lampiran

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susunan gigi-geligi yang rapi merupakan faktor penting yang berpengaruh dalam fungsi mastikasi, estetis, fungsi fonetik, dan kepercayaan seseorang. Banyak orang tua yang sadar akan pentingnya menjaga susunan gigi geligi anak-anaknya, sehingga perlu dilakukan perawatan pada masa pergantian gigi geligi untuk mencegah kasus maloklusi pada fase gigi permanen. Dalam tahap pertumbuhan gigi dan perkembangan oklusi, khususnya periode transisi pergantian gigi sulung menjadi gigi permanen terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lengkung gigi Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, hal ini dapat terjadi karena ketidaksesuaian antara lengkung gigi dan lengkung rahang. Keadaan ini terjadi baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gambaran klinisnya berupa crowding, protrusi, crossbite baik anterior maupun posterior. Berbagai jenis perawatan ortodonsi, termasuk perawatan ekstraksi seri pada fase geligi pergantian digunakan untuk mencegah dan merawat maloklusi.. Usia awal dimulainya perawatan, jenis alat yang digunakan, 1

Upload: midoriolshop

Post on 02-Feb-2016

68 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

sk 5

TRANSCRIPT

Page 1: LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Susunan gigi-geligi yang rapi merupakan faktor penting yang berpengaruh

dalam fungsi mastikasi, estetis, fungsi fonetik, dan kepercayaan seseorang.

Banyak orang tua yang sadar akan pentingnya menjaga susunan gigi geligi anak-

anaknya, sehingga perlu dilakukan perawatan pada masa pergantian gigi geligi

untuk mencegah kasus maloklusi pada fase gigi permanen. Dalam tahap

pertumbuhan gigi dan perkembangan oklusi, khususnya periode transisi

pergantian gigi sulung menjadi gigi permanen terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan lengkung gigi

Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, hal ini

dapat terjadi karena ketidaksesuaian antara lengkung gigi dan lengkung rahang.

Keadaan ini terjadi baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gambaran

klinisnya berupa crowding, protrusi, crossbite baik anterior maupun posterior.

Berbagai jenis perawatan ortodonsi, termasuk perawatan ekstraksi seri

pada fase geligi pergantian digunakan untuk mencegah dan merawat maloklusi..

Usia awal dimulainya perawatan, jenis alat yang digunakan, waktu yang

digunakan, dan biaya perawatan yang dikeluarkan tergantung dari tingkat

keparahan maloklusi yang akan dirawat. Pada sebagian besar kasus, umumnya

kerja sama pasien dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan

pengaturan jadwal kunjungan ke dokter gigi merupakan faktor utama kesuksesan

perawatan ortodonsi.

Berdasarkan pernyataan di atas, sebagai mahasiswa kedokteran gigi sudah

semestinya penulis memahami dengan benar, pemeriksaan untuk menegakkan

diagnosa, gejala DDM dan segala sesuatu mengenai ekstraksi seri meliputi tujuan,

indikasi dan kontraindikasi, penatalaksanaan, keberhasilan perawatan dan faktor

yang mempengaruhinya. Oleh sebab itu penulis menyusun laporan tutorial ini

dengan judul “ Ekstraksi Seri”.

1

Page 2: LAMPIRAN

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa ?

2. Apa saja gejala DDM ?

3. Apa saja tujuan ekstraksi seri ?

4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi ekstraksi seri ?

5. Bagaimana penatalaksanaan ekstraksi seri ?

6. Bagaimana keberhasilan perawatan ekstraksi seri ?

7. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan ekstraksi seri ?

1.3 Learning Objective

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pemeriksaan untuk

menegakkan diagnosa

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan gejala DDM

3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tujuan ekstraksi seri

4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi

ekstraksi seri

5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan bagaimana penatalaksanaan

ekstraksi seri

6. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan keberhasilan perawatan

ekstraksi seri

7. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi

keberhasilan perawatan ekstraksi seri

2

Page 3: LAMPIRAN

Berdesakan anterior RA

DDM

Ekstraksi Seri

PenatalaksanaanIndikasi & kontraindikasiTujuan

1.3 Mapping

3

Pemeriksaan

Rencana Perawatan

Keberhasilan

Page 4: LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Maloklusi

Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang

menyimpang dari bentuk normal. Menurut Salzman (1957), maloklusi adalah

susunan gigi dalam lengkung gigi, ataupun hubungan geligi dalam suatu susunan

lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi normal

pada kompleks maksilo-dentofasial. Anomali tersebut merupakan hal yang

kompleks dan tidak hanya disebabkan oleh karena satu sebab saja, tetapi

disebabkan oleh beberapa faktor yang saling bekerja sama. Suatu oklusi yang baik

pada geligi sulung belum tentu selalu diikuti oleh oklusi yang baik pada geligi

tetap. (Herniyati, et.al., 2013)

Untuk mengklasifikasikan maloklusi, terlebih dahulu harus dipahami

konsep dari oklusi normal. Oklusi normal adalah relasi molar kelas I, gigi terletak

dalam posisi normal, ideal dan dalam garis oklusi.

Menurut Moyers (1988), klasifikasi Angle merupakan sistem klasifikasi

pertama yang diterima secara umum dan lazim dipakai sampai sekarang. Angle

membuat klasifikasi ini dengan maksud untuk mengelompokkan maloklusi dalam

kelompok yang sejenis sehingga memudahkan identifikasi kelainan tersebut dan

menyeragamkan pembahasan.

