laju respirasi dan suhu rektal burung puyuh … · latar belakang industri ternak unggas merupakan...

24
LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix Japonica) PADA BERBAGAI PAPARAN WAKTU CEKAMAN PANAS WINUSUDYASARI NUGRAHENI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: lelien

Post on 10-Mar-2019

312 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH

(Coturnix coturnix Japonica) PADA BERBAGAI PAPARAN

WAKTU CEKAMAN PANAS

WINUSUDYASARI NUGRAHENI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor
Page 3: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Laju Respirasi dan

Suhu Rektal Burung Puyuh (Coturnix coturnix Japonica) pada Berbagai Paparan

Waktu Cekaman Panas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Winusudyasari Nugraheni

NIM B04120180

Page 4: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

ABSTRAK

WINUSUDYASARI NUGRAHENI. Laju Respirasi dan Suhu Rektal Burung

Puyuh (Coturnix coturnix Japonica) pada Berbagai Paparan Waktu Cekaman

Panas. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO dan HERA MAHESHWARI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon burung puyuh terhadap

pemberian cekaman panas akut berdasarkan frekuensi respirasi dan suhu rektal.

Penelitian menggunakan 12 ekor puyuh yang dibagi kedalam dua kelompok

dengan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor puyuh. Kelompok I dan II

diberikan perlakuan panas akut pada suhu 40°C dengan berbagai waktu cekaman

panas. Kelompok I diberikan cekaman panas dengan waktu 30 dan 60 menit

sedangkan kelompok II diberikan cekaman panas dengan waktu 60 dan 120 menit

kemudian dilakukan pengukuran frekuensi respirasi dan suhu rektal. Hasil

penelitian kelompok I pada pengukuran frekuensi respirasi dan suhu rektal

menunjukkan ada perbedaan nyata (P<0.05) dibandingkan dengan kontrol

terhadap lama waktu pemanasan sedangkan kelompok II menunjukkan hasil yang

berbeda nyata (P<0.05) dalam pengukuran frekuensi namun tidak berbeda nyata

(P>0.05) pada pengukuran suhu rektal. Pengukuran frekuensi respirasi dan suhu

rektal kelompok I dan kelompok II menunjukkan tidak ada perbedaan nyata

berdasarkan uji T. Hasil penelitian dapat disimpulkan semakin lama waktu

cekaman panas maka semakin meningkatkan frekuensi respirasi dan suhu rektal.

Kata kunci : cekaman panas, laju respirasi, puyuh suhu rektal

ABSTRACT

WINUSUDYASARI NUGRAHENI. Respiration Rate and Rectal Temperature of

Quail (Coturnix coturnix Japonica) The Results of Various Heat Exposure.

Supervised by KOEKOEH SANTOSO and HERA MAHESHWARI.

This research is aimed to study the response of respiration rate and rectal

temperature of quails towards acute heat stress. The experiment used 12 quails

that were divided into two groups which each group consists of 6 quails. Group I

and group II were treated by shock heat exposure at 40°C. Group I were treated by

heat exposure for 30 and 60 minutes and group II were treated by heat exposure

for 60 and 120 minutes, the rectal temperature was measured before the

respiration rate. The results showed that respiration rate and rectal temperature in

group I was higher (P<0.05) than control data and increase due to the duration of

heat exposure. In group II the respiration rate was higher than control (P<0.05)

but there was no significant effect (P>0.05) in rectal temperature. Respiration rate

and rectal temperature in group I and group II was no significant effect in T test.

In conclusion, the duration of heat exposure could increased the respiration rate

and rectal temperature of quails.

Keywords: heat exposure, rectal temperature, respiration rate, quail

Page 5: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH

(Coturnix coturnix Japonica) PADA BERBAGAI PAPARAN

WAKTU CEKAMAN PANAS

WINUSUDYASARI NUGRAHENI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 6: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor
Page 7: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

Judul Skripsi : Laju Respirasi dan Suhu Rektal Burung Puyuh (Coturnix coturnix

Japonica) pada Berbagai Paparan Waktu Cekaman Panas

Nama : Winusudyasari Nugraheni

NIM : B04120180

Disetujui oleh

Dr Drh Koekoeh Santoso

Pembimbing I

Dr Drh Hera Maheshwari, M.Sc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Tanggal Lulus:

Page 8: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2015 ini adalah

Cekaman Panas, dengan judul Laju Respirasi dan Suhu Rektal Burung Puyuh

(Coturnix coturnix Japonica) pada Berbagai Paparan Waktu Cekaman Panas.

