laporan akhir
TRANSCRIPT
LAPORAN TUGAS AKHIRPEMETAAN GEOLOGI SMK N 1 MANDAU
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir Pada Program KeahlianGeologi Pertambangan
OLEH :
MARISI YOEL SYAHPUTRA
PROGRAM KEAHLIAN GEOLOGI PERTAMBANGANSMK N 1 MANDAU
DURI – RIAU2011-2012
PEMETAAN GEOLOGI
DI DESA BANGUN DOLOK, KECAMATAN PARAPAT, KABUPATEN TOBASA SUMATERA UTARA
Laporan Tugas Akhir
Disusun Oleh
MARISI YOEL SYAHPUTRANISN : 9941321333
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat tekhnik dan agar dapat mengikuti ujian akhir UAS dan UAN Tahun ajaran 2011/2012
SMK N 1 Mandau
Jurusan Geologi Pertambangan
PROGRAM STUDI KEAHLIAN GEOLOGI PERTAMBANGAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 01
DURI – RIAU
2011-2012
LEMBARAN PENGESAHAN
PEMETAAN GEOLOGI
DI DESA BANGUN DOLOK, KECAMATAN PARAPAT, KABUPATEN TOBASA SUMATERA UTARA
Laporan Tugas AkhiR
Disusun Oleh
MARISI YOEL SYAHPUTRA
NISN : 9930343845
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat tekhnik dan agar dapat mengikuti ujian akhir UAS dan UAN Tahun ajaran 2011/2012
SMK N 1 Mandau
Jurusan Geologi Pertambangan
Disetujui Oleh
Guru Pembimbing 1 Guru Pembimbing 2
AGUS SUBAGYO, S.T YUDI CAHYA P, S.T
NIP: 19740801 200701 1 004 NIP:
Diketahui Oleh
KA.SMK N 01 Mandau – Duri KAPRODI
SUGITO, S.Pd FIRMAN DTS, S.T
NIP: 19630323 198412 1 002 NIP: 19710430 200701 1 003
LEMBARAN PENGESAHAN
PEMETAAN GEOLOGI
DI DESA BANGUN DOLOK, KECAMATAN PARAPAT, KABUPATEN TOBASA SUMATERA UTARA
Laporan Tugas Akhir
Disusun Oleh
MARISI YOEL SYAHPUTRA
NISN : 9930343845
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat kopetensi pada
Program Keahlian Geologi Pertambangan SMK N 01 Mandau
Tahun Ajaran 2011/2012
Disetujui Oleh
PENGUJI
……………………
HALAMAN PERSEMBAHAN
Laporan resmi praktikum pemetaan geologi dengan metoda langkah dan meteran ini
penyusun persembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Esa yang atas rahmat dan karunianya sehingga dengan izinnya
laporan tugas akhir pemetaan geologi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ayah, Ibu, kakak dan adikku yang selalu memberikan dukungan dan semangat baik
melalui materi dan doa untuk dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Teman-temanku dijurusan Geologi Pertambangan khususnya angkatan 2012, Terima
kasih atas dukungan dan kerja samanya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
resmi ini.
Para guru bidang produktif pada program keahlian geologi pertambangan.
Untuk tim yang membantu saya dalam proses pengambilan data.
Terima kasih untuk semua orang yang membantu saya.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Allah SWT, karena atas rahmad dan
karunianya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Proyek Tugas Akhir di
bidang Geologi yang khususnya dalam bidang Pemetaan Geologi, dalam penyusunan laporan
tugas akhir ini penulis akan membahas mengenai “Melakukan pemetaan geologi dan
Pengamatan Structure di Daerah Parapat, Desa Bangun Dolok (Sumatera
Utara)”.Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat dan syarat kelulusan di SMK
N 01 Mandau.
Pada kesempatan penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan
tugas akhir ini telah banyak sekali baik berupa pengarahan maupun bimbingan selama
pelaksanaan penyusunan laporan ini.
Terutama kepada:
1. Sugito, S.pd, selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Mandau.2. Firman DTS, S.T, selaku guru bidang studi produktif dan Kaprodi Geologi
Pertambangan.3. Agus Subagyo, S.T, selaku guru bidang studi produktif dan guru pembimbing.4. Yudi Cahya.P, S.T, selaku guru bidang studi produktif dan guru pembimbing.5. Meliya Sefiana, S.T, selaku guru bidang studi produktif dan guru pembimbing.6. Teman – teman yang telah banyak memberikan dorongan bagi saya untuk menyusun
laporan ini 7. Kedua orang tua yang telah banyak memberiakan dorongan bagi saya untuk
menyelesaikan laporan ini.
Mudah – mudahan Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan
Karunianya. Kepada semua pihak yang telah memberikan batuan.
Demikian laporan akhir ini terselesaikan apabila ada kesalahan dalam kata – katanya
mohon dimaklumi, kiranya laporan ini bisa bermanfaat nantinya.
Hormat Kami,
YOHAN FERBRIANDO
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Geologi adalah ilmu yang yang mempelajari Bumi sebagai objek utama,
proses-proses yang berlangsung, dan pengaruhnya terhadap bumi itu sendiri.
Untuk itu dilakukanlah pekerjaan Geologi Lapangan. Gelogi lapangan
merupakan cara yang digunakan untuk mempelajari dan menafsirkan struktur serta
sifat batuan yang ada pada suatu singkapan. Untuk melakukan pekerjaan Geologi
Lapangan diperlukan perlengkapan dasar yang digunakan untuk mempelajari,
mengamati, memeriksa, mengumpulkan data,dan contoh batuan.
Kegiatan Pemetaan Geologi yang dilakukan oleh Siswa-Siswi SMK N 1
DURI program study keahlian Geologi Pertambangan untuk mempelajari dan
menggambarkan penyebaran struktur.Serta hubungan antara satu batuan dengan
batuan lainnya.
Kegiatan pemetaan Geologi Siswa dan Siswi SMK N 1 DURI juga
dihubungkan dan digunakan sebagai bahan praktek dalam pelaksanaan tugas akhir
program study keahlian Geologi Pertambangan.
Kegiatan Geologi Lapangan Siswa dan Siswi SMK N 1 DURI juga
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk lebih mengenali dan mendekatkan
Siswa dan Siswi dengan alam. Tujuan kegiatan ini dilakukan untuk melekukan
pembuatan Peta Geologi.
1.2 PEMBATASAN MASALAH
Pemetaan Geologi di Sumatra Utara meliputi : melakukan pembuatan lintasan
dengan menggunakan Kompas Geologi dan Pita Ukur (yang berukuran 5 hingga 50
M) melakukan pembacaan arah dengan menggunakan kompas geologi, melakukan
pengukuran jurus dan kemiringan disetiap singkapan batuan dengan melakukan
pembacaan strike dan Dip di setiap singkapan yang ditemukan akan dapat
menentukan arah dari sebaran batuan yang ada, setelah itu melakukan pendeskripsian
batuan pada smple batuan yang diambil pada setiap singkapan yang ditemukan
kemudian melakukan pembuatan Peta Geologi dan di Lampirkan kedalam Laporan
tugas akhir
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
1. Menguji kemampuan Siswa dan Siswi dalam menguasai materi pembelajaran.
2. Lebih mengenal keadaan alam dan lingkungan.
3. Menambah ilmu pengetahuan Siswa dan Siswi.
4. Menjadikan Siswa san Siswi lebih terampil dalam melaksanakan kegiatan
lapangan.
