lampiran-permenaker

10
KOMPONEN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK UNTUK PEKERJA LAJANG DALAM SEBULAN DENGAN 3.000 K KALORI PER HARI No Komponen Kualitas (Kua)/ Jumlah Satuan Harga Satuan Nilai sebulan Kriteria Kebut (Rp) (Rp) I MAKANAN DAN MINUMAN 1. Beras Sedang 10.00 Kg 2. Sumber Protein : a. Daging b. Ikan Segar c. Telur Ayam Sedang Baik Telur ayam ras 0.75 1.20 1.00 Kg Kg Kg 3. Kacang-kacangan : tempe/tahu Baik 4.50 Kg 4. Susu bubuk Sedang 0.90 Kg 5. Gula pasir Sedang 3.00 Kg 6. Minyak goreng Curah 2.00 Kg 7. Sayuran Baik 7.20 Kg 8. Buah-buahan (setara psng/ppy) Baik 7.50 Kg 9. Karbohidrat lain (setara tepung terigu) Sedang 3.00 Kg 10. Teh atau Kopi Celup Sachet 1.00 4.00 Dus isi 25 75 gram 11. Bumbu-bumbuan (Nilai 1 s/d 10) 15.00 % JUMLAH II SANDANG 12. Celana panjang/rok Katun sedang 6/12 Potong 13. Kemeja lengan pendek/blouse Setara Katun 6/12 Potong 14. Kaos oblong/BH Sedang 6/12 Potong 15. Celana dalam Sedang 6/12 Potong 16. Sarung/kain panjang Sedang 1/12 Helai 17. Sepatu Kulit sintetis 2/12 Pasang 18. Sandal jepit Karet 2/12 Pasang 19. Handuk mandi 100 cm x 60 cm 1/12 Potong LAMPIRAN I :Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : PER-17/MEN/VIII/2005 Tanggal : 26 Agustus 2005 1

Upload: danielle-martin

Post on 19-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hukum

TRANSCRIPT

LAMPIRAN I :

PAGE 8

LAMPIRAN I : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : PER-17/MEN/VIII/2005Tanggal : 26 Agustus 2005

KOMPONEN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK UNTUK PEKERJA LAJANGDALAM SEBULAN DENGAN 3.000 K KALORI PER HARI

NoKomponenKualitas (Kua)/ JumlahSatuanHarga Satuan Nilai sebulan

KriteriaKebut(Rp)(Rp)

IMAKANAN DAN MINUMAN

1. Beras Sedang10.00Kg

2. Sumber Protein :

a. Dagingb. Ikan Segarc. Telur Ayam

SedangBaikTelur ayam ras

0.751.201.00

KgKgKg

3. Kacang-kacangan : tempe/tahu Baik4.50Kg

4. Susu bubuk Sedang0.90Kg

5. Gula pasir Sedang3.00Kg

6. Minyak goreng Curah2.00Kg

7. Sayuran Baik7.20Kg

8. Buah-buahan (setara psng/ppy) Baik7.50Kg

9. Karbohidrat lain (setara tepung terigu)Sedang3.00Kg

10. Teh atauKopi CelupSachet1.004.00Dus isi 2575 gram

11. Bumbu-bumbuan (Nilai 1 s/d 10)15.00%

JUMLAH

IISANDANG

12. Celana panjang/rok Katun sedang 6/12Potong

13. Kemeja lengan pendek/blouse Setara Katun 6/12Potong

14. Kaos oblong/BH Sedang6/12Potong

15. Celana dalamSedang6/12Potong

16. Sarung/kain panjang Sedang1/12Helai

17. Sepatu Kulit sintetis 2/12Pasang

18. Sandal jepit Karet2/12Pasang

19. Handuk mandi 100 cm x 60 cm 1/12Potong

20. Perlengkapan ibadah Sajadah,Mukena1/12Paket

JUMLAH

IIIPERUMAHAN

21. Sewa kamar Sederhana1.001 bulan

22. Dipan/tempat tidur No.3 polos 1/48Buah

23. Kasur dan bantal Busa1/48Buah

24. Seprei dan sarung bantal Katun2/12Set

25. Meja dan kursi 1 meja/4 kursi 1/48Set

26. Lemari pakaian Kayu sedang 1/48Buah

27. Sapu Ijuk sedang 2/12Buah

28. Perlengkapan makan

1. Piring makan

2. Gelas minum

3. Sendok dan garpu

PolosPolosSedang

3/123/123/12

BuahBuahPasang

29. Ceret alumuniumUkuran 25 cm 1/24Buah

30. Wajan alumunium Ukuran 32 cm 1/24Buah

31. Panci alumuniumUkuran 32 cm 2/12Buah

32. Sendok masak Alumunium1/12Buah

33. Kompor minyak tanah 16 sumbu 1/24Buah

34. Minyak tanahEceran10.00Liter

35. Ember plastik Isi 20 liter 2/12Buah

36. Listrik 450 watt 1.00Bulan

37. Bola lampu pijar/neon 25 watt/15 watt 6/12atau 3/12 Buah

38. Air Bersih Standar PAM 2.00Meter kubik

39. Sabun cuci Cream/deterjen 1.50Kg

JUMLAH

IVPENDIDIKAN

40. Bacaan/radioTabloid/4 band 4 atau1/48 Eks atauBuah

JUMLAH

VKESEHATAN

41. Sarana Kesehatan :

a. Pasta gigi

b. Sabun mandi

c. Sikat gigi

d. Shampo

e. Pembalut ataualat cukur 80 gram 80 gramProduk lokalProduk lokalisi 10 1.002.003/121.001.001.00TubeBuahBuahBtl 100 mlDusset

42. Obat anti nyamuk Bakar3.00Dus

43. Potong rambut di tukng cukur/salon 6/12kali

JUMLAH

VITRANSPORTASI

44. Transport kerja dan lainnya Angkutan umum 30.00Hari (PP)

JUMLAH

VIIREKREASI DAN TABUNGAN

45. Rekreasi Daerah sekitar 2/12 Kali

46. Tabungan

(2% dari nilai 1 s/d 45)

JUMLAH

JUMLAH (I+II+III+IV+V+VI+VII)

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 26 Agustus 2005

MENTERITENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASIREPUBLIK INDONESIA,

ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya:

Kepala Biro Hukum,

Myra M. HanartaniNIP. 160025858

PERATURAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PER-03/MEN/I/2005

TENTANG

TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN

DEWAN PENGUPAHAN NASIONAL

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASIREPUBLIK INDONESIA

Menimbang:

bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 13 ayat (6) Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan, perlu diatur mengenai Cara Pengusulan Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional dengan Peraturan Menteri;

Mengingat

:1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);

2.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan;3.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;Memperhatikan-:1.Pokok-pokok Pikiran Sekretariat Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional tanggal 2 Desember 2004;

2.Kesepakatan Rapat Pleno Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional tanggal 13 Desember 2004;MEMUTUSKAN :Menetapkan:

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN NASIONAL.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1.

Dewan Pengupahan Nasional yang selanjutnya disebut Depenas adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat triparti.

2.

Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik diperusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, dan tanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

3.

Organisasi pengusaha adalah Asosiasi Pengusaha Indonesia(APINDO).

4.

Perguruan Tinggi adalah Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta.

5.

Pakar adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan pengalaman di bidang pengupahan.

6.

Menten adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

BAB IIKEANGGOTAAN

Bagian Pertama

Jumlah Anggota

Pasal 2

Anggota Dewan Pengupahan Nasional berjumlah 23 (dua puluh tiga) orang, yang terdiri dari :

a. unsur pemerintah sebanyak 10 (sepuluh) orang;b. unsur serikat pekerja/serikat buruh sebanyak 5 (lima) orang;c. unsur organisasi pengusaha sebanyak 5 (lima) orang;dand. unsur perguruan tinggi dan pakar sebanyak 3 (tiga) orang.

Bagian keduaKeterwakilan Masing-masing Unsur

Pasal 3

(1)

Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional dan unsur pemerintah terdiri dari :

a. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebanyak 3(tiga) orang;b. Kantor Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian 1(satu) orang;c. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 1(satu) orang;d. Badan Pusat Statistik 1(satu) orang;e. Departemen Perindustrian 1 (orang);f. Departemen Perdagangan 1 (satu) orang;g. Departemen Pertanian 1(satu) orang;h. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 1(satu) orang.

(2)

Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional dari unsur organisasi pengusaha diwakili oleh APINDO.

(3)

Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional dari unsur serikat pekerja/serikat buruh ditetapkan sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP. 16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP. 201/MEN/2001 tentang Keterwakilan Dalam Kelembagaan Hubungan Industrial.

(4)

Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional dari unsur perguruan tinggi dan pakar terdiri dari :

a. Akademis;b. Pakar Ekonomi.

BAB IIIPROSEDUR PENGUSULAN KEANGGOTAAN

Bagian Kesatu

Unsur Pemerintah

Pasal 4Calon anggota Dewan Pengupahan Nasional dari unsur Departemen Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi, Perguruan Tinggi dan Pakar ditunjuk oleh Menteri.

Pasal 5Permintaan nama calon anggota dari instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), huruf b sampai dengan huruf h disampaikan oleh Menteri kepada Pimpinan Departemen atau Kementrian atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan.

Bagian KeduaUnsur Organisasi Pengusaha

Pasal 6Permintaan nama calon anggota dari organisasi pengusaha sebagimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), disampaikan oleh Menteri kepada Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (DPN APINDO).

Bagian KetigaUnsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh

Pasal 7

(1)

Permintaan nama calon anggota dari unsur serikat pekerja/serikat buruh disampaikan oleh Menteri kepada serikat pekerja/serikat buruh yang berhak duduk di Dewan Pengupahan Nasional.

(2)

Penentuan serikat pekerja/serikat buruh yang berhak duduk di Dewan Pengupahan Nasional sebagaimana dimakdwsud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP. 201/MEN/2001 tentang Keterwakilan Dalam Kelembagaan Hubungan Industrial.

BAB IVSUSUNAN KEANGGOTAAN

Pasal 8

Susunan keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional yang diusulkan oleh Menteri kepada Presiden:

a.

Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagai Ketua merangkap anggota;

b.

satu orang wakil dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) sebagai wakil ketua merangkap anggota;

c.

satu orang wakil dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh sebagai wakil ketua merangkap anggota;

d.

Direktur Pengupahan, Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagai sekretaris merangkap anggota ;

e.

anggota.

Pasal 9Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 31-1-2005

MENTERITENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASIREPUBLIK INDONESIA,

FAHMI IDRIS

HOME |Glossary | Contact Web MasterRedaksi Website http://www.nakertrans.go.id - Jl. TMP Kalibata 17 Jakarta Selatan, [email protected] Depnakertrans - All Rights Reserved

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIANOMOR : PER.09/MEN/V/2005

TENTANG

TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN PELAKSANAANPENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 179 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan perlu diatur mengenai Tata Cara PenyampaianLaporan PelaksanaanPengawasan Ketenaga kerjaan dengan Peraturan Menteri;

Mengingat:1.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 Dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4 ) ;

2.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2819 ) ;

3.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) ;

4.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce ( Konvensi ILO Nomor 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan) ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4309));

5.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;

MEMUTUSKAN

Menetapkan:PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN PELAKSANAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1.

Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

2.

Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus yang ditunjuk oleh Menteri dan diserahi tugas mengawasi serta menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

3.

Laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan adalah laporan yang memuat hasil kegiatan dan evaluasi pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan baik laporan individu pegawai pengawas ketenagakerjaan maupun laporan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan.

4.

Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pusat adalah unit kerja pelaksana yang menjalankan tugas dan fungsi pengawasan ketenagakerjaan pada Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

5.

Instansi di Kabupaten/Kota adalah instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota.

6.

Instansi di Provinsi adalah instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan di Provinsi.

7.

Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan Kabupaten/Kota atau Provinsi adalah unit kerja pelaksana yang menjalankantugas dan fungsi di bidang pengawasan ketenagakerjaan pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota atau Provinsi.

8.

Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan..

9.

Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Pasal 2(1). Instansi di Kabupaten/Kota mengumpulkan, mengolah, mencatat dan menyimpan serta menyajikan data pengawasanketenagakerjaan. (2). Data pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a. Pegawai pengawas ketenagakerjaan ; b. Objek pengawasan ketenagakerjaan ; c. Objek pengawasan norma jamsostek ; d. Kegiatan pemeriksaan dan pengujian ; e. Perijinan objek pengawasan ketenagakerjaan ; f. Jenis kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja ; g. Jenis pelanggaran dan tindak lanjut ; h. Penyidikan.Pasal 3

(1).Pegawai pengawas ketenagakerjaan secara induvidual wajib membuat laporan setiap kegiatan pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. (2).Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menggunakan formulir yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.(3).Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada atasan langsung pegawai pengawas ketenagakerjaan yang bersangkutan setiap selesai melaksanakan tugas atau setiap tahap penyelesaian untuk kegiatan yang bersifat berkelanjutan.

Pasal 4

(1).

Berdasarkan laporan individu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) instansi di Kabupaten/Kota menyampaikanlaporan pelaksanaan pengawasan kepada instansi di Provinsi.

(2).

Instansi di Provinsi menyusun rekapitulasi laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan dari instansi dimasing-masing Kabupaten/Kota di wilayah provinsi yang bersangkutan.

(3).

Instansi di Provinsi menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) kepada Direktur jenderal.

(4).

Direktur Jenderal menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan secara nasional kepada Menteri.

(5).

Dalam hal unit kerja pengawasan ketenagakerjaan tidak berada dalam lingkup tugas dan tanggung jawab instansi di Kabupaten/Kota atau di Provinsi maka unit kerja pengawasan tersebut menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan kepada instansi di Provinsi atau Direktur Jenderal.

Pasal 5

(1).

Laporan unit pengawasan ketenagakerjaan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) menggunakan formulir sebagaimana terlampir dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(2).

Laporan unit pengawasan ketenagakerjaan Provinsi sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) menggunakan formulirsebagaimana terlampir dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

Pasal 6

(1).

Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan pengawasan ketenagakerjaan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan.

(2).

Dalam keputusan skorsing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Direktur Jenderal menetapkan kewajiban yang harus dipenuhi PPTKIS selama menjalani skorsing.

(3).

Dalam hal masa telah berakhir dan PPTKIS belum juga melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri mencabut SIPPTKI. Pasal 7(1).

Peraturan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 25 Mei 2005

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

ttdFAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum, Myra M. HanartaniNIP. 160.025.858

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lampiran I (format pdf) 2. Lampiran II (format pdf)