lakip dinkes provinsi kalimantan selatan tahun 2018 filepelaksanaan program dan kegiatan di...

64

Upload: others

Post on 13-Oct-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 2: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat

taufiq dan hidayah-Nya jua Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dapat menyelesaikan

penyusunan dokumen Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun

2018. LAKIP merupakan suatu bagian dari pelaksanaan manajemen kinerja

dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Penyusunan

laporan kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Permenpan) Nomor 53 tahun 2014

tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara

Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini

merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja

yang telah dan seharusnya dicapai. Dalam laporan kinerja ini juga

menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah

dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan, untuk meningkatkan kinerjanya pada masa

mendatang.

Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan, telah menyelesaikan Laporan Kinerja tahun 2018 sebagai bentuk

akuntabilitas perjanjian kinerja yang dibuat pada awal tahun 2018. Secara garis

besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana

kinerja dan capaian kinerja sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra)

Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, disertai dengan faktor pendukung

dan penghambat capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan.

Untuk perbaikan laporan kinerja ini kami harapkan masukan dan saran

membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan di

tahun yang akan datang. Semoga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagaimana mestinya.

Banjarmasin, Januari 2018

Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan,

Dr. H. Muhamad Muslim, M.Kes

NIP. 19680311 198903 1 003

Page 3: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

IKHTISAR EKSEKUTIF

Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah, maka Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggung

jawaban kinerja yang telah dilaksanakan pada tahun 2018.

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program

Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi

masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang

didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2018 mengacu pada

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015.

Laporan kinerja disusun berdasarkan capaian kinerja tahun 2018

sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang terdiri

dari Indikator Kerja Utama (IKU). Sumber data dalam laporan ini diperoleh dari

Seksi-Seksi di Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2018.

Berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun 2018 antara Direktorat Jenderal

Kesehatan Masyarakat dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan memiliki 3 Indikator

Kinerja, (1) Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)

dengan capaian sebesar 77% (target 82%), (2) Persentase ibu hamil

Kurang Energi Kronik (KEK) sebesar 11,6% (target 19,7%), dan (3)

Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan

Lingkungan sebesar 38% (target 35%).

Realisasi anggaran di Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan meliputi anggaran dekonsentrasi kegiatan Pembinaan

Page 4: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Gizi Masyarakat sebesar 78,27%, kegiatan Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan

Masyarakat sebesar 86,85%, kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan

Olahraga sebesar 90,58%, kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga sebesar 82,08%,

kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sebesar 80,67%, dan

kegiatan Penyehatan Lingkungan sebesar 84,46%. Capaian kinerja penyerapan

anggaran Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat secara keseluruhan sebesar

81,52%. Keseluruhan indikator kinerja utama program kesehatan masyarakat

dilaksanakan di tingkat Puskesmas. Oleh karena itu alokasi anggaran tersebut

bertujuan untuk memastikan indikator tersebut berjalan sebagaimana mestinya

mulai dari level kebijakan, standar, pedoman dan evaluasi.

Page 5: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

IKHTISAR EKSEKUTIF ................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. v

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Maksud dan Tujuan ............................................................... 2

C. Visi, Misi dan Strategi ................................................................ 2

D. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................ 3

E. Potensi dan Permasalahan ...................................................... 5

F. Sistematika ....................................................................................... 6

BAB II PERJANJIAN KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA ............................. 8

A. Perjanjian Kinerja ................................................................. 9

B. Indikator Kinerja ....................................................................... 10

BAB III CAPAIAN KINERJA DAN REALISASI ANGGARAN ........................... 23

A. Capaian Kinerja .............................................................. 23

B. Realisasi Anggaran .............................................................. 59

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 60

A. Kesimpulan ...........................................................................................60

B. Saran ............................................................................................... 61

LAMPIRAN ..................................................................................................... 62

Page 6: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat ..................................... 9

Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2018 ...11

Tabel 3. Daftar Alokasi PMT bumil KEK Provinsi Kalimantan Selatan Tahun

2018 ............................................................................................................................... 12

Tabel 4. Daftar Alokasi PMT Bumil Sumber APBD Provinsi Kalimantan Selatan

tahun 2018 ......................................................................................................................17

Tabel 5. Hasil Inspeksi Kesling Pasar di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

................................................................................................................................ 24

Tabel 6. Persentase TPM yang memenuhi syarat Kabupaten/ Kota Tahun 2018.. 26

Tabel 7. Persentase RS yang melakukan Pengeluaran Limbah Medis sesuai

StandarTahun 2018 .................................................................................. 31

Page 7: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Capaian Persalinan di Fasilitas Kesehatan 2015-2018 ............................. 12

Grafik 2.Cakupan Persalinan di Fasilitas Kesehatan (Pf) Tahun 2017.................... 13

Grafik 3. Ibu Hamil yang mendapat PMT tahun 2018 ............................................. 16

Grafik 4. Pencapaian Indikator Ibu hamil KEK yang mendapat PMT tahun 2016-

2018 .............................................................................................................. 16

Grafik 5. Cakupan KN 1 Tahun 2015–2019 .......................................................... 19

Grafik 6. Kunjungan KN 1 Provinsi Kalimantan Selatan ......................................... 21

Grafik 7. Target dan Realisasi Indikator Persentase tempat-tempat umum yang

memenuhi syarat kesehatan tahun 2018 ................................................... 23

Grafik 8. Target dan Realisasi Indikator Persentase Tempat Pengelolaan makanan

yang Memenuhi syarat kesehatan tahun 2018 ……………………………………27

Grafik 9.Realisasi Per Kabupaten/Kota indikator Persentase Tempat pengelolaan

makanan yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2018 .......................... 20

Grafik 10. Target dan Realisasi RS yang melakukan pengelolaan limbah Medis

sesuai Standar Tahun 2018………………………………………… 31

Grafik 11. Persentase RS yang melakukan Pengelolaan Limbah medis sesuai

standar Kabupaten/Kota Tahun 2018……………………………………… 31

Page 8: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

DAFTAR SINGKATAN

KEK : Kurang Energi Kronik

KN1 : Kunjungan Neonatal Pertama

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Germas : Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

KIE : Komunikasi Informasi Edukasi

PF : Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

TTD : Tablet Tambah Darah

K4 : Kunjungan ke empat kali selama masa kehamilan

ASI : Air Susu Ibu

PPGBM : Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat

PMT : Pemberian Makanan Tambahan

STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

Renstra : Rencana Strategis

Fasyankes : Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Page 9: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,

senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui

pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas

dan terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

kesehatan dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif,

dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status

kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit;

(3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya

cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan

kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem

kesehatan. Berakhirnya pelaksanaan tugas tahun 2018 yang merupakan

awal tahun implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian

Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 02.02/Menkes/52/2015 tentang

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, yang mempunyai visi

“Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.” Pembangunan kesehatan

pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran

meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui

upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan

perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Page 10: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu

paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan

nasional: 1) pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi

pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif

preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan

kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan

kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan

kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi

berbasis risiko. Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan merupakan unit yang sangat berperan dalam

mewujudkan pilar pertama dalam Program Indonesia Sehat.

Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan

dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan

dalam bentuk penyusunan laporan kinerja.

Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja

Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil capaian indikator

kinerja dari masing-masing Seksi yang ada di lingkungan Bidang Kesehatan

Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan di tahun 2018.

Dengan perubahan Susunan Organisasi baru Permenkes Nomor 64

Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan maka

dilakukan perubahan dalam penyusunan perjanjian kinerja. Perjanjian kinerja

yang ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat terdiri dari 6 sasaran dan

30 indikator kinerja.

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan laporan kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan merupakan bentuk pertanggung

jawaban kinerja pada tahun 2018 dalam mencapai target dan sasaran program

Page 11: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan ditetapkan dalam

dokumen penetapan kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan oleh pejabat yang bertanggung jawab.

C. Visi, Misi dan Strategi

1. Visi

Visi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan mengikuti visi Gubernur

Kalimantan Selatan yaitu “Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih

Sejahtera, Berkeadilan, Berdikari dan Berdaya Saing.” Visi tersebut

mengandung makna bahwa kondisi Kalimantan Selatan pada Tahun 2021

berada dalam kondisi mapan, yang berarti (baik, tidak goyah, stabil). Dengan

visi Gubernur tersebut diharapkan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan mampu mendorong pembangunan berwawasan kesehatan dan

kemandirian masyarakat dalam mewujudkan lingkungan hidup yang sehat dan

berperilaku sehat serta mampu menggerakkan semua potensi yang ada dalam

menyediakan pelayanan kesehatan yang merata dan bermutu bagi semua

penduduk, guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

sebagai perwujudan hak asasi manusia di bidang kesehatan.

2. Misi

Upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui misi pembangunan,

yaitu :

1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang agamis, sehat, cerdas dan

terampil,

2. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang profesional dan berorientasi

pada pelayanan publik,

3. Memantapkan kondisi sosial budaya daerah yang berbasis kearifan lokal,

4. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang mendukung percepatan

pengembangan ekonomi dan sosial budaya,

5. Mengembangkan daya saing ekonomi daerah yang berbasis sumberdaya

Lokal, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

Page 12: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

3. Tujuan

Terlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di

lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan dalam rangka terselenggaranya pembangunan

kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna agar meningkatnya

status kesehatan masyarakat.

4. Nilai-nilai

Guna mewujudkan visi dan misi serta rencana strategis pembangunan

kesehatan, Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah

dirumuskan dalam Renstra Kementerian Kesehatan, antara lain:

a. Pro Rakyat;

b. Inklusif;

c. Responsif;

d. Efektif;

e. Bersih.

5. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan

upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama

melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan

sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan.

Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2015-2019, meliputi:

a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan

Lanjut Usia yang Berkualitas.

b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.

c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan.

d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Page 13: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

6. Sasaran

Sasaran Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan, adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat.

7. Indikator Kinerja

Indikator kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan, yaitu:

a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF);

b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK); dan

c. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas Kesehatan

Lingkungan.

8. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 72

Tahun 2016, tugas pokok Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan adalah melaksanakan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan operasional, mengkoordinasikan, memantau,

mengevaluasi, dan menyusun laporan program Kesehatan Keluarga, Gizi

Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Kesehatan masyarakat

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Peyusunan rencana pelaksanaan tugas bidang kesehatan masyarakat;

2. Penyiapan perumusan kebijakan operasional program kesehatan

keluarga, gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat,

kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;

3. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional program kesehatan

keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat,

kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;

4. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi program kesehatan keluarga,

gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan

Page 14: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;

5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan program kesehatan keluarga, gizi

masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;

6. Menghadiri rapat teknis bidang kesehatan masyarakat;

7. Pengevaluasian pelaksanaan tugas bidang kesehatan masyarakat, dan

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala dinas.

