laopran contoh.doc

90
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI RSUD CIBINONG BOGOR Tahun Ajaran 2012 / 2013 Oleh : SOFIATUL ANDARIAH I14104045

Upload: rossashabrina

Post on 01-Oct-2015

451 views

Category:

Documents


180 download

TRANSCRIPT

LAPORANPRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)DI RSUD CIBINONG BOGOR Tahun Ajaran 2012 / 2013 Oleh :SOFIATUL ANDARIAH

I14104045

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013LEMBAR PENGESAHAN LAPORANLaporan Praktek Kerja Lapangan di RSUD Cibinong Bogor

Jenis Kasus

: 1. CKD, Anemia, Hipertensi dan TB Paru

2. Gangren Diabetes Melitus

3. Kejang Demam Nama Mahasiswa : Sofiatul AndariahNIM : I14104045Menyetujui,

Dosen Pembimbing ID

Pembimbing ID di RS

(Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc) (Maria Tambunan, SKM. M.Kes) NIP. 19590725 198609 1 001

NIP. 19630105 198502 2 004Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS

NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Disetujui :

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGangguan gizi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat termasuk di rumah sakit. Hasil survey di beberapa negara menunjukkan bahwa malnutrisi dapat terjadi bahkan di rumah sakit terbaik didunia. Sebanyak 40% hingga 45% pasien yang dirawat dapat mengalami malnutrisi selama perawatan. Sebanyak 50% pasien rawat bedah mengalami malnutrisi. Dampak dari kejadian tersebut dapat meningkatkan komplikasi sebesar 3 kali lipat dan biaya rumah sakit meningkat sebesar 35%-75% (Gallagher-Alfred et al. 1996). Khusus di Indonesia masalah gizi pada masyarakat yang dirawat di rumah sakit masih menjadi masalah utama yang harus segera ditangani. Sekitar 20 % penderita di unit rawat jalan mengalami gangguan gizi. namun hal ini jarang terdeteksi, oleh karena jarang dilakukan pengukuran status gizi. Sekitar 2530 % penderita di unit rawat inap mengalami gangguan gizi, namun data ini masih jarang dijadikan bahan pertimbangan dalam pengobatan penderita. Selain itu dapat terjadi juga sekitar 15 % gangguan gizi iatrogenic / hospital induced malnutrition pada penderita di rumah sakit, namun jarang diketahui karena pengukuran status gizi sebelum penderita pulang jarang dilakukan (Soegianto 2008).Peran asuhan gizi (nutrition care) sebagai bagian dari perawatan pasien Rumah Sakit, juga semakin penting dengan berkembangnya konsep perawatan pasien dengan pendekatan menyeluruh. Kualitas asuhan gizi di Rumah Sakit sangat menentukan outcome perawatan rumah sakit. Semakin baik kualitas asuhan gizi rumah sakit semakin tinggi tingkat kesembuhan pasien, semakin pendek lama rawat dan semakin kecil biaya perawatan rumah sakit. Akan tetapi asuhan gizi dan peranan ahli gizi rumah sakit belum mendapat perhatian yang memadai karena manajemen dan kualitas pelayanan gizi di rumah sakit masih rendah (Anonim 2007).Menurut Supariasa (2001), permasalahan gizi pada dasarnya merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan hanya pendekatan medis dan pelayanan kesehatan. Penyebab masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait. Permasalahan gizi dapat terjadi baik pada orang normal ataupun sakit. Penanganan permasalahan gizi bagi orang yang dirawat di rumah sakit disebut dengan Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS).

Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari Pelayanan Kesehatan Paripurna Rumah Sakit dengan beberapa kegiatan, antara lain pelayanan Gizi Rawat Inap dan Rawat Jalan. Pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui makanan sesuai penyakit yang diderita. Tim asuhan gizi terdapat pada setiap ruang rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit.

Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit merupakan kegiatan penunjang disamping kegiatan medis dan perawatan. Secara bersama-sama, pelayanan gizi, perawatan, dan medis membantu meningkatkan derajat kesehatan pasien. Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit. Suatu pelayanan gizi yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien diperlukan untuk menurunkan kejadian malnutrisi di rumah sakit, Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan tindakan gizi yang tepat sejalan dengan tindakan medis dan perawatan yang diberikan di rumah sakit.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Kegiatan Internship Dietetik (ID) bertujuan untuk memberikan pengalaman bekerja dan wawasan profesional dalam penatalaksanaan diet untuk berbagai penyakit, dengan cara melibatkan mahasiswa secara langsung pada rumah sakit.

1.2.2. Tujuan Khusus

ID bertujuan agar mahasiswa mampu:

1. Mengetahui profil RSUD Cibinong dan profil (keadaan umum, organisasi, dan manajemen) Instalasi Gizi RSUD Cibinong.2. Menilai status gizi pasien.

3. Merencanakan, menyusun dan mengevaluasi penatalaksanaan diet pada pasien berdasarkan diagnosis dokter.4. Melakukan tindak lanjut pemberian diet pada pasien yang dikelola sendiri dan yang kembali dari rujukan.5. Melakukan kegiatan konseling sebagai usaha pemeliharaan dan peningkatan status gizi baik untuk pasien atau keluarga pasien.

II. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong berdekatan dengan kompleks Perkantoran Pusat Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor Jl. KSR Dadi Kusmayadi No. 27. Rumah sakit tersebut memiliki luas bangunan sebesar 10.719 m di atas lahan seluas 51.789 m. Jumlah tempat tidur mencapai 233 buah (Statistik tahun 2009). Rincian kapasitas ruang perawatan RSUD Cibinong pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kapasitas ruang rawat RSUD Cibinong tahun 2010

NoRuang RawatJml TTPerincian Tempat Tidur

VIPUtamaKelas khususKelas IKelas IIKelas IIIIsolasi

1Flamboyan26251

2Melati29272

4Anggrek2728152

5Teratai Bedah1818

Teratai Anak254192

6Seruni40448204

7Wijaya Kusuma1064

8Raflesia1515

9ICU44

10Dahlia301713

11Transit IGD88

JUMLAH23315102514768310

Sumber : Profil RSUD Cibinong 20132.1 Konsep Pelayanan Rumah Sakit

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit. Sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk dikarenakan tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal balik, seperti lingkaran setan. Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi.

Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Pemberian diet pasien harus dievalusi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik didalam maupun luar rumah sakit merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi. Mekanisme pelayanan gizi rumah sakit yaitu pasien masuk ke rumah sakit dapat dijelaskan alurnya pada Gambar 3.

Gambar 3 Mekanisme pelayanan gizi RSUD Cibinong Pasien yang masuk ke rumah sakit dapat menjalani dua perawatan. Rawat inap bila pasien dirawat di rumah sakit dan rawat jalan apabila tidak sampai dirawat namun upaya pengobatan dilakukan secara berkelanjutan namun bila diperlukan, pasien rawat jalan dapat menjalani rawat inap. Apabila dirawat, pasien dinilai apakah beresiko kurang gizi atau tidak, sehingga dapat direncanakan mengenai kegiatan asuhan gizi terkait kondisi pasien. Asuhan gisi yang dilakukan dapat berupa jenis makanan yang akan diberikan, berupa makanan biasa atau khusus. Makanan khusus di sini dimaksudkan sebagai makanan yang komposisi atau bentuknya (lunak atau cair) disesuaikan dengan diet terkait penyakit yang diderita pasien.

Asuhan gizi ini dipantau secara teratur setiap harinya oleh ahli gizi ruangan. Perubahan jenis diet atau bentuk makanan pasien dapat dilakukan seiring dengan membaiknya kondisi pasien selama dirawat. Pelaksanaannya disesuaikan dengan instruksi dokter yang merawat. Konseling gizi diberikan pada pasien baik saat masih dirawat atau sebelum pulang sehingga pasien dapat menerapkan pengaturan makanan setelah keluar dari rumah sakit.

2.2 Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Menurut Uripi (1993), agar tujuan dari pelayanan gizi pada setiap rumah sakit dapat tercapai, maka harus terdapat pola kegiatan dan mekanisme kerja pada setiap dan antara unit atau bagian yang melaksanakan pelayanan gizi. Mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 134/1978 dan No. 134-147/1978, Rumah Sakit Umum (RSU) maupun rumah sakit khusus memiliki pola kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) yang terbagi menjadi empat kelompok. Empat kelompok tersebut adalah kegiatan pengadaan makanan, pelayanan asuhan gizi ruang rawat inap dan jalan, penyuluhan atau konseling dan rujukan gizi, dan penelitian dan pengembangan gizi terapan.Kegiatan pelayanan gizi di RSUD Cibinong sendiri terdiri dari keempat hal di atas. Setiap kegiatan tersebut memiliki tujuan masing-masing yang secara umum adalah agar terciptanya pelayanan gizi di rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit, serta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

1. Penegakan diagnosa gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia.

2. Pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan anamnesis diet dan pola makan.

3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.

4. Penentuan bentuk pembelian, pemilihan, jumlah pemberian, serta cara pengolahan bahan makanan.

5. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai perubahan keadaan klinis, status gizi, dan status laboratorium.

6. Penerjemahan preskripsi diet, penyediaan, dan pengolahan sesuai dengan kebutuhan dan dan keadaan pasien.

7. Penyelenggaraan penelitian di bidang gizi dan dietetik.

8. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan IPTEK.

9. Penyelengaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada pasien dan keluarga pasien.2.2.1 Pelayanan Makanan untuk Pasien dan Pegawai

Kegiatan pengadaan atau penyediaan makanan adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, hingga penyediaan jenis dan jumlah bahan makanan matang bagi pasien rawat inap maupun karyawan rumah sakit. Tujunnya adalah untuk memenuhi penyediaan makanan yang berkualitas dan jumlah sesuai kebutuhan serta pelayanan yang bermutu. Pelayanan tersebut ditujukan bagi pasien dan pegawai rumah sakit. Semua kegiatan penyediaan makanan berpusat di Instalasi Gizi yang sekaligus sebagai tempat produksi makanan.

