l8-1413100013
TRANSCRIPT
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (L8)
LUHUR KUNCOROANGGO
1413100013
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
ABSTRAK
Telah dilakukan pratikum induksi elektromagnetik ini bertujuan untuk membuktikan “ Hukum Induksi Farraday” dengan pengukuran ketergantungan tegangan induksi (U) dengan kepadatan arus (B), luas induksi (b) serta kecepatan induksi (v). Untuk membuktikan hal tersebut dilakukan percobaan dengan variasi koil (b) sebagai perbandingan luas induksi, r (jari-jari) sebagai kecepatan induksi dan variasi banyak pasang magnet (B) sebagai perbandingan ketergantunggan teganggan induksi dengan kepadatn arus. Dengan masing – masing variasi b1 dan b2, r=2cm dan r=2,8cm serta B dengan variasi 4, 5, dan 6. Setiap variasi diulang delapan kali. Dari variasi tersebut menghasilkan tegangan yang berbeda-beda pula. Berdasarkan data hasil percobaan, nilai yang tertera pada mikrovoltmeter bernilai negative karena terjadi induksi faraday.
Kata kunci : Fluksmagnet, Hukum Faraday, Induksi, dan Hukum Lenz.
i
DAFTAR ISI
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
DASAR TEORI...................................................................................................................2
2.1 Fluks Magnetik..........................................................................................................2
2.2 Induksi Elektromagnetik......................................................................................3
2.3 Hukum Faraday.....................................................................................................3
2.4 Hukum Lenz.........................................................................................................4
BAB III................................................................................................................................6
METODOLOGI PERCOBAAN..........................................................................................6
3.1 Alat dan Bahan.....................................................................................................6
3.2 Cara Kerja dan Set Up Alat..................................................................................6
BAB IV................................................................................................................................8
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.........................................................................8
4.1 Analisis Data........................................................................................................8
4.1.1 Untuk data dengan r = 2 cm.........................................................................8
4.1.2 Untuk data dengan r = 2,8 cm....................................................................11
4.2 Grafik.................................................................................................................13
4.2.1 Grafik U terhadap B...................................................................................13
4.3 Pembahasan..............................................................................................................15
BAB V................................................................................................................................17
KESIMPULAN..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat krusial dewasa ini. Dengan
adanya listrik, semua pekerjaan manusia lebih mudah diselesaikan dan lebih tepat
dalam pengukurannya. Untuk mendapat listrik, dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain dengan memakai sel surya, pembangkit listrik, ataupun dapat
digunakan sel kimia dalam mendapatkannya.
Pada pembangkit listrik, umumnya alat untuk menghasilkan listrik adalah
suatu generator yang disambungkan terhadap suatu alat penghasil gerak sesuai
dengan apa yang digunakan. Prinsip sama dipakai dalam generator sepeda, yakni
dengan memasangkan dynamo, apabila penggerak yang dipasangkan pada roda
bergerak, maka magnet dalam lilitan kawat di generator akan menghasilkan
listrik. Prinsip ini yang mana kita kenal dengan induksi elektromagnetik. Dengan
mempelajari serta menguji coba, diharapkan praktikan dapat mengetahui apa saja
yang mempengaruhi induksi elektromagnetik serta bagaimana sifat – sifatnya.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi dalam percobaan ini adalah bagaimana cara
membuktikan hukum induksi faraday yang diukur terhadap ketergantungan pada
tegangan induksi dengan kepadatan arus, luas induksi serta kecepatan induksi.
1.3 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan “ Hukum Induksi Farraday”
dengan pengukuran ketergantungan tegangan induksi dengan kepadatan arus, luas
induksi serta kecepatan induksi.
