lampiran-permenaker
DESCRIPTION
hukumTRANSCRIPT
LAMPIRAN I :
PAGE 8
LAMPIRAN I : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : PER-17/MEN/VIII/2005Tanggal : 26 Agustus 2005
KOMPONEN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK UNTUK PEKERJA LAJANGDALAM SEBULAN DENGAN 3.000 K KALORI PER HARI
NoKomponenKualitas (Kua)/ JumlahSatuanHarga Satuan Nilai sebulan
KriteriaKebut(Rp)(Rp)
IMAKANAN DAN MINUMAN
1. Beras Sedang10.00Kg
2. Sumber Protein :
a. Dagingb. Ikan Segarc. Telur Ayam
SedangBaikTelur ayam ras
0.751.201.00
KgKgKg
3. Kacang-kacangan : tempe/tahu Baik4.50Kg
4. Susu bubuk Sedang0.90Kg
5. Gula pasir Sedang3.00Kg
6. Minyak goreng Curah2.00Kg
7. Sayuran Baik7.20Kg
8. Buah-buahan (setara psng/ppy) Baik7.50Kg
9. Karbohidrat lain (setara tepung terigu)Sedang3.00Kg
10. Teh atauKopi CelupSachet1.004.00Dus isi 2575 gram
11. Bumbu-bumbuan (Nilai 1 s/d 10)15.00%
JUMLAH
IISANDANG
12. Celana panjang/rok Katun sedang 6/12Potong
13. Kemeja lengan pendek/blouse Setara Katun 6/12Potong
14. Kaos oblong/BH Sedang6/12Potong
15. Celana dalamSedang6/12Potong
16. Sarung/kain panjang Sedang1/12Helai
17. Sepatu Kulit sintetis 2/12Pasang
18. Sandal jepit Karet2/12Pasang
19. Handuk mandi 100 cm x 60 cm 1/12Potong
20. Perlengkapan ibadah Sajadah,Mukena1/12Paket
JUMLAH
IIIPERUMAHAN
21. Sewa kamar Sederhana1.001 bulan
22. Dipan/tempat tidur No.3 polos 1/48Buah
23. Kasur dan bantal Busa1/48Buah
24. Seprei dan sarung bantal Katun2/12Set
25. Meja dan kursi 1 meja/4 kursi 1/48Set
26. Lemari pakaian Kayu sedang 1/48Buah
27. Sapu Ijuk sedang 2/12Buah
28. Perlengkapan makan
1. Piring makan
2. Gelas minum
3. Sendok dan garpu
PolosPolosSedang
3/123/123/12
BuahBuahPasang
29. Ceret alumuniumUkuran 25 cm 1/24Buah
30. Wajan alumunium Ukuran 32 cm 1/24Buah
31. Panci alumuniumUkuran 32 cm 2/12Buah
32. Sendok masak Alumunium1/12Buah
33. Kompor minyak tanah 16 sumbu 1/24Buah
34. Minyak tanahEceran10.00Liter
35. Ember plastik Isi 20 liter 2/12Buah
36. Listrik 450 watt 1.00Bulan
37. Bola lampu pijar/neon 25 watt/15 watt 6/12atau 3/12 Buah
38. Air Bersih Standar PAM 2.00Meter kubik
39. Sabun cuci Cream/deterjen 1.50Kg
JUMLAH
IVPENDIDIKAN
40. Bacaan/radioTabloid/4 band 4 atau1/48 Eks atauBuah
JUMLAH
VKESEHATAN
41. Sarana Kesehatan :
a. Pasta gigi
b. Sabun mandi
c. Sikat gigi
d. Shampo
e. Pembalut ataualat cukur 80 gram 80 gramProduk lokalProduk lokalisi 10 1.002.003/121.001.001.00TubeBuahBuahBtl 100 mlDusset
42. Obat anti nyamuk Bakar3.00Dus
43. Potong rambut di tukng cukur/salon 6/12kali
JUMLAH
VITRANSPORTASI
44. Transport kerja dan lainnya Angkutan umum 30.00Hari (PP)
JUMLAH
VIIREKREASI DAN TABUNGAN
45. Rekreasi Daerah sekitar 2/12 Kali
46. Tabungan
(2% dari nilai 1 s/d 45)
JUMLAH
JUMLAH (I+II+III+IV+V+VI+VII)
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 26 Agustus 2005
MENTERITENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASIREPUBLIK INDONESIA,
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya:
Kepala Biro Hukum,
Myra M. HanartaniNIP. 160025858
PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PER-03/MEN/I/2005
TENTANG
TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN
DEWAN PENGUPAHAN NASIONAL
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASIREPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 13 ayat (6) Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan, perlu diatur mengenai Cara Pengusulan Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional dengan Peraturan Menteri;
Mengingat
:1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
2.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan;3.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;Memperhatikan-:1.Pokok-pokok Pikiran Sekretariat Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional tanggal 2 Desember 2004;
2.Kesepakatan Rapat Pleno Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional tanggal 13 Desember 2004;MEMUTUSKAN :Menetapkan:
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN NASIONAL.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1.
