lampiran · surat edaran direktur jenderal pajak nomor se-16/pj./2007 tentang penyampaian peraturan...

23
Lampiran FASILITAS DAN INSENTIF PERPAJAKAN BAGI WAJIB PAJAK 1. Fasilitas PPh untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah-daerah tertentu. Fasilitas pajak yang satu ini juga berlandaskan regulasi hukum yang jelas. Regulasi ini membuat tindakan yang diambil dan terkait fasilitas pajak ini menjadi kuat. Ingin tahu apa yang menjadi landasan atau dasar hukum fasilitas pajak bagi para penanam modal? Silakan dibaca dan dicermati. a. Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Undang-Undang PPh. b. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan atau di Daerah-daerah Tertentu. c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2007 tentang Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan atau di Daerah-Daerah Tertentu. d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 62/PJ./2007 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan atau di Daerah-Daerah Tertentu. e. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan atau di Daerah-Daerah Tertentu. Penjelasan peraturan Setelah kita mengetahui segepok regulasi yang mendasari pemberian fasilitas pajak bagi para investor, sekarang penulis akan mencoba menjelaskan isi regulasi di atas tadi. Agar lebih mudah dipahami maka penulis akan menjelaskan intisari dari regulasi-regulasi yang telah disebutkan di atas. 1. kepada wajib pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional dapat diberikan fasilitas perpajakan dalam ragam bentuk berikut ini. a. pengurangan penghasilan netto paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari jumlah penanaman yang dilakukan. b. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.

Upload: others

Post on 23-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

FASILITAS DAN INSENTIF PERPAJAKAN BAGI WAJIB PAJAK

1. Fasilitas PPh untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah-daerah tertentu.

Fasilitas pajak yang satu ini juga berlandaskan regulasi hukum yang jelas. Regulasi ini membuat tindakan yang diambil dan terkait fasilitas pajak ini menjadi kuat. Ingin tahu apa yang menjadi landasan atau dasar hukum fasilitas pajak bagi para penanam modal? Silakan dibaca dan dicermati.

a. Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Undang-Undang PPh.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan atau di Daerah-daerah Tertentu.

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2007 tentang Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan atau di Daerah-Daerah Tertentu.

d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 62/PJ./2007 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan atau di Daerah-Daerah Tertentu.

e. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan atau di Daerah-Daerah Tertentu.

Penjelasan peraturan

Setelah kita mengetahui segepok regulasi yang mendasari pemberian fasilitas pajak bagi para investor, sekarang penulis akan mencoba menjelaskan isi regulasi di atas tadi. Agar lebih mudah dipahami maka penulis akan menjelaskan intisari dari regulasi-regulasi yang telah disebutkan di atas.

1. kepada wajib pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha

tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional dapat diberikan fasilitas perpajakan dalam ragam bentuk berikut ini.

a. pengurangan penghasilan netto paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari

jumlah penanaman yang dilakukan. b. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.

Page 2: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

c. kompensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun.

d. pengenaan pajak penghasilan atas dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 sebesar 10% (sepuluh persen), kecuali apabila tarif menurut perjanjian perpajakan yang berlaku menetapkan lebih rendah.

2. inologi-terminologi yang terkait diantaranya adalah sebagai berikut. term

a. penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud. Aktiva tetap tersebut termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada.

b. aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu (1) tahun. Aktiva tersebut diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, sebagai sarana operasional perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan atau dipindahtangankan.

c. pengertian dari perluasan usaha yang telah ada adalah suatu kegiatan dalam rangka peningkatan kuantitas/kualitas produk, diversifikasi produk, atau perluasan wilayah operasi dalam rangka pengembangan kegiatan dan produksi perusahaan.

d. pengertian dari bidang-bidang usaha tertentu adalah bidang usaha di sektor kegiatan ekonomi yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional.

e. pengertian dari daerah-daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan.

3. pihak yang berhak mendapat fasilitas ini adalah wajib pajak badan dalam negeri

berbentuk perseroan terbatas dan koperasi, baik yang baru berdiri maupun yang telah ada, serta melakukan penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada pada bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu.

4. bentuk fasilitas pajak Penghasilan yang dapat dinikmati adalah sebagai berikut. a. pengurangan penghasilan netto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah

penanaman modal, dibebankan selama enam (6) tahun masing-masing sebesar 5% per tahun. Fasilitas pengurangan penghasilan netto diberikan selama enam (6) tahun, terhitung sejak tahun dimulainya produksi komersial, yaitu setiap tahunnya sebesar 5% dari jumlah investasi berupa perolehan aktiva tetap berwujud. Aktiva tetap berwujud ini termasuk tanah untuk kegiatan utama usaha. Fasilitas ini sifatnya mengurangi penghasilan netto (dalam hal mendapat keuntungan usaha) atau menambah kerugian fiskal (dalam hal mendapat kerugian usaha).

b. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat. Contoh penghitungan penyusutan dan amortisasi yang dipercepat bisa dilihat pada tabel 1.

Page 3: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

c. pengenaan pajak penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10% (sepuluh persen) atau tarif yang lebih rendah menurut persetujuan penghindaran pajak berganda yang berlaku.

d. kompensasi kerugian yang lebih lama dari lima (5) tahun, tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun, mengacu dengan ketentuan sebagai berikut. • tambahan satu (1) tahun apabila penanaman modal baru dilakukan di

kawasan industri dan kawasan berikat. • tambahan satu (1) tahun apabila mempekerjakan sekurang- kurangnya

500 (lima ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama lima (5) tahun berturut-turut.

