laporan

17
LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN PANGAN PERIKANAN Oleh : Nama : Mugni Srinovia Nrp : 103020011 Kelompok :C No. Meja : 4 (Empat) Asisten : Arindi Sulistiani Tanggal Percobaan : 29 November 2012

Upload: mugni-srinovia

Post on 14-Dec-2015

78 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

laporan praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: laporan

LAPORAN PRAKTIKUMPENGETAHUAN BAHAN PANGAN

PERIKANAN

Oleh :Nama : Mugni SrinoviaNrp : 103020011Kelompok : CNo. Meja : 4 (Empat)Asisten : Arindi SulistianiTanggal Percobaan : 29 November 2012

LABORATORIUM PENGETAHUAN BAHAN PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2012

Page 2: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

PENGETAHUAN BAHAN PANGANPERIKANAN

Mugni Srinovia, Sekar Arum, Ira Guci, M. Fikri Isnaeni

INTISARI

Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan. Menangkap ikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga sering disebut sebagai memancing. Hasil penangkapan ikan dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 juta ton (Anonim, 2008)

Tujuan dari percobaan struktur fisik ikan adalah untuk mengetahui struktur fisik dari hasil-hasil perikanan sehingga dapat mengenal lebih dekat hasil-hasil perikanan tersebut serta untuk mengetahui cara penanganan atau pengolahannya. Tujuan dari percobaan edible portion adalah untuk mengetahui seberapa besar jumlah atau bagian yang dapat dimakan pada hasil-hasil perikanan sehingga dapat diperkirakan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk produksi. Tujuan dari percobaan kesegaran ikan adalah untuk mengetahui mutu dari ikan dengan melihat dari sifat-sifat ikan tersebut termasuk kesegarannya.

Prinsip dari percobaan struktur fisik adalah berdasarkan bentuk, warna, dan struktur bagian dalam atau daging pada hasil-hasil perikanan. Prinsip dari percobaan edible portion adalah berdasarkan jumlah atau bagian yang dapat dimakan dinyatakan dalam persen terhadap berat utuh. Prinsip dari percobaan kesegaran ikan adalah berdasarkan pengamatan fisik subjektif terhadap ciri fisik ikan yang dilihat dari warna keadaan mata, kulit, tekstur, sisik, insang, aroma, serta berdasarkan pengamatan secara objektif dengan cara kimia dan mikrobiologi.

Kesimpulan dari percobaan struktur dan sifat fisik pada sampel ikan belut didapat bentuk yang panjang, dengan warna kulit coklat tua, dan warna daging coklat muda. Dan % edible portionnya sebesar 24,8%. Pada uji kesegaran ikan secara subjektif, didapat hasil warna coklat tua, mata cemerlang, kulit cemerlang warna asli kontras, tekstur daging bila ditekan tidak ada bekas jari, tidak ada sisik, insang tidak berbau dan aroma segar. Pada uji eber pada didapat hasil negative karena mengeluarkan NH3. Pada uji postma didapat hasil negative karena tidak mengeluarkan gas NH3. Pada uji H2S hasil negative karena tidak mengeluarkan gas H2S.

Kata kunci : belut

PENDAHULUAN

Latar BelakangIkan adalah sumber makanan yang

penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan. Menangkap ikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga sering disebut sebagai memancing. Hasil penangkapan ikan dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 juta ton (Anonim, 2012).Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan struktur fisik ikan adalah untuk mengetahui struktur fisik dari hasil-hasil perikanan sehingga dapat mengenal lebih dekat hasil-hasil perikanan tersebut serta untuk mengetahui cara penanganan atau pengolahannya.

Tujuan dari percobaan edible portion adalah untuk mengetahui seberapa besar jumlah atau bagian yang dapat dimakan pada hasil-hasil perikanan sehingga dapat diperkirakan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk produksi.

Tujuan dari percobaan kesegaran ikan adalah untuk mengetahui mutu dari ikan dengan melihat dari sifat-sifat ikan tersebut termasuk kesegarannya.

Prinsip PercobaanPrinsip dari percobaan struktur fisik

adalah berdasarkan bentuk, warna, dan struktur bagian dalam atau daging pada hasil-hasil perikanan.