Fungsi tersebut dilaksanakan oleh organisasi dengan susunan:

a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;

b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;

c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga.

9. Potensi dan Permasalahan

Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input

dalam menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan. Saat

ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan sudah

cukup baik, akan tetapi Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi.

Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan

kesehatan ibu hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil

yang tidak sehat dan 6ndica determinan lainnya. Penyebab utama kematian

ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum, selain itu

penyebab karena lain-lain juga semakin meningkat. Penyebab ini dapat

diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik,

sehingga mampu menskrining kelainan pada ibu hamil sedini mungkin.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak

sehat antara lain adalah, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi,

malaria, TB, HIV, Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun,

terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak

anaknya > 3 tahun). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun

telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun

sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang

menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat

Page 15: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin.

Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah

jumlah tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan

sudah tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum

memadai. Demikian juga secara kuantitas, jumlah Puskesmas PONED

dan RS PONEK meningkat namun belum diiringi dengan peningkatan

kualitas pelayanan. Peningkatan kesehatan ibu sebelum hamil terutama pada

masa remaja, menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan AKB.

Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja,

penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah

yang meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10%

selama 5 tahun terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi

pada umur 31-45 tahun. Oleh karena itu program kesehatan usia kerja

harus menjadi prioritas, agar sejak awal faktor risiko sudah bisa

dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja adalah mengembangkan

pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan keselamatan dan kesehatan

kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan Kerja

sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan

kelompok pekerja rentan seperti nelayan, TKI, dan pekerja perempuan.

Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini,

selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi

juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu

kita dihadapi dengan masalah stunting. Stunting terjadi karena

kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh

tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang

maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam

kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis

yang menentukan masa depannya, dan pada periode itu anak Indonesia

menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius. Yang menjadi masalah,

lewat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati.

Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik untuk memahami

pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta

Page 16: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

dalam komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan

stunting, maka Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan

(terhitung sejak konsepsi hingga anak berusia 2 tahun) dalam

menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena masalah gizi tidak

hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik)

tetapi juga oleh sektor di luar kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini

tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang

Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

10. Sistematika

Sistematika penulisan laporan kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut :

• Kata Pengantar

• Ikhtisar Eksekutif

• BAB I

Penjelasan umum organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, penjelasan aspek strategis

organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang

dihadapi organisasi.

• BAB II

Menjelaskan uraian ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Bidang

Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

tahun 2018.

• BAB III

Penyajian capaian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan untuk setiap pernyataan kinerja sasaran

strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi,

dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut: Membandingkan

antara target dan realisasi kinerja tahun ini; Membandingkan realisasi

kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang

terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Analisis

Page 17: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta

9ndicator9e solusi yang telah dilakukan; Analisis atas efisiensi penggunaan

sumber daya; Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan

ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja dan melakukan analisa

realisasi anggaran.

• BAB IV

Pada bab penutup ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja

organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan

organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

• LAMPIRAN

Perjanjian Kinerja.

Page 18: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

BAB II

PERJANJIAN KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA

A. Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan telah ditetapkan dalam dokumen penetapan

kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/perjanjian

kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu

dengan didukung sumber daya yang tersedia.

Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi

kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan

sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada

masyarakat Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2018 yang telah

ditanda tangani bersama oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Selatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat berisi

Indikator, antara lain: persentase ibu hamil KEK yang mendapat PMT,

persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif, persentase ibu hamil yang

mendapat TTD 90 tablet selama kehamilan, persentase ibu bersalin di

fasyankes, persentase ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal minimal

4 kali (K4), jumlah Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja puskesmas,

persentase TPM yang dilakukan pengawasan, jumlah TTU yang memenuhi

syarat kesehatan lingkungan, jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan

STBM, jumlah kabupaten/kota sehat, jumlah kabupaten/kota yang

melaksanakan minimal 5 tema germas, persentase posyandu aktif, persentase

desa yang mengalokasikan dana desa untuk UKBM sesuai NSPK.

B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat

Indikator kinerja program Kesehatan Masyarakat terdiri dari tiga

10ndicator yang dapat merefleksikan kinerja program, meliputi:

a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)

b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

Page 19: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

c. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas Kesehatan

Lingkungan

Cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan menggambarkan indikator

pelayanan kesehatan terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan. Indikator PF menjadi penting karena penyebab

kematian ibu di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh karena perdarahan

dan infeksi pada saat persalinan. Menurunkan angka kematian ibu

merupakan bagian dari kesepakatan global terhadap pembangunan kesehatan

berkelanjutan (SDGs).

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) menggambarkan

risiko yang akan dialami ibu hamil dan bayinya dalam masa kehamilan,

persalinan dan cakupan kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan

lingkungan menggambarkan bahwa kontribusi lingkungan yang sehat sebagai

faktor determinan terbesar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

sesuai dengan teori Bloom.

Ketiga indikator di atas diharapkan dapat menjadi daya ungkit

terhadap keberhasilan dalam pencapaian program kesehatan masyarakat

menurut Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019.

Tabel 2.1. Indikator Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat

Tahun 2015-2019

Sasaran Indikator Target

2015 2016 2017 2018 2019

Meningkatnya

ketersediaan

dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan

yang bermutu bagi

seluruh

masyarakat

Persentase persalinan di fasilitas

pelayanan kesehatan (PF) 75% 77% 81% 82% 85%

Persentase ibu hamil Kurang Energi

Kronik (KEK) 24,2% 22,7% 21,2% 19,7% 18,2%

Persentase kabupaten/ kota yang

memenuhi kualitas kesehatan

lingkungan

20% 25% 30% 35% 40%

Page 20: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

BAB III

CAPAIAN KINERJA DAN REALISASI ANGGARAN

A. Capaian Kinerja

Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak

cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan

dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good

governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik.

Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahan

yang baik di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan

akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja

sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan kinerja pada awal tahun

anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun

anggaran.

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan

tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas

penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan

laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan

(disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

1. Indikator Kinerja Program

Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program

Kementerian Kesehatan dengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan prevalensi gizi

kurang. Sebagaimana telah termuat dalam dokumen Perjanjian Kinerja

(PK) tahun 2018. Capaian indikator kinerja Program Kesehatan

Masyarakat tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 21: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat

Tahun 2018

Sasaran Indikator Target Cakupan Capaian

Meningkatnya

ketersediaan dan

Keterjangkauan

pelayanan

kesehatan yang

bermutu bagi

seluruh

masyarakat

Persentase persalinan di fasilitas

pelayanan kesehatan (PF) 82% 77% 93,9%

Persentase ibu hamil Kurang

Energi Kronik (KEK) 19,7% 11,6% 58,9%

Persentase kabupaten/ kota yang

memenuhi kualitas kesehatan

lingkungan

35% 38% 108,6%

Indikator persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan masih belum mencapai target

(77% dari 82%), sedangkan persentase Bumil KEK merupakan indikator negatif,

dimana target capaian yang diharapkan di bawah target yang ditentukan (11,6%

dari 19,7%). Sementara persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas

kesehatan lingkungan telah memenuhi target (38% dari 35%). Adapun capaian

program dan kegiatan dari masing-masing seksi pada Bidang Kesehatan

Masyarakat diuraikan sebagai berikut :

I. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat

Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat meliputi kegiatan pembinaan

gizi masyarakat dan pembinaan kesehatan keluarga dengan indikator kinerja

sebagai berikut :

Tabel 3.2. Indikator Kinerja dan Target

Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2018

No. Indikator Kinerja Target

(%)

Realisasi

(%)

1. % Ibu hamil KEK yang mendapat

tambahan makanan.

95 95,56

2. % Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat

ASI Eksklusif

50 58,8

3. % Ibu hamil yang mendapatkan TTD

minimal 90 tablet selama masa kehamilan.

98 81,3

Page 22: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

4. % Balita kurus yang mendapat makanan

tambahan.

90 98,7

5. % Remaja puteri mendapat TTD 30 45,7

6. % Balita ditimbang yang naik berat

badannya.

80 74,1

7. % Kabupaten/Kota yang melaporkan hasil

Pemantauan Status Gizi

100 100

Tabel 3.3. Indikator Kinerja dan Target

Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga Tahun 2018

No. Indikator Kinerja Target Realisasi

1. Jumlah buku saku tentang kespro yang

dicetak dan didistribusikan

- -

2. % Sekolah yang mendapatkan pelayanan

penjaringan kesehatan bagi peserta didik

kelas 1, 7 dan 10

55 69

3. % Ibu bersalin di fasilitas pelayanan

kesehatan (PF)

82 77

4. % Persentase ibu hamil yang

mendapatkan pelayanan antenatal minimal

empat kali (K4)

78 79

5. % Bayi baru lahir yang mendapatkan

pelayanan kunjungan neonatal pertama

(KN1)

85 89

6. % Usia lanjut yang dilayani 30 39

7. Jumlah Buku KIA yang dicetak dan

didistribusikan

- -

a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)

Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) Persalinan

di fasilitas kesehatan merupakan indikator di Renstra 2015-2019. Pada

Renstra sebelumnya lebih dikenal dengan ”persalinan oleh nakes” (Pn).

Perubahan indikator ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan kualitas pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir, dalam

kerangka penurunan AKI dan AKB. Apabila setiap ibu bersalin di fasilitas

kesehatan, diharapkan ketika terjadi komplikasi dan atau kegawatdaruratan

Page 23: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

42

57

7377

0

20

40

60

80

100

2015 2016 2017 2018

maternal neonatal dapat segera ditangani oleh tim yang kompeten. Dengan

komitmen ini maka akses ibu hamil dan bersalin terhadap pelayanan

kesehatan menjadi sasaran penting bagi Direktorat Kesehatan Keluarga dan

jaringannya dalam mencapai sasaran Renstra ”meningkatnya akses dan

kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi.” Dan harapannya adalah

setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan sesuai standar yang sehingga

kematian ibu dan bayi dapat diturunkan. Pertolongan persalinan merupakan

proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV

persalinan. Indikator PF diukur dari jumlah ibu bersalin yang mendapatkan

pertolongan sesuai standar oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin dalam setahun dikali 100%.

Hasil Riskesdas menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun

ke tahun. Riskesdas tahun 2007 persalinan di fasyankes menunjukkan angka

sebesar 41,6%, tahun 2010 sebesar 56,8%, dan pada tahun 2013 sebesar

70,4%. Hal ini sejalan dengan data rutin dari Seksi Kesehatan Keluarga dan

Gizi Masyarakat selama 4 tahun terakhir sebagaimana ditunjukkan pada

grafik berikut ini.

Grafik 3.1. Trend Cakupan Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2018

Dari grafik di atas, dapat dilihat trend realisasi cakupan PF dari Tahun

2015 sampai dengan 2018 memiliki kecenderungan meningkat setiap

Page 24: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

tahunnya, dan kondisi awal Renstra tahun 2015 sebesar 42% kemudian pada

tahun 2018 meningkat menjadi 77%. Artinya sebanyak 65.656 ibu hamil

sudah bersalin dengan tenaga kompeten di fasyankes dari total sasaran

sebanyak 85.361 ibu hamil di Kalimantan Selatan.

Dengan melihat trend capaian yang terus meningkat (berdasarkan hasil

Riskesdas dan Data Rutin Dinas Kesehatan), maka dapat dikatakan capaian

PF sudah on the track dan diperkirakan mampu mencapai target di akhir

Renstra 2015-2019 sebesar 85%. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas

pelayanan kesehatan ibu di Kalimantan Selatan sudah memadai.

Keberhasilan pencapaian target ini didukung oleh beberapa faktor,

antara lain yaitu :

1) Adanya regulasi yang menegaskan pertolongan persalinan di Fasyankes

yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2016 tentang Fasilitas

Pelayanan Kesehatan.

2) Adanya dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan sesuai standar pada

ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014.

3) Adanya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Puskesmas

4) Adanya pemahaman dan kemudahan baik dari segi pencatatan dan

pelaporan untuk persalinan di fasilitas kesehatan.

5) Tersedianya tenaga kesehatan terlatih dan terampil : Asuhan Persalinan

Normal (APN), Kelas Ibu, PPIA, BBLR, ANC Terpadu).

6) Dukungan anggaran yang memadai (APBN, APBD dan dana DAK Non

Fisik Jampersal) untuk mendorong persalinan di Fasyankes.

7) Dukungan dari lintas program dan lintas sektor, Perguruan Tinggi,

Organisasi Profesi (IDI, POGI, IBI, PPNI, Persagi) untuk peningkatan

kompetensi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan

ibu sesuai standar dan mendorong masyarakat bersalin di fasyankes.

8) Dukungan dari Tim Penggerak PKK dan jejaringnya dari tingkat provinsi

hingga desa terkait pemberdayaan keluarga dan masyarakat.

Page 25: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110 101

87 85 83 82 81 80 78 75 72 6965

48

77

PER

SEN

TASE

(%

)

9) Tersedianya tenaga kesehatan PTT (bidan, perawat, gizi dan kesmas)

yang ditempatkan di desa terpencil dan sangat terpencil di wilayah

Kalimantan Selatan.

10) Beberapa kabupaten/kota memiliki inovasi program untuk mendorong

pencapaian target persalinan di fasyankes

11) Memiliki sarana dan prasarana pendukung persalinan yang memadai

12) Dukungan dari perangkat desa dan masyarakat yang peduli terhadap

fasilitas kesehatan yang tersedia.

13) Dukungan pemerintah daerah dalam menerbitkan regulasi serta

memberikan sanksi bagi tenaga kesehatan yang tidak komitmen

memberikan pertolongan persalinan bukan di fasyankes.

Meskipun pencapaian provinsi masih di bawah target, namun bila

dilihat capaian menurut kabupaten/kota tahun 2018 terdapat 3 kabupaten/kota

yang indikator PF di atas target yaitu Banjarbaru (101%), Tanah Laut (87%)

dan Hulu Sungai Utara (85%). Sedangkan 10 kabupaten/kota masih di bawah

target. Terutama berturut-turut 3 kabupaten terendah adalah Banjar (69%),

Tapin (65%) dan Kotabaru (48%). Rincian capaian PF di Provinsi Kalimantan

Selatan Tahun 2018 sebagaimana digambarkan pada grafik di bawah ini.

Grafik 3.2. Capaian Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Page 26: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target PF di beberapa

kabupaten/kota tersebut, antara lain adalah:

a. Masih ada persalinan ditolong oleh non tenaga kesehatan

b. Keadaan geografis Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki daerah

terpencil, perbatasan dan kepulauan, sehingga sulit akses ke fasyankes

mengakibatkan sasaran memilih bersalin dengan tenaga non kesehatan

atau di non Fasyankes (Rumah, Polindes, RTK).

c. Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2016 tentang Fasilitas

Pelayanan Kesehatan dimana di dalamnya Polindes/Poskesdes tidak

termasuk, sementara kondisi sebenarnya masih banyak yang bersalin di

Polindes yang seharusnya tercatat sebagai bersalin di fasyankes.

d. Budaya di masyarakat dimana ibu hamil lebih senang bersalin di rumah

atau di polindes daripada di fasyankes.

e. Tingkat pendidikan ibu yang masih rendah dan kurangnya dukungan

keluarga dan masyarakat.

f. Pemanfaatan dana Jampersal dan RTK dari sebagian kabupaten/kota

masih belum optimal.

Alternatif solusi upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan

untuk pencapaian persalinan di fasilitas kesehatan

1) Daerah-daerah dengan kondisi geografis sulit dimana akses ke fasilitas

pelayanan kesehatan menjadi kendala oleh Direktorat Kesehatan

Keluarga Kemenkes RI menerapkan program Kemitraan Bidan dan

Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra

dengan bidan, sehingga tidak ada lagi persalinan oleh dukun. Apabila

dukun mendapat kasus ibu hamil yang akan bersalin, maka wajib dirujuk

ke bidan. Selain itu, untuk mempermudah akses terhadap fasilitas

kesehatan, pemerintah menyediakan Rumah Tunggu Kelahiran yang

dapat dimanfaatkan oleh ibu hamil dan keluarga selama menunggu proses

persalinan berlangsung sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan.

2) Penguatan pemanfaatan dana Jampersal di kabupaten/kota dan

peningkatan anggaran kabupaten/kota.

3) Meningkatkan pengetahuan, dukungan keluarga dan masyarakat melalui

Page 27: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

0102030405060708090

100110120

99,63 100 100

115

100 97,99 95,76100

91,25100 100

61,42

10095,56

kegiatan kelas ibu hamil, dan Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K).

4) Distribusi buku KIA sampai ke masyarakat dan peningkatan pemanfaatan

penggunaan buku KIA

5) Audit Maternal dan Perinatal dan Surveilans kematian Ibu

6) Memperkuat kerjasama lintas sektor dengan Kementerian Agama untuk

meningkatkan pengetahuan calon pengantin tentang kesehatan reproduksi

untuk mendorong calon pengantin memeriksakan kesehatannya ke

fasilitas kesehatan.

7) Memperluas KIE kepada seluruh lapisan masyarakat bekerjasama dengan

tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemimpin wilayah.

b. Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) yang Mendapat Makanan

Tambahan

Indikator Ibu Hamil KEK yang mendapat makanan tambahan tahun

2018 pada perjanjian kinerja ditargetkan 95%, yang secara provinsi sudah

memenuhi target yaitu sebesar 95,56%. Namun jika dirinci berdasarkan

kabupaten/kota, terdapat 2 kabupaten/kota yang masih di bawah target,

yaitu Tabalong (91,25%) dan Kota Banjarmasin (61,42%) sebagaimana

tergambar pada grafik di bawah ini.

Grafik 3.3. Ibu Hamil KEK yang Mendapat Makanan Tambahan

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Page 28: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Adapun faktor pendukung pemberian PMT pada ibu hamil KEK, antara lain

adalah :

a. Tersedianya PMT bumil KEK dari Direktorat Gizi Kemenkes RI dengan total

20.107 dus, yang didistribusikan ke kabupaten/kota dengan rincian

sebagaimana pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4. Daftar Alokasi PMT Ibu Hamil KEK Provinsi Kalimantan Selatan

Tahun 2018

No. Kabupaten/Kota Sasaran Jumlah (dus/kotak)

1. Tanah Laut 791 2,119

2. Kotabaru 329 579

3. Banjar 1568 4,408

4. Barito Kuala 465 1,113

5. Tapin 229 510

6. Hulu Sungai Selatan 464 813

7. Hulu Sungai Tengah 373 811

8. Hulu Sungai Utara 492 1,304

9. Tabalong 440 1,072

10. Tanah Bumbu 428 1,070

11. Balangan 437 1,134

12. Banjarmasin 804 2,016

13. Banjarbaru 1076 3,158

Total 7896 20,107

b. Sistem distribusi PMT Ibu Hamil KEK dari Pusat ke Provinsi hingga

Puskesmas dikelola dengan baik.

c. Kapasitas pengelola program gizi di kabupaten/kota dalam pencatatan dan

pelaporan sudah baik walaupun belum tepat waktu.

d. Menerapkan sistem pencatatan dan pelaporan distribusi makanan tambahan di

puskesmas melalui aplikasi e-PPGBM yang langsung dapat diakses oleh

daerah maupun pusat.

e. Daya terima makanan tambahan pada ibu hamil KEK baik, sebagian ibu hamil

dapat menghabiskan makanan tambahan yang diterima dari puskesmas.

f. Petugas kesehatan selalu memberikan penjelasan kepada ibu hamil KEK

sebagai sasaran penerima PMT antara lain: bahaya kurang gizi pada masa

Page 29: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

kehamilan, bagaimana cara mencegah kurang gizi, alasan ibu menerim PMT,

manfaat setelah mengkonsumsi PMT dan mematuhi aturan mengkonsumsi

PMT.

Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pemberian makanan tambahan untuk

ibu hamil KEK, antara lain:

a. Masih kurangnya sosialisasi pencatatan dan pelaporan melalui aplikasi e-

PPGBM sehingga petugas kesehatan masih belum memahami mekanisme

pencatatan dan pelaporan dengan baik.

b. Kurangnya integrasi dan koordinasi antara tenaga gizi dan bidan dalam

pemberian makanan tambahan ibu hamil, sehingga masih ditemukan makanan

tambahan bumil KEK yang berlebih di puskesmas.

c. Kurangnya buku pedoman dan sosialisasi pedoman penanggulangan Kurang

Energi Kronik pada ibu hamil oleh pusat.

d. Masalah gudang sebagai tempat penyimpanan, di puskesmas tidak tersedia

gudang khusus tempat penyimpanan PMT sehingga masih tergabung dengan

tempat penyimpanan obat dan alat kesehatan.

e. Masalah tingkat kepatuhan dari sasaran bumil KEK

f. Masalah makanan pendamping dan keberlanjutan pangan PMT di keluarga.

g. Alasan Ibu hamil KEK tidak menghabiskan PMT antara lain: dimakan oleh

anggota keluarga lain, rasa terlalu manis, tidak suka tekstur, ada efek samping

(diare, alergi).