• tambahan satu (1) tahun apabila penanaman modal baru memerlukan investasi/pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi usaha dengan jumlah investasi paling sedikit sebesar Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

• tambahan satu (1) tahun apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri, dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi, paling sedikit 5% (lima persen) dari investasi dalam jangka waktu lima (5) tahun.

• tambahan satu (1) tahun apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) sejak tahun keempat (4).

5. teknis pemberian fasilitas pajak penghasilan adalah sebagai berikut. a. keputusan pemberian fasilitas pajak penghasilan ditetapkan oleh Menteri

Keuangan setelah mempertimbangkan usulan dari Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

b. usulan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam rangka pemberian fasilitas pajak penghasilan, disampaikan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan berkas-berkas berikut ini. • fotokopi kartu NPWP. • surat persetujuan untuk penanaman modal baru atau surat persetujuan

perluasan penanaman modal yang diterbitkan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau instansi lain yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan dilengkapi dengan rinciannya

c. pemberian fasilitas pajak penghasilan ini ditetapkan dengan Keputusan

Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan yang diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya

Page 4: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

usulan dari Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal secara lengkap dan benar.

6. wajib pajak yang telah memperoleh keputusan pemberian fasilitas pajak

penghasilan, memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan kepada Direktur Jenderal Pajak. Isi laporan tersebut adalah sebagai berikut.

a. realisasi penanaman modal sampai dengan selesainya seluruh investasi. b. realisasi produksi sejak saat dimulainya produksi komersial. c. penggunaan aktiva tetap yang digunakan untuk tujuan selain yang diberikan

fasilitas. d. pengalihan sebagian atau seluruh aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas. e. penggantian aktiva tetap yang dialihkan yang diganti dengan aktiva tetap

yang baru.

7. wajib pajak yang telah mendapat fasilitas pajak penghasilan memiliki kewajiban untuk melampirkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik. Laporan tersebut disertakan pada surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan.

8. wajib pajak yang mendapat fasilitas pajak penghasilan tersebut tidak boleh melakukan hal-hal berikut ini.

a. tidak boleh menggunakan aktiva tetap yang telah mendapatkan fasilitas pajak, kecuali aktiva itu digunakan sesuai tujuan pemberian fasilitas tersebut.

b. mengalihkan sebagian atau seluruh aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas, kecuali aktiva tetap yang dialihkan tersebut diganti dengan aktiva tetap baru.

Apabila wajib pajak melanggar maka fasilitas pajak penghasilan yang telah diberikan terhadap aktiva tetap yang bersangkutan akan dicabut. Bukan hanya itu, wajib pajak juga akan dikenakan pajak dan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

PENGHITUNGAN PENYUSUTAN DAN AMORTISASI YANG DIPERCEPAT

No.  Kelompok Aktiva Tetap Berwujud 

Masa Manfaat Menjadi 

Tarif Penyusutan Dan Amortisasi Berdasarkan Metode Garis Lurus 

Tarif Penyusutan Dan Amortisasi Berdasarkan Metode Saldo Menurun 

1  Bukan Bangunan          

    Kelompok 1  2  50% 100%  

(dibebankan sekaligus)     Kelompok 2  4  25%  50%     Kelompok 3  8   12.5%  25% 

Page 5: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

    Kelompok 4  10  10%  20% 2  Bangunan           

    Permanen  10  10%  ‐     Tidak Permanen  5  20%  ‐ 

Page 6: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

2. Persyaratan dan Tata cara pengajuan pengurangan PBB.

No. Kualifikasi Uraian/Ketentuan Keterangan 1. Kondisi tertentu objek

pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya.

1. Wajib pajak orang pribadi meliputi pihak-pihak berikut ini.

a. objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/dudanya.

b. objek pajak berupa lahan pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat terbatas dan wajib pajaknya adalah orang pribadi yang berpenghasilan rendah.

c. objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi dan penghasilannya hanya berasal dari dana pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.

d. objek pajak yang wajib pajaknya adalah orang pribadi yang berpenghasilan rendah sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.

e. objek pajak yang wajib pajaknya adalah orang pribadi yang berpenghasilan rendah dan NJOP per meter perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak positif pembangunan.

2. Wajib pajak badan meliputi objek pajak yang wajib pajaknya adalah mereka yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada tahun pajak sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin.

2. Obyek pajak yang terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

Bencana alam yang dimaksud adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Sebab lain yang luar biasa adalah peristiwa seperti kebakaran, wabah penyakit tanaman, dan/atau wabah hama tanaman.

Ketetapan yang dapat

diajukan pengurangan 1. SPPT PBB. 2. SKP PBB.

1. PBB yang terutang dalam SKP PBB adalah pokok pajak ditambah denda administrasi.

2. SKP PBB yang telah diberikan pengurangan tidak dapat dimintakan pengurangan denda administrasi atas hal-hal tertentu, seperti yang dimaksud pasal 20 UU PBB.

Dokumen pendukung pengurangan PBB

1. Objek pajak yang wajib pajaknya adalah orang pribadi veteran pejuang kemerdekaan,

Page 7: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/dudanya. Mereka dapat menunjukkanbukti berikut ini. a. fotokopi kartu tanda anggota veteran,

atau fotokopi surat keputusan tentang pengakuan, pengesahan, dan penganugerahan gelar kehormatan dari pejabat yang berwenang.

b. fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya.

c. dokumen pendukung lainnya.