Setiap hari RSUD Cibinong melayani makan pasien yang tersebar di kelas perawatan mulai dari VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 yang rata-rata BOR-nya pada tahun 2012 adalah 74,72%. BOR (Bed Occupancy Rate) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Dapur instalasi gizi melayani makanan lengkap untuk makan pagi, siang, dan sore. Dapur instalasi gizi juga melayani pemberian selingan baik yang diproduksi sendiri maupun dipesan dari luar. Kelas perawatan VIP dan kelas 1 diberi dua kali selingan masing-masing setiap pukul 10.00 WIB dan 16.00 WIB sementara kelas 2 dan 3 hanya satu kali selingan pada pukul 16.00 WIB atau bersamaan dengan pemberian makan siang.

Kegiatan produksi makanan di instalasi gizi pada sore hari juga melayani makanan pegawai yang tugas jaga malam. Jumlah pegawai yang dilayani terdiri dari satpam, petugas farmasi, supir, perawat jaga malam, dokter jaga malam, staf gizi, dan supervisor. Pemberian makan untuk pegawai dilakukan setelah distribusi makan siang, mendekati pemorsian makan sore.

2.2.2 Pelayanan asuhan gizi pasien rawat inap dan jalan

Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien. Pelayanan paripurna pasien baik rawat inap maupun rawat jalan secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan, yaitu asuhan medik, asuhan keperawatan, dan asuhan gizi. Tujuan utama asuhan gizi adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk melaksanakan kegiatan. Kegiatan asuhan gizi dikelompokkan menjadi lima bentuk kegiatan, yaitu :

1. Membuat diagnosa masalah gizi.

2. Menentukan kebutuhan terapi gizi.

3. Memilih dan mempersiapkan bahan makanan serta formula khusus (oral, enteral, dan parenteral) sesuai kebutuhan.

4. Melaksanakan pemberian makanan.

5. Evaluasi atau pengkajian gizi dan pemantauanModel pelayanan gizi rumah sakit yang digunakan RSUD Cibinong dapat dilihat pada Gambar 2.Gambar 2 Mekanisme asuhan gizi di rumah sakit

Asuhan gizi diperuntukkan bagi pasien rawat inap dan rawat jalan. Asuhan gizi pasien rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang rawat inap. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat proses penyembuhan. Kegiatan ini dibarengi dengen kegiatan konseling gizi oleh ahli gizi ruangan baik saat pasien masih dirawat atau sebelum pasien pulang.

Asuhan gizi pasien rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet hingga evaluasi rencana diet kepada pasien rawat jalan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat jalan agar memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan kegiatan pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut terapi gizi. Asuhan gizi RSUD Cibinong dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari dokter, perawat, dan ahli gizi. Tim asuhan gizi bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi paripurna kepada pasien, terutama yang membutuhkan terapi gizi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. 2.2.3 Pelayanan Penyuluhan, Konseling, dan Rujukan GiziPenyuluhan atau konseling gizi berisi kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi sementara rujukan gizi diperuntukkan bagi pasien yang membutuhkan konsultasi. Tujuan kahir dari dua kegiatan ini adalah peningkatan pengertian, sikap serta perilaku sehat baik pasien rawat jalan maupun rawat inap.Menurut Hardinsyah (2011), konseling merupakan pendekatan yang memandang bahwa kegiatan memperoleh pendapat dan saran dari cara pandang konseling (pemberi saran). Kegiatan konseling khusus bagi pasien rawat inap di RSUD Cibinong, biasanya dilakukan berbarengan dengan asuhan gizi. Konseling diadakan oleh ahli gizi ruangan baik saat pasien masih dirawat atau sebelum pasien diperbolehkan pulang. Sasaran konseling selain pasien adalah pengolah makanan pasien di rumah. Media yang digunakan biasanya berupa lifleat gizi yang berisi informasi dasar pengaturan makanan berkaitan dengan penyakit yang dimiliki pasien. Diharapkan, pasien mampu menerapkan pengaturan makanan secara mandiri di rumah sebagai salah satu langkah pemeliharaan kesehatan yang berkelanjutan.

Konsultasi gizi di RSUD Cibinong salah satunya diwujudkan dalam bentuk poli edukasi diabetes. Poli ini dibuka setiap hari Rabu dengan sasaran para diabetisi terdaftar berdasarkan rujukan dokter. Pada kegiatan yang berbentuk forum ini para diabetisi diberi pengetahuan mengenai penyakit diabetes misalnya pengaturan pola makan atau perawatan diri. Seorang dokter biasanya ikut serta untuk memberi informasi tambahan sekaligus menjawab pertanyaan para peserta poli edukasi seputar penyakit diabetes. Para peserta juga dibekali motivasi bahwa para diabetesi dapat tetap hidup sehat laiknya orang bukan diabetesi. Kegiatan lain yang dapat diikuti selanjutnya adalah senam diabetes yang diadakan setiap hari Sabtu pagi di lapangan RSUD Cibinong.

2.2.4 Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan Kegiatan terakhir yaitu kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan merupakan kegiatan terencana dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan gizi rumah sakit. Tujuannya adalah menyediakan bahan masukan bagi perencanaan, evaluasi, serta mengembangkan teori, tata laksana, atau standar baru. Standar baru yang didapat ditujukan untuk penyusunan anggaran yang diadakan setiap akhir tahun.

Penelitian maupun pengembangan dilakukan oleh staf ahli gizi. Beberapa contoh penelitian yang telah dilakukan di RSUD Cibinong antara lain daya terima pasien dan petugas piket terhadap makanan yang disajikan, sisa makan pasien, modifikasi resep, serta peningkatan pengetahuan gizi penjamah makanan melalui pemberian penyuluhan. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan RSUD dapat berupa kerja sama dengan instansi tertentu seperti perguruan tinggi dan sekolah kejurusan yang dilakukan setiap tahun. Siswa dan mahasiswa didik diajak untuk ikut serta dalam kegiatan ini misalnya memodifikasi hidangan yang telah ada, dari segi bentuk maupun pengolahan.

2.3 Ketenagaan Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Instalasi Gizi RSUD Cibinong dipimpin oleh seorang kepala instalasi gizi yang bertugas melaksanakan sebagian tugas pokok direktur rumah sakit di bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS), sesuai dengan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan direktur rumah sakit. Adapun jumlah tenaga ahli gizi di RSUD Cibinong sebanyak 7 orang, yang terdiri atas 1 orang lulusan S1 Gizi Masyarakat dan sisanya lulusan D3. Tugas pokok para ahli gizi tersebut adalah memonitoring, mengevaluasi, dan memberikan asuhan gizi kepada pasien, melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konsultasi gizi di Poliklinik Gizi serta evaluasi hasil penyuluhan dan konsultasi gizi. Jumlah ahli gizi di RSUD Cibinong masih terbatas sehingga satu orang ahli gizi memiliki tugas rangkap dalam pelaksanaannya. Ahli gizi RSUD Cibinong terdiri atas:

1 orang sebagai kepala instalasi gizi

4 orang ahli gizi ruangan

1 orang sebagai ahli gizi produksi

Berbagai jabatan di Instalasi Gizi bekerja sama dalam penyelenggaraan makanan dan pelayanan gizi rumah sakit. Tabel 2 menunjukkan rincian tugas masing-masing jabatan di Instalasi Gizi RSUD Cibinong.

Tabel 2 Rincian tugas jabatan di instalasi gizi RSUD Cibinong

No.JabatanTugas

1Kepala instalasi giziMemimpin, mengawasi, dan mengkoordinasikan tugas-tugas instalasi gizi sesuai dengan peraturan rumah sakit yang berlaku

2Ahli Gizi Memonitoring, mengevaluasi, dan memberikan asuhan gizi kepada pasien serta melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konsultasi gizi di Poliklinik Gizi serta evaluasi hasil penyuluhan dan konsultasi gizi Menetapkan prosedur administrasi makanan pasien (pengisian bon permintaan makanan, pembatalan, dan permintaan makanan pasien baru) Merekap dan membuat laporan bulanan jumlah porsi makanan pasien dan diitnya serta membuat grafik untuk mengetahui perbandingan jumlah porsi makanan pasien per bulan Mengkoordinasikan kegiatan produksi

3InventarisMembuat usulan kebutuhan alat-alat dapur, pengadaan, dan mencatat pendistribusiannya

4ProduksiMerencanakan cara kerja dan waktu memasak agar sesuai dengan menu dan jadwal pemberian makanan yang telah ditetapkan

5DistribusiMendistribusikan makanan pasien dan pegawai

6Petugas gudang Memesan bahan makanan Mengecek bahan makanan yang datang sesuai dengan jumlah dan spesifikasi yang telah ditentukan Mencatat penerimaan dan pengeluaran serta mempersiapkan Bahan Makanan Kering (BMK) ke dalam buku gudang dan Kartu Stock

7Petugas kebersihanMembersihkan dan merapikan ruangan instalasi gizi, dapur dan pekarangan

Pegawai Instalasi Gizi RSUD Cibinong dalam menjalankan tugasnya masing-masing dibagi kedalam shift kerja. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan instalasi gizi yaitu memberikan pelayanan seperti penyelenggaraan makanan kepada pasien rawat inap maupun kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan untuk pasien rawat jalan. Shift kerja di Instalasi Gizi terbagi dalam dua shift, seperti yang ditunjukkan Tabel 3.Tabel 3 Pembagian tugas penyaji di Instalasi Gizi RS Cibinong

NoShift Kerja WaktuJumlah Karyawan Keterangan

1.