Klasifikasi Angle dibagi empat grup (Proffit, et.al., 2007), yaitu :

a. Oklusi Normal :

Hubungan gigi molar pertama rahang atas dan molar pertama

rahang bawah yaitu puncak bonjol mesiobukal gigi molar pertama rahang

atas terletak pada bukal grove gigi molar pertama rahang bawah. Puncak

tonjol kaninus gigi rahang atas terletak pada titik pertemuan antara kaninus

bawah dengan premolar satu rahang bawah.

4

Page 5: LAMPIRAN

Gambar 1. Oklusi normal

b. Maloklusi kelas I Angle (Neutroclusion)

Puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang atas

berada pada buccal groove dari molar pertama tetap rahang bawah. Gigi

molar hubungannya normal, dengan satu atau lebih gigi anterior malposis,

crowding atau spacing mungkin terlihat. Ketidakteraturan gigi paling

sering ditemukan di regio rahang bawah anterior, erupsi bukal dari kaninus

atas, rotasi insisive dan pergeseran gigi akibat kehilangan gigi.

5

Page 6: LAMPIRAN

Gambar 2. Klas I Angle

c. Maloklusi kelas II Angle (Distoclusion)

Molar pertama tetap rahang atas terletak lebih ke mesial daripada

molar pertama tetap rahang bawah atau puncak tonjol mesiobukal gigi

molar pertama tetap rahang atas letaknya lebih ke anterior daripada buccal

groove gigi molar pertama tetap rahang bawah.

6

Page 7: LAMPIRAN

Gambar 3. Klas II Angle

d. Maloklusi kelas III Angle (Mesioclusion)

Gigi molar pertama tetap rahang atas terletak lebih ke distal dari

gigi molar pertama tetap rahang bawah atau puncak tonjol mesiobukal gigi

molar pertama tetap rahang atas letaknya lebih ke posterior dari buccal

groove gigi molar pertama tetap rahang bawah.

Gambar 4. Klas III Angle

Kriteria klasifikasi Angle yaitu :

• Gigi molar pertama rahang atas merupakan kunci oklusi

• Hubungan molar pertama rahang atas dengan molar pertama rahang

bawah,sebagai berikut : puncak tonjol gigi molar pertama rahang atas

terletak pada bukal groove gigi molar pertama rahang bawah

2.2 Ekstraksi Seri

Ekstraksi seri adalah suatu metode perawatan orthodonsi dalam periode

gigi pergantian untuk mencegah maloklusi pada gigi permanen dengan cara

melakukan pencabutan pada gigi-gigi yang dipilih pada interval waktu tertentu

7

Page 8: LAMPIRAN

serta menurut cara-cara yang telah direncanakan dengan observasi dan diagnosa

yang tepat dan teliti. Ini merupakan suatu prosedur yang memerlukan kesabaran

dan ketelitian yang lama tanpa memakai perawatan orthodonsi. Pencabutan

dilakukan pada gigi-geligi sulung dan diikuti dengan pencabutan gigi permanen

(Amirudin, 2002).

Prinsip ekstraksi seri dikenalkan oleh Rubert Bunon pada tahun 1473,

tetapi istilah ekstraksi seri dipopulerkan oleh Kjellgren pada tahun1940-an.

Ekstraksi seri hanya dapat menghilangkan gigi yang berdesakan di regio anterior,

tetapi tidak dapat memberikan hasil perawatan seperti yang dihasilkan dengan

perawatan secara komperhensif. (Pambudi, 2009)

Hal-hal yang perlu diperhatiakn dalam melakukan ekstraksi seri disusun

dalam suatu catatan dan dianalisa dengan lengkap sehingga diperoleh diagnosa

yang tepat dan rencana perawatan diperlukan. Sedangkan untuk menentukan

diagnosa yang tepat harus dilakukan pemeriksaan klinis, pembuatan model studi

dan foto periapikal. Keadaan lain yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan

ekstraksi seri yaitu :

Adanya ketidakseimbangan antara ukuran gigi dan struktur tulang

penyokong, apakah cukup ruangan untuk memperoleh susunan gigi yang

baik

Menetapkan apakan penderita dan orang tuanya mengerti bahwa

perawatan ekstraksi seri merupakan prosedur yang berlangsung terus

menerus lebih dari 4-5 tahun. Bila kerjasama yang baik antara pasien dan

operator tidak diharapkan, maka ekstraksi seri ini sebaiknya tidak

dilakukan. Perawatan ekstraksi seri yang tidak teratur lebih buruk daripada

tidak dilakukan perawatan sama sekali

Seorang ahli orthodonsi harus menyadari bahwa ekstraksi seri bukanlah

prosedur yang berurutan dengan pasti. Perawatan dapat diubah satu atau

beberapa kali selama periode pengamatan tergantung pada derajat

perbaikan yang terjadi, munculnya akibat lain dari maloklusi dan

kecepatan erupsi gigi permanen. (Amirudin, 2002)

8

Page 9: LAMPIRAN

Perawatan ini bila dilakukan dengan baik dapat memberikan beberapa

keuntungan, yaitu :

1. Insisive berdesakan secara alamiah menjadi normal

2. Mengurangi potensi kelainan iatrogenic

3. Meningkatkan kondisi psikologi pasien dan kepatuhan pasien yang

lebih baik karena adanya perbaikan letak gigi

4. Perawatan akhir dengan piranti cekat tidak membutuhkan waktu yang

lama yang secara tidak lansung mengurangi beban biaya dari pasien

(Pambudi, 2009)

BAB III

DISKUSI

3.1 Prosedur Diagnosis

Prosedur diagnosis ortodonsia diperlukan untuk mendapatkan diagnosis

yang tepat dari suatu maloklusi gigi. Beberapa analisis yang diperlukan meliputi :

analisis umum,analisis lokal, analisis fungsional, serta analisis model.