5. Meningkatkan mutu dari Siswa dan Siswi SMK N 1 DURI.
6. Dengan peta geologi, kita dapat mengetahui informasi-informasi yang penting
tentang bumi ini.
1.4 LOKASI
Lokasi pengambilan data tugas akhir dilakukan di dua tempat yaitu Desa
Sibaganding dan Desa Bangun Dolokkota Parapat, Sumatera utara, Indonesia.
Jarak dari Duri hingga Parapat dapat di tempuh selama ± 14 jam, dapat di lalui
melalui jalur darat. Lokasi awal terdapat pada titik koordinat X : 2º40’24” ( garis
lintang) dan Y : 98º56’17” ( garis bujur).
1.5 WAKTU PELAKSANAAN
Dalam melakukan kegiatan pemetaan geologi di Sumatera Utara di
laksanakan pada tanggal 22 -23 Desember 2011 pada pukul 08:30 – 17:00 WIB,
dilanjutkan dengan pembimbingan dan pengolahan datapada malam harinya pada
pukul 19:30 – 00:00 WIB.
Setelah kegiatan itu selesai dilakukan, melakukan pendeskripsian batuan pada
sample batuan yang diambil dari singkapan-singkapan yang ditemukan pada saat
kegiatan pemetaan geologi dilaksanakan. Selain itu juga dilakukan pembuatan peta
geologi, dan penampang peta Geologi dan juga melakukan pembutan serta
penyusunan laporan Tugas Akhir hingga selesai.
BAB II Landasan Teori
2.1 Geologi
Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ge-, "bumi"] dan λογος [logos, "kata",
"alasan"]) adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-
sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Geologiwan telah membantu dalam
menentukan umur bumi yang diperkirakan sekitar 4.5 miliar (4.5x109) tahun, dan
menentukan bahwa kulit bumi terpecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak di
atas mantel yang setengah cair (astenosfir) melalui proses yang sering disebut
tektonik lempeng. Geologiwan membantu menemukan dan mengatur sumber daya
alam yang ada di bumi, seperti minyak bumi, batu bara, dan juga metal seperti besi,
tembaga, dan uranium serta mineral lainnya yang memiliki nilai ekonomi, seperti
asbestos, perlit, mika, fosfat, zeolit, tanah liat, pumis, kuarsa, dan silika, dan juga
elemen lainnya seperti belerang, klorin, dan helium.
Astrogeologi adalah aplikasi ilmu geologi tentang planet lainnya dalam tata
surya (solar sistem). Namun istilah khusus lainnya seperti selenology (pelajaran
tentang bulan), areologi (pelajaran tentang planet Mars), dll, juga dipakai. Kata
"geologi" pertama kali digunakan oleh Jean-André Deluc dalam tahun 1778 dan
diperkenalkan sebagai istilah yang baku oleh Horace-Bénédict de Saussure pada
tahun 1779
2.1.1 Geologi Regional
Secara Geografis lapangan Y terletak pada garis lintang 04o 21" N dan garis bujur 98o
05" E, kira - kira 110 Km disebelah Barat Laut kota Medan atau kira - kira 45 Km sebelah
kota Pangkalan Brandan. Luas lapangan 14 Km2, yaitu panjang 7,5 Km berarah Timur Laut
- Barat Daya.
Secara umum daerah penelitian terletak di dalam cekungan Sumatera Utara. Cekungan
ini adalah salah satu dari tiga cekungan busur belakang (back arch) yang terletak di sebelah
Timur Laut Bukit Barisan. Cekungan ini memanjang dengan arah Barat Laut – Tenggara
yang dibatasi oleh pegunungan Bukit Barisan disebelah Barat dan Paparan Malaka yang
stabil di sebelah Timur. Sisi sebelah Utara membuka kearah laut Andaman dan merupakan
pemekaran samudera dan di sebelah selatan dibatasi oleh lengkungan Asahan yang
memisahkan cekungan Sumatera Utara dengan cekungan Sumatera Tengah.
Cekungan Sumatera Utara mulai terbentuk pada awal Tersier, selama zaman tersebut
cekungan Sumatera Utara berupa laut dengan sedimentasi aktif. Sedimentasi tersebut
merupakan siklus suatu transgresi sampai regresi yang terendapkan tidak selaras di atas
batuan Pra-Tersier. Urutan pengendapan batuan dicekungan Sumatera Utara pada masa
Trangresi terdiri dari batuan sedimen klastik kasar, karbonat, batulempung hitam, napal,
batulempung gampingan, batupasir, dan batuserpih diendapkan secara tidak selaras diatas
batuan dasar Pratersier. Pada cekungan Sumatera ini, hidrokarbon dijumpai pada Formasi dan
berumur Miosen, seperti Formasi Belumai, Formasi Baong, dan Ketapang
Stratigrafi Dan Litologi lapangan
Stratigrafi daerah Sumatera Utara dapat dilihat pada kolom stratigrafi cekungan
Sumatera Utara. Urutan yang tertua adalah Formasi Parapat yaitu berupa batuan Klastik
berbutir kasar dan terletak secara tidak selaras di atas batuan dasar Pra – Tersier. Pada
topografi yang lebih rendah dalam cekungan ini secara selaras diatasnya berumur Oligosen.
Transgresi laut mencapai puncaknya pada Miosen Bawah, kemudian berhenti dan lingkungan
berubah menjadi tenang ditandai dengan adanya endapan napal yang kaya foraminifera
plangtonik dari Formasi Peutu. Dibagaian Timur cekungan Sumatera Utara diendapkan
Formasi Belumai yang berkembang dalam dua fasies klastik dan karbonat.
Kondisi tenang ini terus berlangsung sampai Miosen Tengah dengan pengendapan
serpih dari Formasi Baong. Bersamaan dengan hal tersebut diatas, terjadi aktivitas awal
pengangkatan Bukit Barisan yang mengakibatkan turunya muka air laut. Hal ini
mengakibatkan terjadinya longsoran sedimen dipinggir cekungan, kemudian diendapkan
kembali oleh pengaruh arus turbidit, dan dikenal sebagai Middle Baong Sand ( MBS ).
Selaras diatas Formasi Baong diendapkan berturut – turut seperti Formasi Keutapang,
Formasi Seurula dan Formasi Julu Rayeu yang merupakan batuan tipe regresi. Kemudian
diatasnya Tufa Toba dan Alluvial. Urutan Stratigrafi dari yang tertua hingga yang termuda,
antara lain :
1. Formasi Parapat
Formasi Parapat dengan komposisi batupasir berbutir kasar dan konglomerat di
bagian bawah, serta sisipan serpih yang diendapkan secara tidak selaras. Secara regional,
bagian bawah Formasi Parapat diendapkan dalam lingkungan laut dangkal dengan dijumpai
fosil Nummulites.