Prinsip dari percobaan edible portion adalah berdasarkan jumlah atau bagian yang dapat dimakan dinyatakan dalam persen terhadap berat utuh.

Page 3: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

Prinsip dari percobaan kesegaran ikan adalah berdasarkan pengamatan fisik subjektif terhadap ciri fisik ikan yang dilihat dari warna keadaan mata, kulit, tekstur, sisik, insang, aroma, serta berdasarkan pengamatan secara objektif dengan cara kimia dan mikrobiologi.

METODE PERCOBAAN

Bahan-bahan yang DigunakanBahan yang digunakan pada

percobaan pengetahuan bahan pangan ikan adalah belut, reagen Eber, MgO, air dan Pb asetat.

Alat-alat yang DigunakanAlat yang digunakan pada percobaan

pengetahuan bahan pangan ikan adalah neraca, pisau, tabung reaksi, bunsen, cawan petri, kertas saring, kertas lakmus merah, gabus dan pipet tetes.

Metode Percobaan

1. Pengamatan Struktur Fisik Ikan

Gambar 1. Pengamatan Sifat Fisik dan Struktur

Page 4: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

Prosedur percobaan pengamatan struktur fisik ikan adalah ikan ditimbang dan digambar bentuk keseluruhan kemudian dikuliti jika ikan memiliki sisik

atau cangkang. Setelah dikuliti kemudian ikan ditimbang kembali kemudian diamati bentuk, warna, struktur dan dalam serat daging. Kemudian hitung berat daging.

2. Edible Portion

Gambar 2. Edible Portion

Ikan dicuci dengan menggunakan air bersih, kemudian ditiriskan dan ditimbang. Kemudian pisahkan bagian sisik, ekor sirip kepala, insang, isi perut, tulang, dan

daging. Bagian daging dicuci dengan air dan tiriskan kemudian timbang kembali. Hitung bagian ikan yang dapat dimakan.

3. Pengamatan Subjektif

Gambar 3. Pengamatan Subjektif

Ambil ikan, kemudian amati warna mata, kulit, tekstur, sisik, insang, dan aroma, simpulkan mutunya.4. Uji Eber

Page 5: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

Gambar 4. Uji Eber

Potong daging ikan sebesar 1 x 1 x 1 cmkemudian masukan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi larutan reagen eber

sebanyak 5 ml. Amati terbentuknya gas berwarna putih atau tidak.

5. Uji Postma

Gambar 5. Uji Postma

Page 6: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

Daging ikan dihancurkan dengan ditambahkan air sebanyak 1 : 10 kemudian disaring dan diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan ditambahkan 0,1 gram MgO

kemudian tabung reaksi diberi lakmus merah dan ditutup dengan gabus. Panaskan filtrat dalam penangan bersuhu 50-60oC. amati kertas lakmus (merah-biru).

6. Uji H2S

Gambar 6. Uji H2S

Daging ikan dipotong 1x1x1 cm kemudian dimasukan kedalam cawan petri tutup daging ikan dengan menggunakan kertas saring hingga menutupi cawan petri. Tutup cawan petri tetapi tidak terlalu rapat.

HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN

Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan perikanan dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Struktur dan Sifat FisikKeterangan Hasil

Sampel BelutGambar

Kulit Cangkang/sisikBentuk PanjangWarna kulit Coklat tuaWarna daging Coklat muda

Sumber: Kelompok C, Meja 4, (2012).

Tabel 2. Hasil Pengamatan Edibele PortionKeterangan Hasil

Sampel BelutBerat utuh 93 gramBerat daging 24 gram% edible portion 24,8%

Sumber: Kelompok C, Meja 4, (2012).

Berdasarkan hasil pengmatan struktur dan sifat fisik pada sampel ikan

belut didapat bentuk yang panjang, dengan warna kulit coklat tua, dan warna daging

Page 7: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

coklat muda. Dan % edible portionnya sebesar 24,8%.

Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk dalam suku Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera dengan total 20 jenis. Jenis-jenisnya banyak yang belum diperikan dengan lengkap sehingga angka-angka itu dapat berubah. Anggotanya bersifat pantropis (ditemukan di semua daerah tropika). Ikan ini boleh dikatakan tidak memiliki sirip, tidak bersisik atau hanya sedikit, dapat bernapas dari udara bukaan insang sempit, tidak memiliki kantung renang dan tulang rusuk (Anonim, 2012).

Komposisi kimia daging ikan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh:

Faktor biologisYaitu faktor yang berasal dari jenis/individu ikan itu sendiri. Umur, jenis kelamin, jenis/spesies. Umur mempengaruhi kandungan lemak, makin tua umur ikan, maka kandungan lemak semakin meningkat.

Faktor alami (ekstrinsik)Semua faktor luar yang tidak berasal dari ikan, terdiri dari daerah kehidupannya: musim dan jenis makanan yang tersedia (Afifah, 2012).

Edible portion pada ikan adalah bagian ikan yang dapat dimakan. Bagian ini adalah ikan tampa sisik, sirip, ekor, kepala, insang isi perut dan tulang.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Kesegaran Ikan Secara SubjektifKeterangan Hasil

Sampel BelutWarna Coklat tuaMata Cemerlang/beningKulit Cemerlang, warna asli kontrasTekstur daging Daging bila ditekan tidak ada bekas jariSisik Tidak ada sisikInsang Tidak berbauAroma Segar

Sumber: Kelompok C, Meja 4, (2012).

Berdasarkan hasil pengamatan kesegaran ikan secara subjektif pada sampel ikan belut, didapathasil warna coklat tua, mata cemerlang, kulit cemerlang warna asli kontras, tekstur daging bila ditekan tidak ada bekas jari, tidak ada sisik, insang tidak berbau dan aroma segar.Ciri-ciri ikan segar :1. Kulit berwarna terang dan jernih, masih

kuat membungkus tubuh, dan tidak mudah sobek terutama di bagian perut. Warna-warna khusus yang ada pada kulit masih terlihat jelas.

2. Sisik berkilap, menempel kuat pada tubuh dan sulit dilepas.

3. Sirip elastis, bila ditarik atau dikembangkan kembali ke tempat semula.

4. Mata tampak terang, jernih, menonjol, dan cembung.

5. Insang berwarna terang, dan lamella insang terpisah. Selain itu insang masih tertutup lendir berwarna terang.

6. Daging masih melekat kuat pada tulang. Warna putih cemerlang.

7. Bila ditekan dengan jari, tidak tampak bekas lekukan. Daging terasa kenyal

Page 8: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

(ikan fase pre-rigor) atau tegang (ikan fase rigor).

8. Daging perut masih utuh.9. Bau segar, khas bau ikan.10. Bila ditaruh dalam air ikan akan

tenggelam, tidak mengapung (Sudarisman, 1997).

Ciri-ciri ikan yang mulai busuk :1. Kulit warna suram, pucat, dan banyak

lendir. Terlihat mengendur di beberapa tempat tertentu dan mudah sobek.

2. Warna-warna khusus akan hilang.3. Sisik kurang berkilap dan mudah

terlepas dari tubuh.4. Sirip kaku, bila ditarik atau

dikembangkan akan koyak.5. Mata tampak suram, tenggelam, dan

berkerut.6. Insang berwarna coklat suram atau abu-

abu dan lamella insang berdempetan. Lendir insang keruh dan berbau asam, menusuk hidung.

7. Daging yang lunak menandakan fase rigor sudah selesai (post-rigor).

8. Bila ditekan dengan jari maka daging terasa lembek dan tampak bekas lekukan. Daging pun mudah lepas dari tulang.

9. Isi perut sering keluar. Daging berwarna kuning kemerah-merahan terutama di sekitar punggung.

10. Bau tak enak, lama kelamaan menjadi anyir.

11. Bila ditaruh dalam air maka ikan akan mengapung (Sudarisman, 1997).

Pada saat ditangkap, ikan masih bernafas hingga beberapa waktu kemudian. Seluruh jaringan peredaran darah ikan masih mampu menyerap oksigen sehingga proses kimia yang terjadi dapat berlangsung secara aerob. Reaksi aerob yang terpenting adalah reaksi glikogenolisis, yaitu proses perubahan glikogen menjadi asam sitrat dengan

menghasilkan 30 unit ATP. Selama ikan hidup, ATP yang akan terbentuk akan digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari (Afrianto, 1998).

