laporan absorpsi (1)
DESCRIPTION
aaaaTRANSCRIPT
LABORATORIUM SATUAN OPERASI
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013-2014
MODUL : Absorpsi
PEMBIMBING : Ahmad Rifandi
Oleh :
Kelompok : I (satu)
Nama : 1. M. Iqbal Aulia A ,121424019
2. Nabilah Hasna P ,121424020
3. Naura Agustina ,121424021
4. Pria Gita Maulana ,121424024
Kelas : 2A
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014
Praktikum : 14April 2014
Penyerahan : 24 April 2014
(Laporan)
I. TUJUAN
1. Memahami proses absorpsi dan prinsip kerja peralatan.
2. Menghitung laju absorpsi CO2 kedalam air.
3. Menentukan kurva penyerapan gas CO2 oleh H2O melalui kolom isian.
4. Menentukan jumlah tahap ideal pada percobaan dengan metode McCabe-Thile.
II. LANDASAN TEORI
Operasi absorbsi melibatkan kontak antara fasa cair dan fasa gas untuk tujuan, pertama
adalah mengambil zat atau senyawa yang terkandung dalam fasa cair dengan mengontakkannya
dengan fasa gas sehingga ada bagian senyawa yang terkandung dalam fasa cair terbawa oleh
fasa gas. Kedua adalah mengambil zat atau senyawa yang terkandung dalam fasa gas dengan
mengontakkan dengan fasa cair sehingga ada bagian senyawa yang terkandung dalam fasa gas
larut dalam fasa cair. Operasi pertama sering disebut dengan stripping dengan menggunakan
fasa gas sebagai stripper, sedangkan operasi yang kedua sering disebut dengan scrubbing atau
pencucian.
Operasi absorbsi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu absorbsi yang melibatkan reaksi
kimia, dan operasi absorbsi yang tidak melibatkan reaksi kimia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan, diantaranya :
1. Temperatur operasi
2. Tekanan operasi
3. Konsentrasi komponen di dalam cairan
4. Konsentrasi komponen di dalam aliran gas
5. Luas bidang kontak
6. Lama waktu kontak
Absorben yang sering digunakan adalah air (untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk
pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidrioksida (untuk gas-gas yang
dapatbereaksi seperti asam), dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
Berdasarkan alasan ekonomi dan pelestarian lingkungan, absorben kebanyakan
dikembalikan ke dalam alat absorpsi dengan sirkulasi sehingga bahan tersebut terbebani secara
penuh. Kemudian absorben diolah kebih lanjut untuk keperluan lain, dibuat menjadi tidak
berbahaya atau diregenerasi.
Kesetimbangan Cair dan Gas
Kelarutan gas dalam cairan bergantung pada tekanan gas. Pada saat terjadi
kesetimbangan, jumlah komponen yang meninggalkan fasa gas sama dengan komponen yang
meninggalkan fasa cair. Jika temperature konstan, maka kenaikan tekanan gas akan jumlah gas
yang terlarut.
Menurut hukum Henry hubungan antara tekanan parsial gas (pA) dan fraksi mol (xA)
pada pelarut fisik konsentrasi rendah dapat dinyatakan dengan persamaan garis lurus, yang
dinyatakan dalam :
pA = HxA
atau
PA/Pt = (H/Pt) xA
PA = tekanan parsial A
Pt = tekanan total
H = Konstanta Henry
xA = fraksi mol A
Menara Absorpsi dengan Benda Isi (Packing Column)
Menara jenis ini terdiri dari kolom dengan pengisian khusus, yang gunanya untuk
memperbesar permukaan kontak dengan jala penyebaran zat cair dan penyebaran gas. Pada
zaman dahulu bahan isian yang sering digunakan adlah kokas, pecahan batu, dsb, sedangkan
sekarang sering digunakan dari bahan tanah liat, porselen polimer, kaca, logam, dll.
Zat cair disemprotkan dari atas dan mengalir ke bawah sepanjang bahan isian, sedangkan
gas yang akan dibersihkan dimasukkan dari dasar kolom dan menyapu sepanjang kolom isian
dengan aliran berlawanan arah. Isian biasanya digunakan berbentuk teratur/seragam. Bahan isian
biasanya dipasang menggantung diatas dasar kolom untuk memperoleh pembagian gas yang
sempurna dan menjaga supaya bagian pengisisan yang paling bawah tidak berada di bawah zat
cair absorpsi. Pada kolom yang tinggi, bagian isian dipasang dalam paket-paket dengan
memberikan jarak antar paket agar aliran zat cair dan gas dapat terbagi kembali. Dengan cara
seperti ini kerugian adanya aliran yang menempel dinding “efek dinding” dalam kolom biasanya
dipasang suatu alat penahan ricikan, yaitu alat untuk mencegah tetesan air terseret oleh aliran
gas.
