kutemukan diriku pada dirimu - s3.amazonaws.com filesanksi pelanggaran pasal 113 undang-undang nomor...

14

Upload: dinhcong

Post on 22-Jun-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kutemukan Diriku

pada Dirimu

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak eko nomi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling ba nyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Peng gunaan Secara Komer sial dipidana dengan pidana pen-jara pa ling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pen-cipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Peng-gunaan Secara Komer sial di pidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, di-pidana de ngan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Kutemukan Diriku

pada Dirimu

Kurniawan Al-Isyhad & Budiyanti Anggit

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kutemukan Diriku pada DirimuKurniawan Al-Isyhad & Budiyanti Anggit

© 2017, PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Hak cipta dilindungi undang-undang

Diterbitkan pertama kali oleh

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kompas - Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 2017

717101346

ISBN: 978-602-04-3985-3

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Untuk istri dan putriku juga seluruh muslimah. Engkau cantik ketika tersenyum saat hati mewajibkan

untuk menangis.

- Kurniawan Al-Isyhad -

Persembahan i

Terima Kasih ii

Prakata Penulis iii

Mukadimah 1

Muliakah Dirimu? 7

Penyebab Jodoh Datang Terlambat dan Pernikahan Tidak Tenteram 19

Al-Annanah (Wanita yang Suka Mengeluh dan Mengadu) 27Sebuah Kisah Nyata 33Padahal Kamu Istimewa 38Aku Begini Engkau Begitu 46

Al-Hananah (Wanita yang Suka Menceritakan dan Membanggakan seseorang di Masa Lalunya) 53Terima Apa Adanya, Jangan Adanya Apa 56Buanglah Mantan pada Tempatnya 59

Daftar Isi

Kutemukan Diriku pada Dirimu

xiv

Al-Mananah (Wanita yang Suka Mengungkit Jasa dan Kebaikannya) 67Kewajiban Bukan Jasa, maka Ikhlaslah 71Jodoh untuk Al-Mananah 74

Al-Barraqah (Wanita yang Berlebihan dalam Berhias) 83Kamu Cantik dari Sananya 90Bicaralah Jangan Diam 94Jodoh untuk Al-Barraqah 100

Asy-Syaddaqah (Banyak Bicara dan Nyinyir) 105Menambah Wawasan 109Jodoh untuk Asy-Syaddaqah 113Aku Bela Dia Sampai ke Penjara 114

Al- Haddaqah (Boros dan Konsumtif) 127

Sebuah cerita 132Agar Terhindar dari Al-Haddaqah 139Cewek Matre ke Laut Aje 143

Siapakah Jodohku? 147Dia adalah yang Datang Melamar dan Kamu Menerimanya 147Dia adalah yang Mencintaimu dan Engkau Mencintainya 148

Dia adalah Jawaban dari akhlakmu 148

Daftar Isi

xv

Akhirnya Aku Menemukanmu 151

Munajat Muslimah Salehah 165

Daftar Pustaka 171

Tentang Penulis 173

“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dari sari pati tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati (yang disimpan)

dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS. Al-Mu’minun: 12–13)

Saudariku, betapa istimewanya engkau sehingga Allah menitipkan salah satu asma-Nya dalam tubuhmu. Be-nar saudariku. Rahim. Kau punya itu. Satu-satunya

bagian tubuh yang tidak dimiliki kaum Adam. Itulah bukti bahwa engkau sesungguhnya dimuliakan Allah. Jika kecil kau menjadi buah hati, ketika gadis kau menjadi penyejuk hati, dan ketika kau menjadi ibu, kunci surga pun Allah titipkan padamu. Di telapak kakimu.

Kenapa harus di telapak kaki? Tidak di telapak tangan, tidak di mata indah yang selalu berdoa itu, tidak juga di seraut wajah senjamu? Apakah itu pertanda bahwa Allah ingin mengabarkan bahwa keindahan surga tidak lebih mu lia dari dirimu? Bisa saja saudariku. Sebab kaki adalah alat untuk melangkah, ke mana kakimu melangkah di du-nia, ke sanalah engkau di akhirat. Seorang anak tidak akan

Muliakah Dirimu?

Kutemukan Diriku pada Dirimu

8

pernah bisa merasakan betapa lelah kakimu melangkah ke tika mengandung selama sembilan bulan. Seorang anak juga tidak akan pernah bisa memahami bagaimana lelahnya engkau bekerja di rumah. Kakimu berkeliling di rumah yang jika diluruskan maka jaraknya tak terhingga. Maka, mulialah seorang anak yang membasuh kaki ibunya, lantas menciumnya. Itulah kunci surga.

Saudariku, Ar-Rahim adalah cinta tanpa batas, kasih tiada tepi, kasih sayang tanpa sebab dan alasan. Allah yang men-ciptakan, Allah juga yang menyayangi, memberi, dan me-lindungi. Bahkan Ar-Rahim jadi ikon segenap Asma Allah. Kenapa? karena Asma, Af’al yang lain pun selalu disandarkan pada Ar-Rahim ini. Allah mencipta alam semesta dengan kodrat iradat-Nya. Setelah tercipta, maka Ar-Rahim me-lanjutkan Af’al-Nya. Intinya tidak mungkin Ar-Rahim tidak menyertai Asma dan Af’al lainnya.

Maka berbahagialah saudariku, karena Allah telah me-muliakanmu dengan menyematkan Asma-Nya yang agung sebagai nama salah satu organ tubuhmu. Karena itu, jika ditanya soal cinta dan kasih sayang, engkau tak pernah diragukan lagi. Terutama engkau yang telah menyempurna-kan kodrat menjadi ibu.

Bahkan Rasulullah mengatakan ‘Ibumu’ hingga tiga kali. Bukankah itu suatu pertanda keistimewaan bagi seorang ibu? Semakin lelah dirimu, semakin deras air matamu, semakin sakit deritamu, selama semua itu buah dari baktimu terhadap suami, maka semakin mulia dirimu. Seorang ibu bahkan rela

Muliakah Dirimu?

9

berkorban nyawa saat melahirkan. Bukankah pengorbanan tanpa agunan itu layak disebut kasih tak bertepi?

Peliharalah kemahasucian asma-Nya dalam tubuhmu dengan selalu menjadi sosok perhiasan terindah bagi suami, anak, orangtua, bahkan semesta. Namun, jangan pula ka-sih cinta sayangmu terhadap makhluk (anak, suami, dan orangtua) mengalahkan cintamu kepada Allah. Ingat, Dialah yang memberi sifat itu. Maka Dialah yang paling layak kau cintai.

Abu Hurairah pernah berkata, “Seorang laki-laki pernah mendatangi Rasulullah saw., lalu berkata, ‘Siapakah dari kerabatku yang paling berhak me-nerima perbuatan baikku?’

Rasulullah menjawab, ‘Ibumu!’

Orang itu berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’

Rasulullah mengatakan, ‘Ibumu!’

Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’

Rasulullah kembali mengatakan, ‘Ibumu!’

Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Rasulullah mengatakan, ‘Ayahmu!’

Kutemukan Diriku pada Dirimu

10

Namun itu tidak serta-merta membuatmu selamat dari fitnah dunia, godaan setan, dan fitnah Dajjal. Maka selalulah ber-usaha menyucikan asma Allah dalam tubuhmu itu dengan akhlak mulia, akhlak seorang muslimah. Bila seorang hamba semakin dimuliakan, semakin berat pula ujian yang Allah berikan padanya. Namun, ancaman siksa Allah kepada mereka yang tidak bisa memuliakan Allah dan diri mereka sendiri pun semakin berat. Begitu pun dengan dirimu, saudariku.

Ingatlah peringatan dari Rasulullah ini.“Aku berdiri di de­pan pintu surga. Kulihat kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah orang miskin, sedang orang­orang kaya ditahan, kecuali yang memang menjadi penghuni neraka disuruh masuk ke neraka. Dan aku berdiri di depan pintu neraka maka (kulihat) kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah wanita.” (HR. Muslim, No. 7113)

Naudzubillah... kenapa bisa begitu, saudariku? Bukankah kaummu sudah Allah muliakan dengan ‘Rahim’? Bukankah di hadis lain Rasulullah bersabda bahwa engkau adalah sebaik-baiknya perhiasan dari segenap perhiasan di dunia?

O, mungkinkah itu karena begitu berat ujian buatmu sehingga engkau lupa akan kewajiban sesungguhnya. Padahal untuk mencapai surga sangatlah mudah bagimu. Berbaktilah pada orangtua, laksanakanlah perintah Allah, dan ketika kau sudah menikah, kewajibanmu selain berbuat baik kepada orangtua adalah taat pada suami. Ketaatan pada suami lebih tinggi derajatnya dibanding dengan ketaatan kepada orangtua.

Muliakah Dirimu?

11

Alkisah

Pagi masih terlalu dini. Angin berembus seolah ber lomba dengan kuda-kuda mujahid menuju medan jihad. Pasir halus beterbangan. Dia pun harus segera memenuhi pang gilan suci mengangkat kalam-kalam Ilahi, meninggalkan harta dan istri yang begitu dicintai.

“Begitu aku sangat mencintaimu, Istriku. Namun, ke cin-taanku padamu tetap tak bisa membuatku terbebas dari kewajiban berjihad. Musuh-musuh Allah telah menanti sam baran pedangku. Relakan aku, istriku. Doakan aku menjadi salah satu syuhada Allah,” ucap sang suami pelan. Ditatapnya wajah wanita salehah di depannya.

“Pergilah duhai suamiku. Tak ada yang lebih indah dari cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Doaku senantiasa menyertaimu. Kecintaanku pada Allah dan rasul-Nya akan membuat musuh Allah gentar tatkala bertatapan denganmu,” sang istri balas menatap dengan mata penuh doa seindah senja.

“Namun, sebelum kau pergi, berilah aku amanah untuk ditunaikan. Supaya tak hilang pahala berbakti meski kau tak ada di sini,” lanjutnya.

Sang suami tersenyum. Menatap seraut wajah nan indah begitu dalam, “Sungguh bahagia jika selama aku tak ada, kau tak pergi ke mana-mana. Juga tidak memasukkan seorang laki-laki ke rumah. Itulah amanatku untukmu.”