lampiran perpres nomor 96 tahun 2014

37
DISTRIBUSI II LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PITALEBAR INDONESIA 2014 2019 BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Pitalebar (broadband) di Indonesia sangat relevan dengan visi Indonesia tahun 2025 sebagaimana dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Dalam rangka mencapai posisi sebagai negara berpendapatan tinggi pada tahun 2025, dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya Pitalebar menjadi suatu hal yang penting. Pengembangan Pitalebar nasional harus segera dilakukan untuk meningkatkan daya saing nasional dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Pola pembangunan yang inovatif, komprehensif, dan terintegrasi sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekosistem Pitalebar Indonesia dan mengejar ketertinggalan dari negara lain, diperlukan terobosan pola pembangunan TIK di Indonesia. Dalam hal ini, Pemerintah perlu menyusun Rencana Pitalebar Indonesia (RPI) 2014-2019 untuk memberikan arah dan panduan bagi percepatan perluasan pembangunan Pitalebar di Indonesia yang komprehensif dan terintegrasi dengan menggunakan sumber daya secara efisien. B. Peran Pitalebar dalam Pembangunan Globalisasi, demokratisasi, dan inovasi teknologi terutama TIK memungkinkan informasi mengalir bebas dan tidak mengenal batas negara dan waktu.

Upload: niko

Post on 20-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DISTRIBUSI II

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PITALEBAR INDONESIA 2014 – 2019

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Pitalebar (broadband) di Indonesia sangat relevan dengan

visi Indonesia tahun 2025 sebagaimana dituangkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) 2011-2025.

Dalam rangka mencapai posisi sebagai negara berpendapatan tinggi pada

tahun 2025, dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

khususnya Pitalebar menjadi suatu hal yang penting. Pengembangan

Pitalebar nasional harus segera dilakukan untuk meningkatkan daya saing

nasional dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Pola pembangunan

yang inovatif, komprehensif, dan terintegrasi sangat diperlukan untuk

mempercepat pembangunan ekosistem Pitalebar Indonesia dan mengejar

ketertinggalan dari negara lain, diperlukan terobosan pola pembangunan

TIK di Indonesia.

Dalam hal ini, Pemerintah perlu menyusun Rencana Pitalebar Indonesia

(RPI) 2014-2019 untuk memberikan arah dan panduan bagi percepatan

perluasan pembangunan Pitalebar di Indonesia yang komprehensif dan

terintegrasi dengan menggunakan sumber daya secara efisien.

B. Peran Pitalebar dalam Pembangunan

Globalisasi, demokratisasi, dan inovasi teknologi terutama TIK

memungkinkan informasi mengalir bebas dan tidak mengenal batas negara

dan waktu.

DISTRIBUSI II

- 2 -

Saat ini peran informasi menjadi sangat penting, baik untuk kepentingan

pemerintahan, perekonomian, sosial budaya, maupun pertahanan dan

keamanan. Oleh karena itu, perubahan pola pikir yang menempatkan

prasarana informasi dan komunikasi hanya sebagai pelengkap dan

pendorong, harus dilakukan sesuai dengan kondisi global yang menuntut

TIK menjadi motor penggerak pembangunan.

Pitalebar menjadikan penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian

informasi dilakukan secara lebih cepat, efisien, efektif, transparan, dan

akuntabel, sehingga informasi tersebut tidak kehilangan nilai dan bahkan

dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.

Pitalebar Indonesia dibangun dengan memperhatikan komitmen

internasional dan sejalan dengan agenda pembangunan nasional.

1. Komitmen Internasional

Berbagai studi internasional menunjukkan korelasi erat antara

pembangunan Pitalebar dan peningkatan kualitas pembangunan,

termasuk keterkaitannya dengan pencapaian target Millenium

Development Goals (MDGs). Penambahan 10% (sepuluh persen)

penetrasi Pitalebar meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar

1,38% (satu koma tiga delapan persen) di negara berkembang (World

Bank, 2010). Adapun, penambahan 10% (sepuluh persen) akses

Pitalebar dalam setahun berkorelasi dengan peningkatan 1,5% (satu

koma lima persen) produktivitas tenaga kerja dalam lima tahun (Booz &

Company, 2009-2010). Selain itu, penggunaan akses bergerak Pitalebar

berperan untuk mengurangi emisi lingkungan hingga 2% (dua persen)

pada tahun 2020. Sebagai pengganti keperluan transportasi, konferensi

dan penghitungan jarak jauh (teleconferencing dan telecomputing)

menghemat emisi CO2 hingga 7,8 Gigatons pada tahun 2020

(Broadband Commission, 2012).

DISTRIBUSI II

- 3 -

Dalam rangka mendorong pemanfaatan Pitalebar, dunia internasional,

baik tataran global maupun regional (ASEAN) menetapkan berbagai

sasaran antara lain, mendorong ketersediaan (availability), jangkauan

layanan (accessibility), dan keterjangkauan harga (affordability).

Broadband Commission menetapkan bahwa semua negara harus sudah

memiliki rencana pembangunan Pitalebar pada tahun 2015. Pada

tahun yang sama, layanan Pitalebar ditargetkan sudah menjangkau

40% (empat puluh persen) rumah tangga di dunia dengan harga

layanan maksimal 5% (lima persen) dari pendapatan bulanan.

Selanjutnya, ASEAN Masterplan on Connectivity mendorong

pembangunan koridor Pitalebar ASEAN dan percepatan penyediaan

layanan internet berkecepatan tinggi ke sekolah. Salah satu strategi

yang mempercepat penetrasi Pitalebar adalah menjadikan Pitalebar

sebagai bagian dari akses universal dan memasukkan Pitalebar dalam

kebijakan Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) atau Universal Service

Obligation (USO).

2. Agenda Pembangunan Nasional

Sejalan dengan kecenderungan global yang menempatkan Pitalebar

sebagai kunci pembangunan, Indonesia mendorong pengembangan

Pitalebar dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan visi 2025,

yaitu masyarakat yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Langkah

tersebut ditempuh dengan memperhatikan 4 (empat) hal yaitu amanat

Undang-Undang Dasar 1945, MP3EI 2011-2025, RPJPN 2005-2025,

serta upaya peningkatan posisi daya saing Indonesia di tingkat global.

Dalam rangka mencapai visi tersebut, diperlukan penguatan

Konektivitas Nasional yang efektif, efisien, dan terpadu, dengan

mengintegrasikan jaringan Pitalebar yang merupakan salah satu

komponen TIK dengan 3 (tiga) elemen konektivitas lainnya, yaitu Sistem

Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas),

dan Pengembangan Wilayah. Gambaran rinci mengenai komponen

Konektivitas Nasional terdapat pada Tabel 1 di bawah ini.

DISTRIBUSI II

- 4 -

Tabel 1. Komponen Konektivitas Nasional Sumber : MP3EI 2011-2025

Dasar Pijak Teknis RPI adalah MDGs, Broadband Commission dan ASEAN

ICT Masterplan

Dasar Pijak Regulasi Pendukung adalah UUD 1945, MP3EI dan

RPJMN

Gambar 1. Alur Pikir Kerangka Program Rencana Pitalebar Indonesia

DISTRIBUSI II

- 5 -

C. Tantangan dan Peluang Pitalebar Indonesia

1. Tantangan

Berdasarkan data World Economic Forum tahun 2012, penetrasi akses

tetap Pitalebar di Indonesia terhadap populasi, mencapai 1,1% (satu

koma satu persen), sedangkan penetrasi akses bergerak Pitalebar

mencapai 22,2% (dua puluh dua koma dua persen). Adapun jaringan

tulang punggung serat optik nasional baru menjangkau 69,6% (enam

puluh sembilan koma enam persen) kabupaten/kota (PT Telkom Tbk,

2012). Disamping itu, harga layanan masih mencapai 7,4% (tujuh

koma empat persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita

(Kementerian Komunikasi dan Informatika, Intel Corp, 2012).