Pagi

05.00 14.00 WIB6 - 7 OrangPelaksana Gizi dan Petugas Kebersihan

07.20 14.00 WIB7 OrangKepala Instalasi dan Ahli Gizi

3.Siang11.00 18.00 WIB6 7 OrangPelaksana Gizi

Sumber : Instalasi Gizi BRSD Cibinong 2013Berdasarkan Tabel 3 jumlah pegawai di Instalasi Gizi RSUD Cibinong pada shift pagi lebih banyak dibandingkan dengan shift sore. Hal ini disebabkan banyaknya kegiatan yang dilakukan pada pagi hari. Pegawai yang termasuk dalam shift pagi terdiri dari kepala instalasi gizi, ahli gizi, pelaksana gizi dan petugas kebersihan. Sedangkan karyawan pada shift siang hanya terdiri dari pelaksana gizi. Selain tenaga penyaji, pembagian tugas pada setiap shift juga diberlakukan pada tenaga pengolah yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pembagian tugas pengolah di Instalasi Gizi RSUD Cibinong

Jadwal KerjaTugas

Shift PagiMengolah makan siang, snack sore dan persiapan makan sore

Shift SiangMengolah makan sore, snack pagi, dan persiapan makan pagi

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui tenaga pengolah di Instalasi Gizi RSUD Cibinong yang terdiri dari dua shift kerja memiliki tugs yang berbeda. Pada shift pagi pengolah mengolah makanan untuk makanan siang dan snack sore serta mempersiapkan bahan makanan untuk makan sore. Sedangkan pada shift siang pengolah mengolah makanan untuk makan sore dan mempersiapkan snack pagi serta makan pagi. 2.4 Sarana, Peralatan dan PerlengkapanSarana fisik yang ada di Instalasi Gizi RSUD Cibinong antara lain ruang kepala instalasi gizi yang berukuran 5m x 4m. Pencahayaan di ruangan ini cukup baik dengan adanya 4 buah jendela ditambah dengan keramik dan dinding berwarna putih. Ruangan ini dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC) dan dua buah meja kerja.

Ruang berikutnya adalah ruang pengolahan bahan makanan yang berukuran 8m x 8m dengan dua buah pintu yaitu di bagian depan dan belakang. Pencahayaan dan ventilasi udara di ruang pengolahan cukup baik dengan adanya jendela yang cukup besar. Ruangan ini dilengkapi dengan dua buah kompor dua tungku, satu buah kompor satu tungku, satu meja kayu besar, satu meja alumunium berukuran sedang, dua buah kipas angin, satu buah alat pemasak nasi berukuran besar, satu buah oven, dan beberapa kursi.Instalasi Gizi RSUD Cibinong memiliki 3 buah gudang penyimpanan kering dan 1 buah gudang penyimpanan basah. Gudang penyimpanan bahan makanan kering dibagi menjadi gudang utama, gudang penyimpanan susu dan minyak, serta gudang persiapan. Masing-masing gudang memiliki satu buah pintu. Lantai gudang terbuat dari keramik putih dan dinding berwarna putih. Pada gudang penyimpanan bahan makanan basah terdapat chiller dan freezer berukuran besar.

Ahli gizi memiliki ruang khusus dengan ukuran 3m x 4m. Dalam ruangan ini terdapat 3 buah meja kayu. Ruangan ini memiliki fungsi ganda, selain sebagai ruang kerja ahli gizi, juga sebagai tempat beristirahat untuk petugas bagian pengolahan. Sebelah kanan ruangan terdapat ruang ganti pakaian petugas dan kamar mandi. Ruang pencucian plato terletak di bagian belakang ruang pengolahan.

Fasilitas fisik adalah segala sesuatu seperti peralatan yang dapat membantu kelancaran proses produksi makanan hingga proses pendistribusian. Peralatan adalah perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan makanan mulai dari penerimaan hingga penyajian, termasuk perabot dapur dan perlengkapan makan. Sarana fisik dapat membantu kelancaran proses produksi makanan yang meliputi bangunan, ruangan, penerangan dan ventilasi.

1. Fasilitas Fisik

Ruang penerimaan bahan makanan

Ruang penyimpanan bahan makanan

Ruang persiapan dan pengolahan bahan makanan

2. Peralatan

Chiller 4 pintu Freezer 4 pintu Gas/Electric rice cooker Cap. 9 Liter/Load Gas range W/Oven 4 burner + 1 oven W 1200 X Electric boiling pan Cap. 100 Liter Blender Food Processor Perabot dan perlengkapan makanFasilitas fisik yang menunjang kegiatan penerimaan bahan makanan di Instalasi Gizi RUSD Cibinong yaitu timbangan dengan kapasitas 20 kg, dua buah waskom, lima buah keranjang (tiga ukuran sedang dan dua ukuran kecil) dan dua buah tampah. Timbangan ini digunakan untuk menimbang bahan makanan basah dan bahan makanan kering seperti daging, sayuran buah, bawang putih, lada, ketumbar dan kemiri yang telah diterima untuk disesuaikan dengan bon pemesanan. Waskom, keranjang dan tampah digunakan untuk wadah bahan makanan basah seperti daging, hati, tempe, tahu, bawang merah, oyong, kentang, jagung, telur puyuh, paprika dan jamur kancing.Gudang penyimpanan utama di BRSD Cibinong memiliki ukuran 2m x 4m dan mempunyai satu pintu dan satu ventilasi udara yang ditutupi kawat nyamuk. Lantai gudang dari keramik yang agak licin. Dinding dan langit-langit tidak mudah keropos akan tetapi sulit dibersikan, hal ini terlihat dari sudut dinding yang membentuk siku-siku sehingga sulit dibersihkan dan memicu munculnya sarang laba-laba dan berkumpulnya debu. Gudang tidak memiliki jendela dan penerangan cahaya di ruangan ini kurang baik karena ukuran gudang yang sempit dan tidak sesuai dengan kapasitasnya, menumpuknya barang dapat menutupi masuknya sinar matahari sehingga ruangan agak gelap. Ruangan yang agak gelap menyebabkan beberapa serangga bermunculan. Bermunculan beberapa serangga dapat membuat kerusakan bahan-bahan makanan. Penerangan yang kurang baik juga mengakibatkan ruangan menjadi lembab. Kondisi ruangan yang lembab dapat memicu tumbuhnya jamur.