Alternatif pemecahan masalah yang dilakukan adalah :

a. Melakukan konfirmasi data ibu hamil KEK yang mendapat makanan

tambahan.

b. Melakukan konfirmasi ketersediaan makanan tambahan atau pembiayaan

untuk makanan tambahan bagi ibu hamil, misalnya melalui dana BOK berupa

bahan pangan lokal.

c. Melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas dalam

penanganan masalah ibu hamil KEK, serta peningkatan sistem pencatatan dan

pelaporan melalui aplikasi e-PPGBM.

Page 30: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

d. Monev suplementasi gizi dengan tujuan memantau distribusi PMT dan

sosialisasi aplikasi monev PMT.

e. Memberikan edukasi pentingnya kepatuhan terhadap konsumsi PMT

sehingga memberi dampak untuk peningkatan status gizi.

c. Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang dikenal dengan sebutan dengan

KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan

untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah

lahir, dengan cara mendeteksi sedini mungkin permasalahan yang mungkin

dihadapi bayi baru lahir, sekaligus memastikan pelayanan yang seharusnya

didapatkan oleh bayi baru lahir yang diantaranya terdiri dari konseling perawatan

bayi baru lahir, ASI Eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi (bila belum

diberikan) dan Hepatitis B 0 (nol) injeksi (bila belum dberikan). Kunjungan ini

dilakukan dengan pendekatan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda).

Perhitungan cakupan ini dilakukan dengan cara membandingkan bayi baru

lahir yang mendapatkan kunjungan neonatal pertama dengan jumlah seluruh bayi

baru lahir di wilyahnya yang kemudian dikonversi dalam bentuk persentase.

Target indikator KN 1 di awal Renstra 2015-2019 adalah sebesar 75% (2015),

sedangkan target pada tahun 2018 adalah sebesar 85%. Pencapaian indikator KN 1

tahun 2018 Provinsi Kalimantan Selatan sudah di atas target, yaitu sebesar 89%,

yang berarti sebanyak 71.961 bayi baru lahir di Provinsi Kalimantan Selatan dari

81.296 sasaran bayi telah dilakukan kunjungan neonatal pertama sesuai standar.

Dengan cakupan tersebut maka capaian kinerja Provinsi Kalimantan Selatan

adalah sebesar 104,7%. Namun jika dilihat berdasarkan kabupaten/kota masih

terdapat 5 kabupaten/ kota yang belum mencapai target, yaitu Banjarbaru (84%),

Balangan (83%), Tanah Bumbu (80%), Barito Kuala (78%) dan Kotabaru (69%).

Sebagaimana digambarkan pada grafik berikut ini.

Page 31: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Grafik 3.4. Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan Pelayanan Kunjungan

Neonatal Pertama (KN1) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Faktor pendukung terlaksananya kegiatan yang menunjang capaian KN1,

diantaranya adalah:

1) Adanya pedoman Neonatal Esensial yang menjadi dasar/standar pelayanan

kesehatan bayi baru lahir yang di dalamnya termasuk adalah kunjungan

neonatal.

2) Dukungan dari organisasi profesi dan lintas program dalam penggerakan

anggotanya untuk melaksanakan KN 1. Dukungan ini diperoleh melalui

advokasi dan sosialisasi yang dilakukan terhadap organisasi profesi, dan

pelibatan organisasi profesi terkait dalam kegiatan.

3) Adanya pedoman teknis untuk fasilitas pelayanan kesehatan dalam bentuk

buku saku. Dengan telah semakin tersebar dan terdistribusinya buku saku

pelayanan neonatal esensial maka cakupan dapat tercapai. Buku ini menjadi

pedoman sekaligus suatu bentuk perlindungan terhadap nakes didalam

melaksanakan Kunjungan Neonatal Pertama.

4) Upaya peningkatan kuantitas dan kualitas pelaksanaan KN 1 diintegrasikan

dengan kegiatan persalinan di fasilitas kesehatan, karena melalui persalinan di

fasilitas kesehatan maka diharapkan bayi yang dilahirkan juga akan

mendapatkan pelayanan sesuai standar.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 91

69

98

78

88 86 89 90 90

80 8390

8489

Page 32: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

79

64

80

70

84

7175 76 77

7368

92 96

79

5) Peningkatan kapasitas SDM kesehatan

6) Kebijakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan terkait penempatan

tenaga kesehatan PTT bidan/perawat/gizi/kesmas di desa terpencil dan sangat

terpencil

7) Pemenuhan sarana prasarana,

8) Dukungan anggaran,

9) Pembinaan program secara berkala sudah dilakukan (supervisi fasilitatif,

monev, bimbingan teknis program secara terpadu)

d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan Antenal Minimal

Empat Kali Selama Kehamilan (K4)

Cakupan K4 Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2018 sudah melebihi target,

yaitu sebesar 79% dari target 78%. Namun jika dirincikan cakupan kabupaten/

kota maka hanya 5 kabupaten/kota yang mencapai target, yaitu Banjarmasin,

Banjarbaru, Tapin, Banjar dan Tanah Laut. Sedangkan 8 kabupaten masih di

bawah target, terutama tiga yang paling rendah adalah Kotabaru (64%), Balangan

(68%) dan Barito Kuala (70%). Cakupan K4 Kabupaten/Kota di Kalimantan

Selatan Tahun 2018 sebagaimana tergambar pada grafik berikut ini.

Grafik 3.5. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan Antenal

Minimal Empat Kali Selama Kehamilan (K4) Provinsi Kalimantan Selatan

Tahun 2018

Page 33: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

18,2111,34

82,73

27,7622,54

38,42

24,0219,13 19,96 17,65

40,68

70,3

22,88

38,73

e. Persentase Usia Lanjut yang Dilayani

Usia Lanjut adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Usia

lanjut merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan

akhir dari fase kehidupannya. Target usia lanjut yang dilayani tahun 2018 sebesar

30%, dimana cakupan pelayanan Provinsi Kalimantan Selatan sudah di atas target

yaitu sebesar 38,73%.

Namun jika dirinci berdasarkan kabupaten/kota, hanya terdapat 4 kabupaten/kota

yang melebihi target, yaitu Banjar (82,73), Banjarmasin (70,3%), Balangan

(40,68%) dan Hulu Sungai Selatan (38,42%). Sedangkan 9 kabupaten/kota lainnya

masih di bawah target, sebagaimana ditunjukkan pada grafik berikut ini.

Grafik 3.6. Persentase Usia Lanjut yang Dilayani Tahun 2018

f. Persentase Sekolah yang Mendapatkan Pelayanan Penjaringan Kesehatan

Penjaringan kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan

yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa yang memiliki masalah kesehatan

agar segera mendapatkan pelayanan sedini mungkin.

Penjaringan kesehatan dilakukan pada peserta didik kelas 1 SD/MI, kelas 7

SMP/MTs dan kelas 10 SMA/SMK/MA.

Target dari indikator kinerja persentase sekolah yang mendapatkan

pelayanan penjaringan kesehatan sebesar 55% pada tahun 2018, sedangkan

cakupan dari Provinsi Kalimantan Selatan sudah melebihi target, yaitu sebesar

69%. Sementara jika dirinci menurut kabupaten/kota, seluruhnya telah

mencapai target, sebagaimana digambarkan pada grafik berikut ini.

Page 34: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

68,86 67,7572,54

66,7470,92

62,67 64,56 67,2 67,37 69,4975,47

71,7374,53

69,01

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

62,76 60,4665,02

48,4651,87

71,7767,98

63,79 65,5458,66

69

34,19

51,36

59,39

Grafik 3.7. Persentase Sekolah yang Mendapatkan Pelayanan Penjaringan

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

g. Persentase Bayi Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja selama enam bulan pertama tanpa

minuman atau makanan tambahan lain. Target persentase bayi kurang dari 6

bulan mendapat ASI Eksklusif sebesar 50%, realisasi kinerja Provinsi

Kalimantan Selatan pada tahun 2018 sebesar 59% atau sudah di atas target.

Jika dirinci menurut kabupaten/kota, maka masih terdapat 2 kabupaten/kota

yang masih belum mencapai target, yaitu Banjarmasin (34%) dan Barito Kuala

(48%) sebagaimana tersaji pada grafik berikut ini.

Grafik 3.8. Persentase Bayi Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif

di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Page 35: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 90,01

63,75

79,78

69,46

84,6

66,21

77,22 77,51

84,46

73,82 72

98,8495,61

81,14

h. Persentase Ibu Hamil yang Mendapat TTD 90 Tablet Selama Kehamilan

Tablet tambah darah atau biasa disebut TTD adalah suplemen penting untuk

ibu hamil dalam mencegah anemia. Pemerintah merekomendasikan konsumsi

tablet tambah darah minimal 90 tablet selama hamil. Anemia pada saat

kehamilan tidak hanya berdampak pada si ibu tetapi juga pada janin. Ibu hamil

yang menderita anemia berat beresiko mengalami perdarahan saat persalinan

dan kematian. Sementara bayinya beresiko lahir dengan berat rendah serta

prematur.

Target persentase ibu hamil yang mendapat TTD 90 tablet selama kehamilan

sebesar 98%, namun realisasi kinerja Provinsi Kalimantan Selatan hanya 81%

atau masih di bawah target. Demikian pula jika dirinci berdasarkan kabupaten/

kota 12 diantaranya masih belum mencapai target, kecuali Banjarmasin yang

sudah mencapai 98,8% sebagaimana tergambar pada grafik berikut ini.