3.1.1 Analisis Umum

a. Identifikasi pasien :

- Nama pasien

9

Page 10: LAMPIRAN

- Jenis kelamin

- Umur / tanggal lahir

- Tempat tinggal / alamat

- Nama orang tua

b. Analisis umum

Bertujuan untuk mendapatkan informasi riwayat kesehatan atau medical

history dari penderita saat masih dalam kandungan sampai pada saat

penderita datang ke klinik. Beberapa pertanyaan yang bisa dinyatakan

pada penderita (didampingi orang tua) adalah :

- penyakit yang pernah diderita pada saat balita sampai sekarang

- penyakit yang pernah diderita orang tua saat mengandung

- pernahkah dilakukan operasi yang melibatkan daerah dento-facial

- trauma yang melibatkan daerah dento-facial

- bagaimana proses kelahiran (ada tidaknya trauma saat itu)

- bagaimana kesehatan umum penderita saat ini

- adanya perawatan khusus yang pernah dilakukan sehubungan dengan

penyakit tertentu

- pernah dilakukan rawat inap karena penyakit tertentu

- adanya malformasi yang didapat secara herediter atau kongenital

- adanya beberapa alergi yang diderita

- adanya kelainan dari saluran pernafasan

- berapa tinggi badan dan berat badan

- berasal dari kebangsaan atau suku mana

- motivasi penderita datang ke klinik untuk perawatan ortodonsia

3.1.2 Analisis Lokal

a. Ekstra Oral

10

Page 11: LAMPIRAN

Pemeriksaan ekstra oral yang pertama adalah tipe profil. Tipe profil terdiri

dari tiga macam yaitu cekung, lurus dan cembung. Adapun cara

pemeriksaannya dilihat dari arah samping penderita, kemudian ditarik garis

imajiner yang menghubungkan antara titik glabella-lip contour-symphisis.

- Tipe profil lurus, apabila titik glabella-lip contour-symphisis berada

dalam satu garis lurus

- Tipe profil cekung, apabila symphisis lebih ke anterior dibandingkan

gabella dan lip contour

- Tipe profil cembung, apabila symphisis lebih ke posterior

dibandingkan titik glabella dan lip contour.

11

Page 12: LAMPIRAN

Gambar 5. Berbagai tipe profil

Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan tipe kepala yang terdiri dari tiga

macam yaitu brachycephalic, dolicocephalic, dan mesocephalic. Tipe

kepala ini berhubungan dengan tipe muka dan bentuk lengkung geligi.

Adapun cara pemeriksaannya adalah penderita didudukkan pada posisi

paling rendah, kemudian dilihat dari atas dan diukur perbandingan antara

panjang dan lebar kepala. Pengukurannya dilakukan menggunakan Indeks

Cephalic (IC).

- Tipe brachycephalic mempunyai tipe muka lebar dan pendek,

sedangkan bentuk lengkung geliginya lebar

- Tipe dolicocephalic mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi

yang panjang dan sempit

- Tipe mesocephalic mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi

parabola. (Herniyati dkk, 2013)

12

Page 13: LAMPIRAN

Gambar 6. Berbagai tipe kepala

b. Intra Oral

Pemeriksaan intra oral terdiri dari :

1. Mukosa mulut

Setiap pemeriksaan gigi harus meliputi pemeriksaan pipi, palatum, lidah,

dan dasar mulut. Warna jaringan mukosa mulut merah muda, demikian

juga dengan gingiva, kontur mengikuti lengkung gigi, relative flat,

konsistensi kenyal serta permukaannya membentuk stippling pada

attached gingiva. Lidah diperiksa besarnya, normal atau makroglosi.

Pemeriksaan palatum dilakukan untuk melihat bentuk palatum apakah

palatumnya tinggi dan sempit. Hal ini berkaitan dengan salah satu tanda

terjadinya maloklusi.

13

Page 14: LAMPIRAN

2. Gigi gigi

Identifikasi gigi individual dengan berputar disetiap rahang. Gigi yang

tidak terlihat dalam mulut harus diperiksa dengan radiograf. Gigi tidak

terlihat atau tambahan serta kelainan lain harus diperhatikan. Kecuali

bila setiap gigi dapat diidentifikasi secara positif. Gigi insisivus yang

sedang erupsi dapat menunjukan bukti keadaan gigi berdesakan secara

dini. Walaupun overlapping yang sedikit dapat dihilangkan melalui

pertumbuhan yang akan meningkatkan lebar lengkung interkaninus

sampai kira-kira usia 9 tahun, overlap yang nyata dari titik kontak

menunjukan bahwa lengkungnya berjejal. Tanda gigi berdesaakan yang

paraah adalah rotasi atau pergeseran dari gigi yang sedaang erupsi dan

resorbsi akar caninus oleh insisivus lateral.

