landasan teori cedera porseni dan masalah kesehatan eas

21
Tinjauan Teori Laporan Masalah Kesehatan A. Cedera pada olahraga keras PORSENIJAR Provinsi Bali 2015 1. Pengertian Seni Bela Diri Seni bela diri merupakan suatu teknik bertarung yang menyerang dan bertahan yang mencakup memukul, menendang, menangkis, membanting dan keterampilan agresif lainnya. Banyak orang menganggap bahwa seni bela diri biasanya dekat dengan kekerasan dan kebrutalan. Seni bela diri dianggap sebagai ekspresi dari keberanian, kewiraan, dan pengorbanan diri. Filsafat beladiri sebenarnya menekankan bahwa orang sebaiknya lebih menghormati kedamian dan harmoni. Seni bela diri filsafat menekankan pada esensi manajemen diri, menghormati orang lain, dan perspektif optimis untuk mencoba yang terbaik dalam hidup. Seni bela diri adalah bagian dari kebiasan dari para ahli beladiri dari Jepang yang menawarkan penekanan pada penguatan, tubuh jiwa dan pikiran. Ajaran-ajarannya menegaskan bahwa seorang seniman bela diri sejati harus mengembangkan tubuh, mental, dan emosional menjadi cukup kuat untuk menghindari pertempuran. Hal ini dapat ditemui pada berbagai bentuk seni bela diri termasuk Jujitsu, Karate, Kung-Fu, Muay Thai, Tae Kwon Do, dan Judo. Seni bela diri mencakup latihan dengan vitalitas tinggi yang dapat meningkatkan energi, kecepatan,

Upload: dayu-mas-swandewi

Post on 15-Sep-2015

31 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ddddddd

TRANSCRIPT

Tinjauan Teori Laporan Masalah Kesehatan

A. Cedera pada olahraga keras PORSENIJAR Provinsi Bali 20151. Pengertian Seni Bela DiriSeni bela diri merupakan suatu teknik bertarung yang menyerang dan bertahan yang mencakup memukul, menendang, menangkis, membanting dan keterampilan agresif lainnya. Banyak orang menganggap bahwa seni bela diri biasanya dekat dengan kekerasan dan kebrutalan. Seni bela diri dianggap sebagai ekspresi dari keberanian, kewiraan, dan pengorbanan diri. Filsafat beladiri sebenarnya menekankan bahwa orang sebaiknya lebih menghormati kedamian dan harmoni. Seni bela diri filsafat menekankan pada esensi manajemen diri, menghormati orang lain, dan perspektif optimis untuk mencoba yang terbaik dalam hidup.Seni bela diri adalah bagian dari kebiasan dari para ahli beladiri dari Jepang yang menawarkan penekanan pada penguatan, tubuh jiwa dan pikiran. Ajaran-ajarannya menegaskan bahwa seorang seniman bela diri sejati harus mengembangkan tubuh, mental, dan emosional menjadi cukup kuat untuk menghindari pertempuran. Hal ini dapat ditemui pada berbagai bentuk seni bela diri termasuk Jujitsu, Karate, Kung-Fu, Muay Thai, Tae Kwon Do, dan Judo.Seni bela diri mencakup latihan dengan vitalitas tinggi yang dapat meningkatkan energi, kecepatan, fleksibilitas, dan kesehatan jantung. Namun demikian, identik dengan kegiatan olahraga lain atau kegiatan fisik, terdapat kecelakaan yang dapat ditemui dalam pelatihan seni bela diri ataupun dalam kompetisi. Cukup mengejutkan bahwa resiko cedera dari seni bela diri lebih sedikit dibandingkan dengan olahraga kontak lainnya seperti rugby, sepak bola Amerika, bola basket dan hoki. Kebanyakan kecelakaan yang berkaitan dengan seni bela diri adalah sakit tungkai lengan, atau kaki serta nyeri punggung bawah yang biasanya merupakan cedera yang wajar.

2. Pengertian CederaPandangan tentang cedera olahraga didefinisikan oleh Suharto (2000:175) sebagai berikut: Cedera adalah hasil suatu tenaga berlebihan yang dilimpahkan pada tubuh dan tubuh tidak dapat menahan atau menyesuaikan dirinya. Latihan olahraga apapun tidak terlepas dari kemungkinan mendapatkan cedera.