Selama penyusunan skripsi ini penulis mendapat begitu banyak bantuan

yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: Dr Drh

Koekoeh Santoso selaku pembimbing utama atas segala motivasi, kritik, saran,

bantuan, dan kesabaran yang telah diberikan selama penelitian hingga

penyelesaian skripsi; Dr Drh Hera Maheshwari, M.Sc selaku pembimbing kedua

atas segala motivasi, kritik, saran, bantuan, dan kesabaran yang telah diberikan

selama penulisan hingga penyelesaian skripsi; Prof Dr Drh Iman Supriatna

sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis

menjalankan studi di tingkat sarjana; Ibu, bapak, kakak, serta segenap keluarga

besar atas segala doa, kasih sayang, bantuan, dan semangat. Terimakasih juga

penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan

karya ilmiah ini Henny Parwita Sari, Nurmayanti, Ayu S Pandiangan, teman-

teman penelitian global warming, serta teman-teman satu angkatan Astrocyte 49.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, walaupun demikian penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2016

Winusudyasari Nugraheni

Page 9: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 5

Waktu dan Tempat 5

Bahan 5

Alat 5

Prosedur Penelitian 5

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

RIWAYAT HIDUP 14

Page 10: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

DAFTAR TABEL

1 Pengaruh cekaman panas akut terhadap frekuensi respirasi burung

puyuh kelompok I 7

2 Pengaruh cekaman panas akut terhadap frekuensi respirasi burung

puyuh kelompok II 8

3 Pengaruh cekaman panas akut terhadap suhu rektal burung puyuh

kelompok I 9

4 Pengaruh cekaman panas akut terhadap suhu rektal burung puyuh

kelompok II 10

DAFTAR GAMBAR

1 Sistem Respirasi Burung 3

2 Bagan Prosedur Penelitian 6

3 Grafik Frekuensi Respirasi Kelompok I 7

4 Grafik Frekuensi Respirasi Kelompok II 8

5 Grafik Suhu Rektal Kelompok I 9

6 Grafik Suhu Rektal Kelompok II 10

Page 11: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang

mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor perunggasan saat ini mulai di

lakukan masyarakat adalah budidaya puyuh. Populasi burung puyuh tahun 2013

adalah 12.594 juta ekor serta diharapkan menjadi sumber penghasil protein

hewani di masa mendatang (Widyatmoko et al. 2013). Menurut Dirjen Peternakan

dan Kesehatan Hewan (2015), tahun 2014 jumlah populasi burung puyuh

(Cortunix cortunix Japonica) memiliki perkembangan yang paling pesat, yaitu

12.69 juta ekor atau mengalami peningkatan 1.11% dibandingkan dengan populasi

tahun 2013 dan populasi tahun 2015 mencapai 12.90 juta ekor.

Salah satu faktor yang menghambat laju produksi peternakan puyuh yaitu

tingginya suhu lingkungan di negara tropis seperti di Indonesia (mencapai 34oC)

pada siang hari dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan panas dalam tubuh,

sehingga ternak mengalami cekaman panas. Berdasarkan pemodelan yang

dilakukan Intergovernmental Panel of Climate Change (IPCC) pada tahun 2100

temperatur bumi akan meningkat 1,8-4°C (IPCC 2007). Temperatur lingkungan rata-

rata di Indonesia adalah 24-33°C, berdasarkan pemodelan dari IPCC maka pada tahun

2100 temperatur rata-rata di Indonesia dapat mencapai 28,7-37,7°C jauh lebih tinggi

dibandingkan suhu nyaman (thermoneutral zone) unggas yakni 20-21°C (Syafwan

2012). Peningkatan temperatur lingkungan menjadi faktor pemicu stres yang

berkelanjutan bagi seluruh makhluk hidup di seluruh dunia, termasuk puyuh.

Cekaman panas akan berdampak pada penurunan produktivitas dan status

kesehatan ternak (Faisal et al. 2008). Ternak unggas akan lebih terkena dampak

cekaman panas dibandingkan mamalia karena memiliki termoregulasi yang tidak

sebaik mamalia dengan tidak adanya kelenjar keringat. Terdapat reseptor di

hipotalamus yang bekerja mengontrol sistem termoregulasi hewan endotermik.

Evaporasi merupakan respon utama dari mekanisme termoregulasi puyuh yang

mengalami hipertermia sehingga pengeluaran panas tubuh secara evaporatif

melalui respirasi menjadi penentu dalam mempertahankan suhu tubuh.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon burung puyuh terhadap

cekaman panas akut berdasarkan laju respirasi serta suhu rektal.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang termoregulasi

burung puyuh terutama laju respirasi dan suhu rektal.

Page 12: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

2

TINJAUAN PUSTAKA

Burung Puyuh

Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi,

ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Burung puyuh merupakan

burung liar, pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. Burung

puyuh dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail, Colinus Virgianus

sedangkan di China disebut dengan Blue Breasted Quail, Coturnix Chinensis.

Masyarakat Jepang, China, Amerika dan beberapa Negara Eropa telah

mengkonsumsi telur dan dagingnya karena burung puyuh bersifat dwiguna (Tetty

2002).

Burung puyuh terus dikembangkan ke seluruh penjuru dunia, sedangkan di

Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak tahun 1979. Burung

puyuh liar banyak terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix coturnix

Japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut Pappas (2002)

klasifikasi burung puyuh Coturnix coturnix Japonica adalah sebagai berikut:

kingdom : Animalia

filum : Chordata

class : Aves

ordo : Gallivormes

subordo : Phasianoidea

famili : Phasianidae

sub-famili : Phasianinae

genus : Coturnix

spesies : Coturnix coturnix Japonica

Respirasi Unggas

Sistem respirasi unggas menurut Suprijatna et.al (2005), terdiri dari nasal

cavities, larynx, trachea, syrinx, bronchi, bronchiole dan bermuara di alveoli.

Unggas memerlukan banyak energi untuk terbang sehingga unggas memiliki

sistem respirasi yang memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran oksigen

yang sangat besar per unit hewan. Oksigen yang tinggi diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut sehingga anatomi dan fisiologi sistem respirasi

unggas berbeda dengan mamalia. Perbedaan utama adalah fungsi paru-paru. Pada

mamalia, otot diafragma berfungsi mengontrol ekspansi dan kontraksi paru-paru.

Unggas tidak memiliki diafragma sehingga paru-paru tidak mengembang dan

kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi. Paru-paru hanyalah sebagai tempat

berlangsungnya pertukaran gas di dalam darah.

Sistem pernapasan burung berbeda dengan vertebrata lain menurut Scanes

(2015), paru-paru mamalia berukuran 7-15% dari volume tubuhnya sedangkan

paru-paru burung lebih kecil yaitu 1-3% dari volume tubuh. Fungsi pertukaran gas

dan ventilasi pada burung sebagai organ pernapasan dibagi menjadi unit

fungsional yang lebih kecil untuk meningkatkan luas permukaan pada saat

Page 13: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

3

pertukaran gas sedangkan alveoli di paru-paru mamalia melakukan kedua fungsi

pernafasan yaitu ventilasi dan pertukaran gas.

Bangsa unggas mempunyai sembilan kantung udara yang dapat

diklasifikasikan sebagai kantung udara depan dan kantung udara belakang.

Kantung udara bagian depan terdiri dari satu pasang kantung udara cervicalis, satu

buah kantung udara clavicularis, dan satu pasang kantung udara anterior thoracic.

Kantung udara cervicalis secara langsung terhubung ke brochus sekunder

medioventral pertama. Kantung udara clavicularis langsung terhubung ke

bronchus sekunder medioventral ketiga, dan terhubung secara tidak langsung

melalui parabronchus. Kantung udara anterior thoracic umumnya terhubung ke

medioventral sekunder ketiga bronchus, serta parabronchus. Kantung udara

bagian belakang terdiri dari sepasang kantung udara caudal thoracic dan sepasang

kantung udara abdominalis. Kantung udara caudal thoracic langsung terhubung

ke latero ventral bronchus dan memiliki sambungan secara tidak langsung ke

kranial (medioventral) bronchus sekunder pada beberapa spesies seperti ayam.

Kantung udara abdominalis terhubung ke bagian belakang dari bronchus primer

intrapulmonary dan terhubung secara tidak langsung dengan parabronchus dari

bronchus sekunder laterodorsal dan mediodorsal bagian belakang bronchus

sekunder. Kantung udara terhubung dengan parabronchus melalui struktur seperti

corong yang disebut saccobronchus (Scanes 2015).

Gambar 1 Sistem respirasi burung

(Sumber: Scanes 2015)

Pernafasan merupakan usaha pengambilan oksigen dari udara dan

pengeluaran karbondioksida beserta uap air melalui sistem pernafasan setelah di

proses dalam paru-paru, kantung udara, dan darah. Sistem pernapasan burung juga

penting untuk termoregulasi dan fungsi selain pernapasan seperti vokalisasi.

Sistem pernafasan memastikan pasokan oksigen cukup ketika kebutuhan oksigen

meningkat (Scanes 2015). Udara luar yang mengandung oksigen masuk ke saluran

pernafasan dan didistribusikan melalui paru-paru yang berhubungan dengan

kantung udara. Proses inspirasi terjadi ketika unggas menarik nafas sehingga otot

inspirasi meningkatkan volume rongga tubuh dan menghasilkan tekanan

subatmosfir selanjutnya udara masuk ke kantung udara dan paru-paru kemudian

Page 14: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

4

oksigen disitribusikan oleh darah untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Ekspirasi

terjadi ketika otot ekspirasi mengurangi volume rongga tubuh sehingga udara

keluar melalui kantung udara, paru-paru dan menuju saluran pernafasan untuk

diikeluarkan. (Yuwanta 2005).

Suhu Tubuh

Hewan endotermik mampu mempertahankan suhu tubuh tetap untuk

beradaptasi dalam berbagai kondisi lingkungan. Sistem pengaturan suhu tubuh ini

disebut termoregulasi yang berkaitan dengan mekanisme homeostasis. Unggas

dapat mempertahankan suhu tubuhnya dalam core temperature dan surface

(peripheral temperature) untuk mengatasi panas di lingkungan (Scanes 2015).

Perubahan suhu dideteksi oleh dua termoreseptor yaitu peripheral thermoreceptor

dan central thermoreceptor. Central thermoreceptor berperan dalam

mempertahankan core temperature ketika suhu lingkungan lebih tinggi dari zona

nyaman puyuh yaitu 20-25°C. Core temperature merupakan suhu inti yang akan

dipertahankan meskipun unggas hidup pada suhu lebih rendah atau lebih tinggi

dari suhu tubuhnya. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme yang disebut setting

point di hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh (Guyton 2011).

Cekaman Panas

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

performa unggas. Indonesia sebagai negara tropis, memiliki suhu lingkungan yang

lebih tinggi atau berada di atas zona nyaman bagi pertumbuhan unggas. Rataan

suhu harian daerah tropis di Indonesia berkisar antara 31,32 ± 1,22ºC (maksimum)

dan 22,44 ± 1,48°C (minimum) (BPS 2009). Pertumbuhan optimum bangsa

unggas terutama puyuh tercapai apabila berada pada suhu lingkungan yang

nyaman, yaitu 18-23ºC (Bell dan Weaver 2002). Suhu lingkungan penelitian yang

lebih tinggi dari suhu nyaman unggas dapat mempengaruhi performa unggas

terutama puyuh untuk tumbuh maksimal. Manajemen lingkungan sangat penting

untuk menjaga ternak merasa nyaman. Suhu lingkungan yang optimal untuk

pertumbuhan puyuh adalah 20-25°C (Tetty 2002).

Cekaman yang disebabkan tingginya temperatur lingkungan yang terjadi

secara terus menerus pada hewan dapat mengganggu kesehatan dan proses

homeostasis (Leeson dan Summers 2001). Cekaman ini biasanya berhubungan

dengan iklim yang ekstrim, misalnya terlalu dingin atau terlalu panas. Unggas

akan mengalami cekaman panas ketika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu

nyaman, sehingga akan menurunkan performa. Suhu lingkungan lebih rendah dari

suhu nyaman, akan menyebabkan unggas mengalami cekaman dingin, sehingga

daya tahan tubuh menjadi rendah dan menurunkan performa. Keadaan suhu

lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi

produktivitas unggas. Suhu panas pada suatu lingkungan industri unggas telah

menjadi salah satu perhatian utama karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi

disebabkan meningkatnya angka kematian ataupun menurunnya produktvitas (St-

Pierre et al. 2003). Keadaan suhu relatif tinggi pada suatu lingkungan

Page 15: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

5

pemeliharaan menyebabkan terjadinya cekaman panas pada unggas (Austic,

2000).

Setiap makhluk hidup memiliki suatu zona fisiologis yaitu zona

homeostasis. Zona homeostasis ini akan terganggu ketika terjadi stres dan tubuh

akan berusaha mengambalikan ke kondisi sebelum terjadi stres. Ternak unggas

yang menderita stres akan memperlihatkan ciri-ciri gelisah, banyak minum, nafsu

makan menurun dan mengepak-ngepakan sayap di lantai kandang. Disamping itu,

ternak yang menderita stres akan mengalami panting dengan frekuensi berbanding

lurus dengan tingkat stres, suhu tubuh meningkat yang disertai dengan

peningkatan kadar hormon kortikosteron dan ekspresi Heat Shock Protein (HSP)

70 (Tamzil et al. 2013).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Ruang Observasi Departemen Anatomi,

Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

pada tanggal 29 November 2015 sampai dengan 6 Juni 2016 .

