lapbul djkpi januari 2014.pdf

39

Upload: vanhanh

Post on 20-Jan-2017

244 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf
Page 2: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

i

Kata Pengantar

Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional merupakan uraian pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi Direktorat-direktorat dan Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, yang terdiri dari rangkuman pertemuan, sidang dan kerja sama di fora Multilateral, ASEAN, APEC dan organisasi internasional lainnya, Bilateral, serta Perundingan Perdagangan Jasa setiap bulan baik di dalam maupun di luar negeri.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan bulanan ini adalah untuk memberikan masukan dan informasi kepada unit-unit terkait Kementerian Perdagangan, dan sebagai wahana koordinasi dalam melaksanakan tugas lebih lanjut. Selain itu, kami harapkan Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini, dapat memberikan gambaran yang jelas dan lebih rinci mengenai kinerja operasional Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sejak penyusunan hingga penerbitan laporan bulanan ini.

Terima kasih.

Jakarta, Januari 2014

DIREKTORAT JENDERAL KPI

Page 3: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

ii

Page 4: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

iii

Ringkasan Eksekutif

Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama

Perdagangan Internasional pada bulan Januari 2014, antara lain:

62nd ASEAN Coordinating Committee of Investment (CCI)

Pertemuan membahas beberapa agenda antara lain: Implementation of ASEAN

Comprehensive Investment Agreement (ACIA); Proposed US-ASEAN Joint Statement on

Shared Principles for International Investment; Hasil dari 3rd ASEAN Investment Forum dan

Multipicity of Investment Agreement.

The First Meeting of The ASEAN Senior Economic Officials for The Forty-Fifth ASEAN

Economic Ministers Meeting (SEOM 1/45) and Related Meetings

Rangkaian pertemuan telah dilaksanakan pada tanggal 13-15 Januari 2014, di Nay Pyi

Taw, Myanmar membahas isu-isu intra ASEAN, maupun hubungan ASEAN baik dengan

mitra FTA maupun mitra strategis lain. Selanjutnya juga telah dilaksanakan Pertemuan ke-

5 Committee of the Whole (COW) Dan Informal SEOM-METI Consultation pada tanggal 15

Januari 2014.

World Economic Forum (WEF) 2014

Bertemakan “Reshaping of the World: Consequences for Society, Politics and Business”,

forum tahunan yang diselenggarakan di Davos, Swiss ini terdiri dari sejumlah sesi, antara

lain: Sesi Enabling Trade, Forum Debate: Rethinking Technology and Employment dan

Lippo Davos Lunch Dialogue.

Chief Negotiator's Meeting Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership

Agreement (IKCEPA) 2014

Telah dibahas outstanding issues dalam Working Group (WG) Trade in Goods (TIG), Trade

in Services (TIS), Investment dan Cooperation and Capacity Building (CCB) serta proposal

kerjasama mengenai Industrial Technology and Investment.

Kunjungan Pendahuluan (Tim Advance) Bidang Ekonomi dan Keikutsertaan dalam

Partnership Summit di India

Tim Advance Bidang Ekonomi RI mengunjungi Bangalore, India dengan sejumlah agenda,

yaitu: pertemuan dengan Minister of Agriculture Negara Bagian Karnataka dan Deputy

Secretary-General Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD),

pertemuan dengan perusahaan Tata Consulting Service (TCS) dan Bharat Heavy Electricals

Limited (BHEL), serta sebagai panelis pada Partnership Summit 2014.

Page 5: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

iv

Pertemuan ke-3 RCEP-Working Group on trade in Services (RCEP-WGTIS)

Pertemuan RCEP-WGTIS pada tanggal 20-24 Januari 2014 di Kuala Lumpur, malaysia

merupakan pertemuan ketiga yang dihadiri perwakilan anggota ASEAN, Australia, China,

India, Jepang, Korea dan New Zealand, serta Sekretariat ASEAN.

Workshop Laporan Akuntabillitas Kinerja (LAK) 2013

Workshop dilaksanakan dengan tujuan memberikan pemahaman kepada pejabat dan staf

di lingkungan Ditjen KPI dalam melakukan penyusunan LAK, khususnya kepada pejabat

yang baru menangani penyusunan LAK.

Pertemuan Penyusunan Dokumen Kontrak Kinerja

Pertemuan penyusunan Kontrak Kinerja Ditjen KPI menghasilkan penyesuaian terhadap

draft awal Kontrak Kinerja sesuai dengan masukan dari narasumber dan koordinator

perencanaan dan evaluasi pada tiap unit eselon II.

Page 6: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

v

Daftar Isi KATA PENGANTAR ............................................................................................... i RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vi BAB I – KINERJA ................................................................................................... 1

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN ........................................ 1 1. 62nd ASEAN Coordinating Committee of Investment (CCI) ..................... 1 2. The First Meeting of The ASEAN Senior Economic Officials for The

Forty-Fifth ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/45) and Related Meetings .................................................................................... 3

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya ..................................................................................... 7 1. World Economic Forum (WEF) 2014 ....................................................... 7

C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral ...................................... 11 1. Chief Negotiator's Meeting Indonesia-Korea Comprehensive

Economic Partnership Agreement (IKCEPA) 2014 ................................... 11 2. Kunjungan Pendahuluan (Tim Advance) Bidang Ekonomi dan

Keikutsertaan dalam Partnership Summit di India .................................. 13 D. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa ................................................... 17

1. Chief Negotiator Meeting Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK CEPA) ........................................... 17

2. Pertemuan ke-3 RCEP-Working Group on trade in Services (RCEP-WGTIS) ..................................................................................................... 20

E. Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional ................................................................................................... 25 1. Pertemuan Penyusunan Dokumen Kontrak Kinerja ............................... 25 2. Konsinyering Penyusunan Sasaran Kerja Pegawai .................................. 25 3. Workshop Laporan Akuntabillitas Kinerja (LAK) 2013 ............................ 26

BABII – PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT .................................................... 29

A. Kendala dan Permasalahan ............................................................................ 29 B. Tindak Lanjut Penyelesaian ................................................................................ 29

BAB III – PENUTUP ............................................................................................... 31

Page 7: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

vi

Daftar Gambar Gambar 1 SEOM 1/45 and Related Meeting di Nay Pyi Taw, Myanmar .................. 4 Gambar 2 Forum Debate: Rethinking Technology and Employment, WEF ............... 8 Gambar 3 Informal WTO Ministerial Gathering, WEF 2014 ................................... 10 Gambar 4 Pertemuan ke-3 RCEP-Working Group on trade in Services (RCEP-

WGTIS) ........................................................................................... 20 Gambar 5 Konsinyering Penyusunan Sasaran Kerja Pegawai ................................. 26 Gambar 6 Workshop LAK Ditjen KPI 2013 .......................................................... 26

Page 8: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

1

BAB I KINERJA

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN

1. 62nd ASEAN Coordinating Committee of Investment (CCI)

Pertemuan 62nd ASEAN Coordinating Committee of Investment

(CCI) diselenggarakan pada tanggal 10-11 Januari 2014 di Nay Pyi

Taw, Myanmar, membahas beberapa agenda antara lain:

Implementation of ASEAN Comprehensive Investment Agreement

(ACIA); Proposed US-ASEAN Joint Statement on Shared Principles

for International Investment; Hasil dari 3rd ASEAN Investment

Forum dan Multipicity of Investment Agreement.

Protocol to Amend the

ACIA

Semua negara-negara ASEAN (AMS) telah menyelesaikan Protocol

to Amend the ACIA. Pokok-pokok penting Protokol ini antara lain:

(i). Memberi kewenangan bagi ASEAN Investment Area (AIA)

Ministers untuk melakukan update dan endorsement Reservation

List (R/L) ACIA; (ii). Menata prosedur modifikasi dan perubahan

R/L yang menyangkut mekanisme waktu dan perubahannya. Dari

10 negara ASEAN, tinggal Laos yang masih harus menyelesaikan

prosedur domestiknya. Untuk itu, diharapkan Laos dapat

menyelesaikannya sebelum 17 Januari 2014, sehingga Protocol

dapat ditandatangani di sela-sela AEM Retreat tanggal 27 Februari

2014 di Singapura.

Revised ACIA Reservation

List

Laos menyampaikan saat ini sedang dalam proses verifikasi

endorsement revised R/L untuk Myanmar; sedangkan Vietnam

menyampaikan sedang dalam proses endorsement revised R/L

Brunei, Indonesia, Laos dan Myanmar.

Transparency Pada tahun 2013, tidak ada perubahan hukum, peraturan atau

kebijakan dari semua AMS terkait ACIA.

Treatment of Permanent

Residents (for investors)

Brunei dan Singapura menerapkan kebijakan Permanent

Residents, sedangkan negara-negara ASEAN lainnya tidak

menerapkan kebijakan tersebut. Mengingat masih belum ada

perkembangan isu ini, disepakati untuk dilakukan konsultasi

domestik kembali dan mengundang instansi-instansi yang

berwenang untuk melakukan pembahasan pada CCI mendatang.

Prohibition of

Performance

Requirements

Terdapat keinginan agar perjanjian investasi di ASEAN lebih liberal

lagi (TRIMS plus). Untuk itu perlu pemahaman secara lebih

komprehensif apa keuntungan/pengaruh TRIMS plus bagi Foreign

Direct Investments.

Page 9: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

2

Future reservations on

new and emerging

subsectors, and existing

subsectors which are

unregulated at the time of

the submission of the R/L.

Indonesia dan Vietnam berpendapat bahwa future reservations

untuk new and emerging subsectors and existing subsectors yang

sebelumnya tidak pernah diatur (Pasal 10 ayat 3, ACIA), tidak

dapat dituntut sebagai compensatory adjustment/kompensasi dan

tidak dapat dipandang sebagai backtracking sedangkan Singapura

berpendapat hal ini seharusnya mengikuti prosedur yang berujung

pada pemberian kompensasi.AMS akan meneruskan pembahasan

lebih lanjut untuk isu ini.

Outbond Investment

Mission of ASEAN 6 to Lao

PDR

Pada April 2014, direncanakan diadakan outbond di Laos yang

mempromosikan investasi mereka khususnya di sektor

manufaktur, pariwisata dan pertanian.

ASEAN Connectivity

through Trade and

Investment (ACTI)

Dalam upaya menjadikan investasi di ASEAN lebih mudah, cepat,

murah dan memberikan informasi bagi kalangan bisnis tentang

ACIA, maka dibuat proposal proyek ACTI yang disponsori USAID.

Terkait proposal ini, CCI menyarankan agar TOR dapat lebih

spesifik, lebih menjelaskan term of investment facilitation dan

memasukkan aspek promosi dalam rencana kerja. Pertemuan

akan meminta masukan dari ASEAN Business Advisory Council

(ABAC), selain itu AMS diharapkan memberikan masukan sebelum

31 Januari 2014.

ASEAN Investment Report

(AIR) 2013

ASEAN Investment Report (AIR) 2013 dengan technical support

dari UNCTAD dan dukungan biaya dari ASEAN Australia

Development Cooperation Program (AADCP) ke II akan

diluncurkan pada Agustus 2014. Draft awal akan dipresentasikan

pada CCI-63 dan draft final akan dipresentasikan pada CCI-64.

Proposed US-ASEAN Joint

Statement on Shared

Principles for

International Investment

Masih terdapat perbedaan pandangan antara ASEAN dengan US

terutama tentang prinsip Investasi. Beberapa pandangan

Indonesia antara lain level of ambitions, scope of principle dan

development dimensions. Pertemuan sepakat akan memberikan

masukan pada minggu kedua Februari 2014.

The 3rd ASEAN

Investment Forum (AIF)

Pertemuan membahas hasil dan rekomendasi AIF-3 tanggal 19

Agustus 2013 di Brunei dengan tema supply chain. AIF-3 dihadiri

oleh ASEAN Heads of Investment Agencies (AHIA). Beberapa

anggota AHIA menyarankan agar UKM di ASEAN dapat menjadi

bagian dari ASEAN Regional supply chain. Terkait hal tersebut, CCI

Chair meminta ASEC agar dapat memberikan ASEAN Supporting

Industries Database.

Multiplicity of Investment

Agreement

Multiplicity of Investment Agreement merupakan usulan

pembahasan tambahan dari Indonesia, karena Indonesia memiliki

67 Perjanjian Bilateral Investment Treaty (BIT) terdahulu dengan

negara-negara lain (termasuk beberapa negara anggota ASEAN),

Page 10: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

3

dimana BIT tersebut akan memberi dampak untuk perjanjian

investasi regional di FTA. Sehubungan hal tersebut, pertemuan

meminta ASEC untuk mencari studi/laporan yang terkait serta

AMS agar melakukan konsultasi dengan ahli-ahli hukumnya untuk

dilakukan diskusi lebih lanjut pada pertemuan mendatang.

2. The First Meeting of The ASEAN Senior Economic Officials for The Forty-Fifth ASEAN Economic

Ministers Meeting (SEOM 1/45) and Related Meetings

The First Meeting of The ASEAN Senior Economic Officials for The

Forty-Fifth ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/45) and

Related Meetings telah dilaksanakan pada tanggal 13-15 Januari

2014, di Nay Pyi Taw, Myanmar. Selanjutnya juga telah

dilaksanakan Pertemuan ke-5 Committee of the Whole (COW) dan

Informal SEOM-METI Consultation pada tanggal 15 Januari 2014.

ASEAN Internal Agenda Selaku Ketua ASEAN tahun 2014, Myanmar menetapkan beberapa

prioritas capaian di bawah koordinasi AEC sebagai berikut: (i) Post-

2015 Vision; (ii) Financial Integration; (iii) Strategic Plan of Action

on Food Security under ASEAN Integration on Food Security (AIFS);

(iv) ASEAN Good Aquaculture Practices Standards; (v) Public

Private Partnership (PPP) Framework. Sementara itu prioritas

capaian di bawah koordinasi AEM adalah: (i) Key Messaging for

AEC 2015; (ii) Operasionalisasi AFEED; (iii) Development of a

model for SME Credit Rating Agencies; (iv) Establishment of SME

Service Centres with Sub-regional and Regional Linkages. Dari

beberapa usulan deliverables yang disampaikan oleh Myanmar,

SEOM sepakat bahwa peningkatan keterlibatan UKM dan

pembangunan infrastruktur melalui skema PPP harus mendapat

perhatian khusus.

Pertemuan mencatat beberapa perjanjian/protokol di bawah

koordinasi AEM yang perlu diselesaikan dan ditandatangani pada

tahun 2014, yaitu: (i) ASEAN Medical Device Directive (AMDD); (ii)

ASEAN MRA on Accountancy; (iii) ASEAN-India Trade in Services

and Investment Agreements; (3) Protocol to Implement the 9th

AFAS Package; (4) Protocol to Amend ACIA; (5) AANZFTA; (6)

Protocol to incorporate the Chapters on Trade in Services, MNP,

and Investment in the AJCEP.

Di samping itu terdapat beberapa perjanjian/protokol di bawah

koordinasi AEC, namun berada di luar lingkup AEM, yang perlu

diselesaikan dan ditandatangani pada tahun 2014, yaitu: (1)

Protocol 2 & 7 of AFAGIT; (2) ASEAN-China MOU on SPS

Cooperation; (3) Protocol to Implement 6th Package of Financial

Services Commitments under AFAS; (4) Agreement on the

Establishment of ASEAN Coordinating Centre for Animal Health

Page 11: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

4

and Zoonosis; (5) MOU on ASEAN Cooperation Mechanism for

Joint Spill Preparedness and Response (OSRAP).

Pertemuan sepakat bahwa proses penandatanganan berbagai

perjanjian/protokol dimaksud akan dilaksanakan saat para

Menteri Ekonomi ASEAN melakukan Pertemuan ke-20 AEM

Retreat, KTT ASEAN ke-24, dan Pertemuan ke-46 AEM. SEOM lebih

lanjut menugaskan Sekretariat ASEAN untuk menginventarisir

lebih lanjut daftar perjanjian/protokol yang akan ditandatangani

pada masing-masing pertemuan tersebut.

SEOM telah membahas sejumlah isu yang merupakan agenda

internal negara-negara anggota ASEAN. Bahasan-bahasan

tersebut di antaranya terkait: Key Deliverables for 2014; Relevant

Outcomes of Higher ASEAN Bodies; Priority Integration Sectors

(PIS); ASEAN Framework on Equitable Economic Development

(AFEED); Trade in Goods; ASEAN Single Window (ASW); Standard

and Conformance; Trade in Services; Investment; Small and

Medium Enterprises; Intellectual Property Rights; Competition

Policy; Consumer Protection; Enhanced on Dispute Settlement

Mechanism (ESDM); dan Progress and Issues of AEC under Other

Committees and Working Groups.

Gambar 1.

SEOM 1/45 and Related Meeting di Nay Pyi Taw, Myanmar

ASEAN Relations with FTA

Partners

Pertemuan juga membahas kelanjutan hubungan ASEAN dengan

sejumlah mitra FTA. Pada ASEAN-China, SEOM menyepakati

bahwa proses up-grading atau enhancement dari ACFTA harus

memperhatikan dan sejalan dengan fokus utama ASEAN dalam

membentuk RCEP. Sementara pertemuan ASEAN-Jepang

mencatat status transposisi dari Tariff Reduction Schedules (TRS).

Beberapa negara ASEAN juga diminta untuk segera menyelesaikan

proses transposisi dan verifikasi serta melakukan konsultasi

Page 12: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

5

bilateral untuk menyelesaikan proses transposisi tarif untuk TRS

HS 2002-2007.

Pada ASEAN-Korea, sejalan dengan proses upgrading ASEAN Plus

1 FTAs lainnya, SEOM meminta agar proses di AKFTA

memperhatikan fokus perundingan di RCEP. Pada ASEAN-CER,

SEOM mengharapkan seluruh negara anggota ASEAN untuk

segera menyelesaikan prosedur internalnya terkait

penandatanganan First Protocol to Amend the Agreement

Establishing the AANZFTA. SEOM juga telah membahas tindak

lanjut kerja sama lainnya yaitu ASEAN-India dan ASEAN Hongkong

FTA.

ASEAN Relations with

Other Strategic Partners

SEOM juga membahas hubungan ASEAN dengan mitra strategis

lainnya. Pada ASEAN-US, Sebagai tindak lanjut AEM Roadshow to

the US pada Juni 2013, Myanmar selaku Country Coordinator

menyampaikan bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan

kerja sama ekonomi, pihak AS mendorong agar ASEAN-US Trade

and Investment Arrangement (TIFA) Work Plan dan Expanded

Economic Engagement (E3) Initiative dapat dibahas pada tahun

2014. Pada ASEAN-Canada, Indonesia selaku Country Coordinator

menyampaikan perkembangan berbagai kegiatan yang telah

dilaksanakan selama tahun 2013 serta rencana kegiatan tahun

2014 dalam rangka implementasi ASEAN-Canada Joint Declaration

on Trade and Investment dengan akan dilaksanakannya AEM

Roadshow to Canada pada bulan Mei 2014.

Hubungan ASEAN-Russia telah berada pada usulan pembentukan

ASEAN-Russia Committee on Trade and Investment Cooperation

untuk mengkoordinasikan dan memonitor pelaksanaan ASEAN-

Russia Trade and Investment Cooperation Work Programme yang

disepakati untuk dibentuk satu minggu setelah SEOM tersebut.

Pada ASEAN-EU, Viet Nam selaku Country Coordinator

menyampaikan perkembangan ASEAN-EU Trade and Investment

Work Programme, persiapan penyelenggaraan EU-ASEAN Business

Summit, dan AEM-EU Trade Commissioner Consultations yang

direncanakan untuk diadakan pada pertemuan ke-46 AEM pada

bulan Agustus 2014.

The 5th Committee of the

Whole (COW)

SEOM mencatat laporan perkembangan 14 sectoral bodies oleh

masing-masing perwakilan sectoral bodies mengenai

implementasi measures pembentukan AEC 2015 dan

permasalahan yang dihadapi, yaitu: ACCC (Connectivity), ACCP

(Consumer Protection); ACCSQ (Standards and Quality); AFDM

(Finance & Central Bank); ACSS (Statistical); ASEAN SMEWG (Small

and Medium Enterprise); ASOMM (Minerals); AWGIPC (Intellectual

Page 13: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

6

Property); COST (Science and Technology); CUSTOMS DG

(Customs); SEOM (Senior Economic Officials Meeting); STOM

(Transport); TELSOM (Telecommunications and Information

Technology); SOME (energy). Secara umum SEOM mencatat

bahwa beberapa sectoral bodies telah menyusun key deliverables

2014 dan bahkan sebagian juga mulai menyusun berbagai

komponen untuk menjadi bagian dari program AEC post-2015

vision. Pertemuan juga telah membahas berbagai upaya untuk

menyelesaikan isu-isu yang menghambat implementasi AEC.

Beberapa kendala utama yang sebagian besar dihadapi oleh

sectoral bodies dalam mengimplementasikan berbagai measures

Cetak Biru AEC umumnya terkait dengan kurangnya dukungan

politik dari negara anggota, kurangnya koordinasi antar berbagai

pihak pelaksana suatu measures di tingkat nasional dan lamanya

proses pengadopsian kesepakatan ataupun persetujuan ASEAN

menjadi bagian dari instrumen hukum nasional di masing-masing

negara anggota ASEAN.

Informal SEOM-METI

Consultations

Pertemuan membahas mengenai peningkatan kerja sama

ekonomi ASEAN-Jepang, khususnya di bidang: (i) perdagangan dan

investasi, (ii) kerja sama UKM, dan (iii) inovasi dan industri baru.

Pertemuan juga mempertimbangkan mekanisme AEM – METI

Economic and Industrial Cooperation Committee (AMEICC) dan

organisasi terkait serta menyambut baik komitmen dana bantuan

tambahan sebesar US$ 10 juta untuk meningkatkan kerja sama

ekonomi antara kedua pihak.

Jepang juga telah mengusulkan deliverables kerja sama ekonomi

ASEAN-Jepang untuk tahun 2014, di antaranya: (i) peningkatan

implementasi roadmap 10 tahun kerja sama ekonomi strategis

ASEAN-Jepang; (ii) dukungan terhadap AEC Post-2015 Vision; (iii)

berbagai kegiatan memanfaatkan AMEICC; dan (iv) pelaksanaan

dialog antara Federation of Japenese Chamber of Commerce and

Industry in ASEAN (FJCCIA) dengan Sekjen ASEAN. Disamping itu

Jepang juga menawarkan kerjasama untuk kerjasama UKM seperti

yang telah dilaksanakan oleh Jepang dalam proyek “Otogai” atau

local to local cooperation antar para pelaku usaha UKM di Jepang

dan ASEAN. SEOM menyambut baik usulan dari Jepang tersebut

namun juga memberikan pandangan agar hal ini bisa lebih

dieksplorasi lebih lanjut dan dikoordinasikan secara intensif

dengan sectoral bodies yang menangani UKM di ASEAN.

3. ASEAN-China Pan Beibu Gulf Economic Cooperation

Page 14: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

7

Pertemuan ASEAN-China Pan-Beibu Gulf Economic Cooperation

(ASEAN-China PBGEC) telah diselenggarakan pada tanggal 17

Januari 2014 di Nanning, Provinsi Guangxi, RRT. Tujuan pertemuan

adalah untuk membahas usulan Roadmap ASEAN-China PBGEC

(Strategic Framework dan Action Plan) untuk kemudian hasil

keputusannya akan dilaporkan pada pertemuan SEOM-MOFCOM

Consultations bulan April 2014 di Solo, Indonesia. Merujuk hasil

pembahasan internal SEOM 1/45, pertemuan sepakat untuk

menghapus referensi kata ASEAN-SEOM mengingat tingkat

representatif yang hadir pada pertemuan ini.

Pertemuan mencatat pembentukan PBGEC pada tahun 2006 dan

hasil keputusan AEM-MOFCOM Consultations bulan Agustus 2011

di Manado, Indonesia yang menyambut baik penyelesaian

feasibility study sebagai landasan untuk penyusunan Roadmap

PBGEC. Implementasi atas Roadmap ASEAN-China PBGEC

merupakan langkah dan upaya untuk mendukung dan

memperkuat kerja sama ASEAN-China Strategic Partnership

khususnya dalam mengimplementasikan ASEAN-China Economic

Cooperation dan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).

Pertemuan sepakat atas Strategic Framework yang disusun bahwa

kegiatan dilaksanakan berdasarkan project-based yang didukung

dari beberapa sumber pendanaan (multiple sources of funding)

termasuk pembangunan hard infrastructure dan capacity building

projects. Untuk tahap awal (2014-2019) akan difokuskan pada 2

(dua) area kerja sama yaitu (i) ports and logistics; dan (ii)

investment facilitation and trade finance.

Proyek-proyek yang dianggap memberikan manfaat bagi kerja

sama ASEAN-China PBGEC akan diidentifikasi oleh para anggota

Pan-Beibu Gulf Coordination Committee (PBG-CC), untuk

selanjutnya ADB (yang terdiri dari ahli sektoral dan investasi) akan

melakukan uji kelayakan atas Project Development Facility (PDF),

dengan memfasilitasi ketersediaan sumber daya untuk dapat

mengimplementasikan proyek dimaksud. PBG-CC juga akan turut

membentuk kesekretariatan untuk membantu proses koordinasi

antar para pihak pemangku kepentingan.

Pertemuan secara prinsip sepakat atas ASEAN-China PBGEC

Roadmap dengan beberapa masukan dari Negara Anggota ASEAN,

antara lain:

(i) perlunya menyusun Term of Reference dalam

mengimplementasikan Strategic Framework;

(ii) PBG Joint Expert Group yang telah ada saat ini fungsinya

untuk dirubah menjadi PBG-CC dengan tingkat perwakilan

Page 15: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

8

setingkat Direktur dari masing-masing Negara Anggota

ASEAN;

(iii) menggunakan istilah “Executive Director” daripada

“Secretary General” sebagai ketua dari PBGEC Secretariat;

perkembangan dari implementasi ASEAN-China PBGEC Roadmap

untuk dilaporkan secara periodik kepada SEOM-MOFCOM

Consultations.

Rencana kerja yang akan mencakup usulan proyek-proyek

potensial dan kegiatan spesifik untuk 5 tahun mendatang akan

dikembangkan lebih lanjut berdasarkan Strategic Framework.

Oleh karena itu, revisi atas Strategic Framework berdasarkan

masukan dari AMS akan disampaikan pada pertemuan SEOM-

MOFCOM Consultations mendatang.

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya

1. World Economic Forum (WEF) 2014

WEF 2014 diselenggarakan tanggal 22-25 Januari 2014 di Davos,

Swiss, dengan tema “Reshaping of the World: Consequences for

Society, Politics and Business” dihadiri oleh lebih dari 200 peserta

dari mancanegara yang mewakili pemerintah, swasta, ilmuwan,

tokoh spiritual, tokoh seni dan budaya, serta akademisi.

Enabling Trade

Sesi Enabling Trade merupakan curah pandangan para Chief

Executive Officers (CEOs) dan Menteri Perdagangan beberapa

negara kunci mengenai bagaimana mendorong iklim kondusif bagi

perdagangan khususnya dengan memanfaatkan Agreement on

Trade Facilitation dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World

Trade Organization (WTO) di Bali. Dalam sesi plenary, Direktur

Jenderal WTO menggarisbawahi pentingnya implementasi

kesepakatan Bali dan menjadikannya sebagai acuan utama dalam

pengembangan aturan yang mendukung perdagangan. Pandangan

ini antara lain didukung Menteri Perdagangan dan Investasi

Australia, Andrew Robb; Komisioner Uni Eropa, Karel de Gucht;

dan Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Penny Pritzer. Pada

breakout discussion groups, para menteri dan CEO merumuskan

secara konkrit masukan bagi fasilitasi perdagangan yang

khususnya terkait sektor heavy industries; ICT and Services; food

and consumer services; travel & tourism.

Dalam closing remarks, disebutkan bahwa pengembangan iklim

perdagangan tidak hanya mencakup implementasi Agreement on

Trade Facilitation namun juga penciptaan ruang kondusif bagi

sektor pertanian yang menopang ketahanan pangan,

pengembangan kawasan pedesaan serta industrialisasi yang

Page 16: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

9

meningkatkan lapangan kerja dan kesejahteraan.

Forum Debate: Rethinking

Technology and

Employment

Sesi ini memperdebatkan tesis bahwa teknologi adalah penyebab

terjadinya pengangguran struktural. Panelis pendukung tesis ini

adalah Lawrence H. Summers dari Harvard University dan Prof.

Erik Brynjolfsson dari MIT, Indonesia bersama Philip J. Jennings

(Sekretaris Jenderal UNI Global Union yang berkedudukan di

Swiss) menolak. Sebelum perdebatan, polling menunjukkan

sebagian besar hadirin sependapat dengan tesis dimaksud.

Namun hasil polling menjadi berimbang setelah perdebatan

selesai.

Panelis pendukung tesis berpandangan bahwa proses mekanisasi,

otomatisasi dan efisiensi proses produksi menyebabkan lapangan

kerja manusia secara terus-menerus digantikan oleh tenaga non-

manusia. Persoalan tersebut makin merebak sejalan dengan

kencangnya modernisasi. Kami menanggapi bahwa berbeda

dengan negara maju, dimana pengembangan teknologi pengganti

tenaga kerja manusia dibutuhkan untuk mengurangi biaya

produksi, negara berkembang seperti Indonesia tidak dihambat

oleh kendala tersebut. Permasalahan di Indonesia lebih

menyangkut supply side yang solusinya dapat melalui

pengembangan teknologi yang sesuai. Dengan demikian, langkah

kebijakan tepat guna lebih berpengaruh positif terhadap

penciptaan lapangan kerja.

Gambar 2.

Forum Debate: Rethinking Technology and Employment, WEF

Lippo Davos Lunch

Dialogue

Pada dialog ini Menteri Perdagangan menjadi panelis bersama

Jean-Claude Trichet, mantan Presiden European Central Bank; Jim

O’Neill, mantan chairman Goldman Sachs Asset Management; dan

Sdr. Mahendra Siregar, Kepala BKPM. Pada acara yang dipandu

Ron Insana (CNBC) tersebut, Jean-Claude Trichet memperkirakan

Page 17: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

10

perekonomian dunia termasuk Uni Eropa akan membaik namun

perlu memperhatikan risiko deflasi. Sementara itu, Jim O’Neill

menggarisbawahi risiko instabilitas dan pesimisme masa depan

Emerging Economies seperti China.

Dalam dialog tersebut disampaikan optimisme kapasitas negara

Indonesia dalam menghadapi tahun 2014 termasuk tantangan

tapering Amerika Serikat. Indonesia telah mengimplementasikan

berbagai langkah guna mengendalikan inflasi, suku bunga dan

defisit transaksi berjalan. Di samping itu, paket kebijakan pro-

business di bidang keuangan, perdagangan, anggaran dan

investasi telah diperkenalkan guna menopang pertumbuhan

ekonomi.

Pertemuan Bilateral

dengan Australia

Menteri Perdagangan dan Investasi Australia, Andrew Robb,

menyampaikan harapan Australia bagi kerja sama daging sapi

(beef) dan sapi serta menanyakan kemungkinan adanya kawasan

di Indonesia bagi pengembangan sekitar 1-2 juta sapi per tahun

guna dalam jangka panjang membangun tambahan cadangan

ternak sapi sebanyak 10 juta ekor. Digarisbawahi kepentingan

Indonesia untuk dapat mendatangkan dan mengembangkan sapi

betina produktif. Menanggapi pertanyaan Australia mengenai

kemungkinan investasi di hilir (rumah pemotongan hewan) atau

hulu (produksi sapi), Indonesia dapat membuka kemitraan yang

mendorong pemain lokal/nasional untuk berkembang di hulu

maupun hilir.

Mengenai isu WTO, kedua pihak sepakat pentingnya

implementasi hasil-hasil yang disepakati di Bali. Australia juga

menyampaikan gagasan untuk mendorong pembahasan isu

environmental goods (EGs) sesuai kesepakatan APEC. Namun

ditekankan bahwa kesepakatan tersebut juga mencakup

pembahasan produk yang kontributif terhadap pengentasan

kemiskinan dan pembangunan pedesaan.

Pertemuan Bilateral

dengan Uni Eropa

Mengenai tindak lanjut kesepakatan Agreement on Trade

Facilitation WTO, Trade Commissioner Uni Eropa, Karel de Gucht,

menggarisbawahi pentingnya mendukung negara kurang

berkembang seperti Afrika dalam rangka pelaksanaan Section 2

(technical assistance dan capacity building). Dukungan tersebut

perlu mendorong Afrika terintegrasi ke dalam global value chain

serta memiliki sektor jasa yang terbuka.

Mengenai kebijakan larangan ekspor mineral terhitung 12 Januari

2014, UE mengingatkan tentang risiko menghadapi proses

dispute WTO sebagaimana kasus China yang dinyatakan kalah

Page 18: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

11

ketika menerapkan kebijakan yang sama tahun 2011. UE

meminta Indonesia berhati-hati untuk memastikan bahwa

kebijakan tersebut akan berdampak positif bagi peningkatan nilai

ekspor Indonesia. Indonesia lalu menyampaikan kebulatan tekad

untuk melakukan downstreaming sesuai UU no. 4 tahun 2009

dan membuka peluang kerja sama dengan UE. Menanggapi

pertanyaan UE mengenai pembatasan impor hortikultura,

ditekankan kepentingan untuk mengatasi bahaya bagi kesehatan,

keselamatan dan keamanan pangan termasuk untuk melindungi

kerentanan pulau Jawa yang berpenduduk sangat besar.

Informal WTO Ministerial

Gathering

Informal WTO Ministerial Gathering dihadiri 22 menteri,

pertemuan ini sebagaimana biasanya tidak dimaksudkan untuk

memberikan arahan resmi bagi negosiasi WTO di Jenewa.

Pertemuan membahas dua pertanyaan, yaitu bagaimana

penilaian mengenai hasil KTM IX Bali dan bagaimana

mengembangkan kelanjutan negosiasi Putaran Doha dengan

memanfaatkan keberhasilan KTM Bali. Pada pertemuan

dimaksud, lebih dikededepankan bagaimana kesepakatan Bali

dapat segera diimplementasikan. Sedangkan negara maju

cenderung menggarisbawahi langkah-langkah pasca Bali sehingga

menyinggung isu-isu seperti Environmental Goods, Information

Technology Agreement II, Trade in Services Agreement, investasi,

competition policy, dan pembelian pemerintah.

Gambar 3.

Informal WTO Ministerial Gathering, WEF 2014

Kesimpulan-kesimpulan pertemuan adalah sebagai berikut:

- KTM Bali merupakan tonggak sejarah yang mengangkat citra

WTO dan membuktikan diri dapat menghasilkan kesepakatan

berharga;

Page 19: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

12

- Untuk mempertahankan momentum keberhasilan ini, hasil-

hasil kesepakatan Bali perlu segera diimplementasikan;

- Pentingnya menyusun work programme pasca Bali yang

memperhatikan unfinished business sekaligus isu

pembangunan dan Least Developed Countries (LDCs).

Penyusunan program yang lebih rinci harus didasarkan pada

prinsip realistis, pragmatis, inklusif dan transparan;

- Perlu menghormati prinsip honesty serta saling

memperhatikan kepentingan semua pihak dan semua isu

dalam lingkup mandat Doha. Perlu pula secara seksama

mempertimbangkan isu-isu yang sulit seperti Non-

Agricultural Market Access (NAMA), pertanian dan jasa;

- Mengakui kontribusi penting dari proses plurilateral, regional

dan bilateral (termasuk free trade agreement) dalam

memperkuat sistem perdagangan multilateral WTO.

C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral

1. Chief Negotiator's Meeting Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership

Agreement (IKCEPA) 2014

Chief Negotiator's Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 15-

16 Januari 2014 telah membahas outstanding issues dalam

Working Group (WG) Trade in Goods (TIG), Trade in Services

(TIS), Investment dan Cooperation and Capacity Building (CCB)

serta proposal kerjasama mengenai Industrial Technology and

Investment.

Trade in Goods (Draft

Offer List Indonesia dan

Korea)

Indonesia menyampaikan stand points sebanyak 114 pos tarif

(PT) yang di-request pihak Korea (Lampiran 1) sebagai berikut:

a. 26 PT, tanpa persyaratan (9 PT kategori B dan 17 kategori

C);

b. 39 PT, dengan persyaratan Tariff Rate Quota (TRQ) 10 %

dari total konsumsi domestik atau User Specific Duty

Scheme (USDS);

c. 49 PT, dengan syarat investasi dan 2 tahun setelah produksi

komersial;

d. 81 PT yang di-request oleh Indonesia harus di offer oleh

Korea.

Korea menanggapi stand points Indonesia seperti pada

Lampiran 2, sebagai berikut:

a. 38 PT, immediate elimination yang berasal dari 26 PT

(point 3.a) usulan Indonesia dan ditambah 12 PT produk

elektronik dari 49 PT (point 3.c);

Page 20: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

13

b. 52 PT, dengan persyaratan USDS / IRQ yang berasal dari

39 PT (point 3.b) dan tambahan 13 PT produk baja dari

55 PT AKFTA Non Implementation. Korea juga

mengusulkan batas TRQ adalah 20% dari Total Konsumsi

dalam negeri;

c. 42 PT, immediate elimination dari 55 PT AKFTA Non-

Implementation.

d. 81 PT yang di request Indonesia hanya di offer sebanyak

16 PT oleh Korea.

Investment Taxation measure/matters dan return in kind, Korea telah

menyetujui agar kedua isu dimaksud dapat dihapus dalam text of

agreement of investment.

Performance Requirements (PR), khususnya mengenai "transfer

a particular technology", Korea menyetujui untuk dihapus dalam

artikel PR, namun tetap mempertahankan para mengenai "to

supply to a specific regional market or the world market

exclusively from its territory, one or more of the goods that such

investment produces or the services that it provides". Indonesia

hanya akan menyampaikan offer sebatas posisi Indonesia pada

perjanjian Trade Related Investment Measures (TRIMs).

Protection in services, Korea sepakat untuk menghapus isu

tersebut dalam Chapter of Investment dan akan dibahas dalam

Chapter of Trade in Services.

Non-Conforming Measure-Reservation List, Korea mengusulkan

untuk melanjutkan diskusi mengenai Reservation List dalam

jangka waktu satu tahun.

Investment Promotion, Korea mengusulkan agar para 2 dari

artikel 7 (Investment Promotion) mengenai komitmen investasi

yang berbunyi "The Parties shall set targets for investments in

Indonesia based on the common interests agreed by both Parties

as set out in Annex [xx]" dapat dihapuskan.

Cooperation and Capacity

Building

Indonesia menyampaikan kembali revisi Draft text, Plan of Action

dan Implementation Plan kepada Korea.

Korea akan menyampaikan draft awal Memorandum of

Understanding (MOU) mengenai Implementation plan yang

merupakan dokumen yang akan ditandatangani oleh Pejabat

setingkat Menteri dari kedua negara, bersamaan dengan

penandatangan IKCEPA.

Cooperation on Industrial

Technology and

Investment

Indonesia telah menyampaikan Concept of Industrial Technology

Transfer Cooperation sebagai tanggapan atas proposal Korea.

Pendekatan Indonesia terhadap isu Technology Transfer berbeda

Page 21: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

14

dengan Korea. Indonesia ingin agar kedua pihak dapat terlebih

dahulu menetapkan fokus kerjasama di sektor tertentu (Common

Fields of Cooperation) seperti automotive, professional

electronics, machine tools dan petrochemicals. Selain itu

Indonesia juga tertarik untuk mengembangkan kerjasama di

sektor shipbuilding, bio-tech, rare earth, telecommunication

equipment, defense industry dan energy alternative.

Selanjutnya kedua pihak melakukan joint study dengan cakupan

sektor tersebut di atas untuk mendapatkan gambaran tentang

kerjasama teknologi yang dapat dikembangkan antara Korea dan

Indonesia. Berdasarkan hasil joint study, kedua pihak dapat

menyusun suatu MoU on Industrial Technology Transfer

Cooperation, termasuk menyusung plan of action-nya. Mengenai

hal tersebut, pihak Korea dapat memahami dan akan mendalami

lebih lanjut Concept of Industrial Technology Transfer

Cooperation yang diusulkan Indonesia.

Kedua pihak berpandangan bahwa inisiatif kerjasama di bidang

teknologi akan memakan waktu, sehingga apabila ditargetkan

perundingan IKCEPA harus diselesaikan pada akhir Februari 2014,

maka kedua pihak sepakat bahwa penyelesaian MoU dimaksud

tidak harus bersamaan dengan penandatangan IKCEPA. Namun

demikian, kedua pihak sepakat untuk menempatkan MOU

sebagai bagian dari IKCEPA.

Indonesia telah menyampaikan tanggapan atas proposal

Memorandum of Understanding (MOU) on Investment

Cooperation yang telah diusulkan oleh Korea. Disampaikan

bahwa Indonesia (BKPM) sudah memiliki 3 (tiga) MOU dengan

Korea. Untuk itu, Indonesia mengusulkan agar substansi MOU

yang akan disusun seharusnya on top dari MOU yang sudah ada.

Kedua pihak juga sepakat Investment Cooperation sebagai bagian

dari IKCEPA. Penjabaran selanjutnya dilaksanakan dalam MOU.

Work Plan Kedua pihak sepakat akan melaksanakan 7th round of IKCEPA

Negotiation pada tanggal 25-28 Februari 2014 di Seoul, Korea.

2. Kunjungan Pendahuluan (Tim Advance) Bidang Ekonomi dan Keikutsertaan dalam Partnership

Summit di India

Pada tanggal 27-29 Januari 2014 Delegasi Rl Tim Advance Bidang

Ekonomi mengadakan kunjungan ke Bangalore, India. Agenda

pertemuan tersebut yaitu pertemuan dengan Minister of

Agriculture Negara Bagian Karnataka dan Deputy Secretary-

Page 22: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

15

General Organisation for Economic Cooperation and Development

(OECD), pertemuan dengan perusahaan Tata Consulting Service

(TCS) dan Bharat Heavy Electricals Limited (BHEL), serta sebagai

panelis pada Partnership Summit 2014.

Pertemuan Dengan

Minister of Agriculture

Negara Bagian Karnataka

Dalam pertemuan dengan Minister of Agriculture Negara Bagian

Karnataka, Krishna Byre Gowda, pada tanggal 27 Januari 2014

telah dibicarakan hal-hal sebagai berikut:

a. Negara Bagian Karnataka sebagai hub bagi teknologi

informasi dan sektor jasa sedang berupaya melakukan

diversifikasi guna memperkuat fundamental ekonomi

di sektor perdagangan dan industri, termasuk dalam sektor

manufaktur atau hardware,

b. Memandang peluang ke Indonesia guna memperluas bisnis

sektor teknologi komunfkasi dan informasi di luar India;

c. Perubahan pola hidup yang semula tergantung pada

makanan segar mengalami evolusi urrtuk mengadaptasi

makanan olahan (processed food);

d. Negara Bagian Karnataka sedang berupaya mencari investasi

di sektor pengolahan makanan (food processing) dan

mengharapkan Indonesia dapat memanfaatkan peluang

tersebut;

e. Negara Bagian Karnataka mengharapkan dapat melakukan

perdagangan langsung di sektor energi, khususnya batu bara

dengan Indonesia;

f. Mengundang delegasi Indonesia dapat menghadiri kegiatan

Global Investors' Meet 2014 di Bangalore pada bulan Oktober

2014 yang merupakan forum investasi yang diselenggarakan

Negara Bagian Karnataka setiap dua tahun sekali.

Menanggapi Minister of Agriculture Negara Bagian Karnataka,

Deputi Menko Perekonomian menjelaskan sebagai berikut:

a. Menyambut baik upaya memperluas kerjasama dengan

Negara Bagian Kamataka tidak hanya di sektor teknologi

komunikasi dan informasi serta jasa, namun juga sektor

pertanian di mana Indonesia dapat mensuplai minyak kelapa

sawit (CPO) maupun processed food, serta sektor energi,

khususnya batu bara;

b. Menjelaskan Indonesia juga mengembangkan teknologi

Informasi dan komunikasi guna mendukung perekonomian,

termasuk e-education dan e-health;

c. Indonesia juga memiliki pusat pertumbuhan IT di Bandung

dan Batam;

d. Berkenaan dengan fasilitasi di sektor energi dan makanan

olahan disampaikan akan ditindaklanjuti dengan komunitas

Page 23: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

16

bisnis di Indonesia yang terkait dengan sektor tersebut.

Pertemuan dengan Tata

Consultancy Services (TCS)

Dalam pertemuan dengan TCS tanggal 27 Januari 2014, dijelaskan

mengenai profit konglomerasi Tata Group, TCS dan investasi Tata

Group di Indonesia sejak tahun 2006. Tata Group berkomitmen

untuk melanjutkan investasinya di Indonesia, khususnya

berkenaan di sektor energi (Tata Power), sektor otomotif (Tata

Motor) dan sektor jasa (TCS). TCS juga mengharapkan dapat

bekerja sama dengan PT. Telkom dalam pengembangan IT di

Indonesia.

Untuk sektor teknologi informasi dan komunikasi, TCS

memaparkan beberapa program menyangkut pelayanan publik

baik untuk tingkat nasional maupun negara bagian. Progaram

tersebut meliputi Aroghyashree (pelayanan kesehatan) di Negara

Bagian Andhra Pradesh, pelayanan perijinan di Ministry of

Corporate Affairs India, Passport Seva Project di Ministry of

External Affairs India, dan berbagai program lainnya yang secara

langsung mendukung program ekonomi dan korporasi TCS. Di

samping itu, dipaparkan juga langkah strategis TCS dalam rangka

menyongsong era knowledge-based economy.

Menanggapi penjelasan pihak TCS, Deputi Menko Perekonomian

telah menyampaikan pengembangan MP3EI, pengembangan

teknologi informasi untuk pembuatan e-KTP dan BPJS serta akan

menindaklanjuti pertemuan dengan pihak-pihak terkait di

Indonesia untuk memperluas kerjasama dengan TCS di berbagai

sektor.

Pertemuan dengan

Deputy Secretary-General

of OECD

Dalam pertemuan dengan Deputi Sekjen OECD, William C.

Danvers, dibicarakan beberapa fokus inisiatif regional OECD di

kawasan Asia Tenggara seperti policy planning, investment, anti

corruption, innovation, science &technology, dan private sector

development. Berkenaan dengan pelaksanaan Partnership Summit

2014, disampaikan harapan kiranya Indonesia juga dapat

mengambil manfaat dari global value chains yang dapat

mewujudkan penyediaan lapangan kerja dan peningkatan

produktivitas dalam rantai kegiatan ekonomi, dan memberikan

pemahaman masyarakat rnengenai sistem perdagangan global.

Disampaikan juga apresiasi atas keberhasilan pertumbuhan

ekonomi Indonesia, sebagai salah satu negara key partner OECD,

hingga saat ini dan mengharapkan cerita sukses Indonesia dapat

berlanjut pada masa yang akan datang. Pada akhir pertemuan

juga disampaikan undangan untuk menghadiri kegiatan OECD di

Paris dalam waktu dekat.

Deputi Menko Perekonomian menyambut baik upaya dari

Page 24: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

17

berbagai program inisiatif OECD di kawasan Asia Tenggara.

Dijelaskan bahwa Indonesia mengharapkan dapat memperoleh

program peningkatan kapasitas (capacity building) di bidang policy

reform dalam upaya meningkatkan daya saing Indonesia daiam

jangka panjang. Selain itu dibutuhkan juga panduan atau roadmap

dalam membantu upaya policy reform yang akan dilakukan

Indonesia. Disampaikan juga Indonesia mengalami peningkatan

defisit perdagangan dan masih kurang kompetitifnya produk

Indonesia untuk bersaing di pasar global. Peningkatan

produktivitas tenaga kerja dan kebijakan investasi serta

perpajakan di masa yang akan datang diharapkan dapat

meningkatkan daya saing Indonesia.

Pertemuan dengan

Bharat Heavy Electricals

Limited (BHEL)

Pada pertemuan dengan pihak BHEL, diperoleh penjelasan

mengenai produksi peralatan pembangkit listrik, BHEL merupakan

salah satu perusahaan engineering terbesar di India, perusahaan

bergerak di bidang ini design engineering, power, manufacture,

renewable energy, solar energy, minyak dan gas bumi,

transportasi kereta api, pembangkit listrik dan transmisi listrik.

Delegasi juga mendapatkan kesempatan melakukan kunjungan

langsung ke beberapa fasilitas BHEL di lapangan khususnya terkait

dengan pembuatan Printed Circuit Board (PCB) dan panel energi

surya.

Partnership Summit 2014 Partnership Summit 2014 yang bertemakan Emerging Global

Value Chains: Building Partnership dibuka Minister of Commerce

and Industry India, Anand Sharma, yang menyampaikan bahwa

dunia saat ini adalah rantai produksi global dan tren yang

berkembang saat ini adalah Global Value Chains (GVC), yang mana

proses produksi suatu produk manufaktur didukung oleh unsur-

unsur produksi yang berasal dari beberapa negara lainnya.

Dicontohkan adalah pembuatan piranti Apple iPad asal Amerika

Serikat yang dirakit di China namun ada 17 negara yang terlibat

dalam proses pembuatan piranti tersebut secara keseluruhan.

Oleh karenanya, diperkirakan fokus India dan negara-negara lain

saat ini adalah mempercepat kemtraan (partnership) dengan Asia,

wilayah yang sedang menjalani proses integrasi ekonomi.

Deputi Menko Perekonomian menjadi salah satu panelis dib sesi

pleno kedua yang bertemakan "Emergence of New Mega-Trading

Blocs (MTBs) and their impact on Global Trade". Sesi pleno kedua

dipandu oleh Michael Yeoh (CEO Asian Strategy & Leadership

Institute (ASLI) Malaysia), dan Sanjaya Baru (Director, Gee-

Economics & Strategy pada International Institute for Strategic

Studies India), dan menghadirkan beberapa panelis lain yaltu

Page 25: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

18

Kama! bin Ahmed Mohamed (Minister of Transportation Bahrain),

Sultan bin Saeed Al Mansoori (Minister of Economy Persatuan

Emirat Arab), Norihiko Ishiguro (Vice Minister of Economy, Trade

and Industry Jepang), Jayant Dasgupta (Dubes India untuk WTO)

dan Subodh Bhargava (Chairman Tata Communications Ltd.).

Di sesi ini dibahas mengenai kemunculan blok perdagangan besar

yang baru seperti Regional Comprehensive Economic Partnership

(RCEP), Trans-Pacific Partnership (TPP), dan Transatlantic Trade

and Investment Partnership (TTIP). Dengan banyaknya negara

menjadi anggota FTA dan rendahnya rata-rata tarif MFN

menjadikan hampir tidak ada liberalisasi akses pasar yang lebih

jauh lagi. Negosiasi dalam hal ini diharapkan dapat menurunkan

hambatan dalam sektor jasa, investasi, dan pengadaan sektor

pemerintah. Para panelis menjelaskan dampak MTB terhadap

tatanan perdagangan global, perubahan arsitektur perdagangan

global dan imbasnya terhadap negara-negara miskin yang bukan

anggota.

Deputi Menko Perekonomian secara khusus menjelaskan

mengenai RCEP yang beranggotakan 10 negara anggota ASEAN

dan 6 mitra negara ASEAN (Australia, China, India, Jepang, Korea

Selatan, dan Selandia Baru) akan menjadi blok perdagangan

terbesar pada tahun 2015, dengan populasi 4 milyar jiwa dan GDP

US$21,4 triliun. Blok ekonomi regional akan meliputi 0,6%

GDP dunia akan menghasilkan income gain US$6,44 milyar tahun

2025 menurut kajian Asian Development Bank (ADB). Tantangan

yang dihadapi oleh RCEP adalah harmonisasi dan fleksibilitas

terhadap FTA-FTA yang sudah ada saat ini.

GVC merupakan bagian dan perdagangan internasional yang

tumbuh sangat cepat dan menjadi critical driver terhadapi

produktivitas pertumbuhan dan lapangah kerja bagi negara maju

dan negara berkembang. Selain itu juga dijelaskan bahwa GVC

mendorong perdagangan bebas dan mewujudkan kernakmuran.

Hal ini merupakan kekuatan integrasi ekonomi bagi regional dan

global.

Blok dagang yang ada saat Ini bukanlah sesuatu yang negatif

dalam konteks perdagangan multilateral. Namun di sisi Iain

berguna untuk mengakomodasi negara yang tebih lambat untuk

menjamin mengejar ketertinggalan yang ada dan pada yang saat

sama bermanfaat bagi negara blok dagang tersebut.

D. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa

Page 26: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

19

1. Chief Negotiator Meeting Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement

(IK CEPA)

Chief Negotiator Meeting IK-CEPA bidang jasa diselenggarakan

pada tanggal 16 Januari 2014 di mana Indonesia menyiapkan

outstanding issue yang perlu dibahas pada pertemuan ini yang

mencakup beberapa pending issue pada teks TIS, annexes, serta

request/offer. Sementara Korea menambahkan isu protection of

mode 3 pada pembahasan text yang terkait dengan WG

Investment.

Telecommunication

Services

Pada pertemuan terkait isu ini, Indonesia yang diwakili oleh wakil

dari Kementerian Kominfo menyampaikan kembali bahwa

Indonesia pada dasarnya sangat terbuka untuk pembahasan

telekomunikasi. Tetapi Indonesia menginginkan pembahasan tidak

hanya mengenai regulatory framework dan operator

telekomunikasi untuk akses pasar karena Industri telekomunikasi

Indonesia saat ini sudah sangat terbuka, namun mencakup

komitmen investasi di banyak area untuk ICT serta kerja samanya.

Korea menyampaikan bahwa keterikatan telekomunikasi dengan

investasi sangat sulit dilakukan karena industri telekomunikasi di

Korea dimiliki oleh swasta, dan pemerintah sulit untuk mengatur

dan meminta komitmen swasta untuk terikat dalam perundingan

ini. Korea juga meminta pendapat. Indonesia mengenai

bagaimana menghubungkan antara telekomunikasi dengan

chapter investment.

Indonesia menyampaikan jumlah operator yang ada saat ini sudah

banyak (12 operator). Karena pertumbuhan teknologi sangat

cepat maka pertumbuhan infrastruktur juga sangat cepat seperti

industri optical fiber dan industri terkait telekomunikasi lainnya.

Indonesia menginginkan perusahaan Korea bekerjasama untuk

pembuatan dan pengembangan optical fiber, atau Korea

membangun pabrik pembuatan gadget sehingga Indonesia dapat

menjadi basis pembuatan telepon selular seperti halnya yang

telah Korea lakukan di Vietnam. Indonesia mengharapkan Korea

dapat mengkomitmenkan idenya terlebih dahulu dan

pelaksanaannya dapat dilakukan bertahap.

Korea berpandangan bahwa industri telekomunikasi berbeda

dengan industri pembuatan telepon, sehingga tidak dapat

dihubungkan. Dan Korea tetap menyampaikan bahwa pemerintah

tidak dapat mengatur hal-hal yang dimiliki swasta tanpa ada

persetujuan dari pihak swasta terkait. Apa yang disampaikan oleh

Indonesia bentuknya merupakan cooperation, Korea

menyarankan untuk membahas lebih lanjut isu tersebut pada WC

Page 27: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

20

on CCB bukan pada WG on TIS. Korea juga menyampaikan

kekhawatirannya karena sampai saat ini belum ada pembahasan

terkait teks telekomunikasi.

Ketua perunding Indonesia menyampaikan, untuk mendapatkan

high quality dari IK CEPA maka Indonesia akan membuat proposal

mengenai concern Indonesia pada telekomunikasi dan akan

menyampaikan secepatnya untuk mendapat tanggapan Korea.

Korea juga menyampaikan bahwa karena sudah tidak adanya

waktu untuk membahas text telecommunication maka

diharapkan Indonesia dapat memberikan masukan dalam bentuk

paper framework terkait jasa telekomunikasi.

Financial Services Pihak Korea menyampaikan bahwa pada perundingan berikutnya

wakil dari pihak Korea akan hadir dan pertemuan pembahasan

financial services akan diselenggarakan secara back to back

dengan WG on TIS.

Chapter Trade in Services

Pada pembahasan terkait dengan Chapter TIS dibahas beberapa

isu yang masih "pending" antara lain beberapa article dan term

yang terkait dengan investment (cross cutting issues).

Mengenai artikel protection of mode 3 usulan Korea, Indonesia

menyampaikan bahwa di dalam GATS tidak ada pembahasan

mengenai protection dan Indonesia tidak akan memperlakukan

Korea berbeda dengan negara-negara lain. Indonesia memiliki

Undang-Undang sebagai domestic regulation seperti UU

Perbankan, UU Asuransi, dll. dimana di dalamnya memiliki

proteksi terhadap investor dan penyedia jasa asing.

Korea menyampaikan bahwa dapat memahami domestik regulasi

Indonesia yang memberikan perlindungan terhadap para investor

asing, namun pada WG on Investment, protection ini masuk ke

dalam perjanjian dan Korea menginginkan hal ini juga masuk ke

dalam WG on TIS.

Indonesia menyampaikan bahwa services dan investment memiliki

regime sendiri yang berbeda, oleh karena itu posisi Indonesia

tetap akan mengikuti aturan GATS dan tidak menginginkan

pembahasan mengenai hal ini.

Indonesia juga menyampaikan untuk beberapa pending artikel

masih menunggu pembahasannya di WG on LII, namun selama

pembahasan artikel tersebut belum selesai maka beberapa artikel

yang pending tersebut masih tetap dicantumkan di dalam Chapter

TIS.

Request-Offer Korea mananyakan kembali mengenai beberapa request-nya serta

Page 28: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

21

menyampaikan bahwa saat ini masih membicarakan dengan

beberapa instansi pemerintahannya mengenai keinginan

Indonesia pada mode 4. Disampaikan pula bahwa untuk beberapa

sektor Korea bisa membuka mode 4 tetapi beberapa lainnya

dianggap masih sulit seperti untuk profesi welder dan caregiver

masih tertutup karena hanya untuk skill labor profesional, namun

untuk nurse masih dapat dimungkinkan untuk bekerja di Korea.

Indonesia menyampaikan bahwa untuk mencapai landing zone

yang diharapkan, sudah banyak improvement yang di berikan dari

request Korea tersebut meskipun beberapa sektor masih sulit

untuk dibuka.

Beberapa sektor lainnya yang merupakan request Korea Indonesia

juga memberikan indikasi positif dengan kondisi Korea juga

memberikan market access untuk MNP Indonesia pada beberapa

sektor yang merupakan request Indonesia.

2. Pertemuan ke-3 RCEP-Working Group on trade in Services (RCEP-WGTIS)

Pertemuan RCEP-WGTIS pada tanggal 20-24 Januari 2014 di Kuala

Lumpur, malaysia merupakan pertemuan ketiga yang dihadiri

perwakilan anggota ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Korea

dan New Zealand, serta Sekretariat ASEAN. Hadir sebagai anggota

delegasi Indonesia adalah Perwakilan dari Otoritas Jasa

Keuangan, Direktorat Perundingan Perdagangan Jasa dan Pusat

Pelayanan Advokasi Perdagangan Internasional, Kementerian

Perdagangan.

Pertemuan diawali dengan ASEAN Caucus yang dilaksanakan

tanggal 20 Januari 2014 dengan pembahasan terfokus pada

penyiapan posisi ASEAN atas proposal dan paper yang

disampaikan oleh AFPs untuk isu Professional Services, Financial

Services, Telecommunication Services, Global Value Chains dan

Placement of Mode 3 oleh Australia, Education Services oleh New

Zealand, Financial Services, Construction Services,

Telecommunication Services dan Distribution Services oleh Jepang,

Movement of Natural Persons oleh India dan China, Positive List

oleh India dan Relationship between Services Chapter and

Investment Chapter oleh Korea;

Page 29: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

22

Gambar 4.

Pertemuan ke-3 RCEP-Working Group on trade in Services (RCEP-WGTIS)

ASEAN masih membahas isu terbatas untuk ASEAN terkait e-

commerce dan SMEs (Small and Medium Enterprises). Singapura

menyampaikan submission-nya yang menggambarkan

perkembangan e-commerce terutama di wilayah Asia Pacific,

disampaikan pula kontribusi e-commerce bagi perigembangan

bisnis, pengurangan biaya, peningkatan efesiensi, termasuk

fasilitasi yang dapat disediakan bagi SMEs. Terdapat beberapa

masukan dari ASEAN Member States (AMS) terutama terkait

pengusulan isu ini di TNC oleh Jepang serta pengusulan e-

commerce sebagai bagian dari ICT Chapter di WGTIS maupun

keberadaan work programme e-commerce di WTO. Selanjutnya

Singapura akan mengembangkan substansi pengusulan isu e-

commerce tersebut dan melihat ke arah mana pengusulan akan

dilakukan melihat kondisi diskusi yang ada.

Terkait isu SMEs, Indonesia menyampaikan paparan atas

pengusulan SMEs sebagai elemen dari services chapter RCEP yang

akan dituangkan dalam bentuk pengaturan di dalam chapter yang

dapat memungkinkan pengecualian SMEs dari kewajiban yang

terdapat di dalam services chapter seperti subsidi. Tanggapan dan

masukan diterima dari beberapa AMS, terutama membandingkan

dengan pengaturan serupa yang terdapat di TPP. Vietnam juga

menyampaikan masukan terkait dengan peningkatan kemampuan

SMEs untuk dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang terdapat

di dalam peraturan misalnya terkait cooperation, subsidy dan

recognition. Rapat meminta Indonesia untuk lebih mengelaborasi

non paper SMEs tersebut.

Pada pembahasan matriks elements of RCEP services chapter,

Page 30: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

23

ASEAN dapat menyetujui beberapa elemen, namun demikian

terdapat perbedaan posisi khususnya pada elemen placement of

mode 3, most-favoured nation, local presence dan di beberapa isu

spesifik yaitu Telecommunication services, Movement of Natural

Persons, professional Services, Education Services dan e-

commerce.

Sementara itu untuk beberapa elemen seperti Development of

Regulations, Participation in Global Value Chains dan Outreach

and Engagement with the Private Sector dan isu spesifik Domestic

Regulation, ASEAN masih meminta klarifikasi lebih lanjut dari AFP

yang merupakan pengusul elemen dan isu spesifik tersebut.

Pada Pertemuan WGTIS yang dilaksanakan tanggal 21-24 Januari

2014 dilakukan penyampaian presentasi oleh AFPs terkait isu-isu

sebagaimana disebutkan di atas. Secara spesifik untuk isu

education services, New Zealand menyampaikan kelanjutan

paparannya seperti yang sudah disampaikan pada Pertemuan

RCEP WGTIS ke-2 di Brisbane, yang menekankan kepentingan New

Zeland pada education services. NZ menambahkan isu

perlindungan konsumen bagi penyediaan jasa pendidikan yang

dijamin melalui keberadaan mekanisme jaminan yang berkualitas

dan kerangka pengaturan domestik. Selanjutnya, New Zealand

akan menyampaikan informasi tambahan tertulis terkait

regulatory regime perpindahan guru asing ke dalam negeri.

Terkait professional services, ASEAN Secretariat menyampaikan

paparan mengenai status dan implementasi MRAs yang dimiliki

oleh ASEAN. AFPs menyampaikan pandangan umum atas paparan

tersebut terutama dalam kaitannya dengan perundingan isu

professional services dan MNP.

Selanjutnya, Jepang dan Australia menyampaikan kembali

pentingnya financial services terutama untuk pengaturan

tersendiri atas jasa ini, apakah dalam bentuk chapter atau annex.

ASEAN menyampaikan keberadaan Working Committee on

Financial Services Liberalisation (WCFSL) sebagai komite kerja

yang melakukan perundingan financial services bagi ASEAN,

sehingga keputusan ASEAN terkait pengaturan financial services

akan merujuk pada konfirmasi dari WCFSL.

Australia menyampaikan usulan ICT Chapter yang akan meliputi

pengaturan atas Telecommunication Services dan e-commerce ke

dalam single chapter. Australia melihat pentingnya penggabungan

kedua isu ini ke dalam satu chapter terutama melihat adanya

konvergensi teknologi komunikasi seperti e-banking yang dalam

teknologi dan implementasinya menggabungkan kedua isu

Page 31: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

24

tersebut. Terkait isu ini juga, Australia meminta ASEAN untuk

menyampaikan update mengenai ICT Masterplan di masing-

masing negara.

Pada kesempatan tersebut, Jepang menyampaikan respon atas

pertanyaan yang disampaikan RCEP participating countries pada

Pertemuan sebelumnya mengenai keberadaan provisi resale dan

co-location pada Telecommunication Services, berupa informasi

pengaturan kedua isu tersebut pada FTAs yang dimiliki oleh

Jepang yaitu Jepang-Peru EPA dan Jepang-lndia EPA mengenai

resale.

Terkait isu Distribution Services, Construction Services dan

Telecommunication Services, Jepang menyampaikan paparan yang

secara garis besar menggambarkan kekuatan yang dimiliki Jepang

pada ketiga sektor jasa tersebut dan kontribusi yang dapat

diberikan oleh Jepang kepada RCEP participating countries

terutama dengan kemungkinan partisipasi saham asing Jepang.

Paparan juga meliputi informasi terkait reformasi yang dilakukan

pada regulasi domestik untuk meningkatkan daya saing dan

kemampuan para penyedia jasa dalam memenuhi permintaan

konsumen dan pembukaan akses pasar atau komitmen liberalisasi

atas ketiga sektor jasa tersebut. Disampaikan pula posisi RCEP

participating countries pada komitmennya di WTO.

Terkait isu Movement of Natural Persons, India menyampaikan

paparan mengenai usulan kerangka atau pilar negosiasi MNP RCEP

yang terdiri dari objective criteria, transparency, domestic

regulation dan recognition. Secara khusus, India menyampaikan

interest yang besar untuk perundingan isu ini. India akan

mempersiapkan framework for facilitating liberalization of mode 4

under RCEP akan disampaikan pada Pertemuan RCEP mendatang

di China.

Terkait isu positive list, India menyampaikan paparan mengenai

keuntungan penerapan positive list approach dalam penyampaian

Komitmen di sektor jasa. Disampaikan bahwa pendekatan ini

dianggap paling sesuai diterapkan untuk perundingan yang

melibatkan berbagai negara yang memiliki perbedaan yang besar

pembangunannya. Selain itu, terdapat fakta bahwa FTAs yang

berkualitas menerapkan pendekatan ini dan keberadaan provisi

transparansi yang menberikan manfaat bagi para stakeholders. Di

lain pihak beberapa AFPs yang merupakan proponen negative list

approach yaitu Australia, Jepang, Korea dan New Zealand

menyampaikan alasan-alasan mengapa negative list approach

dianggap lebih tepat diterapkan pada perundingan akses pasar

Page 32: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

25

RCEP. Concern utama ada pada isu transparansi dan kemungkinan

terdapatnya tingkat liberalisasi yang lebih tinggi dengan

menggunakan pendekatan ini.

Terkait penempatan mode 3, sebelumnya telah dilaksanakan joint

informal meeting, WGTIS dan WGI. Australia menyampaikan opsi

penempatan mode 3, dengan pilihan terbaik pada investment

chapter dimana disiplin investment chapter akan berlaku untuk

seluruh investasi sektor jasa. Terkait dengan keberadaan isu non

mode 3 investment yang "dianggap" belum ter-cover di dalam

services chapter, ASEAN menyampaikan perlunya pembahasan

lebih lanjut mengenai isu ini.

Pertemuan menyepakati format matriks elements dengan

menambahkan kolom terakhir yang berisikan catatan hasil diskusi

Pertemuan ini. Mengenai pemahaman pengisian matriks

dilakukan usaha penyamaan persepsi untuk menghindari kesalah

mengertian atas posisi participating country atas suatu elemen.

Berdasarkan hasil diskusi, akan dilakukan pengakategorian atas

tiap-tiap elemen. Pertama, yang secara prinsip disetujui

keberadaannya di dalam chapter, antara lain scope, definition,

national treatment, market access, domestic regulations,

transparency, recognition, payment and transfers, denial of

benefits dan committee on trade in services

Kedua, beberapa elemen yang masih akan didiskusikan lebih

lanjut yaitu placement of mode 3, MFN, local presence, additional

commitment, review of commitments, schedules of specific

commitments, modification of schedule, development of

regulations, disclosure of confidential information, monopolies

and exclusive services suppliers, business practices, restriction to

safgeuard BoP, safeguard, general exceptions, security exceptions,

subsidies, S&D treatment, cooperation, progressive liberalisation,

Non-conforming measures, participation in global value chains

dan outreach and engagement with the private sector.

Ketiga, isu-isu spesifik yaitu financial services, telecommunciation

services, MNP, education services, professional services dan

domestic regulations. Ketiga kategori tersebut akan dibahas lebih

lanjut pada Pertemuan mendatang.

Sebagai tahap selanjutnya, pertemuan menyepakati time table

diskusi matriks elemen services chapter dan persiapan Pertemuan

mendatang yang terbagi atas 3 (tiga) periode waktu yaitu:

a. Penyampaian daftar elemen yang dibagi pada 3 kategori

utama (elemen yang sudah secara umum disepakati, elemen

yang terkait treshold issues: pendekatan scheduling dan

Page 33: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

26

penempatan mode 3 dan isu spesifik lainnya) oleh ASEC

tanggal 31 Januari 2014;

b. Penyampaian update informasi Participating Countries atas

elemen-elemen services chapter tanggal 10 Maret 2014, yang

kemudian akan dikonsolidasikan dan disirkulasikan kembali

oleh ASEC tanggal 24 Maret 2014;

c. Pemberitahuan kepada ASEC mengenai rencana presentasi

isu-isu/sektor yang menjadi kepentingan Participating

Countries, termasuk initial material yang jikalau mungkin

disampaikan 2 minggu sebelum pertemuan mendatang.

E. Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional

1. Pertemuan Penyusunan Dokumen Kontrak Kinerja Ditjen KPI

Kegiatan Pertemuan Penyusunan Kontrak Kinerja Ditjen KPI

dilakukan pada tanggal 13 – 14 Januari 2014 di Hotel Grand

Cemara, menghadirkan narasumber dari Biro Perencanaan

Kementerian Perdagangan, Inspektorat III Kementerian

Perdagangan, Direktorat Perdagangan, Investasi, Kerja Sama

Ekonomi Internasional BAPPENAS dan Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Pertemuan penyusunan Kontrak Kinerja Ditjen KPI menghasilkan

penyesuaian terhadap draft awal Kontrak Kinerja sesuai dengan

masukan dari narasumber dan koordinator perencanaan dan

evaluasi pada tiap unit eselon II.

Penetapan Kontrak Kinerja merupakan komitmen pejabat Ditjen

KPI untuk mewujudkan suatu tingkat kinerja sesuai dengan

indikator dan target kinerja. Kontrak Kinerja juga digunakan

sebagai dasar penyusunan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) sehingga

para pegawai mengetahui indikator kinerja yang telah

dikomitmenkan.

2. Konsinyering Penyusunan Sasaran Kerja Pegawai

Pertemuan Pembahasan Penyusunan Sasran Kerja Pegawai (SKP)

pada Setditjen KPI dilaksanakan pada tanggal 22-23 Januari 2014

di Hotel Salak, Bogor. Pertemuan Pertemuan dihadiri seluruh

pegawai di lingkungan Setditjen KPI, dan sebagai narasumber

adalah Pejabat dan staf Biro Organsisasi dan Kepegawaian

Kementerian Perdagangan.

Pertemuan telah menyusun target kerja pegawai yang akan

dicapai dalam kurun waktu Januari hingga Desember 2014, guna

mengukur kinerja yang dihasilkan seorang pegawai. Setiap

Page 34: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

27

pegawai memiliki kewajiban untuk menysusun sasaran kerja

pegawai sebagai salah satu bahan penghitungan tunjungan kinerja

pegawai (remunerasi).

Penilaian prestasi kerja PNS berdasarkan Pasal 12 ayat 2 UU

Nomor 43 Tahun 1999 bertujuan menjamin objektifikas

pembinaan PNS yang dilakukan bersarakan sistem prestasi kerja

dan sistem karir, yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.

Gambar 6. Konsinyering Penyusunan Sarasan Kinerja Pegawai

3. Workshop Laporan Akuntabillitas Kinerja (LAK) 2013

Workshop LAK 2013 Ditjen KPI diselenggarakan pada tanggal 29-

30 Januari 2014, di Bogor. Workshop dilaksanakan dengan tujuan

memberikan pemahaman kepada pejabat dan staf di lingkungan

Ditjen KPI dalam melakukan penyusunan LAK, khususnya kepada

pejabat yang baru menangani penyusunan LAK.

Workshop menghadirkan narasumber dari Inspektorat III,

Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemendag, yang memaparkan hasil

pemeriksaan Itjen atas LAK Ditjen dan setiap unit Eselon II di

lingkungan Ditjen KPI Tahun 2012, dilanjutkan dengan review LAK

Ditjen KPI Tahun 2012.

Page 35: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

28

Gambar 5. Workshop LAK Ditjen KPI 2013

Sesuai Kepmendag Nomor: 1011/M-DAG/KEP/12/2012, tentang

pedoman penyusunan dokumen sistem akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah di lingkungan Kementerian Perdagangan

bahwa penyampaian LAK Eselon I kepada Menteri/Wakil Menteri

Perdagangan, dan penyampaian LAK Eselon II kepada Eselon I

yang membawahi, paling lambat pada tanggal 30 Maret Tahun

berikutnya setelah dilakukan review terlebih dahulu oleh Tim

Review (Adhoc) di masing-masing unit dan ditembuskan pada

Itjen dan Setjen.

Page 36: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

29

BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

A. Kendala dan Permasalahan

62nd ASEAN Coordinating

Committee of Investment

(CCI)

Pada isu Prohibition of Performance Requirements, terdapat

keinginan agar perjanjian investasi di ASEAN lebih liberal lagi

(TRIMS plus). Untuk itu perlu pemahaman secara lebih

komprehensif apa keuntungan/pengaruh TRIMS plus bagi Foreign

Direct Investments. Pertemuan sepakat untuk mengundang nara

sumber yang kompeten pada CCI mendatang.

Pada Proposed US-ASEAN Joint Statement on Shared Principles for

International Investment, masih terdapat perbedaan pandangan

antara ASEAN dengan US terutama tentang prinsip Investasi.

Beberapa pandangan Indonesia antara lain level of ambitions,

scope of principle dan development dimensions.

The First Meeting of The

ASEAN Senior Economic

Officials for The Forty-

Fifth ASEAN Economic

Ministers Meeting (SEOM

1/45) and Related

Meetings

Pertemuan mencatat adanya keinginan dari beberapa Sectoral

Bodies untuk menambahkan measures/action plan baru ke dalam

Scorecard Cetak Biru Ekonomi ASEAN. SEOM mengkhawatirkan

bahwa hal tersebut dapat menyebabkan tingkat pelaksanaan dari

Cetak Biru Komunitas Ekonomi akan mengalami penurunan.

Tidak adanya forum koordinasi langsung antara sectoral bodies di

bawah SEOM (CCA, CCS & CCI) dan 14 sectoral bodies khususnya

SMEWG. Indonesia telah memberikan masukan kepada

pertemuan untuk mempertimbangkan adanya mekanisme

koordinasi antar sectoral bodies tersebut.

Chief Negotiator's

Meeting Indonesia-Korea

Comprehensive Economic

Partnership Agreement

(IKCEPA) 2014

Pendekatan Indonesia terhadap isu Technology Transfer berbeda

dengan Korea. Indonesia ingin agar kedua pihak dapat terlebih

dahulu menetapkan fokus kerjasama di sektor tertentu (Common

Fields of Cooperation) seperti automotive, professional electronics,

machine tools dan petrochemicals. Selain itu Indonesia juga

tertarik untuk mengembangkan kerjasama di sektor shipbuilding,

bio-tech, rare earth, telecommunication equipment, defense

industry dan energy alternative.

B. Tindak Lanjut Penyelesaian

62nd ASEAN Coordinating

Committee of Investment

(CCI)

Kementerian Perdagangan akan mempersiapkan kemungkinan

Mendag untuk menandatangani Protocol to amend the ACIA di

sela-sela AEM Retreat tanggal 27 Februari 2014 di Singapura.

Page 37: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

30

The First Meeting of The

ASEAN Senior Economic

Officials for The Forty-

Fifth ASEAN Economic

Ministers Meeting (SEOM

1/45) and Related

Meetings

Kemendag akan berkoordinasi dalam menindak lanjuti di berbagai

sektor internal ASEAN yang harus di selesaikan antara lain: (i)

Perdagangan Barang: Indonesia harus segera menyelesaikan

proses ratifikasi untuk Protocol to Amend Certain ASEAN Economic

Agreements; (ii) Perdagangan Jasa: Indonesia harus segera

menyelesaikan Schedule of Commitment (SoC) sesuai threshold

AFAS paket 9; (iii) Indonesia perlu mempersiapkan prosedur

domestik penandatanganan Protocol AANZFTA; (iv) Standard and

Conformance: Kemendag harus berkoordinasi dengan Kemenkes

dan Kemenlu untuk mempersiapkan prosedur domestik untuk

proses penandatangan AMDD pada Pertemuan AEM Retreat 2014.

Chief Negotiator's

Meeting Indonesia-Korea

Comprehensive Economic

Partnership Agreement

(IKCEPA) 2014

Pada isu Trade in Goods, Kementerian Pedagangan perlu segera

memutuskan status perundingan 55 PT Non-implementation

dalam AKFTA.

Sementara pada isu Trade in Services, Kementerian Perdagangan

diharapkan dapat segera menindaklanjuti hal-hal yang telah

disepakati terkait TIS dan menyusun revisi R/O of TIS dan

modalitasnya, untuk saling dipertukarkan dengan pihak Korea.

Kunjungan Pendahuluan

(Tim Advance) Bidang

Ekonomi dan

Keikutsertaan dalam

Partnership Summit di

India

Kementerian Perdagangan perlu berkoordinasi dengan instansi

terkait untuk mempersiapkan landing zone yang direncanakan

akan diberikan oleh pihak Korea, termasuk membahas paper

framework yang menjadi posisi Indonesia untuk sektor

telekomunikasi.

Page 38: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf

31

BAB III PENUTUP

Kesimpulan umum Selama bulan Januari 2014, Direktorat Jenderal Kerja Sama

Perdagangan Internasional telah berpartisipasi dalam berbagai

perundingan baik di forum multilateral, regional, dan bilateral.

Sementara itu sebagian perundingan lainnya sedang dalam proses

pembahasan.

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

menyadari adanya kendala-kendala dalam mencapai kesepakatan

kerja sama perdagangan internasional dalam berbagai perundingan

internasional baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal-hal

yang belum optimal dilaksanakan pada bulan ini menjadi bahan

evaluasi untuk perbaikan. Sedangkan hal-hal yang harus

ditindaklanjuti menjadi catatan untuk pelaksanaan kinerja pada

bulan berikutnya oleh unit terkait.

Page 39: Lapbul DJKPI Januari 2014.pdf