian Bayi

Monitoring Pelaksanaan:

• % Balita tidur dengan kelambu ber-insektisida

• % Balita dengan akses MTBS

• % Balita Sakit yang mencapat perawatan layak di rumah

• % Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif selama 6 bulan

Penyakit Menular pada

Anak2 yang dapat Dicegah dengan

Vaksinasi

Outcome/evaluation:

Penurunan angka kesakitanpenyakit menular yang dapat

dicegah dengan Vaksinasi

Monitoring Pelaksanaan:

• % Bayi yang mendapat imunisasi Campak

• % Bayi yang mendapat imunisasi DPT3 lengkap

Malaria Outcome/evaluation:

Penurunan angka kematianakibat Malaria(kelompok umu

rbalita dan kelompok umur

lainnya)

Monitoring Pelaksanaan:

• % Ibu hamil yang mendapat pengobatan malaria intermiten

• % fasilitas yang menyediakan lobat anti malaria ini

pertama dan kedua

• % Penduduk berisiko tinggi terserang malaria

mendapatkan pengobatan dalam waktu kurang dari 24 jam

TB Outcome/evaluation: Angka

Kejadian TB: Jumlah kasus baru pada tiap 100.000

penduduk

Monitoring Pelaksanaan:

• % Kasus TB terdeteksi mengikuti program DOTS yang

dilaporkan

• % Kasus TB terdeteksi yang diobati

HIV/AIDS Outcome/evaluation:

seroprevalence HIV pada usia15 -24

Monitoring Pelaksanaan:

• % akses thd Kondom

• % Kasus IMS yang ditangani scr benar

• % donasi darah yang aman (terskrining)

• % Penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik yang

mendapat akses obat

CONTOH SINKRONISASIDAN PEMBAGIAN PERAN

INDIKATOR YANG DIPANTAUDalam penurunan AKI

Cakupan Pelayanan Antenatal (K1, K4)

Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Nakes (PN)

Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri Neonatal (KD)

Cakupan Kunjungan Nifas (KF)

Jumlah Kematian Ibu

Jumlah Bidan di Desa

Jumlah Bidan yang Terlatih APN

Jumlah Puskesmas PONED berfungsi

Jumlah RS PONEK (Yanmedik) berfungsi

CPR

NORMA PERCEPATAN PENURUNAN AKI

CAKUPAN PELAYANAN K-4

CAKUPAN KUNJUKAN KN-2

CAKUPAN LINAKES

1. Strandar dan Regulasi

2. Pemenuhan dan Pelatihan SDM

3. Pemberdayaan Masyarakat

4. Promosi Kesehatan

5. Perbaikan Gizi

6. Penyediaan Obat dan vaksin

7. Peningkt. Alkes Yankes Dasar dan Rujukan

8. Peningkt. Kualitas Yankes Dasar dan Rujukan

9. Penyediaan Biaya Operasional

10. Penelitian/Kajian Survei

11. Penguatan R/R

12. Pembinaan

13. Dll

Indikator AntaraINTERVENSI / KEGIATAN

Page 93: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

11

KEGIATAN UTAMA UPAYA PENURUNAN AKI

P4K dng stiker di Seluruh Puskesmas

PONED / PONEK

Kemitraan Bidan – Dukun

Unit Transfusi Darah di RS Kabupaten

Pelayanan KB Berkualitas

Pemenuhan SDM Kesehatan

NO. KEGIATAN/SUBKEGIATAN SASARAN

PEMBAGIAN PERAN

PUSAT PRO

VINSI

KAB/

KOTA

KEC/

PUSK

DESA

A P4K DI SETIAP PUSKESMAS

1. Pengadaan Stiker Bumil V

2. Sosialisasi Ormas V V V

3. Kampanye Ormas V V V

4. Re-orientasi di Pusat, Provinsi, Kabupaten

dan Puskesmas

Ormas V V V

5. Kunjungan Rumah : Bumil V V

6. Peningkatan Fasilitasi V V V

7. Monitoring dan evaluasi V V V V

8 Pengadaan Buku KIA Bumil V

B PUSKESMAS PONED

1. Peningkatan Sarana dan Fasilitas Puskesmas V V

Puskes.

Perawatan

V V

2. Pelatihan Petugas PONED Dokter V

Bidan V

Perawat V

3. Fasilitasi Kab/Kota V V

3. Biaya Operasional Puskesmas V V

3.1. Dalam GedungPuskesmas

V

3.2. Luar Gedung

PEMBAGIAN PERAN KEGIATAN DAN SUBKEGIATAN UPAYA PERCEPATAN PENURUNAN AKI

CONTOHNO. KEGIATAN/SUBKEGIATAN SASARAN

PEMBAGIAN PERAN

PUSAT PRO

VINSI

KAB/

KOTA

KEC/

PUSK

DESA

C RS PONEK 24 JAM

1. Peningkatan Sarana dan Fasilitas RS V

RS Kab V

2. Pelatihan Petugas PONEK DSOG V

Dokter V

Bidan V

3. On The Job Training DSOG V

Dokter V

Bidan V

4. Audit Pelayanan DSOG V

Dokter V

Bidan V

5. Fasilitasi RS Kab V V

RS Pemda V V

5. Biaya Operasional RS PONEK RS Kab V

D BERFUNGSINYA UTD / UTD RS UTD

1. Peningkatan Sarana V

2. Pelatihan Tenaga UTD V V

3. Fasilitasi V V

4. Biaya Operasional V

5. Monitoring dan Evaluasi V V

Kelompok Calon donor darah Desa :