Setelah ikan mati, tidak terjadi aliran oksigen di dalam jaringan peredaran darah karena aktivitas jantung dan kontrol otaknya telah berhenti. Akibatnya di dalam tubuh ikan mati tidak terjadi glikogenolisis yang dapat menghasilkan ATP. Terhentinya aliran oksigen ke dalam jaringan peredaran darah menyebabkan terjadinya reaksi anaerob yang tidak diharapkan karena sering mengakibatkan kerugian (Afrianto, 1998).

Reaksi anaerob akan memanfaatkan ATP dan glikogen yang telah terbentuk selama ikan masih hidup, sebagai sumber energi, sehingga jumlah ATP terus berkurang. Akibatnya, pH tubuh menurun dan jaringan otot tidak mampu mempertahankan fleksibilitasnya (kekenyalannya). Kondisi inilah yang dikenal dengan istilah rigor mortis (Afrianto, 1998).

Perubahan Karena Aktivitas Enzim (Autolisis)

Autolisis adalah proses penguraian organ-organ tubuh ikan oleh enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh ikan sendiri. Proses ini biasanya terjadi setelah ikan yang mati melewati proses rigor mortis, (Afrianto, 1998).

Untuk menentukan kualitas ikan yang baik atau ikan segar, dapat dilihat dari dagingnya yang kenyal, tidak empuk, badan kaku, sisik rapi dan rapat, insang berwarna merah, mata bersih bersinar dan tidak tenggelam tetapi melotot, jika ditekan dengan jari tidak akan meninggalkan bekas, bagian luarnya memiliki sedikit lendir atau tidak sama sekali, baunya segar dan khas, jika dimasukkan ke dalam air

Page 9: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

akan tenggelam, kulitnya bersinar atau mengkilap dan tidak keruh, dagingnya jika dipotong tidak kering dan nampak segar, dan sisik ikan tidak mudah lepas (Winarno, 1997).

Untuk mempertahankan kesegaran ikan sampai ke tangan konsumen sangat sulit, karena ikan merupakan komoditi yang sangat mudah rusak atau busuk. Hal ini disebabkan karena perubahan-perubahan pada tubuh ikan setelah ikan ditangkap. Proses perubahan ini terjadi karena adanya aktivitas enzim, mikroorganisme, atau oksidasi oksigen (Afrianto, 1998).

Setelah hewan ditangkap dan mati, maka akan terjadi perubahan biokimia pasca mortem. Fase setelah hewan mati disebut fase pasca mortem. Fase ini terdiri dari tiga tahap, yaitu : fase pre-rigor, fase rigor mortis, dan fase post rigor.

Fase pre rigor adalah fase setalah hewan mengalami kematian. Pada fase ini

otot belum kaku, karena belum terjadinya persilangan antara protein aktin dan miosin. Sehingga daging ikan masih lunak dan lentur.

Pada fase rigor mortis, daging mengalami kekakuan setelah 1 sampai 7 jam ikan mati dan apabila dibekukan terjadi pada 3 sampai 120 jam. Hal ini disebabkan di karenakan adanya persilangan antara aktin dan miosin menjadi aktomiosin.

Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim, mikroorganisme atau oksidasi oksigen. Setelah ikan mati, berbagai proses perubahan fisik maupun kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua perubahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan. Seluruh permukaan tubuh ikan yang sedang mengalami proses pembusukan dipenuhi lendir (Afrianto, 1998).

Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji EberKeterangan Hasil

Sampel Belut Hasil - (negative)Kesimpulan Belut masih dalam keadaan segar karena tidak

mengeluarkan gas NH3 yang berwarna putihSumber: Kelompok C, Meja 4 (2012).

Berdasarkan hasil pengamatan uji eber pada sampel belut adalah negative karena mengeluarkan NH3.