Dewan Pengupahan Nasional yang selanjutnya disebut Depenas adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat triparti.
2.
Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik diperusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, dan tanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
3.
Organisasi pengusaha adalah Asosiasi Pengusaha Indonesia(APINDO).
4.
Perguruan Tinggi adalah Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta.
5.
Pakar adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan pengalaman di bidang pengupahan.
6.
Menten adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
BAB IIKEANGGOTAAN
Bagian Pertama
Jumlah Anggota
Pasal 2
Anggota Dewan Pengupahan Nasional berjumlah 23 (dua puluh tiga) orang, yang terdiri dari :
a. unsur pemerintah sebanyak 10 (sepuluh) orang;b. unsur serikat pekerja/serikat buruh sebanyak 5 (lima) orang;c. unsur organisasi pengusaha sebanyak 5 (lima) orang;dand. unsur perguruan tinggi dan pakar sebanyak 3 (tiga) orang.
Bagian keduaKeterwakilan Masing-masing Unsur
Pasal 3
(1)
Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional dan unsur pemerintah terdiri dari :
a. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebanyak 3(tiga) orang;b. Kantor Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian 1(satu) orang;c. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 1(satu) orang;d. Badan Pusat Statistik 1(satu) orang;e. Departemen Perindustrian 1 (orang);f. Departemen Perdagangan 1 (satu) orang;g. Departemen Pertanian 1(satu) orang;h. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 1(satu) orang.
(2)
Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional dari unsur organisasi pengusaha diwakili oleh APINDO.
(3)
Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional dari unsur serikat pekerja/serikat buruh ditetapkan sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP. 16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP. 201/MEN/2001 tentang Keterwakilan Dalam Kelembagaan Hubungan Industrial.
(4)
Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional dari unsur perguruan tinggi dan pakar terdiri dari :
a. Akademis;b. Pakar Ekonomi.
BAB IIIPROSEDUR PENGUSULAN KEANGGOTAAN
Bagian Kesatu
Unsur Pemerintah
Pasal 4Calon anggota Dewan Pengupahan Nasional dari unsur Departemen Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi, Perguruan Tinggi dan Pakar ditunjuk oleh Menteri.
Pasal 5Permintaan nama calon anggota dari instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), huruf b sampai dengan huruf h disampaikan oleh Menteri kepada Pimpinan Departemen atau Kementrian atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan.
Bagian KeduaUnsur Organisasi Pengusaha
Pasal 6Permintaan nama calon anggota dari organisasi pengusaha sebagimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), disampaikan oleh Menteri kepada Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (DPN APINDO).
Bagian KetigaUnsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Pasal 7
(1)
Permintaan nama calon anggota dari unsur serikat pekerja/serikat buruh disampaikan oleh Menteri kepada serikat pekerja/serikat buruh yang berhak duduk di Dewan Pengupahan Nasional.
(2)
Penentuan serikat pekerja/serikat buruh yang berhak duduk di Dewan Pengupahan Nasional sebagaimana dimakdwsud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP. 201/MEN/2001 tentang Keterwakilan Dalam Kelembagaan Hubungan Industrial.
BAB IVSUSUNAN KEANGGOTAAN
Pasal 8
Susunan keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional yang diusulkan oleh Menteri kepada Presiden:
a.
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagai Ketua merangkap anggota;
b.
satu orang wakil dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) sebagai wakil ketua merangkap anggota;
c.
satu orang wakil dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh sebagai wakil ketua merangkap anggota;
d.
Direktur Pengupahan, Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagai sekretaris merangkap anggota ;
e.
anggota.