3. Kondisi gigi

Gigi dengan lesi karies yang dalam atau restorasi yang besar harus

diperiksa untuk menentukan prognosa jangka panjangnya. Hasil

pemeriksaan ini dapat mempengaruhi penentuan gigi yang akan dicabut.

4. Keadaan periodontal

Pada anak – anak gingivitis kronis biasanya disebabkan oleh kebersihan

mulut yang buruk. Kadang – kadang terlihat gingivitis hiperplasia pada

daerah insisivus atas. Keputusan dilakukan pencabutan ortodonti dapat

mempengaruhi kesehatan periodontal.

5. Bentuk dan kesimetrisan wajah

Asimetri memiliki peran penting terutama bila terjadi malrelasi rahang

misalnya crossbite bukal atau penyimpangan garis tengah. Bila ada

crossbite inklinasi lateral gigi – gigi harus diperiksa. Penyimpangan

garis tengah berperan penting tidak hanya untuk alasan estetik, tetapi

untuk mendapatkan oklusal gigi bukal yang baik.

14

Page 15: LAMPIRAN

6. Kebersihan rongga mulut

Standard kebersihan mulut merupakan indeks yang baik dari kesadaran

dan kerjasama pasien. Perawatan ortodonti aktif jangan dilakukan untuk

pasien dengan kebersihan mulut yang buruk, pertama karena

penggunaan pesawat dalam keadaan mulut yang kotor dapat

memperburuk kesehatan mulut dan kedua, karena kerjasama pasien

kurang memuaskan.

7. Frekuensi karies

Jika frekuensi karies tinggi perlu dirujuk ke bagian pedodonsia atau

konservasi.

8. Fase geligi

Fase geligi terdiri dari tiga yaitu fase geligi sulung (5-6 tahun), fase

geligi pergantian muda (6-8 tahun), fase geligi pergantian lanjut (8-12

tahun), dan fase geligi permanen (12-20 tahun). (Houston, 1989)

3.1.3 Analisis Fungsional

Analisis fungsional meliputi freeway space, path of closure, TMJ, dan pola

atrisi.

a. Freeway space

Adalah jarak inter-oklusal pada saat mandibula dalam posisi

istirahat. Cara pengukurannya adalah penderita didudukkan dalam posisi

istirahat, kemudian ditarik garis yangmenghubungkan antara titik di

ujung hidung dan dagu (paling anterior) dan dihitung berapa jaraknya.

Kemudian penderita dalam keadaan oklusi sentris dan ditarik garis yang

menghubungkan antara titik di ujung hidung dan ujung dagu (paling

anterior) dan dihitung berapa jaraknya.

Nilai FWS merupakan jarak pada saat posisi istirahat dikurangi

jarak pada saat oklusi sentris. Nilai normal menurut Houston (1989)

15

Page 16: LAMPIRAN

adalah 2-3mm. Nilai FWS dapat digunakan sebagai panduan untuk

melakukan pemberian peninggian gigit di posterior sehubungan dengan

adanya crossbite anterior.

b. Path of closure

Adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi

sentris. Path of closure dikatakan normal apabila gerakan mandibula ke

atas, ke depan dan ke belakang. Sedangkan yang tidak normal apabila

terdapat deviasi mandibula dan displacement mandibula.

c. TMJ

Cara pemeriksaannya adalah penderita didudukkan pada posisi

istirahat, diletakkan kedua jari telunjuk operator di bagian luar meatus

acusticus externus kiri dan kanan penderita kemudian diintruksikan

untuk membuka dan menutup mulutnya.

d. Pola atrisi

Pola atrisi dikatakan tidak normal apabila terjadi pengikisan

dataran oklusal gigipermanen pada usia fase geligi pergantian.

3.1.4 Analisa Model

Analisis model meliputi pemeriksaan bentuk lengkung gigi, jumlah lebar 4

insisive rahang atas, diskrepansi model, kurve of spee, pergeseran gigi-gigi, gigi

terletak salah, pergeseran garis median, kelainan kelompok gigi, relasi geligi

rahang atas terhadap geligi rahang bawah, relasi geligi anterior rahang atas dan

rahang bawah dan klasifikasi maloklusi menurut Angle.

3.1.5 Pemeriksaan Radiografi

a. Untuk membantu menegakkan diagnosa karies pada permukaan gigi yang

tidak bisa dilihat pada pemeriksaan klinis

b. Untuk mendeteksi kelainan perkembangan gigi (pola erupsi gigi)

16

Page 17: LAMPIRAN

c. Untuk menemukan gangguan khusus, misalnya kondisi jaringan periapikal

yang berhubungan dengan gigi non-vital atau yang mengalami trauma

d. Untuk melihat letak benih gigi permanen

e. Untuk melihat ada dan tidaknya benih gigi permanen (Andlaw dan Rock,

1992)

3. 2 Gejala DDM

Disharmoni dentomaksiler dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:

a. Tipe berdesakan, merupakan keadaan yang sering dijumpai yaitu ukuran

gigi-gigi yang berukuran besar pada lengkung geligi yang normal, atau

ukuran gigi normal pada lengkung geligi yang kecil sehingga

menyebabkan letak gigi berdesakan.

b. Diastema menyeluruh, tidak adanya harmoni antara besar gigi dan

lengkung gigi yaitu ukuran gigi kecil dengan lengkung geligi normal

ataupun ukuran gigi normal dengan lengkung geligi yang besar.

c. Tipe transitoir, ketidakharmonisan erupsi gigi dengan pertumbuhan

tulang yang menyebabkan gigi berdesakan. DDM tipe transitoir ini bisa

terkoreksi seiring bertambahnya usia karena pertumbuhan tulang rahang

dan ukuran gigi tetap, sehingga keterlambatan pertumbuhan maka tidak

dianjurkan melakukan pencabutan karena dapat menyebabkan diastema.