3. Klasifikasi CederaCedera dapat dibedakan berdasarkan berat ringannya dan berdasarkan waktu terjadinya. Suharto (2000:175) membagi hal tersebut, yang terdiri atas:a. Berdasarkan berat ringannya, cidera dapat dibagi atas:1) Cedera ringanBiasanya tidak ada kerusakan yang berarti pada jaringan tubuh,misalnya hanya nyeri di otot atau kram otot. Cedera ini tidak perlu penanganan khusus, biasanya dapat sembuh sendiri setelah istirahat.2) Cedera beratTerjadinya cedera serius pada jaringan tubuh sehingga perlu penanganan khusus, misalnya robeknya otot, tendo, ligamen atau patah tulang.b. Berdasarkan waktu terjadinya, cedera dapat dibagi atas:1) Cedera akutCedera akut adalah cedera yang baru saja terjadi yang diikuti tanda-tanda lokal, seperti nyeri, panas, bengkak dan terganggunya fungsi tubuh yangcedera tersebut.2) Cedera kronikYaitu cedera yang dapat dimulai oleh suatu episode akut yang jika tidak ditangani dengan benar akan tetap menimbulkan keluhan berulang.

Sedangkan Hartono Satmoko (1993:137) diungkapkan bahwa untuk cedera olahraga dapat diklasifikasikan atas: (1) Cedera ringan atau tingkat pertama, (2) Cedera sedang atau tingkat kedua, dan (3) Cedera berat atau tingkat ketiga.

Untuk lebih jelasnya ketiga cedera yang diklasifikasikan akan diuraikan sebagai berikut : a. Cedera ringan atau tingkat pertamaCedera yang sangat ringan, dengan robekan yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dengan keluhan minimal dan hanya sedikit saja atau tidak mengganggu performance atlet yang bersangkutan,misalnya lecet, memar atau sprain yang ringan.b. Cedera sedang atau tingkat keduaCedera dengan kerusakan jaringan yang nyata,nyeri, bengkak, merah atau panas, dengan gangguan fungsi yang nyata dan berpengaruh pada performance dari atlet yang bersangkutan, misalnya lebam, otot robek atau strain otot, ligamen robek atau sprain.c. Cedera berat atau tingkat ketigaCedera dimana terjadi robekan lengkap atau hampir lengkap dari otot, ligamen atau fraktur dari tulang, yang memerlukan istirahat total pengobatan intensif dan bahkan mungkin operasi.

4. Faktor Penyebab Cedera pada AtletCedera dapat disebabkan oleh dua jenis faktor. Yang pertama adalah faktor intrinsik dan yang kedua faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang unsur-unsurnya sduah ada dalam diri atlet tersebut. Hal ini meliputi kelemahan jaringan, infleksibilitas, atau kelebihan beban; kesalahan biomekanik; kurangnya pengkondisian. Juga meliputi ukuran tubuh keseluruhan, kemampuan kinerja, dan gaya bermain. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi perlengkapan yang salah, kekuatan-kekuatan yang dikendalikan dri luar seperti atlet-atlet lain atau permukaan bermain, dan pelatihan atau kurang latihan.Suharto (2000:176) juga mengemukakan tentang faktor terjadinya cedera olahraga, sebagai berikut:a. Cedera akibat pengaruh dari luar (eksogen) misalnya:1) Tabrakan yang keras pada sepakbola, pukulan pada karate2) Benturan oleh alat-alat olahraga yang dipakai,misalnya raket, bola3) Pengaruh lingkungan, misalnya lapangan yang tidak rata atau becek4) Cara latihan yang salah,misalnya tidak melakukan pemanasanb. Cedera akibat pengaruh dari dalam (endogen) misalnya;1) Postur tubuh yang kurang baik, mislanya panjang tungkai tidak sama, skoliosis, lengkung kaki datar dan sebagainya.2) Gerakan-gerakan latihan yang salah, misalnya cara memukul3) Kelemahan otot atau kekuatan otot yangantagonis tidak seimbang4) Keadaan fisik danmental yang tidak fit

5. Tanda-tanda CederaPada saat cedera tubuh meresponnya dengan tanda-tanda peradangan dari dalam tubuh seperti rubor (kemerahan), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri) serta functiolesa (penurunan fungsi). Respon tersebut bertujuan untuk memulihkan jaringan yang cedera.Pembuluh darah di tempat yang mengalami cedera akan akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen upaya mempercepat penyembuhan. Adanya pelebaran pembuluh darah ini menyebabkan tempat yang cedera menjadi lebih terlihat kemerahan (rubor), dan darah yang banyak ini akan merembes dari kapiler menuju ruang antar sel sehingga akan terlihat bengkak (tumor).Karena banyaknya nutrisi dan oksigen sehingga metabolisme meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas (kalor). Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lainnya ini akan merangsang syaraf perasa nyeri di tempat cedera sehingga timbul nyeri (dolor). Semuanya akan mengakibatkan penurunan fungsi sendi (functiolesa).