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Fluks MagnetikBanyak garis – garis induksi magnet,dapat disebut dengan fluks magnet
disimbolkan dengan (), sedangkan banyaknya garis persatuan luas, dapat disebut
dengan rapat fluks magnet (B). Satuan internasional dari besaran fluks magnetik
diukur dalam Weber, disingkat Wb dan didefinisikan dengan, Suatu medan
magnet serba sama mempunyai fluks magnetik sebesar 1 weber bila sebatang
penghantar memotong garis-garis gaya magnetik selama satu detik akan
menimbulkan gaya gerak listrik (ggl) sebesar satu volt.
Banyaknya garis – garis induksi magnet / fluks magnet yang melalui suatu
bidang dapat dihitung dengan memperhatikan vector pada setiap titik pada bidang
luasan tersebut jika diketahui. Ditinjau dari elemen luasan bidang dA. Maka
besarnya fluks magnet dapat diketahui dengan cara mengintegralkan elemen
luasan ini, apabila dituliskan secara matematis akan menjadi:
∅=∬ B⃗ . d A⃗
atau dapat juga
∅=∬B dA cosθ (2.1)
Namun, dalam suatu keadaan apabila garis – garis tersebut serba sama dan
arah dari medan magnet adalah 90, maka nilai dari fluks magnet terbut akan
menjadi :
∅=B . A (2.2)
Hal ini dikarenkan cos yang diintegralkan menjadi sin , akan menghasilkan
nilai satu, karena sudut yang dipakai adalah 90(Dosen – Dosen Fisika FMIPA
ITS , 2010).
2
2.2 Induksi ElektromagnetikPada percobaan Farady dan Henry pada tahun 1830-an, Sebuah magnet
batang yang dililit oleh suatu kawat hantar, diharapkan pada kawat handar
tersebut timbul arus yang akan diukur oleh sebuah Galvanometer. Akan tetapi
arus yang diharapkan tidak ada dan percobaan tersebut dianggap gagal oleh
mereka. Hal ini terjadi karena tidak ada perubahan fluks magnet yang terjadi pada
lilitan kawat. Tetapi, Faraday dan Henry mengamati hal lain ketika batang magnet
dimasukkan kedalam lilitan kawat, terjadi arus yang terukur oleh Galvanometer
namun arus itu hilang beberapa saat kemudian. Hal itu terjadi ketika batang
magnet dikeluarkan dari lilitan. Hal ini terjadi karena ketika magnet didekatkan
terjadi penambahan fluks magnet pada lilitan kawat sehingga timbul arus listrik
yang menimbulkan medan magnet melawan arah magnet semula. Akhirnya
mereka mengambil kesimpulan bahwa perubahan medan magnetiklah yang
menimbulkan arus listrik, bukan karena medan magnet yang kostan. Perubahan
medan magnet yang menimbulkan arus listrik ini dinamakan induksi magnet atau
induksi elektromagnetik (Ishaq,2007).
2.3 Hukum Faraday
Percobaan yang telah dilakukan oleh Farady, Henry dan yang lain telah
menunjukkan bahwa ketika fluks magnetik yang melalui suatu rangkaian diubah
dengan cara apapun, suatu ggl yang sama besarnya dengan laju perubahan fluks
yang diinduksikan dalam rangkaiannya. Ggl biasanya dideteksi dengan
mengamati arus dalam rangkainnya, tetapi ggl itu tetap ada sekalipun jika
rangkaiannya tersambung (tidak tertutup) sehingga tidak ada arus. Ggl dalam satu
rangkaian telah diokalisasikan dalam daerah khusus pada rangkainnya, seperti
antara terminal baterai. Tetapi ggl yang diinduksi oleh fluks magnetik yang
berubah dapat dianggap terdistribusi di seluruh rangkainnya (Sears,2010).
Pada dasarnya, ada dua macam cara untuk menimbulkan GGL atau perubahan
fluks magnit pada konduktor oleh induksi magnetic, yaitu :
a. Menggerakkan suatu penghantar didalam sebuah medan magnet yang
tetap, sebagai contoh dapat diambil generator AC/DC.