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor puyuh betina

fase layer umur 6 minggu sebagai hewan coba, pakan puyuh, vaksin ND, vitamin,

dan air minum.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang percobaan,

lampu penerang dan lampu pemanas, termometer, termostat, kipas exhaust, tempat

pakan serta tempat minum, chamber pengukuran respirasi dan spirometer pod,

powerlab/4st AD instrument, laptop serta aplikasi Chart 5.

Prosedur Penelitian

Persiapan Kandang

Sebelum penelitian dimulai ruangan dan peralatan kandang disuci

hamakan menggunakan desinfektan. Disediakan kandang percobaan dalam

ruangan beserta peralatan yang dibutuhkan yaitu lampu penerang, lampu pemanas,

termometer, termostat, kipas exhaust, termasuk tempat pakan dan minum.

Digunakan dua buah kandang dalam penelitian yaitu satu buah kandang A (suhu

24°C) dan kandang B (suhu 40°C). Setiap kandang masing-masing diisi dengan 6

ekor puyuh. Selain itu digunakan chamber yang dimodifikasi dengan pemasangan

spirometer untuk pengukuran respirasi.

Page 16: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

6

Pengukuran Respirasi dan Suhu Rektal

Pengukuran dilakukan pada pagi hari selama 2 hari menggunakan 12 ekor

puyuh umur 6 minggu yang dibagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok I dan

kelompok II yang masing-masing terdiri dari 6 ekor puyuh dan diberikan cekaman

panas akut. Sebelum pemberian perlakuan dilakukan pengukuran frekuensi

respirasi dan suhu rektal sebagai kontrol pada masing-masing kelompok.

Kelompok I diberi perlakuan panas dengan suhu 40°C selama 30 menit dan 60

menit kemudian dilakukan pengukuran frekuensi respirasi dan suhu rektal.

Kelompok II diberi perlakuan panas dengan suhu 40°C selama 60 menit dan 120

menit kemudian dilakukan pengukuran frekuensi respirasi dan suhu rektal.

Pengukuran respirasi menggunakan Data Acquisition System dari AD instrument

yang telah dimodifikasi bagian air flow transducer. Pengukuran frekuensi

respirasi dilakukan lima kali pengulangan dengan masing-masing pengukuran satu

siklus respirasi selama 1 menit. Pengukuran suhu rektal dilakukan menggunakan

termometer.

Gambar 2 Bagan prosedur penelitian

12 ekor puyuh fase layer

Kelompok II

6 ekor

Kelompok I

6 ekor

Ukur frekuensi respirasi dan suhu rektal (kontrol)

Kelompok II

pemanasan 60 menit

Kelompok I

Pemanasan 30 menit

Ukur frekuensi respirasi dan suhu rektal

Kelompok I

pemanasan 60 menit

Kelompok II

pemanasan 120 menit

Ukur frekuensi respirasi dan suhu rektal

Page 17: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

7

Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan SPSS uji ANOVA one-way

dengan aplikasi SPSS Statistic dan uji Duncan untuk melihat perbedaan nyata

(p<0.05) antara lama pemanasan dengan frekuensi respirasi dan suhu rektal, serta

Regresi Linier munggunakan Microsoft Excel untuk melihat peningkatan

frekuensi respirasi dan suhu rektal dengan diberikannya paparan panas dalam

waktu berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Puyuh tergolong hewan homoithermic (berdarah panas) yang mempunyai

zona nyaman terkait suhu lingkungan. Puyuh mempunyai ciri spesifik tidak

memiliki kelenjar keringat serta hampir semua bagian tubuhnya tertutup bulu

sehingga kondisi biologis ini menyebabkan puyuh akan mengalami kesulitan

untuk melakukan termoregulasi ketika puyuh dipelihara di daerah tropis (Tamzil

2014). Moberg (2000), stres merupakan suatu ancaman sehingga dapat

mengganggu homeostasis hewan, bahkan setiap stresor yang menyebabkan

dampak negatif pada kesejahteraan hewan dapat dikategorikan sebagai stres.