Fasiltasi

Fasilitasi pembentukan

pembentukan

V

V

V

Donor darah V V V

NO. KEGIATAN/SUBKEGIATAN SASARAN

PEMBAGIAN PERAN

PUSAT PRO

VINSI

KAB/

KOTA

KEC/

PUSK

Desa

E KEMITRAAN BIDAN - DUKUN … Desa

1. Sosialisasi Provinsi V

Kab V V

Puskesmas V

Desa V V

2. Biaya Pertemuan Rutin di Puskesmas Bidan & Dukun V

3. FasilitasI Kab V

Puskesmas V

Desa V V

4. Monitoring dan Evaluasi Kab V

Puskesmas V

Desa V

F. PELAYANAN KB BERKUALITAS

1. Pengadaan Alakon Aseptor V V

2. Pelatihan Petugas Dokter V V

Bidan V

3. Audit Medik Pelayanan KB Dokter V V

Bidan V V

4 Pelayanan Alkon Dokter /Bidan V V V

G. PEMENUHAN SDM KESEHATAN

1. Pemetaan SDM Kesehatan Kabupaten V V

2. Pengadaan Perawat V V V

3. Bidan di Desa Bidan v V v

4. Dokter Umum Dr. v V v

5. DSOG DSOg V V

NO

.KEGIATAN/SUBKEGIATAN SASARAN

PEMBAGIAN PERAN

PUSAT PRO

VINSI

KAB/

KOTA

1 2 3 4 5 6

H. DISTRICT TEAM PROBLEM

1. Lokakarya DTPS Kab/Kota V

2. Pendampingan Penyempurnaan Hasil Kab/Kota V

3. Advokasi Kab/Kota V V

TUGAS MASING MASING PROGRAM

1. Menetapkan Masalah Utama Program2. Menetapkan Norma untuk program dalam mencapai tujuan

program3. Menetapkan Upaya untuk mengatasi masalah utama4. Menetapkan Kegiatan Utama dari upaya tersebut5. Menetapkan sub kegiatan untuk mencapai tujuan dari

kegiatan utama6. Menetapkan Kewajiban peran masing2 tingkatan dalam

setiap sub kegiatan7. Menetapkan kebutuhan sumber daya yang diperlukan (

biaya, tenaga, sarana dan prasarana) dan siapa penanggungjawab / sumber keuangannya serta siapa pelaksanapengadaan

MATRIX PEMBIAYAAN DAN SUMBER PEMBIAYAAN

Sub-sub Program dan Kegiatan

Intervensi

Komponen Sasaran Total

Dana

Jumlah dan Sumber Pembiayaan

APBN APBD

Dekon TP DAK Prov Kab/

Kota

1 2 3 4 5 6 7

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

1. IMMUNISASI Vaksin

Alat Suntik

Cold chain

Pelatihan

Operasional

Sos-mob

Page 94: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

12

Sub-sub

Program dan

Kegiatan

dan sub

kegiatan

Intervensi

Target Total

Dana

Tngkt

Peren

canaa

n

Sumber Pembiayaan

APBN APBD APD

Dekon TP DA

K

Prov Kab/

Kota

Kec/

Pusk

Desa

2 3 4 5 6 7 8 9

KEBUTUHAN PEMBIAYAAN BIDANG ……… TAHUN 2010

KABIDANG ………………………………ttd

PEMBAGIAN PERAN PUSAT PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA DALAM PENCAPAIAN IPM DAN MDGs

NO KEGIATAN SASARANPEMBAGIAN PERAN

PUSAT PROVINSI KAB/KOTA1 2 3 4 5 6I PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN APembiayaan yankes maskin

1 Jamkesmas maskin BPS 100%2 jamkes Provinsi maskin non

kuotajamkesmas

40%

3 jamkesda Kab/Kota maskin non kuota jamkesmas

60%

BPembiayaan persalinan1. jaminan ibu bersalin ibu bersalin 100%

II PENINGKATAN KESEHATAN IBUAP4K DI SETIAP PUSKESMAS

1 Pengadaan Stiker Bumil 100%2 Sosialisasi Ormas 100%3 Kampanye Ormas 100%4 Re-orientasi di Pusat, Provinsi, Kabupaten dan

PuskesmasOrmas 100%

5 Kunjungan Rumah Bumil 100%6 Peningkatan Fasilitasi7 Monitoring dan evaluasi

PEMBAGIAN PERAN PUSAT PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA DALAM PENCAPAIAN IPM DAN MDGs

NO.

KEGIATAN SASARANPEMBAGIAN PERAN

PUSAT PROVINSI KAB/KOTA

1 2 3 4 5 6

B PUSKESMAS PONED

1 Peningkatan Sarana dan Fasilitas bangunan 50% 50%

alat kesehatan 100%

pemeliharaan 100%

2 Pengadaan Tenaga Kesehatan dokter 100%

bidan Puskesmas 100%

Bidan desa 100%

perawat 100%

2 Pelatihan Petugas PONED Dokter 100%

Bidan 100%

Perawat 100%

3 Fasilitasi Provinsi 100%

Kab/Kota 100%

Puskesmas 100%

3 Biaya Operasional Puskesmas 100%

3.1. Dalam Gedung Puskesmas

100%

3.2. Luar Gedung 100%

PEMBAGIAN PERAN PUSAT PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA DALAM PENCAPAIAN IPM DAN MDGs

NO. KEGIATAN SASARANPEMBAGIAN PERAN

PUSAT PROVINSI KAB/KOTA1 2 3 4 5 6C RS PONEK 24 JAM

1 Peningkatan Sarana dan Fasilitas RS vertikal 100%RS Provinsi 50% 50%RS Kab 50% 50%

2 Pelatihan Petugas PONEK DSOG 50% 50%Dokter 50% 50%Bidan 50% 50%

3 On The Job Training DSOG 100%Dokter 100%Bidan 100%

4 Audit Pelayanan DSOG 100%Dokter 100%Bidan 100%

5 Fasilitasi RS Provinsi 100%RS Pemda 100%

D BERFUNGSINYA UTD / UTD RS1 Peningkatan Sarana UTD2 Pelatihan Tenaga UTD V3 Fasilitas V4 Biaya Operasional 5 Monitoring dan Evaluasi