6. Cedera pada Olahraga KerasSemua olahraga memiliki cedera, dimana pada saat cedera, kualitas dan performa atlet akan menurun. Ada dua jenis cedera dalam olahraga : cedera langsung (traumatic injury) maupun tidak langsung (overuse injury).Traumaticinjury dapat dilihat dengan jelas penyebabnya. Misalnya jatuh, salah gerak, tertabrak dan lain-lain sehingga menyebabkan robekan/ putusnya jaringan lunak (soft tissue) seperti ligament, otot, tendon, hingga terjadinya fraktur (patah tulang). Pada kondisi seperti ini, diperlukan penanganan medis profesional seperti dokter atau fisioterapis.Overuse injury yaitu cedera yang diakibatkan karena tekanan berulang-ulang biasanya diakibatkan karena pamakaian berlebih. Cedera ini berhubungan dengan beratnya beban latihan, istirahat yang kurang, perawatan cedera sebelumnya yang kurang tepat, serta persiapan dalam pertandingan (seperti warming up, stretching dan cooling down setelah pertandingan) yang kurang maksimal dan efektif.Cedera yang paling umum terjadi antara lain :a. Terkilir. Keseleo sering terjadi di pergelangan kaki, siku, dan daerah sendi lainnya. Banyak orang keseleo pada pergelangan kaki karena distribusi berat badan yang tidak benar pada saat menendang atau bergerak.b. Bengkak. Kerusakan pada otot atau tendon. Beberapa massa otot bisa merobek berhenti dari cepat yang terjadi saat kontak kuat dibuat dengan lawan atao objek.c. Lutut terasa nyeri. Cedera yang disebabkann oleh sikap lutut tertekuk khas seni bela diri (kuda-kuda) atau sering menggunakan tendangan yang cukup kuat dan dapat melukai sendi jika tidak dilakukan dengan benar.d. Cedera kepala. Cedera kepala dapat terjadi selama pelatihan karena akibat dari tendangan atau pukulan di daerah kepala.e. Dislokasi dan patah tulang. Yang sering terjadi adalah pada bagianjari, tangan, persendian bahu dan kaki.Selain itu, jenis problema-problema medis karena olahraga, sebagaimana yang dikemukakan oleh G La Cava Cs (1996:137) membagi hal tersebut dengan urutan tidak menurut frekuensi dan berat ringannya jenis problema tersebut, sebagai berikut:a. Lecet, lepuh dan lukab. Memar danlebamc. Kram dan stain ototd. Sprain sendi, dislokasi dan frakture. Kelainan pada kepala, leher, tulang belakang dan pinggangf. Kelainan pada dada dan perutg. Cedera anggota badan atash. Cedera anggota badan bawahi. Pingsan dan serangan tiba-tibaj. Stres oleh karena senagatan panask. Infenksi, diare dan gangguan menstruasi

7. Pencegahan cederaDalam setiap cabang kedokteran, pencegahan selalu jauh lebih baik daripada pengobatan, dan demikian juga dalam kedokteran olahraga. Hal penting lagi karena atlet yang berkompetisi seringkali harus berlatih dan berlomba dengan performance yang maksimum. Problema-problema medis ringan yang mengurangi performance fisik seorang sebesar 5%, seringkali tidak terperhatikan oleh yang bukan atlet. Tetapi bagi seorang atlet yang mengikuti kompetisi perbedaan 5% ini seringkali berarti perbedaan antara menang dan kalah. Pada pencegahan cedera olahraga perlu diperhatikan faktor-faktor, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hartono Satmoko (1993:140) sebagai berikut:a. Fasilitas dan sarana pelindungFasilitas diusahakan dalam suatu keadaan sekitar yang aman dengan memperhatikan keadaan yang ada seperti; 1) Singkirkan batu, pecahan kaca, debu di lintasan atau tempat yang akan dipergunakan. Hal ini akan mengurangi jadinya luka lecet atau iris2) Ratakan permukaan dan tutuplah lubang-lubang yang ada untuk mencegah kecelakaan, jatuh, dan sprain dari pergelangan kaki3) Menyediakan ruang lebih yang cukup setelah garis finish atai sekitar lapangan pertandingan, misalnya dengan menyingkirkan penghalang-penghalang, penonton dankursi-kursi.Sedangkan untuk sarana pelindung perlu dipergunakan, seperti;1) Pelindung kepala, misalnya untuk tinju, bersepeda.2) Pelindung mata, misalnya kacamata dengan lensa plastik atau gelas yang tidak dapat hancur-pecah untuk squash, berenang.3) Pelindung bahu, siku, tubuh, kunci paha, paha, lutut dan garas, misalnya untuk hoki, sepak bola dan bola voli.4) Sepatu.5) Pelindung kelamin.b. Kebugaran fisik dan psikologisKebugaran fisik dan psikologis, para atlet yang kurang bugar bila berusaha untuk menyangi lawan-lawan yangf lebih bugar, lebih besar kemungkinan untuk mendapat cedera karena kontak atau stres yang berlebihan (misalnya strain dan sprain) dan problema-problema medis lain (misalnya kelelahan dan sengatan panas).c. Latihan-latoihan yangprogresif dan perilaku olahragaLatihan-latihan yang progresif, perlu ditekankan prinsip-prinsip pemberian beban lebih yang bertahap dan prinsip spesifisitas dari latihan.d. Latihan-latihan pemanasan, pendingian dan peregangan

8. Cara Menangani CederaPenanganan yang tidak tepat akan memperburuk cedera dan memperlambat proses penyembuhan. Dari segi medis, penanganan cedera olahraga untuk soft tissue secara umum memiliki prinsip RICER (Rest, Ice, Compression, Elevation, dan Reverral) dan menghindari HARM (Heat, Alcohol, Running, Massage).a. Lakukan RICER1) Rest,istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cedera agar cedera tidak semakin parah. Jika merasakan nyeri pada saat bergerak itu berarti tubuh mengirimkan sinyal untuk mengurangi gerkan di bagian tubuh yang cedera. Kurangi pembebanan tubuh di bagian yang cedera misalkan dengan menggunakan kruk. Istirahatkan sendiri minimal 48-72 jam. Untuk kondisi cedera ringan pada saat bertanding dan dapat melanjutkan permainan, harus dicek terlebih dahulu oleh tim medis dokter atau fisioterapis dan diberikan support seperti tapping/kinesiotape/decker.2) Ice,kompres denganmenggunakan es/dingin sesegera mungkin, kompres bias menggunakan es batu ditumbuk dimasukkan ke dalam plastik kemudian dibebat maupun menggunakan ice bag, atau kompres dengan handuk yang sudah direndam air dingin. Tujuannya adalah mengurangi nyeri dan bengkak pada fase inflamasi, supaya pembuluh darah yang melebar menjadi lebih menutup. Apilkasikan es dengan durasi 10-15 menit saja. Bila lebih dari 20-30 menit justru akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Ulangi kompres setelah 30 menit. Pada 24-72 jam bisa sehari melakukan 6-7 kali kompres es.3) Compression,gunakan bebat menggunakan perban elastis, atau adhesive elastic bandage, kinesiotaping dan taping untuk mengurangi bengkak dan pendarahan. Dibebat jangan terlalu kencang. Lepas bebat pada saat akan tidur kecuali kinesiotaping dapat digunakan hingga dua hari.4) Elevation,angkat bagian yang cedera lebih tinggi dari jantung. Misalnya ketika terkena sprain ankle maka ganjal ankle pada saat duduk/ tidur dengan menggunakan bantal supaya mengurangi pembengkakan.5) Reverral,segera rujuk ke dokter/fisioterapis apabila mencurigai cedera termasuk parah dan mengganggu aktivitas. Cedera akan mendapatkan pemeriksaan dan diagnosa, treatment dan program fisioterapi.b. Jauhi HARM1) Heat,menggunakan panas saat penanganan pertama cedera akan meningkatkan pembengkakan karena panas akan membuat pembuluh darah semakin melebar, seperti pemberian balsam, jahe, minyak kocok, saina, berendam di bathtub dan shower panas.2) Alcohol,meminum alkohol atau merendam bagian yang cedera dengan alkoholakan meningkatkan pembengkakan serta memperlambat penyembuhan.3) Running,berlatih dalam 48-72 jam saat cedera akan memperburuk kondisi. Seseorang dinyatakan aman bermain kembali setelah dilakukan pemeriksaan dan diagnosa dari dokter/ fisioterapis.4) Massage(pijatan) pada saat cedera akan meninggalkan aliran darah sehingga akan membuat semakin bengkak, dan dapat terjadi kerusakan pada jaringan yang cedera. Misalnya ligamennya terluka lalu diberikan massage maka luka sobeknya akan semakin melebar dan pada saat kembali ke lapangan akan menjadi kendor dan terganggu stabilitasnya sehingga memudahkan terjadinya cedera ulang.Contoh-contoh cedera olahraga :a. Robekan Otot (strain) dan Robekan Ligamen (sprain)Tanda-tanda :1) Rasa nyeri yang umum2) Bengkak dan memar

