landasan teori gangguang jiwa : gangguan proses pikir: waham

38
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi 1. Pengertian berfikir Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan berpikir diarahkan untuk menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi (Sudarminta, 2000) Proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses berpikir lahir dari suatu rasa keyakinan terhadap sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas (Drever,1997) Berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah (Solso,1998) 2.Pengertian waham Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. (Depkes RI, 2000) Waham adalah keyakinan yang salah, yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan

Upload: andik-syaifudin

Post on 02-Aug-2015

374 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

1. Pengertian berfikir

Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat

diperkirakan dari perilaku, berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan

beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan berpikir diarahkan untuk

menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi

(Sudarminta, 2000)

Proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses berpikir

lahir dari suatu rasa keyakinan terhadap sesuatu dan keinginan untuk memperoleh

suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas

(Drever,1997)

Berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui

transformasi informasi dengan interaksi yang komplek seperti penilaian, abstraksi,

logika, imajinasi, dan pemecahan masalah (Solso,1998)

2. Pengertian waham

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi

dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. (Depkes RI, 2000)

Waham adalah keyakinan yang salah, yang secara kokoh dipertahankan walaupun

tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal. (Stuart &

Sunddeen, 1995)

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas

yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar

belakang budaya. (Keliat, 1999).

B. Etiologi

Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri

rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri

sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai

keinginan.

Page 2: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

C. Klasifikasi waham

Menurut Keliat (2009) waham diklasifikasikan menjadi lima, yaitu :

1 Waham agama

Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang –

ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

2 Waham kebesaran

Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau

berlebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang – ulang tetapi tidak

sesuai dengan kenyataan.

3 Waham curiga

Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau

menceerai dirinya, diucapkan berulang – ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

4 Waham somatik

Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau

terserang penyakit, diucapkan berulang – ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

5 Waham nihilistik

Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan

berulang – ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

D. Manifestasi klinik

Tanda dan Gejala Umum :

· Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,

kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai

kenyataan

· Klien tampak tidak mempunyai orang lain

· Curiga

· Bermusuhan

· Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

· Takut, sangat waspada

· Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

· Ekspresi wajah tegang

· Mudah tersinggung

Page 3: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

E. Proses terjadinya masalah

Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

1. Fase of human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik

maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang

dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan

menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk

melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi

terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.

2. Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self

ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang

tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

3. Fase control internal external

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia

katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan,

tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena

kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima

lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum

terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan

koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak

dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.

Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif

berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

4. Fase envinment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya

menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang

dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari

sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super

ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap

bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan

Page 4: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya

klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu

keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering

berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi

(rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham

dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

1) Faktor predisposisi

a. Faktor perkembangan

Hambatan perkembangan aakan menggannggu hubungan interpersonal seseorang.

Hal ini dapat meningkatkan stres dan asietas yang berakhir dengan gangguan

persepsi,klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan

emosi tidak efektif.

b. Faktor Sosial Budaya

Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya

waham.

c. Faktor Psikologis

Hubungan yang tidak harmonis ,peran ganda/bertentangan ,dapat menimbulkan

ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.

d. Faktor Biologis

Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di

otak , atau perubahan pada sel kortikal dan limbic

e. Faktor genetik

Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu

kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang

sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).

2) Faktor presipitasi

a. Faktor sosial budaya

Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau

diasingkan dari kelompok.

Page 5: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

b. Faktor biokimia

Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainya di duga dapat menjadi

penyebab waham pada seseorang.

c. Faktor psikologis

Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi

masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang

menyenangkan.

F. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Mekanisme Koping

Merupakan usaha langsung dalam menangulangi stress yang berorientasi pada tugas

yang meliputi pemecahan langsung untuk menanggulangi ancaman yang ada. Adapun

mekanisme koping yan biasa di pakai pada pasien waham yaitu :

a. Denial

Adalah menghindari kenyataan yang tidak diinginkan dengan mengabaikan atau tidak

mengakui adanya kenyataan itu.

b. Proyeksi

Adalah mengatakan harapan pikiran,perasaan,motivasi sendiri sebagai

harapan,pikiran,perasaan dan motivasi orang lain.