F. PELAYANAN KB BERKUALITAS1 Pengadaan Alakon PUS Maskin 100%2 Pelatihan Petugas Dokter 100%

Bidan 100%3 Audit Medik Pelayanan KB Dokter V

Bidan VH. DISTRICT TEAM PROBLEM

1 Lokakarya DTPS Kab/Kota 100%2 Pendampingan Penyempurnaan Hasil Kab/Kota 100%3 Advokasi Kab/Kota 100%

DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN

PEMBANGUNAN KESEHATAN YANG

AKAN DIKERJASAMAKAN DEPKES,

DISKES PROVINSI DAN KAB/KOTA SE JAWA BARAT TAHUN 2009-2013

EXCELL

DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN YANG AKAN

DIKERJASAMAKAN DEPKES, DISKES PROVINSI DAN KAB/KOTA SE JAWA BARAT

TAHUN 2009-2010

SUB

BIDA

NG

SUB-

SUB

BIDA

NG

PROG

RAM

KEGI

ATAN

SUB

KEGIAT

AN

TARGE

T

KINERJ

A

JUM

LAH

BIA

YA

200

9-

201

3

JUMLAH PERSENTASE

DAN SUMBER BIAYA 2009-

2013

JUM

LAH

BIA

YA

200

9

JUMLAH PERSENTASE

DAN SUMBER BIAYA

2009

JUMLAH PERSENTASE

DAN SUMBER BIAYA 2010

JUMLAH PERSENTASE

DAN SUMBER BIAYA

2011

JUMLAH PERSENTASE

DAN SUMBER BIAYA

2012

JUMLAH

PERSENTASE DAN

SUMBER BIAYA 2013

APBN/P

HLN

APBD

PROVIN

SI

APBD

KAB/KO

TA

APBN/P

HLN

APBD

PROVIN

SI

APBD

KAB/KO

TA

APBN/P

HLN

APBD

PROVIN

SI

APBD

KAB/KO

TA

APBN/P

HLN

APBD

PROVIN

SI

APBD

KAB/KO

TA

APBN/P

HLN

APBD

PROVIN

SI

APBD

KAB/KO

TA

APBN/P

HLN

APBD

PROVIN

SI

APBD

KAB/

KOTA

ABS % ABS % ABS %AB

S% ABS % ABS %

AB

S% ABS % ABS %

AB

S%

AB

S% ABS %

AB

S%

AB

S% ABS %

AB

S%

AB

S%

AB

S%

1.

Upaya

Kes.

1.

Pence

gahan

dan

Pemb

eranta

san

Penya

kit

Pence

gahan

dan

Pena

nggul

angan

Penya

kit

Menul

ar

Bantu

an

Peng

adaan

Alat

suntik

dan

Safet

y box

Immu

nisasi

Pengad

aan alat

suntik

0,05 ml

Desa

UCI

9,19

5,51

7,50

0.00

4,59

7,75

8,75

0.00 50

1,83

9,10

3,50

0.00 20

2,75

8,65

5,25

0.00 30

1,83

9,10

3,50

0.00

919

,55

1,7

50.

00 50

367,

820,

700.

00 20

551,

731,

050.

00 30

1,83

9,10

3,50

0.00

919,

551,

750.

00 50

367,

820,

700.

00 20

551,

731,

050.

00 30

1,83

9,10

3,50

0.00

919,

551,

750.

00 50

367,

820,

700.

00 20

551,

731,

050.

00 30

1,83

9,10

3,50

0.00

919

,55

1,7

50.

00 50

367,

820,

700.

00 20

551,

731,

050.

00 30

1,83

9,10

3,50

0.00

919

,55

1,7

50.

00 50

367

,82

0,7

00.

00 20

551

,73

1,0

50.

00 30

Pengad

aan alat

suntik

0,5 ml

Cakupa

n

101,

368,

431,

500.

00

50,6

84,2

15,7

50.0

0 50

20,2

73,6

86,3

00.0

0 20

30,4

10,5

29,4

50.0

0 30

20,2

73,6

86,3

00.0

0

10,

136

,84

3,1

50.

00 50

4,05

4,73

7,26

0.00 20

6,08

2,10

5,89

0.00 30

20,2

73,6

86,3

00.0

0

10,1

36,8

43,1

50.0

0 50

4,05

4,73

7,26

0.00 20

6,08

2,10

5,89

0.00 30

20,2

73,6

86,3

00.0

0

10,1

36,8

43,1

50.0

0 50

4,05

4,73

7,26

0.00 20

6,08

2,10

5,89

0.00 30

20,2

73,6

86,3

00.0

0

10,

136

,84

3,1

50.

00 50

4,05

4,73

7,26

0.00 20

6,08

2,10

5,89

0.00 30

20,2

73,6

86,3

00.0

0

10,

136

,84

3,1

50.

00 50

4,0

54,

737

,26

0.0

0 20

6,0

82,

105

,89

0.0

0 30

Pengad

aan alat

suntik 5

ml5,87

7,90

3,12

0.00

2,93

8,95

1,56

0.00 50

1,17

5,58

0,62

4.00 20

1,76

3,37

0,93

6.00 30

1,17

5,58

0,62

4.00

587

,79

0,3

12.

00 50

235,

116,

124.

80 20

352,

674,

187.

20 30

1,17

5,58

0,62

4.00

587,

790,

312.

00 50

235,

116,

124.

80 20

352,

674,

187.