Untuk mendiagnosa DDM tipe transitoir bisa dilakukan perbandingan

antara gambaran normal gigi geligi saat itu dengan gambaran dari gigi

pasien. (Foster, 2003)

DDM Transitoir terjadi karena keterlambatan pertumbuhan skeletal namun

gigi sudah mulai tumbuh. Bisa dilihat dengan menggunakan foto rontgen

metacarpal yang bertujuan untuk melihat kondisi epifisis apakah sudah

menutup atau belum. (JADA, 2005)

17

Page 18: LAMPIRAN

Gejala DDM mulai dari fase geligi sulung sampai fase geligi permanen dapat

dilihat sebagai berikut :

a. Tidak terdapat monkey gaps atau diastema fisiologis di antara kedua insisf

pertama sulung.

b. Terkadang disertai dengan adanya rotasi dari gigi-gigi anterior sulung.

c. Pada umur 7 tahun terjadi resopsi dari insisif sentral dan lateral oleh insisif

permanen sehingga insisif lateral sulung dikatakan tanggal premature dan

nantinnya gigi penggantinya yaitu insisif lateral permanen tidak akan

mendapatkan tempat. Insisif lateral permanen dapat meresopsi caninus

sulung sehingga caninus sulung dikatakan tanggal premature dan nantinya

gigi penggantinya yaitu caninus permanen akan tumbuh di luar lengkung

atau ekstostem. (Herniyati dkk, 2003)

d. Ankylosis dengan gejala kekakuan sendi sehingga gigi tidak dapat oklusi

dengan baik. Keadaan ini biasanya disertai dengan gigi yang crowded

sehingga dapat berpengaruh pada TMJ.

e. Asimetri midline yang dipengaruhi oleh profil wajah. (Naragond dan

Kenganal, 2012)

c.3 Tujuan Ekstraksi Seri

a. Memberikan ruang yang cukup pada geligi permanen agar tumbuh pada

lengkung yang benar, terutama pada kasus crowded yang disebabkan

DDM. (Singh, 2007)

b. Memberikan oklusi yang lebih baik pada geligi permanen

c. Memperbaiki crossbite, asimetri wajah dan midline (Naragond dan

Kenganal, 2012)

d. Menuntun dan mengontrol erupsi gigi agar erupsi pada lengkung yang

benar

e. Mencegah impaksi gigi caninus permanen

f. Mencegah penggunaan alat ortodonsia (Kjellgren, 2007)

18

Page 19: LAMPIRAN

c.4 Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

- Adanya DDM 

- Pada fase geligi pergantian

- Perawatan hanya dapat dilakukan bila diyakini bahwa basis apikal

terlalu kecil untuk memuat semua geligi dalam lengkung yang rata.

- Tidak ada kelainan skeletal

- Maloklusi klas I Angle

- Overbite normal

- Kurang ruang lebih besar atau sama dengan 10 mm (crowded berat)

b. Kontra Indikasi

- Maloklusi klas I angle dengan kekurangan tempat yang kecil

- Maloklusi klas II divisi 2 dan klas III angle

- Openbite

- Crowded ringan

- Agenesis

- Diastema

- Deep overbite (McDonald, 2004)

- Anodonsia atau oligodonsia

- Midline diastema

- Cleft palate dan cleft lip

- Pasien dengan kelainan sistemik

- Karies yang luas hingga mengenai molar pertama permanen (Kenganal

dan Smitha, 2012)

19

Page 20: LAMPIRAN

c.5 Penatalaksanaan Ekstraksi Seri

Prosedur ekstraksi seri diawali dengan pengambilan kaninus desidui,

dilanjutkan dengan molar pertama desidui, dan terakhir dilakukan

pengambilan premolar pertama. Interval antar ekstraksi bervariasi antara 6-15

bulan. Setelah pengambilan kaninus pertama, terjadi self-corection posisi dan

kesejajaran gigi incisivus permanen. Pencabutan premolar pertama pada

maloklusi kelasi I dapat diabaikan; pada kasus ini pertumbuhan dapat

menyediakan ruang bagi gigi permanen dengan sendirinya. (McDonald, 2004)

a. Metode Dewel

Diindikasikan untuk mild crowding anterior dan tanggal prematur

unilateral / bilateral caninus sulung

- Stage I: Sekitar umur 8 1/2 tahun gigi caninus sulung dilakukan

pencabutan untuk memperbaiki crowded anterior dan insisive lateral

erupsi sesuai lengkung

- Stage II : Pada umur 9 1/2 tahun, ketika crowded insisiv sudah pada

lengkung yang benar dan premolar pertama akarnya sudah lebih dari

setengah secara radiografi, dilakukan ekstraksi molar pertama sulung

untuk mempercepat erupsi premolar pertama terlebih dahulu daripada

caninus permanen. Namun cara ini jarang berhasil jika dilakukan pada

rahang bawah karena urutan erupsi yang normal adalah caninus

permanen kemudian premolar pertama. Pada maloklusi klas I,

premolar pertama mungkin bisa impaksi sebagian di antara caninus

permanen dan mola kedua sulung.