Grafik 3.9. Persentase Ibu Hamil yang Mendapat TTD 90 Tablet Selama

Kehamilan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya realisasi kinerja tersebut,

antara lain adalah :

1) Efek samping minum TTD (mual, muntah dan sembelit)

2) Kurangnya KIE tentang manfaat TTD

3) Kondisi geografis dan akses yang sulit dijangkau, seperti daerah

pegunungan dan kepulauan (Kotabaru 63% dan Hulu Sungai Selatan 66%)

Page 36: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 88,58

100 100 100 10095,4995,3

100 100 100 100 100 100 98,71

Solusi yang dilakukan, antara lain adalah :

1) Menyarankan pemilihan waktu yang tepat minum TTD

2) Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan kader posyandu

3) Memperbaiki strategi komunikasi (perubahan perilaku) sehingga ibu

hamil mendapat informasi yang jelas tentang manfaat TTD.

4) Menggiatkan pusling terpadu untuk menjangkau sasaran di pelosok dan

daerah terpencil.

i. Persentase Balita Kurus yang Mendapat Makanan Tambahan

Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan pada tahun

2018 ditargetkan 90%, sedangkan cakupan Provinsi Kalimantan Selatan sudah

mencapai 98,7% atau telah melampaui target. Namun jika dirinci menurut

kabupaten/kota masih terdapat satu kabupaten yang berada di bawah target, yaitu

Tanah Laut (88,58%), sementara 12 kabupaten/kota yang lain telah memenuhi

target atau di atas 90% sebagaimana tergambar pada grafik berikut ini.

Grafik 3.10. Persentase Balita Kurus yang Mendapat Makanan Tambahan

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Adapun faktor pendukung dalam pemberian makanan tambahan pada balita kurus,

antara lain adalah :

Page 37: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

a. Tersedianya PMT bumil KEK dari Direktorat Gizi Kemenkes RI dengan total

12.498 dus, yang didistribusikan ke kabupaten/kota dengan rincian

sebagaimana pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5. Daftar Alokasi PMT Balita Kurus Provinsi Kalimantan Selatan

Tahun 2018

No. Kabupaten/Kota Sasaran Jumlah

(dus/kotak)

1. Tanah Laut 630 206

2. Kotabaru 446 155

3. Banjar 2423 1,362

4. Barito Kuala 674 248

5. Tapin 335 97

6. Hulu Sungai Selatan 713 239

7. Hulu Sungai Tengah 471 155

8. Hulu Sungai Utara 976 525

9. Tabalong 547 174

10. Tanah Bumbu 183 95

11. Balangan 305 86

12. Banjarmasin 13084 8,249

13. Banjarbaru 1492 907 Total 22279 12,498

b. Sistem distribusi PMT balita kurus sudah dikelola dengan baik.

c. Kapasitas pengelola program gizi di kabupaten/kota dalam pencatatan dan

pelaporan sudah baik.

d. Menerapkan sistem pencatatan dan pelaporan distribusi makanan tambahan di

puskesmas melalui aplikasi e-PPGBM yang langsung dapat diakses oleh

daerah maupun pusat.

e. Daya terima makanan tambahan pada balita kurus, cukup baik

f. Pemberian KIE kepada orangtua balita kurus sebagai sasaran penerima PMT

Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pemberian makanan tambahan untuk

balita kurus, antara lain:

a. Masih kurangnya sosialisasi pencatatan dan pelaporan melalui aplikasi e-

PPGBM sehingga petugas kesehatan masih belum memahami mekanisme

pencatatan dan pelaporan dengan baik.

Page 38: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

b. Kurangnya integrasi dan koordinasi antara tenaga gizi dan bidan dalam

pemberian makanan tambahan balita kurus, sehingga masih ditemukan

makanan tambahan balita kurus yang berlebih di puskesmas.

c. Masalah gudang sebagai tempat penyimpanan, di puskesmas tidak tersedia

gudang khusus tempat penyimpanan PMT sehingga masih tergabung dengan

tempat penyimpanan obat dan alat kesehatan.

d. Masalah makanan pendamping dan keberlanjutan pangan PMT di keluarga.

e. Alasan balita tidak menghabiskan PMT antara lain: dimakan oleh anggota

keluarga lain, tidak suka tekstur, ada efek samping (diare, alergi).

Alternatif pemecahan masalah yang dilakukan adalah :

a. Melakukan konfirmasi data balita kurus yang mendapat makanan tambahan.

b. Melakukan konfirmasi ketersediaan makanan tambahan atau pembiayaan

untuk makanan tambahan bagi balita, misalnya melalui dana BOK berupa

bahan pangan lokal.

c. Melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas dalam

penanganan masalah balita kurus, serta peningkatan sistem pencatatan dan

pelaporan melalui aplikasi e-PPGBM.

d. Monev suplementasi gizi dengan tujuan memantau distribusi PMT dan

sosialisasi aplikasi monev PMT.

e. Memberikan edukasi pentingnya kepatuhan terhadap konsumsi PMT sehingga

memberi dampak untuk peningkatan status gizi.

f.

j. Persentase Remaja Putri yang Mendapat Tablet Tambah Darah

Remaja putri perlu mendapat tablet tambah darah karena masa remaja adalah fase

pertumbuhan yang cepat sehingga kebutuhan zat besi meningkat, kehilangan

darah rutin dalam jumlah banyak (haid), remaja putri adalah calon ibu dan untuk

mengatasi defisiensi zat besi.

Target untuk indikator ini adalah sebesar 30%, tahun 2018 Provinsi Kalimantan

Selatan telah mencapai 43%. Jika dirinci menurut kabupaten/kota, masih terdapat

2 kabupaten/kota yang masih di bawah target yaitu Banjarmasin (4%) dan Hulu

Sungai Selatan (28%) sebagaimana disajikan pada grafik berikut ini.

Page 39: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

75,13 74,9871,22

65,07

53,85

66,09 65,38

51,32

61,19

84,84

72,71

84,43

69,2671,93

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

46,49

61,32

85,34

65,54

89,24

28,31

43,4

74,39

35,32

97,2

48,52

4,19

37,9243,1

Grafik 3.11. Persentase Remaja Putri yang Mendapat Tablet Tambah Darah

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

k. Persentase Balita yang Naik Berat Badannya (N/D)

Persentase balita yang naik berat badannya atau N/D adalah indikator yang

menggambarkan keberhasilan penimbangan, dimana persentase tersebut

diperoleh dengan membagi jumlah balita yang naik berat badannya dengan

seluruh balita yang ditimbang kemudian dikalikan 100.

Target persentase balita yang naik berat badannya pada tahun 2018 sebesar

80%, sementara realisasi kinerja Provinsi Kalimantan Selatan masih di bawah

target yaitu sebesar 71,9%.

Grafik 3.12. Persentase Balita yang Naik Berat Badannya (N/D)

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Page 40: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Sementara jika dirinci menurut kabupaten/kota, terdapat 2 kabupaten/kota yang

melampaui target yaitu Tanah Bumbu (84,8%) dan Banjarmasin (84,4%),

sedangkan 11 kabupaten/kota lainnya masih di bawah target sebagaimana

tergambar pada grafik 3.12.

Salah satu faktor penyebab belum tercapainya indikator ini adalah tingkat

pengetahuan ibu balita masih kurang, terutama dalam pemberian ASI dan

makanan pendamping ASI yang sesuai dengan usia balita.

Solusi yang dilakukan adalah peningkatan KIE terutama pada saat kegiatan

posyandu (meja penyuluhan) atau kunjungan rumah.

II. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga

Tabel 3.6. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Penyehatan Lingkungan

No. Indikator Kinerja Target Realisasi

1. % TPM yang dilakukan pengawasan 26 21

2. Jumlah pasar yang memenuhi syarat

kesehatan yang dilakukan pengawasan

7 2

3. Jumlah TTU yang memenuhi syarat

kesehatan lingkungan (puskesmas, SD/

SMP)

4.220 3.080

4. % Sarana air minum yang dilakukan

pengawasan

40 77,6

5. Jumlah desa/kelurahan yang

melaksanakan STBM (kumulatif)

1.800 1.468

6. Jumlah RS yang melaksanakan

pengelolaan limbah medis

15 14

7. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat 6 6

Tabel 3.7. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Upaya Kesehatan

Kerja dan Olahraga

No. Indikator Kinerja Target Realisasi

1. % Jamaah haji yang diperiksa kebugaran

jasmani

80 90,42

Page 41: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

2. % Puskesmas melaksanakan kesehatan

olahraga bagi anak SD

60 30

3. Jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja yang

terbentuk di wilayah kerja puskesmas

100 141

4. Jumlah fasilitas pemeriksaan kesehatan

TKI yang memenuhi standar

- -

5. Jumlah perusahaan/tempat kerja

melaksanakan Gerakan Pekerja

Perempuan Sehat Produktif

- 3

a. Indikator Kinerja : Persentase Desa/Kelurahan yang Melaksanakan

STBM

Desa STBM adalah desa yang melaksanakan program STBM yang

memenuhi kriteria minimal adanya natural leader/kelompok kerja STBM

desa, mempunyai rencana kerja tahunan desa/kelurahan dan telah memiliki 1

dusun Stop BAB Sembarangan (Stop BABs). Pendekatan STBM akan

mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat

dengan cara pemicuan. Pendekatan parstisipatif mengajak masyarakat untuk

menganalisa kondisi sanitasi melalui proses pemicuan yang menimbulkan

rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang pencemaran lingkungan

akibat BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Adapun Tujuan dari Program

STBM (Sanitasi Total berbasis Masyarakat) yaitu mewujudkaan akses dan

menggunakan jamban sehat; mencuci tangan pakai sabun (CTPS), mengelola

dan menyimpan air minum dan makanan yang aman; mengelola sampah

dengan baik; serta mengelola limbah rumah tangga.

Grafik 3.13. Desa/Kelurahan yang Melaksanakan STBM

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

201

52

20

290

135

148

169

219

157

131

135

150

202

124

29

20

185

127

148

57

172

105

119

135

108

134

- 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Barito Kuala

Banjarmasin

Banjarbaru

Banjar

Tapin

HS. Selatan

HS. Tengah

HS. Utara

Balangan

Tabalong

Tanah Laut

Tanah Bumbu

Kotabarudesa/Kel

STBM

Page 42: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Dari grafik di atas Desa STBM Provinsi Kalimantan Selatan sampai tahun

2018 sebesar 1.468 Desa yang telah melaksanakan desa STBM di masing-

masing Kabupaten Kota.