Gudang 1 memiliki ukuran 3m x 2m gudang ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan seperti susu dan minyak dalam jumlah banyak. Gudang penyimpanan satu merupakan ruang ganti yang dialihfungsikan menjadi ruang penyimpanan. Gudang ini memiliki empat ventilasi udara yang ditutupi dengan kawat nyamuk dan satu pintu. Cahaya matahari cukup menerangi ruangan ini, lantai dan keramik yang berwarna putih ikut memantulkan cahaya matahari sehingga ruangan ini cukup terang. Sudut dinding ruangan berbentuk siku-siku sehingga debu dan kotoran yang menempel pada tembok sulit dibersihkan. Dinding ruangan terdiri dari dua struktur bahan yaitu keramik dan tembok. Penyusunan kontruksi dua bagian dimana bagian dinding bawah disusun dengan keramik dikarenakan agar bagian bawah mudah dibersihkan.

Gudang persiapan memiliki ukuran 3m x 2m gudang ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan makanan yang akan digunakan pada hari tersebut. Gudang ini memiliki tiga ventilasi udara dan kaca yang tembus ke ruang penyimpanan makanan basah. Dinding berwarna putih dan berlantai keramik, selain itu ruangan ini memiliki satu pintu. Ventilasi udara yang ditutupi dengan kawat nyamuk, namun karena banyak debu yang menempel menyebabkan ruangan menjadi gelap dan sudut dinding ruangan berbentuk siku-siku sehingga debu dan kotoran yang menempel pada tembok sulit dibersihkan. Ruangan ini memiliki etalase yang bagian bawahnya memiliki jarak 10 cm.

Ruangan-ruangan penyimpanan bahan makanan kering memiliki peralatan yang dapat menunjang proses penyimpanan. Beberapa ruangan dilengkapi dengan rak-rak penyimpanan bahan makanan. Jarak dari rak penyimpanan dengan lantai seharusnya yaitu 10 15 cm. Jarak dari lantai ke rak penyimpanan di gudang utama Instalasi Gizi RSUD Cibinong 15 cm, akan tetapi tidak ada jarak dari dinding ke rak. Peralatan hanya terdapat di gudang utama dan gudang persiapan, hal tersebut dikarenakan di gudang 1 bahan-bahannya dikemas dalam jumlah banyak di dalam kardus, sehingga penyimpanannya hanya ditumpuk saja. Peralatan yang terdapat di gudang penyimpanan bahan makanan kering seperti yang terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Peralatan di gudang kering Instalasi Gizi RSUD Cibinong

GudangPeralatanJumlahFungsi

Gudang UtamaRak KayuRak Besi22 Penyimpanan aneka susu Penyimpanan Arsip dan aneka bahan tambahan makanan Penyimpanan aneka minuman instan keperluan pegawai dan bungkusan plastik. Penyimpanan aneka bumbu kering

Gudang persiapanRak Besi2 Penyimpanan aneka bahan dan bumbu kering yang akan digunakan pada hari tersebut.

Sumber: Data Primer, 2013Ruang pengolahan di Instalasi Gizi RSUD Cibinong merupakan ruangan yang paling luas jika dibandingkan dengan ruangan lainnya. Fasilitas dan peralatan yang terdapat pada ruangan pengolahan lebih banyak daripada ruang pemorsian. Pada ruang pengolahan terdapat alat-alat besar dan kecil. Peralatan besar meliputi kompor, rice cooker tiga susun. Selain peralatan besar terdapat pula perabot dan perlengkapan makan yang digunakan dalam proses pengolahan seperti waskom, nampan, panci, wajan, sodet, pisau, sendok, garpu dan sebagainya. Fasilitas dan peralatan yang terdapat pada ruang pemorsian antara lain bain marie (pemanas air), meja saji, waskom, nampan, plastik wrap dan pisau disertai dengan sarung tangan plastik.

Jenis dan bahan peralatan hidang yang digunakan di RSUD Cibinong dibedakan berdasarkan kelas perawatan dan jenis penyakit yang diderita oleh pasien, khususnya bagi pasien yang mengidap penyakit menular. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit melalui alat hidang. Penggolongan jenis peralatan hidang dapat dilihat pada Tabel 6.Tabel 6 Jenis peralatan hidang

Kelas PerawatanBahan Alat HidangJenis Alat HidangJenis HidanganKet.