- Stage III : Ekstraksi premolar pertama untuk memberi tempat caninus

permanen yang sesuai pada lengkung seharusnya. Keadaan ini

berfungsi untuk gigi rahang atas, dimana erupsi premolar pertama

lebih dahulu dibandingkan gigi caninus permanen. Sebelum premolar

pertama diekstraksi, semua kriteria diagnosa harus dievaluasi lagi

seperti status perkembangan molar ketiga. Jika molar ketiga tidak ada

secara konginetal, tidak perlu dilakukan ekstraksi premolar pertama

20

Page 21: LAMPIRAN

karena akan terdapat ruangan yang cukup. (Naragond dan Kenganal,

2012)

Modifikasi metode Dewel pada rahang bawah di mana caninus permanen

dapat lebih dahulu atau hampir bersamaan erupsi dengan premolar pertama

bila dievaluasi radiograf. Teknik enukleasi pada premolar pertama ketika

ekstraksi gigi molar pertama sulung dapat dilakukan namun kurang

dianjurkan. Modifikasi lain lebih dianjurkan yaitu melakukan pencabutan

molar kedua sulung sehingga memberikan tempat erupsi gigi premolar

pertama untuk erupsi lebih ke distal. Ketika gigi caninus permanen erupsi,

premolar satu dapat dilakukan pencabutan.

Selain itu, untuk menghindari enukleasi juga bisa dilakukan cara lain yaitu

mencabut molar pertama sulung. Setelah 6 bulan molar kedua sulung dicabut,

supaya premolar pertama erupsi agak ke distal diatas benih premolar kedua,

bila premolar pertama telah erupsi maka harus dicabut kemudian perlu

pemakaian space maintainer supaya molar pertama permanen tidak bergerak

ke mesial.

Premolar kedua biasanya erupsi secara normal menggantikan molar kedua

sulung. Ruangan bekas pencabutan premolar dipakai oleh kaninus permanen

yang bergeser ke distal, premolar kedua dan molar pertama permanen

bergeser ke mesial. Bila ekstraksi seri tidak diikuti oleh perawatan

komperhensif dengan piranti cekat maka tidak akan didapatkan susunan gigi

yang ideal, letak akar gigi yang tidak sejajar dan penutupan diastema tidak

berhasil dengan baik.

Apabila terjadi agenisi premolar pertama, cabut molar pertama sulung

kemudian kaninus permanen akan menempati tempat tersebut. Agenisi

premolar kedua bila kaninus permanen erupsi lebih dulu dari premolar

pertama maka cabut molar pertama sulung dan molar kedua sulung bersama-

sama agar kaninus sulung dan premolar pertama dapat erupsi agak ke distal

21

Page 22: LAMPIRAN

dan perlu dipasang space maintainer agar molar pertama permanen tidak

bergeser ke mesial. (Pambudi, 2009)

b. Metode Tweed’s

Digunakan jika terdapat diskrepansi antara gigi dan struktur rulang basal

dan pasien berumur 7,5-8,5 tahun. Mendekati umur 8 tahun, dilakukan

ekstraksi gigi molar pertama sulung sehingga memungkinkan

mempertahankan caninus sulung dan memperlambat erupsi caninus

permanen. 4-6 bulan setelah diekstraksi, premolar pertama akan erupsi

sampai gingiva. Saat mahkota premolar sudah berada di bawah tulang

alveolar secara radiografi, dilakukan ekstraksi premolar pertama dan caninus

sulung untuk memandu erupsi caninus permanen. Ketika caninus permanen

erupsi, ia akan migrasi ke posterior pada posisi yang bagus. (Naragond dan

Kenganal, 2012)

c. Metode Moyers

Diindikasikan untuk crowded pada gigi insisive central sedangkan erupsi

yang sesuai dari insisive lateral sulung

- Stage I : Ekstraksi insisive lateral sulung sehingga dapat membantu

kesejajaran insisive sentral

- Stage II : Ekstraksi caninus sulung setelah 7-8 bulan sehingga dapat

membantu menyediakan tempat dan kesejajaran insisive lateral

- Stage III : Ekstraksi molar pertama sulung sehingga menstimulasi

erupsi premolar 1

- Stage IV : Ekstraksi premolar pertama setelah 7-8 bulan untuk

menyediakan ruang gigi caninus dan menstimulasi erupsi caninus

c.6 Keberhasilan Perawatan Ekstraksi Seri

Perawatan ekstraksi seri dikatakan berhasil jika :

a. Semua tujuan ekstraksi seri tercapai

b. Tidak terdapat gigi berdesakan

22

Page 23: LAMPIRAN

c. Letak gigi mengalami perbaikan sesuai lengkung

d. Gigi permanen tidak terjadi maloklusi

e. Tidak terdapat diastema setelah perawatan

f. Maloklusi terkoreksi (Pambudi, 2009)

g. Setelah gigi permanen erupsi, gigi stabil dan relasi tetap (tidak relaps)

(Singh, 2015)

h. Ekstraksi seri dapat memperbaiki kebersihan rongga mulut

i. Eliminasi overbite (Naragond dan Kenganal, 2012)

c.7 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan

a. Prosedur penegakkan diagnosis harus dilakukan secara komprehensif.

Prinsip dasar diagnosis harus benar, jika diabaikan dapat menyebabkan

kesalahan rencana perawatan dan terjadi kegagalan.

b. Penatalaksanaan ekstraksi seri harus sesuai dengan waktunya agar keadaan

tidak bertambah parah

c. Hasil perawatan yang stabil dan gigi dibiarkan erupsi secara alami

(Naragond dan Kenganal, 2012)

d. Kekooperatifan pasien juga sangat mempengaruhi keberhasilan perawatan.

Pasien dan orang tua harus diberi informasi mengenai rencana perawatan

agar timbul motivasi dan dapat bekerja sama dengan baik dengan operator

(Profit, 2007)

23

Page 24: LAMPIRAN

LAMPIRAN

A. STEP 1

1. Rotasi sentris : keadaan gigi yang berputar. Titik putar berhimpit pada

sumbu gigi sehingga yang mengalami perputaran adalah sisi mesial

dan distal

2. DDM : ketidaksesuaian antara ukuran rahang dengan ukuran gigi yang

biasanya disebabkan faktor herediter

3. Ekstraksi seri : merupakan salah satu perawatan dalam bidang

ortodonsia. Pencabutan secara interval yaitu gigi sulung kemudian gigi

permanen yang dilakukan pada fase geligi campuran dan bertujuan

untuk mencegah maloklusi gigi permanen

4. Diskrepansi : tahapan analisa model dengan menghitung ruang yang

tersedia dan ruang yang dibutuhkan kemudian dihitung selisihnya

5. Neutroklusi : relasi cusp mesiobukal molar 1 RA berada pada bukal

grove molar 1 RB

6. Maloklusi : keabnormalan pada saat pasien melakukan oklusi, menurut

Angle dibagi menjadi 3 klas

7. Tanggal prematur : tanggalnya gigi sebelum waktunya, biasanya

karena penyakit atau trauma

8. Inklinasi : sudut antara bidang yang menjadi acuan dengan bidang

yang diukur kemiringannya

B. STEP 2

1. Apa saja tujuan dilakukan ekstraksi seri ?

2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi ekstraksi seri ?

3. Apa saja keuntungan dan kerugian ekstraksi seri ?

4. Dasar pertimbangan dilakukan ekstraksi seri ?

5. Apakah hubungan ekstraksi seri dengan berdesakan anterior ?

bagaimana prosedur ekstraksi seri ?

24

Page 25: LAMPIRAN

6. Apakah maloklusi klas II dan klas III bisa dilakukan ekstraksi seri ?

mengapa hanya maloklusi klas I Angle yang dapat dilakukan ekstraksi

seri ?

7. Apakah hubungan gigi 12 dan 22 rotasi sentris dengan tanggal

prematur gigi 53 dan 63 ?

8. Apa jenis perawatan yang dapat dilakukan selain ekstraksi seri ?

C. STEP 3

1. Tujuan dilakukan ekstraksi seri :

- Untuk mengatasi kekurangan tempat pada saat fase geligi

pergantian sehingga menghindari penggunaan alat cekat ortodonti

- Memberi ruang pada gigi permanen untuk tumbuh pada lengkung

yang benar agar tidak terjadi maloklusi

- Menghilangkan keadaan crowde pada gigi

- Mengatasi maloklusi

- Mengontrol pola erupsi gigi sehingga dapat memandu gigi yang

akan erupsi

2. a. Indikasi ekstraksi seri

- Maloklusi klas I Angle

- Crowded di anterior dan kekurangan tempat > 10mm

- Gigi caninus permanen belum erupsi

- Terdapat gejala DDM

- Tidak ada kelainan skeletal

- Dilakukan pada fase geligi pergantian

- Pasien kooperatif

b. Kontraindikasi ekstraksi seri

- Agenisi

- Deep bite terlalu parah sehingga harus dikoreksi terlebih dahulu

sebelum dilakukan ekstraksi seri

25

Page 26: LAMPIRAN

- Crowded ringan karena ada pertumbuhan lengkung rahang dan gigi

- Terdapat kelainan skeletal

- Profil wajah cekung / lurus, apabila dilakukan ekstraksi akan

bertambah cekung

- Terdapat diastema

- Terdapat kelainan sistemik seperti kelainan darah

- Keadaan osteomyelitis, cleft lip dan cleft palate

3. a. Keuntungan ekstraksi seri

- Setelah melakukan ekstraksi seri namun masih kekurangan tempat,

saat dipasang alat cekat tidak membutuhkan waktu lama dan dapat

menghemat biaya

- Gigi insisive dapat bergerak secara alami

- Mencegah erupsi caninus di luar lengkung

- Mengurangi karies di anterior akibat keadaan crowde

b. Kerugian ekstraksi seri

- Tempat yang disediakan untuk premolar 1 menyebabkan gigi

posterior bergerak ke mesial sehingga tempat caninus untuk erupsi

berkurang

- Apabila pasien kurang kooperatif dapat menyebabkan kondisi

maloklusi semakin parah

- setelah ekstraksi biasanya terbentuk jaringan parit yang

kemungkinan dapat menghalangi erupsi gigi premolar

- Rotasi premolar karena belum saatnya erupsi sehingga tidak

menempati lengkung yang benar

26

Page 27: LAMPIRAN

4. Dasar pertimbangan dilakukan ekstraksi seri

- Dilakukan pada fase geligi permanen karena dapat berdampak baik

apabila dilakukan pada saat yang tepat

- Pada pemeriksaan radiografi didapatkan gambaran pola erupsi

normal, ada / tidak benih gigi permanen dan bagaimana letaknya

(sesuai pada lengkung / tidak)

- Jika tidak dilakukan ekstraksi seri dapat menyebabkan insisive

lateral tumbuh ke arah palatal/ lingual

- Kekooperatifan pasien

- Dilihat riwayat penyakit orangtua

- Kondisi gigi yang masih baik

5. Hubungan ekstraksi dengan berdesakan anterior

Adanya kekurangan tempat sehingga diharapkan setelah dilakukan

ekstraksi seri, gigi caninus permanen dapat tempat untuk erupsi.

Prosedur ekstraksi seri :

- Ekstraksi caninus sulung sehingga dapat mengatasi keadaan

insisive yang crowded. Kemudian ekstraksi molar pertama sulung

menyebabkan premolar pertama erupsi. Ekstraksi molar kedua

sulung dan diberi space maintener

- Metode Tweed’s :

Molar pertama sulung diekstraksi namun caninus sulung tidak

diekstraksi untuk memperlambat erupsi caninus permanen. Saat

premolar pertama erupsi, caninus sulung diekstraksi. Premolar

pertama diekstraksi sehingga tersedia tempat untuk erupsi caninus

permanen.

6. Klas II dan klas III tidak dapat dilakukan ekstraksi seri karena

berhubungan dengan keseimbangan neuromuskular.

7. Saat gigi 11 dan 21 erupsi, ia akan meresopsi akar gigi 51 dan 61.

Karena kekurangan tempat, akar gigi 52 dan 62 ikut teresopsi.

27

Page 28: LAMPIRAN

Sehingga pada saat gigi 12 dan 22 akan erupsi, ia harus meresopsi gigi

53 dan 63 sehingga kedua gigi tersebut mengalami tanggal prematur.

Gigi 12 dan 22 yang erupsi sesuai dengan letak benihnya, yaitu kadang

bisa palatoversi atau rotasi sentris.

8. Selain ekstraksi seri, perawatan yang dapat dilakukan adalah

penggunaan alat lepasan atau ekspansi rahang namun hal tersebut

memerlukan waktu yang lama. Keuntungan dilakukan ekspansi adalah

tanpa ekstraksi sehingga dapat dilakukan pada pasien dengan kelainan

sistemik. Kombinasi alat lepasan dan ekstraksi seri apabila caninus

ekstrusi.

28

Page 29: LAMPIRAN

KESIMPULAN

Ekstraksi seri adalah suatu metode perawatan orthodonsi dalam periode

gigi pergantian untuk mencegah maloklusi pada gigi permanen dengan cara

melakukan pencabutan pada gigi-gigi yang dipilih pada interval waktu tertentu

serta menurut cara-cara yang telah direncanakan dengan observasi dan diagnosa

yang tepat dan teliti. Perawatan ini bertujuan untuk mengoreksi keadaan crowded

pada fase geligi pergantian sehingga saat fase geligi permanen tidak terjadi

maloklusi. Tindakan ini disebut ekstraksi seri karena secara garis besar dilakukan

pencabutan gigi sulung dan kemudian dilakukan pencabutan gigi permanen

Perawatan ekstraksi seri dikatakan berhasil jika keadaan maloklusi

terkoreksi dan tidak terjadi relaps dan terdapat faktor yang mempengaruhi

keberhasilan tersebut, mulai dari proses penegakkan diagnosa hingga

penatalaksanaan ekstraksi seri.

29

Page 30: LAMPIRAN

Daftar Pustaka

1. Andlaw, R. J. dan Rock, W.P. 1992. Perawatan Gigi Anak. Alih Bahasa:

Agus Djaya. Ed. 2. Jakarta: Widya Medika.

2. Finn, SB. 2003. Clinical Pedodontics 4th ed. Birmingham: WB Saunders Co.

3. Foster, T. D. 2003. Buku Ajar Orthodonsi. Jakarta: EGC.

4. Herniyati, dkk. 2003. Buku Ajar Orthodonsi 2 Edisi Pertama. Jember:

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

5. Herniyati, dkk. 2013. Buku Ajar Orthodonsi 1 Edisi Pertama. Jember:

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

6. Houston, W. J. B. 1989. Orthodontic Diagnosis. Jakarta : EGC.

7. JADA. 2005. Tooth Eruption Primary Teeth. Journal American Dental

Asosiation.

8. Kjellgren, Birger. 2007. European Journal of Orthodontics 29.

9. McDonald, dkk. 2004. Dentistry for the Child and Adolecent. St. Louis:

Mosby, Inc.

10.Naragond, Appasaheb dan Kenganal, Smitha. 2012. Serial Extraction-A

Review. Journal of Dental and Medical Sciences.

11.Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga University

Press.

12. Salzman, J. A. 1957. Orthodontics Principal And Prevention. Philadelphia: J.

B. Lippincott Company.

13. Singh, Gurkeerat. 2015. Textbook of ORTHODONTICS Third Edition. New

Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers., 574-576

30