2. Objek pajak berupa lahan pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat terbatas dan wajib pajaknya adalah orang pribadi yang berpenghasilan rendah. Mereka dapat menunjukkan bukti berikut ini. a. surat pernyataan dari wajib pajak yang

menyatakan bahwa hasil pertanian, perkebunan, perikanan, atau peternakan sangat terbatas, dan penghasilan wajib pajak rendah.

b. fotokopi kartu keluarga. c. fotokopi rekening tagihan listrik, air,

dan/atau telepon. d. fotokopi bukti pelunasan PBB tahun

pajak sebelumnya; dan/atau e. dokumen pendukung lainnya.

3. Objek pajak yang wajib pajaknya adalah

orang pribadi yang penghasilannya hanya berasal dari pensiunan sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi. Mereka dapat neunjukkan bukti berikut ini. a. fotokopi surat keputusan pensiun. b. fotokopi slip pensiunan atau dokumen

sejenis lainnya. c. fotokopi kartu keluarga. d. fotokopi rekening tagihan listrik, air,

dan/atau telepon. e. fotokopi bukti pelunasan PBB tahun

pajak sebelumnya. f. dokumen pendukung lainnya.

4. Objek pajak yang wajib pajaknya orang

pribadi yang berpenghasilan rendah sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi. Mereka dapat menunjukkan bukti berikut ini. a. surat pernyataan dari wajib pajak yang

menyatakan bahwa penghasilan wajib pajak rendah.

b. fotokopi kartu keluarga. c. fotokopi rekening tagihan listrik, air,

dan/atau telepon.

Page 8: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

d. fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya.

e. dokumen pendukung lainnya.

5. Objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang berpenghasilan rendah dan NJOP per meter perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak positif pembangunan. Mereka dapat menunjukkan bukti berikut ini. a. surat pernyataan dari wajib pajak yang

menyatakan bahwa penghasilan wajib pajak rendah.

b. fotokopi SPPT tahun sebelumnya. c. kartu keluarga. d. fotokopi rekening tagihan listrik, air,

dan/atau telepon. e. fotokopi bukti pelunasan PBB tahun

pajak sebelumnya. f. dokumen pendukung lainnya.

3. Besarnya pengurangan 1. Wajib pajak orang pribadi veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda dan dudanya, mendapat potongan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang terutang.

2. Wajib pajak pribadi selain dalam butir 1, mendapat potongan paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang terutang.

3. Objek pajak yang terkena bencana alam atah sebab lain yang luar biasa akan mendapat potongan hingga 100% (seratus persen) dari PBB yang terutang.

Pengurangan didasarkan atas permohonan wajib pajak.

4 Persyaratan formal pengurangan PBB

1. Satu (1) permohonan untuk satu (1) SPPT atau SKP PBB.

2. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mencantumkan besaran persentase pengurangan yang dimohon dan disertai alasan yang jelas.

3. Permohonan diajukan kepada Kepala KPP Pratama.

4. Permohonan dilampiri fotokopi SPPT atau SKP PBB yang dimohonkan pengurangan.

5. Surat permohonan ditandatangani oleh wajib pajak, jika surat permohonan ditandatangani bukan oleh wajib pajak maka harus disertai lampiran surat kuasa. Surat kuasa biasa dilampirkan jika untuk nilai PBB paling banyak Rp2.000.000,00. Jika nilai PBB lebih dari Rp2.000.000,00 maka wajib melampirkan surat kuasa khusus.

6. Permohonan diajukan dalam jangka waktu berikut ini. a. tiga (3) bulan terhitung sejak tanggal

diterimanya SPPT.

1. Permohonan pengurangan yang tidak memenuhi persyaratan dianggap bukan sebagai permohonan sehingga tidak dapat dipertimbangkan.

2. Apabila permohonan tidak dapat dipertimbangkan, Kepala KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal permohonan tersebut diterima, harus memberitahukan secara tertulis. Pemberitahuan akan disertai alasan yang

Page 9: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

b. satu (1) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SKP PBB.

c. satu (1) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat keputusan keberatan PBB.

d. tiga (3) bulan terhitung sejak tanggal terjadinya bencana alam.

e. tiga (3) bulan terhitung sejak tanggal terjadinya sebab lain yang luar biasa, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa dalam jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

7. Tidak memiliki tunggakan PBB tahun pajak sebelumnya atas objek pajak yang dimohonkan pengurangan, kecuali dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

8. Tidak adanya pengajuan keberatan atas SPPT atau SKP PBB yang dimohonkan pengurangan. Atau dalam hal diajukan keberatan telah diterbitkan surat keputusan keberatan dan atas surat keputusan keberatan dimaksud tidak sedang dalam proses banding.

mendasari kepada Wajib Pajak.

3. Wajib pajak yang ditolak karena tidak memenuhi syarat formal masih dapat mengajukan permohonan pengurangan kembali sepanjang memenuhi persyaratan formal.

5. Wewenang penyelesaian pengurangan

1. Kepala KPP Pratama, atas nama Menteri Keuangan, berwenang memberikan keputusan atas permohonan pengurangan atas PBB yang terutang. Besaran potongan tersebut paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2. Kepala Kanwil DJP, atas nama Menteri Keuangan, berwenang memberikan keputusan atas permohonan pengurangan atas PBB yang terutang. Besaran potongan tersebut lebih besar dari kewenangan Kepala KPP Pratama, yaiti lebih banyak dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

3. Direktur Jenderal Pajak, atas nama Menteri Keuangan, berwenang memberikan keputusan atas permohonan pengurangan atas PBB. Dirjen Pajak berwenang memberikan potongan atas PBB yang terutang dengan besaran di atas Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

Dalam hal kewenangan penyelesaian berada pada Kepala Kanwil atau Dirjen Pajak, surat permohonan pengurangan tetap disampaikan kepada Kepala KPP Pratama tempat wajib pajak terdaftar.