3
b. Suatu penghantar yang tidak digerakkan didalam medan magnet yang
memang berubah terhadap waktu.
Sebagai contoh, sebuah transformator yang dialiri arus berubah.
Oleh karenanya, hukum faraday dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
E=−d∅dt
=−ddt ∫ B⃗ .d⃗A=− A⃗ . d⃗B
dt (2.3)
(Dosen – Dosen Fisika FMIPA ITS, 2010).
Tanda minus menunjukkan bahwa ggl induksi berlawanan dengan perubahan
yang disebabkannya (Bueche,2006)
2.4 Hukum Lenz
Hukum Lenz adalah metode yang digunakan untuk menuntukan arah arus
suatu arus induksi atau tge induksi. Hukum lenz bukan merupakan prinsip yang
bebas, hukum ini dapat diturunkan dari hukum Faraday. Hukum Lenz juga
membantu kita dalam memahami tentang berbagai efek induksi dan tentang
kekekalan energi. H. F. E. Lenz (1804-1865) adalah seorang ilmuwan Jerman
yang mengerjakan duplikat secara bebas penemuan Faraday dan Henry. Hukum
Lenz (Lenz’s law) menyatakan :
Arah sembarang efek induksi magnetik adalah semedemikian rupa
sehingga menentang penyebab efek itu sendiri.
“Penyebab” yang dimaskud disini dapat berupa fluks yang berubah-ubah
melalui sebuah rangkaian stasioner yang ditimbukan oleh sebuah medan magnetik
yang berubah-ubah, atau dapat berupa fluks yang berubah – ubah yang 4
Gambar 2-2 Ilustrasi Hukum Lenz (Sears,2000)
ditimbulkan oleh gerak konduktor membentuk rangkaian atau dapat keduanya.
Jika fluks dalam rangkaian stasioner berubah maka arus induksi tersebut
menimbulkan medan magnetnya sendiri. Di dalam luas yang dibatasi oleh
rangkaian itu, medan ini berlawanan dengan medan semula jika medan semula
tersebut makin bertambah tetapi mempunyai rah yang sama dengan medan semula
jika medan semula tersebut berkurang. Maka, arus induksi memnentang
perubahan fluks yang melalui rangkian tersebut (bukan fluks itu sendiri).
Hukum Lenz juga secara langsung dikaitkan dengan kekekalan energi
seandainya arus induksi berada dalam arah yang berlawanan dengan arah yang
diberikan Hukum Lenz. Maka gaya magnetik pada bidang batang itu akan
mempercepat batang ke laju yang terus bertambah tanpa ada sumber energi luar,
walaupun terdapat energi listrik dalam rangkaian tersebut. Ini merupakan
pelanggaran kekekalan energi yang tidak terjadi di alam (Sears,2000).
Dengan demikian, maka hukum Lenz ini adalah suatu perlawanan yang
diberikan oleh loop guna menguraikan dari perubahan fluks atau perubahan
medan magnet yang terjadi dalam loop, sehingga akan terjadi peniadaan gangguan
tersebut. Jika dinotasikan dalam bentuk persamaan matematika maka hukum Lenz
dapat dinyatakan :
E=−L didt (2.4)
Dimana didt adalah penginduksiaan dalam fluks (Halliday, 2007).
5
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1
2
3
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan yang akan dipergunakan pada percobaan ini adalah Peralatan
induksi dengan konduktor 1 set, pasangan magnet 6 pasang. motor eksperimen
100 W 1 buah, alat kemudi dan pengatur 1 buah. mikrovoltmeter 1 buah.
3.2 Cara Kerja dan Set Up Alat
Disusun alat seperti gambar 3.1 dan hubungkan dengan peralatan lain.