Pikiran logis

Persepsi akurat

Emosi konsisten dengan

pengalaman

Perilaku sesuai

Hubungan sosial

harmonis

Kadang proses pikir

terganggu

Ilusi

Emosi berlebihan

Berperilaku yang tidak

biasa

Menarik diri

Gangguan isi pikir

halusinasi

Perubahan proses

emosi

Perilaku tidak

terorganisasi

Isolasi sosial

Page 6: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

c. Reresi

Adalah kemunduran fase perkembangan pada fase yang lebih awal.yaitu fase

perkembangan yang telah ditinggalkannya.

Prilaku pasien dengan penyakit Waham

1. Waham kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, di ucapkan berulang

kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh “saya ini pejabat di departemen kesehatan

lho..” atau “saya memiliki tambang emas..”

2. Waham curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau

mencidrai dirinya, berulang kali diucapkan tetapi tidak sesuai knyataan. Contoh “saya

tahu seluruh keluarga saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan

kesuksesan saya...”

3. Waham agama

Meyakini keyakinan terhadap suatu agama secara berlebhan,diucapkan berulang kali

tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh “kalau saya masuk surge, saya harus

menggunakan pakaian putih setiap hari..”

4. Waham Somatik

Meyakini bahwa tubu klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan berulang kali

tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh “saya sakit kanker..” setelah dilakukan

pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus

mengatakan bahwa ia terserang kanker

5. Waham Nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal,di ucapkan berulang

kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh “inilah alam kubur..dan semua yang ada

disini adalah roh-roh..”

Page 7: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

G. Pohon masalah

Effect RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

Core Problem :

Causa ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS

Sumber : Fitria (2009)

Dari pohon masalah diatas gangguan isi pikir : waham dapat terjadi karena harga

diri rendah kronis. Pasien dengan harga diri kronis cenderung akan menarik diri dari

lingkungan, kemudian pasien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko

mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Masalah keperawatan :

1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2. Perubahan isi pikir : waham

3. Isolasi sosial

4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

b. Data yang perlu dikaji :

1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

a) Data subjektif

Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada

seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak

mampu mengendalikan diri

GANGGUAN ISI PIKIR: WAHAM

Page 8: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

b) Data objektif

Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara

menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-

barang.

2. Perubahan isi pikir : waham

a) Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,

kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan

tetapi tidak sesuai kenyataan.

b) Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak

(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak

tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah

tersinggung

3. Isolasi social

a) Data subjektif

Klien mengatakan malas mau berinteraksi dengan teman dan

lingkungannya.

b) Data objektif

Klien tampak tidak berinteraksi dengan temannya , klien asyik dengan

aktifitasnya sendiri , seperti menonton televisi, klien tampak menyendiri

4. Gangguan harga diri rendah

a) Data subjektif

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,

bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap

diri sendiri

b) Data objektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

Page 9: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

H. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar

proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan

dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan.

Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian

terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data

dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber

data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga,

teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan

hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat.

Isi pengkajiannya meliputi:

a. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien

tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu

pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga

datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi

masalah dan perkembangan yang dicapai.

c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan

jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

Page 10: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan

terjadinya gangguan:

1) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

psikologis dari klien.

2) Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan

perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.

3) Sosial Budaya

Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,

kerawanan).

d. Aspek fisik / biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.

Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada

keluhan.

e. Aspek psikososial

1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat

menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan

komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diri

a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang

disukai dan tidak disukai.

b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien

terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /

perempuan.

Page 11: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat

dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.

d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan

penyakitnya.

e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan

orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan

terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.

3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,

kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

f. Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas

motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi

selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik

diri.

g. Kebutuhan persiapan pulang

1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan

alat makan.