Pemeriksaan awal pembusukan yang dilakukan dengan uji Eber. Jika terjadi pembusukan, maka pada uji ini ditandai dengan terjadi pengeluaran asap di dinding tabung, dimana rantai asam amino akan terputus oleh asam kuat (HCl) sehingga akan terbentuk NH4Cl (gas). Pada ikan belut segar yang diperiksa hasilnya negatif dimana tidak terdapat NH4Cl setelah diuji dengan mengunakan larutan Eber karena

pada ikan tersebut belum terbentuk gas NH3 . Pada daging ikan yang busuk akan jelas terlihat gas putih (NH4Cl) pada dinding tabung karena pada daging busuk gas NH3 sudah terbentuk (Mustaqim, 2012).

Reagen eber ini terbuat dari campuran HCl pekat, alcohol 90%, eter dengan perbandingan 1:1:1.Pembusukan berlangsung segera setelah ikan mati. Proses kerusakan ikan segar merupakan proses yang agak kompleks dan disebabkan oleh sejumlah sistem

Page 10: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

internal yang saling terkait. Faktor utama yang berperan dalam pembusukan adalah proses degradasi protein yang membentuk berbagai produk seperti hipoksantin, trimetilamin, terjadinya proses ketengikan oksidatif dan pertumbuhan mikroorganisme. Ikan segar lebih cepat mengalami kebusukan dibandingkan dengan daging mamalia. Kebusukan ikan mulai terjadi segera setelah proses rigor mortis selesai. Faktor yang menyebabkan ikan cepat busuk adalah kadar glikogennya yang rendah sehingga rigor mortis berlangsung lebih cepat dan pH akhir daging ikan cukup tinggi yaitu 6.4–6.6, serta tingginya jumlah bakteri yang terkandung didalam perut ikan. Bakteri proteolitik mudah tumbuh pada ikan segar dan menyebabkan bau busuk hasil metabolisme protein. Pada ikan hidup, makanan dalam saluran pencernaan diolah menjadi komponen-komponen sederhana, seperti gula dan asam amino, yang diserap oleh darah. Darah mengirim komponen-komponen ini kebagian tubuh yang

membutuhkan, khususnya otot. Produksi komponen-komponen ini diinduksi oleh enzim, yang ada didalam saluran pencernaan maupun yang ada didalam otot. Setelah ikan mati, enzim-enzim ini masih tetap aktif. Akibatnya, terjadi proses autolisis atau penghancuran diri sendiri yang akhirnya akan mempengaruhi flavor, tekstur, dan penampakan ikan. Proses autolisis karena aktivitas enzim ini dapat dilihat pada daging ikan. Secara fisik daging ikan yang telah mati (pasca mortem) mula-mula akan kehilangan elastisitasnya (tahap pre-rigor), kemudian terjadi kekakuan daging (tahap rigor-mortis) dan proses autolisis lebih lanjut akan menyebabkan daging menjadi lunak atau lemas lagi (tahap post-rigor). Reaksi autolisis bisa berlangsung secara cepat, misalnya pada ikan kecil berkadar lemak tinggi. Kerusakan awal biasanya terjadi pada bagian perut, karena aktivitas enzim di dalam saluran pencernaan dan menyebabkan pelunakan dibagian perut ikan (Anin, 2012).

Tabel 5. Hasil Pengamatan Uji PostmaKeterangan Hasil

Sampel BelutHasil (-) lakmus tetap merah

KeteranganBelut masih dalam keadaan segar karena tidak mengeluarkan gas NH3

Sumber: Kelompok C, Meja 4 (2012).Berdasarkan hasil pengamatan uji

postma pada sampel ikan belut didapat hasil negative karena tidak mengeluarkan gas NH3.