Kemudian diikatkan senar pancing pada peluncur dan hubungkan dengan kopling
penarik. Mikrovoltmeter diatur pada 104, kemudian dipasangkan 8 pasang magnet
yang tersedia pada alat induksi. Untuk proporsionalitas dari U dan V,
dihubungkan konduktor b = 4 cm dengan cara memasukkan penghubung
kortsluiting pada alat peluncur. Suatu kumparan tali senar pancing diikatkan pada
garis tengah kumparan kopling yang bergerak terkecil. Selanjutnya dihidupkan
motor dan stel putarannya sehinggatercapai suatu tegangan induksi sebesar 40mV.
Pada goyangan yang mungkin terjadi pada alat penunjuk pengukur, maka dicari
harga rata-rata / menengah. Jumlah putaran motor dipertahankan agar sama dalam
waktu melakukan seluruh percobaan dari bagian. Diulangi percobaan dengan 6
Gambar 3.1 Set up alat percobaan induksi elektromagnetik
menggunakan kedua alat kumparan lain dengan garis tengah kumparan yang
berlainan. (Pada garis tengah kumparan yang lain, maka kecepatan akan berlipat
ganda atau lipat empat dengan jumlah putaran motor yang tetap. Garis tengah alat
kumparan kopling bergerak memiliki perbandingan 1 : 2 : 4. Untuk
proporsionalitas dari U dan b, percobaan dilakukan dengan menggunakan 8
pasang magnet dan garis tengah alat kumparan maksimal (V = 4 Vo) untuk
konduktor dengan b = 2 cm dan b = 2,8 cm. diulangi percobaan pada
proporsionalitas dari U dan b, percobaan dilakukan dengan menggunakan 8
pasang magnet dan garis tengah alat kumparan maksimal (V = 4 Vo) untuk
konduktor dengan b = 2 cm dan b = 2,8 cm. namun dengan menggunakan 6,5,4,3
dan 2 pasang magnet, kemudian untuk proporsionalitas antara V dan B, percobaan
dilakukan denngan garis tengah alat kumparan yang minimal dan lebar konduktor
yang maksimal pula yaitu b = 4 cm. Kemudian diulangi percobaan penentuan
proporsionalitas antara V dan B, percobaan dilakukan denngan garis tengah alat
kumparan yang minimal dan lebar konduktor yang maksimal pula yaitu b = 4 cm.
namun dengan menggunakan 6,5,4,3 dan 2 pasang magnet.
7
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4
4.1 Analisis Data
4.1.1 Untuk data dengan r = 2 cm
Tabel 4.1 Data percobaan untuk r = 2cm
No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV) (*10^5)
1 1 4 -0.652 1 4 0.683 1 4 -0.654 1 4 -0.625 1 4 -0.686 1 4 -0.657 1 4 -0.618 1 4 -0.65
Rata-Rata -0.47875
Tabel 4.2 Data percobaan untuk r = 2cm
No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV) (*10^5)
1 1 5 -0.752 1 5 -0.793 1 5 -0.714 1 5 -0.745 1 5 -0.726 1 5 -0.747 1 5 -0.738 1 5 -0.72
Rata-Rata -0.7375
8
Tabel 4.3 Data Percobaan untuk r = 2cm
No. b (cm) B (pasang)Tegangan (mV)
(*10^5)1 1 6 -0.72 1 6 -0.813 1 6 -0.784 1 6 -0.775 1 6 -0.766 1 6 -0.817 1 6 -0.788 1 6 -0.79
Rata-Rata -0.775
Tabel 4.4 Data Percobaan untuk r = 2cm
No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV) (*10^5)
1 2 4 -0.762 2 4 -0.813 2 4 -0.784 2 4 -0.85 2 4 -0.826 2 4 -0.817 2 4 -0.778 2 4 -0.8
Rata-Rata -0.79375
Tabel 4.5 Data Percobaan untuk r = 2cm
No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV) (*10^5)
1 2 5 -0.812 2 5 -0.853 2 5 -0.84 2 5 -0.825 2 5 -0.796 2 5 -0.847 2 5 -0.858 2 5 -0.81
Rata-Rata -0.82125
9
Tabel 4.6 Data Percobaan untuk r = 2cm
No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV) (*10^5)
1 2 6 -0.892 2 6 -0.913 2 6 -0.834 2 6 -0.95 2 6 -0.976 2 6 -0.917 2 6 -0.978 2 6 -0.85
Rata-Rata -0.90375
10
4.1.2 Untuk data dengan r = 2,8 cm
Tabel 4.1 Data percobaan untuk r = 2,8cm
No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV) (*10^5)
1 1 4 -0.942 1 4 -0.923 1 4 -0.884 1 4 -0.925 1 4 -0.916 1 4 -0.947 1 4 -0.938 1 4 -0.96
Rata-Rata -0.925
Tabel 4.2 Data percobaan untuk r = 2,8cm
No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV) (*10^5)
1 1 5 -0.972 1 5 -13 1 5 -0.954 1 5 -0.975 1 5 -0.986 1 5 -0.987 1 5 -0.948 1 5 -1
Rata-Rata -0.97375Tabel 4.3 Data percobaan untuk r = 2,8cm
No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV) (*10^5)
1 1 6 -1.092 1 6 -1.123 1 6 -1.134 1 6 -1.115 1 6 -1.126 1 6 -1.09
11
7 1 6 -1.148 1 6 -1.13
Rata-Rata -1.11625
Tabel 4.4 Data percobaan untuk r = 2,8cm
No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV) (*10^5)
1 2 4 -1.212 2 4 -1.23 2 4 -1.184 2 4 -1.195 2 4 -1.236 2 4 -1.77 2 4 -1.248 2 4 -1.3
Rata-Rata -1.28125
Tabel 4.5 Data percobaan untuk r = 2,8cm
No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV) (*10^5)
1 2 5 -1.232 2 5 -1.173 2 5 -1.184 2 5 -1.135 2 5 -1.166 2 5 -1.167 2 5 -1.148 2 5 -1.22
Rata-Rata -1.17375
Tabel 4. Data percobaan untuk r = 2,8cm
No. b (cm) B (pasang)Tegangan (mV)
(*10^5)1 2 6 -1.462 2 6 -1.423 2 6 -1.384 2 6 -1.425 2 6 -1.43
12
6 2 6 -1.47 2 6 -1.418 2 6 -1.39
Rata-Rata -1.41375
4.2 Grafik
4.2.1 Grafik U terhadap B
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.50
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
f(x) = 0.15 x − 0.0833333333333335R² = 0.847989949748744
Grafik U terhadap B
Gravik U VS BLinear (Gravik U VS B)
Kepadatan Arus (B)
GGL I
nduk
si (U
)
Gambar 4.1 Grafik U terhadap B dengan r = 2cm dan b1
13
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.50.720.740.760.78
0.80.820.840.860.88
0.90.92
f(x) = 0.055 x + 0.561666666666667R² = 0.935567010309278
Grafik U terhadap B
Grafik u terhadap BLinear (Grafik u terhadap B)
Kepadatan Arus (B)
GGL I
nduk
si (U
)
Gambar 4.2 Grafik U terhadap B dengan r = 2cm dan b2
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.50
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
f(x) = 0.095 x + 0.531666666666667R² = 0.899501661129568
Grafik U terhadap B
Grafik U terhadap BLinear (Grafik U terhadap B)
Kepadatan Arus (B)
GGL I
nduk
si (U
)
Gambar 4.3 Grafik U terhadap B dengan r = 2,8 dan b1
14
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.50
0.20.40.60.8
11.21.41.6
f(x) = 0.065 x + 0.961666666666667R² = 0.292725173210161
Grafik U terhadap B
Grafik U terhadap BLinear (Grafik U terhadap B)
Kepadatan Arus (B)
GGL I
nduk
si (U
)
Gambar 4.4 Grafik U terhdap B dengan r = 2,8 dan b2
4.3 Pembahasan
Percobaan tentang induksi elektromagnetik yang telah dilakukan bertujuan
untuk membuktikan “ Hukum Induksi Farraday” dengan pengukuran
ketergantungan tegangan induksi dengan kepadatan arus (B), luas induksi (b),
serta kecepatan induksi. Dalam percobaan yang kita lakukan ini dengan beberapa
varian. Pada b koil yang bertujuan untuk mengetahui faktor luas induksi
digunakan variasi b1 dan b2, r (jari-jari) yang bertujuan untuk kecepatan induksi
dengan variasi 2 cm dan 2,8 cm, dan B (banyak pasang magnet) digunakan untuk
mengetahui ketergantungan tegangan induksi pada kepadatan arus dengan variasi
4, 5, dan 6.
Pada percobaan yang telah dilakukan, data yang didapat berupa besar
tegangan yang ditunjukkan oleh mikrovoltmeter. Nilai tegangan ini tidak bisa
didapatkan secara langsung, caranya dengan merangkai alat terlebih dahulu sesuai
dengan set up alat yang ada, lalu atur variasi b koil dengan cara memasukkan
penghubung kortsluiting pada alat peluncur. Lalu atur banyak pasang magnet
sesuai variasi dan ikatan tali pada garis tengah putaran kopling sesuai dengan jari
– jari yang ada pada variasi yang ditentukan. Lalu hidupkan pemutar dan
15
mikrovoltmeter pada saat jarak yang ditentukan maka besar tegangan akan terbaca
pada mikrovoltmer tersebut.
Pada saat pengamatan, nilai yang tertera pada mikrovoltmeter dibaca pada saat
awal batang induksi keluar. Nilai hasil pengamatan yang tertera pada
mikrovoltmeter bernilai negative. Hal ini terjadi karena, pada saat batang induksi
keluar dari medan magnet, terjadi peristiwa induksi faraday. Dimana pada saat
batang keluar terjadi medan magnit yang melawan medan induksi sehingga
menghasilkan tegangan yang melawan arus induksi yang menyebabkan nilai pada
mikrovoltmeter bernilai negative.
Pada grafik U terhadap B tidak linier dimana seharusnya U dengan B
berbanding lurus. Ini dapat dikarenakan saat perakitan alat ataupun saat membaca
tegangan pada mikrovoltmeter tidak sesuai dengan jarak yang ditentukan.
Sehingga didapat grafik yang tidak linier. Selain itu juga disebabkan karena
pembacaan nilai pada mikrovolmeter tidak pada saat batang keluar dari medan
magnit pertama kalinya.
16
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi tegangan (U) pada induksi elektromagnetik
antara lain kepadatan arus yang ditunjukan pada variasi banyaknya pasang
magnet (B) , luas induksi yang ditunjukkan pada variasi koil yang
diberikan yaitu b1 dan b2 serta kecepatan induksi yang ditunjukkan oleh
variasi jari – jari yang diberikan.
2. Nilai tegangan (U) berbanding lurus dengan jumlah magnet (B), koil (b)
dan jari-jari (r). Artinya, semakin besar jumlah magnet, koil, dan jari-jari
nilai tegangan yang dihasilkanpu semkain besar. Begitu juga sebaliknya,
jika jumlah magnet, koil dan jari – jari semakin kecil nilai tegangan yang
dihasilkan juga semakin kecil.
17
DAFTAR PUSTAKA
Buecher, F. J. (2006). Fikia Universitas edisi 10. Jakarta: Erlangga.
Dosen- Dosen Fisika, I. (2010). FISIKA II. Surabaya: YANASIKA (Yayasan Pembina Jurusan Fisika).
Halliday, D. (1984). Physics. New York: John Wiley and Sons.
Ishaq, M. (2007). FISIKA DASAR . Yogyakarta: Garaha Ilmu.
Zemanzky, S. a. (2000). Fisika Universitas edisi 10. Jakarta: Erlangga.
18