Pada tingkat regional, akses tetap Pitalebar Indonesia berada pada

peringkat ketiga terbawah negara ASEAN, sedangkan akses bergerak

Pitalebar Indonesia berada pada peringkat ketiga teratas. Dengan

demikian, Indonesia perlu mendorong kesetaraan dengan negara lain

dalam hal penyediaan dan pemerataan akses Pitalebar nasional, serta

keterjangkauan harga layanan Pitalebar dengan mempercepat

pembangunan Pitalebar.

Selain keterbatasan prasarana, tantangan lain pembangunan Pitalebar

nasional adalah pemanfaatannya yang masih belum optimal. Di sektor

publik, Pitalebar digunakan terbatas pada kegiatan pendukung dalam

hal administrasi. Pada birokrasi, implementasi e-Pemerintahan masih

dalam tahap digitalisasi sehingga perlu didorong sampai dengan tahap

transformasi proses bisnis. Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan

adopsi dan kualitas pemanfaatan Pitalebar.

2. Peluang

Sektor komunikasi merupakan satu-satunya sektor yang secara

konsisten mempunyai pertumbuhan kontribusi terhadap PDB lebih

dari 10% (sepuluh persen).

DISTRIBUSI II

- 6 -

Sebagai negara dengan populasi keempat terbesar di dunia, Indonesia

memiliki pasar yang besar dengan proporsi penduduk muda yang

besar. Kekuatan ini harus dimanfaatkan untuk mendukung

pengembangan Pitalebar secara nasional yang menjangkau sampai

wilayah kepulauan dan terpencil.

Gambar 2. Peluang dan Tantangan Pembangunan Pitalebar Indonesia

Tantangan Pembangunan

Pitalebar Indonesia

Peluang Pembangunan

Pitalebar Indonesia

DISTRIBUSI II

- 7 -

D. RPI Merupakan Bagian Integral Perencanaan Pembangunan Nasional

Pengembangan Pitalebar merupakan isu kompleks yang tidak hanya

berorientasi kepada pembangunan prasarana tetapi juga kepada

pemberdayaan masyarakat, agar adopsi dan utilisasi Pitalebar memiliki

makna. Pembangunan Pitalebar tidak hanya diarahkan untuk kepentingan

ekonomi tetapi juga ke seluruh aspek pembangunan, termasuk pertahanan

dan keamanan. Pembangunan Pitalebar sebagai sabuk pengaman

informasi di daerah perbatasan negara juga merupakan salah satu upaya

untuk menjaga kedaulatan bangsa.

Pembangunan Pitalebar Indonesia merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta

meningkatkan daya saing nasional dan kualitas hidup masyarakat

Indonesia. Dengan demikian, RPI disusun sejalan dengan RPJPN, MP3EI,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dan Rencana

Kerja Pemerintah (RKP), seperti yang disajikan dalam Gambar 3. Arah

pembangunan, kebijakan, dan strategi RPI disusun dengan

memperhatikan RPJMN dan sebaliknya juga digunakan untuk

memperkaya penyusunan RPJMN.

DISTRIBUSI II

- 8 -

Gambar 3. Keterkaitan RPI dengan Dokumen Perencanaan lain

Alur RPJPN, RPJMN dan RKP

Rencana pembangunan nasional berisi arah, sasaran, kebijakan dan strategi pembangunan

Alur MP3EI dan RPI Rencana Pembangunan di enam Koridor Ekonomi melalui penguatan konektivitas

dengan RPI

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

MP3EI 2011-2025

Arah serta kebijakan dan strategi pembangunan

pitalebar

Rencana pembangunan yang memerlukan

dukungan anggaran Pemerintah (APBN)

Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Rencana Pitalebar Indonesia (RPI) 2014-2019

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

DISTRIBUSI II

- 9 -

BAB 2 : KONSEP PEMBANGUNAN PITALEBAR INDONESIA

A. Kerangka Desain Pitalebar Indonesia

Sejalan dengan visi Indonesia 2025, visi RPI adalah memberdayakan

masyarakat untuk mengakselerasi transformasi Indonesia menjadi negara

maju melalui pengembangan dan pemanfaatan Pitalebar sebagai prasarana

dan meta-infrastructure. Pitalebar Indonesia dibangun untuk mencapai 3

(tiga) tujuan pembangunan, yaitu:

(1) mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing

nasional;

(2) mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia;

dan

(3) menjaga kedaulatan bangsa.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, 4 (empat) pilar utama

pembangunan Pitalebar, yaitu:

(1) prasarana dan keamanan;

(2) adopsi dan utilisasi kreatif;

(3) legislasi, regulasi dan kelembagaan; dan

(4) pendanaan.

Gambar 4. Kerangka Desain Pitalebar Indonesia 2014-2019

PRASARANA DAN KEAMANAN

ADOPSI DAN UTILISASI KREATIF

LEGISLASI, REGULASI, DAN KELEMBAGAAN

Prinsip dasar dan prasyarat pengembangan Pitalebar Indonesia

PENDANAAN Pilar Utama

Prinsip Dasar

Visi Indonesia 2025

Visi Pitalebar Indonesia

Tujuan Pitalebar

Indonesia

DISTRIBUSI II

- 10 -

B. Prinsip Dasar

Pembangunan Pitalebar Indonesia dilaksanakan dengan 5 (lima) prinsip

dasar, sebagai berikut:

1. Universal. Layanan Pitalebar harus dapat diakses dan dimanfaatkan

oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Ekosistem. Pembangunan Pitalebar Indonesia berorientasi kepada

ekosistem yang mencakup seluruh aspek baik penyediaan prasarana,

penggunaan dan adopsi, maupun pengembangan sumber daya

manusia secara komprehensif dan terintegrasi dengan menggunakan

sumber daya antara lain spektrum frekuensi radio, tiang listrik,

menara, hak masuk (right of way), dan pendanaan secara efisien.

3. Kolaborasi dan Inklusif. Pembangunan Pitalebar melibatkan seluruh

pemangku kepentingan, baik Pemerintah dan pemerintah daerah

maupun dunia usaha dan masyarakat. Pembangunan Pitalebar

Indonesia juga harus mengoptimalkan potensi dalam negeri dan

berorientasi kepada pemberdayaan masyarakat agar pemanfaatan

Pitalebar menjadi lebih berarti.

4. Inovasi. Pola pembangunan dan pendanaan yang inovatif dengan model

bisnis yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk mempercepat

pembangunan Pitalebar Indonesia. Terobosan dalam pembangunan

Pitalebar Indonesia diperlukan untuk meningkatkan daya saing

nasional.

5. Intervensi Pemerintah. Pemerintah dapat melakukan intervensi untuk

mempercepat pembangunan Pitalebar Indonesia, baik dalam bentuk

regulasi/deregulasi maupun pendanaan, guna menekan ekonomi biaya

tinggi, mengisi kesenjangan, serta menghilangkan penyumbatan

(debottlenecking), tanpa mengambil peran atau berkompetisi dengan

dunia usaha selaku penyelenggara.

C. Prasyarat

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendukung

keberhasilan pembangunan Pitalebar Indonesia, adalah:

DISTRIBUSI II

- 11 -

1. Kepemimpinan Pemerintah (government leadership) dalam memberikan arah dan panduan;

2. Komitmen nasional untuk menjamin konsistensi dan keberlanjutan program pembangunan Pitalebar Indonesia;

3. Koordinasi dan sinergi multi sektor untuk menjamin harmonisasi kebijakan, program pembangunan, dan penggunaan sumber daya secara efisien; dan

4. Kerjasama pemerintah dengan dunia usaha sesuai tugas pokok, kewenangan, dan kapasitas masing-masing.

D. Tahapan

Pembangunan Pitalebar dilakukan secara bertahap. Tahap Penguatan

Konektivitas pada tahun 2010-2014, dilanjutkan dengan Tahap

Pengembangan Inovasi yang sejalan dengan RPJMN 2015-2019 hingga

akhirnya mencapai Tahap Transformasi yang sejalan dengan RPJMN 2020-

2025 sebagaimana Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Tahapan Pembangunan Pitalebar

RPJMN 2015-2019 INOVASI

x Menyelesaikan Pitalebar ke kabupaten/kota, fasilitas sekolah dan publik

x Meningkatkan fasilitas KPU menjadi Pitalebar x Menyelesaikan migrasi ke TV digital dan

memanfaatkan pita spektrum frekuensi yang ditinggalkan (digital dividend)

x Mempercepat impelementasi Pitalebar untuk e-Pemerintahan, e-Pendidikan, e-Kesehatan, e-Logistik dan e-Pengadaan

x Mengintegrasikan fasilitas data dan informasi Pemerintah

x Menyelesaikan agenda melek digital (digital literacy) dan penyertaan digital (digital inclusion)

RPJMN 2010-2014:

KONEKTIVITAS Menutup bintik kosong

(Blankspot)

RPJMN 2020-2025 TRANSFORMASI VISI RPJPN 2025

Masyarakat Indonesia yang mandiri, maju , adil dan makmur

SASARAN 2014

x 100% wilayah KPU dijangkau telepon dan internet o 88% kabupaten/kota dijangkau

layanan Pitalebar o Tingkat penetrasi Pitalebar 30%

populasi x Tingkat Penetrasi TV digital 35%

Populasi x Index e-Pemerintah Nasional 3,0 dari

skala 4,0

DISTRIBUSI II

- 12 -

E. Sasaran Pembangunan

Sasaran pembangunan Pitalebar Indonesia sampai dengan akhir tahun

2019 adalah:

1. Peningkatan jangkauan dan kecepatan akses prasarana.

a. Perkotaan

Prasarana akses tetap Pitalebar mencapai tingkat penetrasi sebesar

30% (tiga puluh persen) dari total populasi, 71% (tujuh puluh satu

persen) dari total rumah tangga dengan kecepatan 20 Mbps (Mega

bit per second), 100% (seratus persen) dari total gedung dengan

kecepatan 1 Gbps (Giga bit per second). Selain itu, sasaran akses

bergerak Pitalebar dengan kecepatan 1 Mbps, menjangkau seluruh

populasi perkotaan.

b. Perdesaan

Prasarana akses tetap Pitalebar mencapai tingkat penetrasi sebesar

6% (enam persen) dari total populasi dan 49% (empat puluh

sembilan persen) dari total rumah tangga dengan kecepatan 10

Mbps. Sasaran akses bergerak Pitalebar dengan kecepatan 1 Mbps,

menjangkau 52% (lima puluh dua persen) populasi perdesaan.

2. Harga layanan menjadi maksimal 5% (lima persen) dari rata-rata

pendapatan per kapita per bulan.

3. Terlaksananya pengembangan 5 (lima) sektor prioritas yang terdiri atas

e-Pemerintahan, e-Pendidikan, e-Kesehatan, e-Logistik, dan

e-Pengadaan.

F. Kebijakan Utama dan Strategi

Untuk mencapai sasaran pembangunan Pitalebar Indonesia, kebijakan dan

strategi yang ditempuh adalah:

1. Mentransformasi Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) atau Universal

Service Obligation menjadi berorientasi Pitalebar, dengan strategi yaitu:

a. Menyusun ulang definisi dan ruang lingkup KPU untuk

mengakomodasi pembangunan Pitalebar;

DISTRIBUSI II

- 13 -

b. Melakukan reformulasi kebijakan penggunaan Dana KPU yang lebih

berorientasi kepada ekosistem Pitalebar, yaitu tidak hanya terbatas

pada penyediaan prasarana dan daerah perdesaan; dan

c. Memperkuat kelembagaan pengelola Dana KPU.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit

satelit sebagai sumber daya terbatas, dengan strategi yaitu:

a. Melakukan penataan ulang alokasi frekuensi (spectrum refarming)

secara efisien dan optimal dengan prinsip netralitas teknologi;

b. Optimalisasi spektrum frekuensi radio dan jaringan prasarana

nirkabel instansi pemerintah dengan implementasi konsep

Government Radio Network (GRN);

c. Konsolidasi prasarana dan spektrum frekuensi radio bagi

penyelenggara jaringan bergerak seluler, akses nirkabel tetap (fixed

wireless access), dan akses nirkabel Pitalebar (broadband wireless

access), maupun lembaga penyiaran dengan memperhatikan

kebijakan dan regulasi kompetisi yang adil;

d. Memastikan migrasi sistem penyiaran televisi analog ke digital

sesuai jadwal yang telah ditetapkan;

e. Mempercepat ketersediaan spektrum di sub-1 GHz, termasuk

alokasi frekuensi digital dividend yang memadai untuk

mempercepat distribusi Pitalebar;

f. Mendorong penggunaan spektrum frekuensi radio secara dinamis

dan fleksibel melalui antara lain penggunaan spektrum secara

bersama (spectrum sharing), konsolidasi spektrum, dan Mobile

Virtual Network Operator (MVNO);

g. Memfasilitasi netralitas teknologi agar industri dapat menggunakan

teknologi nirkabel yang paling efisien dengan ekosistem yang

mendukung;

h. Melakukan optimalisasi dan konsolidasi sumber daya satelit

nasional, termasuk spektrum frekuensi radio dan slot orbit dengan

mendorong kerjasama antar industri satelit global, dengan

memperhatikan kepentingan nasional dan efisiensi spektrum; dan

DISTRIBUSI II

- 14 -

i. Mengeksplorasi pembangunan satelit nasional, antara lain untuk

kepentingan pertahanan dan keamanan, penginderaan jauh (remote

sensing), dan pemulihan bencana.

3. Mendorong pembangunan akses tetap Pitalebar, dengan strategi yaitu:

a. Mendorong pembangunan dan penggunaan bersama atas prasarana

pasif, seperti dark fiber, pipa, tiang, menara, dan hak masuk (right

of way);

b. Mendorong peran aktif pemerintah daerah dan Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) dalam pembangunan prasarana pasif yang

dikoordinasikan dengan penyelenggara telekomunikasi;

c. Mendorong kompetisi dan memastikan tidak terjadinya praktek

monopoli;

d. Memastikan akses terbuka;

e. Mendorong pemanfaatan teknologi netral; dan

f. Mendorong peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan

(renewable energy) sebagai sumber energi listrik dalam

pembangunan Pitalebar Indonesia, khususnya di daerah yang

belum dialiri listrik.

4. Mendorong dunia usaha sebagai pelaku utama dalam pembangunan

Pitalebar, dengan strategi yaitu:

a. Menciptakan iklim dunia usaha yang kondusif melalui pengaturan

yang jelas, konsisten, berkelanjutan, dan transparan, termasuk

kemampuan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi baru;

b. Mengoptimalkan bauran teknologi (technology mix), multi moda

jaringan tulang punggung dan akses, yang memungkinkan

penggunaan berbagai teknologi berbasis kabel dan berbasis

nirkabel;

c. Menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta dengan

memperhatikan ketepatan pengelolaan risiko;

d. Menyederhanakan perizinan; dan

e. Memberikan insentif untuk mendorong pembangunan prasarana

Pitalebar di wilayah yang belum berkembang dan tertinggal.

DISTRIBUSI II

- 15 -

5. Membangun prasarana Pitalebar di daerah perbatasan negara, dengan

strategi yaitu:

a. Membangun jaringan Pitalebar sebagai sabuk pengaman informasi

di daerah perbatasan negara melalui kerjasama dengan penyedia

hak masuk (right of way) sektor lain; dan

b. Membangun jalur dan simpul (hub) alternatif sebagai opsi gerbang

akses internasional.

6. Memberikan perlindungan keamanan kepada penyelenggara, serta

kualitas dan keamanan informasi kepada pengguna layanan, dengan

strategi yaitu:

a. Memastikan pemenuhan komitmen pembangunan penyelenggara;

b. Memastikan pemenuhan tingkat layanan penyelenggara (Service

Level Agreement); dan

c. Memastikan terlindunginya aset strategis, seperti Sistem

Komunikasi Kabel Laut, prasarana serat optik, dan menara Base

Transceiver Station (BTS) dari segala bentuk gangguan serta

penyalahgunaan data pengguna.

7. Mempercepat implementasi e-Pemerintahan dengan mengutamakan

prinsip keamanan, interoperabilitas, dan skema pendanaan yang

efektif, dengan strategi yaitu:

a. Menetapkan Rencana Induk e-Pemerintahan Nasional sebagai

rujukan bagi pengembangan e-Pemerintahan di seluruh instansi

pemerintah;

b. Melakukan moratorium pembangunan fasilitas pusat data dan

pusat pemulihan data (data recovery center) oleh instansi

pemerintah, untuk kemudian bermigrasi ke pusat data bersama

dengan memperhatikan solusi sistem yang efisien dan ramah

lingkungan, seperti komputasi awan (cloud computing);

DISTRIBUSI II

- 16 -

c. Mendorong pengembangan e-Pemerintahan yang berbasis

kemitraan, baik antar instansi pemerintah maupun dengan badan

usaha;

d. Menerapkan prinsip penggunaan bersama:

1) membangun prasarana bersama yaitu jaringan komunikasi

pemerintah yang aman (secured government network), fasilitas

pusat data, dan pusat pemulihan data yang terkonsolidasi;

2) menggunakan aplikasi umum yang telah ada dan terbukti

berjalan baik, untuk menciptakan interoperabilitas dan

mempercepat penyebaran aplikasi; dan

3) menyimpan aplikasi dalam repositori bersama sehingga dapat

digunakan, didistribusikan, dan dapat disesuaikan untuk

kepentingan e-Pemerintahan.

e. Memastikan keamanan, kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta

keutuhan data dan informasi dalam penyelenggaraan

e-Pemerintahan;

f. Memastikan adanya unit kerja di setiap instansi pemerintah yang

bertanggung jawab dalam penyelenggaraan e-Pemerintahan; dan

g. Mewajibkan penggunaan alamat surat elektronik go.id untuk

komunikasi aparatur negara.

8. Pemerintah sebagai fasilitator yang mendorong penggunaan Pitalebar,

dengan strategi yaitu:

a. Mengoordinasikan permintaan/kebutuhan penggunaan TIK di

sektor pemerintah;

b. Memastikan terselenggaranya layanan publik berbasis elektronik

atau e-Pemerintahan di seluruh instansi pemerintah;

c. Memastikan penggunaan pengadaan berbasis elektronik atau e-

Pengadaan di seluruh instansi pemerintah;

d. Memastikan harmonisasi kebijakan, peraturan, dan program TIK

pemerintah yang bersifat lintas sektor, serta lintas pusat dan

daerah;

DISTRIBUSI II

- 17 -

e. Memfasilitasi tersedianya dukungan TIK untuk pengembangan

sektor prioritas seperti pendidikan dan kesehatan; dan

f. Memfasilitasi penyediaan akses TIK sebagai fasilitas publik.

9. Mendorong tingkat literasi TIK, dengan strategi yaitu:

a. Memastikan seluruh pegawai/pejabat pemerintahan dan pelajar

memahami TIK; dan

b. Memastikan terciptanya penyertaan digital antara lain melalui

pelatihan, sosialisasi, dan edukasi untuk meningkatkan

pemahaman dan kemampuan masyarakat luas di bidang TIK.

10. Mendorong kemandirian dan daya saing industri TIK dalam negeri,

dengan strategi yaitu:

a. Melakukan harmonisasi kebijakan, regulasi, dan program

pemerintah untuk mendorong pengembangan industri TIK di

Indonesia;

b. Mengembangkan industri TIK di daerah-daerah potensial;

c. Memperluas akses pasar di dalam negeri sebagai basis

pengembangan;

d. Memberikan kemudahan bagi perusahaan nasional untuk

membangun ekosistem TIK, khususnya Pitalebar di Indonesia;

e. Mendorong industri untuk bekerjasama dengan perguruan tinggi

dan Sekolah Menengah Kejuruan, guna menunjang industri TIK

nasional yang berbasis kearifan lokal;

f. Mendorong tumbuhnya inovasi TIK di masyarakat melalui kegiatan

penelitan dan pengembangan;

g. Mendorong pengembangan industri TIK dalam negeri, antara lain

melalui implementasi kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri

(TKDN), insentif bagi peningkatan kualitas SDM TIK nasional, dan

insentif bagi industri penunjang TIK dalam negeri ; dan

h. Mengoptimalkan penggunaan Dana KPU untuk mendukung

pengembangan aplikasi.

DISTRIBUSI II

- 18 -

11. Mendorong adopsi TIK untuk rumah tangga, dengan strategi yaitu:

a. Memfasilitasi generasi muda sebagai target pengembangan

kapasitas adaptif (adaptive capacity) untuk menjadi agen

perubahan dalam komunitasnya;

b. Mendorong pelatihan TIK untuk Usaha Kecil Menengah;

c. Menjadikan Dana KPU dapat digunakan untuk program kapasitas

adaptif masyarakat; dan

d. Mendorong pengembangan perangkat TIK hemat energi (low power

consumption CPE) untuk perdesaan.

G. Upaya Percepatan

Pembangunan Pitalebar Indonesia memerlukan intervensi Pemerintah

sebagai katalisator, yang bersifat stimulan, dengan memperhatikan hal

sebagai berikut:

1. Pemerintah melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik secara

konsisten;

2. Intervensi dilakukan untuk mengakselerasi pembangunan

prasarana, serta meningkatkan adopsi dan kualitas pemanfaatan

Pitalebar; dan

3. Intervensi dilakukan berdasarkan kajian menyeluruh untuk

memastikan efisiensi dan efektivitas pengalokasian sumber daya,

serta memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan terhadap

pasar.

a. Instrumen Percepatan: Regulasi

Kebijakan dan regulasi pembangunan Pitalebar Indonesia dimaksudkan

untuk memastikan layanan Pitalebar dapat diakses dan dimanfaatkan

oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia dengan kualitas baik dan

harga terjangkau.

Kebijakan dan regulasi tersebut dapat bersifat sektoral (pengaturan

dalam sektor TIK), lintas sektor (pengaturan oleh sektor lain), maupun

regional (pengaturan oleh Pemerintah provinsi/kabupaten/kota).

DISTRIBUSI II

- 19 -

Secara spesifik, kebijakan dan regulasi pembangunan Pitalebar

ditetapkan untuk:

1) menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan menekan ekonomi

biaya tinggi dan memberikan insentif;

2) menciptakan kompetisi dan akses terbuka, mencegah terjadinya

praktek monopoli, dan menghilangkan hambatan;

3) memastikan pengalokasian dan penggunaan sumber daya

(prasarana, spektrum frekuensi radio) secara efektif dan efisien,

serta memastikan tidak terjadinya pemusatan sumber daya

terbatas;

4) mendorong penggunaan teknologi netral dengan tetap

mempertimbangkan pengembangan industri dalam negeri;

5) mendukung pengembangan aplikasi, konten, dan industri TIK

dalam negeri, termasuk penggunaannya;

6) memberikan perlindungan terhadap prasarana TIK dan data

sebagai aset strategis nasional; dan

7) memberikan perlindungan konsumen atas keamanan

data/informasi dan kualitas layanan.

b. Instrumen Percepatan: Kelembagaan

Dalam rangka memastikan rencana pembangunan Pitalebar

diimplementasikan dengan baik dan sesuai jadwal, perlu dilakukan

pengawasan dan evaluasi secara berkala dan menyeluruh.

Oleh karena itu, koordinasi, sinergi, dan kerjasama antar pihak sesuai

dengan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan masing-masing sangat

diperlukan. Koordinasi, sinergi, dan kerjasama dilakukan pada Tingkat

Implementasi, Regulasi dan Konsolidasi.

1) Tingkat Implementasi

Pembagian tugas antara Pemerintah dan dunia usaha di tingkat

implementasi adalah:

DISTRIBUSI II

- 20 -

a) Dunia usaha/penyelenggara memimpin pembangunan

prasarana Pitalebar Indonesia;

b) Pemerintah membangun di wilayah yang tidak dibangun oleh

penyelenggara; dan

c) Pemerintah membangun fasilitas jaringan, yaitu prasarana pasif

yang dapat diintegrasikan dengan prasarana sipil lainnya,

berupa menara telekomunikasi, ducting (pipa saluran media

transmisi kabel), dark fiber (serat optik yang belum digunakan

untuk penyediaan layanan jaringan), serta handhole dan

manhole (lubang tempat persambungan kabel telekomunikasi di

tanah). Pembangunan tersebut dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Tingkat Regulasi

Dalam rangka mendukung pembangunan Pitalebar Indonesia, perlu

dibentuk regulasi, antara lain terkait percepatan pembangunan

prasarana, pengembangan industri TIK dalam negeri, pembinaan

sumber daya manusia TIK, dan pemberdayaan masyarakat.

Regulasi tersebut dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah sesuai tugas dan kewenangan masing-masing, utamanya:

a) Regulasi penyelenggaraan TIK dilakukan oleh Kementerian yang

bertanggung jawab di bidang komunikasi dan informatika;

b) Pengoordinasian regulasi di tingkat daerah dilakukan oleh

Kementerian yang bertanggung jawab di bidang pembinaan

pemerintah daerah; dan

c) Peningkatan pemahaman aparatur pemerintah tentang TIK

dikoordinasikan oleh Kementerian yang bertanggung jawab di

bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

3) Tingkat Konsolidasi

Pembangunan Pitalebar Indonesia dapat dilakukan oleh dunia

usaha dan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.

DISTRIBUSI II

- 21 -

Dalam rangka mewujudkan pembangunan Pitalebar yang efektif

dengan penggunaan sumber daya dan pendanaan yang efisien,

harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan dan program pembangunan

lintas sektor harus dilakukan, dengan cara sebagai berikut:

a) Konsolidasi rencana pembangunan prasarana Pitalebar

Indonesia yang dilaksanakan oleh penyelenggara telekomunikasi

dilakukan oleh Kementerian yang bertanggung jawab di bidang

komunikasi dan informatika selaku pembina dan regulator

sektor; dan

b) Konsolidasi rencana pembangunan Pitalebar pada tingkat

nasional dilakukan oleh Kementerian yang bertanggung jawab di

bidang perencanaan pembangunan nasional; dan

c) Konsolidasi kebijakan dan penyelesaian masalah strategis

pembangunan Pitalebar dilakukan oleh Dewan TIK Nasional.

Konsolidasi antar instansi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 6. Konsolidasi dan kolaborasi Antar Instansi

Kementerian yang

berwenang dalam bidang

Perencanaan

Pembangunan Nasional

Rencana Pitalebar

Indonesia 2014-2019

Dewan TIK Nasional

Kementerian yang

berwenang dalam

Komunikasi dan Informatika

x Memfasilitasi pembangunan prasarana ke SKPD dan masyarakat dengan memastikan harmonisasi Perda dan koordinasi dukungan pendanaannya

x Mendorong pemanfaatan TIK untuk sektor pembangunan di pemerintahan kota/kabupaten.

x Memfasilitasi penyediaan

konektivitas TIK ke seluruh satker dan masyarakat melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif

x Mendorong pemanfaatan prasarana TIK untuk pelayanan e-Pemerintahan

x Melaksanakan program kapasitas adaptif untuk aparatur pemerintah

x Mendorong implementasi aplikasi layanan G2E (Government to Employee)

Kementerian yang

berwenang dalam

Pembinaan Pemerintah

Daerah

Kementerian yang

berwenang dalam

Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi

Birokrasi

Koordinasi

DISTRIBUSI II

- 22 -

c. Instrumen Percepatan: Pendanaan

Pengalokasian dana Pemerintah dapat dilakukan dalam bentuk

investasi penuh dan subsidi dengan memperhatikan ketersediaan

APBN. Di sisi lain, pemerintah dapat memobilisasi dana di luar

pemerintah, baik melalui investasi swasta maupun skema kerjasama

pemerintah dan swasta.

Sebagai salah satu bentuk intervensi, pendanaan pemerintah diberikan

dengan memperhatikan:

1) Kondisi dan kapasitas keuangan Negara;

2) Kemampuan pasar pada daerah sasaran;

3) Efektifitas, efisiensi, dan jaminan keberlanjutan;

4) Model bisnis yang inovatif.

Strategi umum pendanaan pembangunan TIK, dilakukan dengan cara:

1) untuk pendanaan yang bersumber seluruhnya dari APBN, strategi

yang ditempuh meliputi:

(a) optimalisasi pemanfaatan APBN yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas belanja TIK suatu

Kementerian/Lembaga (ruang lingkup internal

Kementerian/Lembaga); dan

(b) efisiensi pemanfaatan APBN yang dimaksudkan untuk menekan

duplikasi investasi yang dilakukan oleh beberapa

Kementerian/Lembaga (ruang lingkup lintas

Kementerian/Lembaga);

2) untuk pendanaan yang sebagian bersumber dari APBN, strategi

yang ditempuh adalah pemanfaatan APBN untuk meningkatkan

kelayakan proyek. Strategi pendanaan dijabarkan pada tabel di

bawah ini:

DISTRIBUSI II

- 23 -

Tabel 2. Strategi Menurut Kelompok Pendanaan

DISTRIBUSI II

- 24 -

BAB 3 : RENCANA IMPLEMENTASI

A. Program Unggulan

Program Unggulan merupakan program yang keberadaannya sangat

dibutuhkan karena memiliki dampak yang luas dan memberikan landasan

bagi program lain untuk berjalan. Program Unggulan dapat berbentuk

proyek yang diimplementasikan secara masif dan dapat berbentuk proyek

percontohan.

Program Unggulan meliputi 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1. Konektivitas Ekonomi yang bertujuan untuk memperkuat konektivitas

antar dan dalam pulau dan Koridor Ekonomi;

2. Konektivitas Pemerintah yang bertujuan untuk memperkuat

konektivitas di antara instansi Pemerintah; dan

3. Pendorong (Enabling) yang bertujuan untuk mendukung penguatan

konektivitas.

Program Unggulan dalam Kelompok Konektivitas Ekonomi, terdiri atas:

1. Pembangunan Ring Palapa, yang bertujuan untuk menyediakan

jaringan serat optik nasional ke seluruh kabupaten/kota;

2. Pembangunan Pipa Bersama, yang bertujuan untuk mengakomodasi

jaringan serat optik dari berbagai penyelenggara telekomunikasi dalam

satu pipa; dan

3. Pelaksanaan Percontohan Konektivitas Nirkabel untuk Pitalebar

Perdesaan, yang bertujuan untuk menyediakan akses Pitalebar di

wilayah KPU dengan solusi nirkabel.

Program Unggulan dalam Kelompok Konektivitas Pemerintah dilaksanakan

melalui pembangunan jaringan dan pusat data pemerintah terpadu yang

bertujuan untuk membangun jaringan komunikasi intranet pemerintah

yang aman dan mengintegrasikan pusat data pemerintah.

Program Unggulan dalam Kelompok Pendorong terdiri atas:

1. Reformasi Kewajiban Pelayanan Universal, yang bertujuan untuk

merancang ulang KPU agar dapat digunakan untuk pembangunan

ekosistem Pitalebar;

DISTRIBUSI II

- 25 -

2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Industri TIK

Nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM TIK

nasional dalam rangka mempercepat adopsi dan utilisasi Pitalebar

serta memperkuat manufaktur TIK nasional.

Rentang waktu pelaksanaan Program Unggulan dimulai sejak tahun 2013

untuk membangun dasar ekosistem Pitalebar Indonesia, dilanjutkan

dengan pembangunan prasarana Pitalebar Indonesia, pengurangan

ketergantungan jalur internasional, peningkatan ketersediaan akses

Pitalebar Indonesia, dan pengembangan konten. Seluruh program unggulan

dilaksanakan hingga tahun 2019.

Gambar 7. Program Unggulan Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019

B. Sektor Prioritas

Sebagai bagian dari strategi dan rencana pembangunan nasional,

pembangunan Pitalebar Indonesia diharapkan dilakukan di seluruh aspek

pembangunan. Sebagai langkah awal, pembangunan Pitalebar Indonesia

diprioritaskan pada 5 (lima) sektor, yaitu e-Pemerintahan, e-Pendidikan,

e-Kesehatan, e-Logistik, dan e-Pengadaan.

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Membangun landasan ekosistem Pitalebar Indonesia (PU5)

Membangun prasarana Pitalebar Indonesia (PU1)

Mengurangi ketergantungan jalur internasional (PU 4)

Meningkatkan ketersediaan akses Pitalebar Indonesia (PU 2 dan PU 3)

Mendorong pengembangan konten (PU 6)

Keterangan: PU: ProgramUnggulan 1. Ring Palapa 2. Pipa Berasama 3. Percontohan Konektivitas

Nirkabel untuk Pitalebar Perdesaan

4. Jaringan dan Pusat Data Pemerintah

5. Reformasi KPU 6. Program Pengembangan SDM

dan Industri TIK Nasional

DISTRIBUSI II

- 26 -

Pemilihan 5 (lima) sektor prioritas tersebut dilakukan dengan

memperhatikan dampaknya bagi transformasi bangsa dan peningkatan

daya saing nasional. Lima sektor tersebut mewakili keempat komponen

interaksi pemerintah, yaitu

(1) antar instansi pemerintah;

(2) pemerintah dengan pegawai/pejabat pemerintah;

(3) pemerintah dengan masyarakat; dan

(4) pemerintah dengan dunia usaha.

1. e-Pemerintahan

e-Pemerintahan ditujukan untuk memperkuat dan meningkatkan

efisiensi proses internal pemerintah (back office) yang tersebar di lebih

dari 70 (tujuh puluh) instansi pemerintah pusat, dan 500 (lima ratus)

instansi pemerintah daerah. Tiga layanan pokok yang memerlukan

dukungan Pitalebar adalah birokrasi, keuangan, dan keterhubungan

dengan pemerintah daerah.

Tantangan pengembangan e-Pemerintahan untuk birokrasi, antara

lain:

(a) beragamnya petunjuk pelaksanaan e-Pemerintahan;

(b) implementasi e-Pemerintahan yang masih dalam tahap digitalisasi

sehingga belum terjadi transformasi proses bisnis;

(c) duplikasi program dan investasi instansi pemerintah; dan

(d) keterbatasan pegawai/pejabat pemerintah yang memahami TIK.

Tantangan pengembangan e-Pemerintahan untuk keuangan, antara

lain:

(a) memiliki banyak instansi yang harus dihubungkan dengan sistem

pusat data; dan

(b) memerlukan pusat data dengan tingkat keamanan yang sangat

baik.

DISTRIBUSI II

- 27 -

Tantangan pengembangan e-Pemerintahan untuk keterhubungan

dengan pemerintah daerah, antara lain:

(a) pengendalian pelaksanaan program secara terpusat perlu

dikembangkan; dan

(b) agenda pembangunan nasional yang dicantumkan dalam RPJMN

harus dikaitkan dengan program pembangunan di daerah.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, rencana tindak pembangunan

Pitalebar Indonesia untuk e-Pemerintahan terkait birokrasi, adalah:

Sasaran Hasil Strategi Kurun

waktu Institusi

Jaringan aman prasarana e-Pemerintahan nasional

Prasarana konektivitas aman pendukung pembaruan proses bisnis baru layanan e-Pemerintahan

Memastikan seluruh titik layanan G2E, G2G, G2B dan G2C terkoneksi dengan aman

2014 – 2018 x Kemenkominfo x Kemenkeu x Kemendagri x KemenPANRB x K/L/D/sektor

terkait

Pangkalan data (database) e-Pemerintahan

Prasarana data dan sistem aman yang dapat akses oleh K/L/D

Konsolidasi anggaran dan program investasi pangkalan data dan prasarana TIK secara efisien

2014 – 2018 x Kemenkominfo x Kemenkeu x Kemendagri x K/L/D/sektor

terkait

Program nasional pengembangan konten

Konten e-Pemerintahan terstandarisasi

Aplikasi generik dan integrasi aplikasi G2E, G2G, G2B dan G2C

2014 – 2018 x KemenPANRB x Kemenkominfo x Kemendagri x K/L/D/sektor

terkait Pembaruan proses bisnis layanan perijinan

Layanan G2B handal Penyesuaian birokrasi dan aturan dengan bisnis proses baru

2015 x KemenPANRB x Kemendagri x K/L/D dan

sektor daya saing

Pembaruan layanan publik secara daring

Layanan G2C pendorong daya saing sektor

Portal layanan publik untuk program nasional utama pendorong daya saing sektor

2014 - 2019 x K/L/D dan sektor daya saing

x Kemendagri x Kemenkominfo x Pemda

Tabel 3. Sistem Rencana Pelaksanaan e-Pemerintahan di Birokrasi

DISTRIBUSI II

- 28 -

Rencana tindak pembangunan Pitalebar Indonesia untuk e-

Pemerintahan terkait keuangan, adalah:

Sasaran Hasil Strategi Kurun

waktu Institusi

Jaringan prasarana keuangan publik nasional

Koneksi sistem e-Pemerintahan yang aman

Memastikan seluruh titik koneksi di luar dan di dalam Kementerian Keuangan aman

2014 - 2017 x Kemenkeu x Kemenkominfo x Kemendagri x Sektor terkait

Pangkalan data keuangan publik nasional

Pangkalan data SPAN dapat diakses oleh Kementerian Keuangan, Kementerian lainnya, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, dan Bank lainnya.

Regulasi yang tegas untuk keamanan data

2014 - 2017 x Kemenkeu x Kemenkominfo x Kemendagri x Sektor terkait x Bank Indonesia

Program nasional pengembangan konten

Sistem informasi Integrasi MPN, SPAN dan SAKTI

Standar modul didukung oleh prasarana yang aman

2014 - 2017 x Kemenkeu x Kemenkominfo x Kemendagri x Sektor terkait x Bank Indonesia

Tabel 4. Sistem Rencana Pelaksanaan e-Pemerintahan di Sektor Keuangan

Rencana tindak pembangunan Pitalebar Indonesia untuk e-

Pemerintahan terkait keterhubungan dengan pemerintah daerah,

adalah:

Sasaran Hasil Strategi Kurun

waktu Institusi

Jaringan nasional e-Pemerintahan nasional dan lokal

Koneksi internal pangkalan data dan sistem e-Pemerintahan di Kemendagri, dan antarkementerian lainnya dan pemerintah daerah

Menghubungkan seluruh jaringan lokasi maya melalui e-Pemerintahan, membuat simpul regional dan lokal

2014- 2018 x Kemendagri x Kemenkominfo x Sektor terkait

dengan pemerintah daerah

DISTRIBUSI II

- 29 -

Sasaran Hasil Strategi Kurun

waktu Institusi

Pangkalan data administrasi publik

Memonitor pencapaian sasaran perkembangan nasional di tingkat lokal

Memberikan sistem informasi yang dapat dipercaya untuk mendukung proses perkembangan sektor dan pemerintah daerah

2014- 2018 x Kemendagri x Kemenkominfo x Sektor terkait

dengan Pemerintah Daerah

Program nasional pengembangan konten

Aplikasi sistem informasi untuk G2G dan G2C e-Pemerintah

Distribusi aplikasi secara cuma-cuma, didukung oleh prasarana yang aman

2015- 2018 x Kemendagri x Kemenkominfo x Sektor terkait

dengan Pemerintah Daerah

Regulasi e-Pemerintahan nasional dan lokal

Informasi yang lancar dan terintegrasi untuk mendukung pengambilan keputusan

Formulasi Grand Design TIK untuk Kemendagri yang akan diberlakukan dengan Keputusan Menteri

2014 x Kemendagri

Kapasitas adaptif untuk e-Pemerintahan

Program pelatihan e-Pemerintahan

Menghubungkan aplikasi dan pelatihan dengan berlandaskan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Pasal 217, 218 dan 222)

2014-2018 x Kemendagri x Kemenkominfo

dan sektor terkait

x Pemerintah Daerah

Tabel 5. Sistem Rencana Pelaksanaan e-Pemerintahan di Pemerintah Daerah

2. e-Pendidikan

e-Pendidikan ditujukan untuk pemerataan kualitas pendidikan di

seluruh wilayah Indonesia melalui pendistribusian dan pertukaran

materi ajar, serta peningkatan kualitas proses belajar mengajar melalui

eksplorasi informasi dan virtualisasi materi ajar.

DISTRIBUSI II

- 30 -

Tantangan pengembangan e-Pendidikan, antara lain:

(a) keterbatasan jaringan Pitalebar ke sekolah dan perguruan tinggi;

(b) fokus belum menyentuh pemanfaatan penggunaan TIK; dan

(c) kebutuhan penyimpanan data berkapasitas besar.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, rencana tindak pembangunan

Pitalebar Indonesia untuk e-Pendidikan adalah:

Sasaran Hasil Strategi Kurun

waktu Institusi

Jaringan nasional

e-Pendidikan

Koneksi Pitalebar

Indonesia ke

seluruh sekolah,

kantor dan

universitas

Menghubungkan

seluruh lokasi

secara virtual

melalui jaringan e-

Pemerintahan, dan

membuat simpul

regional dan lokal

2014-2018 x Kemendikbud x Kemenkominfo x Kemendagri

Statistik dan

pangkalan data

pendidikan

nasional

Akses yang

terintegrasi

dengan

penyimpanan

pangkalan data

pelajar,

mahasiswa,

sekolah,

perguruan tinggi,

guru dan dosen

Mengembangkan

modul e-Pendidikan

dalam pangkalan

data nasional,

membuat standar

aplikasi

2014-2018 x Kemendikbud x Kemendagri

Program nasional

untuk

pengembangan

konten

Menyempurnakan

pengembangan

pendidikan konten

Data, konten dan

layanan yang

terintegrasi dengan

jaringan sosial dan

program

Kemendikbud

2014-2018 x Kemendikbud x Kemenkominfo x Kemendagri

Regulasi

anggaran

nasional TIK

untuk

Kemendikbud

Distribusi

anggaran untuk

pendidikan yang

merata di setiap

wilayah

Penggabungan dan

restrukturisasi

seluruh anggaran

untuk

pengembangan TIK

di Kemendikbud

2015 x Kemendikbud x Kemenkeu x Kemendagri

DISTRIBUSI II

- 31 -

Sasaran Hasil Strategi Kurun

waktu Institusi

Kapasitas adaptif

Kemendikbud

Mengembangkan

dan melaksanakan

kurikulum 2013

dengan dukungan

TIK

Pelatihan dan

pembimbingan

guru, murid dan

pegawai pemerintah

di Kemendikbud

2014-2019 x Kemendikbud x Kemenpan RB x Kemendagri

Tabel 6. Rencana Pelaksanaan e-Pendidikan

3. e-Kesehatan

e-Kesehatan ditujukan untuk memberikan konsultasi dan

pendampingan jarak jauh langsung dari dokter atau ahli medik yang

berkualitas kepada semua Pusat Kesehatan Masyarakat yang tersebar

di seluruh Indonesia.

Tantangan pengembangan e-Kesehatan, antara lain:

(a) tidak adanya sistem e-Kesehatan yang terpadu;

(b) rendahnya kualitas akses TIK; dan

(c) perlindungan data pasien dan pengelolaan data kesehatan yang

bersifat rahasia dan strategis.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, rencana tindak pembangunan

Pitalebar Indonesia untuk e-Kesehatan adalah:

Sasaran Hasil Strategi Kurun

waktu Institusi

Jaringan

nasional

e-Kesehatan

Koneksi nasional

ke seluruh rumah

sakit, klinik,

fasilitas

kesehatan

Menghubungkan secara

virtual seluruh lokasi

melalui jaringan e-

Pemerintahan, membuat

node regional dan lokal

2014-

2018

x Kemenkes x Kemenkominfo

Pangkalan data

Statistik

Kesehatan

Nasional yang

vital

Mengintegrasi

akses data

mengenai

penyakit,

perawatan, data

pasien

Menggabungkan modul

e-Kesehatan dengan

pangkalan data nasional

e-Pemerintahan yang

aman, membuat standar

aplikasi

2014-

2017

x Kemenkes x Kemendagri x Kemenkominfo

DISTRIBUSI II

- 32 -

Sasaran Hasil Strategi Kurun

waktu Institusi

Jangkauan

Kesehatan

Universal

(Universal Health

Coverage)

Distribusi

pelayanan

kesehatan yang

merata di seluruh

wilayah

Data dan pelayanan

yang terintegrasi dengan

jaringan jaminan sosial

dan program asuransi

kesehatan

2014-

2018

x Kemenkes x Kemendagri x Kemenkominfo

Jangkauan

penanganan

(Special

Treatment

Coverage)

Pelayanan medis

diperluas sampai

daerah

underserved

Aplikasi Pitalebar untuk

telemedicine

telediagnosis,

teletherapy

2014-

2018

x Kemenkes x Kemenkominfo

Program promosi

kesehatan

nasional

Penyempurnaan

program gizi,

sanitasi,

lingkungan

kesehatan dan

maternal care

Pitalebar untuk

menyebarluaskan

kampanye kesehatan

masyarakat dan

program pencegahan

2014-

2015

x Kemenkes x Kemendagri x Kemenkominfo

Program

perawatan

melalui

e-Kesehatan

dengan

sambungan

bergerak

Distribusi

pelayanan

kesehatan yang

merata di seluruh

wilayah

e-Kesehatan bergerak

sebagai kelanjutan

daerah pelayanan untuk

program promosi,

pencegahan dan

pengobatan

2014-

2018

x Kemenkes x Kemendagri x Kemenkominfo

Regulasi Sistem

Informasi

Kesehatan

Prioritas untuk

promosi dan

pencegahan.