2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.

4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.

Page 12: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum

obat.

h. Masalah psikososial dan lingkungan

Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

i. Pengetahuan

Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang

dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

j. Aspek medik

Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi

psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi

okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan

perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar

dalam kehidupan.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b. Perubahan isi pikir : waham

c. Isolasi sosial

d. harga diri rendah.

3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1: perubahan isi pikir; waham

1. Tujuan umum :

Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal

2. Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan :

Page 13: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

ٱ Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang

jelas topik, waktu, tempat).

ٱ Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat

menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi

menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan

empati, tidak membicarakan isi waham klien.

ٱ Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan

perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan

keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

ٱ Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan

perawatan diri.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

ٱ Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

ٱ Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu

dan saat ini yang realistis.

ٱ Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk

melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan

diri).

ٱ Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai

kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat

penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Tindakan :

ٱ Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

ٱ Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di

rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

ٱ Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

ٱ Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan

memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

Page 14: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

ٱ Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan

wahamnya.

d. Klien dapat berhubungan dengan realitas

Tindakan :

ٱ Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,

tempat dan waktu).

ٱ Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

ٱ Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Tindakan :

ٱ Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek

dan efek samping minum obat.

ٱ Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama

pasien, obat, dosis, cara dan waktu).

ٱ Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang

dirasakan.

ٱ Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

f. Klien dapat dukungan dari keluarga

Tindakan :

ٱ Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang:

gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.

ٱ Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

a. Tujuan Umum:

Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

b. Tujuan Khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Page 15: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

Tindakan:

ٱ Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat

dan jelaskan tujuan interaksi.

ٱ Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

ٱ Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

ٱ Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan:

ٱ Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

ٱ Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

ٱ Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap

tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Tindakan :

ٱ Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat

jengkel/kesal.

ٱ Observasi tanda perilaku kekerasan.

ٱ Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

ٱ Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

ٱ Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

ٱ Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:

ٱ Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

ٱ Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

ٱ Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

Page 16: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap

kemarahan.

Tindakan :

ٱ Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

ٱ Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang

kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.

ٱ Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung

ٱ Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi

kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:

ٱ Bantu memilih cara yang paling tepat.

ٱ Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

ٱ Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

ٱ Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam

simulasi.

ٱ Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /

marah.

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.

Tindakan :

ٱ Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui

pertemuan keluarga.

ٱ Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

ٱ Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi,

efek dan efek samping).

ٱ Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama

klien, obat, dosis, cara dan waktu).

ٱ Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat

yang dirasakan.

Page 17: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

Diagnosa keperawatan 3: isolasi sosial

1. Tujuan umum

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

2. Tujuan khusus

a. Klien dapat membina dan mempertahankan hubungan saling percaya.

Tindakan

ٱ Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik

ٱ Perkenalkan diri dengan sopan.

ٱ Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

ٱ Jelaskan tujuan pertemuan.

ٱ Jujur dan menepati janji.

ٱ Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

ٱ Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan :

ٱ Diskusikan kemampuan dan mengidentifikasi kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki klien.

ٱ Setiap bertemu klien, hindarkan dari memberi penilaian negatif.

ٱ Utamakan memberi pujian yang realistik.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Tindakan :

ٱ Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama

sakit.

ٱ Diskusikan kemampuan yang dilanjutkan.

d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Tindakan :

ٱ Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai dengan kemampuan:

Kegaiatan mandiri

Page 18: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

Kegiatan dengan bantuan sebagian.

Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.

ٱ Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

ٱ Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

Tindakan:

ٱ Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

ٱ Beri pujian atas keberhasilan-nya.

ٱ Diskusikan kemungkinan pe-laksanaan di rumah.

Diagnosa Keperawatan 4: harga diri rendah

1. Tujuan umum :

Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat

harga dirinya.