6. Jenis keputusan 1. Mengabulkan seluruhnya atau sebagian. 2. Menolak permohonan wajib pajak.

Wajib pajak yang telah diberikan suatu keputusan tidak dapat lagi mengajukan permohonan pengurangan untuk SPPT atau SKP PBB yang sama.

7. Jangka waktu penyelesaian

1. Kepala KPP Pratama menyelesaikan dalam jangka waktu paling lama tiga (3) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan pengurangan.

1. Apabila jangka waktu penyelesaian telah terlampaui dan keputusan belum

Page 10: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

2. Kepala Kanwil DJP menyelesaikan dalam jangka waktu paling lama empat (4) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan pengurangan.

3. Direktur Jenderal Pajak menyelesaikan dalam jangka waktu paling lama enam (6) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan pengurangan.

diterbitkan, permohonan pengurangan dianggap dikabulkan. Lalu akan diterbitkan dokumen keputusan yang sesuai dengan permohonan wajib pajak. Penerbitan dokumen itu dilakukan dalam jangka waktu paling lama satu (1) bulan terhitung sejak jangka waktu dimaksud berakhir.

2. Jika besaran persentase pengurangan yang diajukan permohonan pengurangan melebihi ketentuan, sebagaimana diatur dalam pasal 4, besarnya pengurangan ditetapkan sebesar persentase paling tinggi yang ditetapkan peraturan pengurangan PBB.

                    

Page 11: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

3. Persyaratan dan tata cara pengajuan keberatan

No. Kualifikasi Uraian/Ketentuan Keterangan 1 Hal yang dapat diajukan

keberatan 1. Surat ketetapan pajak kurang bayar. 2. Surat ketetapan pajak kurang bayar

tambahan. 3. Surat ketetapan pajak nihil. 4. Surat ketetapan pajak lebih bayar. 5. Pemotongan atau pemungutan pajak

oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Satu ketetapan berlaku untuk satu surat keberatan.

2 Jangka waktu penyampaian

Penyampaian keberatan disampaikan dalam waktu tiga bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak.

Terjadi pengecualian apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

3 Pembayaran ketetapan Wajib pajak memiliki kewajiban melunasi pajak yang masih harus dibayar. Kewajiban tersebut sebesar jumlah yang telah disetujui wajib pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Jika Anda mengajukan surat keberatan sebelum melakukan pembayaran maka Anda tetap wajib melunasi kewajiban dengan besar yang telah disepakati sebelum surat keberatan disampaikan.

4 Persyaratan formal surat

1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

2. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong, dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan wajib pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan.

3. Surat keberatan ditandatangani oleh wajib pajak. Jika surat keberatan ditandatangani oleh bukan wajib pajak, surat keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

1. Jika surat keberatan yang disampaikan belum memenuhi persyaratan, wajib pajak dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan. Perbaikan dilakukan dengan melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi. Perlu diingat bahwa persyaratan harus dilengkapi selambatnya tiga bulan.

2. Jika wajib Pajak menyampaikan perbaikan surat keberatan, tanggal penyampaian perbaikan surat keberatan disesuaikan dengan tanggal diterimanya surat keberatan tersebut.

5 Tidak memenuhi syarat Tidak dianggap sebagai sebuah surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan dan tidak diterbitkan surat keputusan keberatan.

Pengajuan keberatan yang tidak memenuhi persyaratan dan tidak diterbitkan surat keputusan keberatan diberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak.

6 Pencabutan surat Wajib pajak dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak sepanjang surat pemberitahuan untuk hadir belum disampaikan kepada wajib pajak.

Wajib pajak tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1) huruf b UU KUP.

7 Hak wajib pajak 1. Wajib pajak dapat meminta kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memberi keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar

1. Direktur Jenderal Pajak wajib memberi keterangan yang

Page 12: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

pengenaan pajak atau penghitungan rugi. 2. Menerima surat pemberitahuan untuk hadir. 3. Menyampaikan alasan tambahan atau

penjelasan tertulis untuk melengkapi dan memperjelas surat keberatan yang telah disampaikan. Penjelasan tersebut bisa diberikan atas inisiatif pribadi maupun dalam rangka memenuhi permintaan Direktur Jenderal Pajak.

diminta oleh wajib pajak dalam jangka waktu paling lama 20 hari kerja sejak surat permintaan wajib pajak di terima.

2. Jangka waktu pemberian keterangan oleh Direktur Jenderal Pajak atas permintaan wajib pajak ini tidak menunda jangka waktu pengajuan keberatan.

8 Kewenangan Dirjen

Pajak 1. Direktur Jenderal Pajak meminta keterangan,

data, informasi tambahan dari wajib pajak. 2. Direktur Jenderal Pajak melakukan

pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka keberatan untuk mendapatkan data dan/atau informasi yang objektif yang dapat dijadikan dasar dalam mempertimbangkan keputusan keberatan.

Pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak diberikan pada saat pemeriksaan tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatannya. Hal yang dipertimbangkan adalah data dan informasi yang pada saat pemeriksaan belum diperoleh wajib pajak dari pihak ketiga.