Maternal care

sebagai target

prioritas

Pegawai Puskesmas

dengan keahlian TIK

dan bertugas untuk

mempromosikan

perilaku masyarakat

untuk kesehatan publik

2014-

2019

x Kemenkes x Kemendagri x Kemenpan RB

Tabel 7. Rencana Pelaksanaan e-Kesehatan

DISTRIBUSI II

- 33 -

4. e-Logistik

e-Logistik ditujukan untuk mendukung pemantauan dan pertukaran

data yang terkait dengan ketersediaan bahan pokok makanan dan

industri, kelangkaan suatu barang, dan kebutuhan armada

pengangkutan untuk logistik.

Tantangan pengembangan e-Logistik, antara lain belum terpadunya

berbagai sistem informasi logistik.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, rencana tindak pembangunan

Pitalebar Indonesia untuk e-Logistik adalah:

Sasaran Hasil Strategi Kurun

waktu Institusi

Jaringan

nasional

e-Logistik

Koneksi sistem

prasarana dan

pangkalan data

ke setiap simpul

dari pelayanan

logistik

Menghubungkan

seluruh lokasi

secara virtual

melalui jaringan

e-Pemerintahan,

membuat simpul

regional dan

lokal, termasuk

gudang dan

fasilitas logistik

lainnya

2014 –

2019

x Kemendag x Kemenakertrans x Kemenperin x Kementan x Pemerintah Daerah

Pangkalan data

nasional

e-Logistik

Distribusi

barang-barang

yang aman,

ketersediaan

stok dan

stabilitas harga

Memberikan

sistem informasi

yang dapat

dipercaya untuk

memperkirakan

kapasitas

produksi dan

kebutuhan

pemakaian

2014 –

2018

x Kemendag x Kemenakertrans x Kementan x Kemen Perindustrian x Kemen Kehutanan x Kemen ESDM x Kemen KP x Kemenkes x Pemerintah Daerah

DISTRIBUSI II

- 34 -

Sasaran Hasil Strategi Kurun

waktu Institusi

Program

nasional dalam

pengembangan

konten

Aplikasi Sistem

Informasi status

Ketersediaan dan

Permintaan

Komoditas, dan

prediksinya

(memantau

persediaan dan

harga), aplikasi

online promosi

ekspor, aplikasi

Pendaftaran

Perusahaan/SIUP.

Distribusi

aplikasi secara

cuma-cuma

dengan

dukungan

prasarana yang

aman

2014 –

2018

x Kemendag x Kemenakertrans x Kementan x Kemenperin x Pemerintah Daerah

Regulasi

nasional

e-Logistik

Pengurangan

biaya logistik

untuk

menghindari

distorsi pasar dan

spekulasi oleh

para pedagang

Bisnis model

yang didukung

TIK untuk

pelayanan

logistik yang

efektif, efisien

dan transparan

2015 x Kemendag x Kemenakertrans x Kementan x Kemenperin x Pemerintah Daerah

Kapasitas

Adaptif untuk

e-Logistik

Program pelatihan

dan sosialiasi

untuk e-Logistik

Menurunkan

model bisnis

e-Logistik yang

baru menjadi

program

pelatihan,

termasuk di

dalamnya

sosialisasi

penggunaan

e-Logistik ke

seluruh

pemangku

kepentingan

terkait

2015-

2019

x Kemendag x Kemenakertrans x Kementan x Kemenperin x Pemerintah Daerah

Tabel 8. Rencana Pelaksanaan e-Logistik

DISTRIBUSI II

- 35 -

5. e-Pengadaan

Pembangunan dan pengembangan Pitalebar pada sektor e-Pengadaan

ditujukan untuk:

(a) meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;

(b) meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat;

(c) memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan;

(d) mendukung proses monitoring dan audit; dan

(e) memenuhi kebutuhan akses informasi secara real time.

Tantangan pengembangan e-Pengadaan, antara lain:

(a) ketersediaan konektivitas berkualitas tinggi dengan sistem

keamanan yang handal;

(b) kesenjangan digital antar daerah yang dapat menghambat proses

pengadaan; dan

(c) ketersediaan standar tentang prasarana dan aplikasi untuk

memastikan kompatibilitas sistem.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, rencana tindak pembangunan

Pitalebar Indonesia untuk e-Pengadaan, adalah:

Sasaran Hasil Strategi Kurun waktu Institusi

Jaringan nasional

e-Pengadaan,

e-Pembelian ,

e-Katalog

Koneksi sistem

dan pangkalan

data di setiap

lokasi Layanan

Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE)

Menghubungkan

seluruh lokasi

maya melalui

jaringan

e-Pemerintahan,

membuat simpul

regional dan lokal

2014 – 2018 x LKPP x Kemenkominfo

Pangkalan data

nasional untuk

e-Pengadaan

Pembentukan

e-pasar untuk

mencegah

Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme

Proses rekayasa

ulang bisnis

sesuai dengan

Peraturan

Presiden mengenai

pengadaan jasa

pemerintah

2014 – 2018 LKPP

DISTRIBUSI II

- 36 -

Sasaran Hasil Strategi Kurun waktu Institusi

Program nasional

mengenai

pengembangan

konten

Membuat standar

aplikasi

e-pengadaan

untuk e-pasar

Distribusi aplikasi

cuma-cuma yang

didukung

prasarana yang

terjamin

2014 – 2018 LKPP

Regulasi nasional

e-Pengadaan

Proses bisnis baru

dalam pengadaan

untuk

mendukung

e-pasar

Mengubah pola

pikir dan model

bisnis tradisional

menjadi

e-Pengadaan yang

didukung TIK

2014 LKPP

Kapasitas adaptif

untuk e-pasar

Program pelatihan

untuk e-pasar

Mendorong model

bisnis baru untuk

e-pasar menjadi

materi pelatihan

yang tersedia

untuk publik

2014 - 2019 LKPP

Tabel 9. Rencana Pelaksanaan e-Pengadaan

C. Kebutuhan Pendanaan

Kebutuhan pendanaan pembangunan Pitalebar Indonesia tahun 2014-

2019 diperkirakan mencapai Rp 278 triliun atau sekitar 0,46% (nol koma

empat enam persen) dari PDB yang akan digunakan untuk mendanai 6

(enam) program unggulan dan 5 (lima) sektor prioritas, dengan perincian

sebagaimana tabel di bawah ini:

Proyek 2014-2019 Besaran Dana (dalam juta Rupiah) Ring Palapa 14.560.000 Pipa Bersama 80.700 Konektivitas Nirkabel untuk Perdesaan

5.007

Jaringan dan Pusat Data Pemerintah Terpadu

306.000

Reformasi KPU 4.000 Pengembangan SDM dan Industri TIK

135.817.083

DISTRIBUSI II

- 37 -

e-Pemerintahan 87.014.760 e-Pendidikan 35.500.000 e-Kesehatan 4.099.500 e-Logistik 336.815 e-Pengadaan 375.036

*) Kontribusi APBN termasuk dana KPU akan dikonfirmasi dalam proses penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2015-2019

Tabel 10. Perkiraan Kebutuhan Pendanaan 2014-2019

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 15 September 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Perekonomian,

ttd.

Ratih Nurdiati