VIP, WK (Utama dan Kelas I)

KeramikStainless SteelPiringMangkuk

Gelas

Pisin

Sendok dan garpuMakanan pokokSayur

Minuman

Lauk Hewani

Lauk Nabati

Buah dan Snack-

Kelas Khusus

KeramikStainless SteelPiringMangkuk

Pisin

Sendok dan garpuMakanan pokokSayur

Lauk Hewani

Lauk Nabati

Buah dan Snack-

Seruni (40)Keramik Stainless SteelPiringMangkuk

Pisin

Sendok dan garpuMakanan pokokSayur

Lauk Hewani

Lauk Nabati

Buah dan Snack-

II (Teratai anak) dan III

Stainless steelPlatoMakanan pokokSayur

Lauk Hewani

Lauk Nabati

Buah dan Snack-

II (Teratai Bedah)MelaminPiringMangkuk

Pisin

Sendok dan garpu

IsolasiStyrofoamPlastikStyrofoamSendokMakanan pokokSayur

Lauk Hewani

Lauk Nabati

Buah dan SnackPenyakit Menular

Sumber : Instalasi Gizi RSUD Cibinong, 2013Jenis alat hidang yang digunakan dibedakan berdasarkan kelas ruang perawatan yakni terbagi menjadi alat hidang kelas VIP, Kelas Khusus, I, II, dan kelas III. Alat hidang yang digunakan pada kelas VIP adalah alat hidang yang terbuat dari keramik (chinesseware) dan nampan. Alat hidang yang digunakan oleh ruang perawatan kelas khusus dan I adalah nampan dan peralatan hidang yang terbuat dari keramik. Alat hidang yang digunakan oleh kelas II dan kelas III adalah plato yang terbuat dari stainles steel. Pasien yang menderita penyakit menular alat hidang yang digunakan adalah styrofoam, disebabkan karena alat hidang ini hanya dapat digunakan untuk sekali pakai.

Peralatan distribusi makanan di instalasi gizi RSUD Cibinong antara lain terdiri atas kereta dorong untuk ruang perawatan kelas khusus, dan kereta dorong tertutup untuk distribusi pasien kelas II, III dan distribusi makanan untuk petugas atau pegawai rumah sakit. Peralatan hidang yang digunakan dalam distribusi makanan antara lain plato untuk ruang perawatan kelas II, III. Rantang plastik untuk pegawai ruangan seperti perawat, penjaga loket, petugas laboratorium, satpam. Perawatan VIP, I, dan kelas II+.

Bahan pencuci peralatan yang digunakan untuk pencucian alat yang terdapat di instalasi gizi RSUD Cibinong adalah sabun cream untuk pencuci piring dan air. Pencucian plato di Instalasi Gizi BRSD Cibinong tidak selalu menggunakan cairan khusus untuk pencuci plato. Hal ini disebabkan karena mahalnya harga cairan pencuci plato dan keterbatasan dana yang dimiliki. Alat pencucian yang digunakan adalah sponge khusus pencuci piring dan tempat sabun untuk meletakkan sabun.

Tempat penyimpanan peralatan hidang di RSUD Cibinong untuk alat hidang kelas II dan kelas III yaitu plato disimpan diatas rak dorong kemudian di taruh di dalam ruangan dapur tanpa ada tempat penyimpanan khusus peralatan hidang. Tempat penyimpanan peralatan hidang di RSUD Cibinong untuk alat hidang kelas I dan II+ disimpan di lemari khusus penyimpanan alat hidang yang terdapat di dapur khusus masing-masing ruang perawatan. Tempat penyimpanan peralatan hidang di RSUD Cibinong untuk alat hidang kelas VIP yaitu alat hidang yang terbuat dari keramik disimpan di lemari khusus penyimpanan alat yang terdapat di dapur khusus ruang perawatan, tidak hanya disimpan di kitchen set tetapi ada yang disimpan dilemari khusus yang terbuat dari stainless steel khusus untuk menyimpan peralatan.

2.5 Sanitasi Makanan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat dengan kejadian yang disebabkan kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan kontaminasi bakteri terhadap makanan (PGRS 2003). Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan petugas ataupun kelalaian petugas.

Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja di Instalasi Gizi RSUD Cibinong yaitu sebelum bekerja semua pegawai menggunakan alat pelindung diri seperti tutup kepala, tutup baju (celemek) dan sandal. Semua alat pelindung diri digunakan sebelum mulai bekerja. Celemek kain digunakan untuk memasak dan distribusi makanan agar pakaian terlindung dari cipratan minyak dan kotoran. Celemek plastik digunakan pada saat pencucian bahan makanan dan alat-alat masak yang bertujuan untuk melindungi pakaian agar tidak basah dan kotor. Penutup rambut digunakan untu melindungi rambut dari bau makanan dan menjaga makanan agar tetap bersih. Sandal jepit selalu digunakan mencegah terpeleset. Semua alat pelindung diri selalu dicuci setiap dua hari sekali.