9 Kewajiban Dirjen Pajak Menyampaikan surat pemberitahuan untuk hadir.

Jika wajib pajak tidak hadir pada waktu yang ditentukan dalam surat pemberitahuan untuk hadir, proses keberatan tetap diselesaikan tanpa menunggu kehadiran wajib pajak.

10 Jangka waktu penyelesaian

1. 12 bulan sejak surat keberatan diterima, Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak bisa berupa pengabulan seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besaran jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Apabila jangka waktu 12 bulan telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, keberatan yang diajukan wajib pajak dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak wajib menerbitkan surat keputusan keberatan sesuai dengan keberatan wajib pajak.

11 Sanksi administrasi Jika permohonan wajib pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50%. Besaran 50% ini dihitung dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan

      

Page 13: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

4. Persyaratan dan tata cara pengajuan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak atau surat tagihan pajak yang tidak benar, dan pembatalan hasil pemeriksaan.

No. Uraian/Ketentuan Keterangan 1. Sanksi yang dapat diajukan pengurangan atau

penghapusan adalah atas: 1. Surat tagihan pajak. 2. Surat ketetapan pajak kurang bayar. 3. Surat ketetapan pajak kurang bayar

tambahan.

Syarat untuk butir 2 dan 3. 1. Tidak diajukan keberatan. 2. Diajukan keberatan, tetapi telah dicabut

oleh wajib pajak. Bisa juga diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan (tolak formal).

2. SKP, STP, dan hasil pemeriksaan yang dapat diajukan pengurangan atau pembatalan: 1. Surat ketetapan pajak yang tidak benar. 2. Surat tagihan pajak yang tidak benar. 3. Surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan

yang dilaksanakan tanpa penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil pemeriksaan.

1. Syarat untuk butir 1 dan 3 adalah sebagai berikut. a. tidak diajukan keberatan. b. diajukan keberatan, tetapi telah

dicabut oleh wajib pajak; atau diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan (tolak formal).

2. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan

dianggap telah dilaksanakan apabila pemeriksa telah memberikan kesempatan wajib pajak untuk hadir dalam rangka pembahasan akhir dan wajib pajak tidak menggunakan hak tersebut sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.

3. Jangka waktu penyampaian: Tidak ada jangka waktu

4 Persyaratan formal pengurangan atau penghapusan sanksi pasal 36 ayat 1 (a :

1. Satu (1) permohonan untuk satu (1) surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar atau surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan.

2. Permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang mendukung permohonannya.

3. Permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar.

4. Wajib pajak telah melunasi pajak yang terutang.

5. Surat permohonan ditandatangani oleh wajib pajak. Jika surat permohonan ditandatangani oleh bukan wajib pajak, surat permohonan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Apabila tidak memenuhi persyaratan maka tidak dapat dipertimbangkan.

5 Persyaratan formal pengurangan atau penghapusan sanksi pasal 36 ayat 1 (b), (c), dan (d): 1. Satu (1) permohonan untuk satu (1) surat

tagihan pajak atau surat ketetapan pajak, termasuk surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa

Apabila tidak memenuhi persyaratan maka tidak dapat dipertimbangkan.

Page 14: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan. Bisa juga dokumen pembahasan akhir hasil pemeriksaan.

2. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

3. Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut perhitungan wajib pajak disertai dengan alasan yang mendukung permohonannya.

4. Disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar.

5. Jika surat permohonan ditandatangani oleh bukan wajib pajak, surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

6 Hak wajib pajak: 1. Wajib pajak dapat meminta secara tertulis

kepada Direktur Jenderal Pajak mengenai alasan yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan wajib pajak.

2. Mengajukan permohonan kedua.

Wajib pajak dapat mengajukan permohonan sebanyak dua (2) kali, kecuali pasal 36 ayat 1 huruf (d), dan jangka waktu permohonan kedua adalah paling lama tiga (3) bulan sejak tanggal keputusan Dirjen Pajak atas permohonan pertama dikirim.

7 Jangka waktu penyelesaian: Direktur Jenderal Pajak akan menyelesaikan dalam jangka waktu paling lama enam bulan sejak tanggal diterimanya permohonan wajib pajak.

Apabila jangka waktu enam bulan telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan surat keputusan maka permohonan wajib pajak dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak wajib menerbitkan surat keputusan keberatan sesuai dengan permohonan wajib pajak.

                    

Page 15: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

5. Persyaratan dan tata cara pengajuan keberatan PBB

No. Uraian/Ketentuan Keterangan 1. Keberatan yang diajukan adalah keberatan yang

terdapat dalam dua dokumen berikut ini. 1. SPPT. 2. SKP PBB.

Alasan pengajuan keberatan adalah sebagai berikut.

1. Luas objek pajak bumi bangunan atau nilai jual objek pajak bumi bangunan tidak sebagaimana mestinya.

2. Terdapat perbedaan penafsiran peraturan perundang-undangan PBB

2. Persyaratan Formal Keberatan PBB 1. Satu surat keberatan untuk satu (1) SPPT atau

SKP PBB. 2. Membuat pengajuan tertulis dalam bahasa

Indonesia. 3. Pengajuan ditujukan kepada Direktur Jenderal

Pajak dan disampaikan ke KPP Pratama. 4. Pengajuan dilampirkan dengan dokumen asli

SPPT atau SKP PBB yang diajukan keberatan.

5. Disertakan pula jumlah PBB yang terutang menurut penghitungan wajib pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan keberatannya.

6. Diajukan dalam jangka waktu tiga (3) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP PBB. Pengecualian terjadi apabila wajib pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

7. Surat keberatan ditandatangani oleh wajib pajak. Jika wajib pajak menggunakan perwakilan maka harus dilampiri dengan surat kuasa. Jika wajib pajak orang pribadi memiliki nilai PBB terutang lebih banyak dari Rp2.000.000,00 dan menggunakan perwakilan untuk mengurusnya, wajib memakai surat kuasa khusus. Namun, jika wajib pajak orang pribadi dengan nilai PBB terutang Rp2.000.000,00 ke bawah maka perlu melampirkan surat kuasa biasa.

1. Pengajuan keberatan yang tidak memenuhi persyaratan dianggap bukan sebagai surat keberatan sehingga tidak dapat dipertimbangkan.

2. Wajib pajak masih dapat mengajukan keberatan kembali sepanjang memenuhi jangka waktu tiga (3) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP PBB.

3. Pengajuan keberatan tidak menunda pembayaran dan proses penagihan PBB terutang.

3. Jangka waktu penyampaian adalah tiga (3) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP PBB. Pengecualian hanya diberikan jika wajib pajak atau kuasanya dapat memberikan alasan yang sifatnya force majeur atau di luar kuasanya.

Tanggal penerimaan surat keberatan yang dijadikan dasar untuk memproses surat keberatan adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan tanggal diterimanya surat

keberatan, jika disampaikan secara langsung oleh wajib pajak atau kuasanya kepada petugas tempat pelayanan terpadu (TPT) atau petugas yang ditunjuk.

2. Berdasarkan tanggal tanda pengiriman surat keberatan, dalam hal disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman

Page 16: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

surat. 4 Dokumen lain yang perlu dipersiapkan adalah

sebagai berikut. 1. Fotokopi identitas wajib pajak, dan fotokopi

identitas kuasa wajib pajak dalam hal dikuasakan.

2. Fotokopi bukti kepemilikan tanah. 3. Fotokopi izin mendirikan bangunan (IMB). 4. Fotokopi bukti pendukung lainnya.

Demi mendukung alasan jumlah PBB yang terutang menurut penghitungan wajib pajak.

6 Hak Wajib Pajak: 1. Wajib pajak dapat meminta keterangan secara

tertulis mengenai dasar pengenaan dan atau penghitungan PBB yang terutang.

2. Wajib pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sepanjang surat keputusan keberatan belum diterbitkan.

Permintaan keterangan secara tertulis tidak menunda jangka waktu pengajuan keberatan.

7 Jangka Waktu Penyelesaian: 1. Direktur Jenderal Pajak wajib menyelesaikan

permohonan keberatan dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal diterimanya permohonan wajib pajak.

2. Tanggal penerimaan surat keberatan yang dijadikan dasar untuk memproses surat keberatan adalah sebagai berikut. a. berdasarkan tanggal diterimanya surat

keberatan, yang disampaikan secara langsung oleh wajib pajak atau kuasanya, kepada petugas tempat pelayana terpadu (TPT) atau petugas yang ditunjuk.

b. berdasarkan tanggal tanda pengiriman surat keberatan, yang disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

a. Apabila jangka waktu 12 (dua belas) bulan telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Keputusan maka permohonan wajib pajak dianggap dikabulkan. Direktur Jenderal Pajak wajib menerbitkan surat keputusan keberatan sesuai dengan permohonan wajib pajak dalam jangka waktu paling lama satu (1) bulan, terhitung sejak jangka waktu dimaksud berakhir.

b. Jika keputusan keberatan menyebabkan perubahan data dalam SPPT atau SKP PBB, akan diterbitkan SPPT atau SKP PBB yang baru. SPPT atau SKP PBB baru didasarkan pada keputusan keberatan tanpa mengubah saat jatuh tempo pembayaran.

c. SPPT atau SKP PBB baru tersebut tidak bisa diajukan keberatan.

Page 17: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

6. Persyaratan dan tata cara pengajuan banding

No. Kualifikasi Uraian/Ketentuan Keterangan 1. Terminologi/Istilah 1. Keputusan adalah suatu penetapan tertulis

dibidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Penetapan tersebut didasarkan pada peraturan perundang-undangan perpajakan dan dalam rangka pelaksanaan undang-undang penagihan pajak dengan surat paksa.

2. Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul

adalah upaya hukum terhadap suatu

pajak yang

berisi bantahan atas surat uraian banding atau surat

faksimili, atau tanggal pada saat surat atau putusan diterima secara langsung

dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang. Sengketa timbul sebagai akibat dari dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau digugat oleh wajib pajak ke pengadilan pajak, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan undang-undang penagihan pajak dengan surat paksa.

3. Bandingkeputusan pejabat berwenang sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan.

4. Surat uraian banding adalah surat pihak yang dibanding kepada pengadilan berisi jawaban atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding.

5. Surat bantahan adalah surat dari pemohon banding kepada pengadilan pajak yang

bantahan. 6. Tanggal terima adalah tanggal yang tertera

pada stempel pos pengiriman, tanggal yang tertera pada

oleh petugas pajak dari wajib pajak.

Page 18: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

2. Syarat pengajuan banding

1. Harus diajukan dalam jangka waktu tiga (3) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Terhadap satu (1) keputusan diajukan satu

kan dengan disertai alasan-

ar 5lima puluh persen. Bukti pembayaran ber

2. Pemohon banding

(1)

1. Waktu pengajuan banding yang lamanya tiga (3) bulan tidak mengikat. Namun, hal ini baru berlaku jika terjadi kelakuan atau peristiwa luar biasa di luar kendali wajib pajak.

surat banding 3. Banding diaju

alasan yang jelas dan pencantuman tanggal terima surat keputusan yang dibanding.

4. Permohonan banding harus melampirkan salinan keputusan yang dibanding.

5. Banding hanya dapat diajukan jika besaran jumlah pajak yang terutang telah dibay 0%

upa

tidak wajib melampirkan bukti pembayaran 50 % pajak yang terutang. Namun, hal ini baru berlaku jika banding tersebut dilakukan atas surat ketetapan pajak nihil (SKPN) atau surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB).

surat setoran pajak (SSP) atau pemindah bukuan (Pbk) wajib dilampirkan.

3. Syarat surat banding 1. Banding diajukan dengan surat banding,

t ini. a) salinan

angka waktu tiga (3) bulan sejak diterimanya

ng.

ditulis dalam bahasa Indonesia, dan diajukan kepada pengadilan pajak.

2. Ditujukan kepada pengadilan pajak dengan melampirkan hal berikukeputusan yang dibanding b) bukti pembayaran sebesar 50 % dari pajak yang terutang yang dibanding. c) data dan bukti-bukti pendukung (SKP, surat permohonan keberatan, SPT, laporan keuangan dll).

3. Pemohon banding dapat melengkapi dokumen bandingnya selama masih dalam j

keputusan yang dibanding. 4. Paling lambat 14 (empat belas hari) sebelum

persidangan dimulai, pemohon banding mendapat pemberitahuan sida

4. Pemohon banding 1. Permohonan banding dapat diajukan oleh

emohon banding meninggal dunia, banding dapat dilanjutkan oleh warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya. Jika pemohon banding pailit maka pengampunya dapat melanjutkan proses

wajib pajak, ahli warisnya, seorang pengurus atau kuasa hukumnya.

2. Apabila selama proses banding, p

Page 19: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

banding. 3. Apabila selama proses banding pemohon

banding melakukan penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi maka permohonan dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi tersebut.

5. Hak pemohon ba

ir dalam persidangan guna memberi an keterangan lisan atau bukti-bukti

bacaan Putusan. 5. Dapat didampingi atau diwakili oleh kuasa

Pemohon banding tidak wajib hadir dalam

idangan.

nding 1. Pemohon banding berhak melengkapi permohonan bandingnya selama masih dalam jangka waktu tiga (3) bulan sejak diterimanya keputusan yang dibanding.

2. Pemohon banding berhak memasukkan surat bantahan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh hari) sejak tanggal terima salinan surat uraian banding.

3. Pemohon dapat had

pers

kyang diperlukan. Namun, pemohon harus memberitahukan kedatangannya kepada Ketua Pengadilan Pajak secara tertulis.

4. dapat hadir dalam sidang Pem

hukum yang telah terdaftar/mendapat izin kuasa hukum dari Ketua Pengadilan Pajak.

6. Dapat meminta kehadiran saksi kepada Majelis.

6. Pencabutan banding

s dari daftar sengketa. Penghapusan dilakukan

enetapan atau putusan tersebut di poin 2, tidak dapat diajukan kembali.

surat 1. Surat pernyataan pencabutan dapat diajukan terhadap permohonan banding yang diajukan kepada pengadilan pajak.

2. Jika permohonan banding dicabut sebelum sidang dilaksanakan maka akan dihapu

melalui penetapan Ketua Pengadilan Pajak. Jika permohonan pencabutan banding dilakukan saat proses sidang berjalan maka hakim tunggal akan melakukan pencabutan melalui keputusannya.

3. Permohonan banding yang telah dicabut melalui p

 

 

Page 20: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

7. Persyaratan dan ta

No. Uraian/Ketentuan

ta cara pengajuan gugatan

1. Syarat formal surat gugata1. Surat gugatan Indonesia kepada

pengadilan paja2. Surat gugatan di u 30 hari terhitung

sejak tanggal d igugat atau dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sej

3. Surat gugat4. Surat gugatan onal. Jangan lupa

untuk mencant ktur Jenderal Pajak dan mencantumkan nomor se a tanggal surat keputusan Direktur Jenderal Pajak yang diajukan gugatan.

5. Lampirkan pula dokumen yang menjadi dasar gugatan Anda. 6. Surat gugatan ditanda tangani oleh pemohon gugatan. Jika ditandatangani oleh kuasa maka

harus disertakan lampiran surat kuasa khusus. Catatan

n diajukan dengan surat gugatan yang ditulis dalam bahasak. lakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari. Wakt

iterimanya surat keputusan yang dak tanggal pelaksanaan penagihan pajak.

an diajukan hanya terhadap 1 (satu) objek gugatan. diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan rasiumkan tanggal diterimanya surat keputusan Dire

rt

dak berlaku jika Anda mengalami hal-hal rjadi bencana alam.

Batas waktu pengajuan gugatan 30 (tiga puluh) hari tiyang tidak bisa Anda prediksi atau kuasai, misalnya te

2. Objek gugatan 1. Objek gugatan adalah k

Pengecualian terjadi daeputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan.

lam hal yang memiliki kaitan dengan keputusan yang dapat diajukan keberatan.

2. Objek gugatan adalah keputusan pembetulan, seperti yang dimaksud dalam pasal 16 undang-undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berkaitan dengan surat tagihan pajak.

3. Objek gugatan adalah keputusan yang dimaksud dalam pasal 36 UU KUP yang berkaitan dengan surat tagihan pajak.

3. Penggugat 1. Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa

hukumnya dengan disertai alasan-alasan yang jelas. Gugatan dilakukan dengan mencantumkan tanggal diterimanya surat keputusan, waktu pelaksanaan penagihan, atau isi

enggugat meninggal dunia. Gugatan dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya. Jika penggugat pailit maka

k pengampu akan bertindak sebagai penggantinya. 3. Apabila selama proses gugatan, penggugat melakukan penggabungan, peleburan,

ekaran likuidasi.

keputusan yang digugat. Jangan lupa untuk melampirkan salinan dokumen yang digugat. 2. Apabila selama proses gugatan tersebut p

piha

pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dapat dilanjutkan oleh pihak penerima tanggung jawab karena proses penggabungan, peleburan, pemecahan/pemusaha, atau

4. Hak Penggugat Penggugat dapat mengajukan surat pernyataan pencabutan gugatan kepada pengadilan pajak. Pemohon banding dapat memasukkan surat bantahan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh hari) sejak tanggal diterimanya salinan surat uraian banding.

Catatan

1. Gugatan yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan cara sebagai berikut.

Page 21: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

a. jika pencabutan dilakukan sebelum dilakukannya sidang maka ketua pengadilan akan menghapus dengan penetapan.

.

b. jika surat pernyataan pencabutan diajukan setelah sidang maka atas persetujuan tergugat akan dikeluarkan putusan oleh majelis/hakim tunggal untuk menghapuskan gugatan itu.

2. Gugatan yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan tidak dapat diajukan kembali

Penggugat dapat mengajukan permohonan penundaan pelaksanaan penagihan pajak selama proses pemeriksaan sengketa pajak sedang berjalan. Penundaan bisa diajukan sampai ada putusan pengadilan pajak.

Page 22: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

8. Persyaratan dan tata cara pengajuan PK

No. Uraian/Ketentuan 1. Alasan peninjauan kembali

1. Peninjauan kembali dilakukan jika putusan pengadilan pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan. Kebohongan tersebut baru bisa diketahui setelah perkara diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.

2. PK dilakukan apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan. Bukti tersebut dikatakan penting dan menentukan jika bukti tersebut diketahui pada tahap persidangan di pengadilan pajak, bisa menghasilkan putusan yang berbeda.

3. PK dilakukan apabila pengadilan pajak mengabulkan hal yang tidak dituntut atau melebihi dari pada hal yang dituntut oleh pihak yang berperkara. Pengecualian dilakukan terhadap putusan yang mengabulkan sebagian atau seluruhnya atau menambah pajak yang harus dibayar.

4. PK dilakukan apabila ada suatu bagian dari tuntutan yang belum diputuskan oleh pengadilan dan hal itu dilakukan tanpa pertimbangan sebab-sebabnya.

5. PK dilakukan apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Maksudnya adalah, putusan yang diberikan bertentangan dengan regulasi yang ada.

2. Jangka waktu peninjauan kembali

1. Pihak yang menemukan kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan, dan baru diketahui setelah perkaranya diputus, memiliki jangka waktu tiga (3) bulan untuk mengajukan PK. Waktu tiga bulan tersebut terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat tersebut. Hal ini juga berlaku bagi pihak yang menerima putusan hakim pengadilan pidana bahwa ada hal yang dipalsukan oleh lawan dan putusan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Bagi mereka yang menerima putusan dari pengadilan pidana, dapat mengajukan PK dalam

eputusan tersebut berkekuatan hukum tetap. ru yang penting dan bersifat menentukan memiliki

lan untuk mengajukan PK. Waktu tiga bulan tersebut terhitung sejak ut. Namun, perlu diperhatikan bahwa waktu penemuan bukti

n di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat berwenang. Artinya,

i tersebut diketahui pada tahap persidangan di pengadilan pajak maka akan menghasilkan putusan yang berbeda.

jangka waktu tiga bulan, terhitung sejak k2. Pihak yang menemukan bukti tertulis ba

waktu tiga (3) buditemukannya bukti tersebtersebut harus dinyatakaAnda tidak bisa melakukan klaim sepihak bahwa bukti tersebut baru saja ditemukan. Saat Anda menemukan bukti tersebut Anda harus membuat sumpah yang telah disahkan pejabat berwenang, baru Anda melakukan klaim. Bukti yang penting dan menentukan itu artinya adalah apabila bukt

3. PK yang diajukan selain dengan alasan di atas memiliki jangka waktu, paling lama, tiga (3) bulan sejak putusan dikirim.

Page 23: Lampiran · Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ./2007 tentang Penyampaian Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Lampiran  

3. an adalah enam (6) bulan sejak PK diterima MA, apabila putusan

pengadilan pajak yang diajukan PK diputus melalui pemeriksaan acara biasa Jangka waktu penyelesaian adalah satu (1) bulan sejak PK diterima MA, apabila putusan

n PK diputus melalui pemeriksaan acara cepat.

Jangka waktu penyelesaian 1. Jangka waktu penyelesai

2. pengadilan pajak yang diajuka

Catatan 1. Putusan atas permohonan PK harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. 2. Hukum acara yang berlaku pada pemeriksaan PK adalah hukum acara peninjauan kembali.

Hukum acara peninjauan kembali diatur dalam UU No. 14/1985 tentang Mahkamah Agung, kecuali yang diatur secara khusus dalam UU No. 14/2002 tentang Pengadilan Pajak.