Tabel 1 Pengaruh cekaman panas akut terhadap frekuensi respirasi burung puyuh

Kelompok I

Suhu dan Lama Cekaman Panas Parameter

Frekuensi Respirasi (x/menit)

24°C (kontrol) 64.20±10.13ᵃ

40°C (30 menit) 149.17±38.18ᵇ

40°C (60 menit) 151.00±20.63ᵇ

ᵃ,ᵇ superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada perbedaan

nyata (P<0.05)

Gambar 3 Grafik frekuensi respirasi kelompok I

Page 18: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

8

Pemberian cekaman panas pada puyuh menyebabkan terjadinya peningkatan

frekuensi respirasi pada Tabel 1 dari kontrol 64.20 kali/menit, pemberian cekaman

panas 30 menit meningkatkan laju respirasi sebesar 149.17 kali/menit, cekaman

panas selama 60 menit menghasilkan laju respirasi sebesar 151.00 kali/menit.

Grafik linier kelompok I terlihat adanya kenaikkan frekuensi respirasi

menghasilkan R2=0.564 yang mempunyai arti bahwa lama waktu pemanasan

dapat menjelaskan respirasi sebesar 56,4%. Peningkatan frekuensi pernafasan

terlihat pada Tabel 2 dari kontrol 64.53 kali/menit jika langsung dipanaskan

selama 60 menit 117.57 kali/menit, dan pemanasan selama 120 menit frekuensi

respirasi sebesar 151.10 kali/menit. Grafik linier kelompok II menghasilkan

R2=0.780 yang menunjukkan bahwa lama waktu pemanasan dapat menjelaskan

respirasi sebesar 78%. Berdasarkan hasil uji Anova frekuensi respirasi kelompok I

maupun kelompok II berbeda nyata pada selang kepercayaan (P<0.05). Menurut

Tamzil (2014) pemberian cekaman panas pada suhu 40°C selama waktu 0,5 jam,

1 jam, dan 1,5 jam menyebabkan frekuensi panting sebesar 822.48 kali/menit,

943.47 kali/menit, dan 1069.98 kali/menit. Hasil penelitian ini menunjukkan

kesamaan dengan penelitian Tamzil pada respon fisiologis yaitu semakin lama

waktu paparan panas akan meningkatkan frekuensi respirasi dan panting.

Gambar 4 Grafik frekuensi respirasi kelompok II

Tabel 2 Pengaruh cekaman panas akut terhadap frekuensi respirasi burung puyuh

Kelompok II

Suhu dan Lama Cekaman Panas Parameter

Frekuensi Respirasi (x/menit)

24°C (kontrol) 64.53±15.15ᵃ

40°C (60 menit) 117.57±23.97ᵇ

40°C (120 menit) 151.10±19.54ᶜ

ᵃ,ᵇ superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada perbedaan

nyata (P<0.05)

Page 19: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

9

Penelitian ini terdapat perbedaan dalam hasil pengukuran frekuensi respirasi

kemungkinan disebabkan oleh metode pengukuran yang berbeda yaitu dalam

penelitian ini yang diukur adalah siklus inspirasi dan ekspirasi.

Pemberian cekaman panas berpotensi meningkatkan suhu tubuh atau

hipertermia (Guyton 2011). Puyuh sebagai salah satu hewan endotermik akan

mempertahakan suhu tubuh dalam keadaan tetap. Peningkatan frekuensi respirasi

pada puyuh akibat cekaman panas dilakukan sebagai salah satu upaya untuk

mempertahankan suhu tubuh dalam core temperature oleh karena itu dilakukan

pengukuran suhu tubuh dalam penelitian ini.

Gambar 5 Grafik suhu rektal kelompok I

Tabel 3 Pengaruh cekaman panas akut terhadap suhu rektal burung puyuh

Kelompok I

Suhu dan Lama Cekaman Panas Parameter

Suhu Rektal (°C)

24°C (kontrol) 41.81±0.57ᵃ

40°C (30 menit) 42.08±0.52ᵃᵇ

40°C (60 menit) 42.58±0.28ᵇ

ᵃ,ᵇ superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada perbedaan

nyata (P<0.05)

Page 20: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

10

Suhu tubuh burung puyuh mengalami peningkatan dengan semakin lama

waktu paparan panas (Tabel 3). Grafik linier kelompok I menghasilkan R2=0.335

menunjukkan bahwa waktu pemanasan dapat mempengaruhi peningkatan suhu

rektal sebesar 33.5%. Kelompok II menghasilkan R2=0.224 yang berarti bahwa

lama waktu pemanasan hanya mempengaruhi peningkatan suhu rektal sebesar

22.4%. Beradasarkan uji Anova pada selang kepercayaan (P<0.05) menunjukkan

ada perbedaan nyata pada kelompok I. Tabel 4 tidak terdapat perbedaan nyata

pada selang kepercayaan (P<0.05). Beberapa penelitian melaporkan bahwa

peningkatan suhu lingkungan nyata meningkatkan suhu tubuh (Lin et al. 2005;

Tamzil et al. 2013). Pemeliharaan dalam suhu kandang bila suhu lingkungan

mencapai 40°C dan dibiarkan selama 1,5 jam suhu rektal meningkat mencapai

44,99°C disertai dengan peningkatan frekuensi panting (gular flutter), konsumsi

air minum serta penurunan konsumsi pakan (Tamzil et al. 2013).

Suhu tubuh normal pada ternak unggas berkisar antara 40,5-41,5°C (Etches

et al. 2008). Pembuangan panas dari dalam tubuh ternak unggas dilakukan melalui

dua cara, yaitu secara sensible heat loss dan insensible heat loss (Bird et al. 2003).

Sensible heat loss adalah hilangnya panas tubuh melalui proses radiasi, konduksi

dan konveksi, sedangkan secara insensible heat loss adalah hilangnya panas tubuh

Gambar 6 Grafik suhu rektal kelompok II

Tabel 4 Pengaruh cekaman panas akut terhadap suhu rektal burung puyuh

Kelompok II

Suhu dan Lama Cekaman Panas Parameter

Suhu Rektal (°C)

24°C (kontrol) 41.41±0.67ᵃ

40°C (60 menit) 42.03±0.21ᵃ

40°C (120 menit) 42.01±0.40ᵃ

ᵃ,ᵇ superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada perbedaan

nyata (P<0.05)

Page 21: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

11

melalui proses panting. Pada suhu pemeliharaan 23°C, 75% panas tubuh dibuang

secara sensible, selebihnya 25% dikeluarkan secara insensible, sebaliknya bila

suhu lingkungan meningkat sampai 35°C sebanyak 75% panas tubuh dibuang

melalui proses insensible dan sisanya sebanyak 25% dibuang secara sensible.

Pengeluaran panas akan lebih tinggi dari produksi panas jika suhu tubuh

diatas suhu normal sebaliknya jika suhu tubuh di bawah suhu normal maka

produksi panas akan ditingkatkan dan pembuangan panas akan ditekan.

Mekanisme pengatur suhu tubuh ini disebut setting point yang mengatur suhu

tubuh untuk kembali dalam core temperature. Suhu tubuh hampir seluruhnya

diatur oleh mekanisme umpan balik syaraf yang terletak pada hipotalamus.

Terdapat neuron di hipotalamus anterior yang berfungsi sebagai detektor suhu

untuk menentukan ketika suhu tubuh menjadi terlalu tinggi atau tertalu rendah.

Hipotalamus akan menggertak sistem syaraf otonom simpatis ketika suhu tubuh

menjadi lebih tinggi untuk meningkatkan frekuensi pernafasan sebagai

kompensasi mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal. Panting akan

terjadi jika suhu tubuh unggas mencapai 41-43°C (Guyton 2011).

Cekaman panas menurut Deyhim dan Teeter (1991), menyebabkan beberapa

perubahan fisiologi dan metabolis pada unggas seperti meningkatnya suhu tubuh,

panting dan respiratori alkalosis. Pengeluaran karbondioksida yang berlebihan

selama panting akan menurunkan tekanan parsial karbondioksida dalam plasma

darah. Sistem buffer bicarbonate menurunkan konsentrasi ion hidrogen yang

menyebabkan peningkatan pH plasma dan plasma bicarbonate. Kondisi ini akan

menekan asupan pakan dan mempengaruhi performa unggas petelur secara

keseluruhan. Mempertahankan keseimbangan asam - basa menjadi penting untuk

memperbaiki performa unggas dibawah temperatur tinggi guna mencegah dampak

berbahaya dari respiratori alkalosis (Ahmad dan Sarwar 2006).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon burung puyuh terhadap

cekaman panas yang diberikan ditunjukkan dengan cara meningkatkan frekuensi

respirasi dan terjadi peningkatan suhu rektal walaupun masih dalam kisaran

normal.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dan mendalam untuk mengukur pH

darah dan keseimbangan asam - basa untuk melihat potensi munculnya respirasi

alkalosis.

Page 22: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

12

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad T, Sarwar M. 2006. Dietary electrolyte balance: implications in heat

stressed broilers. J Poult Sci. 62(2):639-640.

Austic RE. 2000. Feeding Poultry in Hot and Cold Climates. Di dalam MK

Yousef, editor. Stress Physiology in Livestock Vol 3 Poultry. Florida (US):

CRC Pr. hlm. 123-136.

Bell DD, Weafer WD. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg Production. Ed

ke-5. New York (US): springer Science and Busines Media, Inc.

Bird NA, Hunton P, Morrison WD, Weber LJ. 2003. Heat Stress in Cage Layer.

Canada (CA): Ministry of Agriculture and Food Publishing.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Indonesia. Jakarta (ID): BPS.

Deyhim F, Teeter RG. 1991. Research Note: Sodium and potassium chloride

drinking water supplementation effects on acid-base balance and plasma

corticosterone in broilers reared in thermoneutral and heat distressed

environments. J Poult Sci. 70(1):2551 2553.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Statistik Peternakan

dan Kesehatan Hewan 2015. [internet]. [diunduh pada 2016 Juni 25]

Tersedia pada http://ditjennak.deptan.go.id.

Etches RJ, John TM, Verrinder GAM. 2008. Behavioural, Physiological,

Neuroendocrine and Molecular Responses to Heat Stress. Daghir NJ, editor

USA (US). Poult Prod Hot Clim. p. 49-69.

Faisal BA, Abdel SA, Fatah Y, Hommosany ME, Nermin MA, Gawad, Maie F,

Ali M. 2008. Immunocompetance, hepatic haet shock protein 70 and

physiological responses to feed restriction and heat stress in two body

weight lines of Japanese Quail. J. Poult Sci. 7(2): 174-183.

Guyton AC. 2011. Textbook of Medical Physiology. Twelft Edition. Philadelphia

(US): Elsevier.

IPCC (2007). Summary for Policymakers. In: Climate Change 2007: The Physical

Science Basis. Contribution of Working.

Lessons S, Summers JD. 2001. Nutrition of the Chickens. Ed ke-4. Canada (CA):

University Book Publishing.

Lin H, Zhang HF, Du R, Gu XH, Zhang ZY, Buyse J, Decuypere E. 2005.

Thermoregulation responses of broiler chickens to humidity at different

ambient temperatures four weeks of age. J Poult Sci. 84(1):1173-1178.

Moberg GP. 2000. Biological Response to Stress: Implications for Animal

Welfare. In: Moberg GP, Mench JA, editors. Biol Anim Stress.

Oxfordshire (UK): CABI Publishing. Pappas J. 2002. Coturnix japonica. [Internet]. [diunduh 2016 Maret 10]. Tersedia

pada:http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Cotur

nix_japonica.html.

Scanes CG. 2015. Strukie’s Avian Physiology. Ed ke-6. London (UK): Academic

Press Elsevier Inc.

St-Pierre NR, Cobanov B. and Schnitkey G. 2003. Economic losses from heat

stress by US livestock industries. J Dairy Sci. 86(1): 52-77.

Suprijatna E, Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Page 23: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

13

Syafwan. 2012. Effects of dietary changes on heat stress in broiler and Kampung

chickens [disertasi]. Natherland (NL): Wageningen University.

Tamzil MH, Noor RR, Hardjosworo PS, Manalu W, Sumantri C. 2013.

Keragaman gen heat shock protein 70 ayam Kampung, ayam Arab dan

ayam Ras. J Vet. 14(3): 317-326.

Tamzil MH. 2014. Stres Panas pada Unggas: Metabolisme, Akibat dan Upaya

Penanggulangannya. J Wart. 24(2): 57-66.

Tetty. 2002. Puyuh Si Mungil Penuh Potensi. Jakarata (ID): Agro Media Pustaka.

Widyatmoko H, Zubrizal, Wihandoyo. 2013. Pengaruh Penggunaan Corn

Distillers Grains With Solubles dalam Ransum terhadap Performan

Burung Puyuh Jantan. J. Bul Petern 37(2): 120-124.

Yuwanta T. 2005. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Page 24: LAJU RESPIRASI DAN SUHU REKTAL BURUNG PUYUH … · Latar Belakang Industri ternak unggas merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Salah satu sektor

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Mei 1994 di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Penulis merupakan putri ke-4 dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Tusdi

Samsukri dan Ibu Titi Martyaningsih. Penulis mengawali pendidikan di Sekolah

Dasar Negeri 1 Mandiraja Wetan, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1

Mandiraja, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Banjarnegara. Penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012 melalui jalur Ujian Talenta

Mandiri (UTM) sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan. Selama

mengikuti pendidikan penulis aktif dalam organisasi Himpro Satwa Liar sebagai

Divisi Infokom. Penulis pernah melakukan magang di Klinik Hewan Kayu Manis

Yogyakarta dan TRMS Serulingmas Banjarnegara.