lampiran ii dokumentasi durianisasi desa pogog dan desa wisata durian unggul

15
1 PANITIA PEMBUATAN EMBUNG KHUSUS PETANI DURIAN DESA POGOG, WONOGIRI Ds. Pogog, Kel. Tengger, Kec. Puhpelem, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah. Telephone: 081-228-65-75-35 (via Mas Jiwo Pogog), 0852-937-690-34 (via Kang Rimo) Lampiran II: Photo dokumentasi kegiatan program Durianisasi desa Pogog dan Desa Wisata Buah Durian Unggul. Lampiran photo 1: Panen durian 2013 dan 2014 Mas jiwo Pogog dengan salah satu pohon durian unggul milik Kang Rimo. Pohon ini ditanam pada tahun 2009 berarti pohon ini termasuk generasi pertama. Photo ini diambil pada tahun 2013 di saat pohon berusia 4 tahun jalan ke 5. Hasil panen ini cukup mengejutkan warga desa Pogog karena belum pernah sebelumnya ada sebuah pohon durian dengan relatif muda usia

Upload: mas-jiwo-pogog

Post on 17-Aug-2015

54 views

Category:

Environment


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

1

PANITIA PEMBUATAN EMBUNG KHUSUS PETANI DURIAN DESA POGOG, WONOGIRIDs. Pogog, Kel. Tengger, Kec. Puhpelem, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah.Telephone: 081-228-65-75-35 (via Mas Jiwo Pogog), 0852-937-690-34 (via Kang Rimo)

Lampiran II:

Photo dokumentasi kegiatan program Durianisasi desa Pogog dan Desa Wisata Buah Durian Unggul.

Lampiran photo 1: Panen durian 2013 dan 2014

Mas jiwo Pogog dengan salah satu pohon durian unggul milik Kang Rimo. Pohon ini ditanam pada tahun 2009 berarti pohon ini termasuk generasi pertama. Photo ini diambil pada tahun 2013 di saat pohon berusia 4 tahun jalan ke 5.

Hasil panen ini cukup mengejutkan warga desa Pogog karena belum pernah sebelumnya ada sebuah pohon durian dengan relatif muda usia tetapi mampu berbuah sangat besar dari segi ukuran serta buah itu bisa dipanen dengan tangan karena letaknya yang cuma setinggi seorang anak saja. Karena ini adalah kali pertama terjadi di sana juga karena hasilnya yang memuaskan.

Warga setempat menjulukinya sebagai durian hias yang super. Di tahun yang sama, Durianisasi desa Pogog mendapatkan peliputan dari televisi swasta nasional di program Merajut Asa-nya Trans 7.

Page 2: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

2

Hasil panen durian 2014 yang disaksikan para petani dan tokoh masyarakat desa Pogog dengan rekor terberat adalah 9 kg per-biji. Catatan, bahwa sesungguhnya rekor terberat adalah 9,2 kg tetapi tidak bisa ditampilkan karena tidak sempat difoto.

Karena saking gedenya pongge durian Pogog maka telapak tangan menjadi terlalu kecil untuk menggenggamnya. Diperlukan sebuah piring untuk mewadahinya, sendok dan pisau untuk menikmatinya. Inilah tradisi baru bagaimana cara menikmati durian ala Pogog.

Page 3: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

3

Begitu rendah dan begitu indah. Pada beberapa pohon pertumbuhan buah durian itu bahkan sampai menyentuh tanah atau yang lebih ektrim lagi pertumbuhan itu bisa-bisa saja sampai masuk ke dalam tanah kalau tanah di bawah durian itu tidak digali. Warga desa sampai menjuluki sebagai sebagai ubi berduri.

Ini penampakan durian Pogog yang “cuma” seberat 7 kg dari rekor kita sebelumnya yakni 9,2 kg per-biji.

Page 4: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

4

Ucapan terima kasih kita haturkan kepada konsumen yang yang telah memilih durian hasil budidaya warga desa Pogog sebagai durian pilihan.

Lampiran photo 2: Pencanangan program Durianisasi dan Desa wisata durian unggul 2009

Kata penyemangat dari Mas Jiwo ketika penanaman bibit durian unggul mencapai angka yang ke-1.000:

Page 5: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

5

“Dengan tertanamnya bibit ke-1.000 ini maka impian kita untuk mewujudkan desa wisata durian yang masih di awang-awang itu maka pada hari ini telah diturunkan satu meter dari ketinggian dari langit sana”

Lampiran photo 3: semakin banyak petani yang menanam durian unggul di Pogog

“Tetaplah kalem - jangan kuatir, kita (para petani durian Pogog) sudah menanam 700 bibit durian (lagi) di Pogog tahun ini (2014)”.

Setiap tahun semakin banyak petani yang ikut program Durianisasi itu artinya terjadi penambahan populasi durian unggul yang di tanam di desa Pogog dan sekitarnya dengan jumlah antara 500 – 700 pohon pada setiap musim tanam.

