laporan

13
BAB I TUJUAN DAN PRINSIP PERCOBAAN 1.1. Tujuan a. Mengetahui cara pemberian obat per-oral dan parenteral b. Membandingkan mula kerja obat antara pemberian per-oral dan peritoneal 1.2. Prinsip Farmakologi terdiri dari dua kata yaitu farmakon yang berarti obat dalam makna sempit dan dalam makna luas adalah semua zat selain makanan yang dapat mengakibatkan perubahan susunan atau fungsi jaringan tubuh. Logos berarti ilmu. Sehingga farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh bahan kimia pada sel hidup dan sebaliknya reaksi sel hidup terhadap bahan kimia tersebut. Medikasi (obat) adalah sesuatu yang diberikan untuk keperluan diagnosis, penyembuhan, terapi, penurun (perda) atau pencegahan penyakit. RUTE PEMBERIAN OBAT Jalan masuk obat kedalam tubuh sangat penting dalam penentuan efek yang diharapkan. Sebagian obat hanya berkhasiat bila diinjeksikan dan tidak memberikan efek jika diminum. Sebaliknya terdapat obat yang mudah diserap oleh mukosa mata dan mengakibatkan keracunan. Karena itu cara pemberian obat sama pentingnya dengan terapi yang tepat. ENTERAL 1

Upload: rahmabasri

Post on 16-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

BAB ITUJUAN DAN PRINSIP PERCOBAAN

1.1. Tujuan

a. Mengetahui cara pemberian obat per-oral dan parenteralb. Membandingkan mula kerja obat antara pemberian per-oral dan peritoneal1.2. PrinsipFarmakologi terdiri dari dua kata yaitu farmakon yang berarti obat dalam makna sempit dan dalam makna luas adalah semua zat selain makanan yang dapat mengakibatkan perubahan susunan atau fungsi jaringan tubuh. Logos berarti ilmu. Sehingga farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh bahan kimia pada sel hidup dan sebaliknya reaksi sel hidup terhadap bahan kimia tersebut. Medikasi (obat) adalah sesuatu yang diberikan untuk keperluan diagnosis, penyembuhan, terapi, penurun (perda) atau pencegahan penyakit.RUTE PEMBERIAN OBAT

Jalan masuk obat kedalam tubuh sangat penting dalam penentuan efek yang diharapkan. Sebagian obat hanya berkhasiat bila diinjeksikan dan tidak memberikan efek jika diminum. Sebaliknya terdapat obat yang mudah diserap oleh mukosa mata dan mengakibatkan keracunan. Karena itu cara pemberian obat sama pentingnya dengan terapi yang tepat.ENTERAL

Ada beberapa macam dari rute pemberian obat, yaitu oral/enteral, topikal dan parenteral. Pemberian obat melalui oral/enteral terdiri dari:

a. Oral adalah rute yang paling biasa digunakan, tidak mahal dan paling nyaman untuk sebagian besar klien. Pemberian obat secara oral mengharuskan klien untuk menelan obat. Kerugian menggunakan rute ini adalah kemungkinan rasa obat yang tidak enak, iritasi mukosa lambung, absorpsi tidak teratur dari saluran pencernaan, absorpsi lambat dan pada beberapa kasus berbahaya untuk gigi klien.b. Sublingual adalah rute pemberian obat dengan cara meletakkan obat dibawah lidah dan obat ini tidak boleh ditelan.c. Bukal yang berarti menyinggung pipi adalah rute pemberian obat dengan cara meletakkan obat didalam mulut pada membran mukosa pipi dan obat tersebut yidak boleh ditelan.d. Enteral adalah rute pemberian obat melalui selang makanan atau selang enteral.PARENTERAL

Pemberian obat secara perenteral adalah pemberian selain melalui saluran pencernaan; yaitu menggunakan jarum. Biasanya pemberian obat parenteral akan dilakukan melalui Intradermal (ID), Subkutaneus (SC atau SQ), Intramuskular (IM), atau Intravena (IV). Pemberian obat parenteral biasa digunakan karena jenis obat ini lebih cepat diserap dibandingkan dengan obat oral dan tidak dapat diambil kembali setelah diinjeksikan. Kerugian dalam penggunaan obat parenteral biasanya akan menyebabkan mudahnya mikroorganisme masuk jika keseterilan tidak diperhatikan, klien akan merasa sakit karena kulitnya dirobek, resiko terjadinya keadaan gawat dan dibutuhkan keahlian khusus untuk melakukannya. Untuk memberikan obat parenteral, perawat menggunakan perawatan injeksi (yaitu, spuit, jarum, vial dan ampul).Pemberian injeksi dibenarkan apabila penderita tidak sadar, penderita dalam bahaya kematian, merupakan satu-satunya cara pemberian obat. a. Subcutan (SC), syarat penyuntikan SC adalah obat tidak boleh larut dalam minyak, karena minyak dapat menyebabkan nekrosis jaringan.b. Penyuntikan IM merupakan cara pemberian yang paling banyak dilakukan untuk obat yang larut dalam air atau minyak. Penyuntikan IM memiliki kecepatan penyerapan obat yang sangat tergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi : semakin kecil, semakin cepat (Joenoes, 2002).c. Intravena (IV), tidak ada fase absorpsi dalam pemberian obat secara intravena karena obat langsung masuk kedalam vena (Joenoes, 2002). Penyuntikan IV banyak dilakukan untuk mengatasi keadaan gawat, dehidrasi dan syok.Prinsip lima benar dalam pemberian obat :

a. Benar obat

b. Benar dosis

c. Benar waktu

d. Benar rute

e. Benar klien

DOSIS

ilmu permasi dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi (khasiat) yang tepat dan aman bila dikomsumsi oleh pasien. Adapun jenis-jenis dosis antara lain :

a. Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum pengobatan yang biasa yang digunakan, reperensinya bias berbeda-beda dan sifatnya tidak mengikat,selagi ukuran dosisnya diantara dosis maksimun dan minimum obat.

b. Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan pasien.c. Dosis minimum adalah takaran dosis yang terendah yang masih dapat memberikan efek farmakologis (khasiat) kepada pasien apabila dikomsumsi.

d. Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan

e. Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis maksimum)

f. Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :

Dosis letal 50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50%hewan percobaan.

Dosis letal 100 : takaran dosis yang bias menyebabkan kematian 100% hewan percobaan untuk mengetahuilebih lanjut tentang dosis maksimum (DM).PERHITUNGAN DOSIS

Perhitungan berat sediaan yang ditimbang :BB (Kg) x Dosis obat

Perhitungan volume sediaan yang diberikan :Persentase pemberiaan x Berat sediaan Perhitungan suspense CMC 0.5%

:Persentase CMC x Berat sediaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1. OBATa. Medikasi (obat) adalah zat yang diberikan untuk keperluan diagnosis, penyembuhan, terapi, penurun (pereda) atau pencegahan penyakit (Kozier & Erb:2009).b. Menurut WHO, obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik atau psikis.c. Menurut Kebijakan Obat Nasional (KONAS) obat ialah bahan atau sediaan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit dan atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi.2.2. PARENTERALa. Menurut History Parenteral Medication, parenteral ialah pemberian obat yang tidak melalui usus dan dengan pengertian ini tentu termasukjuga cara pemberian obat melalui mata, telinga, hidung, uretra, vagina dan kulit. Tetapi menurut pengertian umum sekarang ini yang dimaksud dengan parentral ialah sediaan yang dimasukkan kedalam tubuh melalui bawah kulit dengan pertolongan sebuah jarum.b. Menurut Scovilles, Hal.190, parenteral adalah larutan atau suspensi dari obat untuk disuntikkan dibawah atau menembus satu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa.c. Menurut Parrot, Hal. 283, injeksi atau parenteral adalah sediaan steril yang pemberiannya menembus satu atau lebih lapisan kulit.

BAB III

METODOLOGI3.1. Alat dan Bahana. Alat

1) Spuit 1 ml2) Spuit 10 ml3) Stopwacth4) Spidol5) NGT6) Mortal dan Alu7) Neraca Digital

b. Bahan

1) 2 ekor mencit sebagai hewan percobaan dengan variabel kontrol yang sama (umur, berat badan dan jenis kelamin)2) Diazepam 1% (obat penenang) dengan dosis 5 mg/kg3) CMC 0.5%3.2. Prosedur Percobaan

a. Tandai dua ekor mencit yang digunakan sebagai percobaan dengan spidol dan timbang berat badan masing-masing mencitb. Hitung dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan berat badan mencit tersebutc. Buat suspensi CMC 5% d. Dilakukan observasi awal atas hewan tersebut sebelum diberikan Diazepam 1%, meliputi :

Frekwensi dan sifat pernafasan permenit (dilihat dari cuping hidung ataupun abdomen) Denyut jantung dengan stetoskop Aktivitas atau gerakan Refleksi kornea (dengan kapas)e. Mencit pertama diberi Diazepam 1% secara per-oral dengan menggunakan sonde. Obat dimasukkan melalui mulutnya. Pemberian obar per-oral harus hati-hati, jangan sampai masuk ke paru-paru.f. Sedangkan mencit kedua diberi Diazepam 1% secara intra-peritoneal (parenteral), yaitu dengan menyuntikkan obat tersebut di daerah dekat perut samping.g. Catat waktu pemberian obat pada masing-masing mencit tersebut, kemudian amati efek obat yang terjadi. Stopwatch mulai dinyalakan saat obat mulai diberikan pada masing-masing mencit.h. Perhatikan lamanya waktu pemberian obat sampai timbulnya efek. Catat pula waktu saat obat tersebut mulai menimbulkan efek.i. Observasi dilakukan seperti pada prosedur kerja 3, sekurang-kurangnya 6 kali dalam interval waktu 15 menit. Jika terjadi depresi pernafasan, segera diberikan suntikan intraperitonial larutan caffeine 1% dengan dosis 5 mg/kg BB.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. HasilDiketahui : BB mencit merah= 20 g = 0.02 kgBB mencit hitam= 20 g = 0.02 kgDosis Diazepam 1%= 5 mg/kg BBPERHITUNGAN DOSIS:a. Berat sediaan yang ditimbangBerat sediaan yang ditimbang= BB (kg) x Dosis Obat

= 0.02 kg x 5 mg/kg

= 0.1 mgb. Volume parenteral (intra-peritoneal) yang diberikanDiketahui: Diazepam 1%Volume parenteral yang diberikan= Presentase pemberian x Berat sediaan

=

= 0.1 mg x 100 ml= 100 mg x X ml10 mg/ml= 100 mg x X ml

X=

X= 0.1 mlc. Volume per-oral yang diberikanDiketahui

: Diazepam 1% dalam suspensi CMC 0.5%

Berat Diazepam 1%

= 0.5 g Volume pelarut

= 50 ml

(Karena berat diazepam yang tersedia 0.5 g, maka pelarut yang digunakan 50 ml)

Volume oral yang diberikan = Persentase obat x berat CMC 0.5%

=

=

0.1 mg x 50 ml = 50 mg x X ml

5 mg/ml = 50 mg x X ml

X=

X= 0.1 mlVolume yang diberikan melalui spuit ukuran 100 ml : 0.1 x 100 = 10 ml

4.2. Pembahasan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

1