2. Tujuan khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

ٱ Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan

tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas

(waktu, tempat dan topik pembicaraan)

ٱ Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

ٱ Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

ٱ Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan

bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan :

ٱ Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

ٱ Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan

memberi pujian yang realistis

ٱ Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Page 19: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Tindakan :

ٱ Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

ٱ Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki

Tindakan :

ٱ Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan

setiap hari sesuai kemampuan

ٱ Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

ٱ Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien

lakukan

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

ٱ Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

ٱ Beri pujian atas keberhasilan klien

ٱ Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

ٱ Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat

klien

ٱ Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

ٱ Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

ٱ Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

4. Implementasi

Dx 1: perubahan isi pikir: waham

a. Strategi pelaksanaan pasien

SP 1 Pasien

1. Membantu orientasi realita

Page 20: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

3. Membantu pasien memenuhu kebutuhannya

4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 2 Pasien

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki

3. Melatih kemampuan yang dimiliki

SP 3 Pasien

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

b. Strategi pelaksanaan keluarga

SP 1 keluarga

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang

dialami pasien beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham

SP 2 keluarga

1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien waham

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien waham

SP 3 keluarga

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum

obat( perencanaan pulang)

2. Menjelaskan tindak lanjut pasien setelah pulang

Dx 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

c. Strategi pelaksanaan klien

SP I pasien

1 Mengidentifikasi penyebab PK

2 Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

3 Mengidentifikasi PK yang dilakukan

4 Mengidentifikasi akibat PK

Page 21: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

5 Menyebutkan cara mengontrol PK

6 Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol fisik I

7 Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

SP 2 pasien

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 3 pasien

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4 pasien

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 5 pasien

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Menjelasakan cara mengontrol PK dengan minum obat

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

d. Strategi pelaksanaan keluarga

SP 1 keluarga

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK

3 Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK

SP 2 keluarga

1 Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan PK

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK

SP 3 keluarga

1 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum

obat (discharge planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Page 22: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

Dx 3: isolasi sosial

a) Strategi pelaksanan pasien

SP 1 pasien

1 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

2 Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang

lain

3 Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan

orang lain

4 Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

5 Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang – bincang

dengan orang lain dalam kegiatan harian

SP 2 pasien

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan

dengan satu orang

3 Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang – bincang dengan

orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

SP 3 pasien

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan dua orang atau lebih

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

b) Strategi pelaksanaan keluarga

SP 1 keluarga

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2 Menjelaskan pengertiantanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien

beserta proses terjadinya

3 Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi sosial

SP 2 keluarga

1 Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi

sosial

SP 3 keluarga

Page 23: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

1 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum

obat (discharge planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Dx 4: harga diri rendah

a) Strategi pelaksanaan pasien

SP 1 pasien

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dialami pasien

2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat di gunakan.

3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan

klien.

4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.

5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SP 2 pasien

1. Mengevaluasi jadwal harian pasien.

2. Melatih kemampuan kedua.

3. Menganjurkan pasien memasukkandalam jadwal kegiatan harian.

b) Strategi pelaksanaan keluarga

SP 1 keluarga

1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan kelurga dalam merawat pasien.

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami

pasien beserta proses terjadinya.

3. Menjelaskan cara merawat pasien harga diri rendah.

SP 2 keluarga

1. Melatih keluarga memprakktekan cara merawat pasien dengan harga diri

rendah.

2. Melatih keluarga memprakktekan cara merawat lansung kepada pasien

Harga Diri Rendah.

SP 3 keluarga

1. Membantu keluarga membuat jadwa aktifitas dirumah termasuk minum

obat (discharge plannig)

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

Page 24: landasan teori gangguang jiwa : Gangguan proses pikir: Waham

5. Evaluasi

a) Evaluasi pasien

Kemampuan yang diharapkan dari pasien :

1) Pasien dapat mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan

2) Pasien dapat berkomunikasi sesuai kenyataan

3) Pasien dapat menggunakan obat dengan benar

b) Evaluasi keluarga

Kemampuan yang diharapkan dari keluarga :

1) Keluarga membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai

kenyataan

2) Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan pasien

3) Keluarga membantu pasien menggunakan obat dengan benar