2. Formasi Bampo
Formasi Bampo dengan komposisi utama adalah serpih hitam dan tidak berlapis, dan
umumnya berasosiasi dengan pirit dan gamping. Lapisan tipis batugamping, ataupun
batulempung berkarbonatan dan mikaan sering pula dijumpai. Formasi ini miskin akan fosil,
sesuai dengan lingkungan pengendapannya yang tertutup atau dalam kondisi reduksi
(euxinic). Berdasarkan beberapa kumpulan fosil bentonik dan planktonik yang ditemukan,
diperkirakan formasi ini berumur Oligosen atas sampai Miosen bawah. Ketebalan formasi
amat berbeda dan berkisar antara 100 – 2400 meter.
3. Formasi Belumai
Pada sisi timur cekungan berkembang Formasi Belumai yang identik dengan formasi
Peutu yang hanya berkembang dicekungan bagian barat dan tengah. Terdiri dari batupasir
glaukonit berselang – seling dengan serpih dan batugamping. Didaerah Formasi Arun bagian
atas berkembang lapisan batupasir kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih. Formasi
Belumai terdapat secara selaras diatas Formasi Bampo dan juga selaras dengan Formasi
Baong, ketebalan diperkirakan antara 200 – 700 meter. Lingkungan pengendapan Formasi ini
adalah laut dangkal sampai neritik yang berumur Miosen awal.
4. Formasi Baong
Formasi Baong terdiri atas batulempung abu-abu kehijauan, napalan, lanauan,
pasiran. Umumnya kaya fosil Orbulina sp, dan diselingi suatu lapisan tipis pasir halus
serpihan. Didaerah Langkat Aru beberapa selingan batupasir glaukonitan serta
batugampingan yang terdapat pada bagian tengah. Formasi ini dinamakan Besitang River
Sand dan Sembilan sand, yang keduanya merupakan reservoir yang produktif dengan
berumur Miosen Tengah hingga Atas.
5. Formasi Keutapang
Formasi Keutapang tersusun selang-seling antara serpih, batulempung, beberapa
sisipan batugampingan dan batupasir berlapis tebal terdiri atas kuarsa pyrite, sedikit mika,
dan karbonan terdapat pada bagian atas dijumpai hidrokarbon. Ketebalan formasi ini berkisar
antara 404 – 1534 meter. Formasi Keutapang merupakan awal siklus regresi dari sedimen
dalam cekungan sumatera utara yang terendapkan dalam lingkungan delta sampai laut dalam
sampai Miosen akhir.
6. Formasi Seurula
Formasi ini agak susah dipisahkan dari Formasi Keutapang dibawahnya. Formasi
Seurula merupakan kelanjutan facies regresi, dengan lithologinya terdiri dari batupasir, serpih
dan dominan batulempung. Dibandingkan dengan Formasi Keutapang, Formasi Seurula
berbutir lebih kasar banyak ditemukan pecahan cangkang moluska dan kandungan fornifera
plangtonik lebih banyak. Ketebalan Formasi ini diperkirakan antara 397 – 720 meter.
Formasi ini diendapkan dalam lingkungan bersifat laut selama awal Pliosen.
7. Formasi Julu Rayeu
Formasi Julu Rayeu merupakan formasi teratas dari siklus endapan laut dicekungan
sumatera utara. Dengan lithologinya terdiri atas batupasir halus sampai kasar, batulempung
dengan mengandung mika, dan pecahan cangkang moluska. Ketebalannya mencapai 1400
meter, lingkungan pengendapan laut dangkal pada akhir Pliosen sampai Plistosen.
8. Vulkanik Toba.
Vulkanik Toba merupakan tufa hasil kegiatan vukanisme toba yang berlangsung
pada Plio-Plistosen. Lithologinya berupa tufa dan endapan-endapan kontinen seperti kerakal,
pasir dan lempung. Tufa toba diendapkan tidak selaras diatas formasi Julu Rayeu. Ketebalan
lapisan ini diperkirakan antara 150 – 200 meter berumur Plistosen.
9. Alluvial
Satuan alluvial ini terdiri dari endapan sungai ( pasir, kerikil, batugamping dan
batulempung ) dan endapan pantai yaitu, pasir sampai lumpur. Ketebalan satuan alluvial
diperkirakan mencapai 20 meter.
2.1.2 Batuan
PETROLOGI
Petrologi berasal dari dua kata yaitu “ petro “ yang berarti batu dan kata “
logos “ yang berarti ilmu. Jadi, petrologi secara bahasa adalah ilmu yang mempelajari
tentang batuan. Sedangkan secara istilah petrologi adalah ilmu mengenai batuan,
secara luas mempelajari asal , kejadian ,sejarah dan sejarah batuan.
Batuan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Batuan beku
2. Batuan sendimen
3. Batuan metamorf
Mineral utama penyusun kerak bumi adalah batuan. Batuan merupakan
kumpulan dari mineral-mineral yang sejenis maupun tidak sejenis yang terbentuk
secara alami. Batuan memiliki sifat dan karakter yang berbeda satu dengan yang lain.
Batuan penyusun kerak bumi terbagi menjadi tiga, yaitu :
Igneous Rock ( Batuan Beku )
Sedimentary Rock ( Batuan Sendimen )
Metamorphic Rock ( Batuan Metamorf )
Kejadian dan sifat batuan ditentukan oleh kandungan mineralnya dan hubungan atau
keadaan mineralnya satu sama lain.
Igneous Rock ( Batuan Beku ), terbentuk dari magma yang asalnya dari
dalam bumi yang naik menuju permukaan dan membeku sebagai batuan
yang padat pada titik beku nya.
Sedimentary Rock ( Batuan Sendimen ), terbentu dari hasil pengumpulan
dankompaksi dari :
a. Fragmen- fragmen dari batuan sebelumnya yang telah lepas dan
mengalami erosi ( pengikisan ) dan tertransportasi.
b. Bahan- bahan organic, cangkang binatang, atau sisa tanaman.
c. Bahan-bahan terlarut air atau air tanah yang terendapkan, pada kondisi
yang jenuh.
Metamorphic Rock ( Batuan Metamorf ), terbentuk dari batuan apa pun
yang sudah ada sebelumnya, terubah karena adanya kenaikan temperature
( T ) dan tekanan ( P ) atau keduanya, perubahan ini menghasilkan sifat
yang berbeda dari batuan asalnya baik kenampakan tekstur ataupun
komposisi mineralnya.
Batuan Beku
1.1 Dasar Teori
Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat
cair,pijar,bersifat mudah bergerak yang di kenal dengan magma.Penggolongan batuan
beku dapat di dasarkan pada berbagai hal,seperti ganesanya,senyawa
kimianya,mineraloginya atau tempat terbentuknya.
Menurut tempat terbentuknya,batuan beku dapat di bagi atas :
1. Batuan Ekstrusi,terdiri dari semua material yang di keluarkan ke permukaan
bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan air laut.Material ini
membeku dengan cepat sehingga Kristal yang dihasilkan berukuran halus.