Lampiran photo 4: desa Pogog saat kemarau

Page 6: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

6

Di desa Pogog ketika musim kemarau tiba semua permukaan tanah menjadi sangat ekstrim kering. Ketika tanah itu digali sedalam satu meter maka dipastikan tidak ada air tersimpan di dalam tanah. Jadi jika ada pohon telah berhasil hidup dan berbuahnya itu adalah bukti kerja keras warganya terutama pada saat kemarau dengan menyiraminya padahal air untuk siram-sirampun adalah barang mahal di sini. Seandainya warga desa dibuatkan embung itu artinya pemerintah telah membantu dengan mengurangi beban mereka saat kemarau sehingga energi bisa disalurkan kepada kegiatan kreatif lainnya. Selain itu juga berarti pemerintah telah memberi peluang untuk terciptanya potensi ekonomi baru bagi warganya.

Lampiran photo 5: pralonisasi, kita sudah bergerak tetapi debit air belum cukup

Page 7: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

7

Pralon, Pralonisasi dan instalasi program di dasar sungai Koang desa Pogog sebagai usaha memperoleh air untuk pengairan.

Setelah pralon terpasang dan membentang sejauh 4 km akhirnya kita mendapatkan air untuk penyiraman – meski cuma kurang setengah liter per-detik debitnya.

Lampiran photo 6: Embung Deret dalam sketsa:

Page 8: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

8

Embung Deret di dasar sungai Koang menurut pengertian kita adalah masuk akal untuk bisa diwujudkan. Selain karena letaknya yang sudah di posisi di atas desa Pogog juga masih masuk wilayah desa Pogog, kelurahan Tengger jadi secara hukum lebih mudah dikerjakan daripada memakai tanah kas desa milik kelurahan lain.

Mengapa tidak bisa memakai tanah kas desa sendiri untuk membuat embung? Hal ini disebabkan posisi tanah kas desa Pogog itu letaknya di bawah pedesaan sehingga tidak mungkin dilakukan pembuatan embung di sana sedangkan area yang membutuhkan air itu posisinya lebih atas.

Embung Deret juga diuntungkan oleh permukan dan karakter tanah di dasar dan di dinding sungai yang berupa tanah liat padat. Seperti diketahui tanah liat itu pori-porinya sangat rapat sehingga sangat baik untuk menyimpan air.

Lampiran photo 7: Embung Terpal yang biasa dipakai untuk pengairan agrowisata durian

Page 9: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

9

Berikut adalah jenis embung alternatif ke-2 berupa embung terpal yang biasa dipakai sebagai pengairan kebun-kebun buah khususnya durian. Jenis embung ini sudah jamak dan populer dipakai diberbagai kebun-kebun buah durian di wilayah Jawa. Begitu pula untuk desa Pogog embung jenis ini sangat diharap. Tetapi jenis embung ini hanya bisa dibuat diwilayah luar Pogog kelurahan Tengger kalau syarat utama lokasi adalah tanah kas desa. Mengapa? Karena lokasi tanah kas milik desa Pogog letaknya di bawah pedesaan jadi tidak mungkin memakai tanah kas sendiri. Jadi solusinya adalah, misalnya tukar tanah kas dengan desa lain yang terletak di atasnya. Tetapi kita yakin negara dalam hal ini pemerintah kabupaten Wonogiri pasti memiliki rencana tersendiri karena pemerintahlah yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk mewujudkan embung terpal ini bagi warga desa Pogog.

(Sumber photo: Yabortan, embung di Gunung Kidul, DIY – perbatasan dengan Wonogiri 2014).

Page 10: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

10

Page 11: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

11

Page 12: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

12

Page 13: Lampiran II Dokumentasi Durianisasi Desa Pogog dan Desa Wisata Durian Unggul

13

Lampiran photo 8: saat belajar budidaya sayur-mayur (justru) untuk musim kemarau

Photo saat belajar budidaya sayur mayur pada musim kemarau di suatu sentra sayur mayur yang secara prinsip cara ini juga bisa dikerjakan di desa Pogog. Beberapa warga desa juga sudah mencobanya dan berhasil meski cuma masih kecil-kecilan, karena terbatas oleh air yang dimiliki.

Sejak dari nenek moyang, warga desa Pogog adalah warga desa yang selamanya tidak pernah memiliki air yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari khususnya untuk keperluan tanaman mereka – meski kita juga percaya bahwa kita warga Pogog juga bukan satu-satunya yang mengalami yang demikian itu. Dan oleh karena itulah justru menjadikan warga desanya itu menjadi begitu kreatif dalam menyiasati dan penggunaan air yang sedikit itu.

Dan kalau sedianya kita warga Pogog jadi dibuatkan sebuah embung pengairan maka hal ini sama sekali tidak akan bikin rugi karena sumber daya manusianya kita telah siap. Kita yang di bawah sudah siap, tinggal menunggu kesigapan yang di atas. Kita akan berbeda dengan desa-desa lain yang sudah dibuatkan embung tetapi pemanfaatnya tidak bisa maksimal, karena yang bawah belum siap.

Kalau kita (jadi) dibuatkan embung maka akan muncul beberapa potensi ekonomi baru yang selama ini tidak muncul pada musim kemarau, saat musim-musim genting ekonomi, saat tidak banyak yang bisa di panen.

Ingin menjadi penyedia sayur mayur pada musim kemarau ini didasari satu pemikiran bahwa (justru) pada saat kemarau itu harga jual sayur mayur menjadi mahal atau justru saat tinggi-tingginya.

Sekian