20 30

1,17

5,58

0,62

4.00

587,

790,

312.

00 50

235,

116,

124.

80 20

352,

674,

187.

20 30

1,17

5,58

0,62

4.00

587

,79

0,3

12.

00 50

235,

116,

124.

80 20

352,

674,

187.

20 30

1,17

5,58

0,62

4.00

587

,79

0,3

12.

00 50

235

,11

6,1

24.

80 20

352

,67

4,1

87.

20 30

Safety

Box

721,

760,

745.

00

360,

880,

372.

50 50

144,

352,

149.

00 20

216,

528,

223.

50 30

144,

352,

149.

00

72,

176

,07

4.5

0 50

28,8

70,4

29.8

0 20

43,3

05,6

44.7

0 30

144,

352,

149.

00

72,1

76,0

74.5

0 50

28,8

70,4

29.8

0 20

43,3

05,6

44.7

0 30

144,

352,

149.

00

72,1

76,0

74.5

0 50

28,8

70,4

29.8

0 20

43,3

05,6

44.7

0 30

144,

352,

149.

00

72,

176

,07

4.5

0 50

28,8

70,4

29.8

0 20

43,3

05,6

44.7

0 30

144,

352,

149.

00

72,

176

,07

4.5

0 50

28,

870

,42

9.8

0 20

43,

305

,64

4.7

0 30

TOTAL

117,

163,

612,

865.

00

58,5

81,8

06,4

32.5

0 50

23,4

32,7

22,5

73.0

0 20

35,1

49,0

83,8

59.5

0 30

23,4

32,7

22,5

73.0

0

11,

716

,36

1,2

86.

50 50

4,68

6,54

4,51

4.60 20

7,02

9,81

6,77

1.90 30

23,4

32,7

22,5

73.0

0

11,7

16,3

61,2

86.5

0 50

4,68

6,54

4,51

4.60

7,02

9,81

6,77

1.90

23,4

32,7

22,5

73.0

0

11,7

16,3

61,2

86.5

0 50

4,68

6,54

4,51

4.60 20

7,02

9,81

6,77

1.90 30

23,4

32,7

22,5

73.0

0

11,

716

,36

1,2

86.

50 50

4,68

6,54

4,51

4.60 20

7,02

9,81

6,77

1.90 30

23,4

32,7

22,5

73.0

0

11,

716

,36

1,2

86.

50 50

4,6

86,

544

,51

4.6

0 20

7,0

29,

816

,77

1.9

0 30

Page 95: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

06/02/2013

13

Kegiatan & Tanggungjawab

KEGIATANTANGGUNG JAWAB

KEUANGAN

PELAKSANAN

PENGADAAN

Staff

• Pegawai Negeri

• Pegawai PTT

• PegawaiKontrak

Pusat /prov/kb/kt

Pusat

Provi/kab/kota

Pusat /prov/kb/kt

Pusat

Provi/kab/kota

Promotion

Training

• Pre-service

• In-service

Biaya Operasional

• Sewa

• Utilities

• Pemeliharaan rutin

Kegiatan & Tanggungjawab

KEGIATAN TJ KEUANGAN PELAKSANA PENGADAAN

Konstruksi

• Pembangunan baru

• Rehabilitasi, rekonstruksi

Peralatan

Kendaraan

Material dan Barang Habis

Pakai

• Vaccines

• Obat TB

• Obat lainnya

• Suplemen Gizi

• Bahan habis pakai

kesehatan/kedokteran

• Bahan habis pakai

Public-private contracting

Tantangan• Target setting

– Apa implikasi dari sumber daya?• Tenaga, Fisik, Keuangan• Pembangunan, Rutin

– Di mana sumber daya ini bisa didapatkan?• Siapa yang bertanggung jawab untuk menjamin input yang dibutuhkan?

• Epidemiologi– Permasalahan kesehatan apa yang spesifik di daerah?– Bagaimana daerah menyikapinya?

• Monitoring dan Pelaporan– Manajemen Informasi Kesehatan yang Adekuat– Sistem Manajemen Keuangan dan Administrasi yang adekuat

* * *Butuh bantuan teknis, layanan konsultasi dari Pusat?

• Untuk kinerja manajemen• Untuk penyediaan layanan kesehatan

Wass…….Terima kasihHaturNuhun

Page 96: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

1

Unlimited Learning Experience

1

Mekanisme

Perencanaan dan

Penganggaran Provinsi

& Kabupaten/Kota

Oleh : Kabid Renstik Bappeda Provinsi DIY

Unlimited Learning Experience

Siklus Utama Aktivitas Perencanaan

Unlimited Learning Experience

PROSES PERENCANAAN

1. Proses Politik

Pemilihan Presiden/kepala Daerah menghasilkan rencana

pembangunan hasil proses politik, khususnya penjabaran Visi,

Misi dalam RPJM/D

2. Proses Teknokratik

Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga

atau satuan kerja secara fungsional bertugas untuk itu

3. Proses Partisipatif

Perencanaan yang melibatkan para pemangku kepentingan

pembangunan (stake holder), al. Melalui musrenbang.

4. Proses Bottom-Up dan Top Down

Perencanaan yang aliran prosesnya dari atas kebawah, atau dari

bawah ke atas menurut jenjang pemerintahan.

Unlimited Learning Experience

1.Proses Politik

Page 97: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

2

Unlimited Learning Experience

Proses konsultasi yang dilakukan dengan DPRD

Arahan Awal Sekda, Ka. Bappeda &

TAPD

Arahan Pusat (Bappenas,

Kemendagri,

Kemenkeu)

Usulan SKPD

Rancangan Awal RKPD

Pembukaan Musrenbang

Forum SKPD

Forum Gabungan

SKPD

Telaah atas hasil Forum SKPD &

Rencana tindak lanjut

dari Bidang2 sektoral Bappeda dikombinasi dengan konsep Expert

Top Down Top Down

Buttom Up

Top Down

9 Maret

29 Feb

12-20 Maret

27 Maret

Forum Gabungan Kab/Kota

Usulan Kab/kota

Buttom Up

Penyaji Kab/Kota

Penyaji Kabid

Bappeda

Penyaji Kepala SKPD

Penyaji Bappenas,

Kemendagri, Kemenkeu

Trilateral Desk

28 Maret

Pimpinan Desk Kabid

Bappeda

Penutupan Musrenbang

Rancangan Akhir RKPD

2-9 April

12 April

Short List Usulan Kab/Kota

Entry di Aplikasi

Jogjaplan

Long list Usulan

Kab/Kota

Verifikasi: long list menjadi

short list

Penyaji Ka. Bappeda Prov. DIY

19-26 Maret

Pokok-pokok pikiran DPRD Provinsi DIY

Rangkaian Panjang Acara Musrenbang RKPD (1 bulan)

Unlimited Learning Experience

2. Proses Teknokratik

Unlimited Learning Experience

Penggunaan data dan informasi, serta kapasitas SDM dan institusi dalam proses penyusunan prioritas pembangunan RKPD Provinsi Tahun 2012

Rancangan Awal RKPD

Perumusan prioritas dan

sasaran pembangunanbeserta pagu

Perumusan Kerangka

Ekonomi & Kebijakan

Keuda

Pengolahan data dan informasi

Analisis Ekonomi &

keuda

Perumusan Permasalahan Pembangunan

Daerah

Telaahan kebijakan nasional

Persiapan Penyusunan

RKPD

Analisis Gambaran

Umum Kondisi Daerah

Evaluasi Kinerja RKPD Tahun

Lalu

RPJMDDok RKPD

kab/kota tahun berjalan

Perumusan program

prioritas daerahbeserta pagu

indikatif

Penyelarasan Rencana program prioritas daerah

beserta pagu indikatif

Tim Penyusun RKPD

Page 98: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

3

Unlimited Learning ExperienceInterface www.jogjaplan.com yang berbasis web

Unlimited Learning Experience

Tema 10 Prioritas 23 Sasaran

Jika program/kegiatan tidak sesuai dengan indikator sasaran yang harus dicapai (telah ditetapkan), maka program/kegiatan

yang diusulkan akan “terpental/tertolak”/tidak bisa masuk karena tidak punya kontribusi terhadap Indikator Sasaran (target

yg hrs dicapai).

144 Indikator

Sasaran

(target yg

hrs dicapai)

244

Program

Unlimited Learning Experience

3. Proses Partisipatif

Unlimited Learning Experience

Perumusan prioritas dan

sasaran pembangunanbeserta pagu

Forum Konsultasi

Publik

Perumusan Kerangka

Ekonomi & Kebijakan

Keuda

Pengolahan data dan informasi

Analisis Ekonomi &

keuda

Perumusan Permasalahan Pembangunan

Daerah

Telaahan kebijakan nasional

Persiapan Penyusunan

RKPD

Pokok-pokok pikiran DPRD

provinsi

Analisis Gambaran

Umum Kondisi Daerah

Evaluasi Kinerja RKPD Tahun Lalu

RPJMDDok RKPD

kab/kota tahun berjalan

Perumusan program prioritas

daerah beserta pagu indikatif

Penyelarasan Rencana program

prioritas daerahbeserta pagu

indikatif

Rancangan Awal RKPD

Proses konsultasi yang dilakukan dengan masyarakat sipil

Page 99: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

4

Pra Musrenbang

Pembukaan Musrenbang9 Mar 2012

Forum SKPD12-20 Mar 2012

Forum Gab SKPD27 Mar 2012

Forum Kab/Kota28 Mar 2012

Trilateral Desk2-10 April 2012

Penutupan Musrenbang12 April 2012

Pasca Musrenbang

Rangkaian Acara Musrenbang Provinsi DIY Tahun 2012

Entry Aplikasi Perencanaan

19-26 Mar 2012

Foru

m L

inta

s Se

kto

r &

Lin

tas

Wila

yah

Masyarakat dapat berpartisipasi pada setiap tahapan Musrenbang terutama di Forum SKPD dan Gabungan (baik sektoral maupun kewilayahan), serta melalui surat, telepon, ataupun website Bappeda

Proses konsultasi yang dilakukan dengan masyarakat sipil

Unlimited Learning Experience

4. Proses Buttom-Up

Unlimited Learning Experience

Proses konsultasi yang dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota

Forum Gabungan Kewilayahan

Kab/Kota

Usulan Kab/kota

Buttom Up

Trilateral Desk

28 Maret

Pimpinan Desk Kabid Bappeda

Penutupan Musrenbang

2-9 April 12 April

Short List Usulan Kab/Kota

Long list Usulan Kab/Kota

Verifikasi: long list menjadi short list

Unlimited Learning Experience

5. Proses Top-Down

Page 100: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

5

Unlimited Learning Experience

Forum

Gabungan Kab/Kota

Proses konsultasi yang dilakukan dengan Pemerintah Pusat

Arahan Pusat (Bappenas,

Kemendagri,

Kemenkeu)

Usulan SKPD

Pembukaan Musrenbang

Forum SKPD

Forum Gabungan

SKPD

Telaah atas hasil Forum SKPD &

Rencana tindak lanjut

dari Bidang2 sektoral Bappeda dikombinasi dengan konsep Expert

Top Down

Buttom Up

Top Down

12-20 Maret

27 Maret

Penyaji Kab/Kota

Penyaji Kabid

Bappeda

Penyaji Kepala SKPD

Entry di Aplikasi

Jogjaplan

19-26 Maret

28 Maret

Rancangan RKPD

Konsultasi Triwulanan

maupun

konsultasi lain

UKPPD

Top Down Top Down

Unlimited Learning Experience

Hirarki Perencanaan

Unlimited Learning Experience

RPJM

NASIONAL RKP RAPBN APBN

RPJM

DAERAHRKPD RAPBD APBD

RENSTRA

SKPD

RENJA

SKPDRKA

SKPD

PENJABARAN

APBD

RENSTRA

KL

RENJA

KLRKA - KL

RINCIAN

APBN

dijabarkan

Ped

om

an

Pedoman

diacu dijabarkan

dia

cu

Pedoman

PedomanPedoman

Ped

om

an

Pe

me

rinta

h

Pu

sa

t

Pe

me

rinta

h

Da

era

h

PERENCANAAN PENGANGGARAN

ped

om

an

dip

erh

atik

an

Diserasikan melalui MUSRENBANG

Pedoman

Pedoman

Pedoman

RPJP

NASIONALpedoman

KUA

PPAS

RPJP

DAERAHggaran

Hirarki Perencanaan dan Penganggaran

UU 25/2004

Unlimited Learning Experience

HIRARKI PENYUSUNAN RENCANA &

ANGGARAN

RKPD

2012

RPJMD 2009-2013

dijabarkan

RPJPD 2005-2025

dijadikan pedoman

PPAS 2012

KUA

dijadikan acuan

APBD 2012

dijadikan dasar

PERDA No. 2/2009

PERDA No. 4/2009

PERDA &

PERGUB penjabaran

PERGUB

NOTA KESEPAKATAN

Page 101: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

6

Unlimited Learning Experience

Pentingnya Keterkaitan

Unlimited Learning Experience

a. Keterkaitan antara RKPD Provinsi dengan RPJMD Provinsi

RKPD Provinsi Th

2012 merupakan

penjabaran dari

RPJMD Provinsi

Th 2009-2013

Unlimited Learning Experience

b. Keterkaitan antara RKPD Provinsi dengan RKP 2012

Pendidikan dan Kebudayaan

Kesehatan

Pariwisata

Ketahanan Pangan & Agro Industri

Iklim Investasi dan Usaha

Infrastruktur

Penanggulangan Kemiskinan

Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana

Reformasi Birokrasi

Pengarusutamaan Gender

Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Pendidikan

Ketahanan Pangan

Kesehatan

Penanggulangan Kemiskinan

Infrastruktur

Iklim Investasi dan Usaha

Energi

Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluas, dan Pasca Konflik

Lingkungan Hidup dan Bencana

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Bidang Kesejahteraan Rakyat

Bidang Perekonomian

RKP

RKPD

Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi

Unlimited Learning Experience

Page 102: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

7

Unlimited Learning Experience

Visi RPJPD

Misi 1: Pendidikan

Misi 2: Budaya

Misi 3: Pariwisata

Misi 4: Kesra

Visi RPJMD

Misi 1: SDM & Budaya

Misi 2: Pariwisata

Misi 3: Good Governance

Misi 4: Sarana &

Prasarana

Tema RKPD

Prioritas 1: Pendidikan & Kebudayaan

Prioritas 2: Kesehatan

Prioritas 3: Pariwisata

Prioritas 4: Ketahanan Pangan & Agro Industri

Prioritas 5: Iklim Investasi & Usaha

Prioritas 6: Infrastruktur

Prioritas 7: Penanggulangan Kemiskinan

Prioritas 8: Lingk. Hidup & Mitigasi Bencana

Prioritas 9: Reformasi Birokrasi & Tata Kelola

Prioritas 10: Pengarusutamaan Gender

Katalisator

Penyelarasan dengan Prioritas NasionalUnlimited Learning Experience

“Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan

Kesejahteraan Rakyat”

“Perluasan pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan kembali akibat bencana guna

meningkatkan kesejahteraan rakyat”

RKP

RKPD DIY

Sleman

Peningkatan kesejahteraan dan percepatan pemulihan pasca bencana melalui pemberdayaan masyarakat dan peningkatan pelayanan yang berkualitas

Kulon Progo

Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Kemiskanan

Kota Yk

Mewujudkan visi kota yogyakarta dengan jiwa dan gerakan segoro

amarto

Bantul

Mengembangkan kualitas sumber daya manusia dan IPTEK, mengoptimalkan sumber daya alam berwawasan lingkungan serta mengembangkan daya saing ekonomi lokal berbasis penanggulangan bencana

Gunungkidul

Pengembangan Usaha Masyarakat dan Daya Dukung Pariwisata Serta Peningkatan Pelayanan Dasar

Penyelarasan Tema Tahun 2012

Unlimited Learning Experience

Pentingnya Konsistensi

Unlimited Learning Experience

Konsistensi Perencanaan & Penganggaran

Page 103: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

8

Unlimited Learning Experience

29

Perencanaan dan Penganggaran Tahunan Daerah

Dalam evaluasi APBD oleh Kemendagri:

RKPD_KUA PPAS_RAPBD harus konsisten Unlimited Learning Experience

Gambaran Kesesuaian RKPD 2012 dengan RAPBD 2012

Jumlah

SKPD

Jumlah

Program

Jumlah

KegiatanPagu Anggaran

34 244 2.364 1.692.470.668.382

Kondisi RKPD 2012

Jumlah

SKPD

Jumlah

Program

Jumlah

KegiatanPlafon Anggaran

34 244 2.364 1.715.172.040.257

Kondisi KUA PPAS 2012

Jumlah

SKPD

Jumlah

Program

Jumlah

KegiatanAnggaran

34 244 2.364 2.124.288.709.311

Kondisi APBD 2012

Unlimited Learning Experience

Ranc. Awal RKPD

Ranc RKPD

Musrenbang

Ranc. Awal Renja-SKPD

Ranc. Akhir RKPD

RKPD

Renja-SKPD

RKA - SKPD

RAPBD

APBD

KUA - PPAS

SINKRONISASI

PERENCANAAN DAN

PENGANGGARANUnlimited Learning Experience

Skenario Musrenbang Tahun

2010

Pra

Musrenban

g

Forum

SKPD

Forum

Gabungan

Musrenban

gSidang

Kelompok

Pasca

Musrenban

g

Page 104: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

9

Unlimited Learning Experience

Rangkaian Musrenbang Tahun

2010Arahan

Gubernu

r

Sinkronisasi

tema,

prioritas dan

program

strategis

dengan

kab/kotaRakor

Teknis

SKPD Prov

Usulan

Kab/Kota

Rancanga

n awal

RKPD

Forum

SKPD

Forum

Gabungan

Musrenban

g

Rancanga

n Akhir

RKPD

RKPD

Sidang

Kelompok

Unlimited Learning Experience

Skenario Musrenbang Tahun

2011

Pra

Musrenbang

Forum

SKPD

Forum

Gabungan

MusrenbangSidang

Kelompok

Pasca

Musrenbang

Unlimited Learning Experience

Rangkaian Musrenbang Tahun

2011Arahan

Gubernu

r

Rakor

Teknis

SKPD Prov

Usulan

Kab/Kota

Rancanga

n awal

RKPD

Forum

SKPD

Forum

Gabungan

Musrenban

g

Rancanga

n Akhir

RKPD

RKPD

Sidang

Kelompok

Unlimited Learning Experience

Pra

Musrenba

ng

Pembukaan

MusrenbangForum SKPD

Forum Gab

SKPD

Forum

Kab/KotaTrilateral Desk

Penutupan

Musrenbang

Pasca

Musrenbang

Rangkaian Acara Musrenbang Provinsi DIY Tahun 2012

Entry Aplikasi

Perencanaan

Foru

m L

inta

s Se

kto

r &

Lin

tas

Wila

yah

Skenario Musrenbang Tahun

2012

Masyarakat dapat berpartisipasi pada setiap tahapan

Musrenbang

Page 105: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

10

Unlimited Learning Experience

Arahan

Awal

Sekda, Ka.

Bappeda &

TAPD

Arahan

Pusat

(Bappenas,

Kemendagri

,

Kemenkeu)

Usula

n

SKPD

Rancang

an Awal RKPD

Pembukaa

n Musrenban

g

Forum

SKPD

Forum

Gabungan SKPD

Telaah atas hasil

Forum SKPD &

Rencana tindak

lanjut dari Bidang2

sektoral Bappeda

dikombinasi

dengan konsep

ExpertTop Down Top Down

Buttom

Up

Top Down

Forum

Gabungan

Kab/Kota

Usulan

Kab/kot

a

Buttom

Up

Trilateral

Desk

Penutupan

Musrenbang

Rancanga

n Akhir RKPD

Short List

Usulan

Kab/Kota

Entry di

Aplikasi Jogjapla

n

Long list

Usulan

Kab/Kota

Verifikasi:

long list menjadi

short list Pokok-

pokok

pikiran

DPRD

Provinsi DIY

Rangkaian Musrenbang Tahun 2012

Unlimited Learning Experience

Kombinasi Fokus dan

Lokus (Keterkaitan antar

sektor)

Trilateral Desk

(membahas persandingan-

persandingan guna

mensinergikan kab/kota,

prov, dan pusat)

Lebih substansial &

terbuka terhadap

partisipasi masyarakat

(waktu 1 bulan)

Didukung Aplikasi

Jogjaplan, SIPR, SIPD dan

Web Monev

Revitalisasi Musrenbang Provinsi Tahun

2012

Hanya terfokus pada

sudut pandang

Sektoral saja

Tidak ada Trilateral

Desk

Hanya Event

Ceremonial

(waktu hanya 1-2 hari)

Belum didukung

Aplikasi yang memadai

untuk menyajikan data

Sebelumnya Menjadi

Unlimited Learning Experience

Terima kasih

Page 106: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

2/6/2013

1

SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PROVINSI DAN KABUPATEN / KOTA BIDANG KESEHATAN

KEPALA DINAS KESEHATAN PROV DIY

Dr. SARMINTO, M.KES

PERLU SINKRONISASI PENYELENGGARAAN Pembangunan Kesehatan

SKPD/ Unit2

Antar level – Antar fungsi - Antar unit seluruhnya menyatu

Pusat

Daerah

SINKRONISASI Sinkronisasi

Kebijakan

Perencanaan

Penganggaran

Pusat – Provinsi – Kab/kota

Renja KL –SKPD Prov –SKPD Kab

APBN – APBD Prov – APBD Kab

Page 107: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

2/6/2013

2

KebijakanPemb.KesProvinsi

DIY

KebijakanNasional

KebijakanProvinsi

Regulasi &

Sistem Kes.

Kebijakn

Kab/kota

RPJPN

RPJMN

Renstra KL

RPJPD

RPJMD

Renstra SKPD

Kerangka Pikir Sinkronisasi Dinkes Prov. DIY

Renja SKPD

Renja KL

Permasalahan Kesehatan Prioritas DIY

d

Kematian IbuKematian BayiKematian BalitaUmur Harapan Hidup

1. kematian akibat penyakit degeneratif ; kardiovaskuler, diabetes dll

2. kematian & Kesakitan akibat akibat kecelakaandan rudakpaksa

3. gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih4. prevalensi penyakit TB5. prevalensi HIV/AIDS6. kematian & Kesakitan DBD, dan malaria7. penyakit akibat penyalahgunaan Napza dan IMS8. aksesibilitas terhadap yankes yg berkualitas9. Belum terlindunginya masyarakat secara

maksimal terhadap beban pembiayaankesehatan.