2. Batuan Intrusi, sangat berbeda dengan batuan vulkanik.Hal ini disebabkan
karena perbedaan tempat terbentuknya dari kedua jenis batuan ini.Terdapat
tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku,bentuk dasar dari geometri
adalah :
a. Bentuk tidak beraturan, pada umumnya berbentuk diskordan dan biasanya
memiliki bentuk yang jelas di permukaan bumi. Terdiri dari tiga bentuk
yaitu : Pluton, Batholit, dan stock.
b. Intrusi berbentuk tabular, memiliki dua bentuk yang berbeda yaitu Dike
(retas) mempunyai bentuk diskordan dan sill mempunyai bentuk
konkordan, Dike adalah intrusi yang memotong bidang perlapisan dari
batuan induk. Sedangkan sill adalah lempengan batuan beku yang di
intrusikan diantara dan sepanjang lapisan batuan sedimen, dengan
ketebalan dari beberapa mm sampai beberapa km. Variasi dari sill adalah
lakolit, yaitu bentuk batuan beku yang menyerupai sill akan tetapi
perbandingan ketebalan jauh lebih besar di bandingkan dengan lebarnya
dan bagian atasnya melengkung. Sedangkan lopolit adalah bentuk batuan
beku yang luas, dengan bentuk seperti lensa dimana bagian tengahnya
melengkug karena batuan dibawahnya lentur.
c. Tipe ketiga dari tubuh intrusi relative memiliki tubuh kecil, hanya pluton-
pluton diskordan. Bentuk yang khas dari group ini adalah intrusi-intrusi
silinder atau pipa. Sebagian besar merupakan sisa dari korok suatu gunung
api tua, buasa di sebut vulkannek (teras gunung api).
Pemerian batuan beku
Dalam melakukan pendeskripsian batuan terhadap batuan beku, perlu diamati
mengenai hal-hal sebagai berikut:
A. Stuktur
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan dalam skala yang besar, seperti
lava bantal yang terbentuk di lingkungan air ( laut ), seperti lava bongkah,
struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat
sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-macam struktur batuan beku
adalah:
a. Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain
yang tertanam dalam tubuhnya.
b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan
pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk
bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30-60 cm
dan jaraknya berdekatan, khas pada vulkanik bawah laut.
c. Join, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara
tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi
columnar jointing.
d. Vesikuler, merupakan struktur batuan ekstrusi yang ditandai
dengan lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas selama
pendinginan.
e. Scoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak
lubang gasnya)
f. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh
mineral-mineral sekunder seperti zeloid, karbonat dan bermacam
silica.
g. Xenoliths, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen
batuan yang masuk atau tertanam kedalam batuan beku. Struktur
ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu
batuan samping didalam magma yang menerobos.
h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-
fragmen dari lava itu sendiri.
B. Tekstur
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau
mineral dengan massa gelas yang membentuk massa merata pada batuan.
Selama pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia
kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas,
kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur merupakan
fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Tekstur batuan beku dapat
menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), kemas (fabric),
granularitas.
a. Derajat kristalisasi (degree of crystallinity)
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa
Kristal dan massa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat
kristalisasi, yaitu:
1. Holokristalin : Apabila batuan tersusun oleh seluruh massa
Kristal.
2. Holohyalin : Apabila batuan tersusun oleh seluruh massa
gelas.
3. Hypokristalin : Apabila batuan tersusun oleh massa Kristal
dan gelas.
b. Granularitas
Glanularitas merupakan ukuran butir Kristal dalam batuan beku,
dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan
mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal 2
kelompok ukuran butir, yaitu:
1. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu Kristal sangat
halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.
Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun atas massa Kristal,
massa gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah
mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut mikrokristalin apabila
Kristal individu dapat dikenal dengan mikroskop, sedangkan
dikatakan kriptokristalin apabila tidak dapat dikenal dengan
menggunakan mikroskop.
2. Fanerik
Kristal individu yang termasuk Kristal fanerik dibedakan menjadi:
- Halus, ukuran diameter rata-rata Kristal individu < 1 mm.
- Sedang, ukuran diameter Kristal 1 mm – 5 mm.
- Kasar, ukuran diameter Kristal 5 mm – 30 mm.
- Sangat kasar, ukuran diameter Kristal > 30 mm.
C. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan Kristal dalam
suatu batuan.
1. Bentuk butir
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam:
- Euhedral: Apabila bentuk Kristal dan butiran mineral mempunyai
bidang Kristal yang sempurna.
- Subhedral: apabila bentuk Kristal dari butiran mineral dibatasi
oleh sebagian bidang Kristal yang sempurna.
- Anhedral: Apabila bentuk Kristal dari butiran mineral dibatasi
oleh sebagian bidang Kristal yang tidak sempurna.
2. Relasi
Relasi merupakan hubungan antara Kristal satu dengan yang lain
dalam suatu batuan dari ukuran dikenal:
1. Granularitas atau equigranular, apabila mineral mempunya
ukuran butir yang relative seragam terdiri dari
- Panidioformik granular, yaitu sebagian besar mineral
berukuran seragam dan euhedral
- Hipiodiomorfik gb granular, yaitu sebagian besar
mineral nya berukuran relative seragam dan anhedral
- Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral nya
berukuran relative seragam dan anhedral
2. Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir
tidak sama, antara lain terdiri dari :
- Porfiritik, adalah tekstur batuan dimana Kristal
besar(fenoriks) tertanam dalam massa dasar yang lebih
halus
- Vitroverik, apabila fenoriks tertanam dalam massa dasar
berupa gelas
Tekstur khusus , adalah tekstur disamping menunjukkan hubungan
antara bentuk dan ukuran butir juga ada yang menunjukkan arah
serta menunjukkan pertumbuhan bersama antara mineral – mineral
yang berbeda, terdiri dari :
a) Diabasik, tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama piroksen,
disini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap
piroksen.
b) Trakhitik, fenoriks sanidin dan piroksen tertanam dalam massa
dasar Kristal sanidin yang relative tampak penjajaran dengan isian
butir-butir piroksen, oksida besi dan aksesori mineral.
c) Intergranular, ruang antar Kristal-kristal plagioklas ditempati oleh
Kristal-kristal piroksen , olivine atau biji besi.
D. Komposisi Mineral
Menurut Walker T. Huang ( 1962 ), komposisi mineral
dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral, yaitu :
1) Mineral utama
Mineral – mineral terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan
kehadiran nya sangat menentukan dalam penamaan batuan.
Berdasarkan warna dan densitas dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
a. Mineral felsik ( warna terang, densitas 2,5-2,7 ), yaitu :
- Kuarsa (SiO2)
- Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali
( K, Na ) AISi3O8 dan seri plagioklas. Seri feldspar
alkali terdiri dari sanidin, ortoklas, Anhortoklas,
adularia, dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari
albit, aligoklas, andesine labradorit, bwonit, dan
anortit.
- Kelompok feldspartoid ( Na, K Alumina Silika ),
terdiri dari nefelin, sodalit,leusit.
- Kelompok feldspatoid ( Na, K Alumina Silika),
terdiri dari nefelin, sodalit, leusit.
b. Mineral Mafik ( warna gelap, densitas 3 -3,6 ), yaitu :
- Kelompok olivine, terdiri dari fayalite dan forsterite.
- Kelompok piroksen, terdiri dari enstite, hiperstein,
augit, pigeonit diopsid.
- Kelompok mika, terdiri dari biotitic, muscovit,
plogopit.
- Kelompok amphibole, terdiri dari anthofilit,
cumingtonit, hornblende, rieberkit,tremolit, aktinolit,
glaukofan, dll.
2) Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat
daril hasil pelapukan, hydrothermal maupun methamotfisme
terhadap mineral-mineral utama. Dengan demikian mineral-mineral
ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma ( non
pirogenetik ). Mineral sekunder terdiri dari ;
a. Kelompok kalsit ( kalsit, dolomit, magnesit, siderite ) ; dapat
terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas.
b. Kelompok serpentin ( antigorit dan krisotil ) : umumnya
terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas.
c. Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas.
d. Kelompok kaolin ( kaolin, hallosyte ) : umumnya ditemukan
sebagai hasil pelapukan batuan beku.
3) Mineral tambahan ( accessory Mineral )
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi
magma, umumnya dalam jumlah sedikit, apabila hadir dalam
jumlah cukup banyak, tetap tidak mempengaruhi penanaman
batuan, tetapi hal ini bisa mempunyai nilai ekonomis, termasuk
dalam golongan ini antara lain : Hematite, Kromit, Muscovit,
Rutile, Magnetit, Zeolit, Apatit, dll.
E. Klasifikasi dan Penanaman Batuan Beku
Berbagai klasifikasi telah ditemukan oleh beberapa ahli, kadang-
kadang satu batuan pada klasifikasi yang lain penanamannya berlainan
pula. Dengan demikian seseorang petrolog harus bena-benar mengerti
akan dasar penanaman yang diberikan pada suatu batuan beku. Klasifikasi
batuan beku dapat dilihat, antara lain berdasarkan:
1. Klasifikasi berdasarkan kimiawi
Klasifikasi ini telah lama menjadi standart Geologi ( C.J. Hughes,
1962 ), dan dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu :
a.Batuan beku asam : bila batuan beku mengandung lebuh dari 66 %
SiO², biasanya berwarna cerah sampai putih. Misal : Granit,
rhyolit.
b. Batuan beku intermediet : bila batuan beku mengandung 52% -
66% SiO², biasanya berwarna agak gelap sampai kehitaman. Misal
: Diorit, Andesit.
c.Batuan beku basa : bila batuan beku mengandung 45% - 52% SiO²,
biasanya berwarna hitam sampai hitam kelam. Misal : Gabro,
Basalt.
d. Batuan beku ultra basa : bila batuan beku mengandung kurang dari
45% SiO², biasanya berwarna hijau sampai hijau kehitaman.
Misal : Peridotit.
2. Klasifikasi berdasarkan mineralogy
Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan
perbandingan mineral mafik dengan mineral felsik. S.J.Shand, 1943,
membagi empat macam batuan, yaitu :
a.Leucromatic rock; bila batuan beku tersebut mengandung 30%
mineral mafik
b. Mesocratic rock; bila batuan beku tsb mengandung 30% - 60%
mineral mafic
c.Melanocratic rock; bila batuan beku tsb mengandung 60% - 90%
mineral mafic
d. Hipermelanuc rock; bila batuan beku tsb mengandung 90% mineral
mafic.
Sedangkan S.J. Elis, 1948, membagi menjadi empta golongan
tekstur, yaitu :
1. Felsic, untuk batuan beku dengan indek warna kurang dari 10%
2. Mafelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40%
3. Mafic, untuk batuan dengan indeks warna 40% - 70%
4. Ultra mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari
70%
3. Klasifikasi berdasarkan tekstru dan komposisi mineral
Berdasarkan ukuran butir dan tempat terbentuknya, batuan beku
dapat dibagi menjadi dua yaitu batuan beku vulkanik dan batuan beku
plutonik.
a. Batuan plutonik
Batuan plutonik adalah batuan yang terbentuk jauh dari
permukaan dan memiliki ukuran butir besar dan bentuk butir nya
Euhedral sampai Subhedral, hal ini disebabkan karena proses
pembekuan yang terjadi adalah sangay lambat. Komposisi mineral
nya adalah alakali feldspar, plagioklas, dan juga kuarsa. Contoh
batuannya adalah granit, andesit, granodiorit, dan lain-lain.
b. Batuan vulkanik
Batuan vulkanik adalah batuan yang terbentuk dekat dengan
permukaan atau bahkan diluar permukaan dan memiliki ukuran
butir yang halus dan bentuk butirnya anhedral sampai subhedral, hal
ini disebabkan karena proses pembekuan yang terjadi adalah sangat
cepat. Komposisi mineralnya adalah fenokris kuarsa, biotit,
plagioklas asam, dan lain-lain. Contohnya batuan basalt.
Batuan metamorf
Batuan metamorf adalah batuan ubahan dari batuan yang sebelumnya ada,
pada tekanan padat, akibat pengaruh suhu ( T ), dan tekanan ( P ), atau
keduanya, dan larutan yang aktif secara kimiawi. Proses tersebut disebut “
metamorfisme “ yang berlangsung pada komdisi bawah permukaan.
Proses metamorfisme meliputi :
- Rekristalisasi
- Reorientasi
- Pembentukan mineral baru, dari unsur yang telah ada sebelumnya.
Berdasarkan pengaruh terbentuknya, proses metamorfisma dapat dibagi menjadi
tiga macam, yaitu:
1. metamorfisma kontak adalah proses metamorfisma yang akan
menghasilkan batuan metamorf dengan factor utama yang
mempengaruhinya adalah berupa suhu tingg, dan biasanya terjadi disekitar
tubuh batuan intrusi. Contohnyan hornfesl ( batu tanduk )
2. metamorfisma dinamik adalah proses metamorfisma yang menghasilkan
batuan metamorf dengan factor utama yang mempengaruhi adalah berupa
tekanan tinggi. Batuan ini berupa setempat-setempat dan dapat dijadikan
indikasi struktur geologi (cermin sesar). Contohnya batuan milonit.
3. matemorfisma regional adalah proses metamorfisma yang akan
menghasilkan batuan metamorf dengan factor utama yag mempengaruhinya
adalah berupa suhu dan tekanan yang tinggi. Contoh nya schist ( sekis ).
Batuan metamorf dapat dikenali berdasarkan tekstur, struktur, dan
komposisi mineral. Berdasarkan teksturnya, batuan metamorf terbagi
menjadi atas dua bagian, yaitu batuan metamorf berfoliasi dan nonfoliasi.
a. tekstur foliasi berasal dari kata foliatus ( daun ) atau berlembar-lembar.
Tekstur ini disebabkan adanya orientasi kesejajaran penyususn mineral
batuannya, tetapi haurs dibedakan dengan orientasi batuan sendimen,
yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan batuan metamorf
berdasarkan kenampakkan tekstur batuan asalnya ( apakah masih
terlihat atau tidak terlihat ) batuan metamorf dapat dibagi menjadi dua,
yaitu kristobiastik dan palimpsest.