Hasil pemeriksaan uji Postma menunjukkan bahwa sampel ikan belut segar belum mulai terjadi pembusukan. Hasil positif hanya akan ditunjukkan oleh sampel daging ikan yang busuk, yaitu dengan adanya perubahan warna kertas lakmus pada tabung reaksi. Pada

prinsipnya, daging yang sudah mulai membusuk akan mengeluarkan gas NH3. NH3 bebas akan mengikat reagen MgO dan menghasilkan NH3OH. Pada daging ikan yang segar tidak terbentuk hasil NH3OH karena belum adanya NH3 yang bebas. Jika tidak terjadinya perubahan warna kertas lakmus karena MgO merupakan ikatan kovalen rangkap yang sangat kuat sehingga walaupun terdapat unsur basa pada MgO tersebut, namun basa tersebut

Page 11: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

tidak lepas dari ikatan rangkapnya. Jika adanya NH3 maka ikatan tersebut akan terputus sehingga akan terbentuk basa

lemah NH3OH yang akan merubah warna kertas lakmus dari merah menjadi biru (Mustaqim, 2012).

Tabel 6. Hasil Pengamatan Uji H2SKeterangan Hasil

Sampel BelutHasil NegativeKeterangan Belut masih dalam keadaan segar karena

tidak mengeluarkan gas H2SSumber: Kelompok C, Meja 4 (2012)

Berdasarkkan hasil pengamatan uji H2S pada sampel belut didapat hasil negative karena tidak mengeluarkan gas H2S.

Dari hasil uji H2S pada sampel daging segar menunjukkan bahwa daging tersebut belum terjadi pembusukan, sampel daging dingin dan daging beku juga menunjukkan hasil negatif. Uji H2S pada dasarnya adalah uji untuk melihat H2S yang dibebaskan oleh bakteri yang menginvasi daging tersebut. H2S yang dilepaskan pada daging membusuk akan berikatan dengan Pb acetat menjadi Pb sulfit (PbSO3) dan menghasilkan bintik-bintik berwarna coklat pada kertas saring yang diteteskan Pb acetat tersebut. Hanya kelemahan uji ini, bila bakteri penghasil H2S tidak tumbuh maka uji ini tidak dapat dijadikan ukuran. Pembusukan dapat terjadi karena dibiarkan di tempat terbuka dalam waktu relatif lama sehingga aktivitas bakteri pembusuk meningkat dan terjadi proses fermentasi oleh enzim-enzim yang membentuk asam sulfida dan ammonia (Mustaqim, 2012).

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanKesimpulan dari percobaan struktur

dan sifat fisik pada sampel ikan belut didapat bentuk yang panjang, dengan warna kulit coklat tua, dan warna daging coklat muda. Dan % edible portionnya

sebesar 24,8%. Pada uji kesegaran ikan secara subjektif, didapat hasil warna coklat tua, mata cemerlang, kulit cemerlang warna asli kontras, tekstur daging bila ditekan tidak ada bekas jari, tidak ada sisik, insang tidak berbau dan aroma segar. Pada uji eber pada didapat hasil negative karena mengeluarkan NH3. Pada uji postma didapat hasil negative karena tidak mengeluarkan gas NH3. Pada uji H2S hasil negative karena tidak mengeluarkan gas H2S.

Saran Praktikan dalam melakukan percobaan

harus dilakukan dengan hati-hati, dan bagi laboratorium, peralatan yang tersedia lebih dilengkapi.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Dina Nur. (2012). Ikan dan Hasil Perikanan Lainnya, http://eprints.undip.ac .id/1059/1/IKAN_semester_1.pdf

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty, (1998), Pengawetan dan Pengolahan Ikan, Kanisius, Yogyakarta.

Anin, (2012). Proses Pembusukan Ikan. http://id.shvoong.com/exact-sciences/1790308-proses-pembusukan-ikan/

Anonim, (2012). Belut, http://id.wikipedia.org /wiki/Belut

Mustaqim, Mohammad Nizam. (2012). Laporan Uji Daging, http://nizamora.blogspot. com/2012/10/laporan-uji-daging.html

Page 12: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

Sudarisman, Teguh, (1997), Petunjuk Memilh Ikan dan Daging, Penebar Swadaya, Jakarta

Winarno, F.G., (1997), Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Page 13: laporan

Pengetahuan Bahan Pangan Perikanan

1. Edible PortionBerat Utuh = 93 gramBerat Daging = 24 gramPerhitungan:

¿ berat dagingberat utuh

×100%

¿ 2493

× 100 %

¿25,8 %