Meskipun capaian kinerja telah tercapai akan tetapi ada beberapa

hambatan untuk pencapaian Universal Access 2019 STBM sebagai

berikut :

• Beberapa Petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas belum melakukan

entry di website STBM dalam laporan desa yang melaksanakan STBM

• Beberapa Puskesmas belum melakukan penganggaran pelaksanaan STBM

di dana Desa dan BOK

• Kabupaten Hulu Sungai Tengah petugas Kesehatan Lingkungan belum

pernah mendapatkan pelatihan STBM dikarenakan Hulu sungai Tengah

Baru tahun 2017 masuk menjadi daerah PAMSIMAS (Penyediaan Air

Minum dan Sanitasi Masyakat)

• Beberapa kecamatan dan desa/kelurahan belum optimal dalam koordinasi

lintas sector dan lintas program.

• Kekurangan cetak jamban/cetak jamban terbatas di kabupaten sehingga

memerlukan waktu lama dalam pembuatan Jamban/WC dikarenakan

pemakaian cetak jamban bergiliran.

Tindak lanjut dalam pencapaian desa yang melaksanakan STBM sebagai

berikut:

a) Meningkatkan Jumlah/Desa kelurahan yang melaksanakan STBM

b) Meningkatkan Jumlah desa/kelurahan SBS terverifikasi.

c) Mengoptimalkan peran kecamatan dan desa/kelurahan dalam pencapaian

wilayah yang terbebas dari perilaku buang air bersih sembarangan.

d) Bagi Kabupaten/kota (Banjarmasin, Tanah Bumbu dan Hulu Sungai

Tengah) yang belum segera membuat regulasi STBM untuk mendukung

percepatan Universal Access 2019.

e) Meningkatkan anggaran STBM dalam APBD kabupaten/kota, BOK

Puskesmas dan memasukan STBM dalam RPJM Desa.

Page 43: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

46,5 96,1 98,9 64,8 71,2 79,8 71,1 75,5 86,2 89,6 92,6 78,2 57,8 77,6 -

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

Bar

ito K

uala

Ban

jarm

asin

Ban

jarb

aru

Ban

jar

Tap

in

HS

. Sel

atan

HS

. Ten

gah

HS

. Uta

ra

Bal

anga

n

Tab

alon

g

Tan

ah L

aut

Tan

ah B

umbu

Kot

abar

u

Kal

sel

f) Memaksimalkan sinergi dan integrasi pendekatan STBM dalam kegiatan

lintas sektor dan lintass program terkait upaya percepatan universal access

2019.

g) Meningkatkan status kecamatan yang cakupan akses sanitasi di atas 95%

menjadi kecamatan SBS/ODF paling lama di akhir tahun.

h) Memastikan Larangan Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di desa /

kelurahan SBS melalui peraturan desa.

i) Melakukan updating progress akses jamban keluarga ke website STBM

secara rutin, setiap ada perubahan data di lapangan.

b. Indikator Kinerja : Persentase sarana Air Minum yang Dilakukan

Pengawasan

Pelaksanaan Pengawasan Kesehatan Air Minum (PKAM) suatu upaya

meningkatkan pelayanan penyediaan air kepada masyarakat yang aman dan

terhindar dari gangguan kesehatan terkait air. Yang bertujuan memberikan

pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan air yang aman dikonsumsi,

tidak ada perumahan kumuh masyarakat dan sanitasi yang layak bagi seluruh

masyarakat.

Grafik 3.14. Sarana Air Minum Dilakukan Pengawasan

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Dari gambar di atas menggambarkan persentase Sarana Air minum

yang dilakukan pengawasan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

sebesar 77,6% telah memenuhi target Nasional sebesar 40%.

Walaupun sudah tercapat target nasional masih ada kendala dan

Page 44: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

74,6 65,6 84,4 70,0 68,0 62,0 61,0 60,8 83,7 80,5 72,3 80,4 62,0 75,2 -

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

Bar

ito K

uala

Ban

jarm

asin

Ban

jarb

aru

Ban

jar

Tap

in

HS

. Sel

atan

HS

. Ten

gah

HS

. Uta

ra

Bal

anga

n

Tab

alon

g

Tan

ah L

aut

Tan

ah B

umbu

Kot

abar

u

Kal

sel

masalah yang dihadapi sebagai berikut :

1) Belum maksimal Petugas Sanitarian melakukan pengawasan air

Minum di wilayah kerja masing-masing puskesmas hal ini

disebabkan karena terbatas dana dan peralatan serta ketrampilan

dalam pemeriksaan air minum.

2) Beberapa petugas Sanitarian belum mendapatkan Pelatihan dalam

pengawasan air minum, baik melakukan Inspeksi Kesehatan

Lingkungan Sarana air minum maupun entry pada website

RPKAM.

c. Indikator Kinerja : Persentase Sekolah dan Puskesmas yang Memenuhi

Persyaratan Kesehatan (TTU)

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang

mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap, diselenggarakan oleh badan

pemerintah, swasta dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh

masyarakat contoh sekolah, puskesmas, hotel, tempat ibadah, dan lain-lain.

Tujuan Sanitasi tempat-tempat Umum (TTU) untuk memantau tempat-

tempat umum secara berkala serta membina dan meningkatkan peran serta

masyarakat dalam menciptakan lingkungan bersih dan sehat di tempat-tempat

umum. Capaian indikator per kabupaten dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 3.15. TTU Memenuhi Syarat Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Page 45: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

6,1 11,0 13,2 14,1 73,0 36,9 32,0 3,1 25,8 15,1 17,5 7,8 17,4 21,0 -

10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0

100,0

Bar

ito K

uala

Ban

jarm

asin

Ban

jarb

aru

Ban

jar

Tap

in

HS

. Sel

atan

HS

. Ten

gah

HS

. Uta

ra

Bal

anga

n

Tab

alon

g

Tan

ah L

aut

Tan

ah B

umbu

Kot

abar

u

Kal

sel

Grafik tersebut menggambarkan persentase tempat-tempat umum (TTU) yang

memenuhi syarat kesehatan Provinsi Kalimantan Tahun 2018 sebesar 75,2%

di atas target nasional 56%.

Walaupun sudah tercapai target nasional, namun masih ada kendala dan

masalah yang dihadapi dalam pengawasan tempat-tempat umum yang belum

memenuhi syarat kesehatan dikarenakan ada beberapa puskesmas yang belum

melaksanakan Inspeksi Santitasi Kesehatan (IKL) TTU (Pasar sehat) dan

masih adanya petugas Sanitarian yang belum dilatih dalam pelaksanaan

penilaian tempat-tempat umum.

d. Indikator Kinerja : Persentase TPM yang dilakukan Pengawasan

Memenuhi Syarat Kesehatan

Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor

makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang mungkin bisa

menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Pengawasan tempat

pengolahan makanan berupa kegiatan penilaian terhadap tempat-tempat yang

memproduksi makanan antara lain rumah makan, restoran, jasa boga, katering,

industri makakan, pedagang kaki lima, warung kopi dam makanan dan depot

air minum. Pengawasan tempat pengolahan makanan menjamin keamanan dan

kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan

makanan yang akan merugikan pembeli mengurangi kerusakan/pemborosan

makanan.

Indikator tersebut dapat dilihat capaian per kabupaten pada gambar berikut :

Grafik 3.16. TPM Memenuhi Syarat Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Page 46: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Grafik di atas menggambarkan persentase pengawasan tempat-tempat

umum dilakukan pengawasan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

sebesar 21 %, di bawah target nasional sebesar 26%. Walaupun di bawah

angka nasional masih ada 3 (tiga) kabupaten di atas target nasional yaitu

Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah.

Sedangkan cakupan yang tertinggi yaitu Kabupaten Tapin. Beberapa

permasalahan yang dihadapi di lapangan yaitu petugas pemeriksa belum

terlatih, beberapa puskesmas yang belum melaksanakan Inspeksi

Kesehatan Lingkungan TPM serta memberikan sertifikat laik sehat hal ini

dikarenakan alat sanitarian kit dan biaya untuk pemeriksaan kimia dan

bakteriologis terbatas.

e. Indikator Kinerja : Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan

Kabupaten Kota Sehat (KKS)

Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/Kota yang

bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui

terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi

yang disepakati masyarakat oleh pemerintah daerah. Sasaran kabupaten/kota

yaitu tatanan potensi dan permasalahan pada msing-masing kecamatan di

kabupaten/kota. Penyelenggarakan dilakukan melalui berbagai kegiatan

dengan memperdayakan masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah

kabupaten/kota untuk mewujudkan kabupaten/kota sehat. Tujuan

Kabupaten/kota sehat tercapainya kondisi kabupaten/kota untuk hidup

dengan bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat

bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program-program

kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan sarana dan

produktivitas dan perekonomian masyarakat.

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 dalam menyelenggarakan

Kabupaten/kota sehat sebanyak 6 (enam) Kota yaitu Kota Banjarmasin,

Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Selatan, Balangan dan Tanah

Bumbu. Adapun kendala yang dihadapi dalam melaksanakan KKS

dikarenakan oleh beberapa hal :

Page 47: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

1. Beberapa kabupaten/kota belum membentuk/Pembuatan SK Tim Pembina

Kabupaten dan Tim Forum Kabupaten Kota Sehat.

2. Kurangnya dukungan dana dari Pemda baik bersumber APBN, APBD

(provinsi dan kabupaten) guna melaksanakan persiapan dan Koordinasi

Tim pembina Kabupaten dan Tim forum Kabupaten melakukan sosialisasi

dan koordinasi dalam pelaksanaan Kabupaten/Kota Sehat untuk

mempercepat pelaksanan kabupaten/kota sehat.

3. Peran Tim Pembina Provinsi dalam melakukan advokasi dan asistensi ke

Pemerintah Daerah Kabupaten/kota.

Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan Lingkungan

yaitu : Banjarmasin, Banjarbaru, HSS, Tanah Bumbu dan Tabalong (4 dari 13

kabupaten/kota atau 38%).

Dikatakan memenuhi “kualitas kesehatan lingkungan” jika kabupaten/kota

minimal mencapai 4 indikator dari 7 indikator, sebagai berikut :

1. Jumlah desa yang melaksanakan STBM,

2. Jumlah pasar yang memenuhi syarat kesehatan yang dilakukan pengawasan,

3. Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan

4. Persentase Tempat-tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan

5. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar

6. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat

kesehatan

7. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

Definisi Operasional (DO) Indikator Kesehatan Lingkungan sebagai berikut :

1. Cakupan Sanitasi Total Berbasis Masyarakkat (STBM) adalah

persentase desa yang melaksanakan program STMB yang memenuhi

kriteria sudah dilakukan pemicuan, minimal adanya kelompok kerja STBM

desa, mempunyai rencana kerja tahunan desa/kelurahan dan telah memiliki

1 dusun Stop BAB Sembarangan (Stop BABs)

Page 48: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

2. Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan adalah

persentase jenis sarana air minum yang dipantau dibagi dengan Jumlah

Sarana air minum yang ada di wilayah tersebut

3. Persentase tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat

kesehatan adalah jumlah TTU yang dibina (TTU yang tidak memenuhi

syarat) dibagi dengan jumlah TTU yang dibina dan telah menjadi TTU sehat

4. Persentase Tempat Pengolahan makanan (TPM) yang memenuhi syarat

Kesehatan adalah jumlah TPM yang diperiksa memenuhi syarat kesehatan

dibagi dengan jumlah TPM yang ada wilayah tersebut.

5. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai

standar adalah rumah sakit yang melakukan pengelolaan limbah medis

standar dibagi dengan jumlah rumah sakit yang ada di wilayah tersebut.

Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas pengelolaan limbah sendiri yang

ditetapkan Kepmenkes Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu:

1. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat — Setiap Rumah sakit harus

melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan harus mengelola dan

mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya, beracun dan setiap

peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari

pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi

dari pihak yang berwenang.

2. Fasilitas Pengolahan Limbah Cair — Limbah cair harus dikumpulkan

dalam container yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan

radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya.

Rumah sakit harus memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah sendiri.

6. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan Kawasan

Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan

sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya

penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang

disepakati masyarakat dan pemerintah daerah

Page 49: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

7. Persentase jumlah pasar yang memenuhi syarat kesehatan yang

dilakukan pengawasan adalah jumlah pasar yang dipantau dibagi dengan

jumlah pasar yang ada di wilayah tersebut.

a. Indikator Kinerja: Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan

kesehatan kerja dasar

Kesehatan Kerja adalah upaya perlindungan dan pemeliharaan kesehatan fisik,

mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan, dan pencegahan gangguan

kesehatan tenaga kerja, baik itu pada pekerja formal maupun pekerja informal.

Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam peningkatkan

pelayanan kesehatan pada pekerja, berupa pelayanan pekerja sakit yang

berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan, surveilans kesehatan kerja,

pengukuran kebugaran di tempat kerja, dan pemeriksaan kesehatan pada pekerja.

Target yang ditetapkan pada tahun 2018 untuk jumlah Puskesmas yang

menyelenggarakan kesehatan kerja dasar adalah 70% atau sekitar 164 Puskesmas

di Kalimantan Selatan namun capaian kinerja Tahun 2017 ini telah mencapai

67,23% atau sebanayak 158 Puskesmas sudah menyelenggarakan kesehatan kerja

dasar. Dibandingkan dengan persentase puskesmas yang sudah menyelenggarakan

kesehatan kerja dasar pada tahun 2017, persentase puskesmas sudah

menyelenggarakan kesehatan kerja dasar tahun 2018 meningkat namun masih

belum mencapai target dan sesuai renstra pusat. Jika pada tahun 2017 persentase

puskesmas yang sudah menyelenggarakan kesehatan kerja dasar di seluruh

Kabupaten/Kota se-Kalimantan Selatan hanya sebesar 63,83% dengan target

tahun 2017 sebesar 60%, sedangkan tahun 2018 persentase puskesmas yang sudah

menyelenggarakan kesehatan kerja dasar di seluruh Kabupaten/Kota se-

Kalimantan Selatan sebesar 67,23% dengan target tahun 2018 sebesar 70%

sebagaimana tergambar pada grafik berikut.

Page 50: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

0 0 0 1 1 2 411 12 16 19

3441

141

0

20

40

60

80

100

120

140

160

20,83

42,8647,37

53,85

69,2375,00 76,19 78,95 80,77

88,89 89,47 92,86100,00

67,23

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Grafik 3.17. Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan

Kerja Dasar Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Selain itu juga Pos Usaha Kesehatan Kerja (UKK) yang terbentuk dan dibina

Puskesmas pada tahun 2018 ini sudah meningkat. Jika pada tahun 2017 sudah

terbentuk sebanyak 113 buah Pos UKK, pada tahun 2018 ini sudah meningkat

menjadi 141 Pos UKK, sedangkan target pada tahun 2018 sebanyak 100 buah.

Diharapkan tahun selanjutnya semua Puskesmas yang ada di kabupaten/kota

sudah bisa membentuk dan membina Pos UKK sebagaimana tergambar pada

grafik berikut ini.

Grafik 3.18. Jumlah Pos UKK di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Page 51: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

b. Indikator Kinerja : Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan

kesehatan olahraga pada masyarakat di wilayah kerjanya

Kesehatan Olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga atau

latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani

melalui aktifitas fisik dan atau olahraga. Target sasaran kesehatan olahraga

adalah masyarakat umum dan prestasi.

Kebugaran jasmani merupakan indikator fungsi organ yang optimal, terutama

fungsi jantung, paru-paru, dan otot rangka yang dapat menggambarkan kualitas

hidup sehari hari. Tingkat kebugaran yang rendah menjadi salah satu faktor

risiko seseorang untuk mengalami penyakit akibat kurang gerak dan dapat

berdampak pada penurunan produktivitas maupun prestasi. Mengetahui tingkat

kebugaran jasmani juga sangat bermanfaat dalam menentukan kegiatan

aktifitas fisik, latihan fisik dan olahraga sesuai dengan kesiapan fisiknya.

Peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM) sangat erat hubungannya dengan

perubahan perilaku dan gaya hidup, seperti pola makan yang tidak seimbang,

kurangnya aktifitas fisik merupakan salah satu dampak negatif dalam masa

perkembangan IPTEK.

Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam peningkatkan

pelayanan kesehatan olahraga pada masyarakat, berupa pendataan kelompok

olahraga, pembinaan dan pelayanan kesehatan olahraga dalam bentuk

pengukuran kebugaran masyarakat di Puskesmas, pengukuran kebugaran calon

Jemaah haji, pengukuran kebugaran pekerja dan pengukuran kebugaran anak

sekolah. Target yang ditetapkan pada tahun 2018 untuk jumlah Puskesmas

yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada masyarakat di wilayah

kerjanya adalah 50% atau sekitar 117 Puskesmas di Kalimantan Selatan namun

capaian kinerja Tahun 2018 ini telah mencapai 70,64% atau sebanayak 176

Puskesmas sudah melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada masyarakat

di wilayah kerjanya.

Pencapaian kinerja indikator ini digambarkan sebagaimana dalam grafik

berikut ini.

Page 52: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

20,83

57,14

89,47

58,33

23,08

100,00

66,6773,68

80,77

94,4489,47

92,86100,00

70,64

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

8,33

32,14

57,89

16,67

7,69 7,69

33,33

10,537,69

44,44

15,79

71,43

22,2225,53

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

Grafik 3.19. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan

Kesehatan Olahraga pada Masyarakat di Wilayah Kerjanya

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Sementara itu, indikator kinerja persentase puskesmas melaksanakan kesehatan

olahraga bagi anak sekolah dasar ditargetkan pada tahun 2018 sebesar 60%,

namun cakupan Provinsi Kalimantan Selatan hanya 25%.

Grafik 3.20. Persentase Puskesmas Melaksanakan Kesehatan Olahraga

bagi Anak SD di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Page 53: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Namun jika dilihat cakupan per kabupaten/kota, terdapat satu kabupaten yang

melampaui target yaitu Tanah Bumbu (71,43%), sedangkan 12 kabupaten/kota

yang lain masih di bawah target. Penyebab rendahnya cakupan indikator ini

disebabkan beberapa faktor, antara lain sumber daya manusia terbatas (belum

dilatih), kegiatan tidak dianggarkan dalam BOK dan kurangnya sinergi/integrasi

perencanaan dengan kabupaten/kota. Rincian capaian indikator kinerja ini dapat

dilihat pada Grafik 3.20.

Indikator kinerja persentase jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani pada

tahun 2018 ditargetkan sebesar 80%, dapat direalisasi Provinsi Kalimantan

Selatan sebesar 89% atau capaian 111,25%.

Grafik 3.21. Persentase Jemaah Haji yang Diperiksa Kebugaran Jasmani

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Namun jika dirinci per kabupaten/kota, terdapat satu kabupaten yang tidak dapat

mencapai target yaitu Balangan (68%). Penyebabnya rendahnya cakupan ini

adalah keterbatasan SDM di puskesmas dan kurangnya koordinasi dengan

pengelola kabupaten. Rincian capaian indicator kinerja ini dapat dilihat pada

Grafik 3.21.

85

100

90

68

87 92

87 93 91

82 87

97 98 89

-

20

40

60

80

100

120

Page 54: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

III. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat memegang tanggung jawab

indikator kinerja sebanyak 3 kegiatan, yaitu jumlah kabupaten/kota yang

melaksanakan minimal 5 tema gerakan masyarakat hidup sehat, persentase

posyandu aktif dan persentase desa yang mengalokasikan dana desa untuk UKBM

sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.8. Indikator Kinerja dan Target

Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

No. Indikator Kinerja Target Realisasi

1. Jumlah Kabupaten/Kota yang

melaksanakan minimal 5 tema kampanye

Germas

6 7

2. % Posyandu aktif 26 27

3. % Desa yang mengalokasikan dana desa

untuk upaya kesehatan berbasis

masyarakat sesuai dengan NSPK

kesehatan

31 32

a. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Minimal 5 Tema Kampanye

Germas

Secara umum tema Germas dapat diuraikan sebagai berikut: 1)

Peningkatan Aktifitas Fisik, 2) Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan

Perbaikan Gizi (Konsumsi Sayur/Buah dan Stunting), 3) Peningkatan Pencegahan

dan Deteksi Dini Penyakit (Periksa Kesehatan Berkala), 4) Peningkatan Kualitas

Lingkungan, 5) Peningkatan Perilaku Hidup Sehat, 6) Peningkatan Edukasi Hidup

Sehat.

Dari target 6 kabupaten/kota pada tahun 2018, Provinsi Kalimantan

Selatan dapat mencapai sebanyak 7 kabupaten/kota atau 116%. Kabupaten/kota

tersebut adalah: Tanah Bumbu dan Banjar (lokus 2017), Hulu Sungai Selatan,

Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara (lokus 2018) ditambah Banjarmasin

dan Banjarbaru.