1. kristoblastik, yaitu jika tekstur batuan tidak terlihat lagi. Dalam
penanamannya digunakan akhiran blastik, kemudian kita lihat
kemasnya, dan guanakan istilah :
Homoblastik, apabila terdiri atas satu jenis tekstur.
Heteroblastik, apabila lebih dari satu jenis tekstur.
c. Tekstur nonfoliasi ditunjukan dengan kenampakan tidak berlampis
atau berlembar. Adapun struktur yang biasa terdapat pada batuan
metamorf nonfoliasi ini adalah ;
a. Granulose, apabila tersusun atas mineral yang berukuran
relatif sama.
b. Hornfelsic, apabial sebagian besar terdiri atas mineral tanpa
persejajaran mineral pipih.
c. Milonic, apabila sturktur yang terjadi berupa metamorfosa
kataklastik, yaitu sifat tergerus, berupa lembar atau bidang
yang yang disebut jalur minolit.
d. Breksi kataklastik, apabila fragmen-fragmen pembentuk
( butiran ) terdiri atas mineral yang sama dengan matrik dan
semennya, dan biasanya menunjukan orientasi arah.
Derajar
metamorfosisMineral khas
Rendah ( Low grade
Metamorphism )Klorit, Biotit
Menengah (Medium
Grade
Metamorphisme)
Kianit, Almandit
Tinggi (High Grade
Metamorrphism)Silimanit
Zona Derajat Metamorfisma
Mineral-Mineral Pembentuk Batuan Metamorf
Jika batuan asal diberikan perubahan tekanan dan temperatur yang
tinggi, maka pada kondisi tersebut batuan akan melakukan penyesuaian
setelah batas kestabilannya
Batuan sendimen
Batuan sendimen yaitu batuan yeng terbentuk dalam suatu siklus
sendimentasi (pelapukan-transprotasi-sendimentasi-diagenesa).
- Komposisi Batuan sendimen
Mineral-mineral dalam batuan sendimen
Mineral Autigenic
- Terbentuk didaerah sendimentasi dan langsung diendapkan
Contoh : gypsum, kalsit, anhidrit, aksida besi, halit, glaukonit.
Mineral Allogenik
- Terbentuk diluar diluar daerah sendimentasi
- Telah mengalami transportasi dan kemudian diendapkan didaerah
sendimentasi.
- Harus tahan pelapukan dan tahan terhadap pengikisan selama
tertranportasi
Sampai pengendapan.
- Klasifikasi batuan sendimen
Pembagian batuan sendimen berdasarkan tekstur :
Batuan sendimen bertekstur klastik
Batuan sendimen non klastik ( kristallin )
- Batuan sendimen non klastik ( kristalin )
Umumnya terdiri dari mineral autigenik
Pada P dan T tertentu sering kali memperlihatkan gejala
diagenesa,akibatya porositas batuan menjadi sangat rendah atau
hilang.
Porositas primer rendah dan memperlihatkan tekstur mozaik (contoh :
batu gamping).
Kadang-kadang terdapat butiran yang amorf (seperti kalsedon dan
opal)sebagai semen.
- Pengaruh diagenesa pada batuan sedimen non klastik (kristalin)
- Butiran/Kristal yang mula-mula kecil akibat diagenesa akan menjadi
besar sehingga porositas mengecil.
- Terjadi rekristalisasi
- Tidak ada perubahan mineral
- Bila ada replacement/penggantian, umumnya memperkecil besar
butir (menjadi lebih halus dari semula).
- Pelarutan akan menyebabkan porositas bertambah, terjadi tekstur
stylolitik (batas-batas mineral sangat bergerigi tidak beraturan).
- Besar butiran/Kristal batuan sedimen non klastik (Kristal)
- > 5mm : kasar
- 1mm – 5mm : sedang
- < 1mm :halus
- Mikrokristalin : butiran sangat halus sehingga sulit di bedakan
satu dengan lainnya.
- Afanitik :butiran Kristal tidak dapat di bedakan satu
sama lainnya.
Macam batuan sendimen non klastik :
1. Sendimentasi organis : batubara, batu gamping terumbu, batu gamping
bioklastik, radiolarian, diatomae.
2. Sendimentasi kimiawi : batu gamping kristalin, dolomite, batu gamping
oolit, gips, anhidrit, napal, flint, chert, fosforit.
Batuan sedimen bertekstur klastik
Tekstur yang harus di perhatikan dalam batuan Besar butir (grain size) :
unsur utama dari tekstur klastik, yang berhubungan dengan tingkat enersi pada
saat transportasi dan pengendapan.
- Butiran dapat dibagi menjadi fragmen, matrik, dan semen. Dalam batuan
sedimen klastik ketiganya tidak harus selalu ada.
1. Fragmen : butiran klastik ( yang tertransport ) disebut sebagai
fragmen.
2. Masa dasar ( matrik ) : lebih halus dari butiran/fragmen,
diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
3. Semen ( cement ) : berukuran halus, mengikat butiran/fragmen,
dan matriks, terbentuk sebagian komponen autigenik selama
proses siagenesa.
Pemilahan/sorting : derajat kesamaan atau keseragaman antar butir.
Kebundaran/roundness : menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut
butiran, yang mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.
- Merupakan sifat permukaan dari butiran.
- Disebabkan oleh transport terhadap butiran.
Fabric : merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir
dan kemas ( packing ), secara umum dapat memberikan gambaran tentang
arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas
batuan.
2.1.3 Mineral Pembentuk Batuan
Setiap batuan memiliki komposisi kimia tertentu, pada dasarnya, setiap unsur
kimia akan membentuk ikatan-ikatan dalam bentuk senyawa yang pada akhirnya akan
membentuk mineral-mineral penyusun batuan. Mineral adalah bahan organic yang
terbentuk secara alami, mempunyai komposisi kimia yang tetap dan struktur Kristal
yang beraturan.
Ada beberapa sifat – sifat mineral, yaitu :
Struktur Kristal Mineral : suatu bentuk mineral dapat berupa Kristal tunggal
atau rangkaian Kristal.
Warna dan gores :
Warna dari mineral adalah warna yang terlihat dipermukaannya yang
terlihat oleh mata telanjang,
Gores ( streak ) adalah warna dari serbuk mineral, dapat dilihat dengan
menggoreskan mineral pada lempeng kasar.
Belahan dan rekahan :
Beberapa mineral terdapat satu atau lebih sepanjang bagian tertentu lebih
mudah membelah.
Suatu permukaan yang terbentuk akibat pecahnya mineral disebut rekahan
Kekerasan
Kilap : cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral
Perawakan : perkembangan Kristal atau kumpulan Krista.
Densitas atau specific grvity.
2.1.4 Struktur Geologi
Struktur geologi adalah gambaran bentuk dan hubungan dari keadaan batuan
dari kerak bumi.