III. Alat dan Bahan
1. Satu set alat absorpsi
2. Tabung gas CO2
3. Koil pemanas
4. Satu set alat titrasi
5. NaOH
IV. Data Pengamatan dan Pengolahan Data
Laju alir CO2 : 2 L/menit
Laju alir udara : 40 L/menit
Laju alir air : 5 L/menit
Waktu 1 putaran : 12,5 detik
Standardisasi NaOH dengan Oksalat
V Oksalat V NaOH
10 mL 11,1 mL11,15 mL
10 mL 11,2 mLBerat Oksalat = 0,6288 gram
Be Oksalat = 126/2= 63 gram/mol
Volume labu = 100 mL
Konsentrasi(N) Oksalat = BeratBe
x 1000100
= 0,6288
63 x
1000100
= 0.0998 N
V NaOH x N NaOH = V oksalat x N oksalat
N NaOH = V oksalat x N oksalat
V NaOH =
10x 0,099811,15
= 0,0895N
Data titrasi hasil percobaan
Sampel ke -
Menit ke -
Volume NaOH (mL)
1 00
00
2 50,1
0,10,1
3 100,15
0,150,15
Perhitungan Konsentrasi CO2
V NaOH x N NaOH = V CO2 x N CO2
Konsentrasi CO2pada sampel ke:
1. 0mL×0,0895N=10mL× NCO2
N CO2=0
2. 0,1mL×0,0895N=10mL×N CO2
N CO2=8,95×10−4
3. 0,15mL×0,0895N=10mL× NCO2
N CO2=1,34×10−3
0 2 4 6 8 10 120
0.0005
0.001
0.0015f(x) = 0.000134 x + 7.50000000000003E-05R² = 0.963770060651602
Hubungan Konsentrasi CO2 terhadap Waktu
Hubungan Konsentrasi CO2 terhadap WaktuLinear (Hubungan Konsentrasi CO2 terhadap Waktu)
Waktu
Kons
entr
asi C
O2
Data di Setiap Putaran
Mol air = 5L
menit=5000
mLmenit
=83,3mLdetik
= 83,3mLdetik
×1grmL
=83,3grdetik
= 83,3grdetik
÷18grmol
= 4,63moldetik
=0,37mol
12,5detik
Mol udara = 40L
menit=40000
mLmenit
=666,67mLdetik
= 666,67mLdetik
×0,0012grmL
=0,8grdetik
= 0,8grdetik
÷28,84grmol
= 0,03moldetik
=0,0022mol
12,5detik
Perhitungan Mol CO2
Mol CO2 pada sampel ke:
1. MolCO2=M×V
MolCO2=0×0mL
MolCO2=0mol
2. MolCO2=M×V
MolCO2=8,95×10−4×10mL
MolCO2=0,00895mol
3. MolCO2=M×V
MolCO2=1,34×10−3×10mL
MolCO2=0,0134mol
Perhitungan Fraksi Mol dalam Air dan Udara
Fraksi mol CO2 dalam air dan pada sampel ke:
1. Fraksi mol dalam air (xA) = 0
Fraksi mol dalam udara (yA) = 0
2. Fraksi mol dalam air (xA) = molCO2
molCO2+molair= 0,00895
0,00895+0,37=0,024
Fraksi mol dalam udara (yA) = molCO2
molCO2+moludara= 0,00895
0,00895+0,0022=0,803
3. Fraksi mol dalam air (xA) = molCO2
molCO2+molair= 0,0134
0,0134+0,37=0,035
Fraksi mol dalam udara (yA) = molCO2
molCO2+moludara= 0,0134
0,0134+0,0022=0,86
0 0.01 0.02 0.03 0.040
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1f(x) = 26.0140478668054 x + 0.0427237252861602R² = 0.937317681512594
Kurva Kesetimbangan CO2
Kurva KesetimbanganLinear (Kurva Kesetimbangan)
xA
yA
Perhitungan Garis Operasi
1 putaran = 12,5 detik10 menit = 600 detik
10 menit = 60012,5
=48 putaran
∆ x=x10−x0
48
∆ x=0,00288−036
=8×10−5
Garis operasi:
yn+1=LnV n+1
xn+V 1 . y A1
V n+1
yn+1=542
xn+42×0,86
42
yn+1=542
xn+42×0,86
42yn+1=0,12 xn+0,86
xn = 0 yn+1 = 0,86
xn = 8×10−5 yn+1 = 0,8602
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.0350
0.20.40.60.8
11.21.41.61.8
2
f(x) = NaN x + NaNR² = 0 Kurva Kesetimbangan CO2
Kurva Kesetimbangan
Linear (Kurva Kesetimbangan)
Garis Operasi
xA
yA
Jumlah tahap tidak dapat ditentukan.
V. Pembahasan
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan teresbut pada permukaan pelarut cair yang iikuti dengan pelarutan. Pada
praktikum kali ini dilakukan proses penyerapan gas CO2 yang tekandung di dalam udara dengan
metode absorpsi gas-cair, dimana air digunakan sebagai aborben. Tujuan dari praktikum ini
adalah memahami proses absorpsi dan prinsip kerja peralatan, menghitung laju absorpsi CO 2 ke
dalam air, menentukan kurva penyerapan gas CO2 oleh H2O melalui kolom isian, dan
menentukan jumlah tahap ideal pada percobaan dengan metoda McCabe-Thile.
Prinsip kerja proses absorpsi pada praktikum kali ini adalah air dialirkan dari bagian atas
kolom berpacking, sedangkan CO2 yang terkandung dalam udara mengalir dari bagian bawah
kolom. Pada saat kontak terjadi antara air dan udara maka sebagian dari CO2 yang ada di udara
akan terserap oleh air. Sistem spray digunakan untuk memperkecil partikel air yang memasuki
kolom sehingga air yang memasuki kolom stabil dan tidak berlebih. Banyaknya CO2 yang
terabsorp oleh air sebanding dengan kelarutan CO2 tersebut di dalam air.
Laju alir CO2 yang digunakan pada praktikum ini adalah sebesar 2 L/menit, Sementara
itu laju alir udara sebesar 40 L/menit dan laju alir air yang digunakan adalah sebesar 5 L/menit.
Sebelum praktikum juga dilakukan kalibrasi laju alir air untuk menentukan pada laju alir air
sebesar 5 L/menit berapa periode 1 kali putaran atau waktu yang dibutuhkan air untuk mencapai
bagian bawah kolom. Dari data percobaan didapatkan waktu 1 kali putaran sebesar 12,5 detik.
Pengambilan sampel keluaran (outlet) pada bak penampung air dilakukan setiap 5 menit
sekali. Untuk mengetahui konsentrasi CO2 yang terabsorp di dalam air dilakukan dengan metode
titrasi, dimana sampel tersebut dititrasi dengan NaOH 0,0895 N. Dari data percobaan didapatkan
pada menit ke 5 konsentrasi CO2 sebesar 8,95 x 10-5 N, sedangkan pada menit ke 10 konsentrasi
CO2 yang diperoleh sebesar 1,34 x 10-3 N sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama
waktu kontak, maka konsentrasi CO2 yang diperoleh semakin besar. Hal ini juga dapat dilihat
dari fraksi mol CO2 dalam air yang diperoleh, dimana fraksi mol CO2 dalam air pada menit ke 10
didapatkan lebih besar daripada menit ke 5.
Kurva garis kesetimbangan pada praktikum ini diperoleh dari data fraksi mol CO2 dalam
air dan fraksi mol CO2 dalam udara pada menit ke 0, 5, dan 10. Dari data percobaan didapatkan
kurva kesetimbangan dengan nilai regresi 0,937. Dari nilai regresi ini dapat disimpulkan bahwa
kurva kesetimbangan yang diperoleh dari praktikum ini tidak linier. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kondisi operasi yang tidak dijaga dengan baik dimana
laju alir udara dan air yang sempat mengalami perubahan dan penguapan gas CO2 di dalam air
pada sampel yang mempengaruhi fraksi mol CO2 yang diperoleh.
Sementara itu garis operasi pada praktikum ini diperoleh dari persamaan berikut ;
yn+1=LnV n+1
xn+V 1 . y A1
V n+1
Garis operasi dan garis kesetimbangan yang diperoleh pada praktikum ini digunakan untuk menentukan
jumlah tahap kesetimbangan dengan metode McCabe-Thile. Pada praktikum ini jumlah tahap
kesetimbangan tidak dapat ditentukan. Hal ini dikarenakan garis operasi yang diperoleh pada praktikum
ini terlalu pendek yang dapat disebabkan karena laju alir udara yang terlalu besar sehingga waktu kontak
udara dan air menjadi singkat dan fraksi mol CO2 di dalam air yang diperoleh pada menit ke 5 dan ke 10
tidak mengalami peningkatan secara signifikan.
VI. Simpulan
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan teresbut pada permukaan pelarut cair yang iikuti dengan pelarutan. Prinsip
kerja proses absorpsi pada praktikum kali ini adalah air dialirkan dari bagian atas kolom
berpacking, sedangkan CO2 yang terkandung dalam udara mengalir dari bagian bawah kolom.
Pada saat kontak terjadi antara air dan udara maka sebagian dari CO2 yang ada di udara akan
terserap oleh air. Kurva garis kesetimbangan pada praktikum ini diperoleh dari data fraksi mol
CO2 dalam air dan fraksi mol CO2 dalam udara pada menit ke 0, 5, dan 10 dengan nilai regresi
0,937. Jumlah tahap kesetimbangan pada praktikum ini tidak dapat ditentukan. Hal ini dikarenakan garis
operasi yang diperoleh pada praktikum ini terlalu pendek yang dapat disebabkan karena laju alir udara
yang terlalu besar sehingga waktu kontak udara dan air menjadi singkat dan fraksi mol CO 2 di dalam air
yang diperoleh pada menit ke 5 dan ke 10 tidak mengalami peningkatan secara signifikan.
VII. Daftar Pustaka