Penyehatan pegawai merupakan upaya pencegahan agar makanan tidak terkontaminasi oleh kuman atau mikroorganisme patogen yang diakibatkan oleh perilaku (cara kerja) yang kurang higien dari pegawai. Untuk membiasakan pegawai/penjamah makanan bekerja secara higiene.

Gambar 3 Prosedur penanggulangan kecelakaan kerja di RSUD Cibinong

Upaya yang dilakukan oleh instalasi gizi RSUD Cibinong untuk pemeliharaan kesehatan pegawai adalah diadakannya pemeriksaan kesehatan minimal satu tahun sekali. Selain itu juga diterapkannya Standar Operasional Prosedur (SOP) atau perilaku tenaga kerja selama bekerja, yakni semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan pribadi dan terbiasa berperilaku sehat. Pelayanan kesehatan terhadap karyawan unit gizi dilakukan sepenuhnya oleh RSUD Cibinong. Tunjangan kesehatan yang diberikan berupa tunjangan obat dan kesehatan. Prosedur penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilihat pada Gambar 3.

2.6 Pengawasan dan Pengendalian Mutu Pelayanan Gizi

Pengawasan dan pengendalian mutu perlu diadakan dalam rangka memberikan mutu pelayanan yang terbaik. Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi dilakukan oleh instalasi gizi secara harian, bulanan, triwulan dan semester. Pengawasan dan pengendalian mutu tersebut kemudian dirangkum mejadi laporan pengendalian dan pengawasan mutu pelayanan gizi tahunan.

Pengawasan melalui telepon dilakukan ke setiap ruang rawat untuk menjamin tiap pasien mendapatkan pelayanan gizi berupa menu makan dari instalasi gizi. Hasil dari pengawasan tersebut disusun menjadi laporan harian. Pengawasan dan pengendalian mutu bulanan berupa pengawasan dan pengendalian stok bahan dan alat, porsi dan konseling gizi. Pengawasan dan pengendalian stok bahan dan porsi dilakukan untuk menjamin tersedianya bahan makanan dan makanan untuk memenuhi kebutuhan pasien setiap harinya.

Tingkat kepuasan konsumen juga menjadi fokus perhatian dalam pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi di RSUD Cibinong. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen menggunakan kuisioner dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap menu yang disajikan oleh Insatalasi Gizi kemudian dilakukan evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebut diwujudkan dalam modifikasi menu yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Selain itu untuk menjamin kepuasan konsumen terhadap pelayanan Instalasi dilakukan pengawasan terhadap ketepatan jam makan (disitribusi makanan), sisa makanan dan ketepatan diit. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan gizi tersebut disusun menjadi laporan triwulan.

Setiap enam bulan sekali Instalasi Gizi melaksanakan pemeriksaan alat makan dan makanan yang di uji di UPT laboratorium Kesehatan Daerah Cibinong. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan penjamah makanan dengan uji usap dubur (rectal swap). Kemudian hasil dari pemeriksaan tersebut disusun menjadi laporan semester pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi.

LEMBAR PENGESAHAN KASUS PENYAKIT DALAMJenis Kasus

: CKD, Anemia, Hipertensi dan TB ParuNama Mahasiswa : Sofiatul AndariahNIM : I14104045Menyetujui,

Dosen Pembimbing ID Pembimbing ID di RS

(Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc) (Arma Nova, AMG) NIP. 19590725 198609 1 001 NIP. 19701113 199503 2 004Tanggal Disetujui :

1. IDENTITAS OSNama

: Ny. In

No. RM

: 10788526

Ruang Rawat

: Cempaka

Tanggal Masuk: 17 Februari 2013

Umur

: 43 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Menikah

Agama

: Islam

Alamat

: Cibinong Bogor

Diagnosa Dokter: CKD, Anemia Hipertensi dan TB paruTerapi Gizi

: Diet Rendah Protein I dan Rendah Garam III

2. ASSESMENT2.1 Pengukuran AntropometriLILA

= 22 cm

BB aktual

= 2.001 x LILA 1.223

= 2.001 x 23 1.223

= 42.8 kg

TILUT

= 40 cm

TB aktual

= 84.88 ( 0.24 x U) + (1.83 x TILUT)

= 84.88 ( 0.24 x 43) + (1.83 x 40)

= 147.8 cm

IMT

= BB (kg) /TB2 (m)

= 42.8/(1.478)2

= 19.6Status Gizi

= Normal (WHO 2007)2.2 BiokimiaData laboratorium didapat setelah Os melakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 17 Februari 2013. Berikut ini disajikan tabel mengenai data laboratorium.

Tabel 7 Data Laboratorium 17 Februari 2013PemeriksaanHasilNilai rujukanSatuanPenilaian

Hematologi

Hb9.412-14g/dlRendah

Eritrosit3.294.5-5.5Juta/mlRendah

Leukosit75-10ribu/mlNormal

Trombosit274150-400ribu/mlNormal

Hematokrit28.640-48%Rendah

LED20