Geologi struktur adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
bentuk atau arsitektur tubuh batuan sebagai jasil dari proses deformasi. Geologi
struktur sangatla penting dalam memahami bagaimana struktur pada suatu batuan
yang telah terbentuk untuk membantu dan mengetahui sejarah yang pernah dilalui
oleh batuan itu, dengan mengetahui wujud struktur suatu batuan, dapat mengetahui
keadaan batuan, serta berapa besar pengaruh tektonik yang masih aktif atau tidak,
serta mengetahui arah gaya dari struktur yang berkembang.
Struktur geologi yang terutama adalah kekar (joint), Sesar (fault), dan lipatan
(fold)
Kekar (joint)
Rekahan pada batuan merupakan hasil kekandasan akibat tegasan (stress).
Kekar adalah struktur rekahan dalam batuan dimana tidak ada atau sedikit
sekali mengalami pergeseran. Kekar merupakan jalur-jalur lemah dalam
batuan.
Sesar (fault)
Sesar adalah satuan rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
sehingga terjadi perpindahan antara bagioan-bagian yang berhadapan dengan
arah yang sejajar dengan bidang patahan. Kekar yang memperlihatkan
pergeseran disebut sebagai sesar minor.
Beberapa indikasi umum adanya sesar
- Kelurusan pada pengaliran sungai
- Pola kelurusan penggunungan
- Kelurusan gawir
- Gawir dengan triangular facet
- Keberadaan mata air panas
- Keberadaan zona hancuur an
- Keberadaan kekar
- Keberadaan lipatan seret
- Adanya tatanan stratigrafi yang tidak teratur.
Secara umum sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu disesar kan
pada sifat geraknya :
a) Sesar normal, yaitu gerak relative “hanging wall”turun
terhadap “foot wall”
b) Sesar naik, yaitu gerak relative “hanging wall” turun terhadap
“foot wall”
c) Sesar mendatar, yaitu gerak relative mendatar pada bagian-
bagian yanf tersesarkan.
Lipatan (Fold)
Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang diakibatkan
pelengkungan atau melipatnya batuan tersebut, karena pengaruh suatu tegasan
(gaya) yang bekerja pada batuan tersebut.
Jenis – jenis Lipatan :
- Antiklin, yaitu yang kedua sayapnya mempunyai arah
kemiringan yang saling berlawanan.
- Sinklin, yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah
kemiringan yang menuju kesatu arah yang sama.
Sayap lipatan merupakan bagian dari sisi lipatan.
2.2 Peta geologi
2.2.1 Pengertian dan kegunaan
Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah.
Yang meliputi susunan batuan yang ada ( stratigrafi ) dan bentuk-bentuk (
struktur ) dari masing-masing satuan batuan tersebut.
Peta geologi merupakan sumber informasi dasar yang antara lain : jenis-
jenis batuan. Ketebalan dan arah penyebaran batuan, susunan / urutan
satuan batuan, struktur, pelapisan, kekar dan perlipatan. Serta proses yang
pernah terjadi didaerah ini. Peta geologi adakalanya dibuat berdasarkan
kepentingannya, misalkan untuk kepentingan ilmiah ( science ), untuk
kepentingan pertambangan atau teknik sipil ( engrinering ) atau
kepentingan lain misalnya pertanian lingkungan dsb. Hal secara prinsip
sama, misalnya pada “ peta geologi teknik “, disamping dicantumkan
jenis batuan, disini juga dibedakan hasil pelapukan ( soil ), tanah
timbunan, juga sifat-sifat teknik batuan, muka air tanah, kedalam bataun
dasar dsb.
2.2.2 Peta Topografi dan Skala Peta
Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian
unsur permukaan bumi yang digambar dalam skala tertentu. Peta seringkali
sangat efektif untuk menunjukkan lokasi dari obyek obyek alamiah maupun
obyek buatan manusia, baik ukuran maupun hubungan antara satu obyek dengan
obyek lainnya. Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan informasi yang
barangkali tidak praktis apabila dinyatakan atau digambarkan dalam susunan
kata-kata. Kebanyakan dari peta yang dikenal hanya memperlihatkan bentuk
dua dimensi saja, sedangkan para pengguna peta seperti ahli geologi
membutuhkan bentuk 3 dimensi (unsur ketinggian) juga disajikan dalam peta.
Peta yang menyajikan unsur ketinggian yang mewakili dari bentuk lahan disebut
dengan peta topografi. Meskipun berbagai teknik telah banyak dipakai untuk
menggambarkan unsur ketinggian, akan tetapi metoda yang paling akurat/teliti
adalah memakai garis kontur.
Garis kontur adalah suatu garis di peta yang mewakili hubungan garis
imaginer (hayal) yang terdapat di permukaan tanah yang mempunyai ketinggian
yang sama. Adapun sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut:
1. Garis kontur akan berpola seperti huruf V jika melalui suatu lembah atau
sungai yang berada di daerah berelief tinggi, seperti hulu sungai.
2. Garis kontur yang berada dekat bagian atas suatu puncak bukit akan
berbentuk melingkar tertutup. Bagian puncak bukit adalah merupakan bagian
tertinggi dari kontur yang membentuk lingkaran tertutup.
3. Garis kontur pada daerah yang berlereng landai dicirikan oleh spasi kontur
yang renggang.
4. Garis kontur pada daerah yang berlereng terjal dicirikan oleh spasi kontur
yang rapat.
5. Garis kontur dengan spasi yang teratur mewakili wilayah yang memiliki
lereng yang seragam
6. Garis kontur tidak akan saling berpotongan satu dengan lainnya, kecuali jika
berada di daerah lereng yang menggantung (overhanging).
7. Perubahan arah kemiringan lereng selalu diperlihatkan dengan perulangan
dari ketinggian yang sama seperti dua buah garis kontur yang berbeda
dengan nilai ketinggian yang sama.
Relief adalah perbedaan ketinggian antara dua titik/lokasi. Relief maksimal
adalah perbedaan tinggi maksimal dan tinggi minimal pada suatu wilayah. Pada
peta, relief di nyatakan dengan interval kontur. Nilai interval kontur pada garis
kontur yang berurutan biasanya diformulasikan dengan skala peta dibagi dengan
angka 2.000. Sebagai contoh, peta dengan skala 1 : 25.000 mempunyai interval
kontur 12.5 meter, sedangkan peta skala 1 : 50. 000 mempunyai interval kontur
25 meter.
Peta topografi dikenal juga sebagai peta dasar (base maps) dan merupakan
peta yang mendasari dalam pembuatan peta geologi. Sebagaimana diketahui
bahwa peta dasar tidak saja diperlukan oleh para ahli geologi, namun juga
diperlukan oleh para ahli teknik lainnya dan para teknisi serta para pelaksana
dalam melaksanakan pekerjaannya atau melaksanakan suatu proyek
pembangunan. Ketelitian suatu peta sangat ditentukan oleh Skala Peta. Skala
peta adalah suatu perbandingan antara obyek yang terdapat di permukaan bumi
dan di atas peta. Dalam prakteknya, skala peta ditentukan oleh kebutuhan si
pengguna. Untuk perencanaan teknis, seperti perencanaan gedung, saluran
drainase, kontruksi bangunan dan pondasi bendungan, umumnya menggunakan
skala peta yang besar, yaitu skala 1 : 500 ; 1 : 1.000, 1 : 2.000; atau 1 : 5.000.