Pasal 9Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 31-1-2005
MENTERITENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASIREPUBLIK INDONESIA,
FAHMI IDRIS
HOME |Glossary | Contact Web MasterRedaksi Website http://www.nakertrans.go.id - Jl. TMP Kalibata 17 Jakarta Selatan, [email protected] Depnakertrans - All Rights Reserved
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIANOMOR : PER.09/MEN/V/2005
TENTANG
TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN PELAKSANAANPENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 179 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan perlu diatur mengenai Tata Cara PenyampaianLaporan PelaksanaanPengawasan Ketenaga kerjaan dengan Peraturan Menteri;
Mengingat:1.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 Dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4 ) ;
2.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2819 ) ;
3.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) ;
4.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce ( Konvensi ILO Nomor 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan) ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4309));
5.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
MEMUTUSKAN
Menetapkan:PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN PELAKSANAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1.
Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
2.
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus yang ditunjuk oleh Menteri dan diserahi tugas mengawasi serta menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
3.
Laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan adalah laporan yang memuat hasil kegiatan dan evaluasi pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan baik laporan individu pegawai pengawas ketenagakerjaan maupun laporan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan.
4.
Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pusat adalah unit kerja pelaksana yang menjalankan tugas dan fungsi pengawasan ketenagakerjaan pada Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
5.
Instansi di Kabupaten/Kota adalah instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota.
6.
Instansi di Provinsi adalah instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan di Provinsi.
7.
Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan Kabupaten/Kota atau Provinsi adalah unit kerja pelaksana yang menjalankantugas dan fungsi di bidang pengawasan ketenagakerjaan pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota atau Provinsi.
8.
Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan..
9.
Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Pasal 2(1). Instansi di Kabupaten/Kota mengumpulkan, mengolah, mencatat dan menyimpan serta menyajikan data pengawasanketenagakerjaan. (2). Data pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. Pegawai pengawas ketenagakerjaan ; b. Objek pengawasan ketenagakerjaan ; c. Objek pengawasan norma jamsostek ; d. Kegiatan pemeriksaan dan pengujian ; e. Perijinan objek pengawasan ketenagakerjaan ; f. Jenis kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja ; g. Jenis pelanggaran dan tindak lanjut ; h. Penyidikan.Pasal 3
(1).Pegawai pengawas ketenagakerjaan secara induvidual wajib membuat laporan setiap kegiatan pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. (2).Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menggunakan formulir yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.(3).Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada atasan langsung pegawai pengawas ketenagakerjaan yang bersangkutan setiap selesai melaksanakan tugas atau setiap tahap penyelesaian untuk kegiatan yang bersifat berkelanjutan.
Pasal 4
(1).
Berdasarkan laporan individu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) instansi di Kabupaten/Kota menyampaikanlaporan pelaksanaan pengawasan kepada instansi di Provinsi.
(2).
Instansi di Provinsi menyusun rekapitulasi laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan dari instansi dimasing-masing Kabupaten/Kota di wilayah provinsi yang bersangkutan.
(3).
Instansi di Provinsi menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) kepada Direktur jenderal.
(4).
Direktur Jenderal menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan secara nasional kepada Menteri.
(5).
Dalam hal unit kerja pengawasan ketenagakerjaan tidak berada dalam lingkup tugas dan tanggung jawab instansi di Kabupaten/Kota atau di Provinsi maka unit kerja pengawasan tersebut menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan kepada instansi di Provinsi atau Direktur Jenderal.
Pasal 5
(1).
Laporan unit pengawasan ketenagakerjaan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) menggunakan formulir sebagaimana terlampir dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(2).
Laporan unit pengawasan ketenagakerjaan Provinsi sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) menggunakan formulirsebagaimana terlampir dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
(1).
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan pengawasan ketenagakerjaan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan.
(2).
Dalam keputusan skorsing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Direktur Jenderal menetapkan kewajiban yang harus dipenuhi PPTKIS selama menjalani skorsing.
(3).
Dalam hal masa telah berakhir dan PPTKIS belum juga melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri mencabut SIPPTKI. Pasal 7(1).
Peraturan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di JakartaPada tanggal 25 Mei 2005
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
ttdFAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum, Myra M. HanartaniNIP. 160.025.858
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran I (format pdf) 2. Lampiran II (format pdf)