Strain diklsaifikasikan berdasarkan berat ringannya 1) Derajat I : regangan serabut tendon dan otot, dengan minimal2) Derajat II : regangan serabut tendon dengan robekan sebagian, bersamaan dengan nyeri dan bengkak.3) Derajat III : robekan serabut otot yang luas dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada yang putus.

Pada prinsipnya pertolongan pertama :1) RICE2) Balut tekan (pressure bandage)3) Bantu dengan tongkat atau kruk4) Mulai aktivitas dengan hati-hati secara bertahap

Cara Pencegahan :1) Berikan latihan stretching, latihan ini meningkatkan kelenturan2) Tidak melakukan latihan terlalu banyak/ cepat

b. CRAMPSTanda :1) Nyeri otot yang sangat dan spasme2) Keringat yang berlebihan3) Tidak bereaksi terhadap massage atau stretching

Pertolongan :1) Angkat korban ke daerah yang lebih dingin2) Kemudian kram dihilangkan dengan massagec. Patah TulangTanda :1) Adanya ruda paksa2) Nyeri setempat dan makin bertambah bila digerakkan3) Hilangnya fungsi4) Terdapat perubahan bentuk5) Nyeri tekanan/ ketok6) Gerakan-gerakan abnormal

Pertolongan :1) Atasi shock dan pendarahan, dijaga lapangnya jalan nafas.2) Pasangkan bidai (spalk) atau dibebankan ke anggota badan penderita yang sehat3) Bila adanya dugaan patah tulang, dibaringkan pada alas yang keras4) Massage / diurut sama sekali dilarang5) Bawalah ke rumah sakit yang terdekat untuk perawatan lebih lanjut

d. Keseleo (strain pergelangan kaki)Adalah Ligament yang putus (partial/ total) atau kadang-kadang dislokasi.Tanda :1) Sakit pada sendi2) Rasa putus3) Fungsi menurun4) Bengkak5) Hematoma

Penyebab :Trauma/ gerakan yang keras pada pergelangan kaki sehingga kaki terpuntir melebihi ROM.

Pengobatan :1) RICE2) Boleh pakai bidai, tongkat, jalan dengan menunpu berat badan3) Gips, boleh jalan setelah 21 hari4) Kompres es 3-4 kali sehari5) Elevasi

B. Masalah Kesehatan pada acara East Asia Summit (EAS) 20151. East Asia Summit (EAS) 2015Indonesia dan 58 negara atau organisasi internasional bertukar pengalaman dalam menanggulangi bencana. Hal ini dilakukan di Bali bersama 58 perwakilan dunia internasional, termasuk Australia.Tukar pengalaman itu dilakukan dalam acara Indonesia-Australia 2015 East Asia Summit (EAS) Rapid Disaster Response Workshop and Indonesia-New Zealand 2015 EAS Disaster Recovery Workshop. Acara ini digelar di Kuta, Bali, Rabu (10/6/2015)."Tujuan dari recovery workshop adalah memfasilitasi pertukaran informasi dan pengalaman dan keahlian di bidang recovery, meningkatkan pemahaman pentingnya kerjasama dan pelibatan masyarakat dan semua sektor yang terkait recovery dan rehabilitasi serta memberikan dukungan untuk ASEAN Disaster Recovery Toolbox.Peserta yang hadir dalam Workshop ini adalah 58 internasional dan 40 nasional/daerah. Peserta internasional merupakan perwakilan dari 17 negara EAS, Timor Leste dan beberapa organisasi internasional dari IFRC, UNOCHA, WHO dan INSARAG.Sedangkan dari Indonesia melibatkan perwakilan dari BNPB, Kementerian Kesehatan, Kementerian Luar Negeri, BMKG, Kementerian Pertahanan, Kementerian PU PERA, Pusdokkes Mabes POLRI, PMI Bali, Dinas Pertanian Provinsi Bali dan Basarda Provinsi Bali. Kegiatan Workshop Indonesia-Australia 2015 EAS Rapid Disaster Respons ini dilaksanakan 2 hari dibagi kedalam 7 sesi dan pada hari ketiga, akan diselenggarakan Indonesia-New Zealand 2015 EAS Disaster Recovery Workshop pada tanggal 12 Juni 2015 dengan tema 'Implementing a People Centred Recovery'."Yang akan mendiskusikan pengalaman penanganan rehabilitasi Christchurch Selandia Baru, pengalaman Indonesia setelah gempa bumi Yogyakarta 2006 serta Jepang," ujar Sutopo.Sementara kegiatan Indonesia-Australia EAS Rapid Disaster Response Workshop merupakan implementasi dari Indonesia-Australia Paper yang berjudul 'A Practical Approach to Enhance Regional Cooperation on Rapid Disaster Response', yang telah disepakati oleh para pemimpin negara-negara yang hadir dalam KTT Asia Timur pada bulan November 2011 di Bali, Indonesia dilanjutkan dengan workshop kedua pada bulan Juni 2014 di Bali."Tujuan utama dari penyelenggaraan workshop ketiga ini adalah untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang kesiapan tanggap darurat bencana di kawasan EAS,"."Ada beberapa hal yang menjadi fokus dalam workshop ini antara lain Launching EAS Rapid Disaster Response Toolkit dan diskusi mengenai bagaiman Toolkit tersebut dapat diaplikasikan," tambahnya.Selain fokus tersebut, fokus lainnya adalah memperjelas peran dari National Focal Points negara-negara EAS saat terjadi bencana dan mendapatkan kesepakatan mengenai hal-hal mendasar yang dapat menjadi acuan bagi para national focal points dalam berinteraksi Bersama dengan WHO. Workshop ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai WHO Guidelines for Foreign Medical Team serta mendiskusikan hal-hal lain yang terkait dengan isu-isu kesehatan di tingkat global serta meningkatkan pemahaman megenai WHO Guidelines bagi Foreign Medical Team serta memperjelas peran dari National Focal Points Negara-negara EAS saat terjadi bencana.

2. Masalah Kesehatan yang Sering MunculDengan padatnya acara yang di lewati oleh para peserta workshop tersebut, dikhawatirkan akan timbul gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh daya tahan fisik yang menurun, ataupun makanan yang berbeda dari kebiasaan. Keluhan yang mungkin muncul antara lain, pusing, diare, flu, lemas, dan beberapa keluhan mendasar lainnya. Mengingat pentingnya acara ini, sehingga disediakan tim medis yang akan mencegah dan menangani hal tersebut.

Daftar Pustaka

Depdiknas. 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Depdiknas Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani.Khomiarko. 2013. Cedera pada Olahraga Bela Diri. Available on : (http://serbabeladiri.blogspot.com/2013/03/cedera-pada-olahraga-beladiri.html). Diakses pada tanggal 9 Juni 2015.Saut, David. 2015. International Bali Indonesia Tukar Pengalaman Bencana dengan Dunia International di Bali. Available on : (http://www.prilly.web.id/berita/read/news/read/2015/06/10/121025/2938284/10/indonesia-tukar-pengalaman-bencana-dengan-dunia-international-di-bali). Diakses pada tanggal 11 Juni 2015.Sumosadjuno, Sadoso. 1995. Sehat & Bugar, Petunjuk Praktis Berolahraga yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka UtamaSuyudi, Imam. 2012. Pola Cedera Olahraga dalam Olahraga. Bela Diri. Available on : (http://imamsuyudihardi76.blogspot.com/2012/08/pola-cedera-olahraga-dalam-olahraga.html). Diakses pada tanggal 9 Juni 2015.Undip, UKM. 2014. Penanganan Cedera pada Olahraga Seni Bela Diri. Available on : (http://karateinkai.ukm.undip.ac.id/?p=75). Diakses pada tanggal 9 Juni 2015.