laksamana r.e. martadinata

1
Laksamana R.E. Martadinata Ia dikenal sebagai sosok militer Angkatan Laut yang tegas dan keras kemauannya serta sangat menginginkan kesatuan dan persatuan yang utuh diantara segenap komponen di tubuh Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Itulah sebabnya jika terjadi perselisihan di tubuh ALRI, ia sering bertindak sebagai penengah sekaligus pendamai. Dia adalah Raden Edy Martadinata atau yang lebih dikenal dengan R.E. Martadinata. Ia dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, 29 Maret 1921. Setamat dari AMS (Algemene Middelbare School -SMA), ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pelayaran (Zeevaart School) di Surabaya pada zaman penjajahan Belanda. Pada zaman pendudukan Jepang, ia bekerja sebagai aspiran (calon) atau penerjemah di Sekolah Tinggi Pelayaran Semarang dan ketika Indonesia meraih kemerdekaannya, R.E. Martadinata turut membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat)-Laut Jawa Barat di bawah pimpinan Aruji Kartawina. BKR-Laut inilah yang merupakan cikal bakal ALRI Karena tindakannya itu, ia diangkat menjadi Kepala Staf Operasi pada markas besar ALRI di Yogyakarta. Ia juga ditugasi untuk mengepalai Pendidikan dan Latihan Opsir di Sarangan. Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf Komando Daerah Maritim Surabaya pada tahun 1950. R.E. Martadinata terlibat aktif dalam penumpasan berbagai pemberontakan yang terjadi pasca-kemerdekaan, dari pemberontakan Andi Azis di Ujung Pandang (Makassar) 5 April 1950 hingga pemberontakan PKI dengan gerakan 30 September-nya tahun 1965. Pada bulan Februari 1966, ia mengundurkan diri dari jabatan Menteri/Panglima Angkatan Laut (Men/Pangal) dan kemudian diangkat menjadi Duta Besar RI untuk Pakistan. Pada tanggal 6 Oktober 1966 ketika mengadakan perjalanan dari Jakarta ke Bandung, helikopter Allouette yang ditumpanginya mengalami kecelakaan di Riung Gunung. Peristiwa ini terjadi sehari setelah HUT ABRI ke-21. Jenazahnya dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Untuk menghormati jasa-jasanya, pada tanggal 7 Oktober 1966 Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui Keppres No. 220 tahun 1966.

Upload: gabe

Post on 21-Jan-2016

42 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Laksamana R.E. Martadinata - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Laksamana  R.E.  Martadinata

Laksamana R.E. MartadinataIa dikenal sebagai sosok militer Angkatan Laut yang tegas dan keras kemauannya serta sangat

menginginkan kesatuan dan persatuan yang utuh diantara segenap komponen di tubuh Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Itulah sebabnya jika terjadi perselisihan di tubuh ALRI, ia sering bertindak

sebagai penengah sekaligus pendamai. Dia adalah Raden Edy Martadinata atau yang lebih dikenal dengan R.E. Martadinata.

Ia dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, 29 Maret 1921. Setamat dari AMS (Algemene Middelbare School-SMA), ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pelayaran (Zeevaart School) di Surabaya pada zaman

penjajahan Belanda.Pada zaman pendudukan Jepang, ia bekerja sebagai aspiran (calon) atau penerjemah di Sekolah Tinggi

Pelayaran Semarang dan ketika Indonesia meraih kemerdekaannya, R.E. Martadinata turut membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat)-Laut Jawa Barat di bawah pimpinan Aruji Kartawina. BKR-Laut inilah yang

merupakan cikal bakal ALRIKarena tindakannya itu, ia diangkat menjadi Kepala Staf Operasi pada markas besar ALRI di Yogyakarta. Ia

juga ditugasi untuk mengepalai Pendidikan dan Latihan Opsir di Sarangan. Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf Komando Daerah Maritim Surabaya pada tahun 1950.

R.E. Martadinata terlibat aktif dalam penumpasan berbagai pemberontakan yang terjadi pasca-kemerdekaan, dari pemberontakan Andi Azis di Ujung Pandang (Makassar) 5 April 1950 hingga

pemberontakan PKI dengan gerakan 30 September-nya tahun 1965.Pada bulan Februari 1966, ia mengundurkan diri dari jabatan Menteri/Panglima Angkatan Laut

(Men/Pangal) dan kemudian diangkat menjadi Duta Besar RI untuk Pakistan.Pada tanggal 6 Oktober 1966 ketika mengadakan perjalanan dari Jakarta ke Bandung, helikopter Allouette

yang ditumpanginya mengalami kecelakaan di Riung Gunung. Peristiwa ini terjadi sehari setelah HUT ABRI ke-21. Jenazahnya dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Untuk menghormati jasa-jasanya, pada tanggal 7 Oktober 1966 Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui Keppres No. 220 tahun 1966.