Page 55: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

0 20 40 60 80 100

Kota Banjarmasin

Kota Banjarbaru

Banjar

Tapin

Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai Tengah

Balangan

Tabalong

Tanah Laut

Tanah Bumbu

Kotabaru

Barito Kuala

Hulu Sungai Utara

Provinsi

82,14

71,07

84,44

85

76,61

65,46

88,72

38,49

67,05

52,04

57,67

87,86

79,79

73,24

17,86

28,93

15,56

15

23,39

34,54

11,28

61,51

32,95

47,96

42,33

12,14

20,21

26,76

PERSENTASE (%)Tidak Aktif Aktif

b. Persentase Posyandu Aktif

Posyandu aktif adalah posyandu yang mampu melaksanakan kegiatan

utamanya secara rutin setiap bulan (KIA: ibu hamil, ibu nifas, bayi, balita, KB,

imunisasi, gizi, pencegahan dan penanggulangan diare) dengan cakupan masing-

masing minimal 50% dan melakukan kegiatan tambahan.

Dimana posyandu bertujuan untuk menunjang percepatan penurunan Angka

Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak

Balita (AKABA) melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

Cakupan posyandu aktif Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 27% telah

melampaui dari target pada tahun 2018 sebesar 26% atau capaian 104%.

Sementara jika dilihat per kabupaten/kota, hanya 5 kabupaten/kota yang melebihi

target, yaitu : Tabalong (61,51%), Tanah Bumbu (47,96%), Kotabaru (42,33%),

Hulu Sungai Tengah (34,54%) dan Tanah Laut (32,95%). Rincian persentase

posyandu aktif dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 3.22. Posyandu Aktif di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

Adapun permasalahan yang masih membuat perkembangan posyandu

masih jalan di tempat dikarenakan urusan Posyandu masih merupakan urusan

kesehatan, sedangkan tujuan utama dibentuknya Posyandu adalah

memberdayakan masyarakat dalam kemandirian agar mau, tahu dan mampu

dalam mengatasi masalah kesehatannya sendiri. Oleh karena itu masih diperlukan

Page 56: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

advokasi secara terus-menerus kepada lintas sektor dan lintas program terkait

tentang permasalahan dan manfaat apabila Posyandu berkembang. Perlunya

pendampingan kepada desa sebagai strata pemerintahan terendah dalam

pemanfaatan Dana Desa bagi UKBM terutama Posyandu di bidang pemberdayaan

masyarakat. Peningkatan jumlah Posyandu dan perubahan strata terjadi karena

adanya realisasi dana desa sebagai anggaran penunjang operasional Posyandu.

Berdasarkan strata posyandu di Kalimantan Selatan yang paling besar adalah

Madya (57%) dan Purnama (25%), sedangkan strata Mandiri hanya sebesar 2%.

Provinsi Kalimantan Selatan terus mengupayakan peningkatan strata Pratama dan

Madya menjadi Purnama bahkan Mandiri. Rekapitulasi strata posyandu di

Kalimantan Selatan sebagaimana ditunjukkan pada table berikut ini.

Tabel 3.9. Strata Posyandu di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018

No. Kabupaten/Kota Pratama % Madya % Purnama % Mandiri % Total

1. Banjarmasin 30 8% 292 74% 70 18% 0 0% 392

2. Banjarbaru 33 21% 80 50% 39 25% 7 4% 159

3. Banjar 160 30% 296 55% 75 14% 9 2% 540

4. Tapin 32 15% 155 70% 31 14% 2 1% 220

5. HSS 49 17% 177 60% 68 23% 1 0% 295

6. HST 52 13% 219 53% 138 33% 5 1% 414

7. Balangan 90 46% 83 43% 17 9% 5 3% 195

8. Tabalong 0 0% 107 38% 163 59% 8 3% 278

9. Tanah Laut 29 11% 148 56% 74 28% 13 5% 264

10. Tanah Bumbu 46 23% 56 29% 74 38% 20 10% 196

11. Kotabaru 8 3% 165 55% 110 37% 17 6% 300

12. Barito Kuala 107 28% 233 60% 47 12% 0 0% 387

13. HSU 2 1% 227 79% 58 20% 0 0% 287

Provinsi 638 16% 2238 57% 964 25% 87 2% 3927

c. Persentase Desa yang Mengalokasikan Dana Desa untuk UKBM sesuai

dengan NSPK kesehatan

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa, yang ditransfer melalui APBD

Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahaan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan

Page 57: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

2931 32

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2016 2017 2018

PER

SEN

TASE

(%

)

pemberdayaan masyarakat (Permendagri Nomor 113 Tahun 2014). Desa yang

mengalokasikan Dana Desa untuk UKBM adalah persentase desa yang

memanfaatkan Dana Desa minimal 10% untuk UKBM dengan difasilitasi oleh

puskesmas.

Capaian Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun ke tahun terus meningkat

dari tahun 2016 sebesar 29%, meningkat menjadi 31% pada tahun 2017 dan

meningkat menjadi 32% pada tahun 2018. Target pada tahun 2018 sebesar 31%,

artinya capaian Provinsi Kalimantan Selatan sudah di atas target atau 103%.

Pada tiap tahunnya penggunaan dana desa terus meningkat ini dikarenakan

adanya sosialisasi penggunaan dana desa serta adanya pendampingan sarjana

pendamping desa/fasilitator desa. Trend persentase desa yang memanfaatkan dana

desa minimal 10% untuk UKBM dapat digambarkan pada grafik berikut ini.

Grafik 3.23. Trend Persentase Desa yang Memanfaatkan Dana Desa Minimal

10% untuk UKBM Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2018

d.

Page 58: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

IV. Administrasi Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada

Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat diarahkan untuk penguatan

perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan kegiatan yang terintegrasi antar

pusat dan daerah, antar program dan antar sektor.

Tabel 3.10. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Dukungan Manajemen

dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan

Kesehatan Masyarakat

No. Indikator Kinerja Target

(%)

Realisasi

(%)

1. % Realisasi kegiatan administrasi dukungan

manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

lainnya Program Pembinaan Kesehatan

Masyarakat

92 95

Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari target 92%

pada tahun 2018 realisasi sebesar 95% atau capaian 103%. Dimana kegiatan

Dukungan Manajemen ini diberikan untuk mendukung kegiatan pada program

teknis, diantaranya adalah Rapat Koordinasi Teknis Program Kesehatan

Masyarakat, Bimbingan Teknis Program Kesehatan Masyarakat ke

kabupaten/kota, Konsultasi Program Kesehatan Masyarakat ke Pusat dan

Evaluasi Pelaporan Program Kesehatan Masyarakat serta Pengelolaan

Keuangan dan BMN.

B. Realisasi Anggaran

Pagu anggaran pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Satker Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2018 sebesar

Rp 13.341.313.000,- dan mencapai realisasi sebesar Rp 10.876.086.320,- atau

81,52%. Realisasi anggaran Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat disajikan

pada tabel berikut ini.

Page 59: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

Tabel 3.11. Realisasi Anggaran Dekonsentrasi (03) Program Pembinaan

Kesehatan Masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2018

No. Jenis Kegiatan Pagu

(Rp)

Realisasi

(Rp)

Realisasi

(%)

1. (2080)

Pembinaan Gizi Masyarakat 3.212.000.000 2.513.979.000 78,27%

2.

(2085)

Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya pada Program Layanan

Dukungan Manajemen

900.319.000 781.924.400 86,85%

3. (2089)

Pembinaan Upaya Kesehatan

Kerja dan Olahraga

794.079.000 719.251.100 90,58%

4. (5832)

Pembinaan Kesehatan Keluarga 1.398.178.000 1.147.615.765 82,08%

5. (5833)

Promosi Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat

6.065.694.000 4.893.150.055 80,67%

6. (5834)

Penyehatan Lingkungan 971.043.000 820.166.000 84,46%

Total 13.341.313.000 10.876.086.320 81,52

Page 60: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Capaian indikator kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Provinsi Kalimantan

Selatan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :

a. Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) dengan capaian 77 dari target

82%.

b. Persentase Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) dengan capaian sebesar

11,6% dari target 19,7%.

c. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan dengan

capaian sebesar 38% dari target 35%.

2. Ketiga indikator tersebut dilaksanakan di tingkat Puskesmas, di mana Provinsi

berperan untuk memastikan indikator tersebut berjalan sebagaimana mestinya melalui

dukungan dari tahap perencanaan (Juknis, Juklak, Pedoman), pelaksanaan

(sosialisasi, orientasi, refreshing) dan monitoring evaluasi.

3. Faktor pendukung keberhasilan pencapaian indikator kinerja program, antara lain adalah

ketersediaan anggaran, kebijakan dari pemerintah pusat, regulasi dari pemerintah

provinsi, integrasi dan sinergi pusat-daerah, serta keakuratan data.

4. Faktor penghambat dalam pencapaian indikator kinerja program, antara lain adalah SDM

yang jumlahnya terbatas dan belum terlatih, tingkat kepatuhan sasaran, masih ada ego

program dan sarana/prasarana belum memadai (gudang penyimpanan khusus PMT tidak

tersedia di puskesmas).

5. Alternatif solusi yang dapat diberikan, antara lain memaksimalkan pembinaan

penyelenggaraan program dan terfokus pada daerah sasaran yang aktif kepada

seluruh pengelola kesehatan di daerah dalam percepatan pencapaian target indikator

program serta memaksimalkan komunikasi aktif.

6. Realisasi anggaran dekonsentrasi (03) Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

tahun 2018 pada Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan telah mencapai

81,52%. Hal ini dapat dikatakan sejalan dengan capaian indikator kinerja, dimana telah

mencapai target.

Page 61: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

B. Saran

1. Dalam menyusun perencanaan tahun yang akan datang diharapkan untuk memperkuat

intervensi spesifik dan sensitif yang terintegrasi pada lokus prioritas dengan

meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar dan upaya promotif dan preventif.

2. Penyusunan perencanaan/anggaran diharapkan sesuai money follow program

berdasarkan pendekatan Holistik, Tematik, Integratif dan Spasial (HITS).

3. Setiap kabupaten/kota diharapkan dapat menindaklanjuti dengan menyusun dan

melaksanakan Rencana Aksi Daerah untuk peningkatan capaian program prioritas.

4. Monitoring dan evaluasi perlu terus dilakukan agar dapat terpantau serta terkendalinya

masalah dan hambatan secara dini sehingga dapat menemukan solusi yang cerdas dan

inovatif dalam pelaksanaan kegiatan.

Page 62: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

LAMPIRAN

Page 63: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun
Page 64: LAKIP Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 filePelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun