laboratorium akuntansi lanjut a ab prak … · visual basic adalah bahasa pemograman ... toolbox...
TRANSCRIPT
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 1
AB PRAK
PENGENALAN VISUAL BASIC
Visual Basic adalah bahasa pemograman tingkat tinggi GUI (General User Interface)
dimana pengguna computer berkomunikasi dengan computer tersebut menggunakan
gambar/grafik.
Salah satu cara untuk mengaktifkan Visual Basic adalah menjalankannya dari Menu
Start, pilih Microsoft Visual Basic 6.0 dan akhirnya pilih shortcut Microsoft Visual Basic 6.0.
Setelah itu pilihlah Standard EXE, kemudian klik pada tombol Open. Maka akan muncul
gambar dibawah ini:
Menu Bar berisi daftar menu dan perintah yang bisa digunakan dalam Visual Basic,
kemudian Main Toolbar berisi perlengkapan dan fasilitas yang terdapat di Visual Basic,
Toolbox berisi tools-tools yang sering digunakan dalam membuat program dalam Visual
Basic tools ini bisa ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan, Project Explorer adalah
window yang berisi nama project nama-nama form dan digunakan untuk menambah dan
mengurangi form, Properties Window digunakan untuk memodifikasi form atau objek yang
aktif.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 2
AB PRAK
Dibawah ini kita akan membahas beberapa tools yang kita gunakan dalam praktikum ini:
1. Label : Kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat
diperbaiki oleh pemakai program.
2. Text Box : Untuk menampilkan teks dan pemakai dapat berinteraksi
dengannya.
3. Command Button : Untuk membuat sebuah tombol pelaksana perintah.
4. Line : Untuk menggambar garis.
5. MaskEdBox : Untuk membuat kotak inputan
Cara Menambahkan Maskedbox Pada Toolbox
1. Klik kanan pada toolbox yang kosong.
2. Setelah itu pilih Components, cari dan beri tanda ceklis pada Microsoft Masked Edit
Control 6.0
3. Setelah itu klik Apply lalu klik Ok.
4.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 3
AB PRAK
Keterangan :
Input merupakan tempat memasukkan data.
Proses adalah inputan terakhir sebelum menghasilkan output (tempat
memasukkan koding).
Output adalah hasil yang didapat dari koding yang sudah dimasukkan dalam proses.
Cara mengganti nama pada Maskedbox, yaitu :
1. Double klik pada maskedbox yang ingin diganti namanya
2. Pada properties “Name” ganti MaskedBox1 dengan nama Persediaan BDP Awal
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 4
AB PRAK
Logika memasukkan koding untuk contoh diatas, yaitu :
1. Untuk memulainya klik 2x pada proses yang pertama (MaskedBox2)
2.
Ganti change pada pojok kanan atas menjadi LostFocus.
3. Setelah itu masukkan koding pada proses 1 yaitu pada Biaya Produksi. Barang Dalam
Proses = Val(Persediaan BDP Awal) + Val (Biaya Produksi)
4. Lalu masukkan koding pada proses kedua yaitu pada Persediaan BDP Akhir yaitu:
Harga Pokok Produksi = Val (Barang Dalam Proses) – Val (Persediaan BDP Akhir)
5. Setelah itu klik Start pada Main Toolbar untuk menjalankan program.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 5
AB PRAK
BAB I
HARGA POKOK PRODUKSI
A. Definisi Harga Pokok Produksi
Harga Pokok Produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi
yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Suatu perusahaan perlu
menentukan harga pokok produksi yang dihasilkan, karena harga pokok merupakan salah
satu faktor yang ikut memengaruhi penentuan harga jual dasar penentuan kebijakan-
kebijakan yang berhubungan dengan pengolahan perusahaan. Harga pokok produksi juga
digunakan untuk menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan. Suatu
harga dapat diketahui jumlahnya dari jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memproduksi suatu produk tersebut.
Perhitungan harga pokok produksi di mulai dengan menjumlahkan biaya - biaya
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik, sehingga diperoleh total biaya produksi yang dibebankan pada pekerjaan pada setiap
periode. Untuk menghitung harga pokok produksi secara tepat dan teliti, maka biaya yang
harus dikeluarkan harus diklasifikasi menurut aliran - aliran biaya itu sendiri. Di dalam
akuntansi yang konvensional komponen harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
B. Komponen Biaya Harga Pokok Produksi
Komponen biaya produksi dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahap yang
berbeda dalam operasi suatu bisnis. Total biaya produksi terdiri dari dua elemen yaitu, biaya
manufaktur dan biaya komersial. Biaya manufaktur dapat disebut juga biaya produksi atau
biaya pabrik, biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya, yaitu biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 6
AB PRAK
Biaya bahan baku disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut dengan istilah biaya konversi
(conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku
menjadi produk jadi. (Mulyadi, 2005:14)
Sedangkan biaya komersial (commercial expenses) adalah biaya yang timbul diluar
dari kegiatan produksi seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
Biaya Bahan Baku
Biaya ini timbul karena adanya pemakaian bahan baku. Biaya bahan baku merupakan harga
pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang atau produk. Biaya
bahan baku merupakan bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan
menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan
kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang.
Biaya Overhead Pabrik
Biaya ini timbul akibat pemakaian fasilitas untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat,
tempat kerja dan kemudahan lain. Dalam kenyataannya dan sesuai dengan label tersebut,
kemudian biaya overhead pabrik adalah biaya - biaya selain dari biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 7
AB PRAK
CONTOH KASUS
HARGA POKOK PRODUKSI
PT. SBS bergerak dibidang pembuatan TAS. Pada bulan Mei 2018 perusahaan memproduksi
250 unit TAS dengan harga Rp. 200.000 per unit. Dengan data sebagai berikut :
a) Pembelian bahan baku Rp 3.000.000, dan bahan penolong 15% dari pembelian bahan
baku.
b) Ongkos angkut pembelian Rp 350.000
c) Potongan pembelian 2% dari pembelian bahan baku.
d) Perusahaan menggaji 10 orang karyawan dengan gaji Rp 500.000 Per bulan dan
seorang manajer sebesar Rp 1.500.000.
e) Perusahaan mengeluarkan biaya listrik pabrik Rp 350.000, biaya penyusutan pabrik Rp
200.000, biaya asuransi pabrik Rp 100.000, biaya lain-lain Rp 250.000.
f) Biaya administrasi dan umum sebesar Rp 600.000, biaya pemasaran Rp 1.200.000.
g) Pajak sebesar 10%.
h) 5% dari penjualan adalah potongan penjualan.
Dibawah ini adalah data data mengenai nilai persediaan perusahaan :
PERSEDIAAN AWAL AKHIR
Bahan Baku Rp 500.000 Rp 300.000
Barang dalam Proses Rp 400.000 Rp 200.000
Barang Jadi Rp 800.000 Rp 600.000
Diminta :
1. Hitung besarnya biaya bahan baku!
2. Hitung biaya overhead pabrik!
3. Hitung biaya produksi!
4. Hitung harga pokok produksi!
5. Hitung harga pokok penjualan!
6. Buat laporan laba rugi!
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 8
AB PRAK
JAWABAN
CONTOH KASUS
1. Menghitung besarnya Biaya Bahan Baku
Persediaan bahan baku awal Rp 500.000
Pembelian bahan baku Rp 3.000.000
Ongkos angkut pembelian Rp 350.000 +
Rp 3.350.000
Potongan Pembelian Rp 60.000 -
Pembelian Bersih Rp 3.290.000 +
Bahan baku siap digunakan Rp 3.790.000
Persediaan bahan baku akhir Rp 300.000 –
Biaya bahan baku Rp 3.490.000
2. Menghitung besarnya Biaya Overhead Pabrik
Bahan penolong Rp 450.000
Biaya tenaga kerja tak langsung Rp 1.500.000
Biaya listrik pabrik Rp 350.000
Biaya penyusutan pabrik Rp 200.000
Biaya asuransi Rp 100.000
Biaya pabrik lain-lain Rp 250.000 +
Biaya Overhead Pabrik Rp 2.850.000
3. Menghitung besarnya Biaya Produksi
Biaya bahan baku Rp 3.490.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 5.000.000
Biaya overhead pabrik Rp 2.850.000 +
Biaya Produksi Rp 11.340.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 9
AB PRAK
4. Menghitung besarnya Harga Pokok Produksi
Persediaan BDP awal Rp 400.000
Biaya produksi Rp 11.340.000 +
Barang dalam proses Rp 11.740.000
Persediaan BDP akhir Rp 200.000 -
Harga Pokok Produksi Rp 11.540.000
5. Menghitung besarnya Harga Pokok Penjualan
Persediaan barang jadi awal Rp 800.000
Harga pokok produksi Rp 11.540.000 +
Barang tersedia untuk dijual Rp 12.340.000
Persediaan barang jadi akhir Rp 600.000 -
Harga Pokok Penjualan Rp 11.740.000
6. Membuat Laporan Laba Rugi
PT. SBS
Laporan Laba Rugi
Mei 2018
Penjualan (250 X Rp 200.000) Rp 50.000.000
Potongan penjualan (5% X Rp 50.000.000) Rp 2.500.000 -
Penjualan bersih Rp 47.500.000
Harga pokok penjualan Rp 11.740.000 -
Laba kotor Rp 35.760.000
Biaya Usaha :
Biaya administrasi dan umum Rp 600.000
Biaya pemasaran Rp 1.200.000 +
Jumlah biaya usaha Rp 1.800.000 +
Laba sebelum pajak Rp 37.560.000
Pajak (10% X Rp 37.560.000) Rp 3.756.000 -
Laba setelah pajak Rp 33.804.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 10
AB PRAK
KASUS
HARGA POKOK PRODUKSI
PT. JTBC bergerak dibidang pembuatan SEPATU. Pada bulan Juni 2018 perusahaan
memproduksi 300 unit SEPATU dengan harga Rp 250.000 per unit. Dengan data sebagai
berikut :
a) Pembelian bahan baku Rp 3.500.000, dan bahan penolong 20% dari pembelian bahan
baku.
b) Ongkos angkut pembelian Rp 400.000
c) Potongan pembelian 3,5% dari pembelian bahan baku.
d) Perusahaan menggaji 15 orang karyawan dengan gaji Rp 700.000 Per bulan dan
seorang manajer sebesar Rp 1.800.000.
e) Perusahaan mengeluarkan biaya listrik pabrik Rp 400.000, biaya penyusutan pabrik Rp
250.000, biaya asuransi pabrik Rp 150.000, biaya lain-lain Rp 300.000.
f) Biaya administrasi dan umum sebesar Rp 800.000, biaya pemasaran Rp 1.500.000.
g) Pajak sebesar 10%.
h) 5% dari penjualan adalah potongan penjualan.
Dibawah ini adalah data data mengenai nilai persediaan perusahaan :
PERSEDIAAN AWAL AKHIR
Bahan Baku Rp 700.000 Rp 400.000
Barang dalam Proses Rp 500.000 Rp 250.000
Barang Jadi Rp 700.000 Rp 500.000
Diminta :
1. Hitung besarnya biaya bahan baku!
2. Hitung biaya overhead pabrik!
3. Hitung biaya produksi!
4. Hitung harga pokok produksi!
5. Hitung harga pokok penjualan!
6. Buat laporan laba rugi!
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 11
AB PRAK
VISUAL BASIC :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 12
AB PRAK
FORM 3
CONTOH KASUS :
FORM 1
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 13
AB PRAK
FORM 2
FORM 3
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 14
AB PRAK
BAB II
HARGA POKOK PESANAN
(JOB ORDER COSTING)
A. Definisi Harga Pokok Pesanan
Harga pokok pesanan (job order costing) adalah cara perhitungan harga pokok
produksi untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan. Tujuan dari metode harga pokok
pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk masing-masing pesanan, baik
secara keseluruhan dari setiap pesanan atau persatuan.
B. Karekteristik Usaha Perusahaan yang produksinya Berdasarkan Pesanan
Proses pengolahan produk terjadi secara terputus – putus. Artinya jika pesanan yang
satu selesai dikerjakan, maka proses produksi mulai dihentikan dan akan mulai
kembali dengan pesanan berikutnya.
Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pesanan, dimana
Pesanan satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain.
Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di
gudang.
C. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi
pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara
individual.
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk
menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi
tidak langsung.
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya
overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan
tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead
pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 15
AB PRAK
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi
dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan
tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang
bersangkutan.
D. Manfaat Informasi Harga Pokok Pesan
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
3. Memantau realisasi produksi.
4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
5. Menetukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
1. Menentukan Harga Jual yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan
Harga jual yang dibebankan kepada pemesan ditentukan oleh besarnya biaya produksi
yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan, dengan formula sebagai berikut :
Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rp xxx
Taksiran biaya non produksi yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx +
Taksiran total biaya pesanan /HP produk Rp xxx
Laba yang diinginkan Rp xxx +
Taksiran harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan Rp xxx
Untuk menghitung biaya produksi suatu pesanan dihitung sebagai berikut :
Taksiran biaya bahan baku Rp xxx
Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +
Taksiran biaya produksi Rp xxx
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 16
AB PRAK
2. Mempertimbangkan Penerimaan atau Penolakan Pesanan
Untuk pengambilan keputusan, manajemen memerlukan informasi total harga pokok
produksi pesanan yang bertujuan memberi perlindungan bagi manajemen agar dalam
menerima pesanan tidak mengalami kerugian. Cara perhitungannya sebagai berikut :
Biaya produksi pesanan :
Taksiran biaya bahan baku Rp xxx
Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +
Taksiran total biaya produksi Rp xxx
Biaya non produksi :
Taksiran biaya adm & umum Rp xxx
Taksiran biaya pemasaran Rp xxx +
Taksiran total biaya non produksi Rp xxx +
Total taksiran harga pokok pesanan Rp xxx
3. Memantau Realisasi Biaya Produksi
Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi tiap
pesanan yang diterima. Hal ini digunakan untuk memantau apakah proses produksi untuk
memenuhi pesanan tersebut menghasilkan total biaya produksi pesanan yang sesuai
dengan perhitungkan sebelumnya. Untuk formula perhitungannya sebagai berikut :
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp xxx
Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +
Total biaya produksi sesungguhnya Rp xxx
4. Menghitung Laba atau Rugi Tiap Pesanan
Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi
tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi, yang
dihitung sebagai berikut :
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 17
AB PRAK
Harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan Rp xxx
Biaya produksi pesanan tertentu:
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp xxx
Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +
Total biaya produksi pesanan Rp xxx -
Laba / rugi bruto Rp xxx
5. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses
Yang Disajikan Dalam Neraca
Biaya yang melekat pada pesanan yang selesai diproduksi, namun belum diserahkan
kepada pemesan pada tanggal neraca, akan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok
persediaan produk jadi. Biaya yang melekat pada pesanan yang belum selesai pada
tanggal neraca, akan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk
dalam proses.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 18
AB PRAK
CONTOH KASUS
HARGA POKOK PESANAN
GAMIS SYALALA menerima pesanan dengan nomor GS466 untuk membuat 4.500 unit
gamis yang akan diselesaikan selama 30 hari. Proses produksi dilakukan melalui 3
departemen, yaitu departemen A adalah depertemen pemotongan bahan baku, Departemen B
adalah Departemen Penjahitan dan Departemen C adalah departemen penyelesaian. Berikut
ini informasi yang dibutuhkan :
Bahan baku utama Rp 850.000/jam TKL
Bahan baku tambahan Rp 600.000/jam TKL
KETERANGAN DEPT A DEPT B DEPT C
Jumlah jam TKL 4.000 jam 5000 jam 6000 jam
Upah Langsung Rp 30.000/jam Rp 40.000/jam Rp 45.000/jam
Jam mesin yang digunakan 5.000 Jam 5.500 jam 6.000 jam
Perencanaan BOP pertahun untuk Departemen A sebesar Rp. 400.000.000 dengan kapasitas
yang direncanakan 50.000 jam TKL, Departemen B sebesar Rp 450.000.000 dengan
kapasitas yang direncanakan 300.000 JM, dan Departemen C sebesar Rp. 500.000.000
dengan kapasitas direncanakan 40.000 JM. Harga jual per unit 60 % dari total biaya produksi
per unit.
Diminta :
1. Hitung total harga pokok produksi !
2. Hitung harga jual !
3. Buatlah kartu harga pokok pesanan !
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 19
AB PRAK
JAWABAN
CONTOH KASUS
1. Menghitung Total Harga Pokok Produksi
BBB Utama : Rp 850.000 x 4.500 = Rp 3.825.000.000
Tambahan : Rp 600.000 x 4.500 = Rp 2.700.000.000 +
Total BBB Rp 6.525.000.000
BTK Dept A : 4.000 x Rp 30.000 = Rp 120.000.000
Dept B : 5.000 x Rp 40.000 = Rp 200.000.000
Dept C : 6.000 x Rp 45.000 = Rp 270.000.000 +
Total BTK Rp 590.000.000
BOP Tarif dept A : Rp 400.000.000/50.000 = Rp 8.000/jam
Tarif dept B : Rp 450.000.000/30.000 = Rp 15.000/jam
Tarif dept C : Rp 500.000.000/40.000 = Rp 12.500/jam
BOP Dept A : Rp 8.000 x 5.000 = Rp 40.000.000
Dept B : Rp 15.000 x 5.500 = Rp 82.500.000
Dept C : Rp 12.500 x 6.000 = Rp 75.000.000 +
Total BOP Rp 197.500.000 +
Jumlah Harga Pokok Produksi Rp 7.312.500.000
2. Menghitung Harga Jual Per Unit
Harga jual per unit = (Rp 7.312.500.000 x 60%) / 4.500 = Rp 975.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 20
AB PRAK
3. Kartu Harga Pokok Pesanan
GAMIS SYALALA
Jl. Kebahagiaan, Depok
Telp : (021) 882446
JOB ORDER COST SHEET
ORDER NO : GS466 To : Eunha
Production : Gamis Quantity : 4.500 Unit
Character : Directly Date : 06/05/2018
Subscription
1. Raw Material Cost
Prime Rp 3.825.000.000
Addition Rp 2.700.000.000
Total Cost Rp 6.525.000.000
2. Direct Labor Cost
Dept A : 4.000 x Rp 30.000 = Rp 120.000.000
Dept B : 5.000 x Rp 40.000 = Rp 200.000.000
Dept C : 6.000 x Rp 45.000 = Rp 270.000.000 +
Total Cost Rp 590.000.000
3. Factory Overhead Cost
Dept A : Rp 8.000 x 5.000 = Rp 40.000.000
Dept B : Rp 15.000 x 5.500 = Rp 82.500.000
Dept C : Rp 12.500 x 6.000 = Rp 75.000.000 +
Total Cost Rp 197.500.000 +
Total Production Cost Rp 7.312.500.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 21
AB PRAK
KASUS
HARGA POKOK PESANAN
PILLOW SHOP menerima pesanan dengan nomor PS123 untuk membuat 5.000 unit bantal
yang akan diselesaikan selama 30 hari. Proses produksi dilakukan melalui 3 departemen,
yaitu departemen A adalah depertemen pemotongan bahan baku, Departemen B adalah
Departemen Penjahitan dan Departemen C adalah departemen penyelesaian. Berikut ini
informasi yang dibutuhkan :
Bahan baku utama Rp 1.000.000/jam TKL
Bahan baku tambahan Rp 800.000/jam TKL
KETERANGAN DEPT A DEPT B DEPT C
Jumlah jam TKL 5.000 jam 7000 jam 9000 jam
Upah Langsung Rp 35.000/jam Rp 40.000/jam Rp 45.000/jam
Jam mesin yang digunakan 7.000 Jam 8.000 jam 9.000 jam
Perencanaan BOP pertahun untuk Departemen A sebesar Rp. 450.000.000 dengan kapasitas
yang direncanakan 60.000 jam TKL, Departemen B sebesar Rp 500.000.000 dengan
kapasitas yang direncanakan 40.000 JM, dan Departemen C sebesar Rp. 400.000.000 dengan
kapasitas direncanakan 25.000 JM. Harga jual per unit 70 % dari total biaya produksi per
unit.
Diminta :
1. Hitung total harga pokok produksi !
2. Hitung harga jual !
3. Buatlah kartu harga pokok pesanan !
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 22
AB PRAK
VISUAL BASIC :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 23
AB PRAK
CONTOH KASUS :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 24
AB PRAK
BAB III
HARGA POKOK PROSES
(PROCESS COSTING)
A. Definisi Harga Pokok proses (Process Costing)
Harga Pokok Proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang
digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massal. Perhitungan
harga pokok produknya berdasarkan kepada pengumpulan-pengumpulan biaya-biaya
produski dalam satu periode tertentu dibagi dengan jumlah unit produksi periode yang
bersangkutan.
B. Ciri-ciri Perusahaan yang menggunakan Harga Pokok Proses
Proses produksinya berlangsung secara terus-menerus atau kontinyu.
Produk yang dihasilkan bersifat produk standar.
Tujuan produksi adalah untuk membentuk persediaan yang selanjutnya untuk dijual.
Tidak tergantung kepada spesifikasi dari pembeli.
Media yang digunakan dalam menghitung atau menentukan harga pokok produk
adalah dengan membuat laporan harga pokok produksi, melalui pengolahan
beberapa departemen.
Contoh : Perusahaan Pulpen
C. Manfaat Informasi Harga Pokok Proses
Penentuan harga jual produk yang tepat
Memantau realisasi biaya produk
Menghitung laba/rugi per periodik secara transparan
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 25
AB PRAK
CONTOH KASUS
HARGA POKOK PROSES
PT. Mutiara mengolah produknya melalui 2 departemen yaitu departemen X dan Y. Dimana
perusahaan ini menggunakan metode harga pokok proses dalam menentukan harga pokok
produk yang dihasilkannya. Data produksi bulan September 2017 sebagai berikut :
Dept. X
(dalam unit)
Dept. Y
(dalam unit)
Jumlah produk masuk proses
(unit started)
Selesai dikirim ke dept. berikut
(finished goods and transferred
out)
Diterima dari dept. sebelumnya
(unit received)
70.000
50.000
-
-
-
50.000
Selesai dikirim ke gudang
(finished goods and transfered
out)
-
40.000
BBB 100% BK 50%
BK 60% 20.000
10.000
Biaya-biaya produksi untuk bulan September 2017 :
Dept. X Dept. Y
BBB (raw material cost) 126.000.000 -
BTK (direct labour cost) 84.000.000 69.920.000
BOP (factory overhead) 66.000.000 64.400.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 26
AB PRAK
Data-data lain :
Pada bulan September 2017 terjual 60.000 unit dengan harga jual Rp 15.000 per unit, dimana
diketahui biaya administrasi dan umum Rp 13.000.000 dan biaya pemasaran Rp 10.000.000
Diminta :
1. Buatlah laporan harga pokok produksi (production cost report) untuk bulan September
2017!
2. Buatlah laporan rugi laba (income statement) untuk bulan september 2017!
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 27
AB PRAK
JAWABAN
CONTOH KASUS
1).
PT. MUTIARA
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. X
(PRODUCTION COST REPORT DEPT. X)
SEPTEMBER 2017
Laporan produksi (produksi report) Unit
Jumlah masuk proses (unit started) 70.000
Selesai dikirim ke dept. berikutnya 50.000
Produk dalam proses akhir (BBB 100%, BK 50%) 20.000
Jumlah produk yang dihasilkan 70.000
Biaya dibebankan di Dept. X
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP
BBB 126.000.000 50.000 + (20.000 * 100%) = 70.000 1.800
BTK 84.000.000 50.000 + (20.000 * 50%) = 60.000 1.400
BOP 66.000.000 50.000 + (20.000 * 50%) = 60.000 1.100
Jumlah 276.000.000 4.300
Perhitungan HP produk selesai ditransfer ke Dept. Y
HP. Produk selesai (50.000 * 4.300) 215.000.000
Perhitungan HP produk dalam proses Dept. X
BBB = 20.000 * 100% * 1.800 = 36.000.000
BTK = 20.000 * 50% * 1.400 = 14.000.000
BOP = 20.000 * 50% * 1.100 = 11.000.000 +
61.000.000 +
Biaya produksi Dept. X 276.000.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 28
AB PRAK
PT. MUTIARA
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. Y
(PRODUCTION COST REPORT DEPT. Y)
SEPTEMBER 2017
Laporan produksi (production report) Unit
Produk diterima dari Dept. X 50.000
Selesai dikirim ke gudang 40.000
Produk dalam proses akhir (BK 60%) 10.000 +
50.000
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP/unit
HP dr Dept X 215.000.000 4.300
BTK 69.920.000 40.000 + (10.000 * 60%) = 46.000 1.520
BOP 64.400.000 40.000 + (10.000 * 60%) = 46.000 1.400
Biaya kumulatif di Dep. Y 349.320.000 7.220
Perhitungan HP Produk
HP produk selesai ditransfer ke gudang (40.000 * 7.220) 288.800.000
Perhitungan HP produk dalam proses Dept. Y
HP dari Dept. X = 10.000 * 4.300 = 43.000.000
BTK = 10.000 * 60% * 1.520 = 9.120.000
BOP = 10.000 * 60% * 1.400 = 8.400.000 +
60.520.000 +
Biaya produksi Dept. Y 349.320.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 29
AB PRAK
2).
PT. MUTIARA
LAPORAN RUGI LABA
SEPTEMBER 2017
Penjualan (sales)
(60.000 unit * 15.000) 900.000.000
Harga Pokok Penjualan (cost of good sold)
(60.000 unit * 7.220) 433.200.000 –
Laba Kotor (gross income) 466.800.000
(-) Biaya Komersial (commercial expense)
Biaya Administrasi dan Umum 13.000.000
(general and administratif expense)
Biaya Pemasaran (marketing expense) 10.000.000 +
23.000.000 –
Laba bersih sebelum pajak (EBT) 443.800.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 30
AB PRAK
KASUS
HARGA POKOK PROSES
PT. Sejahtera mengolah produknya melalui 2 departemen yaitu departemen AB dan CD .
Dimana perusahaan ini menggunakan metode harga pokok proses dalam menentukan harga
pokok produk yang dihasilkannya. Data produksi bulan Oktober 2017 sebagai berikut :
Dept. AB
(dalam unit)
Dept. CD
(dalam unit)
Jumlah produk masuk proses
(unit started)
Selesai dikirim ke dept. berikut
(finished goods and transferred
out)
Diterima dari dept. sebelumnya
(unit received)
85.000
60.000
-
-
-
60.000
Selesai dikirim ke gudang
(finished goods and transfered
out)
-
50.000
BBB 100% BK 50%
BK 60% 25.000
10.000
Biaya-biaya produksi untuk bulan Oktober 2017 :
Dept. AB Dept. CD
BBB (raw material cost) 153.000.000 -
BTK (direct labour cost) 101.500.000 85.120.000
BOP (factory overhead) 87.000.000 78.400.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 31
AB PRAK
Data-data lain :
Pada bulan Oktober 2017 terjual 60.000 unit dengan harga jual Rp 15.000 per unit, dimana
diketahui biaya administrasi dan umum Rp 15.000.000 dan biaya pemasaran Rp 12.000.000
Diminta :
3. Buatlah laporan harga pokok produksi (production cost report) untuk bulan Oktober
2017!
4. Buatlah laporan rugi laba (income statement) untuk bulan Oktober 2017!
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 32
AB PRAK
VISUAL BASIC :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 33
AB PRAK
FORM 3
CONTOH SOAL :
FORM 1
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 34
AB PRAK
FORM 2
FORM 3
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 35
AB PRAK
BAB IV
HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
A. Definisi Harga Pokok Proses Lanjutan
Harga pokok persediaan produk dalam proses yang dihitung harga pokok
persediaan produk pada akhir periode akan menjadi harga pokok persediaan produk
dalam proses pada awal periode berikutnya dalam departemen produksi yang
bersangkutan.
B. Karakteristik Persediaan Produk dalam Proses Awal
Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai doproses pada akhir
periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.
Produk dalam awal proses periode ini membawa harga pokok produksi persatuan
yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan
harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang
bersangkutan dalam periode sekarang.
Metode yang digunakan untuk penetuan harga pokok persediaan produk dalam proses
awal adalah :
1. Metode harga pokok rata-rata tertimbang (weighted avarage cost method).
2. Metode masuk pertama keluar pertama (first in first out methode)
3. Metode masuk terakhir keluar pertama (last in first out methode)
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 36
AB PRAK
CONTOH KASUS
HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
PT. BANGUN SUBUH memeiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya,
yaitu departemen A dan departemen B.
Berikut ini merupakan data-data produksi yang terjadi selama bulan Agustus 2017 :
Departemen A Departemen B
Produk dalam proses awal :
BB = 100% ; BK = 50% 20.000 -
TKL = 40% ; BOP = 60% - 60.000
Produk masuk proses 140.000 -
Unit yang ditransfer dari Dept. A 100.000 -
Unit yang diterima ke Dept. I - 100.000
Produk yang ditransfer ke gudang - 140.000
Produk dalam proses akhir :
BB 100% ; BK 80% 60.000 -
TKL 50% ; BOP 80% - 20.000
Harga pokok produksi dalam proses-awal :
Harga pokok dari Dept. A - Rp 106.000.000
Biaya bahan baku Rp71.000.000 -
Biaya tenaga kerja Rp 65.500.000 Rp 100.000.000
Biaya overhead pabrik Rp 70.500.000 Rp 83.000.000
Biaya-biaya produksi :
Biaya bahan baku Rp 89.000.000 -
BTKL Rp 112.100.000 Rp 200.000.000
BOP Rp 121.900.000 Rp 190.000.000
Diminta :
Buatlah Laporan Harga Pokok produksi (production Cost Report) untuk masing-masing
departemen produksi dengan menggunakan Metode Rata-Rata!
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 37
AB PRAK
JAWABAN
CONTOH KASUS
PT. BANGUN SUBUH
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. A
BULAN AGUSTUS 2017
Laporan Produksi (production report) Unit
Produk dalam proses awal :
BB = 100% ; BK = 50% 20.000
Produk Masuk Proses 140.000 +
160.000
Unit yang di transfer ke Dept. B 100.000
Produk dalam proses akhir
BB 100% ; BK 80% 60.000 +
160.000
Biaya yang dibebankan pada Dept. A :
Elemen
Biaya
HPP PDP
AWAL
Biaya Bulan
Agustus JUMLAH
Unit
Ekuivalen HPP/Unit
BBB 71.000.000 89.000.000 160.000.000 160.000 1) Rp 1.000
BTK 65.500.000 112.100.000 177.600.000 148.000 2) Rp 1.200
BOP 70.500.000 121.900.000 192.400.000 148.000 2) Rp 1.300
Jumlah 207.000.000 323.000.000 530.000.000 Rp 3.500
** Keterangan Unit Ekuivalen
1) 100.000 * (60.000 * 100%) = 160.000
2) 100.000 * (60.000 * 80%) = 148.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 38
AB PRAK
Perhitungan Harga Pokok :
Harga pokok produk yang ditransfer ke Departemen B, yaitu :
(100.000*3.500) Rp 350.000.000
Perhitungan Pokok Produk Dalam Proses Akhir:
BBB 60.000 * 100% * Rp 1 000 = Rp 60.000.000
BTK 60.000 * 80% * Rp 1.200 = Rp 57.600.000
BOP 60.000 * 80% * Rp 1.300 = Rp 62.400.000 +
Rp 180.000.000 +
Total Harga Pokok Produk di Departemen A Rp 530.000.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 39
AB PRAK
PT. BANGUN SUBUH
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. B
BULAN AGUSTUS 2017
Laporan Produksi (Production Report) : Unit
Produk dalam proses awal 60.000
TKL = 40% ; BOP = 60%
Produk yang diterima dari Dept. A 100.000 +
160.000
Produk yang ditransfer ke gudang 140.000
Produk dalam proses akhir
TKL = 50% ; BOP = 80% 20.000 +
160.000
Biaya yang dibebankan pada Departemen B :
Elemen
Biaya
HPP PDP
AWAL
Biaya Bulan
Agustus JUMLAH
Unit
Ekuivalen HPP/Unit
HP Dept.
A 106.000.000 350.000.000 456.000.000 160.000 1) Rp 2.850
TKL 100.000.000 200.000.000 300.000.000 150.000 2) Rp 2.000
BOP 83.000.000 190.000.000 273.000.000 156.000 3) Rp 1.750
Jumlah 289.000.000 740.000.000 1.029.000.000 Rp 6.600
**Keterangan :
1) 140.000 + 20.000 = 160.000
2) 140.000 + (20.000 * 50%) = 150.000
3) 140.000 + (20.000 * 80%) = 156.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 40
AB PRAK
Perhitungan Harga Pokok :
Harga pokok produk yang ditransfer ke gudang yaitu :
(140.000 * 6.600) Rp 924.000.000
Perhitungan Pokok Produk Dalam Proses Akhir :
Dari Dept. A 20.000 * 100% * Rp 2.850 = Rp 57.000.000
TKL 20.000 * 50% * Rp 2.000 = Rp 20.000.000
BOP 20.000 * 80% * Rp 1.750 = Rp 28.000.000 +
Rp 105.000.000 +
Total Harga Pokok Produksi yang dibebankan pada Dept. B Rp 1.029.000.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 41
AB PRAK
KASUS
HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
PT. ARMAGEDON memeiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya, yaitu
departemen X dan departemen Y.
Berikut ini merupakan data-data produksi yang terjadi selama Agustus 2017 :
Departemen X Departemen Y
Produk dalam proses awal :
BB = 100% ; BK = 50% 30.000 -
TKL = 40% ; BOP = 60% - 70.000
Produk masuk proses 120.000 -
Unit yang ditransfer dari Dept. X 100.000 -
Unit yang diterima ke Dept. Y - 100.000
Produk yang ditransfer ke gudang - 140.000
Produk dalam proses akhir :
BB 100% ; BK 80% 70.000 -
TKL 50% ; BOP 80% - 30.000
Harga pokok produksi dalam proses-awal :
Harga pokok dari Dept. X - Rp 122.000.000
Biaya bahan baku Rp 60.000.000 -
Biaya tenaga kerja Rp 61.600.000 Rp 109.500.000
Biaya overhead pabrik Rp 68.300.000 Rp 83.000.000
Biaya-biaya produksi :
Biaya bahan baku Rp 93.000.000 -
BTKL Rp 110.000.000 Rp 185.000.000
BOP Rp 118.900.000 Rp 179.400.000
Diminta :
Buatlah Laporan Harga Pokok produksi (production Cost Report) untuk masing-masing
departemen produksi dengan menggunakan Metode Rata-Rata!
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 42
AB PRAK
VISUAL BASIC :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 43
AB PRAK
CONTOH KASUS :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 44
AB PRAK
Margin Kontribusi = Penjualan – Biaya Variabel
BAB V
VARIABLE COSTING
A. Pengertian Variable Costing
Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik.
B. Manfaat Variable Costing
1. Laporan Laba/Rugi dengan margin kontibusi hampir mengikuti pemikiran manajemen
tentang prestasi laba sebagai fungsi penjualan.
2. Informasi untuk analisis Biaya-Volume-Laba (CPV) dapat diperoleh langsung dari
laporan laba/rugi.
3. Penentuan harga pokok variabel menyajikan dasar untuk menyiapkan anggaran
fleksibel (yang memisahkan biaya variabel dan biaya tetap).
C. Kelemahan Variable Costing
1. Pemisahan pola perilaku biaya menjadi biaya variabel dan biaya tetap sebenarnya
sulit dan hasilnya berupa taksiran.
2. Penentuan harga pokok variabel tidak dapat digunakan untuk pelaporan eksternal,
maksudnya tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim (SAK)
3. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variable costing akan
menyajikan kerugian yang berlebihan dalam periode tertentu dan menyajikan laba
yang tidak normal pada periode lainnya.
4. Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan dan harga
pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan
mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan.
Rumus dari Kontribusi Margin:
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 45
AB PRAK
CONTOH KASUS
VARIABLE COSTING
Berikut ini adalah data biaya dan persediaan akhir tahun 2017 dari GATE NINE COMPANY
1. Produksi selama tahun 2017 sebanyak 600.000 unit
2. 75% dari produksi tahun 2017 terjual dan sisanya masih tersimpan digudang pada akhir
tahun.
3. BBB sebesar Rp. 80.000.000
4. BTKL sebesar Rp. 70.000.000
5. BOP (V) sebesar Rp. 60.000.000 dan BOP (T) sebesar Rp. 30.000.000
6. Harga jual per unit sebesar Rp. 15.000
7. Biaya adminstrasi dan umum (V) sebesar Rp. 42.500.000 dan Biaya administrasi dan
umum (T) sebesar Rp. 25.000.000
8. Biaya pemasaran (V) sebesar Rp. 35.000.000 dan Biaya pemasaran (T) sebesar Rp.
55.000.000
Diminta:
a. Hitunglah nilai persediaan akhir tahun 2017 dengan metode variable costing dan full
costing!
b. Buatlah laporan Laba Rugi menurut metode variable costing dan full costing!
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 46
AB PRAK
JAWABAN
CONTOH KASUS
a. Menghitung nilai persediaan akhir
Produk terjual = 75 % x 600.000 unit = 450.000 unit
Persediaan akhir tahun 2017 = 25 % x 600.000 unit = 150.000 unit
Nilai persediaan akhir tahun 2017 dengan metode variable costing
BBB Rp. 80.000.000
BTKL Rp. 70.000.000
BOP (V) Rp. 60.000.000 +
HP. Produksi Rp. 210.000.000
HP. Produksi per unit = Rp. 210.000.000 / 600.000 unit
= Rp. 350
Nilai persediaan akhir tahun 2017 = 150.000 unit x Rp. 350
= Rp. 52.500.000
Nilai persediaan akhir tahun 2017 dengan metode full costing
BBB Rp. 80.000.000
BTKL Rp. 70.000.000
BOP (V) Rp. 60.000.000
BOP (T) Rp. 30.000.000 +
HP. Produksi Rp. 240.000.000
HP. Produksi per unit = Rp. 240.000.000 / 600.000 unit
= Rp. 400
Nilai persediaan akhir tahun 2017 = 150.000 unit x Rp. 400
= Rp. 60.000.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 47
AB PRAK
GATE NINE COMPANY
LAPORAN L/R VARIABLE COSTING
PER 31 DESEMBER 2017
Penjualan 450.000 X Rp. 15.000 Rp. 6.750.000.000
Harga Pokok Penjualan
BBB Rp. 80.000.000
BTKL Rp. 70.000.000
BOP Variabel Rp. 60.000.000 +
HP. Produksi Rp. 210.000.000
Persediaan Akhir Rp. 52.500.000 –
HPP Variabel Rp. 157.500.000
Biaya Adm. & Umum (V) Rp. 42.500.000
Biaya Pemasaran (V) Rp. 35.000.000 +
Total Biaya Variabel Rp. 235.000.000 –
Margin Kontribusi Rp. 6.515.000.000
Biaya Tetap:
BOP Tetap Rp. 30.000.000
Biaya Adm. & Umum (T) Rp. 25.000.000
Biaya Pemasaran Rp. 55.000.000 +
Total Biaya Tetap Rp. 110.000.000 -
Laba Bersih Rp. 6.405.000.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 48
AB PRAK
GATE NINE COMPANY
LAPORAN L/R FULL COSTING
PER 31 DESEMBER 2017
Penjualan 450.000 x Rp. 15.000 Rp. 6.750.000.000
Harga Pokok Penjualan
BBB Rp. 80.000.000
BTKL Rp. 70.000.000
BOP Variabel Rp. 60.000.000
BOP Tetap Rp. 30.000.000 +
HP. Produksi Rp. 240.000.000
Persediaan Akhir Rp. 60.000.000 –
HPP Rp. 180.000.000 -
Laba Kotor Rp. 6.570.000.000
Biaya Operasi:
Biaya Adm. & Umum (V) Rp. 42.500.000
Biaya Pemasaran (V) Rp. 35.000.000
Biaya Adm. & Umum (T) Rp. 25.000.000
Biaya Pemasaran (T) Rp. 55.000.000 +
Total Biaya Tetap Rp. 157.500.000 -
Laba Bersih Rp. 6.412.500.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 49
AB PRAK
KASUS
VARIABLE COSTING
Berikut ini adalah data biaya dan persediaan akhir tahun 2017 dari GOOD THING
COMPANY
1. Produksi selama tahun 2017 sebanyak 700.000 unit
2. 70% dari produksi tahun 2017 terjual dan sisanya masih tersimpan digudang pada akhir
tahun.
3. BBB sebesar Rp. 65.000.000
4. BTKL sebesar Rp. 55.000.000
5. BOP (V) sebesar Rp. 48.000.000 dan BOP (T) sebesar Rp. 28.000.000
6. Harga jual per unit sebesar Rp. 18.000
7. Biaya adminstrasi dan umum (V) sebesar Rp. 45.000.000 dan Biaya administrasi dan
umum (T) sebesar Rp. 22.500.000
8. Biaya pemasaran (V) sebesar Rp. 32.000.000 dan Biaya pemasaran (T) sebesar Rp.
52.000.000
Diminta:
a. Hitunglah nilai persediaan akhir tahun 2017 dengan metode variable costing dan full
costing!
b. Buatlah laporan Laba Rugi menurut metode variable costing dan full costing!
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 50
AB PRAK
VISUAL BASIC :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 51
AB PRAK
FORM 3
FORM 4
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 52
AB PRAK
CONTOH KASUS :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 53
AB PRAK
FORM 3
FORM 4
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 54
AB PRAK
BAB VI
BIAYA OVERHEAD PABRIK
D. Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik adalah semua biaya produksi selain dari biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik dibebankan ke harga pokok
produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Kemudian analisa terhadap selisih
antara BOP yang dibebankan ke produk berdasarkan tarif dengan BOP yang
sesungguhnya dan perlakuan terhadap selisih antara BOP yang dibebankan ke produk
berdasarkan tarif dengan BOP yang sesungguhnya.
Perhitungan tarif BOP:
E. Dasar Pembebanan
Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk, dibagi atas
dasar pembebanan sebagai berikut:
1. Satuan produk
Metode ini paling sederhana diantara metode lain, di mana jumlah BOP langsung
dibebankan pada produk.
2. Biaya bahan baku
Metode ini membebankan BOP berdasarkan taksiran biaya bahan baku yang
digunakan untuk memproduksi produk.
3. Biaya tenaga kerja langsung
Metode ini membebankan BOP berdasarkan taksiran biaya tenaga kerja langsung
yang digunakan untuk memproduksi produk.
4. Jam Tenaga Kerja Langsung
Metode ini membebankan BOP berdasarkan taksiran jumlah jam tenaga kerja
langsung yang digunakan untuk memproduksi produk.
5. Jam Mesin
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑃𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛𝑎𝑛= 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 55
AB PRAK
Metode ini membebankan BOP berdasarkan taksiran jumlah jam mesin yang
digunakan untuk memproduksi produk.
F. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Penggolongan VOP berdasarkan perilakunya:
1. Penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan
volume kegiatan dapat dibagi menjadi tiga golongan:
a) Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya overhead yang tidak berubah (konstan) dalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu,
contoh: biaya depresiasi pabrik
b) Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan volume kegiatan,
contoh: biaya bahan penolong
c) Biaya Overhead Pabrik Semi-variabel
Biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan (gabungan dari BOP Tetap dan BOP Variabel),
contoh: biaya listrik
2. Penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungan dengan departemen,
dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a) BOP Langsung Departemen
BOP yang terjadi pada departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh
departemen tersebut
contoh: biaya gaji mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin, dan biaya
penolong
b) BOP Tidak Langsung Departemen
BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.
contoh: biaya depresiasi, biaya pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik.
Apabila perusahaan mempunyai lebih dari satu departemen produksi, maka proses
penentuan tarif BOP adalah sebagai berikut:
1. Menyusun anggaran BOP untuk masing-masing departemen produksi tersebut.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 56
AB PRAK
2. Memilih dasar pembebanan BOP tersebut, sesuai dengan sifat departemen yang
bersangkutan.
3. Menghitung tarif BOP berdasarkan anggaran BOP dibagi dengan dasar pembebanan.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 57
AB PRAK
CONTOH KASUS
BIAYA OVERHEAD PABRIK
PT. LATATA menggunakan tarif BOP ditentukan di muka. Adapun anggaran perusahaan
untuk Agustus 2017 dengan kapasitas normal 5.000 jam mesin disajikan sebagai berikut:
JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED /
VARIABLE
TOTAL
Biaya Bahan Baku
Rp 9.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.000.000
Biaya Bahan Penolong V Rp 1.500.000
Biaya Depresiasi Pabrik F Rp 1.000.000
Biaya Bahan Bakar Pabrik V Rp 1.400.000
Biaya Listrik Pabrik V Rp 1.000.000
Biaya Reparasi & Pemeliharaan Pabrik V Rp 700.000
Biaya Reparasi & Pemeliharaan Pabrik F Rp 500.000
Biaya Asuransi Pabrik F Rp 1.000.000
Biaya Promosi & Iklan V Rp 850.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung V Rp 875.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung F Rp 1.025.000
Biaya Kesejahteraan Karyawan Pabrik F Rp 800.000
Pada akhir tahun BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 50.000 jam mesin
(machine hours) yang dapat disajikan sebagai berikut:
JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED /
VARIABLE TOTAL
Biaya Bahan Baku
Rp 9.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 4.000.000
Biaya Bahan Penolong V Rp 1.150.000
Biaya Depresiasi Pabrik F Rp 800.000
Biaya Bahan Bakar Pabrik V Rp 1.000.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 58
AB PRAK
Biaya Listrik Pabrik V Rp 900.000
Biaya Reparasi & Pemeliharaan Pabrik V Rp 600.000
Biaya Reparasi & Pemeliharaan Pabrik F Rp 400.000
Biaya Asuransi Pabrik F Rp 850.000
Biaya Promosi & Iklan V Rp 750.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung V Rp 775.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung F Rp 885.000
Biaya Kesejahteraan Karyawan Pabrik F Rp 700.000
Data lain berkaitan dengan produksi:
Jam kerja langsung (direct labor hours) : 18.500 jam
Unit produksi (production units) : 80.000 unit
Diminta:
c. Berapakah BOP Tetap dan Variabel yang dianggarkan dan yang sesungguhnya?
d. Hitunglah tarif BOP bulan Agustus 2017 yang dianggarkan berdasarkan:
a. Jam Mesin (machine hours) (Rp)
b. Biaya bahan baku (direct material) (%)
c. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) (%)
d. Jam Kerja Langsung (direct labor hours) (Rp)
e. Unit Produksi (production units) (Rp)
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 59
AB PRAK
JAWABAN
CONTOH KASUS
b. BOP yang dianggarkan dan yang sesungguhnya (budgeted and realized FOH):
Keterangan BOP dianggarkan BOP sesungguhnya
BOP Tetap (Fixed FOH) Rp 4.325.000 Rp. 3.635.000
BOP Variabel (Variable FOH) Rp. 6.325.000 Rp. 5.175.000
Total BOP (Total FOH) Rp. 10.650.000 Rp. 8.810.000
c. Menghitung tarif BOP yang dianggarkan berdasarkan:
Tarif BOP berdasarkan jam mesin
Tarif BOP Tetap = Rp. 4.325.000
5.000= Rp 865 JM
Tarif BOP Variabel = Rp. 6.325.000
5.000= Rp. 1.265 JM
Total Tarif BOP = Rp. 2.130 JM
Tarif BOP berdasarkan biaya bahan baku:
Tarif BOP Tetap = Rp. 4.325.000
9.000.000x 100% = 48,05%
Tarif BOP Variabel = Rp. 6.325.000
9.000.000x 100% = 70,27%
Total Tarif BOP = 118,32%
Tarif BOP berdasarkan biaya tenaga kerja langsung:
Tarif BOP Tetap = Rp. 4.325.000
5.000.000x 100% = 86,50%
Tarif BOP Variabel = Rp. 6.325.000
5.000.000x 100% = 126,50%
Total Tarif BOP = 213 %
Tarif BOP berdasarkan jam kerja langsung:
Tarif BOP Tetap = Rp. 4.325.000
18,500= Rp. 233,78 / JKL
Tarif BOP Variabel = Rp. 6.325.000
18.500= Rp. 341,89 / JKL
Total Tarif BOP = Rp. 575,67 / JKL
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 60
AB PRAK
Tarif BOP berdasarkan unit produksi:
Tarif BOP Tetap = Rp. 4.325.000
80.000= Rp. 54,06 / unit
Tarif BOP Variabel = Rp. 6.325.000
80.000= Rp. 79,06 / unit
Total Tarif BOP = Rp. 133,12 / unit
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 61
AB PRAK
KASUS
BIAYA OVERHEAD PABRIK
RED DRESS COMPANY menggunakan tarif BOP ditentukan di muka. Adapun anggaran
perusahaan untuk September 2017 dengan kapasitas normal 8.000 jam mesin disajikan
sebagai berikut:
JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED /
VARIABLE TOTAL
Biaya Bahan Baku
Rp 8.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.000.000
Biaya Bahan Penolong V Rp 1.600.000
Biaya Depresiasi Mesin Jahit F Rp 900.000
Biaya Listrik Mesin Jahit V Rp 1.000.000
Biaya Reparasi & Pemeliharaan Mesin Jahit V Rp 825.000
Biaya Reparasi & Pemeliharaan Pabrik F Rp 700.000
Biaya Asuransi Mesin Jahit F Rp 800.000
Biaya Promosi & Iklan V Rp 725.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung V Rp 900.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung F Rp 925.000
Biaya Kesejahteraan Karyawan Pabrik F Rp 700.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 62
AB PRAK
Pada akhir tahun BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 40.000 jam mesin
(machine hours) yang dapat disajikan sebagai berikut:
JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED /
VARIABLE TOTAL
Biaya Bahan Baku
Rp 6.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 3.800.000
Biaya Bahan Penolong V Rp 1.000.000
Biaya Depresiasi Mesin Jahit F Rp 800.000
Biaya Listrik Mesin Jahit V Rp 900.000
Biaya Reparasi & Pemeliharaan Mesin Jahit V Rp 750.000
Biaya Reparasi & Pemeliharaan Pabrik F Rp 600.000
Biaya Asuransi Mesin Jahit F Rp 700.000
Biaya Promosi & Iklan V Rp 625.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung V Rp 850.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung F Rp 800.000
Biaya Kesejahteraan Karyawan Pabrik F Rp 600.000
Data lain berkaitan dengan produksi:
Jam kerja langsung (direct labor hours) : 20.000 jam
Unit produksi (production units) : 45.000 unit
Diminta:
1. Berapakah BOP Tetap dan Variabel yang dianggarkan dan yang sesungguhnya?
2. Hitunglah tarif BOP bulan September 2017 yang dianggarkan berdasarkan:
a. Jam Mesin (machine hours) (Rp)
b. Biaya bahan baku (direct material) (%)
c. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) (%)
d. Jam Kerja Langsung (direct labor hours) (Rp)
e. Unit Produksi (production units) (Rp)
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 63
AB PRAK
VISUAL BASIC :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 64
AB PRAK
FORM 3
FORM 4
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 65
AB PRAK
CONTOH KASUS :
FORM 1
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 66
AB PRAK
FORM 2
FORM 3
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 67
AB PRAK
FORM 4
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 68
AB PRAK
BAB VII
DEPARTEMENTALISASI BOP
(FACTORY OVERHEAD DEPARTMENTALIZATION)
1. Definisi Departementalisasi BOP
Departementalisasi BOP adalah Pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang
disebut Departemen dimana BOP akan dibebankan. Departementalisasi BOP bermanfaat
untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk.
2. Cara Penentuan Tarif BOP Departementalisasi
Langkah-langkah penentuan tariff biaya overhead departementalisasi adalah sebagai
berikut :
1. Disusun terlebih dahulu anggaran biaya overhead pabrik per departemen. Penyusunan
anggaran biaya overhead pabrik per departemen dibagi menjadi empat tahap utama
berikut ini:
a. Penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan
untuk tahun anggaran.
b. Penaksiran BOP tak langsung departemen.
c. Distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen-departemen yang
menikmati manfaatnya.
d. Penjumlahan BOP per departemen (baik BOP langsung maupun departemen tak
langsung) untuk mendapatkan anggaran BOP per departemen (baik departemen
produksi maupun departemen pembantu).
2. Mengalokasikan departemen BOP departemen pembantu ke departemen produksi
dengan cara :
a. Metode alokasi langsung
Dalam metode alokasi langsung BOP departemen pembantu di alokasikan ke tiap-
tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan
apabila jasa yang dihasilkan oleh departeman pembantu hanya dinikmati oleh
departemen produksi saja. Tidak ada departeman pembantu yang memakai jasa
departemen pembantu lain.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 69
AB PRAK
b. Metode alokasi bertahap
Metode alokasi bertahap digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen
pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja. Tetapi digunakan
pula oleh departemen pembantu lain.
Metode alokasi bertahap dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
a) Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan jasa timbal balik antar
departemen-departemen pembantu. Yang termasuk ke dalam metode ini adalah:
Metode alokasi kontinu (continous allocation method)
Yaitu BOP departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa
di alokasikan secara terus menerus, sehingga jumlah BOP yang belum di
alokasikan menjadi tidak berarti.
Metode aljabar (algebraic method)
Dalam metode ini jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan
dalam persamaan aljabar.
b) Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbal balik
antar departemen pembantu. Metode alokasi yang termasuk dalam kelompok ini
adalah ”metode urutan alokasi yang diatur” (specified order of closing).
3. Perhitungan Tarif Pembebanan BOP Per Departemen
Istilah yang dipakai untuk menggambarkan pembagian BOP tak langsung departemen
kepada departemen-departemen yang menikmati manfaatnya, baik departemen
produksi maupun departemen pembantu adalah distribusi BOP.
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembagian BOP departemen pembantu
ke deparatemen produksi, atau dari departemen pembantu ke departemen pembantu
yang lain dan departemen produksi adalah alokasi BOP.
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembagian BOP di departemen
produksi kepada produk adalah pembebanan BOP.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 70
AB PRAK
CONTOH KASUS
DEPARTEMENTALISASI BOP
Di dalam menghitung tarif BOP untuk tahun 2014 PT. MITRA menggunakan metode
langsung (direct alocation method) untuk masing-masing departemen produksi. Berikut ini
jumlah BOP (FOH) sebelum adanya alokasi dari departemen pembantu X, Y, dan Z adalah
sebagai berikut : PT. MITRA menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran
perusahaan untuk Agustus 2014 dengan kapasitas normal 10.000 jam mesin disajikan sebagai
berikut :
Departmen Produksi (Prodution Departmen) A Rp 20.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) B Rp 25.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) C Rp 30.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) D Rp 32.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) E Rp 22.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) X Rp 28.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) Y Rp 20.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) Z Rp18.000.000
Dasar alokasi adalah pemakaian jasa departmen pembantu untuk setiap departmen produksi
yang dirinci sebagai berikut :
Jasa dari Departmen Pembantu Departmen Produksi
A B C D E
Departmen Pembantu X 30% 10% 10% 25% 25%
Departmen Pembantu Y 25% 30% 10% 20% 15%
Departmen Pembantu Z 25% 25% 10% 10% 30%
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 71
AB PRAK
Dasar pembebanan untuk menghitung tarif BOP masing-masing Departmen Produksi adalah
sebagai berikut :
Departemen Produksi Kapasitas normal
A 100.000 / unit
B 150.000 / unit
C 250.000 / unit
D 50.000 / unit
E 200.000 / unit
Diminta :
1. Buatlah Tabel Alokasi Budget BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi
menggunakan metode alokasi langsung (direct allocation method) !
2. Hitunglah tabel BOP untuk masing-masing departemen produksi, apabila pembebanan
tarif BOP berdasarkan kapasitas normalnya (normal capacity) !
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 72
AB PRAK
JAWABAN
CONTOH KASUS
PT. MITRA
DEPARTEMEN PRODUKSI DEPARTEMEN PEMBANTU
A Rp 20.000.000 X Rp 28.000.000
B Rp 25.000.000 Y Rp 20.000.000
C Rp 30.000.000 Z Rp18.000.000
D Rp 32.000.000
E Rp 22.000.000
Jasa dari Departmen Pembantu Departmen Produksi
A B C D E
Departmen Pembantu X 30% 10% 10% 25% 25%
Departmen Pembantu Y 25% 30% 10% 20% 15%
Departmen Pembantu Z 25% 25% 10% 10% 30%
Departemen Produksi Kapasitas normal
A 100.000 / unit
B 150.000 / unit
C 250.000 / unit
D 50.000 / unit
E 200.000 / unit
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 73
AB PRAK
1. TABEL ALOKASI BUDGET BOP
(BUDGET FOH ALLOCATION TABLE)
Keterangan JML DEP PRODUKSI DEP PEMBANTU
A B C D E X Y Z
Budget BOP
sblm alokasi 129 20 25 30 32 22 28 20 18
Alokasi Dep X 282 8,4 2,8 2,8 7 7 28 - -
Alokasi Dep Y 20 5 6 2 4 3 - 20 -
Alokasi Dep Z 18 4,5 4,5 1,8 1,8 5,4 - - 18
Alokasi dr Dep
Pembantu 66 17,9 13,3 6,6 12,8 15,4 28 20 18
Budget BOP 195 37,9 38,3 36,6 44,8 37,4 0 0 0
( 000.000 )
2. PERHITUNGAN TARIF BOP
DEP PRODUKSI
Budget BOP setelah
Alokasi Kapasitas Normal Tarif
A Rp 37.900.000 100.000 / unit Rp 379 /unit
B Rp 38.300.000 150.000 / unit Rp 255.3 /unit
C Rp 36.600.000 250.000 / unit Rp 146.4 /unit
D Rp 44.800.000 50.000 / unit Rp 896 /unit
E Rp 37.400.000 200.000 / unit Rp 187 /unit
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 74
AB PRAK
KASUS
DEPARTEMENTALISASI BOP
Di dalam menghitung tarif BOP untuk tahun 2013 PT. GLOBAL menggunakan metode
langsung (direct alocation method) untuk masing-masing departemen produksi. Berikut ini
jumlah BOP (FOH) sebelum adanya alokasi dari departemen pembantu K, U, dan Y adalah
sebagai berikut : PT. GLOBAL menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun
anggaran perusahaan untuk Maret 2013 dengan kapasitas normal 10.000 jam mesin disajikan
sebagai berikut :
Departmen Produksi (Prodution Departmen) M Rp 8.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) A Rp 16.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) B Rp 12.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) O Rp 20.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) R Rp 11.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) K Rp 14.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) U Rp 18.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) Y Rp 24.000.000
Dasar alokasi adalah pemakaian jasa departmen pembantu untuk setiap departmen produksi
yang dirinci sebagai berikut :
Jasa dari Departmen Pembantu Departmen Produksi
A B C D E
Departmen Pembantu K 16% 20% 20% 22% 22%
Departmen Pembantu U 24% 22% 26% 12% 16%
Departmen Pembantu Y 26% 20% 12% 20% 22%
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 75
AB PRAK
Dasar pembebanan untuk menghitung tarif BOP masing-masing Departmen Produksi adalah
sebagai berikut :
Departemen Produksi Kapasitas normal
M 100.000 / unit
A 120.000 / unit
B 300.000 / unit
O 100.000 / unit
R 250.000 / unit
Diminta :
1. Buatlah Tabel Alokasi Budget BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi
menggunakan metode alokasi langsung (direct allocation method) !
2. Hitunglah tabel BOP untuk masing-masing departemen produksi, apabila pembebanan tarif
BOP berdasarkan kapasitas normalnya (normal capacity) !
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 76
AB PRAK
VISUAL BASIC :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 77
AB PRAK
FORM 3
CONTOH KASUS :
FORM 1
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 78
AB PRAK
FORM 2
FORM 3
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 79
AB PRAK
BAB VIII
BIAYA BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
A. Definisi Biaya Bersama dan Produk Sampingan
Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost)
yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan
produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya secara massa.
Produk sampingan adalah suatu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif lebih
rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi.
B. Karakteristik Produk Bersama dan Produk Sampingan
1. Karakteristik Produk Bersama
a. Produk bersama merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b. Harga jual produk bersama relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan produk
sampingan yang dihasilkan poada saat yang sama.
c. Dalam mengelolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindari diri
untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ingin memproduksi hanya
salah satu diantara produk bersama tersebut. Contohnya dalam perusahaan daging
kaleng, setiap kali penyembelihan sapi, akan diperoleh daging, kulit, dan
lemak.Jika produsen hanya ingin mengola daging saja, tidak bisa tidak ia harus
memanfaatkan kulitnya (dibuat makanan atau dijual dalam bentuk kulit).
2. Karakteristik Produk Sampingan
a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa
memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari
produk.
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 80
AB PRAK
CONTOH KASUS
BIAYA BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
Biaya bersama yang dikeluarkan oleh PT. FROZEN selama satu periode akuntansi berjumlah
Rp 200.000.000,- dalam memproduksiempat jenis prduknya.
Data yang terkait adalah :
Produk
Bersama
Jumlah
Produk yang
dihasilkan
Harga
Jual/Unit
Biaya
Pengolahan
Lebih
Lanjut/Unit
Harga Jual
/Unit Setelah
Diproses Lebih
Lanjut
E 10.000 5.000 400 7.000
L 30.000 15.000 400 17.000
S 15.000 8.000 900 10.000
A 6.000 10.000 1.000 12.000
Data-data tambahan:
Satuan yang Terjual
Produk E Produk L Produk S Produk A
5.000 10.000 12.000 4.000
Diminta:
1. Hitunglah alokasi biaya bersama dan harga pokok produk per unit dengan metode Nilai
Pasar Relatif:
a. Biaya-biaya dikeluarkan pada saat titik pisah
b. Biaya-biaya dikeluarkan setelah titik pisah
2. Berapa laba kotor perusahaan pada periode tersebut, bila perusahaan menggunakan nilai
pasar relatif : Biaya-biaya dikeluarkan pada saat titik pisah !
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 81
AB PRAK
JAWABAN
CONTOH KASUS
Nama Perusahaan : PT. FROZEN
Biaya Bersama : Rp200.000.000,-
Produk
Bersama
Jumlah
Produk yang
dihasilkan
Harga
Jual/Unit
Biaya
Pengolahan
Lebih
Lanjut/Unit
Harga Jual
/Unit Setelah
Diproses
Lebih Lanjut
Produk
E 10.000 5.000 400 7.000 5.000
L 30.000 15.000 900 17.000 10.000
S 15.000 8.000 900 10.000 12.000
A 6.000 10.000 1.000 12.000 4.000
1. a. METODE NILAI PASAR RELATIF
BIAYA-BIAYA DIKELUARKAN PADA SAAT TITIK PISAH
Produk
Bersama
Jumlah
Produk
yang
dihasilkan
Harga
Jual/Unit Nilai Jual
Nilai
Jual
Relative
Alokasi
Biaya
Bersama
Harga Pokok
Produk
Bersama/unit
E 10.000 5.000 50.000.000 7,35% 14.700.000 1.470
L 30.000 15.000 450.000.000 66,18% 132.360.000 4.414
S 15.000 8.000 120.000.000 17,65% 35.300.000 2.353
A 6.000 10.000 60.000.000 8,82% 17.640.000 2.940
680.000.000 100% 200.000.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 82
AB PRAK
2. b. METODE NILAI PASAR RELATIF
BIAYA-BIAYA DIKELUARKAN SETELAH TITIK PISAH
Produk
Bersama
Harga
Jual/Unit
Setelah
Diproses
Biaya
Pengolahan
Lebih
Lanjut/Unit
Nilai
Jual
Hipotesis
Jml
produk
yang
dihasilk
an
Total Nilai
jual
hipotesis
Total
nilai
jual
relative
Biaya
bersama
HPP
bersama/
unit
E 7.000 400 6.600 10.000 66.000.000 8,78% 17.560.000 1.756
L 17.000 900 16.100 30.000 483.000.000 64,27% 128.540.000 4.285
S 10.000 900 9.100 15.000 136.500.000 18,16% 36.320.000 2.421
A 12.000 1.000 11.0001 6.000 66.000.000 8,79% 17.580.000 2.930
751.500.000 100% 200.000.000
3. LABA KOTOR PERUSAHAAN
Produk E L S A
Penjualan 25.000.000 150.000.000 96.000.000 40.000.000
HPP 8.780.000 42.850.000 29.052.000 11.720.000
Laba Kotor 16.220.000 107.150.000 66.948.000 28.280.000
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 83
AB PRAK
KASUS
BIAYA BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
Biaya bersama yang dikeluarkan oleh PT. MIRACLE selama satu periode akuntansi
berjumlah Rp 700.000.000,- dalam memproduksi emapt jenis produknya.
Data yang terkait adalah sebagai berikut :
Produk
Bersama
Jumlah
Produk yang
dihasilkan
Harga
Jual/Unit
Biaya
Pengolahan
Lebih
Lanjut/Unit
Harga Jual
/Unit Setelah
Diproses Lebih
Lanjut
B 40.000 22.000 6.000 25.000
E 50.000 15.000 3.000 20.000
L 25.000 32.000 4.000 33.000
A 30.000 20.000 1.000 23.000
Data-data tambahan:
Satuan yang Terjual
Produk B Produk E Produk L Produk A
20.000 28.000 10.000 18.000
Diminta :
1. Hitunglah alokasi biaya bersama dan harga pokok produk per unit dengan metode Nilai
Pasar Relatif:
a. Nilai pasar diketahui pada saat titik pisah
b. Nilai pasar diketahui setelah titik pisah
2. Berapa laba kotor perusahaan pada periode tersebut, bila perusahaan menggunakan nilai
pasar relative;Nilai pasar diketahui pada saat titik pisah !
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 84
AB PRAK
VISUAL BASIC :
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 85
AB PRAK
FORM 3
CONTOH KASUS :
FORM 1
LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
TEAM PENGEMBANGAN AB PRAK 2018/2019 Page 86
AB PRAK
FORM 2
FORM 3