l = lampiran (biodata tokoh-daftar pustaka) etnis jawatimu

Upload: rizka-nuraini-arief

Post on 12-Jul-2015

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BIODATA TOKOH TARI ETNIS JAWATIMURAN

BIODATA TOKOH-TOKOH TARI JAWA TIMURPenyebaran seni tari Jawatimuran di masing-masing wilayah sub-etnis tidak terlepas dari peranan tokoh tari yang senantiasa eksis mempertahankan ciri khas gaya tari, iringan, busana tari dan penampilan secara menyeluruh dari sebuah pertunjukan tari tradisional. Sebutan tokoh merupakan ungkapan penghargaan atas eksistensinya dalam dunia seni tari oleh masyarakat seni tari pada khususnya dan bahkan masyarakat pada umumnya. Pengakuan itu juga dibuktikan dengan karya-karya seni tari yang dikenal masyarakat bahkan karya tari itu menjadi materi tari pada sekolah-sekolah seni tari maupun sanggar-sanggar seni tari di berbagai daerah di Jawa Timur. Beberapa tokoh seni tari Jawatimuran yang mempunyai peranan besar terhadap pelestarian dan perkembangan seni tari di Jawa Timur yang telah mendapat pengakuan masyarakat dan beberapa karyanya baik berupa karya tulis tentang seni tari maupun karya tari digunakan sebagai materi pelajaran seni tari pada institusi formal maupun non-folmal, diantaranya: 1. AM. Munardi, S.Pd (alm) Tokoh tari Jawa Timur yang hingga akhir hidupnya (23 Maret 2000) menunjukkan kepedulian yang sangat besar terhadap dunia seni tari di Jawa Timur adalah AM Munardi yang dilahirkan di Yogyakarta, 15 Nopember 1939 dan mulai belajar menari tahun 1954 di Among Beksa Kraton Yogyakarta. Pada tahun 1973, AM Munardi menjadi guru di SMKI (sekarang SMK 9) Surabaya, menjadi penata tari dan dikenal pula sebagai pengamat tari. Beberapa karya tarinya, diantaranya: Sang Duta (1967), Cermin (1975), Seblang Nukyeng (1972), Reog Brantas (1982), Topeng Panji Reni (1977), Sabu-Sabu (1976), Sudamala (1978),Sumantri Wirotama (1979), Dramatari Calonarang (1970), dan Damarwulan Jurit (1983). Disamping menata tari dan menjadi guru, Munardi juga menulis beberapa karya tulis yang menjadi acuan pelajaran teori seni tari di berbagai institusi formal seni tari, diantaranya; Pengetahuan Seni Tari I dan II, Wayang Topeng Malang (bersama Sal Murgiyanto), Gandrung, dan Seblang. Sosok AM Munardi di Jawa Timur cukup dikenal, dengan kesederhanaannya, ketekunan dan semangatnya yang terus menggema melalui pemikiran dan kegiatan yang sering dilakukannya untuk memajukan seni tari Jawa Timur. Penghargaan pernah diraihnya, diantaranya: penghargaan penulisan naskah tari dari Direktorat Kesenian Depdikbud (1977, 1978, 1979), gelar Jalma Dwija (1994) oleh Paguyuban Sutresno Pusaka Lan Budaya Jawa dan Penghargaan Seniman Jawa Timur (2001). Pada sekitar tahun 1970-an, AM Munardi mempelajari tari Topeng Malang hingga dapat menyusun kembali bentuk tari topeng Malangan yang kemudian menjadi materi tari di SMKI Surabaya. Karya tari topeng Malang yang disusun kembali oleh AM Munardi, diantaranya: tari Topeng Bapang, Topeng Patih, Topeng Gunungsari, Grebeg Jawa, dan Topeng Sekartaji. Karya tari topeng Malangan itu kemudian menjadi pemacu untuk merekontruksi kembali tari topeng gaya Malangan yang kemudian digunakan sebagai materi pelajaran seni tari. 2. Munali Fatah Munali Fatah dilahirkan di Sidoarjo 17 Mei 1924. Munali mulai bergabung dengan kesenian Ludruk Rukun Makno pada tahun 1938 dan pada tahun 1963 bergabung dengan Ludruk RRI Surabaya dengan kemampuan ngidung dan beksa ngremo. Munali adalah tokoh tari yang dikenal melalui susunan tari Ngremo gaya Munali Fatah. Tari Ngremo merupakan suatu bentuk tari yang telah mendapat pengakuanSTANDAR KOMPETENSI NASIONAL BIDANG KEAHLIAN TARI ETNIS 115

TANDAR KOMPETENSI NASIONAL BIDANG KEAHLIAN TARI ETNIS

masyarakat sebagai salah satu bentuk tari khas Jawa Timur memiliki berbagai gaya tari tergantung pada siapa penyusunnya dan dimana daerah perkembangannya. Bentuk tari Ngremo ada dua yaitu bentuk tari putra dan bentuk tari putri. Tari Ngremo yang disusun oleh Munali atau lebih sering disebut Ngremo Munali (gaya Munali) merupakan suatu bentuk tatanan tari yang lebih menonjolkan pada kejelasan akan bentuk gerak tari yang sederhana namun memiliki kepekaan, kekentalan struktur tari yang membentuk pola baku yang mapan dan mantap. Tari Ngremo Munali yang telah mendapat pengembangan sampai saat ini masih menjadi materi tari wajib yang harus dikuasai pada berbagai institusi tari walaupun sudah mengalami perubahan secara tidak langsung dalam hal gerak tari karena faktor perubahan alami yang terjadi dari teknik penyampaian yang dilakukan secara simultan. Penghargaan yang pernah diperoleh oleh Munali Fatah adalah dari Pusat Lembaga Kebudayaan Jawi (PLKJ) di Surabarta, Penghargaan sebagai seniman tari dari panitia Festival Cak Durasim (2002), dan Penghargaan Seniman Jawa Timur tahun 2002. 3. Soenarto AS. S.Sn Senarto AS dilahirkan di Solo pada tanggal 22 Mei 1936, hingga saat ini menjadi dosen di STKW Surabaya. Soenarto yang juga sebagai seorang penata tari telah menciptakan berbagai karya tari diantaranya; tari Ngremo Putra, tari Ngremo Putri, tari Gandrung, Tari Gunungsari (1979), tari Tanganku (1979), Dramatari Kudo Noro Wongso (1990), dan Bedoyo Ujung Galuh (1978) yang pernah mendapat penghargaan Walikota Surabaya pada saat itu. Perjalanan Soenarto AS dalam dunia seni tari diawalinya dengan menjadi penari sekitar tahun 1960-an, yang kemudian mulai mengamati perkembangan seni tari di Jawa Timur. Melalui pengamatan selama menekuni seni tari, Soenarto AS berpandangan tentang perkembangan seni tari Jawa Timur pada tahun 1962-1971 yang tertutup pengembangannya karena seni tari gaya Surakarta lebih melekat di hati masyarakat. Soenarto AS mulai tergugah untuk mengembangkan tari tradisional Jawa Timur dengan menerobos pandangan tari tradisi menjadi sudut pandang tari pendidikan formal. Dengan menggali tari tradisi diharapkan dikembangkan seni tari tradisi itu sesuai pertumbuhan jaman. Penggalian seni tradisi yang dilakukan Soenarto AS menghasilkan sebuah susunan tari Ngremo gaya putra dan putri yang kemudian dijadikan gaya pola gerak tari Ngremo di SMKI (SMK 9), STKW dan Sendratasik UNESA bahkan pola gerak itu melekat pula pada alumnus seni tari yang pernah mempelajari tari Ngremo ini swebagai bahan ajar tingkat pemula sebagai dasar pembakuan. 4. Soeparmo Soeparmo dilahirkan di Probolinggo 25 Desember 1943. Pengalaman berkesenian diawali pada tahun 1950 menjadi penari bersama orang tuanya. Ketrampilan menari diperolehnya dari orang tuanya. Pada tahun 1983, Soeparno menata kembali tari Glipang yang pernah dipelajarinya dari ayahnya, dan susunan tari itu mendapat pengakuan dari masyarakat luas. Tahun 1983 mendapat penghargaan sebagai pelatih terbaik tari Glipang, tahun 1984 mendapat penghargaan pada Pekan Tari dan Musik daerah tingkat Nasional, tahun 1991 terpilih dalam Festival tari daerah kreasi terbaru, dan tahun 1992 penghargaan Festival seni musik vokal Tradisional. Pandangan Soeparmo tentang karya tari adalah berpijak dari kebiasaan serta situasi dan kondisi masyarakat daerah sekitar komunitasnya sehingga dapat memunculkan ide untuk menghasilkan sebuah karya seni.

116

STANDAR KOMPETENSI NASIONAL BIDANG KEAHLIAN TARI ETNIS

BIODATA TOKOH TARI ETNIS JAWATIMURAN

5. Karimun Karimun adalah tokoh tari gaya Malangan yang eksis dengan tari topengnya. Karimun dilahirkan di Malang tanggal 19 Juni 1919 dan dibesarkan dari keluarga seniman. Perjalanan berkesenian sempat terhenti tahun 1948 karena jaman penjajahan Jepang dan pada tahun 1950 mendirikan sanggar Asmoro bangun di Dukuh Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Malang. Melalui pengalamannya, Karimun menata kembali tari Topeng menjadi bentukbentuk tari lepas sesuai karakter topeng, diantaranya: tari Topeng Gunungsari, Tari Topeng Bapang, Tari Grebeg, Tari Topeng Beskalan, Tari Topeng Patih, Tari Topeng Sekartaji, dan Topeng Panji. Hasil penataan tari oleh Karimun ini menjadi sejarah besar bagi perkembangan seni tari Topeng di Jawa Timur. Karya Karimun mulai diperkenalkan melalui materi pelajaran tari di SMKI Surabaya, STKW dan juga UNESA. Hingga saat ini tari Topeng dari Kedungmonggo merupakan salah satu bentuk tari topeng Jawa timur yang paling banyak dipergunakan sebagai materi pelajaran di berbagai institusi formal maupun di sanggar-sanggar di Surabaya khususnya dan Jawa Timur pada umumnya. Keberadaan dan kebertahanan tari topeng karya Karimun ditunjang pula oleh iringan tari berupa kaset yang dijual secara umum. Bagi Karimun, proses pandang hasil karya didasarkan atas bakat, pengalaman dan imajinasi. Pandangan itu didasari atas pengalaman yang diperolehnya selama menekuni seni Topeng. 6. Sumitro Hadi Sumitro Hadi yang akrab dipanggil dengan Mitro adalah tokoh tari Banyuwangi yang cukup dikenal melalui karya-karya seni tari tradisional yang ritmis, dinamis dan sangat menarik dalam segi penampilan secara keseluruhan. Sumitro Hadi dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 16 Agustus 1951. Pengalaman berkesenian Mitro dimulai dari lingkungan keluarga yang menyenangi seni tari. Pada tahun 1977, Mitro mendirikan Sanggar Tari Jingga Putih hingga saat ini dan Mitro juga sebagai pimpinan sanggar. Sumitro Hadi melalui sanggarnya mengadakan pelatihan dan sekaligus menjadikan sanggarnya sebagai pemacu motivasinya untuk berkarya tari. Hasil karya yang pernah diciptakan Sumitro Hadi, diantaranya: Jaran Goyang (1969), Jaran Buto (1974), Padang Bulan (1976), Jejer Banyuwangi (1976), Jaran Dawuk (1986), Kundaran (1992) dan Kuntulan (1995). Karya-karya Mitro hingga saat ini mampu bertahan ditengah maraknya perkembangan seni tari modern karena nilai-nilai tradisi tari Banyuwangi sangat melekat pada karyanya. Sebagian besar karya Mitro hingga saat ini menjadi materi pelajaran tari di institusi formal maupun di sanggar-sanggar di Jawa Timur bahkan karyanyapun pernah ditampilkan di Firlandia (1996), Hongkong 1979), USA (1991), dan Australia Barat (1992). Dalam berkarya, Sumitro Hadi berpegang pada perumpamaan berlari semasa bias berlari, berjalan semasa masih bias berjalan, merangkak semasa masih bias merangkak, dan dalam diam pandanglah apa yang telah diperbuat, karena hanya ada amal ibadah berupa menyenangkan orang lain. 7. Drs. M. Soleh Adi Pramono Soleh adalah panggilan akrapnya, dan dilahirkan di Yogyakarta 1 Agustus 1951. Pendidikan formal Seni Tari diperoleh mulai bangku sekolah di Konservatori Surabaya (SMKI) dan kemudian melanjutkan di ISI Yogyakarta lulus tahun 1984. Saat ini Soleh

STANDAR KOMPETENSI NASIONAL BIDANG KEAHLIAN TARI ETNIS

117

TANDAR KOMPETENSI NASIONAL BIDANG KEAHLIAN TARI ETNIS

menetap di Malang dan di sana pula mendirikan Padepokan Seni Mangun Dharmo di Kecamatan Tumpang kabupaten Malang. Soleh sangat eksis dengan pelestarian dan pengembangan tari tradisional Jawa Timur, bahkan berbagai kemampuan berkesenian dimilikinya yaitu sebagai penari, penata tari, penata iringan dan sebagai dalang wayang Topeng dan wayang Kulit yang sangat dikenal di daerah Malang hingga berbagai daerah Jawa Timur. Pada tahun 2000, Soleh mendapatkan penghargaan sebagai Seniman Jawa Timur dari gubernur Jawa Timur. Dalam karya tari telah dihasilkan berbagai karya, diantaranya; tari Kolosal Babad Malang (1976), Dramatari Condro Mowo (1991), tari Jaranan Dor, dan berbagai tari tradisional yang dikemas menjadi bentuk tari kreasi. Karya tari hasil kemasan yang bernuansa tradisi karya Soleh sangat digemari masyarakat dan karya itu dimasukkan pula dalam materi tari pelatihan di berbagai sanggar. Pandangan Soleh tentang suatu karya dapat lahir karena system pelatihan (sanggar) yang terus menerus. Semakin sering berlatih akan menghasilkan lebih banyak karya tari. Proses karya akan selalu berlanjut terus untuk membentuk karya-karya baru, oleh sebab itu menurutnya dokumentasi sangat diperlukan. 8. Tri Broto Wibisono, S.Pd Tri Broto adalah panggilan akrabnya, beliau adalah tokoh tari Jawa Timur yang masih relatif muda namun mempunyai pemikiran dan konsep ke depan terhadap perjalanan seni tari Jawa Timuran. Pengalaman berkesenian dilalui juga dengan pendidikan formal di Konservatori Kesenian Surabaya (saat ini SMK-9/SMKI) pada tahun 1970-an. Sebagai seorang tokoh tari, Tri Broto aktif dalam kegiatan pengamatan tari di berbagai daerah di Jawa Timur, bahkan sesekali Tri Broto tampil sebagai penari tunggal dalam even-even nasinal maupun internasional. Pada tahun 1977, Tri Broto mendirikan sanggar Bina Tari Jawa Timur, dan hingga saat ini sanggar ini masih berjalan dan masih cukup disegani keberadaannya sebagai salah satu sanggar yang konsis terhadap perkembangan seni tari Jawa Timuran. Beberapa murid Bina Tari telah berhasil dalam hal pengajaran seni tari khususnya Jawa Timur, bahkan ada pula yang telah menjadi penari professional serta penata tari professional di Jawa timur. Keberhasilan Tri Broto dapat dilihat dari karya-karyanya, diantaranya; tari Ngremo Jugag, tari Tandang Tayub, Tari Sekartaji, Tari gunungsari, Tari Probolengger, Tari Wirogo Putri, dan masih banyak lagi. Tri Broto juga telah mencoba menyusun struktur tari Jawa Timur dalam tingkat dasar putri, tingkat dasar putra dan gagahan. 9. Taufikurachman Taufikurachman adalah seorang tokoh tari Sumenep yang masih memiliki darah Keraton Sumenep. Taufik lahir di Sumenep tanggal 10 Oktober 1945 dan mulai mempelajari tari sejak tahun 1957 saat dia berusia 12 tahun. Taufik pernah belajar seni tari di Padepokan Seni Tari Bagong Kusudiarjo Yogyakarta. Dengan berbekal ketelatenan, disiplin, keuletan, Taufik dapat membawa nama daerahnya ke tingkat nasional maupun internasional. Melalui karya tari Muwang sangkal yang memiliki ciri khas tari Sumenep dengan pola gerak, iringan, busana, rias dan didukung dengan nilai-nilai yang terkandung dalam semua aspek tari membuat Taufik semakin dikenal. Karya tari Taufik sangat kental dengan unsur tari Sumenep. Karya Taufik yang cukup dikenal oleh masyarakat, diantaranya; Muwang Sangkal, Condik Somekar, Sape Sono, Topeng Potre, Tari Pecut Sumenep, Pleteng, Tongkeng Pangilen, dan Topeng Rampak Prapatan.

118

STANDAR KOMPETENSI NASIONAL BIDANG KEAHLIAN TARI ETNIS

BIODATA TOKOH TARI ETNIS JAWATIMURAN

Tari Muwang Sangkal diciptakan tahun 1962 adalah salah satu karya Taufik yang telah beberapa kali dipentaskan di manca negara, diantaranya: London (1996) dan Den Hag (Pasar Raya Malam Tong-Tong, 2000). Hingga saat ini Tari Muwang Sangkat karya Taufik telah menjadi salah satu bentuk materi tari yang diajarkan di Jurusan Sendratasik FBS UNESA dan STKWS Surabaya.

.

STANDAR KOMPETENSI NASIONAL BIDANG KEAHLIAN TARI ETNIS

119

TANDAR KOMPETENSI NASIONAL BIDANG KEAHLIAN TARI ETNIS

DAFTAR PUSTAKABouvier, Helene 2002. Lebur !, Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura (terjemahan), Jakarta :Forum Jakarta Paris, Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan Yayasan Obor Indonesia, hal 121 Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Bagian Proyek Pengembangan Sertifikasi dan Standarisasi Profesi. 2002. Kerangka Acuan Kerja (KAK). Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989/1990. Tari Gandrung Banyuwangi. Banyuwangi: Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Proyek Pembinaan Kesenian Jawa Timur. Djoko Damono, Supardi (editor dan Penulis Artikel). 2000. Direktori Seni dan Budaya Indonesia 2000. Surakarta: Yayasan Kelola. Holt, Clair 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia ( Terjemahan Soedarsono ). Jogjakarta : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. 130-132Jonge, Huub de 1989.. Madura dalam Empat Zaman.: Pedagang, Perkembangan Ekoonomi dan Islam, Suatu Studi Antropologi Ekonomi, Jakarta : PT Gramedia. Hal 24-25

Kusmayati, A.M Hermien, 2001, Perubahan Seni Pertunjukan Untuk Apa? Untuk Siapa ? dalam Ekspresi, Jurnal Lembaga Penelitihan ISI Yogjjakarta, Vol 3,. Hal :22 . Muarief, Samsul. 2003. Perjalanan Kiprah Glipang Tari Tradisional Khas Probolinggo. Probolinggo. Cabang Dinas Pendidikan Nasional Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur. Nugrahini, Diha Sri. 2003. Tari Muwang Sangkal Karya Taufikurrachman Di Kabupaten Sumenep. (Skripsi) Surabaya. Universitas Negeri Surabaya Fakultas Bahasa dan Seni. Murgianto, Sal dan AM Munardi 1979/1980. Topeng Malang, Pertunjukan Drama Tari Tradisional di Daerah Kabupaten Malang. Jakarta : Proyek Sasana Budaya Dirjenbud, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Mustamar, Sunarti 2002. Syair Lagu Daerah Banyuwangi sebagai Ekspresi Jiwa dan Simbolitas Hidup Masyarakat Osing, Bahasa dan Sastra Osing Ragam dan Alternatif kajian, Jember : Tapal kuda . hal :152

120

STANDAR KOMPETENSI NASIONAL BIDANG KEAHLIAN TARI ETNIS

BIODATA TOKOH TARI ETNIS JAWATIMURAN

Nurcahyo, Henri 2002. Katalog Penghargaan Seniman Jawa Timur, Surabaya :Pemda prop Jawa Timur. hal :14. Peachok, James 1968. Rites of Modernisation Symbolic and Sosial Aspect of Indonesian Proletarian Drama, Chicago : University chicago. hal 17 Pemerintah Propinsi Jawa Timur. 2002. Penghargaan Seniman Jawa Timur 2002. Surabaya: Pemerintah Propinsi Jawa Timur.

Rofiq, Arif 2002. Estetika tari Warok dalam perkembangan budaya warok di Ponorogo, Tesis. Denpasar : Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Bali. hal.: 48-49 ) Staf Pengajar Teknik Tari Madura STKW. 1989. Diskripsi Teknik Tari Madura. Surabaya: STKW Surabaya Sucitro 2003. Kepercayaan, Magi, dan Tradisi dalam Masyarakat Madura, Jember : Tapal Kuda . Hal : 153 Supriyanto, Henri 1996/1997. Upacara Adat Jawa Timur. Surabaya : Dinas P dan K Propinsi Jawa Timur. Hal : 4 . Taman Budaya Propinsi Jawa Timur. 1998. Lima Belas Seniman Seni Tari dan Karawitan Propinsi Jawa Timur. Surabaya: Taman Budaya Propinsi Jawa Timur Derektorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wibisono, Tri Broto, dkk. 1988. Polqa Pembinaan Seni Tari Jawa Timur. Surabaya. Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Bidang Kesenian. Wojowasito, S dalam Henri Supriyanto dan AM Sholeh 1997. Drama Tari Wayang Topeng Malang. Malang : Padepokan Seni Mangun Dharma Tumpang. Yiu-Fai, Chow ( ed ), 1990. The 13 th Festival of Asian Arts, , Hongkong: The Urban Council. Hal :40-41 .

STANDAR KOMPETENSI NASIONAL BIDANG KEAHLIAN TARI ETNIS

121