laporan akhir fardas.docx
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis,
standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat
dan distribusinya serta penggunaannya yang aman. Dalam bidang farmasi
farmasi kita mengenal berbagai macam ilmu yang berhubungan dengan
farmasi antara lain seperti farmasetika, teknologi farmasi, kimia farmasi,
biologi farmasi, fisika farmasi, farmakologi dan masih banyak lagi yang
termasuk di dalamnya. Dalam farmasetika dasar kita mempelajari berbagai
bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien. Sekarang
ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai di pasaran, antara lain dalam
bentuk sediaan padat : Pil, Tablet, Kapsul, Suppositoria. Dalam bentuk
sediaan setengah padat : Krim, Salep, pasta, gel dan cerata. Dalam bentuk cair
: Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi, dan lain-lain. Setiap bentuk sediaan
memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan
dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu sediaan obat yang sering kita
temui di pasaran adalah suppositoria.
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk,
yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat
local atau sistematik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah
lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran
polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen
glikol (Dirjen POM, 1995).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana cara
pembuatan suppositoria yang baik dan benar serta agar kita dapat
memahami bagaimana perhitungan bahan dan dosis obatnya.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan pembuatan suppositoria yaitu :
1. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan suppositoria.
2. Mahasiswa mengetahui macam-macam suppositoria.
3. Mahasiswa mengetahui bahan-bahan dasar dan nilai tukar
suppositoria..
4. Mahasiswa mengetahui metode pembuatan suppositoria.
5. Mahasiswa mengetahui keuntungan dan kerugian suppositoria.
6. Mahasiswa mengetahui cara pengemasan suppositoria.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk,
yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat
local atau sistematik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah
lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran
polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen
glikol (Dirjen POM, 1995).
Macam-macam suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya, yaitu:
1. Suppositoria rektal, sering disebut sebagai suppositoria saja, berbentuk
peluru, digunakan lewat rektum atau anus. Menurut FI III bobotnya
antara 2-3 g, yaitu untuk dewasa3 g dan anak 2 g, sedangkan menurut
FI IV kurang lebih 2 g.
2. Suppositoria vaginal (ovula), berbentuk bola lonjong seperti kerucut,
digunakan lewat vagina, berat antara 3-5 g, menurut FI III 3-6 g,
umumnya 5 g.
3. Suppositoria uretra (bacilli, bougis) digunakan lewat uretra, berbentuk
batang dengan panjang antara 7-14 cm.
Bahan dasar suppositoria adalah oleum cacao (lemak coklat), gelatin
tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran PEG dengan berbagai
bobot molekul, dan ester asam lemak PEG. Bahan dasar lain seperti surfaktan
nonionic dapat digunakan, misalnya ester asam lemak polioekstilen sorbitan
dan polioksietilen stearat.
Bahan dasar suppositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai
berikut :
1. Padat pada suhu kamar sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau
dicetak, tetapi akan melunak pada suhu rektum dan dapat bercampur
dengan cairan tubuh .
2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
4. Stabil dalam penyimpana, tidak menunjukkan perubahan warna, dan
bau serta pemisahan obat.
5. Kadar air mencukupi.
6. Untuk basis lemak maka bilangan asam, bilangan iodium dan
bilangan penyabunan harus diketahui jelas.
Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui berat lemak coklat
yang mempunyai besar volume yang sama dengan 1 gram obat.
Daftar nilai tukar lemak coklat untuk 1 gram obat :
Acidum boricum : 0,65 Aethylis aminobenzoas : 0,68
Garam alkaloid : 0,7 Aminophylinu : 0,86
Bismuthi subgallas : 0,37 Bismuthi subnitras : 0,20
Ichtammolum : 0,72 Sulfaonamidum : 0,60
Tannimum : 0,68 Zinci oxydum : 0,25
Ada tiga metode dalam pembuatan suppositoria :
1. Dengan Tangan
Pembuatan dengan tangan hanya dapat dikerjakan untuk
suppositoria yang menggunakan bahan dasar oleum cacao berskala
kecil, dan jika bahan obat tidak tahan terhadap pemanasan. Metode
ini kurang cocok untuk iklim panas.
2. Dengan Mencetak Hasil Leburan
Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan paraffin cair bagi
yang memakai bahan dasar gliserin-gelatin, tetapi untuk oleum
cacao dan PEG tidak dibasahi karena akan mengerut pada proses
pendinginan dan mudah dilepas dari cetakan.
3. Dengan Kompresi
Pada metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan
suppositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa
sampai 3500-6000 suppositoria/jam.
Keuntungan dan Kerugian Suppositoria
1. Keuntungan Suppositoria
a) Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
b) Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan
asam lambung.
c) Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat
dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral.
d) Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
2. Kerugian Suppositoria
a) Tidak tahan terhadap pengaruh panas, maka perlu menjaga
ditempat yang kering.
b) Suppositoria yang disimpan dilingkungan dengan kelembapan
nisbinya tinggi mungkin akan menarik uap air dan cenderung
menjadi seperti spons.
c) Bila disimpan pada tempat yang kering sekali mungkin akan
kehilangan kelembapannya dan menjadi rapuh.
Pengemasan Suppositoria
1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap suppositoria terpisah , tidak
mudah hancur, atau meleleh.
2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil atau strip
plastic sebanyak 6 sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam
dus.
3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk.
II.2 Resep
II.3 Narasi ResepII.3.1 Narasi Resep Perkata
II : duo : dua
0,5 : zero punctum quinque : nol koma lima
0,2 : zero punctum duo : nol koma dua
4000 : quattor milia : empat ribu
d.t.d : da tales dose : berilah sekian takaran
g : gramma : gram
h.s : hora somni : pada waktu mau pergi tidur
m.f : misce fac : campur dan buatlah
no : numero : sebanyak
ovulae : ovulae : ovula
pro : pro : untuk
q.s : quantum siffict : secukupnya
R/ : recipe : ambillah
S : signa : tandai
s.n.s : si necesse sit : jika perlu
Dr. Fariani Iwan Sp.KK
SIK : 678/FM/GTO/095
Jl. Rusa Indah No.94
Telp. 0435-950078
Gorontalo, 15-02-2012
R/ Sulfanilamida 0,5
Acid Boric 0,2
P.E.G 4000 q.s
m.f Ovulae d.t.d No.II
S u.e h.s s.n.s
Pro : Ny. Maria
Umur : 40 tahun
u.e : usus externus : dipakai untuk luar
II.3.2 Narasi Resep dalam Bahasa Latin
Recipe sulfanilamida zero punctum quinque gramma, acid boric
zero punctum duo gramma, polyethylenglycolum quattor milia quantum
siffict. Misce fac ovulae da tales dose numero duo. Signa usus externus
hora somni si necesse sit.
II.3.3 Narasi Resep dalam Bahasa Indonesia
Ambillah sulfanilamide nol koma lima gram, acid boric nol koma
dua gram, polietilenglikol empat ribu secukupnya. Campur dan buatlah
ovula, berilah sekian takaran sebanyak dua. Tandai pemakaian luar
pada waktu mau tidur jika perlu.
II.4 Interaksi / Farmakologi
II.4.1 Amoksisilin
II.4.1.1 Mekanisme
Amoksisilin lebih cepat diabsorbsi dari pada ampisilin pada
pemberian oral. Amoksisilin didistribusikan secara meluas dengan
konsentrasi yang bervariasi dalam tubuh. Amoksisilin
dimetabolisme dalam batas tertentu dan diekskresikan tidak
berubah dalam urin sebanyak 60% (Martindale : 203).
II.4.1.2 Interaksi
Probenesid dapat meningkatkan kadar amoksisilin dalam
darah. Penggunaan bersama alopurinol dapat meningkatkan resiko
terjadinya ruam (Pedoman Obat Untuk Perawat : 57-58)
II.4.2 Sulfanilamida
II.4.2.1 Mekanisme
Kuman memerlukan PABA (p-amino benzoic acid), (PABA
adalah perantara dalam sintesis bakteri folar), untuk memebentuk
asam folat, yang digunakan untuk sintesis purin dan asam nukleat.
Sulfanilamida merupakan penghambat kompetetif PABA
(Farmakologi dan Terapi : 600).
II.4.2.2 Interaksi (ISO Farmakoterapi : 942)
1. Antikoagulan : Waktu protombin walfarin diperpanjang.
2. Siklosporin : Penurunan efek terapi siklosporin, peningkatan
nefrotoksisitas.
3. Dapson : Peningkatan kada serum dapson dan TMP.
4. Diuretik : Meningkatkan kasus trombositopenia dengan
purpura pada manula
5. Hidantoin : Bersihan hepatik fenitoin menurun dan waktu
diperpanjang.
6. Metotreksat : Potensiasi efek depresan sumsum tulang
7. Sulfoniurea : Respon hiploglikenik meningkat.
8. Zidovudin : Serum zidovudin meningkat.
II.5 Uraian Bahan
II.5.1 Acid Boric (Farmakope Indonesia III : 49)
Nama Resmi : Acidum Boricum
Nama lain : Asam Borat
Bobot Molekul : 61,88
Rumus Molekul : H3BO3
Rumus Struktur :
Pemerian : Serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak
berwarna; kasar; tidak berbau; rasa agak asam
dan pahit kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air
mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) p dan
dalam 5 bagian gliserol p.
Khasiat : Antiseptikum Ekstern
Kegunaan : Bahan pengawet
Penggunaan : Dalam wadah tertutup baik.
II.5.2 Alkohol 70% (Farmakope Indonesia IV : 64)
Nama Resmi : Aethanolum Ditulum
Nama lain : Etanol encer
Bobot Molekul : 46,07
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, tidak berwarna; bau khas; rasa terbakar
pada lidah; mudah terbakar.
Kelarutan : Sangat larut dalam air , dalam kloroform p, dan
dalam eter p.
Khasiat : Antiseptik dan desinfektan
Kegunaan : Zat tambahan
Penggunaan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauhkan dari nyala api.
II.5.3 Amoksisilin (Farmakope Indonesia IV : 95)
Nama Resmi : Amoxicilinum
Nama lain : Amoksisilin
Bobot Molekul : 419,45
Rumus Molekul : C16H19N3O3S. 3H2O
Rumus Struktur :
Pemerian : Serbuk hablur putih; praktis tidak berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan methanol; tidak larut
dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan
dalam kloroform.
Khasiat : Antibakteri
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar
terkendali.
II.5.4 P.E.G 4000 (Farmakope Indonesia III : 506)Nama Resmi : Polyethylen glycolum - 4000
Nama lain : Polietilenglikol 4000, Poliglikol 4000
Bobot Molekul : 3000 sampai 3700
Rumus Molekul : H(O-CH2-CH2)n CH
Rumus Struktur :
Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih kuning
gading; praktis tidak berbau tidak berasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) p dan
dalam kloroform p, praktis tidak larut dalam eter
p.
Khasiat : Basis suppo
Kegunaan : Zat tambahan
Penggunaan : Dalam wadah tertutup rapat.
II.5.5 Sulfanilamida (Farmakope Indonesia III : 587)Nama Resmi : Sulfanilamidum
Nama lain : Sulfanilamida
Bobot Molekul : 172,21
Rumus Molekul : C6H8N2O2S
Rumus Struktur :
Pemerian : Serbuk hablur atau butiran ; putih ; tidak berbau
rasa agak pahit kemudian manis
Kelarutan : Mudah larut dalam 200 bagian air, sangat mudah
larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam
etanol 95% p. Sangat sukar larut dalam kloroform
p. Dalam eter p dan dalam benzene p mudah larut
dalam aseton p larut dalam gliserol p dalam asam
klorida p dan dalam alkali hidroksida
Khasiat : Antibakteri
Kegunaan : Zat aktif
Penggunaan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
BAB IIIMETODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat-alat Yang Digunakan
1. Alu
2. Batang pengaduk
3. Cawan porselin
4. Kaca arloji
5. Lap halus
6. Lap kasar
7. Lumpang
8. Neraca analitik
9. Sendok tanduk
10. Sudip
11. Water batt
III.1.2 Bahan-bahan Yang Digunakan
1. Acid boric
2. Alkohol 70%
3. Alumunium foil
4. Amoksisilin
5. Copy resep
6. Etiket
7. Kertas perkamen
8. P.E.G 4000
9. Plastik obat
10. Tissue
III.2 Cara Kerja
1.Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%.
3.Ditimbang amoksisilin sebanyak 1 gram, menggunakan neraca analitik.
4.Ditimbang acid boric sebanyak 0,4 di neraca analitik.
5.Ditimbang P.E.G 4000 sebanyak 4,6 gram di neraca analitik.
6.Dimasukkan amoksisilin sebanyak 1 gram ke dalam lumpang kemudian
digerus.
7.Ditambahkan acid boric sebanyak 0,4 gram ke dalam lumpang, gerus
hingga homogen.
8.Ditambahkan P.E.G sebanyak 4,6 gram ke dalam lumpang kemudian gerus
hingga homogen.
9.Dipindahkan bahan yang sudah homogen dari lumpang ke dalam cawan
porselin menggunakan sudip.
10. Dilebur semua bahan menggunakan water batt selama 10 menit pada suhu
80,6 oC
11. Diaduk hingga semua bahan melebur.
12. Dicetak hasil leburan menggunakan tangan, bentuk seperti bulat telur.
13. Dibungkus dengan alumunium foil.
14. Dimasukkan kedalam plastik obat.
15. Diberi etiket biru.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.2 Perhitungan Bahan
VI.2.1 Perhitungan Bahan
Amoksisilin : 0,5 x 2 : 1 gram
Acid Boric : 0,2 x 2 : 0,4 gram
Bobot 2 suppositoria : 3,1 x 2 : 6,2 gram
PEG 4000 : 6,2 - (1+0,4) : 4,8 gram
VI.2.2 Penimbangan Bahan
Bahan Ditimbang
Amoksisilin 1 gram
Acid Boric 0,4 gram
P.E.G 4000 4,8 gram
IV.3 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran