lap buku dunia afektif kosasih

27
BAB I SOSOK BUKU DAN PENULIS A. Menelusuri Dunia Afektif Buku yang berjudul Menelusuri Dunia Afektif ditulis oleh Prof. H.A. Kosasih Djahiri, diterbitkan oleh Laboratorium Pengajaran PMP IKIP Bandung pada tahun 1996. Adapun yang dibahas dalam buku ini adalah tentang Pendidikan Nilai dan Moral yang terdiri dari lima bab. Bab I membahas tentang hakikat nilai-moral dan norma; bab II membahas hakikat nilai dan moral; bab III membahas pendidikan nilai dan pendekatannya; bab IV membahas tahap perkembangan moral; bab V membahas pendidikan nilai- moral. B. Perkembangan Moral Buku Perkembangan Moral merupakan terjemahan dari buku Moral Development yang ditulis oleh Ronal Duska dan Moriellen Whelan, diterjemahkan oleh Dwija Atmaka, diterbitkan oleh Kanisius di Yogyakarta pada tahun 1981. Isinya membahas masalah-masalah dalam keputusan moral 1

Upload: ridho-yanuar

Post on 04-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Afektif

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

BAB I

SOSOK BUKU DAN PENULIS

A. Menelusuri Dunia Afektif

Buku yang berjudul Menelusuri Dunia Afektif ditulis oleh Prof. H.A.

Kosasih Djahiri, diterbitkan oleh Laboratorium Pengajaran PMP IKIP

Bandung pada tahun 1996. Adapun yang dibahas dalam buku ini adalah

tentang Pendidikan Nilai dan Moral yang terdiri dari lima bab. Bab I

membahas tentang hakikat nilai-moral dan norma; bab II membahas hakikat

nilai dan moral; bab III membahas pendidikan nilai dan pendekatannya; bab

IV membahas tahap perkembangan moral; bab V membahas pendidikan

nilai-moral.

B. Perkembangan Moral

Buku Perkembangan Moral merupakan terjemahan dari buku Moral

Development yang ditulis oleh Ronal Duska dan Moriellen Whelan,

diterjemahkan oleh Dwija Atmaka, diterbitkan oleh Kanisius di Yogyakarta

pada tahun 1981. Isinya membahas masalah-masalah dalam keputusan

moral dengan menyajikan dua orang ahli Psikologi Perkembangan yang

penting, yaitu Jean Piaget dan Lawrence Kolberg. Mereka telah mengadakan

studi dalam proses perkembangan moral. Mereka lebih memusatkan

penyelidikan pada pola-pola penalaran manusia dalam mengadakan

keputusan moral daripada penyelidikan tingkah laku. Piaget dan Kolberg

telah mengembangkan teori-teori perkembangan moral yang dengan jelas

1

Page 2: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

memperlihatkan tahapan-tahapan mana yang dilalui oleh seorang individu

dalam mencapai kematangan moral.

C. Etika

Penulis buku ini adalah Bertens K., diterbitkan oleh PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta pada tahun 1999. Isinya terdiri dari 8 bab, bab 1

embahas tentang Apakah etika itu ?; Bab 2 membahas tentang hati nurani;

Bab 3 membahas tentang Kebebasan dan Tanggungjawab; Bab 4

membahas tetang Nilai dan Norma; Bab 5 Membahas tentang Hak dan

Kewajiban; Bab 6 membahas tentang menjadi manusia yang baik; Bab 7

membahas tentang Beberapa sistem filsafat moral dan terakhir Bab 8

membahas tentang masalah-masalah etika terapan dan tantangannya bagi

zaman kita.

.

2

Page 3: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

BAB II

ISI BUKU

A. Menelusuri Dunia Afektif

1. Hakikat Nilai-Moral dan Norma

Pada umumnya teori pendidikan mengangkat masalah nilai, moral

dan norma secara menyeluruh, dan yang paling utama adalah sebagai

berikut : a) Bahwa setiap orang lahir dengan membawa potensi kodrati

anugrah dan amanah Illahi (yang bermakna titipan untuk dibina/dipelihara,

dikembangkan dan dibermaknakan sebagaimana ketentuannya); b)

Bahwa potensi diri tersebut adalah sama (jenis dan wujudnya) pada

setiap orang, serta potensial namun sarat dengan keterbatasan;

Secara umum kita dapat membaca seseorang melalui hal-hal

berikut : 1) Bahwa sebagai makhluk hidup yang hidup dalam berbagai

kehidupan, manusia bersifat multi kodrati dan multi fungsi-peran (status);

manusia bersifat multipleks atau mono-pluralistik; 2) Kajian literatur

kependidikan afektif menemukan kualifikasi bahwa manusia menunjukkan

integritas atau kepedulian akan sesuatu. Sesuatu itu bisa materiil,

immateriil, kondisional atau waktu; dan 3) Bahwa manusia itu makhluk

yang unik (berbeda antara yang satu dengan yang lain).

Sebagaimana diungkapkan oleh Milton Rokeah yang menyatakan

bahwa setiap orang memiliki keyakinan dan sistem nilai, organisasi/sistem

nilai secara virtual bermanifestasi menjadi landasan budaya, mayarakat,

3

Page 4: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

lembaga dan pribadi. Sedangkan P. Martorella menunjukkan sejumlah hal

yang menjadi indikator dunia afektif yaitu emosi, feeling, cita-rasa,

kemauan, kecintaan, sikap, sistem nilai dan keyakinan (ini yang dimaksud

dengan sembilan potensi afektual). Dunia afektif adalah hal ihwal afektif

baik mengenai sifat-karakteristiknya, struktur potensi dan isi substansinya.

2. Hakikat Nilai dan Moral

Pengertian nilai adalah harga yang diberikan oleh seseorang atau

sekelompok orang terhadap sesuatu (materiil, immateriil, personal,

kondisional) atau harga yang dibawakan/tersirat atau menjadi jati diri dari

sesuatu. Berbeda dengan nilai yang bersifat personal dalam diri manusia

maka moral moral berada dan berasal dari luar diri yang bersangkutan,

yakni dari tuntutan keharusan/keyakian orang lain atau kelompok

masyarakat dimana yang bersangkutan berada atau menjadi warga.

Moral berasal dari kata morus, yang bermakna norma aturan atau

keharusan, dan menjadi moralita yang bersifat keadaan atau

kualifikasi/karateristik/sifat.

Menurut Lawrence Kohlberg ada dua jenis nilai, yaitu Nilai Obyektif

Universal dan Nilai Subyektif Khusus. Nilai obyektif universal/intrinsik/nilai

dasar adalah nilai hakiki yang ada pada sesuatu yang bersifat abadi serta

diterima/berada dimanapun. Nilai obyektif universal yaitu etika, estetika,

logika dan agama (keempat nilai ini merpakan landasan nilai moral). Nilai

subyektif khusus adalah nilai-moral obyektif yang sudah diwarnai oleh hal-

hal instrumental, sehingga karenannya disebut juga nilai instrumental.

4

Page 5: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

3. Pendidikan Nilai dan Pendekatannya

Pendidikan nilai sebagai salah satu rekayasa kependidikan

membina dan membentuk sumber daya manusia seutuhnya atau

paripurna lahir dan batinnya. Sasaran pendidikan nilai, di antaranya

sebagai berikut: a) Membina, menanamkan dan melestarikan Nilai, Moral,

Norma (NMNr) luhur pada diri manusia/kelompok masyarakat dan

kehidupannya; b) Meningkatkan dan memperluas tatanan nilai dan

keyakinan manusia/kelompok masyarakat; c) Membina dan meningkatkan

jati diri manusia/masyarakat/bangsa; d) Mengkal, memperkecil dan

meniadakan hal/nilai-moral naif/negatif; e) Membina dan mengupayakan

ketercapaian/keterlaksanaan dunia harapan yang dicita-citakan; f)

Mengklarifikasi dan mengoperasionalkan NMNr dasar dalam kehidupan;

g) Mengklarifikasi dan mengkaji/menilai diri keberadaan NMNr dalam diri

manusia dan kehidupannya.

Pendekatan pendidikan nilai sebagai cara menyikapi/sudut

pandang, adalah landasan atau rasional yang menjadi dasar rekayasa

pelaksanaan pendidikan nilai agar berlangsung layak, benar dan berhasil

sebagaimana harapan (target yang ditetapkan). Dalam penentuan

pendekatan ini, target harapan serta pola pikir dan falsafah

orang/masyarakat/bangsa yang bersangkutan sangat menentukan. Maka

oleh karenanya, masyarkat-bangsa Indonesia hendaknya menggunakan

tolak ukur nilai-moral dan norma Pancasila, budaya dan agama saat

akan menentukan pilihan pendekatannya

5

Page 6: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

4. Tahap Perkembangan Moral

Menurut Loevenger tahapan perkembangan moral adalah

perkembangan ego, yakni perkembangan kualifikasi diri sebagai buah dari

berbagai perkembangan internal diri manusia.

Sedangkan kajian moral orientation membicarakan masalah

dasar/landasan pertimbangan atau perhitungan seseorang dalam

mentaati, menilai dan menetapkan ketetapan hati/keputusan akan

sesuatu/sejumlah nilai moral yang dihadapi. Gambaran

perkembangan/pertahapan moral (moral stages). Dan yang melandasi

moral self atau moral orientation adalah cognitive motivation aspects dan

affective motivational aspects.

Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan moral, diantaranya:

Kondisi keadaan diri dan lingkungan kehidupannya; Waktu dalam

pengertian kuantitatif dan kualitatif (darurat/tidaknya); Kualifikasi

masyarakat/kelompok dimana kita berada; Fungsi peran atau kedudukn

kita dalam kelompok masyarakat yang bersangkuta; Pola dan tatanan

nilai moral yang mengikat kita/masyarakat; Kualitas diri kita sendiri; dan

Kebutuhan/interest yang mengikat diri.

5. Proses Pendidikan Nilai-Moral

Karakteristik proses diknil diantaranya ialah sebagai berikut : a)

Dunia afektif adalah bagian dari totalitas diri manusia (internal) maupun

dunia di luar manusia (lingkungan kehidupannya; b) masalah pembinaan

nilai moral adalah masalah kejiwaan, maka oleh karenanya postulat-

6

Page 7: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

postulat mengenai hal tersebut harus kita pahami; c) proses diknil hanya

bisa terjadi apabila teori dan atau prinsip menganai hal ini dipahami dan

diterapkan sejak kegiatan perancangan program pengajaran sampai pola

penilaian serta pasca kegiatan belajarnya; proses diknil memerlukan

sejumlah prasyarat yakni prasyarat kesiapan dan keterbukaan serta

kemampuan afektual siswa, suasana dan lingkungan belajar, pemahaman

dan kemampuan serta pribadi guru dan pola proseduralnya; dan

pembinaan diknil dilakukan sedini mungkin, bertahap, sikuensional dan

terus menerus.

B. Perkembangan Moral

1. Teori Perkembangan

Dalam analisisnya mengenai peraturan permainan, Piaget telah

memperlihatkan bahwa anak-anak berkembang melalui tahap rasa hormat

pada peraturan, tetapi jalan permainan mereka menunjukkan bahwa

mereka hanya meniru saja beberapa aspek dari permainan itu dan tidak

memahami keseluruhan peraturan permainan. Pada tahap ini anak sudah

sadar akan adanya peraturan, tetapi semua peraturan itu dianggap

berasal dari luar dirinya, sebagai suatu jaringan batasan-batasan yang

amat berbelit-belit dan yang mengatur setiap gerak-geriknya. Bila anak

sudah berkembang secara sosial dan intelektual, mak akan ada hubungan

perkembangan, baik dalam pengertian mengenai peraturan maupun

dalam pengertian permainannya sendiri yang harus dimainkan menurut

7

Page 8: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

aturan-aturannya.

Dalam bagian mengenai tindakan keliru (clumsiness), mencuri dan

berbohong, proses perkembangan seperti itu juga kelihatan. Kesadaran

anak tentang peraturan merusakkan barang, mencuri dan kesadaran

tentang bahasa timbul lebih dahulu daripada pengertian mereka tentang

peraturan-peraturan dan kemampuan mereka untuk menerapkan

peraturan-peraturan tersebut dalam berbagai situasi. Faktor lain yang

menambah kompleksnyaperkembangan dalam kehidupan moral anak

adalah rasa hormatnya kepada orang dewasa, karena orang dewasalah

yang merumuskan dan memaksakan peraturan-peraturan moral itu

kepada anak-anak. Pada tahap-tahap di mana anak hanya sadar akan

peraturan-peraturan, tanpa mengertinya benar-benar, pertimbangan anak

mengenai benar dan salah didasarkan atas bunyi peraturan. Bila anak

telah berkembang secara intelektual dan sosial, maka peraturan-

peraturan moral yang berkenaan dengan mencuri, berbuat curang dan

berbohong, dipahami dalam konteks kehidupan bersama dan kemudian

dijadikan prinsip yang tertanam dalam hati.

Bagian-bagian mengenai pengertian anak tentang keadilan,

menunjukkan dengan jelas adanya pengaruh orang dewasa terhadap cara

anak mengartikan benar dan salah; menunjukkan juga adanya

perbenturan antara pengertian anak dengan otoritas orang dewasa, hal

yang esensial bagi perkembangan ke arah otonomi. Anak yang masih

kecil menyamakan apa yang fair (adil) dengan apa yang diminta atau

8

Page 9: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

diperintahkan orang dewasa. Bila anak sudah berkembang secara

intelektual dan sosial, penilaiannya mengenai apa yang fair ditentukan

semata-mata berdasarkan kesamaan hak (equality), tanpa

memperhitungkan hubungan-hubungan lain, misalnya afeksi, umur atau

keadaan badan. Inilah periode pemisahan radikal dari otoritas orang

dewasa. Tahap ketiga dalam perkembangan keadilan adalah tahap

kesamaan hak dan kewajinan (equity). Tahap ini ditandai dengan

keinginan anak untuk mempertimbangkan semua hubungan dan keadaan,

sebelum menentukan keputusan dalam hal keadilan. Pada saat ini anak

sudah melepaskan diri dari pengaruh dari luar dan dia sudah otonom

dalam perimbangan moralnya.

2. Teori Kohlberg

Menurut Kohlberg ada empat tahap sifat dalam tahap

perkembangan, yaitu sebagai berikut: 1) Perkembangan tahap selalu

sama; 2) Dalam perkembangan tahap, subyek tidak dapat memahami

penalaran moral tahap di atasnya lebih dari satu tahap; 3) Dalam

perkembangan tahap, subyek secara kognitif tertarik pada cara berpikir

satu tahap di atas tahapnya sendiri; dan 4) Dalam perkembangan tahap,

peralihan dari tahap ke tahap terjadi bila diciptakan disequibrium kognitif,

yaitu bila pandangan kognitif seseorang tidak mampu lagi menyelesaikan

suatu dilema moral yang dihadapinya.

Suatu teori perkembangan diajukan atas dasar tiga asumsi: 1)

Perkembangan menyangkut perubahan-perubahan dasar dalam struktur,

9

Page 10: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

yaitu bentuk, pola organisasio dari suatu respon; 2) Perkembangan

merupakan hasil dari proses interaksi antara struktur, organisasi dan

lingkungan; dan 3) Perkembangan mengarah kepada terciptanya

equlibrium yang semakin besar dalam interaksi antara organisme dengan

lingkungan.

C. Etika

1. Apakah itu Etika

Etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu

tentang adat kebiasaan. Sedangkan menurut Depdikbud (1988)

mendefinisikan aetika sebagai berikut :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan

tentang hak dan kewajiban moral/akhlak.

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan

akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu

golongan atau bermasayrakat.

Baik buruk dalam arti etis seperti dimaksudkan memainkan

peranan dalam hidup setiap manusia. Situasi moral dalam dunia modern

itu mengajak kita untuk mendalami studi etika. Etika merupakan prospek

untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.

Agama mempunyai hubungan erat dengan moral, setiap agama

mempunyai suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para

10

Page 11: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

penganutnya. Demikian halnya hubungan antara hukum dengan moral.

Baik hukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia, namun

hukum membatasi diri pada tingkahlaku rill saja, sedangkan moral

menyengkut juga sikap batin seseorang.

2. Hati Nurani

Setiap manusia mempunyai pengalaman tentang hati nurani dan

mungkin pengalaman itu merupakan perjumpaan paling jelas dengan

moralitas sebagai kenyataan. Pengalaman tentang hati nurani itu

merupakan jalan masuk yang tepat untuk suatu studi mengenai etika.

Dengan hati nurani kita maksudkan penghayatan tentang baik atau

buruk berhubungan dengan tingkah laku konkret kita. Hatinurani ini

memerintahkan atau melarang kita untuk melakukan sesuatu kini dan

disini. Ia tidak berbicara tentang yang umum melainkan tentang situasi

yang sangat konkret.

Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia

mempunyai kesadaran. Dengan kesadaran kita maksudkan kesanggupan

manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan melihat pohon di kejauhan

sana, tetapi ia menyadari juga bajwa dialah yang melihatnya.

Hati nurani dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu hati nurani

retrospektif dan prospektif. Hati nurani retrospektif memberikan penilaian

tentang perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau.

Hati nurani ini seakan menoleh ke belakang dan menilai perbuatan-

11

Page 12: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

perbuatan yang sudah lewat. Sedangkan hati nurani prospektif melihat

masa ke depan dan menilai perbuatan-perbuatan kita yang akan datang.

Hati nurani dalam arti ini mengajak kita untuk melakukan sesuatu atau

seperti barangkali lebih banyak terjadi mengatakan jangan dan melarang

untuk melakukan sesuatu.

2. Kebebasan dan Tanggung jawab

Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung

jawab. Kedua kata tersebut saling bartautan. Kebertautan antara

keduanya akan menjadi lebih jelas dalam analisis yang akan diadakan,

oleh karena itu kedua pengertian terebut tidak dapat dipisahkan.

Kebebasan merupakan suatu fakta dan diantara fakta-fakta yang

ditetapkan orang tidak ada yang lebih jelas. Kebebasan adalah hubungan

antara aku konkret dan perbuatan yang dilakukannya. (Henri Bergson

(1859-1941).

Kebebasan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kebebasan

sosial politik, dan kebebasan individual. Kebebasan sosial politik

diantaranya kebebasan rakyat versus kekuasaan absolut dan

kemerdekaan versus kolonilaisme. Sedangkan kebebasan individual

dibagi kedalam 6 macam, yaitu kesewenang-wenangan, kebebasan fisik,

kebebasan yuridiskebebasan psikologis, kebebasan moral dan

kebebasan eksistensial.

12

Page 13: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

3. Nilai dan Norma

Menurut Hans Jonas mengatakan bahwa nilai adalah the address

of a yes, sesuatu yang ditunjukan dengan “ya” kita. Nilai adalah sesuatu

yang kita iakan atau kita aminkan, oleh karena itu nilai selalu mempunyai

konotasi positif. Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia, yang

khusus menandai nilai moral adalah bahwa nilai ini berkaitan dengan

pribadi manusia yang bertanggung jawab. Nilai-nilai moral mengakibatkan

bahwa seseorang bersalah atau tidak bersalah, karena ia bertanggung

jawab. Ada tiga macam norma yang umum diantaranya ialah norma

kesopanan atau etiket, norma hukum dan norma moral. Etiket misalnya,

betul-betul mengandung norama yang mengatakan apa yang harus kita

lakukan. Etiket hanya menjadi tolok ukur untuk menentukan apakah

perilaku kita sopan atau tidak dan hal itu belum tentu sama dengan etis

atau tidak. Norma hukum juga sangat penting dalam kehidupan di

masyarakat, oleh karena itu setiap hari kita selalu berjumpa dengan

norma hukum ini. Namun demikian norma hukum berbeda dengan norma

moral. Norma moral menentukan apakah perilaku kita baik atau buruk dari

suuuuudut etis. Karena itu norma moral adalah norma tertinggi, yang tidak

bisa dilakukan pada norma lain. Norma moral dapat dirumuskan dalam

bentuk positif atau negatif. Dalam bentuk positif norma moral tampak

sebagai perintah yang menyatakan apa yang harus dilakukan sedangkan

13

Page 14: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

dalam bentuk negatif norma moral tampak sebagai larangan yang

menyatakan apa yang tidak boleh dilakukan.

4. Hak dan Kewajiban

Hak merupakan suatu klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok

yang satu terhadap yang lain atau terhadap masyarakat. Orang yang

mempunyai hak bisa menuntut. Hak adalah klaim yang sah atau klaim

yang dapat dibenarkan. Sebab, mengatakan klaim begitu saja jelas tidak

cukup. Ternyata sering dikemukakan klaim yang tidak bisa dibenarkan.

Ada beberapa jenis hak yang paling utama yaitu hak legal dan hak

moral. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah

satu bentuk. Hak-hak legal berasal dari undang-undang, peraturan hukum

atau dokumen legal lainnya. Hak legal berfungsi dalam sistem hukum

maka hak moral berfungsi dalam sistem moral. Hak moral didasarkan atas

prinsip atau peraturan etis saja. Hak moral belum tentu hak legal dan

begitu juga sebaliknya. Ada beberapa jenis hak yang lainnya diantaranya

ialah hak khusus dan hak umum, hak positif dan hak negatif hak individu

dan hak sosial. Ahli filsuf berpendapat bahwa selalu ada hubungan timbal

balik antara hak dan kewajiban. Pandangan tersebut teori korelasi itu

terutama dianut oleh pengikut utilitarisme. Menurut mereka, setiap

kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain, dan sebaliknya

setiap berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak

tersebut. Menurut John Stuart Mill menyatakan perbedaan kewajiban

kedalam dua bagian yaitu kewajiban sempurna dan kewajiban tidak

14

Page 15: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

sempurna. Kewajiban sempurna selalu terkait dengan hak orang lain,

sedangkan kewajiban tidak sempurna tidak terkait dengan orang lain.

5. Menjadi Manusia Yang Baik

Untuk menjadi orang yang baik tidaklan mudah harus ada hal-hal

yang perlu dilakukan demi mencapai tujuan hidup yakni menjadi orang

yang baik. Orang yang baik adalah orang yang dalam perbuatannya

selalu bertindak adil, dan jujur. Menurut Aris Toteles, kebijaksanaan tidak

merupakan k eutamaan moral, melainkan keutamaan intelktual. Artinya,

kebijaksanaan sebagai keutamaan tidak menyempurnakan kehendak,

melainkan intelek manusia.

Etika keutamaan mempunyai orientasi yang lain etika ini begitu

menyoroti perbuatan satu demi satu, apakah sesuai atau tidak dengan

norma moral, tapi lebih memfokuskan manusia itu sendiri. Tika ini

mempelajari keutamaan, artinya sifat watak yang dimiliki manusia. Etika

keutamaan tidak menyelidiki apakah perbuatan kita baik atau buruk. Etika

keutamaan mengarahkan perhatian pada being manusia. Ketika

keutamaan ingin menjawab pertanyaan saya harus menjadi orang yang

bagaimana ?. sedangkan etika kewajiban menjawab pertanyaan saya

harus melakukan apa ?

Dari uraian tersebut di atas, untuk menjadi manusia yang baik tentu

harus bisa berperilaku dalam kehidupan dengan berpedoman kepada

etika kewajiban dan etika keutamaan. Karena kedua hal inilah yang akan

15

Page 16: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

menuntun kita untuk menuju jalan hidup yang lebih baik yang dicita-

citakan.

6. Beberapa sistem Filsafat Moral

Hedonisme adalah salah satu sistem etika yang timbul ada awal

sejarah filsafat. Berawal dari pertanyaan apa yang menjadi hal yang

terbaik bagi manusia, para hedonis menjawab kesenangan. Hedonisme

adalah baik apa yang memuaskan keinginan kita, apa yang meningkatkan

kuantitas kesenangan atau kenikmatan dalam diri kita. Dalam filsafat

Yunani hedonisme sudah ditemukan pada Aristipos dari Kyrene (sekitar

433-355 sm), seorang murid sokrates.

Para hedonis mempunyai konsepsi yang salah tentang

kesenangan. Mereka berfikir bahwa sesuatu adalah baik, karena

disenangi. Akan tetapi, kesenangan tidak merupakan suatu perasaan

yang subyektif belaka tanpa acuan obyektif apa pun. Sebeanrnya

kesenangan adalah pantulan subyektif dari sesuatu yang objektif. Sesuatu

tidak menjadi baik karena disenangi, tapi sebaliknya kita merasa senang

karena memperoleh atau memiliki sesuatu yang baik.

Dalam utilitarisme, umpamanya tujuan perbuatan-perbuatan moral

adalah memaksimalkan kegunaan atau kebahagiaan bagi sebanyak

mungkin orang. Deontologi merupakan suatu sistem etika yang tidak

mengukur baik tidaknya suatu perbutan berdasarkan hasilnya, melainkan

16

Page 17: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

semata-mata berdasarkan maksud sipelaku dalam melakukan perbuatan

tersebut.

BAB III

KESIMPULAN DAN KOMENTAR

A. Kesimpulan

Nilai adalah harga yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok

orang terhadap sesuatu (materiil, immateriil, personal, kondisional) atau

harga yang dibawakan/tersirat atau menjadi jati diri dari sesuatu. Berbeda

dengan nilai yang bersifat personal dalam diri manusia maka moral moral

berada dan berasal dari luar diri yang bersangkutan, yakni dari tuntutan

keharusan/keyakian orang lain atau kelompok masyarakat dimana yang

bersangkutan berada atau menjadi warga.

Karakteristik proses diknil diantaranya ialah sebagai berikut : a) Dunia

afektif adalah bagian dari totalitas diri manusia (internal) maupun dunia di luar

manusia (lingkungan kehidupannya; b) masalah pembinaan nilai moral

adalah masalah kejiwaan, maka oleh karenanya postulat-postulat mengenai

hal tersebut harus kita pahami; c) proses diknil hanya bisa terjadi apabila

teori dan atau prinsip menganai hal ini dipahami dan diterapkan sejak

kegiatan perancangan program pengajaran sampai pola penilaian serta

pasca kegiatan belajarnya.

17

Page 18: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

Teori perkembangan diajukan atas dasar tiga asumsi: 1)

Perkembangan menyangkut perubahan-perubahan dasar dalam struktur,

yaitu bentuk, pola organisasi dari suatu respon; 2) Perkembangan

merupakan hasil dari proses interaksi antara struktur, organisasi dan

lingkungan; dan 3) Perkembangan mengarah kepada terciptanya equlibrium

yang semakin besar dalam interaksi antara organisme dengan lingkungan.

Kebebasan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kebebasan

sosial politik, dan kebebasan individual. Kebebasan sosial politik diantaranya

kebebasan rakyat versus kekuasaan absolut dan kemerdekaan versus

kolonilaisme. Sedangkan kebebasan individual dibagi kedalam 6 macam,

yaitu kesewenang-wenangan, kebebasan fisik, kebebasan yuridiskebebasan

psikologis, kebebasan moral dan kebebasan eksistensial. Sistem etika dalam

kehidupan manusia terdiri dari Hedonisme, Eudemonisme, Utilitarisme, dan

Deontologi.

B. Komentar

Pembahasan dari ketiga buku yang telah dilaporkan dapat kiranya

penulis bedakan kedalam beberapa hal sebagai berikut: Buku Menelusuri

Dunia Afektif lebih cenderung membahas kepada bagaimana pembelajaran

nilai-norma-moral dan etika diterapkan kepada peserta didik agar mempribadi

pada diri peserta didik baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor.

Buku Perkembangan Moral lebih cenderung membahas dari segi ilmunya

tentang teori perkembangan moral dan tahap-tahap perkembangan moral

18

Page 19: Lap Buku Dunia Afektif Kosasih

anak. Sedangkan buku yang ketiga Etika cenderung membahas tentang etika

dan sistem etika. Dari ketiga buku tersebut dapat tercakup dalam buku

menelusuri dunia afektif. Oleh karena itu buku perkembangan moral dan etika

merupakan sumber pembelajaran bagi pendidikan nilai afektif.

DAFTAR PUSTAKA

A. Kosasih Djahiri, (1996) Menelusuri Dunia Afektif, Bandung : Laboratorium Pengajaran PMP IKIP Bandung.

Dwija Atmaka, (1981) Perkembangan Moral, Yogyakarta : Kanisius.

Bertens K., (1999). E t i k a, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

19