1. d

DERAJAT KESEHATAN

MASALAH PRIORITAS

Hubungan Masalah Prioritas Dg UHH

MA

SALA

HP

RIO

RIT

AS

DER

AJA

DK

ESEH

ATA

N

Kematian Balita

Umur Harapan Hidup

Penyakit Tidak menular• CVD - Jantung,

Stroke, Hipertensi dll• Diabetes Mellitus

Kematian

Um

umKematian IbuKematian Bayi

• Status Gizi

• Kecelakaan

Penyakit Menular• TB, • HIV/ AIDS, • DBD, • Malaria

• NAPZA

Renstra SKPDDinkes DIY

Kebijakan Pokok DInkes

Rakerkesda

Forum SKPD

Musrenbang

Rakor Program2 dg Kab/kota

Rakor Program2 di PusatSintesa & Usulan

Usulan APBD Prov Usulan APBN ProvSinkronisasi

Usulan Kab/kota Usulan ProvSinkronisasi

Usulan Prov PusatSinkronisasi

Rencana Kinerja

Renstra Kota Renstra Bantul RenstraKlprogoRenstra GnkidulRenstra Sleman

RenstraDepkes

RPJMD

Sinkronisasi

Page 108: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

2/6/2013

3

Program Kerja Dinkes Prov.DIY

• Manajemen Kesehatan• Sistem Informasi• Penelitian Pengembangan

• Sediaan farmasi per bekalan kes &makanan

• Pendidikan Kesehatan dan SDM

• Pembiayaan kesehatan

• Pencegahan &pengendalianpenyakit

• Pelayanan Kesehatan• Promosi dan pemberdayaan• Kesehatan keluarga• Perbaikan Gizi Masyarakat• Pengembangan Lingkungan

Sehat

• Status Gizi• Kematian Ibu• Kematian Bayi• Kematian Balita

• Renstra Dinkes DIY

• Penyakit Tidak menular• Penyakit Menular• Kecelakaan• NAPZA

Kegiatan untuk Sinkronisasi (DinkesDIY-2012)

• Kebijakan– Review Renstra– Penyusunan Renja– Rakor dengan Kabupaten/kota– Sinkronisasi Perencanaan dan Anggaran– Sinkronisasi Perencanaan dan Anggaran –Provinsi dan Kab/kota– Rakor Sinrkonisasi Pusat & Daerah – Forum Sinkronisasi Prov & Kab/kota– Forum SKPD (Lintas Fungsi oleh Pemprov)– Musrenvang Provinsi

• Perencanaan dan Penganggaran– Rakerkesda– Forum Renja Lintas Fungsi dan Lintas Kab/kota– Forum di tingkat unit lintas fungsi dan lintas kab/kota– Koordinasi dan Konsultasi Daerah dan Pusat

Harapan

• Sinkronisasi dalam permasalahan pokok• Sinkronisasi dalam arah kebijakan• Sinkronisasi dalam manajemen

– Perencanaan– Penganggaran– Evaluasi

• Implementasi : – Pusat - Provinsi – kab/kota– Pemerintah – Swasta – Masyarakat – LSM– Lintas Sektoral (horisontal – vertikal di DIY)– Lintas Program – Unit termasuk UPT– Lintas Penyandang Dana (BHLN-Donor dll)

Contoh…Program / kegiatan yang berhasil disinkronkan

melalui sharing dana (2012)

• Malaria (APBD Provinsi >< APBD Kab Kulon Progo)• TFC(APBD Prov >< APBD G Kidul dan K Progo)• Penanganan Gizi Buruk/Gizi Kurang (APBN >< APBD)• UKBM / Desa Siaga (APBN versus APBD Prov >< APBD Kab/kota)• Kab/kota Sehat (APBD Prov >< APBD kab/kota)• Pengembangan Pasar Sehat (APBD Prov >< WHO)• Audit Maternal Perinatal ( APBD Prov ><APBD kab/kota)• Survailance Penyakit ( APBN >< BBTKL><APBD Prov ><APBD

kab/kota)• Pengendalian Penyakit dan KLB ( APBN >< BBTKL><APBD Prov

><APBD kab/kota)• dll

Page 109: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

2/6/2013

4

• Promosi Kesehatan (Provinsi dan Kab/kota)

UPAYA SINKRONISASI MASIH PERLUDITINGKATKAN

Contoh…Program / kegiatan yang berhasil disinkronkan dg LOKASI (2012)

• Jamkesmas , Jamkesos, dan Jamkesda(walaupun masih perlu upaya lebih lanjut)

• STBM (APBN versus APBD Prov >< APBDKab/kota)

• Pengawasan dan Keamanan Pangan (APBNversus APBD Prov >< APBD Kab/kota)

• dll

Contoh….Program / kegiatan yang berhasil disinkronkan

melalui sasaran (2012)

Contoh Program / kegiatan yang berhasil disinkronkan untuk Tahun

2013

• PROSES 2013\rekap rinci per kab diambil dari sheet renja dinkes 2013 pasca quality.xlsx

Permasalahan Sinkronisasi

• Jenis

– Dis-sinkron antar Level (Pusat – Daerah)

– Dis-sinkron antar Fungsi (Lintas Sektor)

– Dis-sinkron antar Program (internal)

• Ancaman

– Outcome : Pencapaian tujuan Pembangunan nasional dandaerah

– Impact : inefisiensi – inefektifitas

– Output : kekacauan sistem pembangunan kes.

Page 110: Laporan Akhir Kajian_GABUNG

2/6/2013

5