Pada umumnya peta skala besar dibuat dengan cara pengukuran
langsung di lapangan dengan menggunakan theodolite dan atau tenol sebagai
alat ukur dalam pembuatan peta teknis dan peta skala besar bersifat detail serta
memiliki ketelitian dan akurasi yang sangat tinggi.
Peta Topografi, skala 1:24,000 scale, 1 cm mewakili 240 meter
Peta Topografi, skala 1:100,000, 1 cm mewakili 1 km
Peta Topografi , skala 1:250,000, 1 cm mewakili 2.5 km
Gambar 12.1 Peta topografi dari daerah Mt. Rainier dalam berbagai skala
Di Indonesia untuk memperoleh peta topografi / rupabumi yaitu dengan
cara memesan atau membeli ke lembaga yang memang bertugas menyediakan
peta rupabumi. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)
adalah lembaga pemerintah yang fungsi dan tugasnya menyediakan peta
rupabumi standar yang diperlukan oleh pengguna, baik sektor pemerintah
maupun sektor swasta maupun perorangan. Adapun skala peta yang diterbitkan
oleh Bakosurtanal pada umumnya adalah peta-peta berskala 1 : 10.000 (khusus
untuk wilayah Jabotabek), sedangkan untuk pulau Jawa umumnya adalah peta-
peta berskala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000, sedangkan untuk Sumatra, Bali, Sebagian
Kalimantan, Sebagian Sulawesi tersedia peta rupabumi berskala 1 : 50.000 dan
wilayah-wilayah lainnya masih berskala 1 : 100.000 sampai skala yang lebih
kecil lagi.
2.2.3 Koordinat, jurus, dan kemiringan lapisan batuan
Koordinat, untuk memudahkan posisi titik-titik yang tidak terletak dalam
satu garis lurus, maka dibuatlah dua buah garis yang saling tegak lurus dan
disebut salib sumbu.
Baris yang mendatar disebut absis atau sumbu X dan yang tegak disebut
ordinat atau sumbu Y, sedang titik potong sumbu X dan sumbu Y dinyatakan
dengan harga absis dan ordinat ( X , Y )
Jurus secara geometris dapat dinyatankan sebagai perpotongan anatara
bidang miring ( perlapisan batuan ) dengan bidang horizontal, dan
kedudukannya dinyatakan dengan besaran arah ( derajat ) dari koordinat atau
mata mata angin ( utara atau selatan ).
Kemiringan adalah besaran sudut vertical yang dibentuk yang dibentuk
oleh miring tersebut dengan bidang horizontal.
2.2.4 Metoda pemetaan geologi lapangan
2.2.4.1 Peralatan yang digunakan
Untuk pekerjaan lapangan, seorang geologis peril melengkapi dirinya
dengan beberapa peralatan dan pendukungan. Dalam pekerjaan pemetaan geologi
yang sebenarnya peralatan lapangan meliputi : peta topografi, palu geologi, kompas
geologi, peta geologi, GPS, dll. Untuk melaksanakan pemetaan lapangan parapat ini
diperlukan paralatan sebagai berikut :
a. Peralatan lapangan terdiri dari :
- kompas geologi berupa type brunton, type silva
- palu geologi berupa palu batuan beku dan palu batuan sendimen
- peta topografi dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000
- loupe / kaca pembesar
- larutan asam chloride ( HCL 0.1 )
- pita ukur atau meteran
b. Peralatan tulis terdiri dari :
- buku catatan lapangan
- pensil dan penghapus
- pensil warna dan spidol
- penggaris dan busur
- kantong contoh lapangan
c. Peralatan pribadi terdiri dari :
- tas lapangan yang praktis
- peralatan makanan dan makanan
- jas hujan, senter emergensi
- kamera
- Peralatan P3K
2.2.4.2. Metoda pengambilan data
Pemetaan metode kompas dan langkah.
Kompas dan langkah merupakan salah satu cara pemetan geologi yang
biasanya dilakukan apabila peta dasar tidak tersedia atau dilakukan untuk
pemetaan detail terhadap singkapan yang penting tetapi tidak dapat disajikan
pada peta dasar dengan skala yang ada. Pemetaan dilakukan secara sederhana
yaitu menggunakan kompas geologi dan panjang langkah atau tali atau pun
pita ukur.
Penggunaan kompas geologi
A. Cara membaca arah
Dengan menggunakan satu mata angin yaitu north, segala arah diukur
dari arah ini searah dengan arah jarum jam, atau dengan kata lain dari
norh ke east. Arah tersebut dinamakan dengan arah azimuth, besarnya
0º s/d 360º.
B. Cara mengukur jurus dan kemiringan
Ada beberapa cara dalam pengukuran jurus dan kemiringan lapisan
batuan. Cara pertama yang dibaca adalah arah jurusnya, sedangkan
cara yang kedua adalah dari kemiringan tersebut.
Pengukuran dilakukan dari bagian atas lapisan, kalau yang
tersingkap bagian bawah maka sambunglah bidang perlapisan
tersebut dengan clipboard dan pengukuran dilakukan di atas
clipboard tersebut.
Tempelkan sisi East (E) dari kompas pada lapisan batuan
sambil kompas di horizontalkan dengan cara gelembung
kompas horizontal ( horizontal bule ) di usahakan berada
ditengah, kalau kompas sudah horizontal, bacalah ujung utara,
maka arah ini adalah arah jurus dari lapisan. Arah
kemiringannya adalah 90º ( tegak lurus ) dari ini searah jarum
jam.
Ukuran besar kemiringan dengan klinometer, caranya kompas
diletakkan miring pada sisinya yang ada skala klinometer
dalam arah tegak lurus, kemudian baca besarnya sudut
kemiringan tersebut.
Jika arah kemiringannya yang dibaca maka :
Pengukuran tetap dilakukan pada bagian atas lapisan batuan
Temple sisi S dari kompas sambil kompas dihorizontalkan
seperti cara yang pertama
Setelah kompas horizontal bacalah ujung jarum Utara maka
arah ini adalah arah kemiringan dari lapisan
Ukurlah besarnya kemiringan dengan klinometer
Arah jurusnya tentu saja tegak lurus arah kemiringan tersebut
Kedua cara pengukuran jurus dan kemiringan yang telah di uraikan di atas berlaku untuk kompas type kuadran maupun type azimuth.
BAB III Pembahasan Masalah
3.1 Data Lapangan
Dalam membuat peta geologi, data lapangan merupakan syarat utama dalam pembuatan peta. Oleh sebab itu data harus diambil sebanyak-banyak nya agar peta lebih akurat statistic nya. Dalam pemetaan geologi data pengukuran yang harus diambil saat dilapangan adalah :
1. Data Azimuth / arah
2. Data kemiringan
3. Data jarak lintasan
4. Data vegetasi, Litologi, dan morfologi lintasan
5. Data strike / dip batuan
6. Data struktur geologi